Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541-0849

e-ISSN : 2548-1398

Vol. 2, No 4 April 2017

 

 


HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KETERPAPARAN INFORMASI DENGAN PELAKSANAAN IMUNISASI CAMPAK ULANGAN DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS JATITUJUH KABUPATEN MAJALENGKA

TAHUN 2016

Yuyun Wahyu Indah Indriyani

Stikes YPIB Majalengka

Email: [email protected]

Abstrak

Imunisasi campak ulangan adalah usaha untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit campak pada anak dan juga orang dewasa. Imunisasi campak ulangan tingkat risiko paling tinggi adalah bila menyerang anak di bawah usia 5 tahun atau balita. Berdasarkan data UPTD Puskesmas Jatitujuh didapatkan jumlah anak usia 5-7 tahun yang melaksanakan imunisasi campak ulangan yaitu sebayak 43 orang dari 541 anak atau sebesar 7,98% pada tahun 2015. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan keterpaparan informasi dengan pelaksanaan imunisasi campak ulangan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia5-7 tahun di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh tahun 2016 yaitu sebesar 692 orang, sampel sebanyak sebesar88 orang. Analisis yang digunakan univariat menggunakan distribusi frekuensi dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square dengan α = (0,05). Hasil penelitian menunjukkan, lebih dari setengahnya balita tidak mendapatkan imunisasi campak ulangan, lebih dari setengahnya ibu dukungan keluarga rendah. Ada hubungan antara keterpaparan informasi balita dengan pelaksanaan imunisasi campak ulangan. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pelaksanaan imunisasi campak ulangan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2016.

Kata Kunci: Imunisasi Campak Ulangan

Pendahuluan

Imunisasi atau penguatan kekebalan tubuh terhadap ancaman penyakit adalah tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada dasarnya kekebalan tubuh dapat dimiliki dalam pasif maupun aktif. Kedua hal tersebut dapat diperoleh secara alami maupun buatan (Ranuh, 2008).Imunisasi telah terbukti sebagai salah satu upaya khusus dalam hal kesehatan masyarakat. Pada prosesnya program imunisasi telah menunjukkan keberhasilan yang luar biasa dan merupakan usaha yang sangat hemat biaya dalam mencegah penyakit menular. Imunisasi juga telah berhasil menyelamatkan begitu banyak kehidupan dibandingkan dengan upaya kesehatan masyarakat lainnya (Depkes RI, 2012).

Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, balita, anak-anak, wanita usia subur, dan ibu hamil. Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi wajib mendapatkan imunisasi dasar Lengkap yang terdiri dari : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB dan atau DPT-HB-Hib, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak (Depkes RI, 2014).

Target nasional dan global agar tercapai eradikasi (pembasmian) dan eliminasi terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, maka cakupan imunisasi yang merata sampai mencapai tingkat Population Immunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi harus ditingkatkan. Hasil Riskesdas 2014, melaporkan bahwa di Indonesia cakupan imunisasi dasar lengkap mencapai 86,9%. Angka ini belum mencapai target Renstra pada tahun 2014 yang sebesar 90%. Cakupan imunisasi dasar yang sudah mencapai target adalah BCG sebesar 93% dan cakupan imunisasi campak 94,67%, tetapi cakupan imunisasi dasar lain masih di bawah 90%, seperti DPT sebesar 73,1% dan Polio 86,4% (Depkes RI, 2014). Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2014 menunjukkan bahwa cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Jawa Barat mencapai 89,2 persen. Angka tersebut melampaui angka cakupan nasional yaitu 86,8 persen (Dinkes Jabar, 2014).

Target Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka pada imunisasi dasar tahun 2014 untuk semua antigen adalah 98%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Majalengka tahun 2014 didapatkan data jumlah bayi yang telah diberikan imunisasi BCG sebesar 111,07%, imunisasi DPT1+HB1 sebesar 107,07%, imunisasi DPT3+HB3 sebesar 105,79%, imunisasi Polio 4 sebesar 105,54%, imunisasi Campak 103,98% dan imunisasi dasar lengkap 82,01% (Dinkes Majalengka, 2013). Dari data tersebut, dapat dilihat pencapaian cakupan imunisasi dasar lengkap di Kabupaten Majalengka sudah mencapai target Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten Majalengka yaitu 98%.Salah satu imunisasi dasar yang wajib dilaksanakan adalah imunisasi campak Adapun cakupan imunisasi dasar yang tertinggi adalah Puskesmas Jatitujuh sebesar 268,4%.

Berdasarkan data UPTD Puskesmas Jatitujuh didapatkan jumlah anak usia 5-7 tahun yang melaksanakan imunisasi campak ulangan yaitu sebayak 43 orang dari 541 anak atau sebesar 7,98% pada tahun 2015. Data tersebut menunjukan bahwa masih banyak anak yang tidak melaksanakan imunisasi campak ulangan. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab anak tidak mendapatkan imunisasi campak ulangan, salah satunya adalah dari faktor orang tua, dari hasil wawancara peneliti terhadap 10 ibu yang memiliki anak 5-7 tahun menunjukan bahwa sebanyak 6 orang (60%) ibu balita kurang mendapatkan informasi dan sebanyak 5 orang (50%) kurang mendapat dukungan dari keluarga yaitu dari suami dan orang tua ibu.

Ikatan Dokter Anak Indonesia telah membagi imunisasi ke dalam dua kelompok, yaitu imunisasi wajib dan imunisasi yang dianjurkan. Pada kelompok imunisasi yang dianjurkan untuk diulang yakni Hemofilus Influenza Tipe B (Hib), Influenza, Pneumokokus, Tifoid dan hepatitis A. Untuk kelompok imunisasi wajib, jenis yang harus diulang adalah DPT, Campak, dan Polio. Imunisasi campak ulangan dalam bentuk imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella). Ulangan pertama diberikan pada rentan usia 15-24 bulan, dan ulangan yang kedua saat berusia 4-6 tahun. Imunisasi MMR ini berguna untuk melindungi anak dari radang paru (pneumonia), radang otak, infeksi telinga, dan kejang-kejang (IDAI, 2010).

Menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan (P2PL) dampak tidak dilakukannya imunisasi campak ulangan yaitu tingkat risiko paling tinggi adalah bila menyerang anak di bawah usia 5 tahun atau balita, karena dapat mengakibatkan komplikasi fatal berkaitan dengan radang paru-paru (pneumonia), diare, radang telinga (otitis media) dan radang otak (ensefalistis). Banyak anak yang mampu bertahan dari penyakit campak, harus hidup dengan cacat seumur hidup, termasuk kebutaan, tuli atau kerusakan otak. Namun pada kenyataanya masih banyak ibu balita yang tidak melakukan imunisasi campak ulangan.�����

Secara umum ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan imunisasi dasar, seperti yang dijelaskan Depkes RI (2009) menyebutkan bahwa rendahnya tingkat pengetahuan, kondisi yang berhubungan dengan miskonsepsi imunisasi, terbatasnya akses informasi tentang imunisasi, kondisi yang berhubungan dengan dukungan keluarga; keterbatasan ekonomi, dan kondisi yang berhubungan dengan perilaku petugas kesehatan akan mempengaruhi pelaksanaan imunisasi.

Dukungan keluarga pada ibu akan sangat mempengaruhi keputusan menunaikan imunisasi. Di samping kesedaran tersebut, ibu dengan dukungan keluarga juga cenderung memiliki pengetahuan, kalangan ibu akan merasa bahwa imunisasi sangat penting untk meningkatkan kekebalan tubuh bayinya. Kondisi ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian imunisasi yang diharapkan.

Informasi yang baik tentang imunisasi dasar dan berasal dari berbagai sumber akan meningkatkan pengetahuan seseorang, informasi yang diterima merupakan suatu dasar dari meningkatnya pengetahuan seseorang, semakin banyak informasi yang didapatkan maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya. Pesan yang disampaikan bertujuan menyadarkan pentingnya imunisasi pada anak sehingga menimbulkan motivasi untuk melaksanakan imunisasi tersebut (Sarwono, 2012).

Hasil penelitian Prinda (2010) yang menyebutkan informasi mengenai imunisasi melalui media informasi (koran, televisi, radio) dan orang lain (teman, kerabat) serta keluarga juga mendapatkan penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan imunisasi dasar pada bayi.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai �Hubungan Dukungan Keluarga dan Keterpaparan Informasi dengan Pelaksanaan Imunisasi Campak Ulangan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2016�.

Metodologi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia5-7 tahun di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh tahun 2016 yaitu sebesar 692 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang mempunyai anak usia 5-7 tahun di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh tahun 2016 yaitu sebesar92 orang. Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatiluhur Kabupaten Majalengka. Dalam pelaksanaannya peelitian ini akan menggunakan analisis uvariat dan bivairiat.

Hasil Penelitian

A.       Analisis Uvariat

1.        Gambaran Pelaksanaan Imunisasi Campak Ulangan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas JatiluhurKabupaten Majalengka

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Imunisasi Campak Ulangan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2016

Pelaksanaan Imunisasi Campak Ulangan

f

%

Ya

57

62.0

Tidak

35

38.0

Total

92

100.0

Dari data di atas apat diketahui bahwa ada 35 anak (38%) dari 92 total anak di wilayah kerja UPTD Puskesmas majalengka tidak melakukan imunisasi campak ulangan.���

2.        Gambaran Dukungan Keluarga di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Jatiluhur Kabupaten Majalengka

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga

di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Jatiluhur Tahun 2016

Dukungan Keluarga

f

%

Mendukung

38

41.3

Kurang Mendukung

54

58.7

Total

92

100.0

Dari data di atas diketahui bahwa dari 92 responden, 38 diantaranya mendukung kegiatan imunisasi campak ulangan, sedang 54 sisanya (58,7%) tidak mendukung kegiatan tersebut.

 

 

 

 

3.        Gambaran Keterpaparan Informasi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Jatiluhur Tahun 2016

Tabel 3

Distribusi Keterpaparan Informasi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Jatiluhur Tahun 2016

Keterpaparan Informasi

f

%

Terpapar

41

44.6

Tidak

51

55.4

Total

92

100.0

Dari data di atas peneliti dapat menyebutkan bahwa dari 92 responden yang ada, hanya 41 responden (44,6%) saja yang mendapat paparan informasi mengenai imunisasi ulangan ini. Sedang sisanya, yakni 51 responden (55,4%), mengaku tidak mendapat informasi yang jelas mengenai hal ini.

B.       Analisis Bivariat

1.        Hubungan antara dukungan keluarga dengan pelaksana imunisasi Campak ulang di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh

Tabel 4

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pelaksana

Imunisasai Campak Ulang

Dukungan keluarga��

Pelaksanaan Imunisasi Campak Ulangan

Total

p value

Ya

Tidak

f

%

f

%

f

%

0,031

Mendukung

29

76.3

9

23.7

38

100

Kurang Mendukung

28

51.9

26

48.1

54

100

Total

57

62.0

35

38.0

92

100

Perbedaan proporsi ini menunjukan hasil yang bermakna yang terlihat dari uji chi square dengan p value = 0,031 (p< 0,05). Dengan adanya hasil ini maka hipotesis nol ditolak dan dukungan keluarga serta pelaksanaan imunisasi campak dinyatakan memiliki kaitan satu sama lain.

2.        Hubungan antara keterpaparan informasi dengan pelaksanaan imunisasi campak ulangan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Juatitujuh Kabupaten Majalengka tahun 2016

 

Tabel 5

Hubungan Keterpaparan Informasi dengan

Pelaksanaan Imunisasi Campa Ulangan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh

Keterpaparan Informasi

Pelaksanaan Imunisasi Campak Ulangan

Total

p

value

Ya

Tidak

f

%

f

%

f

%

0,002

Terpapar

33

80.5

8

19.5

41

100

Tidak terpapar

24

47.1

27

52.9

51

100

Total

57

62.0

35

38.0

92

100

Perbedaan proporsi ini menunjukan hasil yang bermakna yang terlihat dari uji chi square dengan p value = 0,002 (p< 0,05). Dengan adanya hasil ini maka didapat kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang terjadi antara keterpaparan informasi balita dengan pelaksanaan imunisasi campak ulang di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2016.

Pembahasan

A.       Pembahasan Analisis Univirat

Jika merujuk pada data di atas, dapat diketahui bahwa ada sedikitnya38,0% bayi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh yang tidak mendapat imunisasi. Adapun alasan kenapa bayi-bayi tersebut tidak mendapat imunisasi adalah karena kekhawatiran orang tua mengenai dampak yang akan timbul pasca imunisasi. Kekhawatiran orang tua pada dasarnya disebabkan oleh ketidaktahuan, serta minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak terkait. Padahal, jika dirunut lebih jauh, pelaksanaan imuniasasi sendiri adalah perilaku kesehatan masyarakat yang justru membantu masyarakat menjamin kesehatan mereka sendiri. Dan jika ditelusir lebih jauh, balita dengan tidak diimunisasi ulang akan sangat beresiko menderita penyakit campak sebab daya tahan tubuhnya relatif lemah.

Pada penelitian ini peneliti mendapati ada 62,0% responden yang memiliki dukungan keluarga untuk melakukan imunisasi ulangan, sedang sisanya kurang mendapat dukungan. Padahal, menurut Sitepu (2012) menyatakan bahwa adanya dukungan keluarga �baikitu suami, orang tua, mertua, maupun saudara� kepada ibu dalam bentuk mendapat dukungan dari keluarga tentang imunisasi dasar pada anak. Ibu yang diberi dukungan cenderung akan merasa bahwa imunisasi sangat penting untuk meningkatkan kekbalan tubuh bayinya.

Dukungan sendiri umumnya didapat apabila sekluarga �baik suatu, orang tua, mertua, atau keluarga lain� memiliki pengetahuan mengenai imunisasi ulangan. Saat mereka memiliki pengetahuan akan hal tersebut, pikiran mengenai sesuatu yang buruk, resiko buruk, dampak buruk, serta hal-hal yang berkaitan dengan efek pasca penggunaan akan hilang karena pengetahuan tersebut. Oleh karennaya, guna mendapatkan pengetahuan tersebut, keluarga seyogyanya membuka pikiran tentang imunisasi campak ulangan.

Keterpaparan informasi adalah hal penting yang harus diperhatikan ibu dan keluarga. Sebab, saat ibu atau keluarga tidak terpapar informasi baik mengenai imunisasi lanjutan, bukan tidak mungkin ibu dan keluarga akan menerima apabila agenda imunisasi ulangan tersebut dilakukan kembali.

Menurut pengamatan peneliti, ada sekitar55,4% ibu balita yang tidak terpapar informasi baik mengenai imunisasi ulangan, sehingga berpengaruh pada minat mereka melakukan imunisasi. Tidak perpaparnya 55,4% ibu balita sendiri disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah minimnya media penyampaian sosialisasi. Padahal jika dikaji lebih lanjut media penyampaian informasi yang dapat digunakan untuk hal ini cukup beragam, mulai dari koran, pesan siaran di masjid atau mushola, televisi, radio, atau pengumuman yang diberikan tokoh masyarakat.

Pemanfaatan media-media di atas memiliki pengaruh baik terhadap imunisasi dasar pada bayi. Menurut Prinda (2010), informasi mengenai imunisasi melalui koran, televisi, radio, serta papan pengumuman yang dilakukan oleh petugas kesehatan memiliki manfaat signifikan atas pelaksanaan imunisasi dasar pada bayi.

B.       Pembahasan Analisis Bivariat

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan pelaksanaan imunisasi Campak Ulang di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh Kabupaten Majalengka tahun 2016, p value (0,031<0,05). Hal ini sendiri dapat dimaklumi mengingat kalangan ibu balita yang tidak mendapat dukungan keluarga adalah mereka dengan latar belakang ekonomi yang lemah. Di samping itu sebagian besar dari mereka juga kurang mendapat sosialisasi terkait hal tersebut dari petugas kesehatan.

Menurut Rook dan Dooley dalam Kuncoro (2008), ada sedikitnya dua sumber dukungan keluarga, yakni dukungan dengan sumber natural dan artifisial. Dukungan keluarga yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Adapun dukungan keluarga artifisial sendiri adalah dukungan sosial yang dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang. Contoh, dukungan keluarga akibat bencana alam melalui berbagai macam sumbangan sosial misalnya.

Dukungan sendiri memang memberi andil dalam mendorong ibu balita melakukan imunisasi. Ibu yang tidak didukung �terlebih mereka yang tidak memiliki kemauan� akan malas mengantarkan balitanya ke tempat imunisasi. Sebab, menurut pengamatan penulis, mayoritas penduduk di wilayah kerja UPTDPuskesmas Jatitujuh adalah petani. Karenanya, dengan pemahaman yang lemah, mereka akan lebih memilih pergi bertani daripada harus mengantarkan balita mereka ke puskesmas terdekat.

Ada atau tidak adanya dukungan keluarga pada ibu balita sangat dipengaruhi oleh keterpaparan informasi. Kalangan ibu balita dengan paparan informasi yang baik akan cenderung memilih untuk mengantarkan balitanya ke Puskesmas Jatitujuh. Namun kebalikannya, mereka dengan paparan informasi yang cenderung minim akan cenderung menghindari imunisasi tersebut dan beralih mengerjakan sesuatu yang dianggap lebih produktif.

Menurut Mubarak (2007), untuk informasi yang baik, kendati seseorang akan berusaha untuk melupakan, informasi tersebut akan membekas dan sukar dilupakan. Memberikan informasi tentang kebiasaan hidupsehat dan cara pencegahan penyakit diharapkan akan terjadi peningkatan pengetahuan sikap dan perilaku kesehatan dalam diri individu atau kelompok sasaran yang berdasarkan kesadarandan kemauan individu yang bersangkutan (Noatmodjo; 2010).

Petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan mengutamakan pada ibu yang terpapar informasi dengan cara melibatkan kader posyandu untuk mensosialisasi pentingnya imunisasi campak ulangan pada balita untuk mencegah penyakit.

 

 

Kesimpulan

Merujuk pada apa yang disampaikan di atas, ada beberapa kesimpulan yang dapat penulis dapatkan, seperti:

1.        Ada lebih dari setengah balita tidak mendapat imunisasi campak ulangan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2016

2.        Ada lebih dari setengah ibu balita dengan dukungan keluarga yang relatif rendah di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2016.

3.        Ada hubungan antara keterpaparan informasi balita dengan pelaksanaan imunisasi campak ulangan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2016

4.        Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pelaksanaan imunisasi campak ulangan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2016

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Achmad Kuncoro, Engkos dan Ridwan. 2008. Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur. Bandung: Alfabeta.

Ambari, Prinda Kartika M. 2010. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Keberfungsian Sosial Pada Pasien Skizofenia Pasca Perawatan di Rumah Sakit. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan

Depkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Depkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarata: Departemen Kesehatan

Dinkes Jabar. 2012. Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2012. Bandung: Dinas Kesehatan Jaw Barat

Dinkes Majalengka. 2013. Profil Kesehatan Majalengka. Majalengka: Dinas Kesehatan Majalengka

IDAI. 2008. Buka Ajar Neonatologi. Edisi Pertama. Jakarta: IDAI

Mubarak, Wahid Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Notoatmodjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Prawiroharjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan Jakarta. Jakarta: Yayasan Bina Sarwono Prawirohajo.

Ranuh. I. G. N. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Badang Ikatan Dokter Anak Indonesia.