Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 12,
Desember 2022
PENGARUH
GREEN ACCOUNTING KINERJA LINGKUNGAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP FINANCIAL
PERFORMANCE PADA PERUSAHAAN SEKTOR ENERGY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2016 � 2020
Adilah
Pratiwi, Suripto
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pamulang, Indonesia
Email:
[email protected], [email protected]
Abstrak
Permasalah
pandemi COVID-19 bukan hanya permasalahan kesehatan yang rumit, tetapi telah
berkembang menjadi permasalah ekonomi dan sosial yang penting. Pemodal lazimnya mempergunakan financial performance selaku tolak
ukur pengambilan keputusan investasi. Financial
performance ialah perihal yang penting bagi emiten guna mendapat penambahan
modal. Studi ini bermaksud guna mengujikan dan memperoleh bukti secara
empiris tentang Green accounting, kinerja lingkungan serta ukuran perusahaan
pada financial performance. Riset ini mempergunakan sampel
perseroan IDX Sektor Energi pada tahun 2016-2020. Metode
penentuan sampel studi ini adalah metode purposive sampling. Macam studi
ini adalah penelitian kuantitatif, didapat 12 perseroan selaku sample studi lewat
pengobservasuan sepanjang 5 tahun, hingga jumlah obeservasi yakni 60 perseroan
yang konsisten mengeluarkan laporan keuangan serta mengikuti PROPER yang
ditetapkan pemerintah pada situs web perusahaan. Teknik
penganalisisan yang dipergunakan yakni regresi data panel. Capaian studi
ini memperlihatkan (1) Green Accounting berdampak negatif pada financial
performance, (2) Kinerja Lingkungan tak berdampak negatif pada financial
performance, (3) Ukuran Perusahaan berdampak negatif pada financial
performance, (4) Green Accounting, Kinerja Lingkungan serta Ukuran Perusahaan
secara simultan berdampak pada financial performance.
Kata
Kunci:
Green Accounting, Kinerja Lingkungan, Ukuran Perusahaan dan Financial
Performance.
Abstract
The problem of
the COVID-19 pandemic is not only a complicated health problem, but has
developed into an important economic and social problem. Investors usually use
financial performance as a benchmark for making investment decisions. Financial
performance is important for issuers to obtain additional capital. This
research aims to test and obtain empirical evidence regarding Green accounting,
environmental performance and company size on financial performance. This
research used a sample of Energy Sector IDX companies in 2016-2020. The method
of determining the sample of this study is the purposive sampling method. This
type of research is quantitative research, obtained by 12 companies that are
used as research samples with observations for 5 (five) years, so that a total
of 60 companies have consistently published financial reports and followed the
PROPER set by the government on the company's website. The analysis technique
used is panel data regression. The yield of this research show that (1) Green
Accounting negatively affect financial performance, (2) Environmental
Performance does not negatively affects financial performance, (3) Company Size
negatively affects financial performance, (4) Green Accounting, Environmental
Performance and Company Size simultaneously impact financial performance.
Keywords: Green
Accounting, Environmental Performance, Company Size and Financial Performance.
Pendahuluan
Tingkatan kinerja perseroan harus dilakukan
pengukuran, dimana hal ini sangatlah penting untuk manajemen� perusahaan dalam melakukan evaluasi terhadap performance perusahaan serta melakukan
perencanaan untuk massa mendatang (Widodo & Rahardja, 2011). Kinerja perusahaan adalah suatu
laporan yang menunjukan keadaan perusahaan untuk menjadi suatu bahan
pertimbangan sebagai dasar pengambilan keputusan. Kinerja perusahaan
merupakan suatu pelaksanaan dalam melaksanakan kegiatan untuk proses dari
pencapaian tujuannya (Pramono, 2014). Kinerja
perusahaan ini dapat dilihat pada produktivitas perusahaan, efektivitas
perusahaan, dan efisiensi perusahaan. Kinerja perusahaan berhubungan dengan financial performance (Azizah, 2018). Dalam hal ini performa keuangan digunakan guna
meninjau informasi mengenai efektivitas operasi dari perseroan guna menggapai
tujuan serta mengevaluasi mempergunakan Analisis rasio mempergunakan pelaporan
keuangan sebagai alat perbandingan, termasuk perubahan jumlah rupiah, prestasi
dan trend didalamnya (Suhendro, 2020).
Memasuki tahun 2020, pandemi COVID-19 mulai
mempengaruhi kondisi Indonesia baik dari segi kesehatan maupun ekonomi. Kondisi
perekonomian global yang sudah mulai tren positif, seketika berbalik tajam
kearah yang negatif. Permasalahan pandemi COVID-19 bukan hanya permasalahan
kesehatan yang rumit, tetapi telah berkembang menjadi permasalahan ekonomi dan
sosial yang penting (Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2020). Untuk
menilai�� kinerja suatu perusahaan
terkait dengan efektivitas operasi perusahaan untuk mencapai target dapat
diukur dengan menggunakan laporan keuangan tahunan (annual report) perusahaan. Investor biasanya menggunakan financial performance sebagai tolak ukur
dalam pengambilan keputusan investasi. Financial
performance adalah hal yang penting bagi emiten dalam meningkatkan
peningkatan modal.
Pada penelitian ini terdapat fenomena GAP pada variabel financial
keuangan. Fenomena tersebut terjadi pada PT. Adaro Energy, Tbk (ADRO)
(kontan.co.id,2021). pada
tahun 2020, PT. Adaro Energy, Tbk mengalami penurunan pendapatan 27% year on year (yoy) tercantum dalam
pendapatan ADRO pada tahun 2020 hanya US$ 2,35 miliar sedangkan ditahun 2019
pendapatan ADRO lebih besar dari tahun 2020 yaitu mencapai US$ 3,45 miliar. Hal
ini menyebabkan turunnya kinerja yang mengakibatkan terjadi juga kepada entitas
induk. Dimana� pada tahun lalu ADRO
mencatat mengenai laba bersih senilau US$ 146,92 juta. Hal tersebut membuat
laba bersih ADRO menurun sebesar 63,64% dari laba bersih tahun 2019 mencapai US$
404,19 juta. Presiden Cheif Executive
Officer ADRO, Garibaldi Thohir menyatakan bahwa dari kinerja suatu
perusahaan setiap tahunnya mencerminkan resiliensi model bisnis yang jelas
terintegritas dengan berfokus kepada efisiensi dan keunggulan dari operasi di
dalam suatu bisnis.
Fenomena GAP lainnya terjadi pada perusahaan jasa serta perusahaan
tambang pada PT. Asrtindo Nusantara Infrastruktur, Tbk yang opitimis bisa untuk mempertahankan keberlangsungan
kinerja perusahaan sampai berakhirnya tahun (kontan.co.id,2020).
Pada kuartal I-2020 pendapatan emiten bersandi BIPI di BEI mengalami stagnan
US$ 16,30 juta. Namun pada saat yang bersamaan, laba bersih perusahaan
mengalami peningkatan 21,7% yoy menjadi US$ 9,56 juta. Corporate Secratary PT. Astrindo Nusantara Infrastruktur
, Tbk Kurniawati menyatakan bahwa terdapat strategi yang dapat digunakan
dalam mencapai peningkatan laba bersih yaitu dengan menghemat beban bunga.
Dalam hal ini penghematan juga merupakan dampak dari restrukturisasi dari
pinjaman BIPI di akhir tahun 2018. Jika diamati beban bunga dari Astrindo
Nusantara Infrastruktur menurun sebesar 9,63% yoy menjadi senilai US$ 13,97
juta pada kuartal pertama. Kurniawati juga berharap, volumen perdagangan dari
batubara akan tetap stabil hingga akhir tahun, meskipun harga batubara rendah
di tengah pandemi Covid-19
Studi
ini mempegunakan return on asset (ROA)
yang merupakan parameter dari kinerja keungan.
Karena informasi ROA yang
tinggi nilainya positif guna investor, emiten bisa menciptakan pendapatan berdasar
taraf asset tertentu. Laporan ini mampu pula
mengukur keberhasilan management dalam mengelola perseroan keseluruhan.
Dengan demikian, financial
performance�� ialah wujud
tanggungjawab emiten. Dalam hal ini pemodal lazimnya mempergunakan
kinerja keuangan ketika akan membuat keputusan dalam berinvestasi (Dita
& Ervina, 2021).
Faktor
yang diasumsikan berdampak pada Kinerja Keuangan adalah Green Accounting, Kinerja Lingkungan, dan Ukuran Perusahaan.
Menurut (Hamidi, 2019)
Green accounting
merupakan akuntansi untuk� menghitung
serta menginput biaya pencegahan dari kegiatan operasi perusahaan yang dapat
berpengaruh bagi lungkungan hidup dan masyarakat (Afriani et al., 2019). Berdasarkan dua pengertian diatas, akuntansi
lingkungan dapat didefinisikan Green
accounting adalah salah satu bidang dari akuntansi dengan tujuan
mengungkapkan mengenai biaya yang berkaitan dengan lingkungan.�� �
Faktor
yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan selain green accounting yaitu Kinerja Lingkungan.
Dapat diartikan bahwa kinerja lingkungan merupakan suatu
hasil yang diperhitungkan pada sistem manajemen lingkungan yang berkaitan
dengan evaluasi kinerja lingkungan serta pengendalian lingkungan. Hal ini didasarkan pada tujuan lingkungan serta
sasaran lingkungan (ISO 14004). Kinerja lingkungan dapat diartikan juga sebagai
kontribusi perusahaan dalam menjaga lingkungan. Kinerja lingkungan dapat
disebut sebagai tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dengan dukungan
konsep efisiensi yang berdasarkan produksi ramah lingkungan (Prena, 2021).
Faktor yang mempengaruhi kinerja
keuangan selain Green accounting dan
kinerja lingkungan terdapat faktor ukuran perusahaan yang juga dapat
mempengaruhi kinerja keuangan keuangan. Kasmir berpendapat bahwa kemampuan
operasional dari perusahaan dapat dilihat pada jumlah aktiva perseroan. Perseroan bersama total asset yang tinggi
dapat dinilai sebagai perseroan yang memiliki kemampuan operasional yang
tinggi. Hal ini akan
menyebabkan aktivitas dalam menghasilkan laba juga semakin maksimal (Fitranita & Wijayanti, 2020). Perseroan yang relatif besar hendak
mempunyai akses yang luas dalam mendapat sumber dana. Hal ini dikarenakan terjadinya persaingan antar
perusahaan lain serta dianggap perusahaan yang relatif besar lebih stabil pada
proses manajemen industri. Sehingga akan jadi suatu penimbang guna pemodal guna
memberikan dananya kepada perusahaan tersebut.
Selain fenomena
gap pada penelitian ini terdapat research
gap pada pengaruh Green accounting terhadap
financial performance. Adapun research gap pada studi yang dijalankan
Putri, Hidayat dan Amin (2019) mengkaji dampak penerapan Green accounting terhadap kinerja perseroan yang diukur
mempergunakan ROA serta ROE. Capaian dari studi ini menunjukan terdapat
kenaikan rasio ROA dan ROE pada perusahaan. Tetapi perihal ini beda bersama studi Mariana (2017) yang menghasilkan tak ada
dampak Green accounting pada kinerja
keuangan.
Research gap pada
kinerja lingkungan pada hasil penelitian Ningtyas dan Triyanto (2019)
menunjukan ada pengaruh secara bersama-sama pada kinerja lingkungan serta
pengungkapan lingkungan terhadap profitabilitas, namun profitabilitas tidak
dipengaruhi oleh kinerja lingkungan. Selain
itu, studi yang dijalankan Putra dan Utami (2017) memiliki capaian tak
berdampak pada pengungkapan CSR. Penelitian yang
menunjukan tidak signifikan ini selaras bersama studi yang dijalankan Oktavia
(2014) yang menjabarkan tidak ada dampak signifikan dari kinerja lingkungan
pada diclosure tanggungjawab sosial.
Demikian
pula, kesenjangan di variabel ukuran perseroan ditemukan research gap. Penelitian
Warotikan dkk (2015) menghasilkan kinerja keuangan yang diukur mempergunakan
ROA mempunyai dampak signifikan pada tanggungjawab yang bersifat sosial dari
perusahaan. Sedangkan di studi yang berbeda yaitu
peneltian Deswanto dan Siregar (2017) yang menemukan bahwa kinerja keuangan
dengan ukuran profitabilitas tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap
pengungkapan informasi lingkungan.
Berdasarkan fenomena GAP serta research gap sebagaimana diungkapkan di latarbelakang studi
ini, dapat disimpulkan studi ini akan menganalisis
mengenai Pengaruh Green Accounting
Kinerja Lingkungan serta Ukuran Perusahaan pada Financial Performance. Hal ini menarik dan penting untuk dilakukan penelitian kembali.
Metode Penelitian
Studi
ini tergolong ke dalam penelitian kuantitatif mempergunakan data skunder
sebagai sumber data penelitian. Pemilihan populasi penelitian ini yaitu 66 perusahaan
IDX Sektor Energi yang terdata di BEI periode 2016-2020. Penentuan sampel di
penelitin ini mempergunakan teknik purposive
sampling, didapat sampel sejumlah 12 perseroan bersama 60 data amatan
selama 5 tahun.
Tabel 1.
Kriteria Sampel
No |
Kriteria Sampel |
Tidak Memenuhi Kriteria |
Memenuhi Kriteria |
1 |
Perusahaan Sektor Energi terdaftar pada(BEI) |
|
66 |
2 |
Perusahaan dengan laporan keuangan lengkap tahun
2016-2020 |
(14) |
52 |
3 |
Perusahaan Sektor Energi yang mengikuti PROPER
secara berturut-turut tahun 2016-2020 |
(40) |
12 |
4 |
Jumlah yang memenuhi kriteria |
(54) |
12 |
Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel |
|
12 |
|
Jumlah data observasi (5 x 12 ) |
|
60 |
Sumber :
Data sekunder yang diolah (2022)
Teknik
penghimpunan data yang digunakan pada studi ini yaitu teknik dokumentasi pada
data sekunder. Data yang digunakan
berupa anual report perusahaan BEI
yang terdaftar di IDX Sektor Energi selama tahun 2016-2020. Teknik analisis data yang digunakan terdiri dari statistik
deskriptif pemilihan model regresi data panel pengujian asumsi klasik
(normalitas, multikolinearitas, heteroskedastitas, autokolerasi), Analisis
regresi data panel dan pengujian hip�tesis. Penelitian ini menggunakan empat variabel penelitian
yang terdiri dari satu dependent variable dan 3 independent variable.
1.
Financial
Performance (Y)
Financial performance merupakan tolak ukur keuangan dari setiap
perusahaan-perusahaan. Kinerja keuangan dalam kondisi berkualitas akan menarik
minat investor untuk berinvestasi.
Pengukuran
pada variabel kinerja keuangan menggunakan pengukuran return on asset (ROA). Perhitungan variabel pengungkapan financial
performance dihitung dengan laba bersih dibagi
dengan total asset.
ROA = (Laba Bersih)/(Total
Asset)
2. Green
Accounting
(X1)
Green accounting
merupakan
suatu perhitungan untuk mengidentifikasi biaya bahan baku
lingkungan. Pengungkapan green accounting
mencakup 3 dimensi informasi dan terdapat 14 indikator (Selpiyanti
dan Fakhroni, 2020).
Pengukuran green
accounting menggunakan konten analisis.
Konten analisis ialah teknik untuk merubah data dari
kualitatif menjadi kuantitatif dengan kodifikasi (Suripto,
2021).
Jika perusahaan tidak mengungkapkan diberi nilai 0, apabila
perusahan mengungkapkan maka diberikan niali 1-5 sesuai dengan indikator yang
telah diungkap. Kemudian total item green
accounting yang diungkap perusahaan melalui annual report dijumlahkan, lalu dibagi dengan total indikator yang
seharusnya diungkapkan yaitu 14 indikator.
3. Kinerja Lingkungan (X2)
Kinerja lingkungan yaitu ukuran
untuk melaksanakan penjagaan lingkungan atau berkontribusi dalam melestarikan
lingkungan. PROPER adalah
tingkatan yang digunakan dalam kinerja keuangan (Rahmawati dan Subardjo, 2017).
Indikator yang digunakan dalam PROPER terdiri dari 5 warna
untuk peringkat perseroan yakni, emas, hijau, biru, merah, serta hitam.
4. Ukuran Perusahaan (X3)
Ukuran
perusahaan ialah faktor penting guna mengingkatkan financial performance. Dimana
hal ini bisa diartikan ukuran kecil atau besar dari perusahaan yang dapat
dilihat dari indikator jumlah penjualan, total kekayaan atau asset, serta
penjualan rata-rata (Adiatma dan Suryanawa, 2018).
Pada penelitian ini akan digunakan total asset sebagai tolak ukur perusahaan
dikarenakan memiliki nilai yang cenderung stabil. Variabel ini akan dianalisis dengan transformasi Log Natural
Total Aset. Dimana transformasi Log Natural ini digunakan untuk meminimalisir
fluktuasi data (Wirawati & Putri, 2020).
Ukuran
perusahaan = Ln (Total Asset)
Hasil dan Pembahasan
A. Analisis
Statistik Deskriptif
Descriptive statistical analysis dijabarkan lewat
angka rerata (mean), m�xi, serta m�n. Capaiannya di studi ini memperlihatkan rerata perseroan
melaksanakan pengungkapan kinerja keuangan yakni 7% artinya komponen financial performace pada sektor energi
masih relativ rendah. Nilai pengungkapan tertinggi 45% diperoleh perusahaan PT.
Bayan Resources tbk.tahun 2018, sementara nilai pengungkapan terendah sebesar
-41% diperoleh perusahaan PT. Energi Mega Persada tbk. Tahun 2016.
Tabel 2.
Statistik
Deskriptif
|
Financial Performance |
Green Accounting |
Kinerja
Lingkungan |
Ukuran
Perusahaan |
Mean |
0.070463 |
1.338667 |
3.700000 |
27.68855 |
Median |
0.051559 |
1.250000 |
3.000000 |
29.40980 |
Maximum |
0.455579 |
3.070000 |
5.000000 |
32.37568 |
Minimum |
-0.415936 |
0.140000 |
3.000000 |
16.73742 |
Std. Dev. |
0.124903 |
0.629125 |
0.808849 |
4.414935 |
Skewness |
0.072929 |
0.269853 |
0.593017 |
-1.099681 |
Kurtosis |
7.442198 |
2.705019 |
1.800129 |
3.412419 |
Jarque-Bera |
49.38599 |
0.945741 |
7.115922 |
12.51820 |
Probability |
0.000000 |
0.623211 |
0.028497 |
0.001913 |
|
|
|
|
|
Sum |
4.227808 |
80.32000 |
222.0000 |
1661.313 |
Sum Sq.
Dev. |
0.920446 |
23.35209 |
38.60000 |
1150.007 |
Observations |
60 |
60 |
60 |
60 |
Sumber :
Hasil Output Eviews 9, data sekunder
yang diolah (2022).
B. Pemilihan Model Regresi Data Panel
Ada 3 model panel data regression yang bisa
dipergunakan guna melakukan analisis regresi data panel yakni model common effect (CEM), model fixed effect (FEM), serta model random effect (REM). Metode penentuan
model terbaik yang bisa dipergunakan di analisis panel data regression didapat
bersama menjalankan 3 pengujian yakni pengujian chow, hausman, serta lagrange multiplier.
Capaian penentuan model panel data regression pada
studi ini yaitu pengujian chow yang memperlihatkan angka probability cross section F yakni 0,008843 < 0,05. Uji LM menunjukan nilai p value sebesar 0,4641 > 0,05. Hingga bisa dikonklusikan CEM selaku model yang tepat guna dipakai
selaku model regresi data panel.
Tabel 3.
Simpulan Pengujian Model Regresi Data
Panel
No. |
Metode |
Pengujian |
Hasil |
1. |
Uji Chow-Test |
Common effect vs fixed
effect |
Common effect |
2. |
Lagrange Multiplier-Test |
Common effect vs random
effect |
Common effect |
Sumber: data diolah
C.
Uji
Asumsi Klasik
1.
Uji
Normalitas
Pengujian
normalitas residual yang banyak digunakan yaitu Jarque-Bera atau JB� (Ghozali, 2017). Pengambilan keputusan uji Jarque-Bera dilakukan apabila nilai probabilitas Jarque-Bera > taraf signifikansi
(α=0,05), maka tidak menolak H0 atau residual memiliki distribusi normal.
Berdasarkan
pengujian normalitas dengan bantuan Eviews-9
menghasilakn nilai Jarque-Bera
sebesar 3,981190 dan nilai probabilitas sebesar 0,136614 lebih besar dari taraf
signifikansi 0,05. Karena nilai probabilitas Jarque-Bera > taraf signifikansi (α=0,05), maka tidak
menolak H0 atau residual memiliki distribusi normal, sehingga dapat dikatakan
persyaratan normalitas dapat dipenuhi.
2.
Uji Multikolinearitas
Pengujian
multikolinearitas terjadi jika kolerasi dari setiap variabel independen >
0,90, sementara apabila nilai kolrelasi dari setiap variabel independen <
0,90 maka model regresi tidak memiliki masalah multikolinearitas (Ghozali, 2017).
Berdasarkan
pengujian multikolinearitas dengan bantuan Eviews-9
menunjukkan nilai untunk setiap variabel independen GA (X1) dengan KL (X2) begitupula sebaliknya sebesar 0,008950, GA (X1) dengan UP (X3) begitupun
sebaliknya sebesar -0,159067. Sementara nilai KL (X2) dengan UP (X3) begitupula
sebaliknya sebesar -0,447219. Hasil tersebut menunjukkan bahwa setiap variabel
independen tidak memiliki nilai kolerasi yang lebih besar dari 0,90 sehingga
dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas anatara variabel independen.
3.
Uji Heteroskedastisitas
Apabila nilai Obs*R-squared memiliki nilai profitabilitas chi squares > taraf signifikansi 0,05
maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas atau menerima H0 dan menolak H1 (Ghozali, 2017).
Berdasarkan
pengujian heteroskedastisitas dengan bantuan Eviews-9 menunjukkan nilai Obs*R-squared memiliki nilai probabilitas chi-squared
sebesar 0,17078 > 0,05 maka menerima H0 dan menolak H1 atau model regresi
tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari
probabilitas GA sebesar 0,1588 >
0,05. Probabilitas KL sebesar 0,9320 > 0,5 dan probabilitas UP sebesar
0,1047 > 0,05. Sehingga dapat dikatakan tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas.
4.
Uji Autokorelasi
Pengujian
autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1) atau tidak.
Autokorelasi dapat terjadi akibat adanya observasi yang beruntutan sepanjang
waktu serta berhubungan 1 bersama lainnya hingga muncul residual tak
terbebaskan dari satu obeservasi lain (Ghozali, 2017).
Penelitian ini
menggunakan metode Cohcrane-Orcutt
guna menyelidiki terdapat ataupun tidak autokorelasi di model regresi.
Berdasarkan uji autokorelasi dengan bantuan Eviews-9
diperoleh nilai Durbin-Watson stat
sebesar 1,4344. Jika didasarkan pada pengambilan keputusan Durbin Watson Test maka nilai DW sebesar 1,4344 dapat dihitung
dengan kriteria dU �d 4 - dU. Jumlah observasi (n) sebanyak 50
serta total variable bebas (k) sejumlah 3, hingga didapat angka dL =
1,4206 serta nilai dU = 1,6739. Pengambilan keputusan sebagai
berikut d �dU 4 - dU ataupun 1,4344 �1,6739 �2,3261 maka
bisa dikonklusikan koefisien autokorelasi mengalami ragu-ragu. (Mudrajat, 2013) menyatakan bahwa pada data panel tidak wajib
memerlukan uji autokorelasi untuk pendekatan OLS maupun GLS.
D.
Analisis Regresi Data Panel
Tabel 4.
Model Common Effect
Dependent Variable: Y |
||||
Method: Panel Least Squares |
||||
Date: 07/31/22�� Time:
09:04 |
||||
Sample: 2016 2020 |
||||
Periods included: 5 |
||||
Cross-sections included: 10 |
||||
Total panel (balanced) observations: 50 |
||||
|
||||
Variable |
Coefficient |
Std. Error |
t-Statistic |
Prob. |
|
||||
C |
0.658061 |
1.488310 |
0.442153 |
0.6605 |
GA |
-0.536351 |
0.227921 |
-2.353232 |
0.0229 |
KL |
-0.026479 |
0.197198 |
-0.134274 |
0.8938 |
UP |
-0.094895 |
0.033787 |
-2.808587 |
0.0073 |
|
||||
R-squared |
0.221022 |
Mean dependent var |
-2.771212 |
|
Adjusted R-squared |
0.170219 |
S.D. dependent var |
1.044058 |
|
S.E. of regression |
0.951056 |
Akaike info criterion |
2.814131 |
|
Sum squared resid |
41.60737 |
Schwarz criterion |
2.967093 |
|
Log likelihood |
-66.35328 |
Hannan-Quinn criter. |
2.872380 |
|
F-statistic |
4.350578 |
Durbin-Watson stat |
1.434402 |
|
Prob(F-statistic) |
0.008843 |
|
Persamaan
regresi dari tabel 4 dengan variabel dependen financial performance sebagai berikut :
Fin
= 0,658061 -0,536351(GA) -0,026479(KL) -0,094895(UP)
E. Uji
F
Berdasar uji
analisis regresi data panel table 4, didapat df1 = k (total independent
variable ditambahkan dependent variable) - 1 yakni 4 - 1= 3. df2 = n
(total data) - k (total independent variable ditambahkan dependent
variable) yakni 50-4 = 46, bersama alpha
(α) = 0,05 hingga angka F-tabel yakni 2,57.
Ditinjau capaian
dari F-hitung green accounting,
kinerja lingkungan, dan ukuran perusahaan secara simultan 4,350578 hingga
F-hitung > F-tabel (4,350578 > 0,05) ataupun menolak H0 serta menirima
H1. Hingga bisa dikonklusikan green
accounting, kinerja lingkungan, serta ukuran perusahaan secara bersamaan berdampak
positif serta signifikan pada financial
performance.
F. Uji
Koefisien Determinasi (adjusted r2)
Berdasarkan pengujian R2 di tabel 4,
ditinjau adjusted R-quared yakni
0,467368. Nilai adjusted R-quared
sejumlah 0,467368 menunjukkan kemampua independent variable yang
dipergunakan di studi ini green
accounting, kinerja lingkungan, dan ukuran perusahaan dalam menjabarkan dependent
variable yakni financial performance
sejumlah 46% kelebihannya 54% dijabarkan varibel lainnya yang tak digunakan pada
studi ini.
G. Uji
t
Uji t di studi
ini dijalankan bersama bantuan Eviews-9
guna menganalisis regresi data panel mempergunakan model fixed effect. Penentuan ketetapan pengujian t dijalankan bersama
meninjau angka t-tabel, guna mendapat angka t-tabel maka butuh menjumpai df
(derajat kebebasan) bersama rumus df=n (total data amatan) � k (total independent
variable ditambahkan dependent variable). Maka di studi ini didapat
df= 50 - 4 = 46 serta tingkatan signifikan yakni 0,05, hingga didapat t-tabel
yakni 1,678.
1.
Pengaruh
Green Accounting Terhadap Financial Performance
Tabel 5.
Pengungkapan GA Terhadap Pengungkapan FP
Dependent Variable: Y |
||||
Method: Panel Least Squares |
||||
Date: 07/31/22�� Time:
09:04 |
||||
Sample: 2016 2020 |
||||
Periods included: 5 |
||||
Cross-sections included: 10 |
||||
Total panel (balanced) observations: 50 |
|
|||
Variable |
Coefficient |
Std. Error |
t-Statistic |
Prob. |
C |
0.658061 |
1.488310 |
0.442153 |
0.6605 |
GA |
-0.536351 |
0.227921 |
-2.353232 |
0.0229 |
Sumber :
Hasil Output Eviews 9, data sekunder
yang diolah (2022).
Berdasarkan pengujian analisis regresi pada tabel 5,
diketahui bahwa hasil dari t-hitung variabel green accounting sebesar -0,536351, tanda
negatif menunjukkan terdapat hubungan negtif. Sementara besarnya t-tabel diperoleh dari df = 50 - 4=
46, t-tabel (0,05;46) yakni 1,67866. Sehingga thitung
< t-tabel (-2,353232 < 1,67866) ataupun menolak
H0 serta menerima H1. Angka probability < taraf signifikan 0,05 (0,0229 <
0,05) ataupun menerima H0 serta menolak H1. Hingga bisa dikonklusikan ukuran green accounting berpengaruh negatif terhadap financial performance.
2. Pengaruh Kinerja Lingkungan Pada Financial
Performance
Tabel 6.
Pengungkapan Kinerja Lingkungan Terhadap Financial performance
Dependent Variable: Y |
||||
Method: Panel Least Squares |
||||
Date: 07/31/22�� Time:
09:04 |
||||
Sample: 2016 2020 |
||||
Periods included: 5 |
||||
Cross-sections included: 10 |
||||
Total panel (balanced) observations: 50 |
|
|||
Variable |
Coefficient |
Std. Error |
t-Statistic |
Prob. |
C |
0.658061 |
1.488310 |
0.442153 |
0.6605 |
KL |
-0.026479 |
0.197198 |
-0.134274 |
0.8938 |
Sumber: Hasil Output Eviews 9, data sekunder yang diolah (2022).
Berdasarkan
pengujian analisis regresi pada tabel 6, diketahui bahwa hasil dari t-hitung
variabel kinerja lingkungan secara parsial sebesar -0,026479. Sementara
besarnya t-tabel diperoleh dari� df = 50
- 4 = 46, t-tabel (0,05;46) yakni 1,67866. Hingga
t-hitung < t-tabel (-0,026479 < 1,67866)
ataupun menerima H0 serta menolak H1. Angka probability > taraf signifikan
0,05 (0,8938 < 0,05) ataupun menerima H0 serta menolak H1. Hingga bisa
dikonklusikan kinerja lingkungan secara parsial tidak berpengaru pada financial
performance.
3.
Pengaruh Ukuran Perusahaan Pada Financial Performance
Tabel 7.
Pengaruh Ukuran
Perusahaan terhadap Financial performance
Dependent Variable: Y |
||||
Method: Panel Least Squares |
||||
Date: 07/31/22�� Time:
09:04 |
||||
Sample: 2016 2020 |
||||
Periods included: 5 |
||||
Cross-sections included: 10 |
||||
Total panel (balanced) observations: 50 |
||||
Variable |
Coefficient |
Std. Error |
t-Statistic |
Prob. |
C |
0.658061 |
1.488310 |
0.442153 |
0.6605 |
UP |
-0.094895 |
0.033787 |
-2.808587 |
0.0073 |
Sumber: Hasil Output Eviews 9, data sekunder yang diolah (2022).
Berdasarkan pengujian analisis panel data regression
pada tabel 7, diketahui bahwa capaian data panel dari t-hitung variabel ukuran
perusahaan secara parsial yakni -/,/94895. Sementara besarnya t-tabel diperoleh dari df = 50 - 4
= 46, t-tabel (0,05;46) yakni 1,67866. Hingga t-hitung
< t-tabel (-2,808587 < 1,67866) ataupun menerima H0 serta menolak H1.
Angka probability < tingkatan signifikan 0,05 ( 0,0073
< 0,05) ataupun menolak H0 serta menerima H1. Hingga bisa dikonklusikan
ukuran perusahaan secara parsial berdampak negatif signifikan pada financial performnce.
H. Pembahasan
1.
Pengaruh Green Accounting, Kinerja Lingkungan, Serta Ukuran Perusahaan
Secara Simultan Pada Financial
Performance
Penelitian ini
menerima H1 yang menunjukkan bahwa Green
accounting, kinerja lingkungan, serta ukuran perusahaan secara bersamaan
berdampak pada fianancial performance. Dalam
hal ini financial performance dapat
dipergunakan untuk mengetahui informasi mengenai efektivitas dari operasi
perusahaan dalam mencapai suatu tujuan serta menilai dengan menggunakan
analisis rasio. Para investor biasanya menggunakan financial performance sebagai tolak ukur dalam pengambilan
keputusan untuk berinvestasi.
2. Pengaruh Green Accounting Terhadap Financial
Performance
Studi ini menerima H2 yang berarti
menolak H0 sehingga dapat diartikan green
accounting secara parsian berpengaruh pada financial performance. Hasil
penelitian ini diperkuat oleh Permatasari (2017) dan Mayshella (2019)
menunjukan green accounting menunjuka
pengaruh signifikan. Hal ini dikarenakan Green accounting yang sesuai standar dan baik maka akan meingkatkan kondisi ROA perusahaan. Sementara itu capaian
studi ini berlawanan dengan (Dita
& Ervina, 2021)
yang menyatakan green accounting tak
berpengaruh pada financial performance.
Green accounting
merupakan
suatu cara untuk mengidentifikasi atau melaporkan
segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Dengan
mengedepankan konsep efektifitas dan efisien dari penggunaan sumber daya secara
berkelanjutan. Dengan adanya hal ini maka dapat memberikan hubungan yang
selaras antara perusahaan dengan fungsi lingkungan dan memberikan manfaat untuk
masyarakat sekitar.
Berdasarkan
teori sinyal, Green
accounting merupakan
informasi positif bagi para investor. Menurut (Maryanti & Hariyono, 2020) green accounting merupakan suatu bidang akuntansi yang bertujuan dalam
anggaran� yang dapat mengendalikan biaya,
melakukan inovasi baru dengan menghasilkan teknologi yang ramah lingkungan,
serta mempromosikan mengenai proses dari pembuatan produk yang ramah
lingkungan.
3.
Pengaruh Kinerja Lingkungan Pada Financial Performance
Studi ini
menolak H3 yang menunjukkan kinerja lingkungan tak berdampak pada financial performance. Capaian studi ini
serupa bersama Wiranty dan Kartika (2018) serta Rokhwati et al., (2015) yang menyatakan bahwa beberapa alasan yaitu karena
kurang popular dikalangan masyarakat maupun investor. Namun tidak sejalan
dengan (Prena, 2021) program
PROPER yang diselenggarakan pemerintah lewat Kementrian Lingkungan Hidup
memberikan pengaruh kepada perseroan dalam melestarika lingkungan.
Kinerja
lingkungan merupakan suatu tindakan perusahaan dalam berkontribusi untuk
pelestarian lingkungan. Menurut teori sinyal bersama terdapatnya kinerja
lingkungan maka bisa memberi informasi
guna investor mengenai prospek return di masa yang
substansial. Mengenai
kegiatan lingkungan perusahaan diharapkan perusahaan-perusahaan memberikan
informasi secara lebih transparan. Dengan menyampaikan informasi tersebut akan
memberi sinyal yang positif guna pemodal guna menginvestasikan saham pada
perseroan bersama kinerja lingkungan yang berkualitas (Larasati, 2018).
4.
Pengaruh Ukuran Perusahaan Pada Financial Performance
Riset ini
menerima H4 yang memperlihatkan ukuran perusahaan berpengaruh secara negatif
pada financial performance. Capaian
studi ini serupa pada studi yang dilaksanakan Azzahra dan Nasib (2019)
memperlihatkan mengenai ukuran perusahaan untuk peningkatan laba perusahaan.
Namun tidak selaras bersama studi yang dilaksanakan (Dita dan Ervina, 2021) dan Isbanah (2015) yang menjabarkan ukuran perusahaan
tak berpengaruh atau didukung oleh kinerja keuangan. Ukuran perusahaan yang
besar ataupun kecil tidak dapat dijadikan sebagai jaminan bahwa perseroan dalam
kinerja baik.
Ukuran
perusahaan ialah skala ukur guna mengetahui besaran sebuah perseroan itu.
Berdasarkan dengan aktiva, log size,
nilai saham, serta lainnya. Berdasarkan toeri sinyal, ukuran perusahaan mampu
mempengaruhi kinerja keuangan. Menurut Kasmir para investor akan memperhatikan
kondisi total asset perusahaan. Total asset akan menarik minat pemodal guna
berinvestasi di perseroan itu. Bersama total asset yang besar maka perseroan
memiliki jangkauan lebih luas serta kemungkinan dalam peningkatan laba yang
lebih besar (Fitranita & Wijayanti, 2020).
Kesimpulan
Green
accounting, kinerja lingkungan serta ukuran perusahaan secara simultan
berpengaruh pada financial performance pada perseroan Sektor Energi tahun
2016-2020. Perihal ini financial
performance dapat dipergunakan untuk mengetahui informasi mengenai efektivitas
dari operasi perusahaan dalam mencapai suatu tujuan serta menilai dengan
menggunakan analisis rasio. Para investor biasanya
menggunakan financial performance sebagai tolak ukur dalam pengambilan
keputusan untuk berinvestasi.
Green
accounting secara parsial berpengaruh pada financial performance di perusahaan
Sektor Energi tahu 20216-2020. Dengan adanya
pengungkapan Green accounting dalam laporan keuangan bisa memberi nilai tambah
atas tersampaikan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan. Karena
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan merupakan investasi masa depan.
Kinerja
lingkungan secara parsial tak berpengaruh pada financial performance di
perusahaan Sektor Energi tahun 2016-2020. Kinerja lingkungan dalam hal ini memperlihatkan minimnya tingkat
pengetahuan masyarakat tentang penghargaan. Oleh
karenanya hasil kinerja lingkungan belum mampu menarik minat investor untuk
menginvestasikan dananya.
Ukuran
perusahaan secara parsial berdampak negatif pada financial performance di
perseroan Sektor Energi tahun 2016-2020. Hal ini menyatakan bahwa faktor ukuran perusahaan ialah faktor
penting guna meningkatkan laba perseroan.
Afriani, M.,
Askandar, N. S., & Mahsuni, A. W. (2019). E-JRA Vol. 08 No. 01 Februari
2019 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang. E-Jra, 08(03),
12�28. Google Scholar
Azizah, S. N. (2018).
Efektivitas kinerja keuangan badan amil zakat nasional (BAZNAS) pada program
pentasharufan dana zakat di BAZNAS Kota Yogyakarta. El-Jizya: Jurnal Ekonomi
Islam, 6(1), 91�112. https://doi.org/10.24090/ej.v6i1.2049. Google Scholar
Dita, E. M. A., &
Ervina, D. (2021). Pengaruh Green Accounting, Kinerja Lingkungan dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Financial performance. JFAS: Journal of Finance and
Accounting Studies, 3(2), 72�84. Google Scholar
Fitranita, V., &
Wijayanti, I. O. (2020). Journal Accounting and Finance Edisi Vol. 4 No. 1
Maret 2020. Accounting and Finance, 4(1), 20�28. Google Scholar
Ghozali, I. (2017). Analisis
multivariat dan ekonometrika: teori, konsep, dan aplikasi dengan eview 10. Google Scholar
Hamidi. (2019). Analisis
Penerapan Green Accounting terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. 6(2),
23�36. Google Scholar
Larasati, O. (2018).
Jurnal Mitra Manajemen ( JMM Online ). Jurnal Mitra Manajemen, 2(4),
273�285. Google Scholar
Maryanti, I. E., &
Hariyono. (2020). Pengaruh Implementasi Green Accounting Terhadap Kinerja
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. JURNAL WIDYA GANECWARA,
10(4). Google Scholar
Mudrajat, K. (2013). Metode
riset untuk bisnis \& ekonomi: bagaimana meneliti dan menulis tesis?. Google Scholar
Pramono, J. (2014).
Analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan pemerintah daerah (Studi
Kasus pada pemerintah Kota Surakarta). Among Makarti, 7(1),
83�112. https://doi.org/10.52353/ama.v7i1.97. Google Scholar
Prena, G. Das. (2021). Pengaruh
Penerapan Green Accounting, dan Kinerja Lingkungan Tterhadap Kinerja Keuangan
pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Netral,
Akuntabel, Objektif, 3, 495�507. Google Scholar
Selpiyanti dan
Fakhroni, Z. (2020). Pengaruh Implementasi Green Accounting dan Material Flow
Cost Accounting Terhadap Sustainable Development. Jurnal ASET (Akuntansi
Riset), 12(1), 109�116. Google Scholar
Suhendro, D. (2020).
Analisis Profitabilitas dan Likuiditas Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada Pt
Siantar Top Tbk. Jurnal Ilmiah Feasible, 2, 80. Google Scholar
Suripto. (2021).
Pengaruh Corporate Social Responsibility, Kualitas Audit dan Manajamen Laba
terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, Dan Akuntansi) Vol. 5
No. 1, 2021, Universitas Pamulang, 5(P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN:
2621-5306), 1651�1672. Google Scholar
Widodo, I., &
RAHARDJA, R. (2011). Analisis Kinerja Perusahaan dengan Menggunakan
Pendekatan Balanced Scorecard (Studi Kasus Pada Perusahaan Mebel PT. Jansen
Indonesia). Universitas Diponegoro. Google Scholar
Wirawati, N. G. P.,
& Putri, A. D. (2020). The Effects of Company Size, Leverage, Environmental
Disclosure, and Environmental Performance on Company Value. E-Jurnal
Akuntansi Volume 9 No.9, 2417�2427. Google Scholar
Copyright holder: Adilah Pratiwi, Suripto (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |