Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 3, Maret 2022

 

GAMBARAN PENGGUNAAN HERBAL OLEH MASYARAKAT PEDESAAN BALI

 

Pande Ayu Naya Kasih Permatananda

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa, Bali, Indonesia

Email[email protected]

 

Abstrak

Masyarakat pedesaan merupakan masyarakat yang aktif dalam mengolah tanaman herbal, termasuk di Desa Bukian, Bali. Desa Bukian merupakan salah satu desa di Bali yang masih aktif dalam memanfaatkan tanaman obat tradisional untuk berbagai tujuan kesehatan. Penelitian ini merupakan studi pendahuluan untuk mengetahui gambaran pemanfataan tanaman obat tradisional di Desa Bukian untuk selanjutnya dapat dikembangkan menjadi suatu produk sesuai kebutuhan masyarakat setempat. Kegiatan ini berbasis survei menyasar 100 responden yang merupakan penduduk Desa Bukian dan mengakui pernah menggunakan tanaman obat tradisional untuk tujuan kesehatan. Data yang dikumpulkan meliputi data demografis seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, keikutsertaan BPJS, riwayat penyakit 6 bulan terakhir, dan data pemanfaatan tanaman obat tradisional meliputi jenis tanaman, cara pemanfaatan, serta tujuan pemanfaatan. Melalui wawancara terstruktur, didapatkan 10 jenis tanaman yang paling banyak dimanfaatkan oleh penduduk Desa Bukian adalah jahe (59%), kunyit (55%), sirih (22%), kencur (12%), kumis kucing (7%), binahong (7%), lidah buaya (6%), beluntas (4%), temulawak (3%), dan papaya (3%). Sepuluh tanaman obat tradisional tersebut dapat menjadi salah satu bahan alam potensial untuk dibudidayakan dan diolah menjadi produk herbal komersial.

 

Kata Kunci:�� Herbal, Pedesaan, Desa Bukian, Bali

 

Abstract

Rural communities are people who are active in processing herbal plants, including in Bukian Village, Bali. Bukian village is one of the villages in Bali that is still active in utilizing traditional medicinal plants for various health purposes. This research is a preliminary study to find out the picture of the utilization of traditional medicinal plants in Bukian Village to be further developed into a product according to the needs of the local community. This activity is based on a survey targeting 100 respondents who are residents of Bukian Village and admitted to having used traditional medicinal plants for health purposes. The data collected includes demographic data such as age, gender, education, employment, BPJS participation, disease history of the last 6 months, and data on the utilization of traditional medicinal plants covering plant types, ways of utilization, and utilization purposes. Through structured interviews, the 10 most widely used types of plants by Bukian villagers are ginger (59%), turmeric (55%), betel (22%), kencur (12%), cat's whiskers (7%), binahong (7%), aloe vera (6%), beluntas (4%), ginger (3%), and papaya (3%). The ten traditional medicinal plants can be one of the potential natural ingredients to be cultivated and processed into commercial herbal products.

 

Keywords: Herbal, Rural, Bukian Village, Bali

 

Pendahuluan

Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam upaya pengobatan berbasis kearifan lokal, salah satunya herbal. Herbal merupakan salah satu aplikasi teknologi tepat guna dengan memanfaatkan sumber daya alam dan citra rasa budaya yang sangat bermanfaat dalam mendukung pembangunan kesehatan bangsa yang selama ini sebagian besar menggunakan pengobatan modern. Indonesia telah lama dikenal sebagai bangsa yang memiliki budaya dalam meracik, meramu, serta mengolah berbagai sumber bahan alam untuk menjaga keberlangsungan hidup. Bahan alam tersebut adalah tumbuh-tumbuhan yang diolah menjadi herbal yang memiliki khasiat untuk mengatasi berbagai penyakit (Sari, Yuniar, Siahaan, Riswati, & Syaripuddin, 2015). Meskipun pengobatan modern telah berkembang pesat di Indonesia, namun pengobatan tradisional tetap menjadi suatu alternatif pengobatan yang masih membudidaya di Indonesia. Sebuah survei berskala nasional pada tahun 2001 menyebutkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia justru melakukan swamedikasi tanpa dukungan medis. Lebih dari 30% diketahui meramu sendiri tanaman berkhasiat obat dan hampir 10% memilih metode pengobatan lain berdasar kepercayaan. Penggunaan tanaman sebagai herbal telah menjadi budaya dan kearifan lokal di Indonesia yang terus dilestarikan hingga saat ini (Novitasiah, 2013).

Berbagai kebijakan dalam usaha pengembangan pelayanan kesehatan di Indonesia telah terangkum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). SKN menjadi sebuah perwujudan upaya bangsa Indonesia dalam mengoptimalkan kesehatan bangsa sebagai cerminan kesejahteraan sosial, dan dalam hal tersebut, peran serta masyarakat sangat dibutuhkan. Upaya pengobatan tradisional sesungguhnya adalah perwujudan peran serta masyarakat dalam membantu strategi pemerintah untuk mewujudkan SKN melalui primary health care (PHC) (Badan Pusat Statistik, 2008). Pada tahun 2016, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia meningkatkan penggunaan herbal khususnya tanaman berkhasiat obat melalui asuhan mandiri pemanfaatan tanaman obat keluarga, termasuk keterampilan budidaya atau penanaman tanaman obat, dan pengolahannya menjadi herbal yang dapat dimanfaatkan oleh keluarga (Permatananda, 2020).

Pemerintah Indonesia termasuk Bali sangat mendukung penggunaan tanaman berkhasiat obat untuk ikut menunjang kesehatan masyarakat seperti yang tertuang dalam visi misi Gubernur Bali� (Arsana, 2019). Pengobatan tradisional yang berasal dari sumber alam seperti tanaman cenderung lebih mudah dijangkau masyarakat baik dari segi harga dan ketersediaannya. Pemanfaatan tanaman obat tradisional juga dirasa menjaga kearifan lokal masyarakat tertentu, seperti yang banyak dilakukan masyarakat Jawa dan Bali yang diketahui sangat kental dalam menjaga tradisi (Nursiyah, 2013). �Menurut Notoadmojo pada tahun 2017 masyarakat yang tinggal di pedesaan cenderung lebih memilih pengobatan tradisional dibandingkan dengan pengobatan modern (Notoatmodjo, 2007). Hingga saat ini, banyak desa yang aktif mengembangkan kelompok atau komunitas yang bergerak dalam penggunaan herbal, salah satunya adalah Desa Bukian melalui Kelompok TOGA Paras Usadha (Permatananda, 2020). Studi ini merupakan studi pendahuluan untuk mengetahui gambaran pemanfaatan tanaman obat tradisional di Desa Bukian untuk selanjutnya dapat dikembangkan sesuai kebutuhan masyarakat setempat

 

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif eksploratif untuk mengetahui gambaran pemanfaatan tanaman obat tradisional di Desa Bukian, Gianyar. Data pemanfaatan tanaman obat tradisional dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan� kuisioner yang terdiri dari 3 bagian meliputi lembar penjelasan responden pada bagian pertama, lembar persetujuan responden pada bagian ke dua, dan bagian ke tiga merupakan lembar pengumpulan data responden, meliputi data demografis, seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, keikutsertaan BPJS, dan Riwayat penyakit dalam 6 bulan terakhir, serta data pemanfataan tanaman obat tradisional meliputi jenis tanaman yang digunakan, cara pemanfaatan, dan tujuan pemanfaatan.

Pengumpulan responden untuk ikut dalam penelitian ini menggunakan consecutive sampling, yaitu pengumpulan data akan terus dilakukan hingga jumlah responden terpenuhi. Kami menggunakan rumus besar sampel untuk proporsi tunggal, dengan estimasi proporsi dimasukkan 0,5 karena proporsi penduduk yang menggunakan tanaman obat tradisional tidak diketahui, dan penyimpangan ditetapkan 10%. Sehingga, jumlah responden yang diharapkan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 100 orang.

Penduduk yang tinggal dan bermukim di Desa Bukian ditunjukkan dengan KTP dan mengakui pernah menggunakan tanaman obat tradisional atau obat tradisional yang berasal dari tanaman untuk tujuan kesehatan dimasukkan sebagai responden dalam penelitian ini. Responden yang menolak menandatangi lembar persetujuan dikeluarkan dari penelitian ini.

Data demografis meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, keikutsertaan BPJS, dan riwayat penyakit dalam 6 bulan terakhir akan ditampilkan dalam bentuk tabel persentase. Data� pemanfaatan tanaman obat tradisional akan dimuat berupa tabel 10 jenis tanaman terbanyak yang dimanfaatkan oleh penduduk Desa Bukian. Dengan masing-masing jenis tanaman tersebut, akan disajikan masing-masing frekuensi dan persentase terbanyak untuk cara pemanfaatan, dan tujuan pemanfaatannya.

 

 

 

Hasil dan Pembahasan

Data demografis sebagai karakteristik responden ditampilkan pada tabel 3.1. Lebih dari 50% responden adalah laki-laki, meskipun jumlah responden perempuan juga tidak sedikit sebanyak 41%. Meskipun berdasarkan penelitian sebelumnya disebutkan bahwa kebiasaan menanam tanaman obat dan pemanfaatan tanaman obat tradisional sudah lama dilakukan oleh para ibu rumah tangga. Perilaku konsumsi dalam keluarga termasuk penggunaan tanaman obat keluarga sangat dipengaruhi oleh sikap ibu. Penghematan keuangan saat pemilihan dan penggunaan obat-obatan, baik itu herbal atau obat konvensional sering menjadi dasar pemikiran ibu rumah tangga (Sari et al., 2015) (Cahyawati, Saniathi, & Pradnyawati, 2021). Sebagian besar usia responden berkisar antara usia 17 sampai 50 tahun, yaitu pada usia produktif. Pada penelitian yang dilakukan di Riau pada tahun 2019 disebutkan bahwa usia produktif cenderung memiliki aktivitas fisik yang dapat sehingga lebih sering untuk terkena gejala penyakit ringan yang dapat disembuhkan dengan tanaman obat tradisional (Setyaningrum, 2019). Selain itu, mayoritas responden berada pada usia produktif sehingga memiliki daya tangkap dan pola pikir yang baik. Usia produktif membuat daya tangkap dan pola pikir semakin berkembang sehingga diperkirakan mudah untuk menemukan informasi yang tepat terkait tanaman herbal (Pandit & Permatananda, 2018).

Tabel 1

Karakteristik Responden

No

Karakteristik

Persentase (n=100)

1

Jenis Kelamin

-Laki-laki

-Perempuan

 

59%

41%

2

Umur

- 17 � 50 tahun

- > 50 tahun

 

69%

31%

3

Pendidikan

- Di bawah SMA

- Minimal SMA

 

23%

77%

4

Pekerjaan

- Bekerja

- Tidak Bekerja

 

51%

49%

5

Keikutsertaan BPJS

- Ya

- Tidak

 

93%

7%

6

Riwayat penyakit dalam 6 bulan terakhir

- Ada

- Tidak ada

 

 

94%

6%


 

Mayoritas penduduk Desa Bukian yang mengikuti survei ini didapatkan memiliki tingkat pendidikan yang baik atau setara SMA (77%). Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam menyerap serta mengolah informasi, sikap, pengetahuan, dan prilaku kesehatan, termasuk penggunaan herbal dalam menunjang kesehatan (Oktarlina & Carolia, 2018) (Ariawan, Herryadi, & Permatananda, 2020). Seseorang dengan pengetahuan tinggi biasanya cenderung memilih pengobatan yang dianggap aman dan bermanfaat (Harahap, Khairunnisa, & Tanuwijaya, 2017). Sebagian besar responden adalah bekerja. Ibu rumah tangga, pensiunan, dan mahasiswa atau pelajar dikategorikan sebagai tidak bekerja pada penelitian ini. Menurut sebuah survei pada tahun 2010 ditemukan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia �yang merupakan pengguna herbal adalah kelompok umur lansia, status kawin/cerai, pendidikan rendah, dan pekerjaan petani/nelayan/tidak bekerja (Supardi, 2010). Studi yang dilakukan oleh Supadmi pada tahun 2013 menyatakan bahwa pengobatan sendiri tanpa bantuan medis biasanya dilakukan oleh pasien atau penduduk yang tidak memiliki asuransi kesehatan. Pengobatan sendiri atau swamedikasi tersebut dapat berupa penggunaan obat-obatan termasuk herbal tanpa berkonsultasi dengan dokter (Supadmi, 2013). Kasus-kasus di mana obat tradisional atau herbal seperti jamu sering digunakan biasanya berupa keluhan atau penyakit ringan yang tidak memerlukan konsultasi atau peresepan dokter, seperti batuk, pilek, sakit kepala, ataupun masuk angin, serta penyakit-penyakit kronis yang tidak bersifat akut dan belum ditemukan pengobatan definitif, seperti kanker, hipertensi, dan sebagainya (Jennifer & Saptutyningsih, 2015). Hanya Sebagian kecil responden yang tidak memiliki penyakit dalam 6 bulan terakhir, sehingga tujuan pemanfaatan tanaman obat tradisional biasanya terkait dengan pencegahan atau pemeliharaan Kesehatan. World Health Organization (WHO) memberikan rekomendasi untuk penggunaan obat tradisional atau herbal oleh masyarakat dalam tujuan atau ruang lingkup pemeliharan kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit, termasuk untuk penyakit kronis, degeneratif dan kanker (Agustina, 2016).

Tabel 2.

Tanaman Obat Tradisional yang Banyak Dimanfaatkan Penduduk Desa Bukian

No

Jenis tanaman (n=100)

Cara Pemanfaatan (n=100)

Tujuan Pemanfaatan (n=100)

1

Jahe (59%)

Direbus (52%)

Menghangatkan badan (48%)

2

Kunyit (55%)

Direbus (20%)

Mengeringkan luka (15%)

3

Sirih (22%)

Direbus (17%)

Menjaga kesehatan reproduksi wanita (13%)

4

Kencur (12%)

Dibuat boreh (12%)

Menghangatkan badan (8%)

5

Kumis Kucing (7%)

Direbus (6%)

Melancarkan kencing (3%)

6

Binahong (7%)

Dibuat jamu/loloh (5%)

Menurunkan tekanan darah (3%)

7

Lidah Buaya (6%)

Dipakai langsung (5%)

Menguatkan rambut (5%)

8

Beluntas (4%)

Dibuat jamu/loloh (3%)

Menghilangkan bau badan (3%)

9

Temulawak (3%)

Direbus (3%)

Menurunkan tekanan darah (2%)

10

Pepaya (3%)

Dihaluskan (3%)

Melancarkan pencernaan (2%)

 

Melalui prosedur wawancara, penelitian ini berhasil mengumpulkan sebanyak 38 jenis tanaman yang dimanfaatkan oleh warga Desa Bukian untuk tujuan kesehatan, dengan 10 jenis tanaman dengan frekuensi terbanyak adalah jahe (59%), kunyit (55%), sirih (22%), kencur (12%), kumis kucing (7%), binahong (7%), lidah buaya (6%), beluntas (4%), temulawak (3%), dan pepaya (3%), seperti yang dikemukakan pada table 3.2. Berdasarkan penelitian kualitatif yang pernah dilakukan di Jawa dan Bali pada tahun 2015, sepuluh jenis tanaman terbanyak yang dimanfaatkan meliputi sirih (Piper betle), kunyit (Curcuma longa), temulawak (Curcuma zanthorrhiza), jahe (Zingiber officinale), kumis kucing (Orthosiphon aristatus), daun binahong (Anredera cordifolia), daun beluntas (Pluchea indica), kencur (Kaempferia galanga), sambiloto (Andrographis paniculate), dan temu ireng (Curcuma aeruginosa) (Sari et al., 2015). Desa Bukian berada di kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar berjarak kurang lebih 33 km dari pusat Kota Denpasar memiliki topografi dan bentang alam yang beragam. Kecamatan Payangan sendiri terletak di dataran yang sedikit tinggi sehingga cocok untuk pengembangan atau budidaya tanaman hortikultura, termasuk tanaman-tanaman berkhasiat obat (Supartha et al., 2013)

Pada penelitian berdasar survei ini, jahe dilaporkan memiliki proporsi terbanyak digunakan untuk Kesehatan (59%).� Pada dasarnya jahe (Zingiber officinale) termasuk dalam kondimen terbanyak yang dominan dikonsumsi penduduk dunia. Kandungan aktif dari jahe dipercaya berpengaruh terhadap fungsi fisiologi tubuh dan memiliki efek farmakologi. Sejumlah studi selama ratusan tahun menyebutkan jahe dapat digunakan untuk terapi berbagai gangguan seperti influenza, nausea, arthritis, migraine, serta hipertensi (Ademuyiwa, Bode, Adesanya, & Elebute, 2012) Pada penelitian ini, tujuan penggunaan terbanyak untuk jahe adalah untuk menghangatkan badan.� Jahe disimpulkan sangat bermanfaat dalam pencegahan atau penatalaksanaan bermacam penyakit akibat kandungan aktif gingerol yang bersifat antiinflamasi dan memiliki antioksidan tinggi (Aryanta, 2019). Seperti jahe, kunyit juga sudah banyak diteliti dan memiliki manfaat untuk Kesehatan tubuh (Permatananda, 2020). Di Desa Bukian, Kunyit terbanyak dimanfaatkan untuk pengeringan luka. Kunyit disebutkan mempunyai kandungan senyawa aktif curcumin yang berfungsi untuk meningkatkan waktu penyembuhan luka. Curcumin juga berperan dalam proses re-epitelialisasi, mengatasi peradangan, meningkatkan densitas kolagen jaringan serta proliferasi fibroblast.

Tanaman terbanyak ketiga yang dimanfaatkan sebagai herbal oleh penduduk Desa Bukian adalah sirih (22%), dimanfaatkan dengan cara direbus untuk menjaga Kesehatan reproduksi wanita. Selama ini sirih (Piper Betle) memang sudah banyak digunakan sebagai bahan alami dalam sabun pembersih vagina. Penelitian Zubier et al. pada tahun 2010 menunjukan bahwa pemanfaatan ekstrak daun sirih dalam waktu satu minggu dapat digunakan untuk mengatasi gangguan flour albus dengan menurunkan jumlah lendir tanpa memiliki efek terhadap flora normal, sehingga relatif aman untuk penatalaksanaan keputihan (Zubier, 2010).

Kencur merupakan proporsi tanaman terbanyak keempat yang dimanfaatkan di Desa Bukian untuk menghangatkan badan. Kencur (Kaempferia galanga L) termasuk salah satu famili Solanaceae yang digunakan sebagai bahan boreh oleh masyarakat Bali. Kencur merupakan salah satu jenis rimpang, selain jahe, kunyit, lengkuas, dan bangle yang sering digunakan untuk boreh di Bali. Sejak dahulu kala, rimpang seperti kencur dikenal di Indonesia dapat digunakan untuk mengatasi berbagai keluhan, seperti mengurangi rasa sakit, pembengkakan, dan menghilangkan rasa lelah. Kencur juga dapat dibuat menjadi suatu ramuan obat minum yaitu beras kencur yang berfungsi menghilangkan nyeri tubuh. Secara empiris disampaikan bahwa kencur berkhasiat untuk merelaksasikan otot dan menyembuhkan peradangan (Riantini, Andini, Florencia, & Rabiah, 2019)

Tanaman berikutnya adalah Kumis Kucing (7%) yang dimanfaatkan menurut survei ini adalah untuk melancarkan kencing. Berdasarkan studi-studi yang pernah dilakukan sebelumnya, Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus) dipercaya dapat dimanfaatkan untuk mengobati batu ginjal, melancarkan pengeluaran urin, mengurangi proses radang kandung kemih, dan menurunkan kadar glukosa darah. Adanya senyawa metabolit sekunder seperti; ortosiphon, sinensetin, saponin, flavonoid dan garam alkali terutama kalium, mengakibatkan tanaman ini memiliki aktivitas farmakologis sebagai diuretik yang dapat meningkatkan pengeluaran urin dan bekerja langsung terhadap ginjal (Madyastuti, Widodo, Purwaningsih, & Harlina, 2020).� Sedangkan Binahong (Anredera cordifolia) dipercaya dapat menurunkan tekanan darah seperti pada penelitian yang pernah dilaksanakan di Bandung tahun 2016 bahwa Binahong memiliki aktivitas diuretik sehingga dapat berfungsi sebagai agen anti-hipertensi (Garmana, Sukandar, & Fidrianny, 2016). Manfaat Lidah Buaya (Aloe vera) untuk Kesehatan rambut sudah sering dibicarakan sejak dahulu. Enzim yang dikandung oleh Lidah Buaya dapat mencegah kerontokan rambut dengan memberikan perlindungan kepada jaringan scalp, dan membantu mengurangi timbulnya ketombe. Selain untuk Kesehatan rambut, Lidah Buaya juga memiliki sejumlah aktivitas farmakologis sebagai antiseptik, antibakteri, anti-inflamasi, dan agen laksatif (Kumar & Xagoraraki, 2010). Sebanyak 3% masyarakat Desa Bukian memanfaatkan Beluntas (Pluchea indica) untuk mengurangi bau badan atau sebagai agen antiperspirant. Uji efektivitas sediaan deodorant yang mengandung ekstrak beluntas berpengaruh terhadap penurunan intensitas bau asam isovalerate yang berasal dari kelenjar keringat ekrin dan apokrin (Isnaini & Handini, 2007).

Selain Binahong, terdapat sejumlah penduduk Desa Bukian yang memanfaatkan temulawak (Curcuma xanthorizza)� untuk menurunkan tekanan darah (2%). Studi sebelumnya menyebutkan bahwa temulawak secara efektif menghambat kontraksi yang diinduksi oleh kalsium klorida, kalium klorida dan noradrenaline pada cincin aorta tikus. Efek relaksasi tersebut akibat dari penghambatan terhadap pemasukan ion kalsium ke dalam sel-sel otot polos vaskular aorta tikus. Mekanisme pasti secara jelas belum dapat disimpulkan. Selain sebagai agen antihipertensi, temulawak juga diperkirakan memiliki efek antimicrobial, anti-inflamasi, antioksidatif, antihiperglikemi, antiplatelet, serta memberikan perlindungan terhadap ginjal dan hepar (Oon et al., 2015). Pepaya (Carica papaya L. ) merupakan bahan alam yang biasa digunakan untuk mengobati gangguan pencernaan terutama di negara-negara tropis. Beberapa penelitian observasi klinis sudah menunjukkan bahwa pepaya memiliki efek positif terhadap pasien dengan konstipasi, nyeri lambung, dan gejala-gejala yang berhubungan dengan Iritable Bowel Syndrome. Di Desa Bukian, sebanyak 2% responden mengkonsumsi pepaya untuk melancarkan pencernaan.

Selain 10 jenis tanaman yang disebutkan pada table 2, masih banyak jenis tanaman lainnya yang dimanfaatkan oleh responden untuk tujuan Kesehatan. Sebagian besar pemanfaatan tanaman tradisional sebagai obat biasanya merupakan bentuk swamedikasi yang dilakukan oleh masyarakat, yang biasanya ditujukan untuk pemeliharaan Kesehatan yang bersifat pencegahan dan gejala penyakit yang bersifat ringan (Permatananda, 2020). Meskipun jumlah responden dalam penelitian ini terbatas, namun hasil survei ini setidaknya dapat memberikan gambaran awal pemanfaatan tanaman herbal oleh penduduk di Desa Bukian. Recall bias sangat mungkin terjadi terutama pada penelitian-penelitian dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa wawancara, sehingga sebelum melakukan kegiatan ini kami melakukan pelatihan dan penyamaan persepsi kepada surveyor sehingga diharapkan surveyor mampu menggali informasi terkait pemakaian tanaman obat tradisional di Desa Bukian dengan benar.

 

Kesimpulan

Penelitian ini merupakan studi pendahuluan untuk mendapatkan gambaran pemanfaatan tanaman obat tradisional di Desa Bukian dan berhasil mengumpulkan 38 jenis tanaman yang dimanfaatkan Desa Bukian untuk tujuan kesehatan, dengan sepuluh jenis tanaman dengan frekuensi terbanyak adalah jahe (59%), kunyit (55%), sirih (22%), kencur (12%), kumis kucing (7%), binahong (7%), lidah buaya (6%), beluntas (4%), temulawak (3%), dan pepaya (3%). Sepuluh tanaman herbal ini dapat menjadi salah satu primadona nabati yang potensial untuk dibudidayakan dan dibuat produk herbal untuk membantu menjaga kesehatan masyarat di Desa Bukian. Selain itu dengan didukung oleh bentang alam yang luas dan iklim yang baik, Desa Bukian dapat menjadi salah satu lahan potensial untuk pengembangan tanaman obat tradisional di Bali

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Ademuyiwa, Adesoji O., Bode, Chris O., Adesanya, Opeoluwa A., & Elebute, Olumide A. (2012). Non-Trauma Related Paediatric Abdominal Surgical Emergencies In Lagos, Nigeria: Epidemiology And Indicators Of Survival. Nigerian Medical Journal: Journal Of The Nigeria Medical Association, 53(2), 76. Google Scholar

 

Ariawan, M. B. T., Herryadi, G. R. A., & Permatananda, Pank. (2020). Level Of Knowledge, Attitude, And Behavior Of Housewives About Mosquito Nest Eradication In Bali 2017. Proceedings Of The 1st Seminar The Emerging Of Novel Corona Virus, Ncov2020. European Alliance For Innovation (Eai). Google Scholar

 

Arsana, I. Nyoman. (2019). Keragaman Tanaman Obat Dalam Lontar �Taru Pramana� Dan Pemanfaatannya Untuk Pengobatan Tradisional Bali. Jurnal Kajian Bali (Journal Of Bali Studies), 9(1), 241. Google Scholar

 

Aryanta, I. Kadek Darsika. (2019). Implementasi Post To Post Physics Adventure Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa. Journal Of Education Technology, 2(4), 160�168. Google Scholar

 

Cahyawati, Putu Nita, Saniathi, Ni Kadek Elmy, & Pradnyawati, Luh Gede. (2021). Edukasi Prosedur Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pada Kelompok Pemandu Wisata Di Bali. Community Service Journal (Csj), 4(1), 111�116. Google Scholar

 

Garmana, Afrillia Nuryanti, Sukandar, Elin Yulinah, & Fidrianny, Irda. (2016). Preliminary Study Of Blood Pressure Lowering Effect Of Anredera Cordifolia (Ten) Steenis On Wistar Rats. International Journal Of Pharmacognosy And Phytochemical Research, 8(2), 300�304. Google Scholar

 

Harahap, Nur Aini, Khairunnisa, Khairunnisa, & Tanuwijaya, Juanita. (2017). Pengetahuan Pasien Dan Rasionalitas Swamedikasi Di Tiga Apotek Kota Panyabungan. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 3(2), 186�192. Google Scholar

 

Isnaini, Yupi, & Handini, Elizabeth. (2007). Perkecambahan Biji Kantong Semar (Nepenthes Gracilis Korth.) Secara In Vitro. Botanic Gardens Bulletin, 10(2), 40�46. Google Scholar

 

Jennifer, Herika, & Saptutyningsih, Endah. (2015). Preferensi Individu Terhadap Pengobatan Tradisional Di Indonesia. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan, 16(1), 26�41. Google Scholar

 

Kumar, Arun, & Xagoraraki, Irene. (2010). Pharmaceuticals, Personal Care Products And Endocrine-Disrupting Chemicals In Us Surface And Finished Drinking Waters: A Proposed Ranking System. Science Of The Total Environment, 408(23), 5972�5989. Google Scholar

 

Madyastuti, Rini, Widodo, Setyo, Purwaningsih, Erni H., & Harlina, Eva. (2020). Aktivitas Diuretik Dan Analisa Mineral Urin Perlakuan Ekstrak Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon Stamineus Benth) Pada Tikus Jantan. Acta Veterinaria Indonesiana, 8(2), 16�23. Google Scholar

 

Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Google Scholar

 

Novitasiah, H. R. (2013). Study Etnobotani Komparatif Tumbuhan Rempah Yang Bernilai Obat Di Desa Tombi Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah.[Skripsi]. Palu: Fkip Universitas Tadulako. Google Scholar

 

Nursiyah. (2013). Studi Deskriptif Tanaman Obat Tradisional Yang Digunakan Orangtua Untuk Kesehatan Anak Usia Dini Di Gugus Melati Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo. Universitas Negeri Semarang, Semarang.

 

Oktarlina, Rasmi Zakiah, & Carolia, Novita. (2018). Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Penggunaan Obat Tradisional Di Desa Nunggalrejo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Jk Unila Jurnal Kedokteran Universitas Lampung, 2(1), 42�45. Google Scholar

 

Oon, Yoong Ling, Ong, Soon An, Ho, Li Ngee, Wong, Yee Shian, Oon, Yoong Sin, Lehl, Harvinder Kaur, & Thung, Wei Eng. (2015). Hybrid System Up-Flow Constructed Wetland Integrated With Microbial Fuel Cell For Simultaneous Wastewater Treatment And Electricity Generation. Bioresource Technology, 186, 270�275. Google Scholar

 

Pandit, I. Gde Suranaya, & Permatananda, Pank. (2018). Improving Hygiene And Sanitation Behavior Among Pemindang Workers In Kusamba Village Through Direct Training And Demonstration Plot International Conference Of Social Science. Icoss 2018: Proceedings Of International Conference Of Social Science, Icoss 2018, Denpasar, Indonesia, 219. European Alliance For Innovation. Google Scholar

 

Permatananda, Pande Ayu Naya Kasih. (2020). Asuhan Mandiri Pemanfaatan Tanaman Obat Tradisional Di Desa Bukian, Bali. Dharmakarya, 9(4), 266�270. Google Scholar

 

Riantini, Regina Eka, Andini, Siswi, Florencia, Maria Marista, & Rabiah, Arbi Siti. (2019). E-Marketing Strategy Analysis Of Consumer Purchase Decision In Indonesia Online Sports Stores. 2019 International Conference On Information Management And Technology (Icimtech), 1, 426�431. Ieee. Google Scholar

 

Sari, Ida Diana, Yuniar, Yuyun, Siahaan, Selma, Riswati, Riswati, & Syaripuddin, Muhamad. (2015). Tradisi Masyarakat Dalam Penanaman Dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Lekat Di Pekarangan. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 123�132. Google Scholar

 

Setyaningrum, Ririn. (2019). Aplikasi Pemberian Minuman Herbal Jahe Merah Dan Madu Untuk Mengatasi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Pada Balita Dengan Ispa. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Magelang. Google Scholar

 

Supadmi, Woro. (2013). Gambaran Pasien Geriatri Melakukan Swamedikasi Di Kabupaten Sleman Discription Of Geriatric Patients In Doing The Self Medication In Sleman. Pharmaciana. Google Scholar

 

Supardi, Sudibyo. (2010). Penggunaan Obat Tradisional Dalam Upaya Pengobatan Sendiri Di Indonesia (Analisis Data Susenas Tahun 2007). Buletin Penelitian Kesehatan, 38(2). Google Scholar

 

Zubier, Khalid M. (2010). Sea Level Variations At Jeddah, Eastern Coast Of The Red Sea. Journal Of King Abdulaziz University, 21(2), 73. Google Scholar

 

 

Copyright holder:

Pande Ayu Naya Kasih Permatananda (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: