Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 12, Desember 2022

 

PENGARUH GREEN ACCOUNTING KINERJA LINGKUNGAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP FINANCIAL PERFORMANCE PADA PERUSAHAAN SEKTOR ENERGY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2016 � 2020

 

Adilah Pratiwi, Suripto

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pamulang, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Permasalah pandemi COVID-19 bukan hanya permasalahan kesehatan yang rumit, tetapi telah berkembang menjadi permasalah ekonomi dan sosial yang penting. Pemodal lazimnya mempergunakan financial performance selaku tolak ukur pengambilan keputusan investasi. Financial performance ialah perihal yang penting bagi emiten guna mendapat penambahan modal. Studi ini bermaksud guna mengujikan dan memperoleh bukti secara empiris tentang Green accounting, kinerja lingkungan serta ukuran perusahaan pada financial performance. Riset ini mempergunakan sampel perseroan IDX Sektor Energi pada tahun 2016-2020. Metode penentuan sampel studi ini adalah metode purposive sampling. Macam studi ini adalah penelitian kuantitatif, didapat 12 perseroan selaku sample studi lewat pengobservasuan sepanjang 5 tahun, hingga jumlah obeservasi yakni 60 perseroan yang konsisten mengeluarkan laporan keuangan serta mengikuti PROPER yang ditetapkan pemerintah pada situs web perusahaan. Teknik penganalisisan yang dipergunakan yakni regresi data panel. Capaian studi ini memperlihatkan (1) Green Accounting berdampak negatif pada financial performance, (2) Kinerja Lingkungan tak berdampak negatif pada financial performance, (3) Ukuran Perusahaan berdampak negatif pada financial performance, (4) Green Accounting, Kinerja Lingkungan serta Ukuran Perusahaan secara simultan berdampak pada financial performance.

 

Kata Kunci: Green Accounting, Kinerja Lingkungan, Ukuran Perusahaan dan Financial Performance.


 

Abstract

The problem of the COVID-19 pandemic is not only a complicated health problem, but has developed into an important economic and social problem. Investors usually use financial performance as a benchmark for making investment decisions. Financial performance is important for issuers to obtain additional capital. This research aims to test and obtain empirical evidence regarding Green accounting, environmental performance and company size on financial performance. This research used a sample of Energy Sector IDX companies in 2016-2020. The method of determining the sample of this study is the purposive sampling method. This type of research is quantitative research, obtained by 12 companies that are used as research samples with observations for 5 (five) years, so that a total of 60 companies have consistently published financial reports and followed the PROPER set by the government on the company's website. The analysis technique used is panel data regression. The yield of this research show that (1) Green Accounting negatively affect financial performance, (2) Environmental Performance does not negatively affects financial performance, (3) Company Size negatively affects financial performance, (4) Green Accounting, Environmental Performance and Company Size simultaneously impact financial performance.

 

Keywords: Green Accounting, Environmental Performance, Company Size and Financial Performance.

 

Pendahuluan

Tingkatan kinerja perseroan harus dilakukan pengukuran, dimana hal ini sangatlah penting untuk manajemen� perusahaan dalam melakukan evaluasi terhadap performance perusahaan serta melakukan perencanaan untuk massa mendatang (Widodo & Rahardja, 2011). Kinerja perusahaan adalah suatu laporan yang menunjukan keadaan perusahaan untuk menjadi suatu bahan pertimbangan sebagai dasar pengambilan keputusan. Kinerja perusahaan merupakan suatu pelaksanaan dalam melaksanakan kegiatan untuk proses dari pencapaian tujuannya (Pramono, 2014). Kinerja perusahaan ini dapat dilihat pada produktivitas perusahaan, efektivitas perusahaan, dan efisiensi perusahaan. Kinerja perusahaan berhubungan dengan financial performance (Azizah, 2018). Dalam hal ini performa keuangan digunakan guna meninjau informasi mengenai efektivitas operasi dari perseroan guna menggapai tujuan serta mengevaluasi mempergunakan Analisis rasio mempergunakan pelaporan keuangan sebagai alat perbandingan, termasuk perubahan jumlah rupiah, prestasi dan trend didalamnya (Suhendro, 2020).

Memasuki tahun 2020, pandemi COVID-19 mulai mempengaruhi kondisi Indonesia baik dari segi kesehatan maupun ekonomi. Kondisi perekonomian global yang sudah mulai tren positif, seketika berbalik tajam kearah yang negatif. Permasalahan pandemi COVID-19 bukan hanya permasalahan kesehatan yang rumit, tetapi telah berkembang menjadi permasalahan ekonomi dan sosial yang penting (Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2020). Untuk menilai�� kinerja suatu perusahaan terkait dengan efektivitas operasi perusahaan untuk mencapai target dapat diukur dengan menggunakan laporan keuangan tahunan (annual report) perusahaan. Investor biasanya menggunakan financial performance sebagai tolak ukur dalam pengambilan keputusan investasi. Financial performance adalah hal yang penting bagi emiten dalam meningkatkan peningkatan modal.

Pada penelitian ini terdapat fenomena GAP pada variabel financial keuangan. Fenomena tersebut terjadi pada PT. Adaro Energy, Tbk (ADRO) (kontan.co.id,2021). pada tahun 2020, PT. Adaro Energy, Tbk mengalami penurunan pendapatan 27% year on year (yoy) tercantum dalam pendapatan ADRO pada tahun 2020 hanya US$ 2,35 miliar sedangkan ditahun 2019 pendapatan ADRO lebih besar dari tahun 2020 yaitu mencapai US$ 3,45 miliar. Hal ini menyebabkan turunnya kinerja yang mengakibatkan terjadi juga kepada entitas induk. Dimana� pada tahun lalu ADRO mencatat mengenai laba bersih senilau US$ 146,92 juta. Hal tersebut membuat laba bersih ADRO menurun sebesar 63,64% dari laba bersih tahun 2019 mencapai US$ 404,19 juta. Presiden Cheif Executive Officer ADRO, Garibaldi Thohir menyatakan bahwa dari kinerja suatu perusahaan setiap tahunnya mencerminkan resiliensi model bisnis yang jelas terintegritas dengan berfokus kepada efisiensi dan keunggulan dari operasi di dalam suatu bisnis.

Fenomena GAP lainnya terjadi pada perusahaan jasa serta perusahaan tambang pada PT. Asrtindo Nusantara Infrastruktur, Tbk yang opitimis bisa untuk mempertahankan keberlangsungan kinerja perusahaan sampai berakhirnya tahun (kontan.co.id,2020). Pada kuartal I-2020 pendapatan emiten bersandi BIPI di BEI mengalami stagnan US$ 16,30 juta. Namun pada saat yang bersamaan, laba bersih perusahaan mengalami peningkatan 21,7% yoy menjadi US$ 9,56 juta. Corporate Secratary PT. Astrindo Nusantara Infrastruktur , Tbk Kurniawati menyatakan bahwa terdapat strategi yang dapat digunakan dalam mencapai peningkatan laba bersih yaitu dengan menghemat beban bunga. Dalam hal ini penghematan juga merupakan dampak dari restrukturisasi dari pinjaman BIPI di akhir tahun 2018. Jika diamati beban bunga dari Astrindo Nusantara Infrastruktur menurun sebesar 9,63% yoy menjadi senilai US$ 13,97 juta pada kuartal pertama. Kurniawati juga berharap, volumen perdagangan dari batubara akan tetap stabil hingga akhir tahun, meskipun harga batubara rendah di tengah pandemi Covid-19

Studi ini mempegunakan return on asset (ROA) yang merupakan parameter dari kinerja keungan. Karena informasi ROA yang tinggi nilainya positif guna investor, emiten bisa menciptakan pendapatan berdasar taraf asset tertentu. Laporan ini mampu pula mengukur keberhasilan management dalam mengelola perseroan keseluruhan. Dengan demikian, financial performance�� ialah wujud tanggungjawab emiten. Dalam hal ini pemodal lazimnya mempergunakan kinerja keuangan ketika akan membuat keputusan dalam berinvestasi (Dita & Ervina, 2021).

Faktor yang diasumsikan berdampak pada Kinerja Keuangan adalah Green Accounting, Kinerja Lingkungan, dan Ukuran Perusahaan. Menurut (Hamidi, 2019) Green accounting merupakan akuntansi untuk� menghitung serta menginput biaya pencegahan dari kegiatan operasi perusahaan yang dapat berpengaruh bagi lungkungan hidup dan masyarakat (Afriani et al., 2019). Berdasarkan dua pengertian diatas, akuntansi lingkungan dapat didefinisikan Green accounting adalah salah satu bidang dari akuntansi dengan tujuan mengungkapkan mengenai biaya yang berkaitan dengan lingkungan.�� �

Faktor yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan selain green accounting yaitu Kinerja Lingkungan. Dapat diartikan bahwa kinerja lingkungan merupakan suatu hasil yang diperhitungkan pada sistem manajemen lingkungan yang berkaitan dengan evaluasi kinerja lingkungan serta pengendalian lingkungan. Hal ini didasarkan pada tujuan lingkungan serta sasaran lingkungan (ISO 14004). Kinerja lingkungan dapat diartikan juga sebagai kontribusi perusahaan dalam menjaga lingkungan. Kinerja lingkungan dapat disebut sebagai tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dengan dukungan konsep efisiensi yang berdasarkan produksi ramah lingkungan (Prena, 2021).

Faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan selain Green accounting dan kinerja lingkungan terdapat faktor ukuran perusahaan yang juga dapat mempengaruhi kinerja keuangan keuangan. Kasmir berpendapat bahwa kemampuan operasional dari perusahaan dapat dilihat pada jumlah aktiva perseroan. Perseroan bersama total asset yang tinggi dapat dinilai sebagai perseroan yang memiliki kemampuan operasional yang tinggi. Hal ini akan menyebabkan aktivitas dalam menghasilkan laba juga semakin maksimal (Fitranita & Wijayanti, 2020). Perseroan yang relatif besar hendak mempunyai akses yang luas dalam mendapat sumber dana. Hal ini dikarenakan terjadinya persaingan antar perusahaan lain serta dianggap perusahaan yang relatif besar lebih stabil pada proses manajemen industri. Sehingga akan jadi suatu penimbang guna pemodal guna memberikan dananya kepada perusahaan tersebut.

Selain fenomena gap pada penelitian ini terdapat research gap pada pengaruh Green accounting terhadap financial performance. Adapun research gap pada studi yang dijalankan Putri, Hidayat dan Amin (2019) mengkaji dampak penerapan Green accounting terhadap kinerja perseroan yang diukur mempergunakan ROA serta ROE. Capaian dari studi ini menunjukan terdapat kenaikan rasio ROA dan ROE pada perusahaan. Tetapi perihal ini beda bersama studi Mariana (2017) yang menghasilkan tak ada dampak Green accounting pada kinerja keuangan.

Research gap pada kinerja lingkungan pada hasil penelitian Ningtyas dan Triyanto (2019) menunjukan ada pengaruh secara bersama-sama pada kinerja lingkungan serta pengungkapan lingkungan terhadap profitabilitas, namun profitabilitas tidak dipengaruhi oleh kinerja lingkungan. Selain itu, studi yang dijalankan Putra dan Utami (2017) memiliki capaian tak berdampak pada pengungkapan CSR. Penelitian yang menunjukan tidak signifikan ini selaras bersama studi yang dijalankan Oktavia (2014) yang menjabarkan tidak ada dampak signifikan dari kinerja lingkungan pada diclosure tanggungjawab sosial.

Demikian pula, kesenjangan di variabel ukuran perseroan ditemukan research gap. Penelitian Warotikan dkk (2015) menghasilkan kinerja keuangan yang diukur mempergunakan ROA mempunyai dampak signifikan pada tanggungjawab yang bersifat sosial dari perusahaan. Sedangkan di studi yang berbeda yaitu peneltian Deswanto dan Siregar (2017) yang menemukan bahwa kinerja keuangan dengan ukuran profitabilitas tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi lingkungan.

Berdasarkan fenomena GAP serta research gap sebagaimana diungkapkan di latarbelakang studi ini, dapat disimpulkan studi ini akan menganalisis mengenai Pengaruh Green Accounting Kinerja Lingkungan serta Ukuran Perusahaan pada Financial Performance. Hal ini menarik dan penting untuk dilakukan penelitian kembali.

 

Metode Penelitian

Studi ini tergolong ke dalam penelitian kuantitatif mempergunakan data skunder sebagai sumber data penelitian. Pemilihan populasi penelitian ini yaitu 66 perusahaan IDX Sektor Energi yang terdata di BEI periode 2016-2020. Penentuan sampel di penelitin ini mempergunakan teknik purposive sampling, didapat sampel sejumlah 12 perseroan bersama 60 data amatan selama 5 tahun.

 

Tabel 1.

Kriteria Sampel

No

Kriteria Sampel

Tidak Memenuhi Kriteria

Memenuhi Kriteria

1

Perusahaan Sektor Energi terdaftar pada(BEI)

 

66

2

Perusahaan dengan laporan keuangan lengkap tahun 2016-2020

(14)

52

3

Perusahaan Sektor Energi yang mengikuti PROPER secara berturut-turut tahun 2016-2020

(40)

12

4

Jumlah yang memenuhi kriteria

(54)

12

Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel

 

12

Jumlah data observasi (5 x 12 )

 

60

Sumber : Data sekunder yang diolah (2022)

 

Teknik penghimpunan data yang digunakan pada studi ini yaitu teknik dokumentasi pada data sekunder. Data yang digunakan berupa anual report perusahaan BEI yang terdaftar di IDX Sektor Energi selama tahun 2016-2020. Teknik analisis data yang digunakan terdiri dari statistik deskriptif pemilihan model regresi data panel pengujian asumsi klasik (normalitas, multikolinearitas, heteroskedastitas, autokolerasi), Analisis regresi data panel dan pengujian hip�tesis. Penelitian ini menggunakan empat variabel penelitian yang terdiri dari satu dependent variable dan 3 independent variable.

1.    Financial Performance (Y)

Financial performance merupakan tolak ukur keuangan dari setiap perusahaan-perusahaan. Kinerja keuangan dalam kondisi berkualitas akan menarik minat investor untuk berinvestasi.

Pengukuran pada variabel kinerja keuangan menggunakan pengukuran return on asset (ROA). Perhitungan variabel pengungkapan financial performance dihitung dengan laba bersih dibagi dengan total asset.

 

ROA = (Laba Bersih)/(Total Asset)

 

2.    Green Accounting (X1)

Green accounting merupakan suatu perhitungan untuk mengidentifikasi biaya bahan baku lingkungan. Pengungkapan green accounting mencakup 3 dimensi informasi dan terdapat 14 indikator (Selpiyanti dan Fakhroni, 2020). Pengukuran green accounting menggunakan konten analisis.

Konten analisis ialah teknik untuk merubah data dari kualitatif menjadi kuantitatif dengan kodifikasi (Suripto, 2021). Jika perusahaan tidak mengungkapkan diberi nilai 0, apabila perusahan mengungkapkan maka diberikan niali 1-5 sesuai dengan indikator yang telah diungkap. Kemudian total item green accounting yang diungkap perusahaan melalui annual report dijumlahkan, lalu dibagi dengan total indikator yang seharusnya diungkapkan yaitu 14 indikator.

3.    Kinerja Lingkungan (X2)

Kinerja lingkungan yaitu ukuran untuk melaksanakan penjagaan lingkungan atau berkontribusi dalam melestarikan lingkungan. PROPER adalah tingkatan yang digunakan dalam kinerja keuangan (Rahmawati dan Subardjo, 2017). Indikator yang digunakan dalam PROPER terdiri dari 5 warna untuk peringkat perseroan yakni, emas, hijau, biru, merah, serta hitam.

4.    Ukuran Perusahaan (X3)

Ukuran perusahaan ialah faktor penting guna mengingkatkan financial performance. Dimana hal ini bisa diartikan ukuran kecil atau besar dari perusahaan yang dapat dilihat dari indikator jumlah penjualan, total kekayaan atau asset, serta penjualan rata-rata (Adiatma dan Suryanawa, 2018).

Pada penelitian ini akan digunakan total asset sebagai tolak ukur perusahaan dikarenakan memiliki nilai yang cenderung stabil. Variabel ini akan dianalisis dengan transformasi Log Natural Total Aset. Dimana transformasi Log Natural ini digunakan untuk meminimalisir fluktuasi data (Wirawati & Putri, 2020).

 

Ukuran perusahaan = Ln (Total Asset)

 

Hasil dan Pembahasan

A.  Analisis Statistik Deskriptif

Descriptive statistical analysis dijabarkan lewat angka rerata (mean), m�xi, serta m�n. Capaiannya di studi ini memperlihatkan rerata perseroan melaksanakan pengungkapan kinerja keuangan yakni 7% artinya komponen financial performace pada sektor energi masih relativ rendah. Nilai pengungkapan tertinggi 45% diperoleh perusahaan PT. Bayan Resources tbk.tahun 2018, sementara nilai pengungkapan terendah sebesar -41% diperoleh perusahaan PT. Energi Mega Persada tbk. Tahun 2016.

 

Tabel 2.

Statistik Deskriptif

 

 

Financial Performance

Green Accounting

Kinerja Lingkungan

Ukuran Perusahaan

Mean

0.070463

1.338667

3.700000

27.68855

Median

0.051559

1.250000

3.000000

29.40980

Maximum

0.455579

3.070000

5.000000

32.37568

Minimum

-0.415936

0.140000

3.000000

16.73742

Std. Dev.

0.124903

0.629125

0.808849

4.414935

Skewness

0.072929

0.269853

0.593017

-1.099681

Kurtosis

7.442198

2.705019

1.800129

3.412419

Jarque-Bera

49.38599

0.945741

7.115922

12.51820

Probability

0.000000

0.623211

0.028497

0.001913

 

 

 

 

 

Sum

4.227808

80.32000

222.0000

1661.313

Sum Sq. Dev.

0.920446

23.35209

38.60000

1150.007

Observations

60

60

60

60

Sumber : Hasil Output Eviews 9, data sekunder yang diolah (2022).

 

B.  Pemilihan Model Regresi Data Panel

Ada 3 model panel data regression yang bisa dipergunakan guna melakukan analisis regresi data panel yakni model common effect (CEM), model fixed effect (FEM), serta model random effect (REM). Metode penentuan model terbaik yang bisa dipergunakan di analisis panel data regression didapat bersama menjalankan 3 pengujian yakni pengujian chow, hausman, serta lagrange multiplier.

Capaian penentuan model panel data regression pada studi ini yaitu pengujian chow yang memperlihatkan angka probability cross section F yakni 0,008843 < 0,05. Uji LM menunjukan nilai p value sebesar 0,4641 > 0,05. Hingga bisa dikonklusikan CEM selaku model yang tepat guna dipakai selaku model regresi data panel.

 

Tabel 3.

Simpulan Pengujian Model Regresi Data Panel

No.

Metode

Pengujian

Hasil

1.

Uji Chow-Test

Common effect vs fixed effect

Common effect

2.

Lagrange Multiplier-Test

Common effect vs random effect

Common effect

Sumber: data diolah

 

C.    Uji Asumsi Klasik

1.    Uji Normalitas

Pengujian normalitas residual yang banyak digunakan yaitu Jarque-Bera atau JB� (Ghozali, 2017). Pengambilan keputusan uji Jarque-Bera dilakukan apabila nilai probabilitas Jarque-Bera > taraf signifikansi (α=0,05), maka tidak menolak H0 atau residual memiliki distribusi normal.

Berdasarkan pengujian normalitas dengan bantuan Eviews-9 menghasilakn nilai Jarque-Bera sebesar 3,981190 dan nilai probabilitas sebesar 0,136614 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Karena nilai probabilitas Jarque-Bera > taraf signifikansi (α=0,05), maka tidak menolak H0 atau residual memiliki distribusi normal, sehingga dapat dikatakan persyaratan normalitas dapat dipenuhi.

2.    Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas terjadi jika kolerasi dari setiap variabel independen > 0,90, sementara apabila nilai kolrelasi dari setiap variabel independen < 0,90 maka model regresi tidak memiliki masalah multikolinearitas (Ghozali, 2017).

Berdasarkan pengujian multikolinearitas dengan bantuan Eviews-9 menunjukkan nilai untunk setiap variabel independen GA (X1) dengan KL (X2) begitupula sebaliknya sebesar 0,008950, GA (X1) dengan UP (X3) begitupun sebaliknya sebesar -0,159067. Sementara nilai KL (X2) dengan UP (X3) begitupula sebaliknya sebesar -0,447219. Hasil tersebut menunjukkan bahwa setiap variabel independen tidak memiliki nilai kolerasi yang lebih besar dari 0,90 sehingga dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas anatara variabel independen.

3.    Uji Heteroskedastisitas

Apabila nilai Obs*R-squared memiliki nilai profitabilitas chi squares > taraf signifikansi 0,05 maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas atau menerima H0 dan menolak H1 (Ghozali, 2017).

Berdasarkan pengujian heteroskedastisitas dengan bantuan Eviews-9 menunjukkan nilai Obs*R-squared memiliki nilai probabilitas chi-squared sebesar 0,17078 > 0,05 maka menerima H0 dan menolak H1 atau model regresi tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas GA sebesar 0,1588 > 0,05. Probabilitas KL sebesar 0,9320 > 0,5 dan probabilitas UP sebesar 0,1047 > 0,05. Sehingga dapat dikatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

4.    Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1) atau tidak. Autokorelasi dapat terjadi akibat adanya observasi yang beruntutan sepanjang waktu serta berhubungan 1 bersama lainnya hingga muncul residual tak terbebaskan dari satu obeservasi lain (Ghozali, 2017).

Penelitian ini menggunakan metode Cohcrane-Orcutt guna menyelidiki terdapat ataupun tidak autokorelasi di model regresi. Berdasarkan uji autokorelasi dengan bantuan Eviews-9 diperoleh nilai Durbin-Watson stat sebesar 1,4344. Jika didasarkan pada pengambilan keputusan Durbin Watson Test maka nilai DW sebesar 1,4344 dapat dihitung dengan kriteria dU �d 4 - dU. Jumlah observasi (n) sebanyak 50 serta total variable bebas (k) sejumlah 3, hingga didapat angka dL = 1,4206 serta nilai dU = 1,6739. Pengambilan keputusan sebagai berikut d �dU 4 - dU ataupun 1,4344 �1,6739 �2,3261 maka bisa dikonklusikan koefisien autokorelasi mengalami ragu-ragu. (Mudrajat, 2013) menyatakan bahwa pada data panel tidak wajib memerlukan uji autokorelasi untuk pendekatan OLS maupun GLS.

D.  Analisis Regresi Data Panel

 

Tabel 4.

Model Common Effect

Dependent Variable: Y

Method: Panel Least Squares

Date: 07/31/22�� Time: 09:04

Sample: 2016 2020

Periods included: 5

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 50

 

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

 

C

0.658061

1.488310

0.442153

0.6605

GA

-0.536351

0.227921

-2.353232

0.0229

KL

-0.026479

0.197198

-0.134274

0.8938

UP

-0.094895

0.033787

-2.808587

0.0073

 

R-squared

0.221022

Mean dependent var

-2.771212

Adjusted R-squared

0.170219

S.D. dependent var

1.044058

S.E. of regression

0.951056

Akaike info criterion

2.814131

Sum squared resid

41.60737

Schwarz criterion

2.967093

Log likelihood

-66.35328

Hannan-Quinn criter.

2.872380

F-statistic

4.350578

Durbin-Watson stat

1.434402

Prob(F-statistic)

0.008843

 

 

Persamaan regresi dari tabel 4 dengan variabel dependen financial performance sebagai berikut :

 

Fin = 0,658061 -0,536351(GA) -0,026479(KL) -0,094895(UP)

 

E.  Uji F

Berdasar uji analisis regresi data panel table 4, didapat df1 = k (total independent variable ditambahkan dependent variable) - 1 yakni 4 - 1= 3. df2 = n (total data) - k (total independent variable ditambahkan dependent variable) yakni 50-4 = 46, bersama alpha (α) = 0,05 hingga angka F-tabel yakni 2,57.

Ditinjau capaian dari F-hitung green accounting, kinerja lingkungan, dan ukuran perusahaan secara simultan 4,350578 hingga F-hitung > F-tabel (4,350578 > 0,05) ataupun menolak H0 serta menirima H1. Hingga bisa dikonklusikan green accounting, kinerja lingkungan, serta ukuran perusahaan secara bersamaan berdampak positif serta signifikan pada financial performance.

F.   Uji Koefisien Determinasi (adjusted r2)

Berdasarkan pengujian R2 di tabel 4, ditinjau adjusted R-quared yakni 0,467368. Nilai adjusted R-quared sejumlah 0,467368 menunjukkan kemampua independent variable yang dipergunakan di studi ini green accounting, kinerja lingkungan, dan ukuran perusahaan dalam menjabarkan dependent variable yakni financial performance sejumlah 46% kelebihannya 54% dijabarkan varibel lainnya yang tak digunakan pada studi ini.

G. Uji t

Uji t di studi ini dijalankan bersama bantuan Eviews-9 guna menganalisis regresi data panel mempergunakan model fixed effect. Penentuan ketetapan pengujian t dijalankan bersama meninjau angka t-tabel, guna mendapat angka t-tabel maka butuh menjumpai df (derajat kebebasan) bersama rumus df=n (total data amatan) � k (total independent variable ditambahkan dependent variable). Maka di studi ini didapat df= 50 - 4 = 46 serta tingkatan signifikan yakni 0,05, hingga didapat t-tabel yakni 1,678.

1.    Pengaruh Green Accounting Terhadap Financial Performance

Tabel 5.

Pengungkapan GA Terhadap Pengungkapan FP

Dependent Variable: Y

Method: Panel Least Squares

Date: 07/31/22�� Time: 09:04

Sample: 2016 2020

Periods included: 5

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 50

 

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C

0.658061

1.488310

0.442153

0.6605

GA

-0.536351

0.227921

-2.353232

0.0229

Sumber : Hasil Output Eviews 9, data sekunder yang diolah (2022).

 

Berdasarkan pengujian analisis regresi pada tabel 5, diketahui bahwa hasil dari t-hitung variabel green accounting sebesar -0,536351, tanda negatif menunjukkan terdapat hubungan negtif. Sementara besarnya t-tabel diperoleh dari df = 50 - 4= 46, t-tabel (0,05;46) yakni 1,67866. Sehingga thitung < t-tabel (-2,353232 < 1,67866) ataupun menolak H0 serta menerima H1. Angka probability < taraf signifikan 0,05 (0,0229 < 0,05) ataupun menerima H0 serta menolak H1. Hingga bisa dikonklusikan ukuran green accounting berpengaruh negatif terhadap financial performance.

2.    Pengaruh Kinerja Lingkungan Pada Financial Performance

 

Tabel 6.

Pengungkapan Kinerja Lingkungan Terhadap Financial performance

Dependent Variable: Y

Method: Panel Least Squares

Date: 07/31/22�� Time: 09:04

Sample: 2016 2020

Periods included: 5

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 50

 

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C

0.658061

1.488310

0.442153

0.6605

KL

-0.026479

0.197198

-0.134274

0.8938

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Hasil Output Eviews 9, data sekunder yang diolah (2022).

 

Berdasarkan pengujian analisis regresi pada tabel 6, diketahui bahwa hasil dari t-hitung variabel kinerja lingkungan secara parsial sebesar -0,026479. Sementara besarnya t-tabel diperoleh dari� df = 50 - 4 = 46, t-tabel (0,05;46) yakni 1,67866. Hingga t-hitung < t-tabel (-0,026479 < 1,67866) ataupun menerima H0 serta menolak H1. Angka probability > taraf signifikan 0,05 (0,8938 < 0,05) ataupun menerima H0 serta menolak H1. Hingga bisa dikonklusikan kinerja lingkungan secara parsial tidak berpengaru pada financial performance.

3.         Pengaruh Ukuran Perusahaan Pada Financial Performance

 

Tabel 7.

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Financial performance

Dependent Variable: Y

Method: Panel Least Squares

Date: 07/31/22�� Time: 09:04

Sample: 2016 2020

Periods included: 5

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 50

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C

0.658061

1.488310

0.442153

0.6605

UP

-0.094895

0.033787

-2.808587

0.0073

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Hasil Output Eviews 9, data sekunder yang diolah (2022).

 

Berdasarkan pengujian analisis panel data regression pada tabel 7, diketahui bahwa capaian data panel dari t-hitung variabel ukuran perusahaan secara parsial yakni -/,/94895. Sementara besarnya t-tabel diperoleh dari df = 50 - 4 = 46, t-tabel (0,05;46) yakni 1,67866. Hingga t-hitung < t-tabel (-2,808587 < 1,67866) ataupun menerima H0 serta menolak H1. Angka probability < tingkatan signifikan 0,05 ( 0,0073 < 0,05) ataupun menolak H0 serta menerima H1. Hingga bisa dikonklusikan ukuran perusahaan secara parsial berdampak negatif signifikan pada financial performnce.

H.  Pembahasan

1.         Pengaruh Green Accounting, Kinerja Lingkungan, Serta Ukuran Perusahaan Secara Simultan Pada Financial Performance

Penelitian ini menerima H1 yang menunjukkan bahwa Green accounting, kinerja lingkungan, serta ukuran perusahaan secara bersamaan berdampak pada fianancial performance. Dalam hal ini financial performance dapat dipergunakan untuk mengetahui informasi mengenai efektivitas dari operasi perusahaan dalam mencapai suatu tujuan serta menilai dengan menggunakan analisis rasio. Para investor biasanya menggunakan financial performance sebagai tolak ukur dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi.

2.    Pengaruh Green Accounting Terhadap Financial Performance

Studi ini menerima H2 yang berarti menolak H0 sehingga dapat diartikan green accounting secara parsian berpengaruh pada financial performance. Hasil penelitian ini diperkuat oleh Permatasari (2017) dan Mayshella (2019) menunjukan green accounting menunjuka pengaruh signifikan. Hal ini dikarenakan Green accounting yang sesuai standar dan baik maka akan meingkatkan kondisi ROA perusahaan. Sementara itu capaian studi ini berlawanan dengan (Dita & Ervina, 2021) yang menyatakan green accounting tak berpengaruh pada financial performance.

Green accounting merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi atau melaporkan segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dengan mengedepankan konsep efektifitas dan efisien dari penggunaan sumber daya secara berkelanjutan. Dengan adanya hal ini maka dapat memberikan hubungan yang selaras antara perusahaan dengan fungsi lingkungan dan memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar.

Berdasarkan teori sinyal, Green accounting merupakan informasi positif bagi para investor. Menurut (Maryanti & Hariyono, 2020) green accounting merupakan suatu bidang akuntansi yang bertujuan dalam anggaran� yang dapat mengendalikan biaya, melakukan inovasi baru dengan menghasilkan teknologi yang ramah lingkungan, serta mempromosikan mengenai proses dari pembuatan produk yang ramah lingkungan.

3.    Pengaruh Kinerja Lingkungan Pada Financial Performance

Studi ini menolak H3 yang menunjukkan kinerja lingkungan tak berdampak pada financial performance. Capaian studi ini serupa bersama Wiranty dan Kartika (2018) serta Rokhwati et al., (2015) yang menyatakan bahwa beberapa alasan yaitu karena kurang popular dikalangan masyarakat maupun investor. Namun tidak sejalan dengan (Prena, 2021) program PROPER yang diselenggarakan pemerintah lewat Kementrian Lingkungan Hidup memberikan pengaruh kepada perseroan dalam melestarika lingkungan.

Kinerja lingkungan merupakan suatu tindakan perusahaan dalam berkontribusi untuk pelestarian lingkungan. Menurut teori sinyal bersama terdapatnya kinerja lingkungan maka bisa memberi informasi guna investor mengenai prospek return di masa yang substansial. Mengenai kegiatan lingkungan perusahaan diharapkan perusahaan-perusahaan memberikan informasi secara lebih transparan. Dengan menyampaikan informasi tersebut akan memberi sinyal yang positif guna pemodal guna menginvestasikan saham pada perseroan bersama kinerja lingkungan yang berkualitas (Larasati, 2018).

4.    Pengaruh Ukuran Perusahaan Pada Financial Performance

Riset ini menerima H4 yang memperlihatkan ukuran perusahaan berpengaruh secara negatif pada financial performance. Capaian studi ini serupa pada studi yang dilaksanakan Azzahra dan Nasib (2019) memperlihatkan mengenai ukuran perusahaan untuk peningkatan laba perusahaan. Namun tidak selaras bersama studi yang dilaksanakan (Dita dan Ervina, 2021) dan Isbanah (2015) yang menjabarkan ukuran perusahaan tak berpengaruh atau didukung oleh kinerja keuangan. Ukuran perusahaan yang besar ataupun kecil tidak dapat dijadikan sebagai jaminan bahwa perseroan dalam kinerja baik.

Ukuran perusahaan ialah skala ukur guna mengetahui besaran sebuah perseroan itu. Berdasarkan dengan aktiva, log size, nilai saham, serta lainnya. Berdasarkan toeri sinyal, ukuran perusahaan mampu mempengaruhi kinerja keuangan. Menurut Kasmir para investor akan memperhatikan kondisi total asset perusahaan. Total asset akan menarik minat pemodal guna berinvestasi di perseroan itu. Bersama total asset yang besar maka perseroan memiliki jangkauan lebih luas serta kemungkinan dalam peningkatan laba yang lebih besar (Fitranita & Wijayanti, 2020).

 

Kesimpulan

Green accounting, kinerja lingkungan serta ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh pada financial performance pada perseroan Sektor Energi tahun 2016-2020. Perihal ini financial performance dapat dipergunakan untuk mengetahui informasi mengenai efektivitas dari operasi perusahaan dalam mencapai suatu tujuan serta menilai dengan menggunakan analisis rasio. Para investor biasanya menggunakan financial performance sebagai tolak ukur dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi.

Green accounting secara parsial berpengaruh pada financial performance di perusahaan Sektor Energi tahu 20216-2020. Dengan adanya pengungkapan Green accounting dalam laporan keuangan bisa memberi nilai tambah atas tersampaikan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan. Karena kepedulian perusahaan terhadap lingkungan merupakan investasi masa depan.

Kinerja lingkungan secara parsial tak berpengaruh pada financial performance di perusahaan Sektor Energi tahun 2016-2020. Kinerja lingkungan dalam hal ini memperlihatkan minimnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang penghargaan. Oleh karenanya hasil kinerja lingkungan belum mampu menarik minat investor untuk menginvestasikan dananya.

Ukuran perusahaan secara parsial berdampak negatif pada financial performance di perseroan Sektor Energi tahun 2016-2020. Hal ini menyatakan bahwa faktor ukuran perusahaan ialah faktor penting guna meningkatkan laba perseroan.

BIBLIOGRAFI

 

Afriani, M., Askandar, N. S., & Mahsuni, A. W. (2019). E-JRA Vol. 08 No. 01 Februari 2019 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang. E-Jra, 08(03), 12�28. Google Scholar

 

Azizah, S. N. (2018). Efektivitas kinerja keuangan badan amil zakat nasional (BAZNAS) pada program pentasharufan dana zakat di BAZNAS Kota Yogyakarta. El-Jizya: Jurnal Ekonomi Islam, 6(1), 91�112. https://doi.org/10.24090/ej.v6i1.2049. Google Scholar

 

Dita, E. M. A., & Ervina, D. (2021). Pengaruh Green Accounting, Kinerja Lingkungan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Financial performance. JFAS: Journal of Finance and Accounting Studies, 3(2), 72�84. Google Scholar

 

Fitranita, V., & Wijayanti, I. O. (2020). Journal Accounting and Finance Edisi Vol. 4 No. 1 Maret 2020. Accounting and Finance, 4(1), 20�28. Google Scholar

 

Ghozali, I. (2017). Analisis multivariat dan ekonometrika: teori, konsep, dan aplikasi dengan eview 10. Google Scholar

 

Hamidi. (2019). Analisis Penerapan Green Accounting terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. 6(2), 23�36. Google Scholar

 

Larasati, O. (2018). Jurnal Mitra Manajemen ( JMM Online ). Jurnal Mitra Manajemen, 2(4), 273�285. Google Scholar

 

Maryanti, I. E., & Hariyono. (2020). Pengaruh Implementasi Green Accounting Terhadap Kinerja Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. JURNAL WIDYA GANECWARA, 10(4). Google Scholar

 

Mudrajat, K. (2013). Metode riset untuk bisnis \& ekonomi: bagaimana meneliti dan menulis tesis?. Google Scholar

 

Pramono, J. (2014). Analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan pemerintah daerah (Studi Kasus pada pemerintah Kota Surakarta). Among Makarti, 7(1), 83�112. https://doi.org/10.52353/ama.v7i1.97. Google Scholar

 

Prena, G. Das. (2021). Pengaruh Penerapan Green Accounting, dan Kinerja Lingkungan Tterhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Netral, Akuntabel, Objektif, 3, 495�507. Google Scholar

 

Selpiyanti dan Fakhroni, Z. (2020). Pengaruh Implementasi Green Accounting dan Material Flow Cost Accounting Terhadap Sustainable Development. Jurnal ASET (Akuntansi Riset), 12(1), 109�116. Google Scholar

 

Suhendro, D. (2020). Analisis Profitabilitas dan Likuiditas Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada Pt Siantar Top Tbk. Jurnal Ilmiah Feasible, 2, 80. Google Scholar

 

Suripto. (2021). Pengaruh Corporate Social Responsibility, Kualitas Audit dan Manajamen Laba terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, Dan Akuntansi) Vol. 5 No. 1, 2021, Universitas Pamulang, 5(P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306), 1651�1672. Google Scholar

 

Widodo, I., & RAHARDJA, R. (2011). Analisis Kinerja Perusahaan dengan Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard (Studi Kasus Pada Perusahaan Mebel PT. Jansen Indonesia). Universitas Diponegoro. Google Scholar

 

Wirawati, N. G. P., & Putri, A. D. (2020). The Effects of Company Size, Leverage, Environmental Disclosure, and Environmental Performance on Company Value. E-Jurnal Akuntansi Volume 9 No.9, 2417�2427. Google Scholar

 

Copyright holder:

Adilah Pratiwi, Suripto (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: