�������� ����������������������������� Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541-0849

����������� e-ISSN : 2548-1398

����������� Vol. 3, No 1 Januari 2018

 

 


KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI DAN ISLAM

 

Aep Saepudin

Universitas Islam Al-Ihya Kuningan

Email: [email protected]

 

Abstrak

Manusia diciptakan Tuhan dengan ragam karakter. Keragaman karakter manusia memunculkan masalah perilaku di kalangan masyarakat. Pendidikan Karakter merupakan solusi dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang ada di masyarakat terutama di dunia pendidikan. Pemerintah Indonesia sedang menggulirkan kembali Pendidikan Karakter sejak tahun 2010 baik dalam bidang pendidikan maupun bidang lainnya. Program pendidikan karakter dianggap sangat penting untuk terus dipertahankan dan ditingkatkan. Peran pemerintah tentu tidak akan cukup dalam meningkatkan pendidikan karakter apabila tidak didukung oleh individu masyarakat. Penerapan pendidikan karakter pun tidak hanya dipahami dari satu sudut pandang saja, namun juga dapat dikaji dari berbagai sudut. Artikel ini membahas bagaimana pendidikan karakter dipahami dari kacamata Psikologidan Islam. Penulis menyimpulkan bahwa baik dari kacamata Psikologimaupun Islam dalam memaknai dan membahas pendidikan karakter keduanya memiliki dasar dalil yang kuat. Kewajiban dalam meningkatkan karakter positif dan mengurangi karakter negatif tentunya menjadi kewajiban semua pihak baik dari individu, keluarga, masyarakat maupun pemerintah yang mempunyai wewenang dalam membuat regulasi penanggulangan menurunya karakter bangsa.

 

Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Psikologi dan Islam

 

Pendahuluan

Di Indonesia, sekitar tahun 2010 mulai dideklarasikan kembali apa yang dikenal dengan pendidikan karakter oleh pemerintah. Wacana pendidikan karakter kemudian diperbincangkan dan dibahas baik dalam pendidikan formal maupun tidak, diskusi ilmiah, seminar lokal, nasional maupun internasional. Marzuki (2013) menyampaikan bahwa timbulnya deklarasi tersebut diakibatkan oleh perilaku antibudaya dan antikarakter yang diidap masyarakat Indonesia.

Pemahaman masyarakat terkait Pendidikan karakter harus dibangun dari dasar pemikirannya. Salah satu dasar pemikiran adalah mengetahui makna atau definisi dari pendidikan dan karakter tersebut. Definisi Pendidikan menurut Hermino (2015) adalah kata kunci dalam setiap usaha meningkatkan kualitas kehidupan manusia, dimana di dalamnya memiliki peranan dan objektif untuk �memanusiakan manusia�.

Sedangkan karakter Menurut Ryan and Bohlin (1999:5) berasal dari resapan Bahasa Inggris, yakni character dan akar katanya berasal dari Bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang berarti �to engrave�. Selain itu menurut Wynne (dalam Mulyasa, 2011) Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti �to mark� (menandai) dan mem�fokuskan pada arah penerapan perilaku di keseharian. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi IV (2008:263) Kata �karakter� diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, tabiat, dan watak. Karakter dalam sudut pandang lain juga diartikan huruf, angka dan sejenisnya. Jika diuraikan dari padanan katanya, karakter identik dengan akhlak dalam terminilogi Islam. Al-Ghazali (dalam Maemonah, 2012:36) mendefinisikan akhlak sebagai suatu perangai (watak/tabi�at) yang menetap dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya perbuatan.

Suyanto (dalam Barnawi dan Arifin, 2012) mendefinisikan karakter sebagai metode untuk berpikir dan berperilaku sebagai suatu kekhasan yang dimiliki oleh tiap-tiap individu. Individu yang dikatakan memiliki karakter baik adalah individu yang siap bertanggung jawab atas setiap keputusan yang diperbuatnya.

Pendidikan karakter pun dapat dimaknai sebagai pendidikan yang mengedepankan nilai, budi pekerti, akhlak, moral, maupun watak, yang pada akhirnya memiliki tujuan untuk menumbuhkembangkan keterampilan peserta didik untuk menentukan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik menghindari dan menjauhi apa yang dianggap buruk dan merugikan, mewujudkan, dan menebar kebaikan.

Pendidikan karakter ditujukan sebagai bentuk upaya menunjang pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Penekananya lebih pada bagaimana semua elemen individu maupun masyarakat secara umum mampu memahami pentingnya moral sebagai energi positif di semua aspek kehidupan, baik bersifat privat maupun ranah publik. Upaya meningkatkan pemahaman pendidikan karakter secara umum dalam hal ini akan ditinjau dari kacamata Psikologidansudut pandang Islam yang dalam hal ini berpedoman kepada al-Qur�an dan Hadits. Maemonah (2012:33) menyatakan bahawa pendidikan karakter merupakan usaha-usaha edukatif dalam upaya pengembangan kepribadian siswa agar menjadi baik. Selain itu Lickona (1991) menyatakan bahwa pendidikan karakter diangagap efektif pasti membutuhkan pendekatan yang bersifat proaktif, komprehensif, dan harus intensif.

Pendidikan karakter melalui sistem pengajaran yang disampaikan bisa berbentuk transfer pengetahuan (kognitif), pembentukan sikap (afektif) dan pembiasaan (motorik). Menurut Darmiyati (2010) bahwa pendidikan karakter dianggap efektif adalah pendidikan yang berorientasi pada pendekatan-pendekatan yang lebih komprehensif. Upaya membangun dan mewujudkan karakter bangsa yang bernilai, bercita-cita dan berorientasi pada kebaikan sesama adalah sesuatu yang terkandung dalam konstitusi negara (Sapriya, 2007:24).

Oleh karena itu pengembangan beberapa nilai pendidikan memiliki tujuan untuk membentuk karakter bangsa dapat dipahami berdasarkan: 1) pengembangan potensi peserta didik agar berhati baik, berpikiran baik dan berprilaku baik, 2) pembangunan bangsa berkarakter Pancasil, 3) pengembangan potensi warga negara agar percaya diri, bangga terhadap bangsa dan negaranya (Kemdiknas, 2011:7).

Pembahasan Pendidikan karakter sebagai upaya pembentukan manusia-manusia dengan nilai luhur sepertinya menarik untuk terus dipelajari. Karena keberlangsungan suatu bangsa yang berdaulat akan dilihat dari seberapa baik warga negaranya. Oleh karena itu penulis tertarik mengkaji pembahasan terkait pendidikan karakter dilihat dari kacamata Psikologidan Islam.

 

Metodologi Penelitian

Pada Penelitian ini digunakan pendekatan kajian pustaka. Secara umum penelitian ini bertujuan guna mendapatkan gambaran utuh terkait pendidikan karakter sudut pandang Psikologi dan Islam dengan mengacu pada kajian hasil-hasil penelitian relevan. Pemaknaan karakter dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan data dan fakta yang didapat dari penelitian sebelumnya, yang selanjutnya dimaknai sebagai upaya menemukan format yang cocok dan relevan dalam membantu pemerintah dalam mengatasi permasalahan terkait karakter manusia Indonesia.

Pembahasan dalam penelitian ini tidak terlepas dari temuan para peneliti sebelumnya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Creswell (2009:25). Iya mengungkapkan bahwa, tinjauan literatur bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan sedang dikaji. Hasil penelitian�dengan sumber literatur yang sama�tidak dipungkiri memliki kesamaan dengan hasil penelitian yang lain.

Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah bentuk kualitatif. Metode ini menggunakan kajian literatur sebagai teknik pengambilan data. Teknik pengambilan data sendiri berorientasi pada pendekatan pengambilan data yang tidak lain adalah kajian pustaka.

 

Hasil dan Pembahasan

1.      Pendidikan Karakter Sudut Pandang Psikolgi

Menurut Yunmar dan Phoa (2013) masing-masing karakter tersebut memiliki ciri khas tersendiri, seperti diuraikan berikut; Pertama, Sanguinis: golongan adalah mereka yang senantiasa ingin populer dan ingin diperhatikan khalayak. Karakter ini memiliki hidup yang cukup berwarna. Mereka senang bicara. Emosinya kadang tidak dapat dikontrol dan cenderung meledak-ledak. Kedua, Koleris: merupakan mereka yang ingin selalu tampil di depan. Golong ini senang memerintah dan mengatur banyak hal. Namun demikian, akibat dari karakter tersebut, golongan ini cenderung tidak memiliki teman. Mereka dijauhi karena karakternya yang senantiasa mendominasi dalam kelompok. Ketiga, Melankolis: agak berbeda dengan sanguinis. Golongan melankolis lebih teratur, rapi, dan memiliki pola yang lebih jelas dibanding yang lain. Umumnya mereka suka dengan fakta, data, angka dan memikirkan segala sesuatu mendalam. Keempat, Plegmatis: kelompok ini adalah mereka yang benci dengan perseteruan. Kelompok Plegmatis cenderung menjauhi konflik dan perdebatan. Mereka suka dengan kedamaian. Hidup tenang. Kelompok ini selalu berorientasi pada kedamaian.

Pendidikan karakter harus diterapkan dari usia peserta didik di tingkat sekolah dasar, menengah hingga atas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya (Misco, 2007; Chattopadhay, 2013; Holgado drk., 2013; Wagner, 2013) menyebutkan bahwa, pendidikan karakter adalah suatu pendidikan yang dapat dikatakan wajib untuk anak sekolah. Pendidikan karakter memungkinkan anak sekolah untuk menguasai dan/atau menerapkan nilai moral yang luhur, nilai moral yang telah diwariskan nenek moyang dari masa lampau.

Studi Psikologi terkait tumbuh kembang moral anak telah disentuh oleh hasil dari teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan tersebut. Bandura (1986) menjelaskan bahwa manusia belajar dari setiappengalaman�baik itu langsung maupun tak langsung�yang diserap dan diamalkan sebagai suatu keterampilan kognitif dan diwujudkan dalam keseharian. Bandura kemudian juga menjelaskan bahwa vicarious experience didapat dari proses observasional/pengamatan (observational learning). Proses belajar tersebut jika ditambahkan dengan penguatan dalam bentuk reward akan sangat mungkin berdampak pada peningkatan kualitas dan hasil belajar itu sendiri.

Maka untuk membangun dan membentuk pendidikan yang berkarakter salah satu strategi dalam pendidikan adalah membentuk afektif peserta didik yaitu sikap dan akhlak dari peserta didik. Menurut Maemonah (2012:34) bahawa Pendidikan karakter harus ditunjang dengan unsur-unsur kepribadian positif sebagai berikut:

�Kepribadian positif atau kepribadian yang baik ini dapat dirinci lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan yang ada di lingkungan sekitar. Secara umum, kisi-kisinya meliputi; (1) Trustworthiness, merupakan karakter yang dicirikan dengan integritas, jujur, dan loyal. (2) Fairness, merupakan karakter dengan ciri keterbukaan diri yang baik serta tidak curang pada hal apapun. (3) Caring, merupakan karakter dengan ciri kepedulian yang lebih baik dibanding yang lain. (4) Respect, merupakan bentuk karakter yang dicirikan dengan rasa saling menghormati atas tiap diri manusia lain. (5) Citizenship, merupakan karakter yang dicirikan dengan bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hukum dan peraturan serta perhatian terhadap lingkungan alamnya. (6) Responsibility, merupakan karakter yang dicirikan dengan rasa tanggung jawab dan disiplin yang jauh lebih dibanding individulain..�

 

Menurut Berkowitz (2008), Samani & Hariyanto (2011) dalam (Hermino & Luangsithydeth, 2013:117) menerangkan bahwa:

�1) satu-satunya cara untuk membangun dunia yang bermoral adalah mewujudkan segenap manusia yang bermoral pula; 2) ada pepatah yang terkait dengan pembentukan moral bangsa, yakni �Perilaku anak adalah satu-satunya bahan pertanggungjawaban yang dapat diminta kepada orangtua (a child is the only substance from which a responsible adult can be made)�; 3) sekolah memiliki peranan dan pengaruh terhadap pebentukan karakter pemuda sehingga optimalisasi peran sekolah sangat diharapkan.�

 

 

2.      Pendidikan Karakter Menurut Pandangan Islam

Islam merupakan agama yang sempurna dan menyempurnakan. Ajarannya sangat lengkap sebagai tuntunan berperilaku semua umat khususnya bagi umat Islam. Terdapat banyak ayat yang menjabarkan tentang karakter atau akhlak, di antaranya Surat Al Qalam Ayat 4 yang berbunyi:

 

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ ٤ [سورة الـقـلـم,٤]

Artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung [Al Qalam:4]

 

Ayat di atas memberikan gambaran bahwa semua manusia sebenarnya telah diberikan potensi yang baik, namun terkadang manusia tidak menyadarinya dan tidak mampu menemukan potensi baik tersebut. Senada dengan ayat di atas Surat Sad Ayat 46 berbunyi:

 

إِنَّآ أَخۡلَصۡنَٰهُم بِخَالِصَةٖ ذِكۡرَى ٱلدَّارِ ٤٦ [سورة ص,٤٦]

Artinya: Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat [Sad: 46]

 

Pada dasarnya manusia diciptakan dengan potensi yang baik sehingga mereka seharusnya dapat mengoptimalkan potensi itu dengan sebaik-baiknya. Apabila manusia sulit menemukan potensi baiknya, maka dianjurkan mengambil contoh atau teladan kepada yang dianggap baik seperti dalam Surat Al Ahzab Ayat 21 yang berbunyi:

 

لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا ٢١ [سورة الأحزاب,٢١]

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah [Al Ahzab: 21]

Ayat di atas menegaskan bahwa diharuskan mengambil teladan perilaku kepada Rasulullah SAW., selain itu tugas utama Rasulullah SAW diutus ke dunia ini dalam rangka menyempurnakan akhlak sebagaimana sabda Rasul yang mengatakan; Aku diutus (oleh Tuhan) untuk menyempurnakan akhlak budi pekerti yang mulia. (HR. Ahmad dan Baihaqi dari Ab� Hurairah ra.).

Pendidikan karakter dalam keluarga Islam telah digambarkan dalam Surat Lukman Ayat 3 yang berbunyi:

 

وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ ١٣ [سورة لقمان,١٣]

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar" [Luqman:13]

 

Demikian pula dalam ajaran Islam, akhlak merupakan ukuran atau barometer yang dapat digunakan untuk menilai kadar iman seseorang, sebagaimana sabda Rasul yang mengatakan sesempurna-sempurna orang mukmin imannya ialah yang lebih baik akhlaknya. (HR. Turmudzi).

Hal ini sejalan juga dengan sabda Nabi Muhammad Saw., yang lain yaitu; sesungguhnya engkau itu manusia yang Allah telah membaikkan ciptaanmu, maka baikkanlah budi pekertimu. (HR. al-Kharaithi dan Ab� al-�Abbas al-Dakhuli).

Nabi Muhammad Saw. juga bersabda bahwa sesungguhnya seseorang itu dengan kebaikan akhlaknya (budi pekertinya) dapat menyusul orang yang berpuasa dan mendirikan (malamnya dengan ibadah). Dan kebaikan akhlak seseorang itu tidak sempurna sehingga sempurna akalnya.Ketika itu maka sempurnalah imannya, ia taat kepada Tuhannya dan mendurhakai musuhnya, iblis. (HR. Ibn Mahbar dari riwayat �Amr bin Syu�aib dari ayah dan kakeknya). Nabi Muhammad SAW. bersabda, Yang paling berat barang yang diletakkan pada timbangan di hari kiamat adalah takwa kepada Allah dan budi pekerti yang baik. (HR. Ab� D�w�d dan Tirmidzi dari Ab� Darda� ra.)

Imam al-Ghaz�l� termasuk dari sekian banyak tokoh pendidikan Islam yang menyebutkan pentingnya pendidikan akhlak yang baik dalam kehidupan manusia menuju jalan kebenaran. Beliau juga menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan kembali. Dengan demikian, karakter bangsa sebagai kondisi watak yang merupakan identitas bangsa.

Menurut Al-Ghazali bahwa pendidikan akhlak harus dimulai terlebih dahulu dari akhlak pendidiknya. Seorang pendidik dalam mengajarkan harus selaras dengan apa yang dia perbuat sehingga kemudian layak untuk diajarkan kepada murid, siswa atau peserta didiknya. Hal tersebut diilustrasikan dalam kitab karyanya yaitu Ihya Ulumuddin jilid 1, beliau memberikan perumpamaan bahwa guru dengan murid dapat diibaratkan seperti tongkat dengan bayang-bayangnya, dimana guru yang berperan sebagai tongkatnya tidak akan menemui bayangnya lurus apabila tongkatnya bengkok.

 

Kesimpulan

Pendidikan Karakter yang ditujukan kepada manusia sebenarnya telah ada pada dirinya masing-masing. Namun manusia pada umumnya sulit menyadari bahwa mereka telah dibekali dengan potensi kebaikan akhlak tersebut. Allah menciptakan manusia dengan ragam karakter. Keragaman karakter manusia memunculkan masalah perilaku dikalangan masyarakat. Pendidikan Karakter merupakan solusi dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang ada di masyarakat terutama di dunia pendidikan. Penerapan pendidikan karakter pun tidak hanya dipahami dari satu sudut pandang saja, namun juga dapat dikaji dari berbagai sudut. Secara umum tulisan ini menyinggung tentang bagaimana pendidikan karakter dipahami dari kacamata Psikologidan Islam. Teori Barat terkait karakter sangat banyak dan Islam dalam Al Qur�an dan Hadits telah menerangkan dengan jelas apa yang disebut dengan karakter atau yang lebih dikenal dengan istilah akhlak. Kewajiban dalam meningkatkan karakter positif dan mengurangi karakter negatif tentunya menjadi tanggung jawab semua pihak baik dari individu, keluarga, masyarakat maupun pemerintah yang memiliki wewenang dalam membuat regulasi penanggulangan menurunya karakter bangsa.


 

BIBLIOGRAFI

Al-Ghaz�l�. 2009. Terjemah Ihya�Ulumiddin Jilid I, III, V. Semarang: Asy-Syifa

 

Al-Kutub al-Tis�ah. CD Hadits.

 

Barnawi dan Arifin, M. 2012. Strategi & kebijakan pembelajaran pendidikan karakter. Jogjakarta: Ar-Quzz Media.

 

Chattopadhay, T. 2013. School as a site of student social capital: An exploratory study from Brazil. International Journal of Educational Development, (34), 67-76. Diperoleh daripada www.elsevier.com/locate/ijedudev

 

Creswell, J. W. 2009. Research Design. Qualitative, Quantitative, and Mixed Method Approaches. Los Angeles: SAGE Publications, Inc.

 

Darmiyati, Zuhdan dan Muhsinatun. 2010. Pengembangan model pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran bidang studi di Sekolah Dasar. e-jurnal Cakrawala Pendidikan Universitas Negeri Yog�yakarta.

 

Departemen Agama RI. 1995.  Al-Qur�an dan Terjemahnya. Jakarta: Depag.

 

Dharmawan, N. S. 2014. Implementasi pendidikan karakter bangsa Pada mahasiswa di perguruan tinggi. A paper presented at Character Education Supervising for University Students at Kopertis Wilayah VIII.

 

Hermino, A. 2015. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Psikologis Siswa Sekolah Menengah Pertama di Era Globalisasi dan Multikultural. Jurnal Peradaban, 8, 19-40.

 

Holgado, D., Maya-Jariego, I., Ramos, I., Palacio, J., Oviedo-Trespalacios, O., Romero-Mendoza, V. & Amar, J. 2013. Impact of child labor on academic performance: Evidence from the program ��Edu� came Primero Colombia��. International Journal of Educational Development, (34), 58-66. Diperoleh daripada www.elsevier.com/locate/ijedudev

 

Kemdiknas. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta.

 

Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York, Toronto, London, Sydney, Aucland: Bantam books.

 

Maemonah. 2012. Aspek-aspek dalam pendidikan karakter. FORUM TARBIYAH Vol. 10, No. 1,

 

Marzuki. 2013. Revitalisasi Pendidikan Agama di Sekolah dalam Pembangunan Karakter Bangsa di Masa Depan. Jurnal Pendidikan Karakter. 3 (1): 64-76.

 

McAlpine, L., & Amundsen, C. 2011. Doctoral Education: Research-Based Strategies for Doctoral Students, Supervisors and Administrators. New York: Springer. https://doi.org/10.1007/978-94-007-0507-4

 

Mertens, D. M. 2010. Research and Evaluation in Educational and Psychology (3rd ed.). California: SAGE Publications, Inc.

 

Misco, T. 2007. Using curriculum deliberation to address controversial issues: Developing holocaust education curriculum for Latvian schools. International Journal of Education Policy and Leadership. 2(8). Diperoleh daripada http://www.ijepl.org

 

Mulyasa. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara.

 

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Cet. IV.

 

Ryan, Kevin & Karen E. Bohlin. 1999. Building Character in Schools: Practical Ways to Bring Moral Instruction to Life. San Francisco: Jossey Bass.

 

Sapriya. 2007. Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Membangun Karakter Warga Negara. Jurnal Sekolah Dasar Tahun 16 Nomor I, Mei 2007.

 

Yunmar, R.A. dan Phoa, V. 2013. Aplikasi Kepribadian Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Multi-Layer Perception. S2 Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

 

Wagner, D. A. 2013. Improving learning assessments for developing countries. International Journal of Educational Development. (34), 110-111. Diperoleh daripada www.elsevier.com/locate/ijedudev

 

Welton, D. A. & Mallan, J. T. 1981. Children and their world: Strategies for teaching social studies (2nd Ed.). Boston: Houghton Mifflin Company.

 

Wentzel, K. R. & Wigfield, A. 2009. Handbook of Motivation at School. London: Routledge.

 

Wiyani, N. A. 2012. Manajemen pendidikan karakter: Konsep dan implementasinya di xekolah. Yogyakarta: Pedagogia.