Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 6, No. 3, Maret 2021
ANALISIS BIAYA PENGOBATAN PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP DI RSUD DR DRADJAT PRAWIRA NEGARA SERANG
Ahmad Sofan dan Syamsudin
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta, Indonesia
Email: ahmad.sofan@yahoo.com dan syamsudin.abdillah@gmail.com
Abstract
Stroke is the number one cause of disability and the number three cause
of death in the world. Patients with stroke often require further treatment and
long-term rehabilitation. The National Health Insurance (JKN) was launched to
help people from adversity due to running out of money for medical treatment,
which is organized through a mandatory social health insurance mechanism based
on Law Number 40 of 2004 concerning National Social Security System (SJSN).
This study aims to analyze the cost of treatement of
inpatient BPJS Ischemic Stroke patients and the conformity between the real
cost of treatment of ischemic stroke patients and INA CBGs rates. This was a
non-experimental study with a cross sectional retrospective design. The data
were retrieved retrospectively from JKN claim files and patient medical
records. The study subjects were patients with a diagnosis of hemorrhagic
stroke with types of treatment class I, II, and III and severity levels I, II,
and III who were inpatient JKN participants at DR Dradjat
Prawiranegara Regional General Hospital for the
period January - December 2015. Data processing and analysis were performed
using the Mann Whitney test and Kendal Tau correlation bivariate analysis to
determine which variables had an effect on real costs. The results showed that
variables that had an effect on the cost of inpatient ischemic stroke treatment
were the treatment class, severity level and Leng of Stay (LOS). The real cost
components that had an effect on the treatment of inpatient ischemic stroke
patients were treatment accommodation cost, medicines and medical devices and
laboratory costs. The total real cost of inpatient ischemic stroke treatment
was lower than the INA CBGs rates.
Keywords: ischemic stroke; INA CBGs rates; hospital real cost; cost
component analysis
Abstrak
Stroke merupakan
penyebab kecacatan nomor satu dan penyebab kematian nomor tiga di dunia.
Penderita stroke sering memerlukan perawatan lebih lanjut dan rehabilitasi
jangka panjang. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diluncurkan untuk membantu
masyarakat dari keterpurukan karena kehabisan uang untuk berobat, yang diselenggarakan dengan mekanisme
asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib berdasarkan Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2004 tentang SJSN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa biaya
terhadap pengobatan pasien Stroke Iskemik BPJS Rawat Inap dan kesesuaian biaya
riil pengobatan pasien stroke iskemik dengan tarif INA CBGs. Penelitian
ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan retrospectif cross
sectional. Data diambil secara
retrospektif dari berkas klaim JKN dan catatan medik pasien. Subyek penelitian
adalah pasien dengan diagnosa stroke hemoragi dengan tipe kelas perawatan I,
II, dan III serta tingkat keparahan I, II, dan III yang merupakan peserta JKN
rawat inap di RSUD DR Dradjat Prawiranegara periode Januari-Desember 2015. Pengolahan dan analisis
data dilakukan dengan menggunakan uji Mann Whitney dan analisis bivariat
korelasi Kendal Tau untuk mengetahui variabel yang berpengaruh terhadap biaya
riil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang mempengaruhi biaya pengobatan
stroke iskemik rawat inap adalah kelas perawatan, severity level dan Leng Of
Stay (LOS). Komponen biaya riil yang berpengaruh pada pengobatan pasien stroke
iskemik rawat inap adalah biaya akomodasi perawatan, obat-obatan dan alat
kesehatan serta biaya laboratorium. Biaya total riil pengobatan stroke iskemik
rawat inap lebih rendah dibandingkan dengan tarif INA CBGs.
Kata kunci: stroke
iskemik; tarif INA CBGs; biaya
riil rumah sakit; analisis komponen biaya
Coresponden Author
Email: ahmad.sofan@yahoo.com
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Stroke adalah perwujudan klinis daripada
disfungsi otak sebagian (fokal) atau menyeluruh (global) secara akut selama lebih
dari 24 jam, atau menimbulkan kematian akibat gangguan pada pembuluh darah (vaskular)
(DiPiro & DiPiro, 2015).
Stroke iskemik atau infark mendominasi kasus stroke sekitar 85%. Terjadinya Stroke
infark diakibatkan karena otak mengalami kekurangan darah yang apabila semakin
parah keadaannya, jaringan otak akan mati (Iskandar, 2011).
Setiap tahunnya, insiden stroke di
seluruh dunia sebesar 15 juta orang. Dari 15 juta orang penderita stroke
tersebut, sekitar sepertiganya (5 juta orang) meninggal dunia dan mengalami
cacat secara permanen sepertiganya. Kurang lebih 795.000 orang setiap tahunnya menderita
stroke dengan rincian sekitar 610.000 pasien serangan stroke pertama dan sekitar
185.000 pasien serangan stroke berulang. Di Amerika Serikat, tercatat dari18
kematian, 1 diantaranya akibat stroke. Diprediksi dalam 5 tahun, pasien stroke
berusia > 45 tahun akan meninggal lebih dari setengahnya (Mutiarasari, 2019).
Menurut
hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, di Indonesia prevalensi dari penyakit
stroke kecenderungannya semakin meningkat bersamaan dengan bertambahnya usia. Dilaporkan
bahwa pada kelompok usia diatas 75 tahun (43,1%) tertinggi kasus stroknya dan sekitar
0,2% kasus terendah pada kelompok usia 15-24 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki
prevalensi strokenya lebih banyak (7,1%) daripada perempuan (6,8%). Wilayah
perkotaan angka prevalensi stroke cenderung tinggi (8,2%) daripada di pedesaan
(5,7%). Penanganan
stroke membutuhkan tindakan perawatan dan rehabilitasi dalam jangka waktu yang
lama. American Heart Association (AHA) memprediksi bahwa pada tahun 2030
penatalaksaan stroke kebutuhan biayanya akan meningkat 2 kali lipatnya. Pada penduduk
Amerika usia 45-64 tahun, insidensi kejadian stroke cenderung meningkat (Association, 2015).
Rumah sakit akan
mendapatkan pembayaran dari tindakan yang diberikan kepada klien sesuai
diagnosisnya. Sistem INA-CBG’s sebagai model pembayaran di rumah sakit membantu
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menekankan pelayanan berpusat
pada pasien, menekankan pada efisiensi dan menekankan pada pelayanan sistem tim
kerja (Hadning, Ikawati, &
Andayani, 2015).
Dengan diterapkannya system INA-CBG’s ini maka Manajemen
Rumah Sakit dituntut dapat mengupayakan efisiensi biaya dan mengintensifkan
pengelolaan keuangan rumah sakit. Manajemen Rumah Sakit juga dapat mengoptimalkan
dalam kendali biaya, kendali mutu, dan akses melalui penghitungan biaya
pelayanan (cost of care) dari
masing-masing clinical pathway berdasarkan
perhitungan unit cost yang dimiliki rumah sakit (Lela Indawati, Deasy
Rosmala Dewi, Angga Eko Pramono, 2018).
Implemantasi
pembayaran perawatan pasien berdasarkan tarif INA-CBG’s perlu dilakukan kajian
biaya terhadap biaya riil perawatan pasien untuk mengetahui kesesuaian tarif INA CBGs dengan biaya riil. Analisis biaya adalah suatu
metode atau cara menghitung besarnya biaya pengorbanan dalam unit rupiah, secara
langsung (direct cost) atau tidak
langsung (indirect cost), agar tujuan
tercapai (Hadning et al., 2015).
RSUD Dr Dradjat Prawiranegara Banten merupakan
provider BPJS yang melayani pasien BPJS dan telah menerapkan konsep INA-CBG’s.
Peserta BPJS yang berobat di RSUD Dr Dradjat Prawiranegara baik rawat jalan
ataupun rawat inap telah mencapai 80% dari total semua pasien. Stroke menempati
urutan pertama dari 5 besar penyakit pasien rawat inap RSUD Dr Dradjat Prawiranegara Banten.
Penelitian (Feladita, Satibi, & Marchaban, 2014) tentang Analisis terhadap biaya terapi stroke
hemoragi pasien yang di rawat inap di RS PKU Muhammadiya Yogyakarta, diperoleh
nilai biaya riil pengobatan stroke rawat inap lebih besar dibandingkan dengan
tariff INA CBGs 2014 yang artinya rumah sakit mengeluarkan biaya yang lebih
besar dibandingan yang diterima dari pembayaran paket INA CBGs. Implementasi
INA-CBGs sudah dilaksanakan di RSUD DR Dradjat Prawiranegara tetapi belum
pernah dilakukan analisis biaya pengobatan pada pasien terutama rawat inap.
Peneliti memilih pasien dengan kondisi stroke iskemik BPJS karena prevalensi
yang banyak. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik
melakukan Analisis
biaya pengobatan pasien dengan stroke Iskemik BPJS yang dirawat inap di RSUD Dr
Dradjat Prawiranegara. Analisa biaya yang diteliti ialah komponen biaya
langsung medis. Komponen biaya rumah sakit yang akan dianalisis meliputi: biaya
akomodasi, biaya obat, biaya alat kesehatan, biaya laboratorium, biaya
keperawatan, biaya radiologi, biaya rehab medik, biaya alat medis, biaya
tindakan non operatif, biaya visite dokter dan biaya rawat darurat. Analisis
biaya ini untuk mengetahui proporsi komponen biaya medik langsung tersebut,
mengetahui rata-rata biaya riil total pada pengobatan pasien stroke iskemik
serta untuk melihat kesesuaian tarif rumah sakit dengan tarif INA-CBGs.
Tujuan dilakukan penelitian ini
adalah untuk
menganalisa biaya pengobatan pasien penyakit Stroke Iskemik JKN Rawat Inap Di RSUD Dr Dradjat
Prawiranegara. Diharapkan bermanfaat bagi
berbagai pihak yang terkait sebagai sumber informasi mengenai analisis biaya
pengobatan pasien stroke iskemik di rumah sakit, mengetahui proporsi
komponen biaya pengobatan stroke iskemik sebagai data untuk pengobatan yang
efektif dan efisien serta bermanfaat
Metode Penelitian
Penelitian
yang dilakukan bersifat non eksperimental dengan menggunakan rancangan potong
lintang (cross sectional). Menurut (Notoatmodjo, 2015),
rancangan cross sectional adalah salah
satu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran/observasi data variabel
bebas dan variabel terikat hanya satu kali pada satu saat. Tujuan cross sectional adalah mengetahui
hubungan diantara variabel satu dengan variabel lainnya.
Pengambilan
data dilakukan secara retrospektif dengan cara mengumpulkan data rekam medik
pasien, data klaim BPJS dan Sistim
Informasi Managemen Rumah Sakit (SIM RS), serta data tagihan obat di instalasi
Farmasi Rumah Sakit Dradjat Prawiranegara tahun 2015. Data total biaya di
dapatkan dari bagian keuangan dan Data tarif INA CBGs di ambil dari software
INA CBGs versi 4.1 setelah dilakukan grouping.
Penelitian dilakukan di RSUD DR Dradjat
Prawiranegara jalan Rumah Sakit No 1 Serang Banten 42112. Pengambilan data
penelitian di Instalasi Rawat Inap Neurologis. Waktu penelitian
dilakukan pada Desember 2015 sampai
dengan Februari 2016.
Teknik
pengambilan sampel menggunakan probability sampling dengan simple rendem sampling. Menentukan
jumlah sampel dengan table krecjie.
Jumlah Sampel yang diperoleh mempunyai kepercayaan 95%. Total pasien Rawat Inap
JKN yang terdiagnosa stroke ikemik 680 pasien. Hasil perhitungan sample berjumlah
242 dan sample dengan kriteria inklusi sebesar 214 sampel.
Kriteria
Inklusi adalah pasien dengan diagnosa stroke Iskemik BPJS rawat inap dengan data lengkap. Dalam Penelitian ini
dilakukan pengumpulan data dengan menggunaan form pengumpul data. Data
demografi pasien stroke
iskemik
diperoleh dari rekam
medis pasien,
data
biaya penggunaan obat
dan Alkes di Instalasi Farmasi, data biaya penunjang medis data tarif INA CBGs
Stroke Iskemik dari hasil grouping
menggunakan Sofware INA CBGs versi 4.1.
Hasil
dan Pembahasan
A. Profil Pasien
1.
Jenis
Kelamin dan Usia Pasien
Karakteristik
jenis kelamin pasien diketahui laki-laki
sebanyak 114 orang (52,27%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 100
orang (46,73%). Jenis kelamin merupakan faktor resiko stroke iskemik yang
paling sering dialami laki-laki. Dalam guidelines American Heart Association
(AHA) 2011, menyebutkan bahwa dibandingkan dengan perempuan, stroke pada
laki-laki lebih sering terjadi. Pada perempuan hormon estrogennya mempunyai efek
yang positif terhadap sirkulasi serebral sehingga melindungi terjadinyaa stroke
iskemik terutama pada tipe kardioemboli (Indonesia, 2016).
Berdasarkan
usia pasien stroke iskemik, usia 46-55 tahun terbanyak sebesar 37,38 %, dan pada
usia 56-65 tahun sebanyak 31,31 %. Pada penelitian yang dilakukan oleh (Kabi, Tumewah, & Kembuan, 2015) diperoleh pasien
laki-laki sebanyak 33 pasien (55%) dan 27 pasien (45%) berjenis kelamin
perempuan. Pada profil usia, ada sekitar 25 orang (41,6%) stroke iskemik
berusia 51–65 tahun, 15 pasien (25%) berumur 35 – 50 tahun, 11 pasien (18,4%) umur
>65 tahun, dan 9 pasien (15%) berumur <35 tahun (Kabi et al., 2015). Dapat
disimpulkan dari uraian diatas bahwa stroke iskemik dialami semua umur dan
cenderung meningkat pada usia 46-65 tahun.
Kejadian
stroke iskemik meningkat dengan bertambahnya usia. Hal ini karena terjadinya
perubahan secara alami pada tubuh. Perubahan ini akan berpengaruh pada organ
jantung dan pembuluh darah serta hormon. Elastisitas atau kelenturan arteri
berangsur hilang yang akhirnya menyempit
dan kaku. Sensitivitas pengaturan tekanan darah (reflex baroreseptor) juga pada usia lanjut mulai berkurang yang mengakibatkan
resiko meningkatnya hipertensi dan aterosklerosis (Iskandar, 2011).
2.
Kelas
Perawatan dan Severity level pasien BPJS
Pasien
BPJS dengan diagnosa utama stroke iskemik yang di rawat inap di RSUD DR Dradjat
Prawiranegara terdiri dari 3 kelas perawatan
yaitu kelas 1, 2 dan 3. Pasien Stroke Iskemik BPJS yang dirawat instalasi
rawat inap ruang tulip RSUD DR Dradjat Prawiranegara Kabupaten Serang di
dominasi pasien kelas 3. Pasien BPJS kelas 3 kebanyakan dari pasien yang
sebelumnya tercatat sebagai peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
yang ditujukan untuk masyarakat tidak mampu.
Tabel 1
Distribusi Pasien
Stroke Iskemik Berdasarkan Kelas Perawatan
Kelas |
Jumlah |
Persentase
(%) |
Kelas 1 |
53 |
24.77 |
Kelas 2 |
55 |
25.7 |
kelas 3 |
106 |
49.53 |
Tabel 2
Distribusi
Pasien Stroke Iskemik Berdasarkan
Severity Level
Severity
Level |
Jumlah |
Presentasi
(%) |
1 |
121 |
56.54 |
2 |
53 |
24.77 |
3 |
40 |
18.69 |
Severity level
merupakan istilah didalam sistem INA CBGS untuk pasien BPJS. Severity Level menunjukan tingkat
keparahan yang dipengaruhi oleh diagnose sekunder (komplikasi dan komorbiditi).
Distribusi severity level pasien stroke iskemik BPJS Rawat inap di RSUD
DR Dradjat Prawiranegara tertinggi yaitu di severity level 1 ( 56,54%). Dari
data tersebut menunjukan bahwa pasien stroke iskemik memiliki keparahan rendah
dan komplikasi yang sedikit dan masih memungkinkan untuk dilaksanakan perawatan
di rumah sakit umum.
3.
Penyakit
Penyerta/Komorbiditi
Penyakit
penyerta atau komorbiditi dari pasien stroke iskemik terbanyak ialah penyakit
hipertensi sebanyak 43,93% yang terdiri dari hipertensi essensial
(22.90%), hipertensi dengan dengan heart congestif heart failure (13,55%), hipertensi
tanpa congestif heart failure (6.54%)
dan Hipertensi karena gagal ginjal (0,93%). Hiperlipidemia sebagai penyakit
penyerta selain hipertensi juga banyak dialami oleh penderita stroke iskemik dengan
hasil sebesar 16,36 %. Komorbiditi merupakan faktor yang akan mempengaruhi
severity level dan biaya klaim INA-CBG’s. Hipertensi
adalah faktor risiko terpenting bagi stroke iskemik atau stroke perdarahan. Korelasi/hubungan
antara peningkatan tekanan darah dengan risiko stroke belum ada nilai yang
pasti, namun demikian risiko stroke diperkirakan naik 1,6 kali setiap kenaikan
tekanan darah sistolik sebesar 10 mmHg. Dengan pengaturan tekanan darah, diperkirakan
50% risiko stroke dapat dicegah (Sukemi, 2011).
Dari
beberapa penelitian dilaporkan bila hipertensi tidak dikendalikan saat serangan
stroke akut terjadi mengakibatkan edema otak. Akan tetapi berdasarkan
penelitian di Chamorro bahwa penyembuhan stroke iskemik akan cepat karena
adanya penurunan tekanan darah yang cukup ketika edema otak berkembang sehingga
menghasilkan tekanan perfusi serebral yang adekuat (Goldstein et al.,
2011).
Selain
hipertensi, hiperlidemia merupakan diagnose penyerta stroke iskemik yaitu
sebesar (16,36%) . hiperlipidemia
merupakan faktor terjadinyaa aterosklerosis. Aterosklirosis merupakan
suatu keadaan pada arteri besar dan arteri kecil yang disebabkan oleh
penimbunan endapan trombosit, lemak, makrofag dan sel-sel darah putuh lainnyaa
di seluruh kedalaman tunika intima (sel endotel). Pembuluh darah yang sering
terkena Aterosklirosis diantaranya aorta, arteri koroner dan arteri serebrum (corwin).
Diagnosa
penyerta stroke iskemik lainnya ialah diabetes mellitus sebanyak (8,88%) Pasien
stroke iskemik dengan penyerta diabetes mellitus disebabkan peningkatan kadar
lemak dalam darah. Hal ini karena proses konversi lemak tubuh terganggu. Jika kadar
lemak dalam darah meningkat, maka akan meningkatkan resiko stroke dan jantung.
Diabetes mellitus memicu terjadinya aterosklerosis pada pembuluh darah di otak
maupun jantung. Pada pasien stroke, jika kadar glucose darahnya tinggi kerusakan daerah infark akan meningkat karena
terbentuknya asam laktat.
B. Pengobatan Stroke Iskemik
Penatalaksanaan terapi stroke akut
meliputi: 1). mencegah
komplikasi sekunder yaitu disfungsi neurologi dan imobilitas permanen, 2).
mengurangi progesivitas kerusakan neurologi dan mengurangi angka kematian, 3).
mencegah stroke ulangan. Terapi yang diberikan tergantung pada jenis stroke
(iskemik atau hemoragik) dan berdasarkan pada rentang waktu terapi (terapi pada
fase akut dan terapi pencegahan sekunder atau rehabilitasi). Strategi
pengobatan stroke iskemik ada dua, yaitu reperfusi dan neuroproteksi. Reperfusi
yaitu memperbaiki aliran darah ke otak yang bertujuan untuk memperbaiki iskemik
dengan obat-obat antitrombotik (antikoagulan,
antiplatelet, trombolitik). Neuroproteksi yaitu pencegahan kerusakan otak agar
tidak berkembang lebih berat akibat adanya area iskemik (Goldstein et al., 2011).
1.
Gambaran
Pengobatan
Gambaran
pengobatan stroke iskemik rawat inap menunjukan penggunaan obat cithicolin digunakan
hampir semua pasien stroke iskemik yaitu sebesar (94.86%).
Penggunaan cithicolin sebagai neuroprotektor sangat tinggi meskipun belum
menunjukan hasil yang efektif. Oleh karena itu penggunaannya belum dianjurkan.
Fungsi jaringan dipertahankan
merupakan tujuan dari strategi neuroprotektif. Caranya dengan menurunkan
aktivitas metabolisme dan kebutuhan oksigen sel–sel neuron (Sjahrir, Margono Imam,
Asriningrum, Machin, 2011).
Rekomendasi dari The
American Heart Association/American Stroke Association (AHA/ASA) terhadap
pemberian antitrombotik sebagai terapi pencegahan terhadap stroke iskemik
sekunder. Klopidogrel, aspirin, maupun
extended-release dipiridamol-aspirin (ERDP-ASA) merupakan terapi
antiplatelet yang direkomendasikan (Dipiro et al., 2014).
Dari hasil penelitian bahwa penggunaan obat antilpatelet menjadi
pilihan utama dalam pengobatan stroke iskemik. Antiplatelet banyak digunakan
adalah aspilet dengan jumlah penggunaan mencapai 67,29%.
Tabel
3
Presentase
Kesesuaian Terapi utama stroke Iskemik
Jenis Terapi |
Kesesuain Terapi |
|
Sesuai |
Tidak Sesuai |
|
(%) |
(%) |
|
Antiplatelet |
96.73 |
3,27 |
Neuroprotektan |
100 |
0 |
Antikoagulan |
100 |
0 |
Antihiperlipdemia |
100 |
0 |
Antihipertensi |
100 |
0 |
Kesesuaian terapi utama
stroke iskemik berdasarkan Guideline Stroke dari Perhimpunan Dokter Syaraf
Indonesia (PERDOSSI) tahun 2011 menunjukkan bahwa data profil pengobatan pasien
stroke iskemik sebagian besar adalah sesuai dengan guideline yaitu tepat dosis
dan tepat pasien. Penggunaan yang tidak sesuai ada 7 pasien yang tidak sesuai
dengan guideline PERDOSSI yaitu penggunaan antiplatelet yaitu kombinasi antara clopidogrel dan cilostazol.
Antiplatelet
merupakan golongan obat untuk menurunkan agregasi
platelet dan menghambat pembentukan thrombus
di sirkulasi arteri. Antiplatelet diindikasikan
untuk yang baru pertama kali menderita transient ischemic attack (TIA)
dan stroke untuk mengurangi resiko berulangnya kejadian stroke. ticlopidine,
aspirin, dipyridamole dan clopidogrel
merupakan antiplatelet yang efektif digunakan pada penderita yang telah
mengalami TIA dan stroke. Penggunaan obat neuroprotektan,
antikoagulan, antihipertensi dan antidislipidemia masih sesuai dengan guideline
yang dikeluarkan oleh PERDOSSI tahun 2011.
C. Analisis Biaya
Pasien
BPJS akan diklaim berdasarkan sistem INA CBG sesuai dengan tipe rumah sakit,
kelas perawatan dan severity level. Elemen-elemen
medis yang termasuk dalam tarif INA-CBG's
yaitu konsultasi dokter, komponen penunjang (laboratorium, radiologi/rontgen), obat Formularium Nasional
(Fornas) maupun obat non Fornas, alat atau bahan medis habis pakai dan akomodasi
atau ruang perawatan (Hadning et al., 2015).
Tabel 4
Rata Rata Lama
Perawatan
Kelas |
Rata-rata ALOS ( Hari ) |
||
Severity level 1 |
Severity level 2 |
Severity level 3 |
|
Kelas 1 |
4,2 |
5,05 |
5 |
Kelas 2 |
4,5 |
6,5 |
6,2 |
Kelas 3 |
5,5 |
5,8 |
6,25 |
Analisis
biaya pengobatan pasien stroke iskemik BPJS rawat inap di RSUD Dr Dradjat
Prawiranegara Kabupaten Serang dilakukan untuk mengetahui rata-rata biaya medis
langsung pasien stroke iskemik selama perawatan. Biaya medik langsung meliputi
biaya akomodasi kamar, biaya fisit dokter, biaya selama diruang perawatan,
biaya alat kesehatan dan obat, biaya laboratorium, biaya tindakan rehabmedis,
biaya radiologi, CT Scan dan konsultasi gizi serta administrasi. Analisis biaya
dilakukan untuk masing-maasing kelas perawatan.
Komponen
Biaya riil pengobatan stroke iskemik
BPJS Rawat Inap di RSUD DR Dradjat Prawiranegara dibedakan atas kelas perawatan
yaitu kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. Komponen biaya riil juga dipengaruhi oleh
lama perawatan dan komorbiditi.
1.
Biaya
Riil Pengobatan pasien stroke Iskemik untuk kelas 3
Data
biaya riil yang didapatkan dari rekam medis dan sistem informasi rumah sakit
menunjukan komponen-komponen biaya riil dalam pengobatan pasien stroke iskemik
BPJS Rawat Inap di RSUD Dr Dradjat Prawiranegara. Pasien rawat inap akan
melalui instalasi
gawat darurat untuk mendapatkan pelayanan kegawatdaruratan, presentase biaya di
Instalasi gawat darurat mencapai 6,9%
dari total biaya yang akan dibebankan kepada pasien.
Proporsi
komponen biaya pengobatan stroke iskemik untuk kelas 3 perawatan yang paling
tinggi ialah biaya obat-obatan dan alat kesehatan serta biaya laboratorium.
Biaya-biaya
dalam pengobatan akan dipengaruhi oleh lamanya pasien dirawat di rumah sakit
dan severity level yang menunjukan tingkat keparahan pasien.
Biaya
akomodasi kamar rawat inap di kelas 3 yaitu Rp.30.000,-/ hari. biaya ini
menyerap presentase mencapai 5,07%-5,55% dari total biaya perawatan. dan biaya visite dokter spesialis yaitu
Rp.10.000,-/ visite
atau 2,66%-3,11% dari total biaya perawatan. Biaya visite dipengaruhi oleh faktor komorbid yang di perikasa oleh lebih
dari satu dokter spesialis.
Komponen-komponen biaya selama
diruang perawatan yang paling tinggi ialah biaya farmasi yaitu biaya obat-obatan,
cairan infus dan biaya alat habis pakai. Total rata-rata biaya obat-obatan yang
masuk formularium nasional dan tidak masuk formularium nasional mencapai 22,89
% untuk severity level 1, severity
level 2 mencapai 25,56% dan untuk severity
level 3 mencapai 28,76 %. Biaya obat-obatan yang tidak masuk formularium
nasional pemakainyaa lebih tinggi daripada obat-obat yang masuk formularium
nasional. Obat-obat yang tidak masuk formularium antara lain cithikolin, piracetam,
mecobalamin, dan flunarizin. Perlu dipertimbangkan dalam penggunaan obat cithikolin dan piracetam pada pasien
stroke iskemik masih diperdebatkan terkait apakah berpengaruh atau tidak
terhadap perbaikan neurologis pasien stroke iskemik (Sjahrir, Margono Imam,
Asriningrum, Machin, 2011).
Biaya
alat habis pakai merupakan komponen biaya dalam pengobatan stroke iskemik,
presentase rata-rata penggunaan alat habsi pakai sebesar 9,90%-10,81%. Alat
habis pakai yang digunakan ialah infuse set, IV catheter, syring disposable,
sarung tangan, cateter set, gelang pasien, kapas, kasa, alkohol swab dan
lain-lain.
Biaya
Laboratorium menempati urutan ke 2 tertinggi dari seluruh biaya pengobatan
pasien stroke iskemik. Biaya rata-rata pelayanan laboratorium untuk pasien
stroke iskemik ialah sebesar 18,60%-20,96% dari biaya total pengobatan
tergantung dari severity level pasien stroke iskemik. Pelayanan laboratorium
untuk pasien stroke iskemik meliputi pemerikasaan darah rutin (HB, LH, TR), gula darah puasa, ureum, creatinin, cholesterol total,
LDL, HDL, trigeliserida, LED, eletrolit
Cl, K, Na,SGOT, SGPT serta pemeriksaan lain sesuai kebutuhan pemeriksaan.
Biaya
Riil rata-rata pengobatan pasien stroke iskemik BPJS rawat inap di RSUD DR
Dradjat prawiranegara kelas 3 adalah Rp.3.094.982,- untuk severity level 1, Rp.3.340.969,- untuk severity level 2 dan
Rp.3.367.654,- untuk
severity level 3. Biaya Riil
pengobatan stroke iskemik lebih kecil dibandingkan dengan tarif INA CBG yaitu
untuk severity level 1 Rp.3.684.900,- (selisih positif Rp.589.918,-), untuk severity level 2 Rp,6.663.600,- (selisih
positif Rp.3.322.631), untuk severity
level 3 Rp. 8.332.400 (selisih positif Rp.4.964.746). Semakin naik
tingkatan severity level semakin besar selisih positif dari biaya riil
dengan tarif INA CBG. Sehingga secara
keseluruhan RSUD Dr Dradjat Prawiranegara mendapatkan keuntungan dalam
pelayanan pengobatan pasien stroke iskemik BPJS rawat inap di kelas 3.
Nilai
biaya riil ini akan bertambah dengan semakin lamanya pasien stroke iskemik BPJS
dirawat di RSUD DR Dradjat Prawiranegara. Rata-rata lama rawat inap mksimal
4-6,25 hari agar nilai biaya riil dibawah tarif biaya INA CBGs. Jika pasien
stroke iskemik dirawat melebihi 6 hari perawatan terutama untuk pasien dengan
severity level 1, maka nilai biaya riil akan lebih tinggi dari tariff INA CBGs
sehingga akan menjadi kerugian buat Rumah Sakit.
Tabel 5
Tabel Proporsi Biaya Langsung Stroke
Iskemik Kelas 3
PROPORSI BIAYA RIIL PENGOBATAN KELAS 3 |
|||||||
No |
Rincian Biaya |
Severity |
Severity |
Severity |
|||
|
|
Level 1 |
% |
Level 2 |
% |
Level 3 |
% |
1 |
Biaya Obat dan Alkes |
1,129,868 |
36.51 |
1,312,593 |
39.29 |
1,450,100 |
43.06 |
2 |
Biaya Penunjang Medis |
1,207,209 |
39.01 |
1,285,068 |
38.46 |
1,201,126 |
35.67 |
3 |
Biaya Tenaga Medis |
82,208 |
2.66 |
104,000 |
3.11 |
100,000 |
2.97 |
4 |
Biaya Tindakan |
334,169 |
10.80 |
361,187 |
10.81 |
326,717 |
9.70 |
5 |
Biaya Kamar |
159,900 |
5.17 |
174,000 |
5.21 |
187,000 |
5.55 |
6 |
Biaya Administrasi |
193,628 |
6.26 |
116,121 |
3.48 |
114,711 |
3.41 |
Biaya
medis langsung yang paling tinggi untuk pasien stroke iskemik rawat inap di
kelas 3 RSUD Dr dradjat Prawiranegara adalah penunjang medis dan biaya obat dan
alat kesehatan. Biaya obat-obatan meliputi biaya obat utama dan biaya obat
untuk terapi komplikasi serta pemakian obat non formularium nasional seperti
cithicolin.
2.
Biaya
Riil Pengobatan pasien stroke Iskemik untuk kelas 2
Berdasarkan
komponen biaya riil pengobatan pasien stroke iskemik BPJS rawat inap kelas 2
RSUD Dr Dradjat Prawiranegara. Proporsi terbesar adalah biaya akomodasi
kamar, biaya obat-obatan dan biaya laboratorium. Proporsi biaya akomodasi
sebesar 17,80%-19,08% dari total biaya pengobatan dengan biaya perhari
Rp.150.000,-. Ini akan menjadi beban biaya yang tinggi apabila pasien stroke
iskemik mendapatkan perawatan yang lama di rumah sakit dan akan mempengaruhi
secara total biaya perawatan.
Biaya
farmasi yaitu obat-obatan,
cairan infus dan alat habis pakai menjadi komponen biaya yang paling tinggi
dalam pengobatan stroke iskemik rawat inap kelas 2 RSUD Dr Dradjat
Prawiranegara. Proporsi obat-obatan mencapai 16,57%-16,95, biaya cairan infus
1,92%-4,13%, biaya alat habis pakai 5,45%-7,65% . Presentase ini berbeda sesuai
severty level dari pasien stroke
iskemik.
Biaya
laboratorium termasuk tertinggi dari total biaya pengobatan pasien stroke
iskemik rawat inap. Biaya rata-rata pelayanan laboratorium untuk pasien stroke
iskemik ialah sebesar 14,43%-17,83% dari biaya total pengobatan tergantung dari
severity level pasien stroke iskemik.
Pelayanan laboratorium untuk pasien stroke iskemik meliputi pemerikasaan darah
rutin (HB,LH,TR), gula darah puasa, ureum,
creatinin, cholesterol total, LDL, HDL, trigeliserida, LED, eletrolit
Cl, K, Na, SGOT, SGPT serta pemeriksaan lain sesuai kebutuhan pemeriksaan.
Biaya
Riil rata-rata pengobatan pasien stroke iskemik BPJS rawat inap di RSUD DR
Dradjat prawiranegara kelas 2 adalah Rp.3.866.952,- untuk severity level 1, Rp.5.018.359,- untuk severity level 2 dan Rp.5.068.536,- untuk severity level 3. Biaya Riil pengobatan stroke iskemik lebih kecil
dibandingkan dengan tarif INA CBG yaitu untuk severity level 1 Rp.4.421.800,- (selisih positif Rp.554.848,-),
untuk severity level 2 Rp,7.996.300,- (selisih
positif Rp.2.977.941,-), untuk severity
level 3 Rp. 9.998.800 (selisih positif Rp.4.930.264). Semakin naik
tingkatan severity level semakin
besar selisih positif dari biaya riil dengan
tarif INA CBG. Sehingga secara keseluruhan RSUD Dr Dradjat Prawiranegara
mendapatkan keuntungan dalam pelayanan pengobatan pasien stroke iskemik BPJS
rawat inap di kelas 2.
Walaupun
nilai biaya total riil pengobatan stroke
iskemik lebih rendah dari tarif INA CBGs tetapi biaya ini akan meningkat
apabila lama perawatan pasien semakin lama. Biaya riil ini sesuai dengan tarif
INA CBGS apabila pasien di rawat tidak lebih dari rata-rata lama perwatan yaitu
4 – 6 hari.
Tabel 6
Proporsi Biaya Medis Langsung Stroke
Iskemik Kelas 2
PROPORSI BIAYA RIIL PENGOBATAN KELAS 2 |
|||||||
No |
Rincian Biaya |
Severity |
Severity |
Severity |
|||
|
|
Level 1 |
% |
Level 2 |
% |
Level 3 |
% |
1 |
Biaya Obat dan Alkes |
925,714 |
23.94 |
1,394,711 |
27.79 |
1,422,240 |
27.33 |
2 |
Biaya Penunjang Medis |
1,195,209 |
38.62 |
1,273,068 |
38.10 |
1,189,126 |
35.31 |
3 |
Biaya Tenaga Medis |
285,882 |
7.39 |
473,846 |
9.44 |
475,556 |
9.14 |
4 |
Biaya Tindakan |
412,125 |
10.66 |
464,433 |
9.25 |
510,849 |
9.82 |
5 |
Biaya Kamar |
688,235 |
17.80 |
957,692 |
19.08 |
933,333 |
17.94 |
6 |
Biaya Administrasi |
188,438 |
4.87 |
259,752 |
5.18 |
252,890 |
4.86 |
Biaya
medis langsung untuk pasien stroke iskemik rawat inap di kelas 2 RSUD Dr
dradjat Prawiranegara yang paling tinggi ialah penunjang medis dan biaya obat
dan alat kesehatan. Biaya obat-obatan terdiri dari biaya obat utama dan biaya
obat untuk terapi komplikasi serta pemakian obat non formularium nasional
seperti cithicolin. Proporsi biaya kamar untuk kelas 2 cukup tinggi.
3.
Biaya
Riil Pengobatan pasien stroke Iskemik untuk kelas 1
Berdasarkan
komponen biaya riil pengobatan pasien stroke iskemik BPJS rawat inap kelas 1
RSUD Dr Dradjat Prawiranegara. Proporsi terbeser adalah biaya akomodasi kamar,
biaya obat-obatan dan biaya laboratorium. Proporsi biaya akomodasi sebesar
18,67%-20,68% dari total biaya pengobatan dengan biaya perhari Rp.200.000,-
Biaya
farmasi yaitu Obat-obatan, cairan infus dan alat habis pakai menjadi komponen
biaya yang paling tinggi dalam pengobatan stroke iskemik rawat inap kelas 2
RSUD Dr Dradjat Prawiranegara. Proporsi obat-obatan mencapai 12,95%-14,63%
biaya cairan infus 1,40%-2,27%, biaya alat habis pakai 4,00%-7,81% . Presentase
ini berbeda sesuai severty level dari pasien stroke iskemik.
Biaya
laboratorium termasuk tertinggi dari total biaya pengobatan pasien stroke
iskemik rawat inap. Biaya rata-rata pelayanan laboratorium untuk pasien stroke
iskemik ialah sebesar 14,59%-17,16% dari biaya total pengobatan tergantung dari
severity level pasien stroke iskemik.
Pelayanan laboratorium untuk pasien stroke iskemik meliputi pemerikasaan darah
rutin (HB, LH, TR), gula darah puasa, ureum, creatinin, cholesterol total, LDL,
HDL, trigeliserida, LED, eletrolit
Cl, K, Na, SGOT, SGPT serta pemeriksaan lain sesuai
kebutuhan pemeriksaan.
Biaya
Riil rata-rata pengobatan pasien stroke iskemik BPJS rawat inap di RSUD DR
Dradjat prawiranegara kelas 1 adalah Rp.4.367.908,- untuk severity level 1, Rp.5.151.526,- untuk severity level 2 dan
Rp.4.834.630,- untuk severity level 3.
Biaya Riil pengobatan stroke iskemik lebih kecil dibandingkan dengan tarif INA
CBG yaitu untuk severity level 1
Rp.5,159800,- (selisih positif Rp.791.892,-), untuk severity level 2 Rp.932.9000,- (selisih positif Rp.4.177.674,-),
untuk severity level 3 Rp. 11.665.300
(selisih positif Rp.6.8340.670). Semakin naik tingkatan severity level semakin besar selisih positif dari biaya riil
dengan tarif INA CBG. Sehingga secara
keseluruhan RSUD Dr Dradjat Prawiranegara mendapatkan keuntungan dalam
pelayanan pengobatan pasien stroke iskemik BPJS rawat inap di kelas 1.
Dari
analisis biaya riil pengobatan untuk ke tiga kelas perawatan dan severity level
pasien stroke iskemik BPJS rawat inap di
RSUD DR Dradjat Prawiranegara bahwa komponen biaya terbesar adalah di biaya akomodasi,
biaya obat-obatan, biaya laboratorium dan radiologi. Untuk biaya riil pada
pengobatan pasien stroke Iskemik rawat inap, biaya riil total lebih rendah
daripada tarif INA CBG, ini artinyaa bahwa rumah sakit mendapatkan keuntungan
dari pelayanan pengobatan stroke iskemik BPJS rawat inap.
Tabel 7
Proporsi Biaya Medis Langsung Stroke
Iskemik Kelas 1
PROPORSI BIAYA RIIL PENGOBATAN KELAS 1 |
|||||||
No |
Rincian Biaya |
Severity |
Severity |
Severity |
|||
|
|
Level 1 |
% |
Level 2 |
% |
Level 3 |
% |
1 |
Biaya Obat dan Alkes |
907,932 |
20.16 |
1,227,902 |
23.837 |
1,030,963 |
21.325 |
2 |
Biaya Penunjang Medis |
1,588,166 |
35.27 |
1,566,064 |
30.401 |
1,424,651 |
29.468 |
3 |
Biaya Tenaga Medis |
342,593 |
7.608 |
476,190 |
9.244 |
470,000 |
9.7215 |
4 |
Biaya Tindakan |
452,982 |
10.06 |
610,428 |
11.85 |
632,166 |
13.076 |
5 |
Biaya Kamar |
840,741 |
18.67 |
1,009,534 |
19.60 |
1,000,000 |
20.68 |
6 |
Biaya Administrasi |
235,494 |
5.23 |
261,208 |
5.0707 |
276,850 |
5.7264 |
Biaya
medis langsung untuk pasien stroke iskemik rawat inap di kelas 1 RSUD Dr
dradjat Prawiranegara yang paling tinggi ialah penunjang medis dan biaya alat
kesehatan dan obat. Biaya penunjang medis yaitu biaya laboratorium, biaya
radiologi dan CT Scan. Biaya obat-obatan terdiri dari biaya obat utama dan
biaya obat untuk terapi komplikasi serta pemakaian obat non formularium
nasional seperti cithicolin. Proporsi biaya kamar untuk kelas 1 cukup tinggi.
Rata-rata-biaya
riil pengobatan pasien stroke Iskemik BPJS rawat inap di RSUD DR Dradjat
prawiranegara lebih rendah dari tarif INA-CBG. Ada nilai selisih positif antara
total biaya riil dan tarif INA CBG yang artinya RSUD DR Dradjat Prawiranegara
mendapatkan keuntungan dari pelayanan stroke iskemik rawat inap.
Hasil
penelitian (Mazidah, Yasin, & Kristina, 2019) menyatakan tidak ada perbedaan nyata dari faktor usia,
jenis kelamin, komorbid dan tipe stroke terhadap total biaya medis langsung
(p-value >0,05). Adapun antara faktor kelas rawat inap dan lama rawat inap ada
perbedaan nyata (p-value <0,05) (Mazidah et al., 2019).
D.
Analisis Korelasi
Analisis
data menggunakan uji Kendal Tau. Analisis
ini bertujuan mengetahui ada tidaknya hubungan antara faktor-faktor komponen
biaya terhadap total biaya riil pengobatan stroke iskemik Hasil uji korelasi
antara kelas perawatan, severity level
dan lama perawatan dengan biaya total pengobatan pasien stroke iskemik
menghasilkan korelasi yang kuat dengan P value = 0,00 < α (0,05). Sedangkan hasil
uji korelasi antara keseuaian terapi dengan biaya pengobatan menunjukkan tidak
ada hubungan dengan nilai P value = 0,119 > α (0,05). Korelasi kelas
perawatan mengasilkan korelasi yang terbalik karena nilai negative yaitu P=
-0,440 artinyaa semakin tinggi
nilai kelas semakin rendah biaya
pengobatan. Sedangkan Korelasi severity level dan lama perawatan mengasilkan
korelasi yang positif karena dengan nilai yaitu P= 0,196 dan 0,337 artinyaa semakin tinggi nilai severity level dan semakin lama dirawat
akan semakin tinggi biaya pengobatannyaa. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian (Firmansyah, Andayani,
& Pinzon, 2016), bahwa ada
pengaruh yang signifikan variable lama rawat
inap dan kelas perawatan terhadap biaya riil pasien
stroke iskemik rawat inap dengan p value <0,05.
Kesimpulan
Biaya
total riil pengobatan pasien stroke iskemik JKN masing-masing kelas perawatan
lebih rendah dibandingkan dengan tarif INA CBG yang artinya rumah sakit
mendapatkan keuntungan dari pelayanan stroke iskemik rawat inap. Biaya medis langsung
pengobatan pasien stroke iskemik BPJS Rawat Inap dipengaruhi oleh kelas
perawatan, severity level, dan lama perwatan.
Ada
korelasi yang kuat antara kelas perawatan, severity level dan lama perawatan
dengan biaya total pengobatan.
Semakin naik nilai kelas perawatan semakin rendah biaya
pengobatan. Semakin
tinggi nilai severity level dan semakin lama pasien dirawat akan semakin tinggi
biaya pengobatan
Association,
American Heart. (2015). Ischemic strokes (clots). American Heart Association.
DiPiro, Barbara G. Wells Joseph T., & DiPiro, Terry L. Schwinghammer
Cecily V. (2015). Pharmacotherapy Handbook Ninth Edition, Barbara G. Wells,
PharmD, FASHP, FCCP, 2015 by McGraw-Hill Education. McGraw-Hill Education.
Dipiro, Joseph T., Talbert, Robert L., Yee, Gary C., Matzke, Gary R.,
Wells, Barbara G., & Posey, L. Michael. (2014). Pharmacotherapy: A
Pathophysiologic Approach, ed. McGraw-Hill Medical, New York.
Feladita, Niken, Satibi, Satibi, & Marchaban, Marchaban. (2014).
Analisis Biaya Terapi Stroke Hemoragi Pada Pasien Rawat Inap. Jurnal
Manajemen Dan Pelayanan Farmasi (Journal of Management and Pharmacy Practice),
4(2), 69–76.
Firmansyah, Ferdy, Andayani, Tri Murti, & Pinzon, Rizaldy T. (2016).
Analisis biaya penyakit stroke iskemik. Jurnal Manajemen Dan Pelayanan
Farmasi (Journal of Management and Pharmacy Practice), 6(1), 27–34.
Goldstein, Larry B., Bushnell, Cheryl D., Adams, Robert J., Appel,
Lawrence J., Braun, Lynne T., Chaturvedi, Seemant, Creager, Mark A., Culebras,
Antonio, Eckel, Robert H., & Hart, Robert G. (2011). Guidelines for the
primary prevention of stroke: a guideline for healthcare professionals from the
American Heart Association/American Stroke Association. Stroke, 42(2),
517–584.
Hadning, Ingenida, Ikawati, Zullies, & Andayani, Tri Murti. (2015).
Stroke Treatment Cost Analysis for Consideration on Health Cost Determination
Using INA-CBGs. International Journal of Public Health Science, 4(4),
288–293.
Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf. (2016). Panduan Praktik
Klinis Neurologi. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Iskandar, Junaidi. (2011). Stroke
Waspadai Ancamannya. Yogyakarta:
Cv Andi Offset.
Kabi, Glen Y. C. R., Tumewah, Rizal, & Kembuan, Mieke A. H. N. (2015).
Gambaran faktor risiko pada penderita stroke iskemik yang dirawat inap
neurologi RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado periode Juli 2012-Juni 2013. E-CliniC,
3(1).
Lela Indawati, Deasy Rosmala Dewi, Angga Eko Pramono, Yati Maryati.
(2018). Manajemen Informasi Kesehatan V Sistem Klaim dan Asuransi Pelayanan
Kesehatan. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Edisi 1 2018 (1st ed.). Kementerian Kesehatan RI.
Mazidah, Zulfa, Yasin, Nanang Munif, & Kristina, Susi Ari. (2019).
Analisis Biaya Penyakit Stroke Pasien Jaminan Kesehatan Nasional di RSUD
Blambangan Banyuwangi. Jurnal Manajemen Dan Pelayanan Farmasi (Journal of
Management and Pharmacy Practice), 9(2), 76–87.
Mutiarasari, Diah. (2019). Ischemic stroke: symptoms, risk factors, and
prevention. Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran
Dan Ilmu Kesehatan, 6(1), 60–73.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sjahrir, Margono Imam, Asriningrum, Machin, Abdulloh. (2011). Buku Ajar
Penyakit Saraf. Surabaya: Airlangga University Press.
Sukemi, Sukemi. (2011). Evaluasi Penggunaan Obat Terapi Pemeliharaan
Stroke Pada Pasien Rawat Inap Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2010.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.