Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 12,
Desember 2022
PENERAPAN
METODE ROOT CAUSE ANALYSIS DAN PENDEKATAN PLAN, DO, CHECK, ACTION PADA MESIN
TIN SEALER UNTUK MENGENDALIKAN KUALITAS PRODUK PT XYZ
Firza
Faturahman, Rendiyatna Ferdian
Fakultas
Teknik, Jurusan Teknik Industri, Universitas Widyatama Bandung, Indonesia
Email:
[email protected]
Abstrak
Setiap
perusahaan pernah mengalami kerugian. Salah satu
kerugiannya adalah produk cacat, di mana perusahaan perlu mencari akar
permasalahan yang dialami. Produk yang diamati penulis
untuk penelitian ini adalah Kaleng. Penulis melakukan identifikasi
masalah pada lini produksi dengan menggunakan metode Root Cause Analysis, lalu
melakukan proses lanjutan dengan menggunakan pendekatan Plan, Do, Check, Action
yang membantu dalam penyelesaian perusahaan menghadapi produk cacat.
Penyelidikan akar masalah dari suatu proses pada mesin dapat dilakukan dengan
mencatat setiap kerusakan produk yang diakibatkan oleh mesin. Mesin yang diamati adalah mesin Tin Sealer, selama beroperasi mesin
ini sering muncul gejala seperti mesin macet dan menghasilkan produk cacat.
Kecacatan tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu cacat
retak dan remuk. Pengendalian produk cacat dimulai
dari melihat akar permasalahan di lini produksi menggunakan Root Cause Analysis
lalu merancang strategi untuk pengendalian produk cacat dan menerapkan strategi
tersebut pada lini produksi. Penelitian yang dilakukan
menghasilkan beberapa keluaran yaitu standar operasional dan optimasi pada
operator yang dipakai oleh perusahaan. Penulis menguji
hasil dari keluaran penelitian di lini produksi perusahaan. Hasilnya
menjelaskan bahwa produk cacat yang dihasilkan berkurang signifikan yaitu
sekitar 42% dari pemantauan sebelum perbaikan, selain itu kapasitas produksi
juga meningkat 14,93% dari pemantauan sebelum perbaikan. Hasil
tersebut menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan berhasil menurunkan produk
cacat dan pula meningkatkan kapasitas produksi.
Kata
Kunci:
Produk Cacat, Root Cause Analysis, PDCA.
Abstract
Every company
has experienced losses. One of the disadvantages is a defective product, in
which the company needs to find the root of the problems it is experiencing.
The product observed by the author for this research is cans. The author
identifies problems in the production line using the Root Cause Analysis
method, then carries out a further process using the Plan, Do, Check, Action
approach which helps in resolving companies facing defective products.
Investigation of the root causes of a process on a machine can be done by
noting any product damage caused by the machine. The observed machine is the
Tin Sealer machine, during operation this machine often appears symptoms such
as the machine jams and produces defective products. The defects are divided into
two parts, namely cracked and crushed defects. Control of defective products
starts from looking at the root causes of the problems in the production line
using Root Cause Analysis and then designing strategies for controlling
defective products and implementing these strategies on the production line.
The research carried out produced several outputs, namely operational standards
and optimization of the operators used by the company. The authors examine the
results of the research output on the company's production line. The results
explained that the resulting defective products were significantly reduced by
around 42% from monitoring before repair, besides that
production capacity also increased 14.93% from monitoring before repair. These
results state that the research conducted succeeded in reducing defective
products and also increasing production capacity.
Keywords: Product
Defects, Root Cause Analysis, PDCA.
Pendahuluan
Produk cacat yang
merupakan salah satu waste pada industri mana pun, sudah menjadi tugas bagi
pihak terkait untuk mengurangi waste tersebut (Yuniarto
et al., 2013).
Penulis melakukan penelitian terhadap perusahaan yang
bergerak di bidang General Supplier barang dan jasa. Saat
ini perusahaan sedang memenuhi pesanan membuat kaleng, penulis melakukan
identifikasi pada lini produksi kaleng. Penulis
menemukan banyak sekali berbagai masalah pada saat pengambilan data, dan
memutuskan objek mesin Tin Sealer yang tidak ada perawatan dan tidak ada SOP
menjadi fokus penelitian ini. Pada mesin Tin Sealer terdapat beberapa
produk cacat yang tentu akan memakan material mentah
dan waktu untuk memenuhi pesanan, hal tersebut membuat perusahaan perlu mengeluarkan
biaya lebih. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana hasil dari
penelitian dapat menekan jumlah produk cacat khususnya produk cacat yang di
hasilkan dari mesin tin sealer, lalu perusahaan mengetahui akar masalah yang
menghasilkan produk cacat, dan menerapkan metode Root Cause Analysis dengan
Plan, Do, Check, Action untuk melihat efek dari strategi yang dibuat oleh
penulis pada stasiun kerja mesin tin sealer (Yaqin
et al., 2020).
Penelitian ini bertujuan
untuk memastikan kelancaran produksi untuk memenuhi permintaan pasar dan
memastikan perawatan mesin sehingga mesin tin sealer dapat bekerja dengan baik
dengan menganalisis permasalahan menggunakan metode RCA dengan pendekatan PDCA
dan alat bantu� yaitu Fishbone Diagram
serta five-whys. Sebuah industri manufaktur memiliki banyak divisi yang ikut
andil dalam memajukan sebuah perusahaan, begitu pun pada lantai produksi (Siahaan
et al., 2022).
Batasan-batasan masalah harus ditentukan untuk membuat penelitian ini tidak
membahas terlalu lebar dari apa yang diteliti, maka
dari itu batasan pada penelitian ini adalah produk cacat pada mesin tin sealer,
operator yang bertugas di mesin tin sealer, dan volume produksi mesin tin
sealer.
Metode Penelitian
1.
Root Cause Analysis
Root Cause Analysis
(RCA) menurut (Preuss,
2003)
adalah suatu metode pemecahan masalah yang bertujuan untuk mengidentifikasi
akar penyebab masalah atau peristiwa. Metode Root Cause Analysis (RCA)
didasarkan pada keyakinan bahwa masalah � masalah yang terbaik dapat dipecahkan
dengan memperbaiki atau menghilangkan akar penyebab, bukan hanya untuk segera
mengatasi gejala yang jelas (Susendi
et al., 2021);
(Reza
& Supriyadi, 2020);
(Dewi
et al., 2018).
Dengan mengarahkan langkah � langkah perbaikan pada akar permasalahan, di
harapkan bahwa kemungkinan terulangnya masalah akan
diperkecil.
2.
Plan, Do, Check, Action
Menurut (Radhila,
2018),
Plan, Do, Check, Action (PDCA) merupakan model dalam melakukan perbaikan
kualitas yang dilakukan secara terus-menerus. Plan atau perencanaan adalah
suatu proses memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang
dilihat dari keadaan yang ada sekarang sehingga bisa menetapkan sasaran dan
target peningkatan (Yonatan
& Palit, 2015);
(Rangkuti,
2013).
Do merupakan pelaksanaan atau pengerjaan di mana pada tahapan pengerjaan
ini yaitu mengumpulkan data yang dibutuhkan, mengonversi data, menaksirkan
informasi dan melaporkan serta mengkomunikasikan data (Maharani
et al., 2021);
(Pontoh
& Rondonuwu, 2021).
Check merupakan tahap pemeriksaan dan peninjauan ulang serta mempelajari
hasil-hasil yang didapatkan dari penerapan ditahap Do (Handoko, 2018).
Melakukan perbandingan antara hasil aktual yang telah dicapai dengan target
yang ditetapkan. Action adalah tahap tindakan untuk
menindaklanjuti hasil yang didapatkan. Tindakan yang dilakukan pada
tahap Action yang dapat dilakukan adalah korektif dan standarisasi (Rochmoeljati,
2016).
3.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menggunakan
metode observasi dan wawancara. Pengumpulan dilakukan
saat penulis melakukan studi lapangan, data yang di kumpulkan adalah data
produk cacat selama 15 hari kerja bulan Juli 2022 dan melihat kebiasaan
operator yang akan digunakan untuk membuat strategi. Data berbentuk deret angka
dan hasil wawancara.
Gambar 1. Rekam Cacat Produk
Gambar 2.
Diagram Rekam Cacat Produk Bulan Juli 2022
Hasil dan Pembahasan
Menelusuri permasalahan cacat produk pada mesin Tin
Sealer, penulis menggunakan metode RCA dengan pendekatan PDCA dibantu 2 Alat yaitu
5-whys dan Fishbone Diagram. Diagram digunakan untuk membantu penulis dalam
mengetahui kendala produksi yang menghasilkan produk cacat.
A. Plan
� Perencanaan
1. Fishbone Diagram
Analisa Sebab Akibat merupakan analisa yang sangat
diharapkan untuk menemukan akar permasalahan dari tingginya produk cacat (Nur Ilham, 2012). Untuk membantu
Analisa ini diperlukan alat bantu salah satunya adalah
Fishbone Diagram.
Gambar 3. Fishbone
Diagram Mesin Tin Sealer
a. Material:
Bahan yang digunakan dalam pengolahan produk kaleng terbilang terlalu tebal
untuk mesin yang digunakan saat ini. Sehingga membuat mesin kewalahan dan mengalami
kerusakan mesin serta menimbulkan cacat produk.
b. Metode:
Dilantai produksi yang memiliki kapasitas produksi tinggi tentu harus memiliki
Standar Operasional. Pada perusahaan yang penulis amati
tidak terdapat Standar Operasional yang jelas. Menurut salah satu operator,
dilantai produksi tidak terdapat SOP, banyak dari operator hanya menggunakan
Asumsi.
c. Mesin:
Sisi ini sangat berkaitan dengan sisi material, dengan material yang tidak
cocok dapat menyebabkan kerusakan mesin sehingga aliran produksi menjadi
terhambat dan penggantian atau perbaikan mesin terbilang sangat lambat.
d. Manusia:
Operator yang bekerja kurang kompeten dalam mengerjakan tugasnya, hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa hal. Pertama tidak adanya pelatihan bagi pekerja baru
sehingga harus belajar saat produksi berjalan yang menyebabkan human error,
kemudian tidak adanya Standar Prosedur yang jelas membuat operator harus
menggunakan Asumsi atau melihat rekan kerjanya yang belum tentu benar dalam
mengerjakan tugas.
2. �Five-Whys
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak produksi
dan hasil Analisa menggunakan fishbone diagram menggunakan five-whys yang akan menjadi tahap lanjutan pada
proses wawancara pada kendala proses produksi.
Gambar 4. Five-whys Mesin Tin Sealer
a. Masalah:
Perusahaan mengalami kerugian karena adanya Produk Cacat yang dihasilkan karena
mesin rusak.
b. Why
� 1: Mesin yang rusak dikarenakan jarang adanya perawatan mesin sehingga mesin
bekerja tidak optimal.
c. Why
� 2: Tidak optimalnya mesin bekerja membuat mesin menjadi tidak stabil yang
berefek pada produksi yang tidak stabil pula
d. Why
� 3: Tidak stabilnya produksi dikarenakan terdapat miss pada proses produksi.
e. Why
� 4: Miss pada proses produksi dikarenakan tidak ada
standar pasti dalam proses produksi, banyak operator menggunakan asumsi dalam
bekerja.
f. Why
� 5: Tidak adanya standar yang jelas tentu membuat perawatan mesin menjadi
tidak terkontrol dalam pergantian spare-part mesin.
g. Akar
Permasalahan: Dengan melihat 5 alasan di atas dari Why ke-1 sampai ke-5
diputuskan bahwa tidak adanya SOP mengenai perawatan mesin yang jelas sehingga
membuat proses produksi menghasilkan produk cacat.
3. Usulan
Strategi Perbaikan
a. Sisi
Mesin � Material: Saran yang dapat langsung diterapkan oleh pihak perusahaan
pada sisi mesin adalah dengan melihat kecocokan spesifikasi antara mesin dan
material yang akan digunakan. Ketidakcocokan
spesifikasi dapat membuat mesin yang digunakan dapat cepat rusak jika dilihat
dari sisi mesin dan jika dilihat pada sisi material spesifikasi yang tidak
cocok akan membuat proses produksi berpotensi tinggi
menghasilkan produk cacat.
b. Sisi
Metode: Pada sisi ini penulis menyarankan untuk membuat Standar Operasional
Prosedur yang baik dan jelas, pada SOP harus terdapat alur proses awal sampai
akhir, spesifikasi mesin dan material, kendala yang biasanya muncul serta
tindakan ketika ada kendala yang muncul.
c. Sisi
Manusia: Mengganti operator yang ada dan melakukan pelatihan pada operator baru
tentu akan memakan banyak waktu. Penulis menyarankan
untuk melakukan skema berdasarkan rutinitas operator yang bekerja. melihat rutinitas operator yang tidak kompeten, biasanya
melihat rekan kerja mereka dalam melakukan pekerjaan, dari sini penulis dapat
menyarankan untuk melihat kinerja setiap operator dan membagi menjadi 2
kategori yaitu Kompeten dan Tidak Kompeten. Setelah mendapat daftar operator
yang sudah di kategorikan lakukan pemindahan tempat kerja operator dengan
susunan A-B-A-B, di mana operator A dengan kategori
kompeten dan operator B tidak kompeten. Sehingga operator yang tidak kompeten
dapat melihat operator kompeten di sebelah mereka.
B. Do
� Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah tahap di
mana pengaplikasian usulan yang diberikan pada perusahaan untuk mencapai
tujuan. Tahap ini dilakukan pada bulan
Agustus 2022. Saran yang diberikan kepada perusahaan
oleh penulis di bagi menjadi 3 bagian besar yaitu sisi mesin-material, sisi
metode, dan sisi manusia. Berikut penjelasan
pelaksanaan pada ketiga sisi tersebut.
1. Pelaksanaan
di Sisi Mesin � Material: Pihak perusahaan mencoba untuk membuat tulisan yang
bertujuan untuk menginformasikan kecocokan spesifikasi antara mesin dan
material seperti yang sudah disarankan oleh penulis. Pemberian informasi ini
sangat membantu para operator agar tidak melakukan asumsi dalam bekerja.
Gambar 5. Penyesuaian Material agar Sesuai
Spesifikasi Mesin
2. Pelaksanaan
di Sisi Metode: Pihak perusahaan membuat Standar Operasional Prosedur atau SOP,
ini dibuat menjadi 2 SOP yaitu di bagian proses produksi dan perawatan
mesin.�
a. SOP
pada proses produksi khususnya pada mesin Tin Sealer perusahaan membuat
alur pengerjaan dari awal hingga akhir proses yang wajib dilakukan oleh
operator mesin, selain itu terdapat keterangan-keterangan spesifikasi mesin dan
material (Ini merupakan bagian sisi mesin � material yang di masukan ke SOP),
dan terdapat instruksi lengkap jika pada proses produksi terjadi kendala.
Kendala-kendala akan dibagi berdasarkan kategori dari
rendah hingga tinggi begitu pula dengan instruksi yang di tulis berdasarkan
kategori kendala.
b. SOP
pada perawatan mesin di antaranya membuat penjadwalan perawatan mesin secara
berkala, melakukan kontrol kepada mesin dan operator� secara berkala, mengumpulkan
laporan-laporan kendala yang ada pada proses produksi, melakukan penggantian spare-part
jika dibutuhkan. Semua alur proses perawatan mesin harus tercatat dengan baik,
agar dapat dilihat frekuensi kerusakan. Data ini berguna dalam melakukan
perawatan selanjutnya.
3. Pelaksanaan
di Sisi Manusia: Pihak perusahaan mencoba menerapkan skema yang telah dibuat,
Susunan operator A-B-A-B, penjelasan susunan ini dapat dilihat di 4.1.3,
Sub-iii Sisi Manusia. Diharapkan susunan A-B-A-B ini dapat memberi efek yang
baik pada proses produksi khususnya dalam mengurangi produk cacat.
C. Check
� Pemeriksaan
Tahap pemeriksaan dilakukan setelah tahap �Do�
diaplikasikan oleh perusahaan. Penulis melakukan kembali
pencatatan Rekam Produk Cacat di mesin Tin Sealer. Penulis mendapatkan hasil yang signifikan dalam menurunkan produk
cacat selama 15 hari pada bulan Agustus. Tabel berikut
menunjukkan data yang didapat setelah melakukan pemeriksaan.
Gambar
6. Diagram Rekam Cacat Bulan Agustus 2022
Gambar 7. Rekam Cacat Produk
D. Action
� Tindakan
Solusi yang diterapkan memang dapat
dikatakan sukses, terlihat dapat menurunkan 42% produk cacat.
Namun masih terdapat produk cacat yang muncul di setiap proses produksi. Hal ini diperlukan tindakan lanjutan yang diharapkan dapat
mempertahankan atau lebih baik lagi yaitu menurunkan kembali tingkat produk
cacat. Tindakan yang dapat dilakukan secara berkala adalah dengan
pengawasan operator untuk tetap disiplin pada SOP yang berlaku, dan melakukan
penjadwalan mengenai proses maintenance.
E. Analisis
1.
Analisis
Perbandingan Jumlah Produk Cacat Bulan Juli � Agustus 2022
Pembahasan pada bagian 4,
telah menjelaskan hasil metode RCA dengan pendekatan PDCA dan didapat solusi
yang diharapkan dapat diterapkan langsung dalam waktu dekat oleh perusahaan
untuk mengurangi produk cacat pada proses produksi kaleng khususnya pada mesin Tin
Sealer. Hasil rekam data bulan Agustus terbilang
sukses dalam menerapkan solusi yang diberikan. dari
semua data yang telah di kumpulkan, penulis dapat membuat perbandingan sesudah
dan sebelum penerapan solusi. Berikut data yang dapat
ditampilkan.
Gambar 8. Perbandingan Rekam Cacat Produk
Hasil
di atas termasuk hasil yang memuaskan karena terdapat penurunan sebesar 42%
produk cacat. Namun sebenarnya jika
dilihat dari kapasitas produksi bulan Juli dan Agustus, penurunan produk cacat
pada bulan Agustus 2022 menjadi lebih baik lagi. Berikut
perbandingan jumlah produksi bulan Juli dan Agustus.
2.
Kenaikan
Kapasitas Produksi
Gambar 9. Perbandingan Kapasitas Produksi Bulan Juli �
Agustus 2022
Gambar
9. menunjukkan bahwa bulan
Agustus memiliki 14,93% lebih banyak dari sisi produksi sehingga produk cacat
yang keluar tentu lebih sedikit jika di lihat dari kapasitas produksi
berbanding produk cacat bulan Juli. Hal itu ditunjukkan dari persentase cacat
dibanding kapasitas per bulannya, ditunjukkan bahwa bulan Juli memiliki
persentase 0,3258% sedangkan bulan Agustus 0,1170%. Di mana jika di asumsikan
bahwa kapasitas produksi bulan Agustus sama dengan
Juli namun jumlah produk cacat berkurang tentu akan masih memiliki persentase
di bawah bulan Juli. Begitu pun sebaliknya jika jumlah produk cacat ditarik ke
bulan Agustus tentu persentase akan lebih kecil dari
bulan Juli, hal ini dikarenakan oleh naiknya kapasitas produksi.
�
Kesimpulan
Kenaikan
kapasitas ini dinilai dari efek penyesuaian mesin dan material yang telah di
instruksikan pada SOP agar operator yang bertugas tidak melakukan human error.
Selain itu penempatan posisi kerja operator juga dinilai berpengaruh, karena
operator yang tidak kompeten dapat mencontoh operator yang sudah kompeten atau
lebih baiknya operator yang berkompeten dapat memberitahu tata cara dalam melakukan tugas ke operator yang tidak kompeten.
Dewi, H., Maryam, M.,
& Sutiyarno, D. (2018). Analisa Produk Cacat Menggunakan Metode Peta
Kendali P Dan Root Cause Analysis. Jurnal Teknologi Pertanian, 7(2),
10�18. https://doi.org/10.32520/jtp.v7i2.178. Google Scholar
Handoko, A. (2018).
Implementasi pengendalian kualitas dengan menggunakan pendekatan PDCA dan seven
tools pada PT. Rosandex Putra Perkasa Di Surabaya. Calyptra, 6(2),
1329�1347. Google Scholar
Maharani, N. F.,
Parlan, P., & Marfuah, S. (2021). Penerapan Strategi Pembelajaran
Metakognitif PDCA Berbantuan Jurnal Belajar untuk Meningkatkan Self-Efficacy
dan Prestasi Belajar Siswa dalam Materi Hidrokarbon. Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 6(8), 1306�1312.
https://doi.org/10.17977/jptpp.v6i8.14966. Google Scholar
Nur Ilham, M. (2012). Analisis
pengendalian kualitas produk dengan menggunakan statistical processing control
(spc) pada pt. bosowa media grafika (tribun timur). Universitas Hasanuddin.
Google Scholar
Pontoh, T. A., &
Rondonuwu, S. (2021). Analisis Internal Control Aktiva tetap pada PT.
Perusahaan Listrik Negara (Persero) Unit Induk Wilayah Suluttenggo. Jurnal
EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 9(3),
619�629. https://doi.org/10.35794/emba.v9i3.34955. Google Scholar
Preuss, P. G. (2003).
Root cause analysis: School leader�s guide to using data to dissolve problems.
In Eye on Education. Google Scholar
Radhila, A. (2018).
Implementasi Warehouse Management Menggunakan Metode PDCA Studi Kasus Di CV.
Innotech Solution-Malang. Jurnal Valtech, 1(1), 230�241. Google Scholar
Rangkuti, F. (2013). SWOT�Balanced
Scorecard. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Google Scholar
Reza, A., &
Supriyadi, E. (2020). Analisis kualitas komponen noozle pada mesin water
jetting dengan metode Root Cause Analysis (Rca) dan pendekatan PDCA untuk
mengurangi cacat di Pt. Kharisma Sejahtera Agung Jaya. Teknologi: Jurnal
Ilmiah Dan Teknologi, 3(1), 56�63. Google Scholar
Rochmoeljati, R.
(2016). Perencanaan Perawatan Mesin Menggunakan Metode Markov Chain Untuk
Meminimumkan Biaya Perawatan. Tekmapro: Journal of Industrial Engineering
and Management, 8(1), 63�76. Google Scholar
Siahaan, S. D. N.,
Putriku, A. E., & Saragih, L. S. (2022). Pengenalan Bisnis Teori dan
Praktik. Merdeka Kreasi Group. Google Scholar
Susendi, N., Suparman,
A., & Sopyan, I. (2021). Kajian Metode Root Cause Analysis yang Digunakan
dalam Manajemen Risiko di Industri Farmasi. Majalah Farmasetika, 6(4),
310�321. https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v6i4.35053. Google Scholar
Yaqin, R. I., Zamri, Z.
Z., Siahaan, J. P., Priharanto, Y. E., Alirejo, M. S., & Umar, M. L.
(2020). Pendekatan FMEA dalam Analisa Risiko Perawatan Sistem Bahan Bakar Mesin
Induk: Studi Kasus di KM. Sidomulyo. Jurnal Rekayasa Sistem Industri, 9(3),
189�200. https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i3.4075.189-200. Google Scholar
Yonatan, J. F., &
Palit, H. C. (2015). Upaya Peningkatan Kualitas Dengan Metode PDCA Di PT Astra
Komponen Indonesia. Jurnal Titra, 3(2), 283�288. Google Scholar
Yuniarto, H. A.,
Akbari, A. D., & Masruroh, N. A. (2013). Perbaikan pada Fishbone Diagram
Sebagai Root Cause Analysis Tool. Jurnal Teknik Industri, 3(3),
217�224. Google Scholar
Copyright holder: Firza Faturahman, Rendiyatna Ferdian (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |