Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541-0849

e-ISSN : 2548-1398

Vol. 2, No 4 April 2017

�

 

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PROFESIONAL TENAGA MEDIS, BUDAYA KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MUTU PELAYANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT WALED KAB. CIREBON�

Endang Pujiastuti

STIBA INVADA Cirebon

Email: [email protected]

Abstrak

Pelayanan kesehatan adalah bentuk pelayanan yang diberikan tenaga medis pada pasien secara baik dan sesuai dengan standar pelayanan profesional. Di Indonesia sendiri pelayanan kesehatan menjadi hak warga negara, khususnya warga negara yang sedang kondisi tidak sehat. Namun, kendati menjadi hak warga negara, pelayanan kesehatan kerap kali diremehkan, bahkan diacuhkan oleh tenaga medis yang seharusnya memberi pelayanan prima untuk setiap pasien-pasien. Banyaknya tenaga medis yang mengacuhkan mutu pelayanan membuat masyarakat dan pasien resah, sehingga menimbulkan beberapa persepsi mengenai hal tersebut. Rumah Sakit Waled yang terletak di Kabupaten Cirebon pun tak luput dari perkara mengnai hal tersebut. Penelitian ini sendiri adalah penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan antara kompetensi profesional tenaga medis, budaya kerja, gaya kepemimpinan dengan mutu pelayanan pasuen rawat inap di Rumah Sakit Waled. Penelitian ini sendiri dilakukan pada Rumah Sakit Waled dengan rentang waktu penelitian antara Desember 2013 hingga Februari 2014. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja di Rumah Sakit Waled. Dari penelitian dan analisis yang dilakukan peneliti, didapati bahwa ada hubungan erat antara kompetensi profesional tenaga medis, budaya kerja, dan gaya kepemimpinan terhadap mutu pelayanan.

Kata Kunci: Mutu Pelayanan, Budaya Kerja, Gaya Kepemimpinan

Pendahuluan

Dalam kehidupan bernegara, pemerintah pada hakikatnya memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat begitupun institusi privat seperti rumah sakit Swasta ia tidak hanya berorientasi pada keuntungan tetapi factor public service sebagaai sesuatu keniscayaan dan sebaliknya masyarakat menerima pelayanan dari aparat pemerintah sesuai dengan tugas masing-masing Instansi, rumah sakit swasta (institusi privat) secara substansial mutu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat tergantung pada manajemen dalam organisasi sehingga mampu mencapai tujuan organisasi dalam memberikan pelayanan yang baik kepada� masyarakat. Pelayanan yang baik kepada masyarakat sangat ditentukan oleh peranan sumber daya manusia sebagai pelaku utama yang sangat menentukan dalam poses pencapaian tujuan organisasi.�

Terjadi asumsi umum pada ruang publik bahwa pelayanan rumah sakit pemerintah seringkali mengalami kekecewaan demi kekecewaan begitupun di rumah sakit swasta tertentu dan isu itu telah merambah pada dimensi kesan personal atas pelayanan yang belum puas tadi. Hal ini tercermin dari banyaknya keluhan dari masyarakat misalnya tentang lamanya penyelesaian penangannan pasien terlebih jika jatuh pada hari libur, dan lambannya respon pegawai terhadap pasien. Lambannya� pelayanan kesehatan telah mengakibatkan terhambatnya kepercayaan publik akan kualitas institusi kesehatan sebagai ruang harapan.

Rumah Sakit Waled sebagai� pelaksana penyelenggaraan pelayanan kesehatan dituntut mampu meningkatkan pelayanan yang optimal, sehingga masyarakat dapat merasakan kepuasan apabila membutuhkan suatu pelayanan, seperti instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap, instalasi penunjang medis, instalasi pelayanan khusus� (fisioterapi Home Care ,One Day Care), pelayanan 24 jam� dan lain sebagainya.� Agar dapat memberi pelayanan yang memuaskan terhadap pasien� maka perlu disiapkan sumber daya manusia baik pegawai maupun tenaga medis yang bekerja dengan baik dan memberi pelayanan yang baik pula. untuk memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap, rumah sakit waled� memiliki 396 pegawai, seperti pada tabel berikut.

Tabel 1

Jumlah Seluruh Pegawai Rumah Sakit Waled 2013

No

Dokter

Jumlah

1

Tenaga Medis

24

2

Tenaga Para Medis

173

3

Tenaga Para Medis Non Perawat

47

4

Tenaga Non Medis

147

Jumlah

396

�������� Sumber : Daftar Rumah Sakit Waled 2013 di kelola

Sebagai salah satu institusi kesehatan yang ada di Cirebon, Rumah Sakit Waled memiliki peranan penting dalam meningkatkan pelayanan masyarakat, khususnya di bidang pelayanan kesehatan. Namun, dalam upaya memperbaiki pelayanan kesehatan� kepada masyarakat, Rumah Sakit Waled tetap berpedoman pada ketetapan pemerintah yang mengatur diktum pelayanan rumah sakit kepada masyarakat sesuai Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 91 tahun 1993 tentang Pedoman Tata laksana Pelayanan Umum. Dalam keputusan itu disebutkan bahwa pelayanan umum yang dilaksanakan dalam sebuah rangkaian kegiatan terpadu bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar, serta terjangkau. Di sisi lain, selain Rumah Sakit Waled, beberapa rumah sakit lain juga seyogyanya harus berpenggang teguh pada aturan tersebut, yang secara sederhana, mereka harus senantiasa memperhatikan setiap pelayanan yang diberikan pada masyarakat. Adapun pelayanan yang dianjurkan untuk diberikan pada masyarakat adalah model pelayanan dengan sifat yang seperti disebutkan pada keputusan menteri di atas.

Pelayanan sendiri memang memberi andil dalam mencapai kepuasaan pasien, dalam kaitannya dengan pelayanan kesehatan. Namun, dalam penerapannya, sebuah pelayanan kesehatan akan dianggap baik apabila pasien merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan.

Pasien rawat inap adalah pasien dengan kuantitas pelayanan yang lebih banyak dibanding dengan rawat jalan. Pasien rawat inap akan dengan mudah menilai pelayanan yang didapatnya dari instansi kesehatan. Hal yang sama juga berlaku pada pasien rawat inap yang ada di Rumah Sakit Waled Kabupaten Cirebon. Sebab, seperti yang disampaikan sebelumnya, mutu pelayanan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Waled akan lebih terlihat dibanding dengan pasien lain, sehingga dapat dijadikan rujukan untuk menilai kadar kualitas/mutu pelayanan dari Rumah Sakit Waled.

Mutu pelayanan sendiri adalah satuan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang pada satu pihak menunjukan kepuasaan pasien dan penduduk, serta di lain pihak menunjukkan ketaan pada kode etik dan standar pelayanan profesional yang telah ditetapkan (Depkes RI; 1998). Pada pelaksanaannya sebuah mutu pelayanan akan sangat berkaitan dengan tiga hal, yakni kompetensi profesional tenaga medis, budaya kerja, serta gaya kepemimpinan pada unit pelayanan kesehatan.

Kompetensi sendiri diartikan sebagai perpaduan antara pengetahuan,� nilai, keterampilan dan sikap yang diterapkan pada kebiasaan berpikir dan bertindak (Mulyasa, 2004; 37-38). Sedangkan Wardiman Djojonegoro (1996) mengungkapkan bahwa kompetensi adalah karakteristik dasar yang dimiliki oleh seorang individu yang memiliki hubungan secara kausal dengan standar penilaian yang tereferensi pada performansi yang superior. Adapun kaitannya dengan mutu pelayanan, kompetensi profesional tenaga medis adalah perpaduan antara pengetahuan, nilai, keterampilan, serta sikap yang diterapkan pada pola berpikir dan pengambilan keputusan yang dituangkan dalam dunia medis, yang pada penerapannya, setiap pola berpikir dan pengambilan keputusan yang dilakukan selalu merujuk pada standar pelayanan profesional yang telah ditetapkan.

Budaya kerja sendiri memiliki arti yang beragam. Namun, menurut Mangkunegara (2005: 133) yang dikutip dari Edgar H. Schen, budaya kerja diartikan sebagai sebuah sistem keyakinan dan/atau seperangkat asumsi, nilai, serta norma yang dikembangkan dalam sebuah organisasi, yang pada tahap lebih lanjut digunakan sebagai pedoman bagi tiap anggotanya. Dalam kaitannya dengan mutu pelayanan kesehatan, budaya kerja yang dianut dalam unit pelayanan kesehatan akan sangat berpengaruh pada bagaimana dokter, perawat, bidan, dan/atau pihak lainnya memberikan pelayanan bagi pasien. Budaya kerja memiliki andil dalam membentuk persepsi tenaga medis dalam memberikan pelayanan prima pada setiap pasien yang datang padanya.

Tak berbeda jauh dengan kedua hal di atas, gaya kepempimpinan dalam sebuah unit pelayanan juga sangat memberi andil dalam meningkatkan dan/atau bahkan mengurangi mutu pelayanan. Gaya kepemimpinan sendiri adalah norma atau cara yang digunakan seseorang untuk mempengaruhi orang lain yang dilihatnya (Thoha, 2013: 49). Dalam kaitannya dengan mutu pelayanan, gaya kepemimpinan memiliki andil yang cukup besar, dimana seorang pemimpinan unit pelayanan harus senantiasa mempengaruhi tenaga medis yang dimilikinya agar senantiasa memberi pelayanan prima bagi setiap pasien yang datang.

Adapun kaitan tiga hal di atas dengan penelitian ini adalah, peneliti ingin menganalisi hubungan yang terjadi antara kompotensi profesional tenaga medis, budaya kerja, serta gaya kepemimpinan yang dianut di Rumah Sakit Waled dengan mutu pelayanan yang didapat pasien rawat inap di Rumah Sakit Waled.

 

 

Metodologi Penelitian

����������� Penelitian ini dlakukan pada Rumah Sakit Waled yang terletak di Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2013 hingga Februari 2014 dengan tahapan penelitian meliputi (1) Prasurvai, (2) Uji coba Instrumen, (3) Pengumpulan Data,� (4) Analisis Data, dan (5) penulisan laporan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang ada pada Rumah Sakit Waled, dengan target populasi adalah dokter, tenaga medis, dan administrasi (non medis). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teknik cluster stratified random sampling berdasarkan golongan. Pada tahap lanjutan, teknik pengambian sampel ini kemudian mengarahkan penulis untuk membuat tabel pengelompokan sebagaimana berikut:

Tabel 2

Populasi Target Tenaga Dokter/ Tenaga medis dan pegawai admistrasi/ non medis di Rumah Sakit Waled

No

Dokter

Jumlah

1

Tenaga Medis

24

2

Tenaga Para Medis

173

3

Tenaga Para Medis Non Perawat

47

4

Tenaga Non Medis

147

Jumlah

396

 

Tabel 3

Sampel Tenaga Dokter/ Tenaga medis dan pegawai admistrasi/ non medis di Rumah Sakit Waled

No

Dokter

Jumlah

1

Tenaga Medis

24

2

Tenaga Para Medis

25

3

Tenaga Para Medis Non Perawat

21

4

Tenaga Non Medis

10

Jumlah

80

����������� Metode yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada metode penelitian survey dengan pendekatan korelasional. Metode ini digunakan untuk memudahkan menemukan hubungan (korelasi) antara variabel bebas dengan variabel terikat berdasarkan fakta dan data yang sudah terjadi. Sehingga penelitian dilakukan tanpa ada sesuatu perlakuan (treatment) apapun dari peneliti.

����������� Model hubungan antara keempat variabel penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk konstelasi permasalahan sebagai berikut:

 

 

 

Gambar 1

Alur Hubungan Variabel Penelitian

 

 

 

 

 

 

�������������������������������������

 

Keterangan:

X1 = Kompetensi Profesional� Tenaga Medis�����

X2 � = Budaya Kerja��

X3 = Gaya Kepemimpinan

Y�� = Mutu Pelayanan pasien rawat� inap

����������� Dalam prosesnya instrumen penelitian yang digunakan disini ialah instrumen penelitian yang dikembangan sendiri oleh peneliti. Adapun uraian dari instrumen penelitian yang dimaksud telah penulis rangkum melalui tabel yang ada di bawah ini:

Tabel 4

Instrumen Mutu Pelayanan

No

Indikator

Butir Pernyataan

1.

Cepat

1, 2, 3, 4, 5, 6,

2.

Tepat

7, 8, 9, 10, 11, 12

3.

Ramah

13, 14, 15, 16, 17, 18

4.

Nyaman

19, 20, 21,

5.

Kesesuaian hasil

22, 23, 24, 25, 26,���������� ���27, 28, 29

6.

Berdaya guna, tepat waktu dan tempat dan efisien

30, 31, 32, 33, 34,������������� 35, 36, 37

Total

37

 

 

 

 

Tabel 5

Instrumen Komponen Profesional

No

Indikator

Butir

1.

Aspek kognitif: Pemahaman isi, jiwa, makna undang-undang, peraturan dan ketentuan-ketentuan pelayanan Rumah Sakit

1, 2,� 3, 4, 5, 6, 7, 8

2.

Aspek afektif: Kepatuhan, ketaatan, serta kompetensi pribadi, sosial dan profesional terhadap semua ketentuan,� undang-undang, peraturan dan sistem dan prosedur Rumah Sakit

9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,� 16

3

Aspek strategi kognitif: sebagai suatu kemampuan melakukan berbagai cara dan pendekatan pemecahan masalah Rumah Sakit� sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan Rumah sakit dan para stakeholders/pelanggan( Pasien Rawat Inap

17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26

4

Aspek psikomotor : meliputi kemampuan merealisasikan dan melaksanakan tugas-tugas, fungsi, jabatan dan tata tertib dan prosedur Rumah Sakit� secara efisien, efektif dan produktif

27,28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35

Total Butir

35

 

Tabel 6

Instrumen Budaya Kerja

No

Indikator

Butir Pernyataan

1.

Aspek budaya perwujudan nilai dan makna tentang visi, misi dan fungsi serta tujuan Rumah Sakit Waled

1, 2, 3, 4,����������������������������������� 5, 6, 7, 8

2.

Aspek budaya perwujudan nilai dan makna tentang hal-hal operasional kelembagaan Rumah Sakit Waled

9,10, 11,�������������������������������� 12,13, 14

3.

Aspek budaya perwujudan nilai dan makna tentang peran dan komitmen dari seluruh unsur sumber daya manusia dalam organisasi

15, 16,17,18,��������������������������� 19, 20, 21, 22

4.

Aspek budaya perwujudan nilai dan makna tentang strategi-strategi yang menentukan masa depan Rumah Sakit Waled

23, 24, 25,������������������������������� 26, 27, 28, 29

5.

Aspek budaya perwujudan nilai dan makna tentang lingkungan eksternal dan internal Rumah Sakit Waled

30, 31, 32,����������������������������� 33, 34, 35

Total

35

 

 

 

 

 

Tabel 7

Instrumen Gaya Kepemimpinan

No

Indikator

Butir Pernyataan

1.

Pola membina hubungan antar manusia

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7

2.

Pola pelimpahan/pendelegasian tugas dan wewenang

8, 9, 10, 11,�������� 12, 13,14

3.

Pola pengambilan keputusan

15, 16, 17, 18,���� ����19, 20, 21

4.

Pola pemantauan dan pengendalian jalannya organisasi

22, 23, 24, 25,�������� 26, 27, 28

5.

Pola pemberian petunjuk kerja pada bawahan

29, 30, 31, 32,��������� 33, 34, 35

6.

Pola penilaian kerja pada bawahan

36, 37, 38, 39, 40

7

Pola memberikan promosi dan sanksi pada bawahan

41, 42, 43, 44,������ 45, 46, 47

Total

47

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan instrumen dalam bentuk kuesioner dan tes. Data yang bersifat primer diperoleh langsung� dari responden, dan mutu pelayanan didapatkan dari responden dan pasien rawat inap , sedangkan� data sekunder yaitu data dari Rumah Sakit Waled.

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan analisis Statistical Program for Social Science (SPSS) for MS Windows Release 10.0 dan dilakukan dengan dua cara, yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial yang dijelaskan sebagai berikut:

1.� Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk mencari� harga rata-rata, simpangan baku, distribusi frekuensi, modus dan median, serta pembuatan histogram dari skor mutu pelayanan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Waled , kompetensi professional tenaga Medis , budaya kerja, gaya kepemimpinan.

2.� Analisis Inferensial

Analisis inferensial dalam penelitian ini digunakan dengan tujuan agar hasil penelitian dapat dibuat kesimpulan pengujian hipotesis dengan generalisasi. Pada tahap awal pengujian menyangkut persyaratan analisis yang menguji asumsi yang digunakan. Persyaratan� yang� harus �dipenuhi� sebelum� melakukan� analisis regresi dan korelasi sebagai pengujian hipotesis yaitu (1) sampel harus��� diambil�� acak�� dan�� memenuhi��� sampel�� minimum,� (2) untuk setiap kelompok harga prediktor X, responden Y harus independen dan berdistribusi normal, dan (3) untuk kelompok harga X, varians s2x harus sama.� Dengan demikian dalam penelitian ini dilakukan persyaratan analisis yang meliputi (1) uji normalitas, (2) uji homogenitas, dan (3) uji multikolinearitas.

����������� Pengujian normalitas sampling dimaksudkan untuk menguji asumsi bahwa distribusi sampling dari rata-rata sampel mendekati atau mengikuti normalitas populasi. Teknik yang digunakan untuk melakukan pengujian normalitas yaitu dengan teknik Kolmogorov-Smirnov. Untuk pengujian homogenitas varians dilakukan dengan uji Bartlett.

����������� Setelah persyaratan analisis dipenuhi dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Data yang terkumpul dianalisis dengan regresi dan korelasi. Pengujian hipotesis pertama, kedua, dan ketiga dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi dan korelasi sederhana Product Moment dari Pearson. Sedangkan pengujian hipotesis� keempat dilakukan dengan menggunakan teknik analisis Regresi dan Korelasi Jamak (multiple regression and correlation).

Adapun hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.������ Ho:����� ry1������� =������ 0

��������� H1 :����� ry1������� >������ 0

2.������ Ho:����� ry2������� =������ 0

��������� H1 :����� ry2 ������ >������ 0

3.������ Ho:����� ry3������� =������ 0

��������� H1 :����� ry3������� >������ 0

4.������ Ho:����� ry.123� � =������ 0

��������� H1 :����� ry.123 �>� ����� 0

Keterangan :

ry1� ���������� = �� Koefisien korelasi antara kompetensi profesional tenaga medis� dengan mutu pelayanan pada pasien rawat inap di�� Rumah Sakit Waled.

ry2������������ =��� Koefisien korelasi antara budaya kerja dengan mutu pelayanan pada pasien di Rumah Sakit Waled

ry3������������ =��� Koefisien korelasi antara gaya kepemimpinan dengan mutu pelayanan pada pasien di Rumah Sakit Waled

ry.123���� =�� Koefisien korelasi antara kompetensi profesional tenaga medis, budaya kerja dan� gaya kepemimpinan secara bersama-sama dengan mutu pelayanan pada pasien rawat inap di� Rumah Sakit Waled.

 

 

Hasil Penelitian

1. Mutu Pelayanan pasien Rawat inap Rumah Sakit Waled

��������� Penjelasan data mutu pelayanan pasien rawat inap� didasarkan dari hasil pengisian instrumen berbentuk kuesioner. Variabel mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled� mempunyai rentang skor teoretik antara 37 sampai 185, dan rentang skor empiris antara 110 sampai dengan 172. Rata-rata (M) = 137,77, simpangan baku (SD) = 14,13, median (Me) = 138,00, dan� modus (Mo) = 132. Selanjutnya data mutu pelayanan pasien rawatinap Rumah Sakit Waled disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi berdasarkan aturan Sturges seperti disajikan pada tabel 8.

Tabel 8

Distribusi Frekuensi Skor Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap

Rumah Sakit Waled

Nomor

Interval Kelas

Frekuensi Absolut

Frekuensi Relatif (%)

Frekuensi Kumulatif (%)

1

110 � 120

12

11,88

11,88

2

121 � 131

21

20,79

32,67

3

132 � 142

32

31,68

64,35

4

143 � 153

23

22,77

87,12

5

154 � 164

7

6,93

94,05

6

165 � 175

6

5,94

100,00

Jumlah

101

100

 

Sebanyak 32 (31,68%) responden berada pada kelompok rata-rata, 36 (35,64%) responden berada di atas kelompok rata-rata, dan� 33 responden (32,67%) di bawah kelompok rata-rata. Penyebaran (distribusi) skor mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled �secara visual diperlihatkan dalam bentuk histogram pada Gambar 2.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2

Y

 
Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Waled

2. Kompetensi Profesional Tenaga Medis

Penjelasan data kompetensi profesional Tenaga Medis didasarkan dari hasil pengisian instrumen berbentuk tes. Data Kompetensi profesional mempunyai rentang skor teoretik antara 0 sampai 35, dan rentang skor empiris antara 20 sampai dengan 35. Harga rata-rata (M) = 25,33,� simpangan� baku (SD) = 3,61, median (Me) = 25,00, dan modus (Mo) = 25,00. Selanjutnya data kompetensi profesional tenaga medis disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi berdasarkan aturan Sturges seperti disajikan pada tabel 9.

Tabel 9

Distribusi Frekuensi Skor Kompetensi profesional Tenaga Medis

Nomor

Interval Kelas

Frekuensi Absolut

Frekuensi Relatif (%)

Frekuensi Kumulatif (%)

1

19 � 21

16

15,84

15,84

2

22 � 24

28

27,72

43,56

3

25 � 27

33

32,67

76,23

4

28 � 30

14

13,86

90,09

5

31 � 33

7

6,93

97,02

6

34 � 36

3

2,97

100,00

Jumlah

101

100

100

Sebanyak 33 (32,67%) responden berada pada kelompok rata-rata, 24 (23,76%) responden berada di atas kelompok rata-rata dan 44 (43,56%) responden di bawah kelompok rata-rata. Penyebaran (distribusi) skor kompetensi profesional secara visual diperlihatkan dalam bentuk histrogram pada gambar 4.2 berikut.

 

 

Gambar 3

Kompetensi Profesional Tenaga Medis

X1

 

3. Budaya Kerja

��������� Penjelasan data budaya kerja didasarkan dari hasil pengisian instrumen berbentuk kuesioner. Variabel budaya kerja mempunyai rentang skor teoretik antara 35 sampai 175, dan rentang skor empiris antara 105 sampai dengan 168. Harga rata-rata (M) = 134,15, simpangan baku (SD) = 14,25,� median (Me) = 132,00, dan modus (Mo) = 125. Selanjutnya data budaya kerja disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi berdasarkan aturan Sturges seperti disajikan pada tabel 4.3.

Tabel �10

Distribusi Frekuensi Skor Budaya Kerja

Nomor

Interval Kelas

Frekuensi Absolut

Frekuensi Relatif (%)

Frekuensi Kumulatif (%)

1

105 � 115

7

6,93

6,93

2

116 � 126

26

25,74

32,67

3

127 � 137

33

32,67

65,34

4

138 � 148

20

19,80

85,14

5

149 � 159

8

7,92

93,06

6

160 � 170

7

6,93

100,00

Jumlah

101

100

 

Sebanyak 33 (32,67%) responden berada pada kelompok rata-rata, 35 (34,63%) responden berada di atas kelompok rata-rata, dan 33 (32,67%) responden di bawah kelompok rata-rata.

����������� Penyebaran distribusi skor budaya kerja secara visual dalam bentuk histogram diperlihatkan pada gambar 4.�����

Gambar 4

Histogram� Budaya Kerja

X2

 
Text Box: Frekuensi

4. Gaya Kepemimpinan

��������� Penjelasan data gaya kepemimpinan didasarkan dari hasil pengisian instrumen berbentuk kuesioner. Variabel gaya kepemimpinan memiliki rentang skor teoretik antara 47 hingga 235, dan rentang skor� empirik antara 171 sampai dengan 230 dengan harga rata-rata (M) = 200,14, simpangan baku (SD) = 12,86, median (Me) = 200,00 dan modus (Mo) = 194,00. Selanjutnya data gaya kepemimpinan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi berdasarkan aturan Sturges seperti disajikan pada tabel 11.

Tabel 11

Distribusi Frekuensi Skor Gaya Kepemimpinan

Nomor

Interval Kelas

Frekuensi Absolut

Frekuensi Relatif (%)

Frekuensi Kumulatif (%)

1

171 � 180

5

4,95

4,95

2

181 � 190

19

18,81

23,76

3

191 � 200

28

27,72

51,48

4

201 � 210

29

28,71

80,19

5

211 � 220

14

13,86

94,05

6

221 � 230

6

5,94

100,00

Jumlah

101

100

 

Sebanyak 29 (28,71%) responden berada pada kelompok rata-rata, 20 (19,80%) responden berada di atas kelompok rata-rata dan� 52 (51,48%) responden di bawah kelompok rata-rata.

Penyebaran (distribusi) skor gaya kepemimpinan secara visual dalam bentuk histogram diperlihatkan pada gambar 5.

Gambar 5

Histogram Gaya Kepemimpinan

Text Box: Frekuensi

X3

 

Pada tabel 12 di bawah ini dapat dilihat rekapitulasi angka statistik data yang bersumber dari variabel kompetensi profesional Tenaga Medis, budaya kerja, dan gaya kepemimpinan dengan mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled.

Tabel 12

Rekapitulasi Statistik Dasar

Variabel

Rata-rata

Sim. Baku

Median

Modus

Mutu pelayanan pasien rawat Inap Rumah Sakit Waled

137,77

14,13

138,00

132,00

Kompetensi profesional Tenaga Medis

25,33

3,61

25,00

25,00

Budaya kerja

134,15

14,25

132,00

125,00

Gaya kepemimpinan

200,14

12,86

200,00

194,00

Analisis dan Pembahasan

����������� Persyaratan analisis yang dimaksud adalah persyaratan yang harus dipenuhi agar analisis regresi dapat dilakukan, baik untuk keperluan prediksi maupun untuk keperluan pengujian hipotesis. Ada tiga syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan analisis regresi, baik regresi linier sederhana maupun regresi ganda, yaitu (1) syarat normalitas data dari suatu regresi sederhana; (2) syarat homogenitas varians kelompok-kelompok skor Y yang dikelompokkan berdasarkan kesamaan data variabel prediktor (X); (3) syarat kelinieran untuk regresi Y atas X untuk regresi sederhana. Dari ketiga persyaratan tersebut ada dua persyaratan yang disajikan pengujiannya pada bagian ini, yaitu uji persyaratan normalitas dan uji persyaratan homogenitas varians kelompok-kelompok skor Y berdasarkan kesamaan data X, sedangkan uji kelinearan bentuk regresi sederhana Y atas X akan diuji pada bagian pengujian hipotesis penelitian.

1. Uji Normalitas��

����������� Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Ketentuan pengujiannya adalah data berdistribusi normal jika Ho diterima dan tidak berdistribusi normal jika Ho ditolak.

�������� Pengujian persyaratan normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov.

Ho diterima, jika ahitung < Dtabel

Ho ditolak, jika� ahitung > Dtabel

a. Uji Normalitas Mutu Pelayanan Keimigrasian (Y)

����������� Pertama-tama dihitung nilai-nilai proporsi� (P), menentukan KP, menentukan zi, menentukan a1, dan a2. ahitung, dan selanjutnya diambil nilai a tertinggi. Hasil penghitungan diperoleh nilai amax atau ahitung = 0,057. Nilai ini lebih kecil dari Dtabel (n = 101; a = 0,05) sebesar 0,1218. Oleh karena ahitung (0,057) < Dtabel (0,1218), maka data Y berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b.    Uji Normalitas Kompetensi Profesional (X1)

����������� Pertama-tama dihitung nilai-nilai proporsi� (P), menentukan KP, menentukan zi, menentukan a1, dan a2. ahitung, dan selanjutnya diambil nilai a tertinggi. Hasil penghitungan diperoleh nilai amax atau ahitung = 0,110. Nilai ini lebih kecil dari Dtabel (n = 101; a = 0,05) sebesar 0,1218. Oleh karena ahitung (0,110) < Dtabel (0,1218), maka data X1 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

c. Uji Normalitas Budaya Kerja (X2)

����������� Pertama-tama dihitung nilai-nilai proporsi� (P), menentukan KP, menentukan zi, menentukan a1, dan a2. ahitung, dan selanjutnya diambil nilai a tertinggi. Hasil penghitungan diperoleh nilai amax atau ahitung = 0, 077. Nilai ini lebih kecil dari Dtabel (n = 101; a = 0,05) sebesar 0,1218. Oleh karena ahitung (0,077) < Dtabel (0,1218), maka data X2 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

d. Uji Normalitas Gaya Kepemimpinan (X3)

����������� Pertama-tama dihitung nilai-nilai proporsi� (P), menentukan KP, menentukan zi, menentukan a1, dan a2. ahitung, dan selanjutnya diambil nilai a tertinggi. Hasil penghitungan diperoleh nilai amax atau ahitung = 0,045. Nilai ini lebih kecil dari Dtabel (n = 63; a = 0,05) sebesar 0,1541. Oleh karena ahitung (0,045) < Dtabel (0, 1541), maka data X3 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

������� Rangkuman hasil penghitungan normalitas dapat dilihat pada tabel 13� berikut.

Tabel 13

Rangkuman Analisis Uji Normalitas

������������� Variabel

A.   n

amax

B.   Nilai Kritis

C.     Keterangan

a = 0,05

a = 0,01

X1

101

0,110

0,1218

0,1509

Normal

�X2

101

0,077

0,1218

0,1509

Normal

�X3

101

0,045

0,1218

0,1509

Normal

Y

101

0,057

0,1218

0,1509

Normal

Keterangan

���� Y� � = Mutu pelayana Pasien Rawat Inap

���� X1 ������ =� Kompetensi profesional Tenaga Medis

���� X2 ������ =� Budaya kerja

��� X3 ���� = Gaya kepemimpinan��

��� n� ����� = Jumlah Sampel

2. Uji Homogenitas

��������� Uji homogenitas varians dimaksudkan untuk menguji homogenitas varians antara kelompok-kelompok skor variabel terikat (Y) yang dikelompokkan berdasarkan kesamaan nilai variabel bebas (X). Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan uji Bartlett.

Proses pengujian yang ditempuh adalah pertama-tama membuat pengelompokan data Y berdasarkan kesamaan X. Selanjutnya dihitung nilai-nilai dk, 1/dk, varians si2, log si2,��� (dk)log si2, (dk) si2. Dari nilai-nilai tersebut dihitung c2,dan hasilnya disebut c2hitung.

a. Pengujian Homogenitas Varians Y atas X1

��������� Hasil penghitungan untuk pengujian homogenitas varians Y atas X1 diperoleh c2hitung �= 11,54. Nilai c2tabel dengan dk 34 pada � = 0,05 sebesar�� = 43,8, dan pada � = 0,01 sebesar 50,9.� Oleh karena� c2hitung (11,54)< c2tabel (50,9),� maka H0 diterima. Hal ini berarti varians kelompok-kelompok Y atas X1 adalah homogen.

b. Pengujian Homogenitas Varians Y atas X2

��������� Hasil penghitungan untuk pengujian homogenitas varians Y atas X2 diperoleh c2hitung �= 11,19. Nilai c2tabel dengan dk 48 pada � = 0,05 sebesar� 67,5, dan pada � = 0,01 sebesar 76,2. Oleh karena� c2hitung (11,19)< c2tabel (37,40),� maka H0 diterima. Hal ini berarti bahwa varians kelompok-kelompok Y atas X2 adalah homogen.

c. Pengujian Homogenitas Varians Y atas X3

��������� Hasil penghitungan untuk pengujian homogenitas varians Y atas X3 diperoleh c2hitung �= 30,48. Nilai c2tabel dengan dk 43 pada � = 0,05 sebesar�� 55,8, dan pada � = 0,01 sebesar 63,7.� Oleh karena� c2hitung (30,48) <� c2tabel (63,7),� maka H0 diterima. Hal ini berarti bahwa varians kelompok-kelompok Y atas X3 adalah homogen.

��������� Keseluruhan hasil uji homogenitas varians dirangkum pada tabel 14� berikut:��

Tabel 14

Rangkuman Analisis Hasil Uji Homogenitas

Varians Y atas Pengelompokan

dk

c2hitung

D.  c2tabel

E.     Keterangan

� = 0,05

� = 0,01

�X1

34

11,54

43,8

50,9

Homogen

�X2

48

11,19

67,5

76,2

Homogen

�X3

43

30,48

55,8

63,7

Homogen

Keterangan

����� Y � = Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap

������ X1 =� Kompetensi Profesional Tenaga Medis

������ X2 =� Budaya Kerja

����� X3 = Gaya Kepemimpinan

����� dk = Derajat Kebebasan

C. Pengujian Hipotesis

��������� Pengujian persyaratan analisis menunjukkan bahwa skor tiap variabel penelitian telah memenuhi persyaratan untuk dilakukan pengujian statistik lebih lanjut. Berikut ini akan disajikan pengujian hipotesis penelitian.

1.      Hubungan antara Kompetensi Profesional Tenaga Medis dengan Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap

����������� Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan terdapat hubungan positif antara kompetensi profesional� dengan mutu pelayanan kesehatan. Penghitungan analisis regresi sederhana berdasarkan data variabel mutu pelayanan keimigrasian atas kompetensi profesional menghasilkan arah regresi b sebesar 2,69 dan konstanta a sebesar 69,67. Dengan demikian bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan oleh� persamaan regresi� Ŷ = 69,67 + 2,69X1. Sebelum digunakan untuk keperluan prediksi, persamaan regresi ini harus memenuhi syarat uji keberartian (signifikansi) dan uji kelinearan.

��������� Untuk mengetahui derajat keberartian dan kelinearan persamaan regresi, dilakukan uji F dan hasilnya seperti yang disajikan pada tabel 15.

Tabel 15

Tabel ANAVA Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi Ŷ = 69,67 + 2,69X1

Sumber Varians

dk

JK

RJK

Fhitung

Ftabel

� = 0,05

� = 0,01

Total

101

1937055

 

 

 

 

Regresi (a)

1

1917101,24

 

 

 

 

Regresi (b/a)

1

9445,41

9445,41

88,99**

3,94

6,90

Sisa

99

10508,35

106,15

 

 

 

Tuna Cocok

14

2113,29

150,95

1,53ns

1,82

2,32

Galat

85

8395,07

98,77

 

 

 

Keterangan:

** ��� =� Regresi sangat signifikan (Fh = 88,99 > Ft = 6,90 pada � = 0,01)

ns ���� =� Regresi berbentuk linear (Fh = 1,53 < Ft = 1,82 pada � = 0,01)

dk� �� =� derajat kebebasan�

JK ��� = Jumlah Kuadrat

RJK� = Rerata Jumlah Kuadrat�

����������� Berdasarkan hasil pengujian signifikansi dan linearitas seperti pada tabel 4.8., dapat diketahui bahwa regresi Ŷ = 69,67 + 2,69X1 sangat signifikan dan linear. Regresi ini mengandung arti bahwa apabila kompetensi profesional pegawai kesehatan ditingkatkan satu satuan,� maka mutu pelayanan pasien rawat inap cenderung meningkat sebesar 2,69 satuan pada konstanta 69,67.

����������� Model hubungan antara variabel kompetensi profesional Tenaga Medis dengan variabel mutu pelayanan Pasien Rawat Inap melalui persamaan Ŷ = 69,67 + 2,69X1 �seperti� disajikan pada grafik 1.

 

 

 

 

Grafik 1

Gambar Regresi Linear Sederhana Hubungan antara� Kompetensi Profesional

Tenaga Medis dengan Mutu pelayanan Pasien Rawat Inap

69,67

 

X1

 

Ŷ= 69,67 + 2,69X1

 

����������� Kekuatan hubungan antara variabel X1 dengan variabel Y ditunjukkan oleh� koefisien korelasi (ry1)sebesar 0,69. Berdasarkan uji keberartian koefisien korelasi dengan uji t diperoleh� harga thitung sebesar 9,43. Harga ttabel pada�� a = 0,01 dan dk = 99, diperoleh ttabel = 2,36. Oleh karena thitung (9,43) > ttabel (2,36), maka koefisien korelasi sangat signifikan. Pada tabel 16, dapat dilihat dengan jelas� kekuatan hubungan antara X1 dengan Y.

Tabel 16

Rangkuman Hubungan antara Kompetensi Profesional Tenaga Medis dengan Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap

n

ry1

thitung

ttabel

a = 0,05

a = 0,01

101

0,69

9,43**

1,66

2,36

Keterangan

������ ** = Koefisien Korelasi sangat signifikan (th = 9,43 > tt = 2,36)

������ ry1� = Koefisien korelasi antara X1 dengan Y

Berdasarkan hasil pengujian signifikansi seperti tabel 4.9, ternyata bahwa koefisien korelasi kompetensi profesional Tenaga medis (X1) dengan mutu pelayanan Pasien Rawat Inap (Y) sangat signifikan. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan terdapat hubungan positif antara kompetensi profesional Tenaga Medis� dengan mutu pelayanan Pasien Rawat Inap terbukti kebenarannya dan sangat signifikan. Dengan kata lain makin tinggi kompetensi profesional Tenaga Medis� seorang pegawai Rumah Sakit Waled� akan makin baik pelayanannya.

����������� Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi antara variabel kompetensi profesional Tenaga Medis� (X1) dengan variabel mutu pelayanan Pasien Rawat Inap (Y) dan hasil yang diperoleh sebesar ry12 = 0,692 = 0,4733. Artinya sebesar 47,33% varians yang terjadi pada mutu pelayanan Pasien Rawat Inap dapat dijelaskan oleh� varians Kompetensi profesional melalui regresi Ŷ = 69,67 + 2,69X1.

Apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel budaya kerja (X2), diperoleh koefisien korelasi parsial (ry1.2) sebesar� 0,49. Uji signifikansi korelasi parsial diperoleh harga sebesar thitung = 5,16, sedangkan harga ttabel pada � = 0,01 dengan dk = 98, adalah sebesar 2,36. Oleh karena thitung (5,16) > ttabel (2,36), maka berarti koefisien korelasi parsial sangat signifikan.

Apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel gaya kepemimpinan (X3), diperoleh koefisien korelasi parsial� (ry1.3) sebesar� 0,58. Harga thitung = 7,14, sedangkan pada � = 0,01 dengan dk = 98, diperoleh harga ttabel = 2,36. Oleh karena� thitung (7,14)� > ttabel (2,36), maka koefisien korelasi parsial sangat signifikan.

Selanjutnya apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel budaya kerja (X2) dan variabel gaya kepemimpinan (X3) secara bersama-sama, maka diperoleh koefisien korelasi parsial (ry1.23) sebesar� 0,44. Uji keberartian korelasi parsial dengan uji t diperoleh� harga thitung sebesar 4,90. Harga ttabel pada a = 0,01 diperoleh sebesar 2,36, sedangkan harga ttabel pada a = 0,05 diperoleh sebesar 1,66. Oleh karena harga thitung (4,90) > ttabel (2,36), maka koefisien korelasi parsial sangat signifikan. Berikut ini disajikan kekuatan korelasi parsial antara X1 dengan Y jika variabel lainnya dikontrol, yang dirangkum pada tabel 17.

 

 

Tabel 17

Rangkuman Korelasi Parsial antara Kompetensi Profesional� Tenaga Medis

dengan Mutu pelayanan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Waled

n

Koefisien Korelasi Parsial

thitung

ttabel

a = 0,05

a = 0,01

101

ry1.2� = 0,49

5,16**

1,66

2,36

101

ry1.3� = 0,58

7,14**

1,66

2,36

101

ry1.23 = 0,44

4,90**

1,66

2,36

Keterangan:

**������ = Koefisien korelasi parsial sangat signifikan (th > tt pada a = 0,01)

*������� = Koefisien korelasi parsial� signifikan (th > tt pada a = 0,05)

ry1.2���� = Koefisien korelasi parsial X1 dengan Y, jika X2 dikontrol

ry1.3 ��� = Koefisien korelasi parsial X1 dengan Y, jika X3 dikontrol

ry1.23�� = Koefisien korelasi parsial X1 dengan Y, jika X2� dan X3 dikontrol

Harga indeks koefisien korelasi parsial tersebut menunjukkan bahwa apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel bebas lainnya yaitu variabel budaya kerja (X2) dan variabel gaya kepemimpinan (X3) mengakibatkan terjadinya penurunan kadar hubungan atau hubungan menjadi lemah, namun� tetap dapat menjelaskan hubungan positif dan signifikan antara variabel kompetensi profesional Tenaga Medis� dengan mutu pelayanan Pasien Rawat Inap.

2.      Hubungan antara Budaya Kerja dengan Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap

����������� Hipotesis kedua dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan positif antara budaya kerja dengan mutu pelayanan Pasien rawat Inap Rumah Sakit Waled. Penghitungan analisis regresi sederhana terhadap data variabel mutu pelayanan Pasien rawat Inap atas budaya kerja menghasilkan arah regresi b sebesar 0,62 dan konstanta a sebesar 54,33. Dengan demikian bentuk hubungan antara kedua� variabel tersebut dapat digambarkan oleh� persamaan regresi Ŷ = 54,33 + 0,62X2. Sebelum digunakan untuk keperluan prediksi, persamaan regresi ini harus memenuhi syarat kelinearan dan keberartian.

Untuk mengetahui derajat keberartian dan kelinearan persamaan regresi, dilakukan uji F dan hasilnya seperti yang disajikan pada tabel 18.

 

Tabel 18

Tabel ANAVA Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi

Ŷ = 54,33 + 0,62X2

Sumber Varians

dk

JK

RJK

Fhitung

Ftabel

� = 0,05

� =0,01

Total

101

1937055

 

 

 

 

Regresi (a)

1

1917101,24

 

 

 

 

Regresi (b/a)

1

7857,12

7857,12

64,30**

3,94

6,90

Sisa

99

12096,65

122,19

 

 

 

Tuna Cocok

47

5444,37

115,84

0,91ns

1,60

1,94

Galat

52

6652,27

127,93

 

 

 

Keterangan:

**� �=� Regresi sangat signifikan (Fh = 64,30 > Ft = 6,90 pada � = 0,01)

ns� � =� Regresi berbentuk linear (Fh = 0,91 < Ft = 1,60 pada � = ,01)

������ dk�� =� derajat kebebasan�

JK��� =� Jumlah Kuadrat������

����� RJK =� Rerata Jumlah Kuadrat����������������������������

Berdasarkan hasil pengujian signifikansi dan linearitas seperti pada tabel 18., dapat diketahui bahwa regresi Ŷ �= 54,33 + 0,62X2 sangat signifikan dan linear. Regresi ini mengandung arti bahwa apabila budaya kerja ditingkatkan satu satuan maka mutu pelayanan pasien Rawat Inap cenderung meningkat sebesar� 0,62 satuan pada konstanta 54,33.

����������� Model hubungan antara variabel budaya kerja dengan variabel mutu pelayanan pasien rawat inap melalui persamaan Ŷ = 54,33 + 0,62X2 dapat digambarkan seperti disajikan pada Grafik 2.

Gambar 2

Gambar Regresi Linear Sederhana Hubungan� antara Budaya Kerja� dengan Mutu Pelayanan pasien rawat inap di Rumah Sakit Waled

54,33

 

X2

 

Ŷ = 54,33 + 0,62X2

 

����������� Kekuatan hubungan antara variabel budaya kerja (X2) dengan variabel mutu pelayanan pasien rawat inap (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi ry2 sebesar 0,63. Uji keberartian koefisien korelasi dengan uji t diperoleh� harga thitung sebesar 8,02. Harga� ttabel pada� a = 0,01 dengan dk = 99 diperoleh ttabel = 2,36. Oleh karena thitung (8,02) > ttabel (2,36) maka koefisien korelasi sangat signifikan.� Untuk lebih jelasnya mengenai kekuatan hubungan X2 dengan Y dapat dilihat pada tabel 19.

Tabel 19

Rangkuman Hubungan antara Budaya Kerja� dengan Mutu

Pelayanan PasirnRawat Inap Rumah Sakit Waled

n

ry2

thitung

ttabel

 

a = 0,05

a = 0,01

101

0,63

8,02**

1,66

2,36

Keterangan

��������������� ** = Koefisien korelasi sangat signifikan (th = 8,02 > tt = 2,36)

ry2= Koefisien korelasi X2 dengan Y

Berdasarkan hasil pengujian signifikansi seperti tabel 4.12., ternyata bahwa koefisien korelasi antara budaya kerja dengan mutu pelayanan pasien rawat Inap sangat signifikan. Dengan demikian hipotesis penelitian yang mengatakan terdapat hubungan positif antara budaya kerja dengan mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled terbukti kebenarannya. Dengan kata lain semakin positif budaya kerjaRumah Sakit Waled, akan semakin baik mutu pelayanan pasien rawat Inap Rumah Sakit Waled.

����������� Koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi antara X2 dengan Y yaitu (ry22)sebesar 0,632 = 0,3944. Hal ini berarti sebesar 39,44% varians yang terjadi pada mutu pelayanan pasien rawat Inap Rumah Sakit Waled� dapat dijelaskan oleh� varians budaya kerja melalui regresi Ŷ �= 54,33 + 0,62X2.

Apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel kompetensi profesional Tenaga Medis� (X1), diperoleh koefisien korelasi parsial (ry2.1) sebesar� 0,36. Hasil uji signifikansi diperoleh thitung = 3,82, sedangkan dari daftar tabel t pada � = 0,01 dengan dk = 98, diperoleh harga ttabel = 2,36. Oleh karena thitung (3,82) > ttabel (2,36) berarti koefisien korelasi parsial sangat signifikan. Apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel gaya kepemimpinan (X3), maka diperoleh koefisien korelasi parsial (ry2.3) sebesar� 0,50. Hasil uji signifikansi diperoleh thitung = 5,70, sedangkan dari daftar tabel t pada � = 0,01 dengan dk = 98, diperoleh harga ttabel = 2,36. Oleh karena thitung (5,70)� > ttabel (2,36), berarti korelasi parsial sangat signifikan.

Selanjutnya apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel kompetensi profesional Tenaga Medis (X1) dan variabel gaya kepemimpinan (X3) secara bersama-sama maka diperoleh koefisien korelasi parsial (ry2.13) sebesar 0,29. Hasil uji signifikansi diperoleh harga thitung = 2,98, sedangkan dari daftar tabel t pada � = 0,05 dengan dk = 97, diperoleh harga ttabel = 2,98, dan pada pada � = 0,01 dengan dk = 97, diperoleh harga ttabel = 2,36. Oleh karena thitung (2,98)� > ttabel (2,36), berarti korelasi parsial sangat signifikan. Kekuatan korelasi parsial antara X2 dengan Y jika variabel lainnya dikontrol dirangkum pada tabel 20 berikut ini.

Tabel 20

Rangkuman Korelasi Parsial antara Budaya Kerja dengan Mutu

Pelayanan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Waled

n

Koefisien Korelasi parsial

thitung

ttabel

 

a = 0,05

a = 0,01

101

ry2.1 = 0,36

3,82**

1,66

2,36

101

ry2.3 = 0,50

5,70**

1,66

2,36

101

ry2.13 = 0, 29

2,98**

1,66

2,36

Keterangan

**������� = Koefisien korelasi parsial sangat signifikan (th > tt pada a = 0,01)

�������� ry2.1��� ������ = Koefisien korelasi parsial X2 dengan Y, jika X1 dikontrol

ry2.3��� ���� = Koefisien korelasi parsial X2 dengan Y, jika X3 dikontrol

�������� ry2.13 ��������� = Koefisien korelasi parsial X2 dengan Y, jika X1 dan X3� dikontrol

Harga indeks koefisien korelasi parsial tersebut menunjukkan bahwa bila dilakukan pengontrolan terhadap variabel bebas lainnya, mengakibatkan terjadinya penurunan kadar hubungan atau hubungan menjadi lemah, namun tetap dapat memberi gambaran hubungan positif antara budaya kerja dengan mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled. Dapat disimpulkan bahwa semakin positif budaya kerja pegawai Rumah Sakit Waled� maka semakin baik mutu pelayanan pasien Rawat Inap Rumah Sakit Waled. Sedang jika budaya kerja pegawai Rumah Sakit Waled semakin negatif, maka semakin buruk pelayanan Pasien Rawat Inap� Rumah Sakit Waled.

3.        Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Waled

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini menyatakan terdapat hubungan positif antara gaya kepemimpinan dengan mutu pelayanan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Waled. Penghitungan lengkap analisis regresi sederhana terhadap data variabel mutu pelayanan pasien rawat inap� atas gaya kepemimpinan menghasilkan arah regresi b sebesar 0,63 dan konstanta a sebesar 11,33. Dengan demikian bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan oleh� persamaan regresi Ŷ �= 11,33 + 0,63X3. Sebelum digunakan untuk keperluan prediksi, persamaan regresi ini harus memenuhi syarat kelinearan dan keberartian.

����������� Untuk mengetahui derajat keberartian dan kelinearan persamaan regresi, dilakukan uji F dan hasilnya dapat ditelaah pada tabel 21.

Tabel 21.

Tabel ANAVA Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi

Ŷ �= 11,33 + 0,63X3

Sumber Varians

dk

JK

RJK

Fhitung

Ftabel

a = 0,05

a = 0,01

Total

101

1937055

 

 

 

 

Regresi (a)

1

1917101,24

 

 

 

 

Regresi (b/a)

1

6599,88

6599,88

48,93**

3,94

6,90

Sisa

99

13353,88

134,89

 

 

 

Tuna Cocok

42

6011,60

143,13

1,11ns

1,61

1,96

Galat

57

7342,28

128,81

 

 

 

Keterangan:

** ��� =� Regresi sangat signifikan (Fh = 48,93 > Ft = 6,90 pada � = 0,01)

ns ���� =� Regresi berbentuk linear (Fh = 1,11 < Ft = 1,61 pada � = 0,01)

dk���� = derajat kebebasan���

JK���� = Jumlah Kuadrat������

RJK� = Rerata Jumlah Kuadrat������������������������������������

����������� Berdasarkan hasil pengujian signifikansi dan linearitas seperti pada tabel 4.8., dapat diketahui bahwa regresi Ŷ = 11,33 + 0,63X3 sangat signifikan dan linear. Model regresi ini mengandung arti bahwa apabila gaya kepemimpinan ditingkatkan satu satuan maka mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled� cenderung meningkat sebesar 0,63 satuan pada konstanta 11,33.

����������� Model hubungan antara variabel gaya kepemimpinan dengan mutu pelayanan pasien rawat inap� dengan model persamaan Ŷ �= 11,33 + 0,63X3 dapat digambarkan seperti pada grafik 3.

 

Gambar 3

Gambar Regresi Linear Sederhana Hubungan antara Gaya Kepemimpinan

Dengan Mutu Pelayanan pasien rawat Inap Rumah Sakit Waled

Ŷ = 11,33 + 0,63X3

 

����������� Kekuatan hubungan antara variabel gaya kepemimpinan (X3) dengan variabel mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi (ry3) sebesar = 0,58. Uji keberartian koefisien korelasi dengan uji t diperoleh� harga thitung sebesar 6,70, sedangkan dari daftar t pada a = 0,01 dengan dk = 99 diperoleh harga ttabel = 2,36. Oleh karena thitung (6,70)� > ttabel (2,36), maka koefisien korelasi sangat signifikan. Untuk lebih jelasnya mengenai kekuatan hubungan X3 dengan Y dapat dilihat pada tabel 22.

Tabel 22

Rangkuman Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan Mutu Pelayanan pasien Rawat Inap Rumah Sakit Waled

N

ry3

thitung

ttabel

 

a = 0,05

a = 0,01

101

0,58

6,70**

1,66

2,36

Keterangan

**�� �� = Koefisien korelasi sangat signifikan (th = 6,70 > tt = 2,36)

ry3������� = Koefisien Koefisien korelasi antara X3 dengan Y

Berdasarkan hasil pengujian signifikansi seperti tabel 4.9., ternyata bahwa koefisien korelasi gaya kepemimpinan (X3) dengan mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled (Y) sangat signifikan. Dengan demikian hipotesis penelitian diterima, dan temuan ini menyimpulkan bahwa hubungan positif antara gaya kepemimpinan dengan mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled� teruji kebenarannya. Dengan kata lain semakin demokratis gaya kepemimpinan di Rumah Sakit Waled, akan semakin baik mutu pelayanan pasien rawat Inap Rumah Sakit Waled..

������������� Koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi antara variabel gaya kepemimpinan (X3) dengan variabel mutu pelayanan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Waled� (Y) yaitu sebesar (ry32)= (0,582 = 0,3306, �yang menunjukkan bahwa 33,06 varians yang terjadi pada mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled� dapat dijelaskan oleh� varians gaya kepemimpinan melalui regresi Ŷ = 11,33 + 0,63X3.

Apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel kompetensi profesional (X1) maka diperoleh koefisien korelasi parsial (ry3.1) parsial �sebesar� 0,40. Harga thitung = 4,37. Harga ttabel pada a = 0,01� dengan dk = 98, diperoleh harga �ttabel= 2,36. Oleh karena harga thitung (4,37)> ttabel= 2,36, maka koefisien korelasi parsial sangat signifikan.

Apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel budaya kerja (X2) diperoleh koefisien korelasi parsial� (ry3.2) sebesar� = 0,41. Harga thitung = 4,49, sedangkan hargat ttabel pada a = 0,01� dengan dk = 98, diperoleh harga �ttabel= 2,36. Oleh karena harga thitung (4,49)> ttabel( 2,36), maka koefisien korelasi parsial sangat signifikan.

Selanjutnya apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel kompetensi profesional Tenaga medis (X1) dan variabel budaya kerja (X2) secara bersama-sama maka diperoleh koefisien korelasi parsial (ry3.12) sebesar� 0,34. Selanjutnya uji keberartian korelasi parsial dengan uji t diperoleh� harga thitung sebesar 3,63, dan ttabel dengan dk 97 pada taraf signifikansi a = 0,05 diperoleh ttabel sebesar 1,66 dan pada taraf signifikansi a = 0,01 diperoleh indeks ttabel sebesar 2,36. Oleh karena harga thitung (3,40) > ttabel (2,36), berarti koefisien korelasi parsial sangat signifikan. Selanjutnya kekuatan korelasi parsial antara X3 dengan Y jika variabel lainnya dikontrol dirangkum pada tabel 23 berikut ini.

Tabel 23

Rangkuman Korelasi Parsial antara Gaya Kepemimpinan dengan Mutu

Pelayanan Pasien rawat Inap Rumah Sakit Waled

 

n

Koefisien Korelasi Parsial

thitung

ttabel

 

a = 0,05

a = 0,01

101

ry3.1 = 0,40

4,37**

1,66

2,36

101

ry3.2 = 0,41

4,49**

1,66

2,36

101

ry3.12 = 0,34

3,63**

1,66

2,36

Keterangan

�������� **���������� = Koefisien korelasi parsial sangat signifikan (th > tt pada a = 0,01)

�������� ry3.1 ���������� = Koefisien korelasi parsial X3 dengan Y, jika X1 dikontrol

�������� ry3.2 ���������� = Koefisien korelasi parsial X3 dengan Y, jika X2 dikontrol

�������� ry3.12 ��������� = Koefisien korelasi parsial X3 dengan Y, jika X1 dan X2 dikontrol

Koefisien korelasi parsial tersebut menunjukkan bahwa bila dilakukan pengontrolan terhadap variabel bebas lainnya, tetap menunjukkan hubungan positif antara gaya kepemimpinan dengan mutu pelayanan Pasien Rawat Inap yang signifikan.

Gaya kepemimpinan yang dimiliki seorang pimpinan Rumah Sakit Waled� akan menjadi panutan, sehingga pegawai Rumah Sakit Waled akan menghasilkan pelayanan yang baik dalam melayani pasien� rawat inap

4.        Hubungan antara Kompetensi Profesional Tenaga Medis, Budaya Kerja, dan� Gaya Kepemimpinan secara Bersama-sama dengan Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Waled

������������� Hipotesis keempat yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kompetensi profesiona tenaga medis l, budaya kerja dan gaya kepemimpinan dengan mutu pelayanan pasien rawat Inap di Rumah Sakit Waled.

������������� Penghitungan regresi jamak data variabel mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled� menghasilkan arah regresi a1 sebesar 1,60 untuk variabel kompetensi profesional tenaga medis (X1), a2 sebesar 0,25 untuk variabel budaya kerja (X2), dan� a3 sebesar 0,30 untuk variabel gaya kepemimpinan (X3), serta konstanta a0 sebesar 4,20. Dengan demikian bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat tersebut dapat digambarkan persamaan� regresi Ŷ = 4,20 + 1,60X1 + 0,25X2 + 0,30X3. Sebelum digunakan untuk keperluan prediksi, persamaan regresi ini harus dilakukan uji keberartian regresi.

����������� Untuk mengetahui derajat keberartian persamaan regresi jamak, dilakukan uji F dan hasilnya dapat ditelaah pada tabel 24� berikut ini.

Tabel 24

Tabel� ANAVA Uji Signifikansi Regresi

Ŷ = 4,20 + 1,60X1 + 0,25X2 + 0,30X3

Sumber Varians

dk

JK

RJK

Fhitung

Ftabel

a = 0,05

a = 0,01

Regresi

3

11878,39

11878,39

47,56**

3,94

6,90

Sisa

97

8075,38

83,25

 

 

 

Keterangan:

**� ��� = Regresi sangat signifikan (Fh� = 47,56 > Ft = 6,90 pada a = 0,01)

dk� ��� = derajat kebebasan���

JK���� = Jumlah Kuadrat

RJK�� = Rerata Jumlah Kuadrat

����������� Berdasarkan hasil pengujian signifikansi dan linearitas seperti pada tabel 4.17 disimpulkan bahwa regresi Ŷ = 4,20 + 1,60X1 + 0,25X2 + 0,30X3 sangat signifikan.

��������� Kekuatan hubungan jamak antara variabel X1, variabel X2 dan variabel X3 dengan variabel Y menghasilkan koefisien korelasi sebesar Ry.123 = 0,77. Uji keberartian dengan menggunakan uji F sebesar Fhitung = 47,56. Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan X1,X2,X3 dengan Y dapat dilihat pada tabel 25

Tabel 25

Rangkuman Hubungan antara Kompetensi Profesional Tenaga

Medis, Budaya Kerja, Gaya Kepemimpinan secara bersama-sama

dengan Mutu Pelayanan pasien Rawat Inap Rumah Sakit Waled

N

Ry.123

Fhitung

Ftabel

 

a = 0,05

a = 0,01

101

0,77

47,56**

3,94

6,90

 
Keterangan:

**������� = Koefisien korelasi sangat signifikan (Fh = 47,56 > Ft = 6,90)

Ry.123��� = Koefisien korelasi jamak antara X1, X2 , X3 dengan Y

Y� ������������������� = Mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled

X1 ������������������ = Kompetensi profesional Tenaga Medis

X2 ������������������ = Budaya kerja

X3 �������������� = Gaya kepemimpinan

� ������ Dari hasil pengujian signifikansi seperti pada tabel 4.18 di atas, dapat diketahui bahwa koefisien korelasi jamak yang diperoleh dalam penelitian ini sangat signifikan. Temuan ini membuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara kompetensi profesional Tenaga Medis, budaya kerja, dan gaya kepemimpinan secara bersama dengan mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled telah teruji kebenarannya.

����������� Koefisien determinasi adalah sebesar� R2y.123 = 0,772 = 0,595. Ini menunjukkan bahwa 59,5% varians yang terjadi pada variabel mutu pelayanan pasien rawat inap� dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh varians variabel kompetensi profesional Tenaga medis , budaya kerja, dan gaya kepemimpinan� melalui regresi Ŷ = 4,20 + 1,60X1 + 0,25X2 + 0,30X3.

Melihat Koefisien determinasi yang cukup besar, yaitu 59,5 persen berarti selebihnya merupakan sumbangan variabel lain. Nilai persentase sumbangan kompetensi profesional tenaga medis , budaya kerja, dan gaya kepemimpinan secara bersama-sama terhadap mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled cukup besar. Oleh karena itu faktor kompetensi profesional, budaya kerja, dan gaya kepemimpinan merupakan faktor yang dominan dalam� meningkatkan mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled.

����������� Peringkat hubungan berdasarkan koefisien korelasi parsial antara kompetensi profesional tenaga medis� (X1), budaya kerja (X2), dan gaya kepemimpinan (X3) dengan mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled� (Y), yang menentukan urutan variabel bebas yang paling kuat hubungannya dengan variabel terikat, dapat dilihat pada tabel 26.

 

Tabel 26

Peringkat Hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat

n

Koefisien Korelasi Parsial

Peringkat

101

ry1.23 = 0,44

Pertama

101

ry3.12 = 0.34

Kedua

101

ry2.13 = 0,29

Ketiga

 

Kesimpulan:

Merujuk pada analisis dan pembahasan di atas, peneliti dapat menangkap beberapa kesimpulan, yakni:

1.      semakin tinggi kompetensi profesional tenaga medis maka semakin baik mutu pelayanan pasien rawat inap. Demikian sebaliknya, semakin rendah kompetensi profesional tenaga medis� maka semakin buruk mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled

2.      semakin positif budaya kerja� Rumah Sakit Waled maka akan semakin baik mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled , Demikian sebaliknya, semakin negatif budaya kerja Rumah Sakit Waled maka� semakin buruk mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled.

  1. semakin demokratis gaya kepemimpinan di Rumah Sakit Waled maka semakin baik mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled. Demikian sebaliknya, semakin otoriter gaya kepemimpinan di Rumah Sakit Waled� maka semakin buruk mutu pelayanan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Waled .
  2. semakin tinggi kompetensi profesional tenaga medis, semakin positif budaya kerja, dan semakin demokratis gaya kepemimpinan di Rumah Sakit Waled, maka semakin baik mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled . Demikian sebaliknya, semakin rendah kompetensi profesional tenaga medis, semakin negatif budaya kerja, dan semakin otoriter gaya kepemimpinan, semakin buruk mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled.

Berdasarkan hasil temuan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan pasien rawat Inap di Rumah Sakit Waled� dapat dilakukan dengan meningkatkan kompetensi profesional tenaga medis� memperbaiki budaya kerja dan memperbaiki gaya kepemimpinan di Rumah Sakit Waled.

 

BIBLIOGRAFI

Anwar Prabu Mangkubumi. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya�

Depkes RI. 1998. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Cacingan. Jakarta: Direkoran Jendral P2m & PLP.

Djojonegoro, Wardiman. 1996. Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.

E. Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Hlm: 37 � 38. Bandung: Remaja Rosda Karya

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 91 tahun 1993 tentang Pedoman Tata laksana Pelayanan Umum.

Miftah, Thoha. 2013. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Implikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.