Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia - ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 2, No 8 Agustus 2017
ANALISIS KANDUNGAN p-XILENA PADA PERTAMAX DAN PERTAMAX
PLUS DENGAN TEKNIK KROMATOGRAFI GAS
(GC-PU
4600)
MENGGUNAKAN STANDAR INTERNAL
Dian Farkhatus Solikha
Akamigas Balongan Indramayu
[email protected]
Abstrak
Xilena dapat dijadikan parameter terhadap tinggi atau rendahnya nilai oktan
suatu bahan bakar. Senyawa xilena memiliki tiga isomer yaitu o-xilena, m-xilena
dan p-xilena. Namun yang digunakan pada penelitian ini adalah p-xilena karena
paling stabil. Semakin tinggi kandungan xilena pada bahan bakar maka akan
semakin tinggi nilai oktan bahan bakar tersebut. Pada penelitian ini bahan bakar
yang akan diteliti adalah pertamax dan pertamax plus. Pengujian xilena pada
bahan bakar dapat dilakukan dengan metode analisis instrumen kromatografi gas.
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil kromatogram pada sampel pertamax plus
(terlampir) sama dengan hasil kromatogram larutan standar dengan peak
sebanyak 4 buah, dengan kadar p-xilena dalam pertamax plus tersebut adalah
19,412 %. Hasil kromatogram pada pertamax menghasilkan 22 peak bila dilihat
dari ketinggian peaknya, peak
5 ini mirip dengan peak p-xilena pada larutan
standar xilena 5%. Hal tersebut terbukti dengan analisis kuantitatif bahwa kadar
p-xilena dalam pertamax sebesar 1,667 %. Kandungan p-xilena pada pertamax
plus lebih tinggi dibandingkan pertamax, maka nilai oktan pada pertamax plus
lebih tinggi.
Kata Kunci : kromatografi gas, nilai oktan, p-xilena , pertamax, pertamax plus.
Pendahuluan
Penggunaan bahan bakar yang meningkat seiring dengan kemajuan industri
kendaraan bermotor memicu inovasi dari industri migas menciptakan bahan bakar yang
ramah. Ketika tuntutan akan inovasi bahan bakar yang ramah datang, salah satu
perusahaan migas di Indonesia memproduksi pertamax plus. Pertamax plus hadir
dengan berbagai keunggulan, diantaranya bebas timbal, dapat membersihkan timbunan
deposit, dan memiliki nilai oktan yang tinggi dibandingkan pertamax, pertalite, dan
premium. Nilai oktan yang tinggi menyebabkan pertamax plus bias menerima tekanan
pada kompresi tinggi, sehingga tenaga mesin yang menggunakan pertamax plus lebih
maksimal karena bahan bakar digunakan secara optimal. Salah satu zat yang
1
Dian Farkhatus Solikha
dapat dijadikan parameter tinggi atau rendahnya adalah xilena yang terkandung dalam
bahan bakar, fokus pada penelitian ini adalah pertamax dan pertamax plus. Semakin
tinggi kandungan xilena pada bahan bakar maka akan semakin tinggi nilai oktan bahan
bakar tersebut. (Oxtoby dkk, 2003).
Pengujian xilena pada bahan bakar dapat dilakukan dengan metode analisis
instrumen kromatografi gas. Kromatografi Gas adalah metode pemisahan komponen-
komponen campuran dimana fasa geraknya berupa gas dan fasa diamnya dapat berupa
cair maupun padat.
Tabel 1
Macam Fasa Gerak, Fasa Diam serta Prinsip pemisahan
Fasa Gerak
Fasa Diam
Prinsip Pemisahan
Padat
Adsorpsi terhadap fasa
Misal: karbon, zeolit, dan silikan gel
diam
Gas
Cair
Perbedaan partisi analit
Cairan yang volatil yang melekat
diantara fasa diam
pada padatan pendukung yang inert
dengan fasa gerak
berupa butiran halus .
Sumber: (Hendayana, 1994)
Di bawah ini adalah kriteria sampel yang dapat dianalisis menggunakan
kromatografi gas, yaitu:
a. mudah menguap
b. memiliki kestabilan termal pada suhu pengoperasian.
c. dapat diderivatisasi terlebih dahulu menjadi bahan yang mudah menguap
Sumber: (Hendayana, 2006)
2
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus
2017
Analisis Kandungan P-Xilena Pada Pertamax dan Pertamax Plus
Diagram kromatografi gas ditunjukkan sebagai berikut:
Gambar 1
Diagram Kromatografi Gas
Mekanisme kerja kromatografi gas dapat dijelaskan berikut. Gas dalam silinder
baja bertekanan tinggi dialirkan melalui kolom yang berisi fasa diam. Cuplikan berupa
campuran yang akan dipisahkan, biasanya dalam bentuk larutan, disuntikkan ke dalam
aliran gas tersebut. Kemudian cuplikan dibawa oleh gas pembawa ke dalam kolom dan
di dalam kolom terjadi proses pemisahan. Komponen-komponen campuran yang telah
terpisahkan satu persatu meninggalkan kolom. Suatu detektor diletakkan di ujung kolom
untuk mendeteksi jenis maupun jumlah tiap komponen campuran.
Hasil pendeteksian direkam dengan rekorder dan dinamakan kromatogram yang
terdiri dari beberapa puncak. Jumlah puncak yang dihasilkan menyatakan jumlah
komponen (senyawa) yang terdapat dalam campuran. Bila suatu kromatogram terdiri
dari 4 puncak maka terdapat 4 komponen atau 4 senyawa dalam campuran tersebut.
Sedangkan luas puncak bergantung pada kuantitas suatu komponen dalam campuran,
karena puncak-puncak dalam kromatogram berupa segitiga maka luasnya dapat dihitung
berdasarkan ketinggian lebar puncak tersebut.
Bila suatu detektor yang peka terhadap komponen-komponen tersebut
ditempatkan di ujung kolom dan sinyalnya diplot sebagai fungsi waktu
(atau volume
fasa gerak yang ditambahkan). Sederet puncak-puncak simetri diperoleh yang disebut
kromatogram. Posisi puncak pada sumbu waktu berharga untuk mengidentifikasi
komponen cuplikan
(petunjuk kualitatif). Sedangkan luas puncak atau tinggi puncak
merupakan ukuran kuantitatif tiap komponen. Penentuan luas puncak dapat dilakukan
dengan mengalikan tinggi puncak dengan lebarnya pada setengah tinggi. Pada puncak
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
3
Dian Farkhatus Solikha
yang ramping maka tinggi puncak berbanding lurus dengan konsentrasi.
(Hendayana,
2006).
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui metode eksperimen dengan teknik kromatografi
gas (GC-PU 4600) menggunakan standar internal. Prosedur kerja yang dilakukan pada
penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
1) Pembuatan kurva standar
Hal pertama yang dilakukan adalah membuat sederet larutan standar xilena
dengan berbagai konsentrasi (5%;10%;15%;20%;25%;30%). Misal, untuk larutan
standar xilena 5%. Larutan ini dibuat dengan 0,25 mL xilena yang dimasukkan ke
dalam labu takar
5 mL. Kemudian ditambahkan dengan toluene sebanyak 0,15
mL. Larutan tersebut diencerkan dengan menambahkan n-heksana sampai tanda
batas. Setelah itu, larutan standar xilena
5% siap untuk diinjeksikan pada
kromatografi gas. Langkah kerja pembuatan larutan standar xilena di atas di
ulangi untuk konsentrasi
10%,
15%,
20%,
25%, dan 30% dengan mengubah
volume xilena yang dimasukkan sesuai dengan konsentrasi yang akan dibuat.
Larutan standar xilena diambil 0,2μL dengan syringe kemudian diinjeksikan
pada kromatografi gas. Penginjeksian dilakukan ulang untuk masing-masing
konsentrasi. Selanjutnya, dibuat kurva standar antara rasio luas atau tinggi puncak
xilena terhadap toluene lawan % xilena berdasarkan data kromatogram yang telah
diperoleh.
2) Penentuan kadar xilena dalam pertamax
Sampel telah disediakan. Selanjutnya, sampel tersebut diambil
0,2μL
dengan syringe dan diinjeksikan pada kromatografi gas. Setelah kromatogram
diperoleh, dihitung % xilena dengan menggunakan kurva standar.
3) Mengidentifikasi jenis komponen dalam pertamax plus
Pertamax diambil
0,2μL dengan syringe dan diinjeksikan pada
kromatografi gas. Setelah kromatogram diperoleh, dianalisis tiap puncak yang
dihasilkan, apakah terdapat komponen xilena dalam pertamax. Jika ada,
ditentukan % xilena dalam pertamax.
(Tim Kimia Analitik Instrumen, 2009).
4
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus
2017
Analisis Kandungan P-Xilena Pada Pertamax dan Pertamax Plus
Hasil dan Pembahasan
Prinsip dasar kromatografi gas yakni perbedaan distribusi komponen-komponen
campuran di antara dua fasa yaitu fasa gerak dan fasa diam. Sesuai dengan namanya,
fasa gerak dalam kromatografi gas yaitu berupa gas. Gas tersebut disebut dengan gas
pembawa. (Kupiec, 2004).
Kromatografi gas yang digunakan adalah merk PU 4600 Gas Chromatography.
Jenis detektor yang digunakan yaitu FID (Flame Ionization Detector). Gas pembawa
pada alat kromatografi gas tersebut yaitu gas N2 dengan kadar 99,995% dan gas H2. Gas
N2 merupakan baseline dari alat kromatografi gas. Baseline setiap alat kromatografi gas
berbeda-beda. Baseline ini berfungsi sebagai batas bawah puncak agar tinggi atau
puncak dapat terukur. Kedua gas tersebut memiliki kemurnian yang sangat tinggi
sehingga disebut UHP
(Ultra High Pure) dan bersifat inert tehadap zat yang akan
dianalisis. Sedangkan gas H2 digunakan sebagai pembakar. Selain kedua gas tersebut,
terdapat juga gas O2 yang berfungsi sebagai kompresor. Kompresor ini dihidupkan
sebelum kromatografi dilakukan. Pada alat kromatografi gas dilengkapi pula dengan
buble flow meter yang berfungsi untuk mengukur laju alir gas. Alat ini berisi air sabun.
Pada percobaan yang telah dilakukan, besarnya laju alir adalah 222,22 mL/menit.
Injector dilengkapi dengan septum untuk mengarahkan syringe. Septum ini
harus diganti secara berkala karena dikhawatirkan kerusakan yang terjadi dapat
mengganggu dalam pengukuran. Suhu injector pun harus diperhatikan. Suhu injector
sebesar 250 °C. Suhu ini disesuaikan dengan titik didih zat-zat yang akan terukur dalam
kromatografi gas. Oleh karena titik didih dari heksana, toluene dan p-xilena masing-
masing adalah 68,7 °C, 110,626 °C dan 138,351 °C maka suhu injector harus diatas titik
didih dari zat-zat tersebut. Hal ini dimaksudkan agar zat-zat tersebut dapat mencapai
fasa gasnya
(menguap) dengan cepat karena syarat dari zat yang akan dianalisa oleh
kromatografi gas adalah mudah menguap. Adanya perbedaan titik didih diantara
komponen-komponen inilah yang menjadi syarat dalam melakukan kromatografi gas.
(Pazitna dkk, 2013).
Komponen lainnya dalam kromatografi gas yaitu kolom yang merupakan tempat
pemisahan. Jenis kolom yang digunakan adalah kolom kapiler
(turbulen) dengan
panjang
30 m dan diameter
0,25 m. Kolom ini terbuat dari dimetilxiloxan. Kolom
kapiler yang panjang ini dikarenakan bagian dalam dari kolom tidak terhalang oleh fasa
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
5
Dian Farkhatus Solikha
diam. Semakin panjang kolom maka pemisahan pun semakin efisien. Dengan kata lain,
kolom kapiler akan memberikan resolusi yang tinggi terhadap pemisahan. Hal ini jelas
berhubungan dengan waktu retensi dalam pemisahan. Penggunaan kolom yang panjang
akan memberikan perbedaan yang besar antara waktu retensi komponen satu terhadap
komponen lainnya. (Hendayana, 2006)
Kolom ditempatkan pada oven. Suhu oven yang digunakan secara terprogram.
Hal ini dikarenakan perbedaan titik didih yang dekat antara zat-zat yang akan dianalisa.
Melalui pengaturan suhu kolom maka dapat mengatur kecepatan pemisahan komponen
yang masuk ke dalam kolom. Semakin tinggi temperatur maka semakin cepat proses
keluarnya komponen yang ada di dalam kolom, begitu pula sebaliknya. Namun dengan
waktu yang terlalu cepat, identifikasi komponen-komponen dalam sampel tidak akan
dapat dilakukan karena peak-peak kromatogram yang dihasilkan akan mengalami
tumpang tindih. Hal tersebut jelas mustahil untuk menentukan komponen apa saja yang
terdapat pada suatu sampel. Jadi, penggunaan temperatur terprogram bertujuan agar
dalam waktu yang relatif singkat, identifikasi komponen-komponen dalam sampel dapat
dilakukan.
Pada percobaan ini sistem pemasukan cuplikan yang digunakan adalah split
karena volume cuplikan yang akan dimasukkan hanya sedikit yaitu
0,2μL. Bila
menggunakan sistem pemasukan cuplikan secara splitless, maka pengotor-pengotor
yang ada akan ikut terukur.
Larutan yang di uji pada percobaan adalah larutan standar xilena dengan enam
konsentrasi yang berbeda, sampel pertamax dan pertamax plus. Sesuai dengan judul dari
penelitian ini bahwa dalam menentukan kadar xilena dalam sampel menggunakan
standar internal. Standar internal mengartikan bahwa larutan standar dicampur langsung
dengan sampelnya. Senyawa yang bertindak sebagai standar internal disini adalah
senyawa toluene. Standar internal digunakan untuk membandingkan konsentrasi
senyawa yang akan dianalisis
(xilena) secara langsung dengan larutan standar yang
telah diketahui konsentrasinya. Volume senyawa pembanding
(standar internal) ini
konstan saat ditambahkan pada larutan standard dan sampel. Alasan dipilih toluene
karena senyawa toluene memiliki struktur molekul yang mirip dengan stuktur molekul
xilena. Adanya kemiripan struktur maka kelarutan diantara keduanya pun mudah (like
dissolve like). (Yayan, 2005)
6
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus
2017
Analisis Kandungan P-Xilena Pada Pertamax dan Pertamax Plus
Senyawa xilena memiliki tiga isomer yaitu o-xilena, m-xilena dan p-xilena.
Namun yang digunakan pada penelitian ini adalah p-xilena karena paling stabil.
(Fessenden dan Fessenden,1982) Kestabilan ketiga isomer tersebut dapat dilihat dari
strukturnya masing- masing.
CH3
CH3
CH3
CH3
CH3
CH3
o-xilena
m-xilena
p-xilena
Posisi gugus metil
(-CH3) pada senyawa p-xilena berjauhan sehingga tolak
menolak yang terjadi sangat kecil. Berbeda halnya pada stuktur o-xilena atau m-xilena
gaya tolak menolak yang terjadi jauh lebih besar dari p-xilena. Hal ini dikarenakan
posisi kedua gugus metil yang berdekatan. Oleh karena itu senyawa p-xilena yang
paling stabil secara kimia. Kestabilan p-xilena
> m-xilena
> o-xilena. Senyawa yang
stabil merupakan salah satu syarat untuk zat yang akan dianalisis dengan kromatografi
gas.
Adapun pelarut yang digunakan adalah heksana. Heksana merupakan senyawa
nonpolar dan merupakan pelarut organik yang baik. Dikatakan baik karena heksana
memiliki titik didih rendah
(mudah menguap), tidak berbahaya, tidak beracun, tidak
mudah meledak atau terbakar dan murah. Satu hal yang penting juga yaitu heksana
bersifat inert (tidak bereaksi dengan solute).
Mekanisme pemisahan yang terjadi di dalam kolom dapat dijelaskan sebagai
berikut. Gas (fasa gerak) dialirkan dari silinder baja bertekanan tinggi ke dalam kolom.
Gas tersebut dibiarkan mengalir di sepanjang atau memenuhi kolom. Hal ini
dimaksudkan agar kolom jenuh akan gas N2
(fasa gerak). Saat sampel yang berupa
larutan di masukan ke dalam injector, sampel tersebut mengalami pemisahan di dalam
kolom. Campuran ini terdiri dari tiga komponen yaitu heksana, toluena dan xilena yang
ketiganya memiliki sifat mudah terbakar. Pemisahan yang terjadi dikarenakan adanya
perbedaan titik didih dari komponen-komponen tersebut. Komponen-komponen
campuran dalam sampel akan terpisah sesuai dengan titik didih yang dimiliki.
Komponen yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu
sehingga akan keluar sebagai peak pertama pada kromatogram. Pada penelitian ini yang
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
7
Dian Farkhatus Solikha
akan menguap atau keluar sebagai peak terlebih dahulu yaitu komponen heksana karena
memiliki titik didih yang paling rendah
(68,7°C). Komponen-komponen lainnya yang
belum menguap akan tertahan dahulu pada fasa diam. Bila telah mencapai titik
didihnya, komponen-komponen tersebut akan menguap seiring dengan naiknya suhu
dan akan terbawa oleh gas (fasa gerak). Komponen tersebut akan keluar juga sebagai
peak pada kromatogram.
Solut-solut yang telah keluar dari kolom mengalami pirolisis pada temperatur
nyala H2-udara di detektor sehingga membentuk ion intermediate, yang memungkinkan
terjadinya mekanisme aliran listrik melalui nyala. Suhu detektor diatur sebesar
275°C.
Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang ada. Detektor yang
digunakan adalah jenis FID
(Flame Ionization Detector) karena gas pembawa yang
digunakan adalah N2. Hasil pendeteksian ini akan direkam oleh rekorder. Selanjutnya
melalui interface, hasil rekaman di konversi ke dalam bentuk peak-peak kromatogram.
Kromatogram yang dihasilkan dapat dianalisis secara kualitatif ataupun
kuantitatif. Adapun analisis kuantitatif dilakukan dengan metode standar adisi. Metode
ini dilakukan dengan cara memplotkan rasio luas puncak atau tinggi puncak xilena
dengan toluena terhadap konsentrasi larutan standar (%xilena.).
Tabel 2
% xilena dalam toluena per %xilena pada larutan standarisasi
%
% Luas area
Luas area
%xilena dalam
xilena
toluena
xilena
toluena
toluene per %xilena
5%
3%
202, 589
143,079
1,41592407
10%
3%
241,601
91,765
2,6328222972
15%
3%
367,050
89,059
4,121425123
20%
3%
500,580
104,719
4,780221354
25%
3%
625,853
97,413
6,424737971
30%
3%
629,130
83,876
7,500715342
Tabel 3
% xilena dalam toluena per %xilena pada larutan sampel
Larutan
Luas area
Luas area
%xilena dalam toluene per
sampel
xilena
toluena
%xilena
Pertamax
406,849
82,514
4,930666311
Plus
Pertamax
199,331
313,211
0,636411237
8
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus
2017
Analisis Kandungan P-Xilena Pada Pertamax dan Pertamax Plus
Gambar 2
% xilena dalam toluena vs %xilena
Grafik % xilena dalam toluena Vs % xilena
8
7
y = 0,242x + 0,233
R² = 0,993
6
5
4
3
2
1
0
0
10
20
30
40
% xilena
Berdasarkan kurva tersebut diperoleh suatu persamaan garis yaitu y = 0,242x +
0,233, sehingga diperoleh kadar xilena dalam pertamax plus sebesar
19,412
% dan
dalam pertamax sebesar 1,667%.
Pada analisis kualitatif, yang dapat dilakukan adalah dengan membandingkan
waktu retensi larutan standar dengan waktu retensi sampel pertamax plus dan pertamax.
Berikut ini adalah hasil kromatogram untuk larutan standar 5%, 10%, 15%, 20%, 25%,
dan 30%.
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
9
Dian Farkhatus Solikha
Gambar 3
Kromatogram larutan standar 5% (a) dan larutan standar 10% (b)
(a)
(b)
Gambar 4
Kromatogram larutan standar 15% (a), larutan standar 20% (b), larutan standar
25% (c) dan larutan standar 30% (d)
(a)
(b)
10
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus
2017
Analisis Kandungan P-Xilena Pada Pertamax dan Pertamax Plus
( c)
(d)
Berdasarkan kromatogram larutan standar jelas terlihat bahwa terdapat tiga peak
yang tajam dan satu peak dengan intensitas kecil. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
larutan standar terdapat tiga komponen dan peak nomor 4 yang merupakan pengotor.
Peak nomor 1 merupakan komponen senyawa heksana karena heksana memiliki titik
didih paling rendah sehingga menguap dan keluar dari kolom terlebih dahulu.
Selanjutnya, peak nomor 2 merupakan komponen senyawa toluene karena memiliki titik
didih lebih besar dari heksana. Peak nomor 3 merupakan komponen senyawa p-xilena
karena memiliki titik didih tertinggi diantara
2 komponen lainnya. Secara teoritis,
kromatogram menghasilkan tiga peak karena campuran mengandung tiga komponen.
Namun berdasarkan kromatogram dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh empat
peak. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa peak nomor 4 merupakan pengotor
yang dikarenakan adanya kesalahan dalam penginjeksian maupun dalam pembuatan
larutan standar.
Hasil kromatogram pada sampel pertamax plus sama dengan hasil kromatogram
larutan standar dengan peak sebanyak
4 buah. Berikut ini adalah hasil kromatogram
untuk sampel pertamax plus.
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
11
Dian Farkhatus Solikha
Gambar 5
Kromatogram sampel pertamax plus
Untuk mengetahui apakah terdapat atau tidaknya xilena dalam sampel tersebut,
dapat dilakukan dengan membandingkan waktu retensi xilena pada sampel pertamax
plus dengan waktu retensi xilena pada larutan standar.
Tabel 4
Perbandingan waktu retensi xilena pada pertamax plus dan larutan standar
Waktu retensi xilena pada larutan
Waktu retensi xilena
standar
pada sampel pertamax
plus
Larutan standar xilena
5 %: 3,200
3,133
Larutan standar xilena
10 %: 3,150
Larutan standar xilena
15 %: 3,150
Larutan standar xilena
20 %: 3,150
Larutan standar xilena
25 %: 3,167
Larutan standar xilena
30 %: 3,167
Berdasarkan perbandingan tersebut, waktu retensi xilena mendekati waktu
retensi xilena pada larutan standar xilena 10%, 15% atau 20%. Namun bila dilihat dari
ketinggian peaknya, sampel pertamax plus cenderung mendekati larutan standar xilena
20%. Hal ini menandakan bahwa sampel tersebut mengandung xilena dan terbukti
dengan analisis kuantitatif bahwa kadar xilena dalam sampel tersebut adalah 19,412 %.
12
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus
2017
Analisis Kandungan P-Xilena Pada Pertamax dan Pertamax Plus
Hasil kromatogram pada pertamax menghasilkan 22 peak. Hanya beberapa peak
saja yang memiliki intensitas ketajaman yang tinggi. Ini menandakan bahwa dalam
pertamax mengandung
22 komponen. Berikut ini adalah hasil kromatogram untuk
sampel pertamax.
Gambar 6
Kromatogram sampel pertamax
Sama halnya pada sampel pertamax plus di atas, untuk mengetahui ada atau
tidaknya xilena dalam pertamax dapat dilakukan dengan membandingkan waktu
retensinya.
Tabel 5
Perbandingan waktu retensi xilena pada pertamax dan larutan standar
Waktu retensi xilena pada larutan
Waktu retensi 6
standar
peak pada
pertamax
Larutan standar xilena
5 %: 3,200
Peak 1 : 0,550
Larutan standar xilena
10 %: 3,150
Peak 2 : 0,900
Larutan standar xilena
15 %: 3,150
Peak 3 : 1,567
Larutan standar xilena
20 %: 3,150
Peak 4: 2,117
Larutan standar xilena
25 %: 3,167
Peak 5 : 3,133
Larutan standar xilena
30 %: 3,167
Peak 6 : 3,650
Berdasarkan perbandingan tersebut, waktu retensi peak
5 mendekati waktu
retensi xilena larutan standar. Bila dilihat dari ketinggian peaknya, peak
5 ini mirip
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
13
Dian Farkhatus Solikha
dengan peak xilena pada larutan standar xilena 5%. Hal tersebut terbukti dengan analisis
kuantitatif bahwa kadar xilena dalam pertamax sebesar 1,667 %.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas penulis dapat mendapat beberapa
kesimpulan, seperti:
1. kadar senyawa xilena dalam pertamax sebesar 1,667 %.
2. kadar senyawa xilena dalam sampel pertamax plus sebesar 19,4118 %
3. kadar senyawa xilena pada pertamax plus lebih besar dibandingkan pada
pertamax, maka nilai oktan pertamax plus lebih tinggi
14
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus
2017
Analisis Kandungan P-Xilena Pada Pertamax dan Pertamax Plus
BIBLIOGRAFI
Hendayana,Sumar. 1994. Kimia Analtik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.
_______________. 2006. Kimia Pemisahan. Bandung: Rosdakarya.
Kupiec, Tom.
2004. Quality-Control Analitical Methods
: Gas Chromatograpy.
International Journal of Pharmaceutical Compounding. Vo.8, No.4. Oklahoma
Oxtoby, D.W, Gillis, H.P, & Nachtries, N.H. 2003. Principles of Modern Chemistry 4th
Edition. Jakarta: Erlangga.
Pazitna,A, Janoskova,N, & Spanik,I. 2013. Multidimentional Gas Chromatograpy and
Its Application in Food and Environmental Analiysis. Journal of Acta Chimica
Slovaca Vol.6, No.1, pp.133-140. Slovakia
Sunarya, Yayan. 2005. Kimia Dasar II. Bandung: Gracia Indah Lestari
Tim Kimia Analitik Instrumen. 2009. Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen.
Bandung: FPMIPA UPI.
Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017
15