Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia � ISSN : 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 2,
No 4 April 2017
�
HUBUNGAN
PENGETAHUAN DAN LAMA KERJA �DENGAN
KEPATUHAN BIDAN DALAM MENGGUNAKAN PARTOGRAF DI KABUPATEN BANDUNG
Ratih Ruhayati dan Devi Safrida
Sekolah
Tinggi Kesehatan Indonesia (STKINDO) Wirautama
Email: [email protected]
Abstrak
Partograf ialah alat yang
direkomendasikan World Health Organization (WHO) yang mampu mengidentifikasi
resiko terjadinya komplikasi� dan
menentukan momen yang tepat untuk melakukan rujukan ke fasilitas yang ideal
guna mendapatkan penanganan, karena dengan kepatuhan dalam penggunaan partograf
dapat meminimalisir terjadinya persalinan yang lama, yang merupakan satu dari
sekian penyebab terbesar kematian ibu dan bayi di beberapa negara berkembang.
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung tahun 2013,
Kabupaten Bandung merupakan wilayah dengan jumlah kematian ibu dan bayi yang
terbilang tinggi, serta masuk dalam 5 teratas di Indonesia. Adapun tujuan dari dilakukan
penelitian ini ialah menganalisis kaitan antara pengetahuan seorang bidan dan
lama kerja dengan nilai kepatuhan seorang bidan pada penggunaan partograf.
Rancangan penelitian yang diterapkan disini ialah cross sectional. Analisis
data yang diterapkan disini ialah uji chi square. Populasi target yang
dipergunakan disini ialah bidan yang memiliki wilayah kerja di bekerja
Kabupaten Bandung, yang berjumlah 651 bidan. Besarnya sampel ditentukan dengan menerapkan
rumus Slovin, didapatkan jumlah sampel 124 bidan desa, yang diambil menggunakan
teknik cluster, di 13 Puskesmas PONED yang ada di Kabupaten Bandung. Hasil
penelitian mengungkapkan bahwa menurut statistik pengetahuan memiliki
keterkaitan yang relatif kuat dengan nilai kepatuhan seorang bidan dalam proses
penggunaan partograf (( = 0,001). Lama kerja tidak memiliki keterkaitan yang
cukup kuat dengan nilai kepatuhan seorang bidan dalam proses penggunaan
partograf ((= 0,226 ). Penelitian ini sendiri dapat memberikan gambaran
mengenai kepatuhan seorang bidan saat menggunakan partograf, sehingga Dinkes
atau Dinas Kesehatan dan IBI atau Ikatan Bidan Indonesia dapat bekerja sama
membuat suatu kebijakan untuk meningkatkan kepatuhan bidan saat menggunakan
partograf pada asuhan persalinan, yang akhirnya diharapkan AKI dan AKB,
khususnya karena persalinan lama dapat menurun.
Kata kunci:
Kepatuhan, patograf, lama kerja, pengetahuan.
�
Pendahuluan
Partograf adalah sebuah grafik yang
dapat memberikan gambaran setiap langkah �dalam proses persalinan, bertujuan untuk
mengingatkan bidan dan tenaga medis lain tentang ketidaksesuaian yang terjadi
serta memantau kesejahteraan yang dimiliki ibu dan bayi. Partograf merupakan
alat penting yang mampu mengidentifikasi komplikasi bagi pemberi pelayanan dan
melakukan rujukan pada momen dan fasilitas yang ideal �untuk mendapatkan penanganan. Dengan rujukan
yang tepat waktu akan mengurangi jumlah kejadian persalinan dengan seksio sesaria yang menimbulkan keadaan
darurat. (Orhue, 2012; The Partograph, 2002; Kim YM, 2012; Wiknjosastro, 2008).
Salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh bidan adalah� pemantauan
persalinan dengan partograf. Kompetensi sendiri ialah sekumpulan tindakan
cerdas, serta penuh tanggung jawab, yang dipunyai individu sebagai syarat agar
dianggap kompeten oleh masyarakat dalam melaksanakan tiap tugas dalam bidang
yang dikuasai. Walaupun
demikian, pengetahuan serta kepatuhan dalam penggunaan partograf secara
konsisten, yang diterapkan pada ibu bersalin oleh bidan, masih dinilai kurang.
(Standar kompetensi bidan Indonesia, 2011 ; Kasiati, 2010 ; Mobiliu, 2012 ;
Essential competencies for basic midwifery practice, 2011).
World Health Organization (WHO)
merekomendasikan partograf untuk digunakan oleh bidan dan/atau tenaga medis
lain untuk memberi asuhan kebidanan di rumah bersalin. Kepatuhan penggunaan
patograf sendiri dapat meningkatkan jumlah rujukan, mengurangi jumlah
pemeriksaan vagina, mengurangi penggunaan obat oksitosin serta mengurangi
persalinan lama.� Persalinan lama adalah
penyebab kematian paling dominan di kalangan ibu dan bayi yang baru lahir di
beberapa negara yang masih berkembang. (Kim YM, 2012; Wiknjosastro, 2008;
Fahdhy,2005).
P2KS (Pusat Pelatihan Klinik Sekunder)
Provinsi Jawa Barat, merupakan lembaga resmi penyelenggara APN (Asuhan Persalinan Normal). �Salah satu kompetensi yang dinilai pada
pelatihan APN ini adalah kompetensi dalam penulisan partograf, dari 11 orang
bidan yang menjalani proses pelatihan APN periode 7-16 Januari 2013, pada tes
awal kompetensi penulisan partograf, tidak satu bidan pun yang kompeten.
(Laporan P2KS Jabar, 2013)
Berdasarkan beberapa penelitian,
terdapat 36,4% Bidan Praktek Swasta (BPS) anggota BII (Ikatan Bidan Indonesia)
�ranting Surabaya Utara yang patuh dalam mengisi
�lembar depan maupun belakang partograf
untuk tiap pasien yang bersalin. Selain itu di Kabupaten Purworejo Propinsi
Jawa Tengah, terdapat 39,4% bidan delima yang melakukan pendataan secara continue dan benar pada lembar
partograf. Berdasarkan kedua hasil tersebut dapat diperoleh simpulan bahwa nilai
kepatuhan seorang bidan dalam konteks penggunaan partograf masih terbilang rendah.
(Kasiati, 2010 ; Widiarti, 2009).
Kepatuhan bidan merupakan sikap patuh
atau taat terhadap peraturan yang telah disepakati. Ada sekitar satu atau dua
hal yang mempengaruhi nilai kepatuhan seorang bidan, yaitu pengetahuan, sikap,
umur, beban kerja, lama kerja, tingkat pendidikan,� sarana dan�
fasilitas. (Indrawati, 2009 ; Sutaip, 2012 ; Notoatmodjo, 2007)
Pengetahuan sendiri ialah faktor terpenting
dalam pembentukan perilaku seseorang. Terbentuknya suatu perilaku, salah
satunya kepatuhan, terlebih pada kalangan dewasa, dimulai dari domain kognitif
(pengetahuan), artinya seseorang
tahu terlebih dahulu terdapat rangsangan berupa materi sehingga memunculkan knowledge/pengetahuan baru, rangsangan
yang diketahui kemudian akan membuat respon yang lebih jauh lagi yaitu berupa
perilaku sehubungan dengan stimulus tadi. (Oladapo, 2006 ; Hartono, 2008).
Lama kerja memiliki kaitan serat dengan
pengalaman yang didapat karyawan pada proses yang pernah dilakukan. Mereka yang
memiliki pengalaman akan dianggap lebih mampu menjalankan tugas dibanding
karyawan baru yang belum, bahkan tidak memiliki pengalaman sama sekali. Sebab,
semakin seseorang berpengalaman, kecakapan mereka akan semakin baik karena telah
menyelesuaikan dengan pekerjaannya. Terdapat keterkaitan antara lama kerja
dengan nilai kepatuhan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya. (Opiah, 2012)
Kabupaten Bandung ialah satu dari
beberapa daerah di Propinsi Jawa Barat yang mendapatkan program �Expanding Maternal and Neonatal
Survival
(EMAS) dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat/United States
Agency for International Development (USAID) selama lima tahun (2012-2016). Adapun
tujuan dari program ini sendiri adalah untuk meminimalisir jumlah kematiian ibu
dan bayinya, �yang hingga saat ini,
jumlah tersebut masih berada pada angka 25% dalam skala nasional. (Saving lives
of mothers and Newborns, 2012)
Salah satu pendekatan yang dilakukan
dalam program EMAS ini adalah meningkatkan kualitas pelayanan emergensi
obstetri dan neonatal melalui penggunaan�
pengelolaan yang baik perihal kelangsungan hidup ibu dan bayi baru
lahir, yang dilaksanakan dengan cara peningkatan kompetensi bidan melalui
program pelatihan yang terdiri dari asuhan kehamilan, APN atau Asuhan Persalinan
Normal, partograf, eklamsia, atonia, retensio plasenta, syok dan resusitasi.
(Saving lives of mothers and Newborns, 2012).
Berdasarkan hasil penilaian yang diterapkan
atas 651 bidan Puskesmas dan bidan desa di
Kabupaten Bandung pada bulan maret dan april 2013 oleh Dinkes �Kabupaten Bandung, untuk kompetensi asuhan
kehamilan, APN atau asuhan persalinan normal, eklamsia, atonia, retensio
plasenta, syok dan resusitasi, lebih dari 75% mendapatkan hasil yang baik.
Sedangkan untuk kompetensi partograf, sebanyak 184 bidan (28,27%) mendapatkan hasil
kompeten, dan sisanya 467
bidan (71,73%) tidak kompeten.
Berlatar belakang hal-hal yang
disampaikan di atas maka peneliti terdorong untuk membuat penelitian yang
memiliki kaitan erat antara pengetahuan dan lama kerja dengan kepatuhan bidan saat
memanfaatkan partograf pada asuhan�
persalinan di Kabupaten Bandung.�
Metodologi Penelitian �
Penelitian ini
sendiri berlandaskan analitik
cross sectional,
dimana dalam metode ini peneliti melakukan penilaian pengetahuan, lama kerja
atas nilai kepatuhan seorang bidan saat memanfaatkan partograf secara simultan
atau pada saat yang sama. Populasi� target digunakan disini ialah bidan yang mempunyai
wilayah kerja sekitar Kabupaten Bandung,
yang terdiri dari bidan puskesmas, bidan desa, dan Bidan Praktek Mandiri (BPM), yang berjumlah 651 bidan. Sedangkan populasi terjangkaunya adalah bidan-bidan
desa yang mempunyai wilayah kerja
sekitar Kabupaten Bandung.
Besarnya
sampel ditentukan menggunakan Rumus Slovin, didapatkan jumlah sampel minimal
adalah 124 bidan. Metode pengambilan sampel yang diterapkan disini ialah Teknik Cluster.
Teknik Cluster sendiri adalah teknik
yang fokus pada �unit sampel
yang terdiri dari satu cluster (kelompok). Adapun unit sampel yang
digunakan disini ialah Puskesmas
PONED. Tiap individu (bidan desa) dalam
cluster yang terpilih akan diambil sebagai sampel. Jadi setiap bidan desa
yang memilih wilayah kerja di Puskesmas terpilih kemudian diambil sebagai sampel. Pemilihan Puskesmas yang ditetapkan sebagai unit sampel dilakukan berdasarkan kriteria
Puskesmas yang memiliki tempat Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
(PONED).�
Terdapat 13 Puskesmas PONED di Kabupaten Bandung yang ditetapkan sebagai
unit sampel, dengan 124 Bidan Desa sebagai sampelnya.
Instrumen
pengumpulan data yang diterapkan untuk pengetahuan bidan dibuat dalam bentuk
soal pilihan ganda, sebanyak 25 soal dengan tingkat pengetahuan (K1), pemahaman
(K2), aplikasi (K3) dan analisis (K4). Pengetahuan bidan dibagi menjadi
kategori dua kategori, yaitu disimpulkan baik jika nilai lebih dari nilai
mean/median, dan disimpulkan kurang jika nilai kurang dari nilai mean/median.
Instrumen
pengumpulan data untuk variabel lama kerja, pengukurannya dilakukan dengan memanfaatkan
lembar karakteristik responden, dengan dua kategori yaitu dikatakan lama jika
lebih dari mean/median dan dikatakan baru jika kurang dari mean/median.
Instrumen
pengumpulan data untuk variabel kepatuhan bidan, digunakan 1 kuesioner dan 2
lembar pengamatan. Yang pertama adalah kuesioner yang diberikan kepada
responden langsung, kedua lembar pengamatan yang diberikan kepada bidan/teman
sejawat yang bertugas bersama-sama dengan responden, dan yang ketiga lembar
pengamatan yang diberikan kepada bidan yang berperan sebagai koordinator
Puskesmas PONED sampel. Penilaian kepatuhan dengan cara pengamatan oleh teman
sejawat dan bidan koordinator dilakukan pada saat responden (bidan desa)
memberikan asuhan persalinan di Puskesmas PONED.
Uji
validitas dan reabilitas dilakukan sebelum instrumen pengambilan sampel
digunakan. Pengujian tersebut dilakukan pada 35 orang bidan desa yang bertugas
di �Kabupaten Bandung Barat.
Analisis
data yang digunakan disini adalah tabel silang untuk mengetahui kecenderungan
hubungan/keterkaitan antara 2 (dua) variabel. Dikarenakan skala variabel bebas
dan variabel terikat berbentuk kategorik (nominal dan ordinal), maka analisis
yang diberlakukan disini ialah Uji Chi
Square.
Hasil� Dan Pembahasan
Hasil penelitian� dan analisis deskripsi statistik
tentang kepatuhan seorang bidan
saat
mempergunakan partograf pada asuhan persalinan yang memiliki wilayah kerja di puskesmas
Kabupaten Bandung, yang diterapkan atas 124 Bidan Desa adalah sebagai berikut:
Tabel 1������
Karakteristik Bidan Desa
Variabel |
Jumlah |
|
N |
% |
|
Umur
Bidan: 1.
> 40 tahun 2.
30 � 40 tahun 3.
< 30 tahun |
19 40 65 |
15,3 32.3 52,4 |
Pendidikan
Bidan: 1.
D IV 2.
D III 3.
D I |
5 118 1 |
4,0 95.2 0,8 |
Beban
Kerja: 1.
Ringan 2.
Berat |
81 43 |
65.3 34.7 |
Pelatihan
APN 1.
Pelatihan 2.
Tidak Pelatihan |
60 64 |
48.4 51.6 |
Pengawasan 1.
Baik 2.
Kurang |
28 96 |
22.6 77.7 |
Pengetahuan Bidan 1.
Baik 2.
Kurang |
35 89 |
28.2 71.8 |
Lama Kerja 1.
Lama 2.
Baru |
52 72 |
41.9 58.1 |
Kepatuhan Bidan 1.
Patuh 2.
Tidak Patuh |
58 66 |
46.8 53.2 |
Keterangan:
APN → Asuhan persalinan normal
Kategori diambil
berdasarkan nilai mean/rata-rata.
��������� Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 124 orang
bidan� sebagian besar (54,0%) berumur di
bawah < 30 tahun. Pada variabel pendidikan hampir semuanya (95,2%)
berpendidikan Diploma III (D III), hanya 1 orang Bidan yang masih berpendidikan
Diploma I (D I). Sebagian besar (65,3%) bidan menyatakan beban kerjanya ringan.
Pada variabel pelatihan APN sebagian besar bidan (51,6%) menyatakan pernah
mengikut pelatihan APN pada 5 tahun terakhir. Pada variabel pengawasan sebagian
besar (77,7%) bidan menyatakan bahwa pengawasan kurang, terutama pengawasan
pemberian asuhan pada proses persalinan, yang salah satunya adalah penggunaan
partograf, baik pengawasan yang berasal dari pihak bidan koordinator maupun dari
Dinas Kesehatan.
��������� Pada variabel pengetahuan, ada 71,8% responden
berpengetahuan kurang.� Pada variabel
lama kerja, ada 58,1% responden tergolongan dalam lama kerja yang masih baru,
yaitu kurang dari 5 tahun. Sedangkan dari variabel kepatuhan diketahui ada� �53,2%
responden tidak patuh saat menggunakan partograf dalam asuhan persalinan.
��������� Hubungan pengetahuan dan lama kerja dengan kepatuhan saat menggunakan
partograf pada asuhan persalinan di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel
2
Hubungan Antara
Variabel Perancu dengan Kepatuhan Bidan
No |
Variabel
Perancu |
Kepatuhan Bidan |
Pvalue |
OR |
95%CI |
||||||
Patuh |
Tidak Patuh |
Jumlah |
|||||||||
n |
% |
n |
% |
N |
% |
||||||
1. |
Umur Bidan: 1.
> 40 tahun 2.
30 � 40 tahun 3.
< 30 tahun |
� 7 18 33 |
36.8 45.0 50.8 |
12 22 32 |
63.2 55.0 49.2 |
19 40 65 |
100.0 100.0 100.0 |
0.543 |
1.220 |
0.099 |
|
2. |
Pendidikan Bidan: 1.
D I 2.
D III 3.
D IV |
� 1 55 � 2 |
100 46.6 40.0 |
� 0 63 � 3 |
�� 0 53.4 60.0 |
��� 1 118 ��� 5 |
100.0 100.0 |
0.540 |
1.231 |
0.099 |
|
3. |
Beban Kerja: 1.
Berat 2.
Ringan |
16 42 |
37.2 51.9 |
27 39 |
62.8 48.1 |
43 81 |
100.0 100.0 |
0.120 |
2.419 |
0.138 |
|
4 |
Pelatihan APN 1. Pelatihan 2. Tidak
Pelatihan |
29 29 |
48.3 45.3 |
31 35 |
51.7 54.7 |
60 64 |
100.0 100.0 |
0.736 |
0.114 |
0.030 |
|
5 |
Pengawasan 1.
Baik 2.
Kurang |
� 8 50 |
28.6 52.1 |
20 46 |
71.4 47.9 |
28 96 |
100.0 100.0 |
0.028 |
4.813 |
0.193 |
|
����
���� Keterangan: Uji Chi Square, dengan nilai kemaknaan ρ ≤ 0,05
Tabel. 3
Hubungan Pengetahuan �dan Lama Kerja dengan Kepatuhan
Bidan
No |
Variabel |
Kepatuhan Bidan |
Pvalue |
OR |
95% CI |
||||||
Patuh |
Tidak Patuh |
Jumlah |
|||||||||
n |
% |
n |
% |
N |
% |
||||||
1. |
Pengetahuan Bidan 1.
Baik 2.
Kurang |
23 35 |
65.7 34.3 |
12 54 |
34.3 60.7 |
35 89 |
100.0 100.0 |
0.008 |
7.026 |
0.232 |
|
2. |
Lama�
kerja: 1. Lama 2. Baru |
21 37 |
40.4 51.4 |
31 35 |
59.6 48.6 |
52 72 |
100.0 100.0 |
0.226 |
1.469 |
0.108 |
|
���
Keterangan:
Uji Chi Square, dengan nilai kemaknaan ρ ≤ 0,05
Dari tabel 2 di atas terlihat bahwa kaitan antara
variabel umur dengan kepatuhan menunjukkan nilai ρ = 0.543> 0.05 hingga didapat kesimpulan bahwa kaitan
antara umur dengan kepatuhan, berdasarkan uji Chi-square memperlihatkan kaitan
yang tidak signifikan. Kaitan
antara variabel tingkat pendidikan dengan nilai kepatuhan menunjukkan nilai
ρ = 0.540> 0.05 hingga didapat kesimpulan
bahwa kaitan antara �tingkat
pendidikan dengan kepatuhan memperlihatkan kaitan yang tidak signifikan.
Hubungan antara variabel beban kerja
dengan kepatuhan menunjukkan nilai ρ = 0.120> 0.05 hingga didapat kesimpulan bahwa kaitan
antara beban kerja dengan kepatuhan, berdasarkan uji Chi-square memperlihatkan kaitan yang tidak signifikan. Kaitan antara variabel pelatihan
dengan kepatuhan menunjukkan nilai ρ = 0.736> 0.05 hingga didapat kesimpulan bahwa kaitan
antara pelatihan
dengan kepatuhan, berdasarkan uji Chi-square
memperlihatkan kaitan dan/atau hubungan yang tidak signifikan. Kaitan antara variabel pengawasan
dengan kepatuhan menunjukkan nilai ρ = 0.028< 0.05 hingga didapat kesimpulan bahwa kaitan �antara pengawasan dengan kepatuhan, berdasarkan uji Chi-square memperlihatkan kaitan yang signifikan.
Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa
hubungan variabel pengetahuan (knowledge)
dengan kepatuhan menunjukkan nilai ρ = 0,008 < 0,05 hingga didapat
kesimpulan bahwa pengetahuan (knowledge)
dengan kepatuhan bidan memperlihatkan kaitan yang signifikan. Kaitan antara variabel lama kerja
dengan kepatuhan menunjukkan nilai�
ρ = 0,226
> 0,05 hingga didapat kesimpulan bahwa lama kerja dengan kepatuhan memperlihatkan
kaitan yang tidak signifikan.
Berdasarkan
hasil wawancara peneliti yang dilakukan pada bidan yang melakukan observasi diketahui
bahwa pemantauan kondisi janin dilakukan bersamaan dengan melakukan pemeriksaan
dalam, yaitu setiap 4 jam sekali. Pengetahuan ialah hasil dari tahu, yang dalam
hal ini pengetahuan tersebut memberi peranan penting dalam membentuk dan
merubah karakter dan/atau tindakan seseorang. Meningkatnya pengetahuan dapat menyebabkan
berubahnya persepsi, kebiasaan dan bentuk kepercayaan seseorang. Selain itu,
pengetahuan juga merubah sikap seseorang terhadap hal tertentu.� (Rahayu, 2011). �
Informasi terbaik akan sangat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan seseorang.
Jika seseorang
mendapat informasi terbaik dari media, baik media cetak maupun elektronik,
orang tersebut akan mendapat �pengetahuan
karena hal tersebut. Selain itu pengalaman juga bisa menjadi sumber knowledge atau pengetahuan. Di samping
itu pengalaman disini juga bisa
bertindak sebagai cara dan/alat untuk
mendapat kebenaran atas pengetahuan yang dikehendaki. Oleh sebab itu, sebuah
pengalaman �baik itu pengalaman yang dialami secara langsung ataupun tidak�
dapat dijadikan upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini diterapkan dengan mengulang pengalaman yang pernah
diperolehnya guna memecahkan
suatu masalah.
Dari
pengujian yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat kaitan yang tidak berarti
(ρ 0,226 > 0,05) antara lama kerja
dengan kepatuhan, hal ini pun membuahkan ketidakseragaman antara penelitian
yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Dede yang
mengatakan, terdapat kaitan atau hubungan antara pengalaman dengan kinerja
bidan desa dalam pertolongan persalinan. Nurani yang menyatakan terdapat
hubungan lama kerja dengan kepatuhan bidan dalam penatalaksanaan pemeriksaan
fisik pada pelayanan ANC (ρ = 0,039). Hasil penelitian Shokane
menyatakan, paling banyak bidan yang memanfaatkan partograf dalam waktu kurang
dari 5 tahun, paling sedikit bidan yang memanfaatkan partograf dalam waktu
lebih dari 10 tahun, hal ini berarti semakin lama seorang bidan bekerja, bidan
semakin tidak memanfaatkan partograf pada saat melakukan asuhan persalinan di
rumah sakit. �
Pada
penelitian ini, hasilnya tidak terdapat kaitan/hubungan antara lama kerja
dengan kepatuhan bidan saat penggunaan partograf, padahal secara teori semakin
lama seseorang bekerja seharusnya semakin baik kepatuhannya. Hal ini bisa
terjadi karena pada kenyataannya bidan menggunakan partograf bukan sebagai alat
pemantauan proses persalinan, tetapi lebih banyak digunakan sebagai alat
pelaporan, sebab bidan yang memiliki masa kerja lama biasanya sudah lupa denga
teori yang didapatkan saat pendidikan formal, padahal dengan bidan menggunakan
partograf, bidan tersebut dapat diketahui kemungkinan terjadinya keadaan
kegawatdaruratan pada ibu dan janin. Berbeda dengan bidan dengan masa kerja
biasanya masih menggunakan teori yang didapatkan pada saat mendapatkan
pendidikan fotmal, sehingga mereka lebih patuh pada penggunaan partograf pada
saat pemantauan dan pengambilan keputusan klinis pada proses persalinan.
(Wiknjosastro, 2008).
Kesimpulan
�� Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
maka kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut:
1.
Terdapat hubungan
dan/atau kaitan antara pengetahuan dengan nilai kepatuhan seorang bidan dalam
menggunakan partograf.
2.
Tidak terdapat hubungan
dan/atau keterkaitan antara lama kerja dengan nilai kepatuhan seorang bidan
dalam menggunakan partograf
BIBLIOGRAFI
______.
2011. Essential Competencies for Basic
Midwifery Practice.
Fahdhy
M, Chongsuvivatwong V. 2005. Evaluation
of World Health Organization Partograph Implementation by Midwives for
Maternity Home Birth in Medan, Indonesia. ___
Hartono
R, Jumain, Namangdjabar OL. 2008. Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan Penerapan Partograf Pada Ibu Melahirkan di
Kamar Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Kalabahi Propinsi Nusa Tenggara Timur..
Indrawati
T. Pengaruh Umur, Tingkat Pengetahuan,
dan Sikap Bidan Praktik Swasta (BPS) pada Penggunaan Partograf Acuan Maternal
Neonatal Dalam Pertolongan Persalinan Normal Di Wilayah Dinas Kesehatan Kota
Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. Disudur: Agustus
2009;4(2):122-6
Kim
YM, Tappis H, Zainullah P, Ansari N, Evans C, Bartlett L, et al. Quality of Caesarean Delivery Services and
Documentation in First Line Referral Facilities in Afghanistan. [Research
Article]. Disudur 15 March 2012.
Kasiati
K, Aras S, Ayunani RF. Gambaran Kepatuhan
Bidan dalam Penerapan Penggunaan Partograf di BPS Anggota IBI Ranting Surabaya
Utara. Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Disudur Oktober 2010;1(4):301-5
____. 2013. Laporan Pusat Pelatihan Klinik Sekunder
(P2KS) Provinsi Jawa Barat.
Mobiliu
S. Hubungan Pengetahuan Bidan dengan
Penerapan Penggunaan Partograf di Ruang Kebidanan RSUD Toto Kabila Kabupaten
Bone Bolango. Jurnal Health & Sport. Disudur Agustus 2012;5(3):656-65.
Notoatmodjo
S. 2007. Konsep Pendidikan (Promosi)
Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta; Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
Oladapo
OT, Daniel OJ, Olatunji AO. Knowledge and
Use of Partograph Among Healthcare Personal at The Peripheral Maternity Centres
in Nigeria. Jurnal of Obstetries and Gynaecology. Disudur 2006;26(6):538-41
Opiah
MM, Ofi AB, Essien EJ, Monjok E. Knowledge
and Utilization of the Partograph among Midwives in the Niger delta Region of
Nigeria. African Journal of Reproductive Health. Disudur 2012;16(1):125-32
Orhue
AAE, Aziken ME, Osemwenkha AP. Partograf
as a Tool for Team Work Management of Spontaneous Labor. Nigerian Journal of
Clinical Practice. [Review Article]. 2012 Jan-Mar;15(1):1-8.
Rahayu
S. 2011. Faktor Psikologi dan Organisasi
yang Mempengaruhi Kepatuhan Bidan Desa terhadap�
Standar Operasional 7T pada Pelayanan Antenatal di Kabupaten Semarang
2011. ____
____. 2011. Standar Kompetensi Bidan Indonesia.
____. Saving
Lives of Mothers and Newborns www.emasindonesia.org.
Sutaip,
Mawarni A, Dharmawan Y. Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Kinerja Pelaporan Data Pelayanan KIA oleh Bidan Praktek
Swasta di Kota Semarang. Kesehatan Masyarakat. Disudur 2012;1(2):206-17.
____.
2002. The Partograph: An Essential Tool
for Decision Making during Labor.
Widiarti
E. 2007. Evaluasi Penggunaan Partograf
oleh Bidan Delima di Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah. Purworejo;____
Wiknjosastro
G. 2008. Asuhan Persalinan Normal.
Jakarta; Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi.