Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia � ISSN : 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 2,
No 4 April 2017
HUBUNGAN DUKUNGAN
KELUARGA DAN KETERPAPARAN INFORMASI DENGAN PELAKSANAAN IMUNISASI CAMPAK ULANGAN
DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS JATITUJUH KABUPATEN MAJALENGKA
TAHUN 2016
Yuyun Wahyu Indah Indriyani
Stikes
YPIB Majalengka
Email: [email protected]
Abstrak
Imunisasi
campak ulangan adalah usaha untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit campak
pada anak dan juga orang dewasa. Imunisasi campak ulangan tingkat risiko paling
tinggi adalah bila menyerang anak di bawah usia 5 tahun atau balita. Berdasarkan data UPTD Puskesmas Jatitujuh didapatkan
jumlah anak usia 5-7 tahun yang melaksanakan imunisasi campak ulangan yaitu
sebayak 43 orang dari 541 anak atau sebesar 7,98% pada tahun 2015. Tujuan umum
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan
keterpaparan informasi dengan pelaksanaan imunisasi campak ulangan di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun
2016.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan menggunakan
rancangan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia� 5-7 tahun di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Jatitujuh tahun 2016 yaitu sebesar
692 orang, sampel sebanyak sebesar� 88
orang. Analisis yang digunakan univariat menggunakan distribusi frekuensi dan
bivariat dengan menggunakan uji Chi Square dengan α = (0,05). Hasil
penelitian menunjukkan, lebih dari
setengahnya balita tidak mendapatkan imunisasi campak ulangan, lebih dari
setengahnya ibu dukungan keluarga rendah. Ada
hubungan antara keterpaparan
informasi balita dengan pelaksanaan imunisasi campak ulangan. Ada
hubungan antara dukungan
keluarga dengan pelaksanaan imunisasi campak ulangan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun
2016.
Kata
Kunci: Imunisasi Campak Ulangan
Pendahuluan
Imunisasi atau
penguatan kekebalan tubuh terhadap ancaman penyakit adalah tujuan utama dari
pemberian vaksinasi. Pada dasarnya kekebalan tubuh dapat dimiliki dalam pasif
maupun aktif. Kedua hal tersebut dapat diperoleh secara alami maupun buatan
(Ranuh, 2008).� Imunisasi telah terbukti
sebagai salah satu upaya khusus dalam hal kesehatan masyarakat. Pada prosesnya
program imunisasi telah menunjukkan keberhasilan yang luar biasa dan merupakan
usaha yang sangat hemat biaya dalam mencegah penyakit menular. Imunisasi juga
telah berhasil menyelamatkan begitu banyak kehidupan dibandingkan dengan upaya
kesehatan masyarakat lainnya (Depkes RI, 2012).
Program
imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit
menular, yaitu bayi, balita, anak-anak, wanita usia subur, dan ibu hamil.
Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi
wajib mendapatkan imunisasi dasar Lengkap yang terdiri dari : 1 dosis BCG, 3
dosis DPT-HB dan atau DPT-HB-Hib, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak (Depkes RI,
2014).
Target nasional
dan global agar tercapai eradikasi (pembasmian) dan eliminasi terhadap penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi, maka cakupan imunisasi yang merata sampai
mencapai tingkat Population Immunity
(kekebalan masyarakat) yang tinggi harus ditingkatkan. Hasil Riskesdas 2014,
melaporkan bahwa di Indonesia cakupan imunisasi dasar lengkap mencapai 86,9%.
Angka ini belum mencapai target Renstra pada tahun 2014 yang sebesar 90%. Cakupan
imunisasi dasar yang sudah mencapai target adalah BCG sebesar 93% dan cakupan
imunisasi campak 94,67%, tetapi cakupan imunisasi dasar lain masih di bawah
90%, seperti DPT sebesar 73,1% dan Polio 86,4% (Depkes RI, 2014). Data Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2014 menunjukkan bahwa cakupan
Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Jawa Barat mencapai 89,2 persen. Angka
tersebut melampaui angka cakupan nasional yaitu 86,8 persen (Dinkes Jabar,
2014).
Target Dinas
Kesehatan Kabupaten Majalengka pada imunisasi dasar tahun 2014 untuk semua
antigen adalah 98%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Majalengka tahun 2014
didapatkan data jumlah bayi yang telah diberikan imunisasi BCG sebesar 111,07%,
imunisasi DPT1+HB1 sebesar 107,07%, imunisasi DPT3+HB3 sebesar 105,79%,
imunisasi Polio 4 sebesar 105,54%, imunisasi Campak 103,98% dan imunisasi dasar
lengkap 82,01% (Dinkes Majalengka, 2013). Dari data tersebut, dapat dilihat
pencapaian cakupan imunisasi dasar lengkap di Kabupaten Majalengka sudah
mencapai target Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten Majalengka yaitu
98%.� Salah satu imunisasi dasar yang
wajib dilaksanakan adalah imunisasi campak Adapun cakupan imunisasi dasar yang
tertinggi adalah Puskesmas Jatitujuh sebesar 268,4%.
Berdasarkan data
UPTD Puskesmas Jatitujuh didapatkan jumlah anak usia 5-7 tahun yang
melaksanakan imunisasi campak ulangan yaitu sebayak 43 orang dari 541 anak atau
sebesar 7,98% pada tahun 2015. Data tersebut menunjukan bahwa masih banyak anak
yang tidak melaksanakan imunisasi campak ulangan. Ada beberapa faktor yang
menjadi penyebab anak tidak mendapatkan imunisasi campak ulangan, salah satunya
adalah dari faktor orang tua, dari hasil wawancara peneliti terhadap 10 ibu
yang memiliki anak 5-7 tahun menunjukan bahwa sebanyak 6 orang (60%) ibu balita
kurang mendapatkan informasi dan sebanyak 5 orang (50%) kurang mendapat
dukungan dari keluarga yaitu dari suami dan orang tua ibu.
Ikatan Dokter
Anak Indonesia telah membagi imunisasi ke dalam dua kelompok, yaitu imunisasi
wajib dan imunisasi yang dianjurkan. Pada kelompok imunisasi yang dianjurkan
untuk diulang yakni Hemofilus Influenza Tipe B (Hib), Influenza, Pneumokokus,
Tifoid dan hepatitis A. Untuk kelompok imunisasi wajib, jenis yang harus
diulang adalah DPT, Campak, dan Polio. Imunisasi campak ulangan dalam bentuk
imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella).
Ulangan pertama diberikan pada rentan usia 15-24 bulan, dan ulangan yang kedua
saat berusia 4-6 tahun. Imunisasi MMR ini berguna untuk melindungi anak dari
radang paru (pneumonia), radang otak, infeksi telinga, dan kejang-kejang (IDAI,
2010).
Menurut Dirjen
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan (P2PL) dampak tidak
dilakukannya imunisasi campak ulangan yaitu tingkat risiko paling tinggi adalah
bila menyerang anak di bawah usia 5 tahun atau balita, karena dapat
mengakibatkan komplikasi fatal berkaitan dengan radang paru-paru (pneumonia),
diare, radang telinga (otitis media) dan radang otak (ensefalistis).
Banyak anak yang mampu bertahan dari penyakit campak, harus hidup dengan cacat
seumur hidup, termasuk kebutaan, tuli atau kerusakan otak. Namun pada
kenyataanya masih banyak ibu balita yang tidak melakukan imunisasi campak
ulangan.�����
Secara umum ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan imunisasi dasar, seperti
yang dijelaskan Depkes RI (2009) menyebutkan bahwa rendahnya tingkat
pengetahuan, kondisi yang berhubungan dengan miskonsepsi imunisasi, terbatasnya
akses informasi tentang imunisasi, kondisi yang berhubungan dengan dukungan
keluarga; keterbatasan ekonomi, dan kondisi yang berhubungan dengan perilaku
petugas kesehatan akan mempengaruhi pelaksanaan imunisasi.
Dukungan
keluarga pada ibu akan sangat mempengaruhi keputusan menunaikan imunisasi. Di
samping kesedaran tersebut, ibu dengan dukungan keluarga juga cenderung
memiliki pengetahuan, kalangan ibu akan merasa bahwa imunisasi sangat penting
untk meningkatkan kekebalan tubuh bayinya. Kondisi ini tentunya akan sangat
berpengaruh terhadap pencapaian imunisasi yang diharapkan.
Informasi yang
baik tentang imunisasi dasar dan berasal dari berbagai sumber akan meningkatkan
pengetahuan seseorang, informasi yang diterima merupakan suatu dasar dari
meningkatnya pengetahuan seseorang, semakin banyak informasi yang didapatkan
maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya. Pesan yang disampaikan
bertujuan menyadarkan pentingnya imunisasi pada anak sehingga menimbulkan
motivasi untuk melaksanakan imunisasi tersebut (Sarwono, 2012).
Hasil penelitian
Prinda (2010) yang menyebutkan informasi mengenai imunisasi melalui media
informasi (koran, televisi, radio) dan orang lain (teman, kerabat) serta
keluarga juga mendapatkan penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan
berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan imunisasi dasar pada bayi.
Berdasarkan latar belakang di atas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai �Hubungan Dukungan Keluarga dan Keterpaparan Informasi
dengan Pelaksanaan Imunisasi Campak Ulangan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun
2016�.
Metodologi
Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang
mempunyai anak usia� 5-7 tahun di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh tahun 2016 yaitu sebesar
692 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang mempunyai anak usia 5-7 tahun di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh tahun 2016 yaitu sebesar� 92 orang. Tempat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatiluhur Kabupaten
Majalengka. Dalam pelaksanaannya peelitian ini akan menggunakan analisis
uvariat dan bivairiat.
Hasil Penelitian
A.
Analisis
Uvariat
1.
Gambaran Pelaksanaan
Imunisasi Campak Ulangan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Jatiluhur� Kabupaten Majalengka
Tabel
1
Distribusi
Frekuensi Pelaksanaan Imunisasi Campak Ulangan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2016
Pelaksanaan Imunisasi Campak Ulangan
|
f |
% |
Ya |
57 |
62.0 |
Tidak |
35 |
38.0 |
Total |
92 |
100.0 |
Dari
data di atas apat diketahui bahwa ada 35 anak (38%) dari 92 total anak di
wilayah kerja UPTD Puskesmas majalengka tidak melakukan imunisasi campak
ulangan.���
2.
Gambaran Dukungan
Keluarga di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Jatiluhur Kabupaten Majalengka
Tabel
2
Distribusi
Frekuensi Dukungan Keluarga
di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Jatiluhur Tahun 2016
Dukungan Keluarga
|
f |
% |
Mendukung |
38 |
41.3 |
Kurang
Mendukung |
54 |
58.7 |
Total |
92 |
100.0 |
Dari data di atas diketahui bahwa dari
92 responden, 38 diantaranya mendukung kegiatan imunisasi campak ulangan,
sedang 54 sisanya (58,7%) tidak mendukung kegiatan tersebut.
3.
Gambaran Keterpaparan
Informasi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Jatiluhur Tahun 2016
Tabel 3
Distribusi
Keterpaparan Informasi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Jatiluhur Tahun 2016
Keterpaparan Informasi
|
f |
% |
Terpapar |
41 |
44.6 |
Tidak |
51 |
55.4 |
Total |
92 |
100.0 |
Dari data di atas peneliti dapat
menyebutkan bahwa dari 92 responden yang ada, hanya 41 responden (44,6%) saja
yang mendapat paparan informasi mengenai imunisasi ulangan ini. Sedang sisanya,
yakni 51 responden (55,4%), mengaku tidak mendapat informasi yang jelas
mengenai hal ini.
B.
Analisis
Bivariat
1.
Hubungan antara
dukungan keluarga dengan pelaksana imunisasi Campak ulang di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Jatitujuh
Tabel
4
Hubungan
Dukungan Keluarga dengan Pelaksana
Imunisasai
Campak Ulang
Dukungan keluarga�� |
Pelaksanaan Imunisasi Campak Ulangan |
Total |
p value |
||||
Ya |
Tidak |
||||||
f |
% |
f |
% |
f |
% |
0,031 |
|
Mendukung |
29 |
76.3 |
9 |
23.7 |
38 |
100 |
|
Kurang
Mendukung |
28 |
51.9 |
26 |
48.1 |
54 |
100 |
|
Total |
57 |
62.0 |
35 |
38.0 |
92 |
100 |
Perbedaan proporsi ini menunjukan hasil
yang bermakna yang terlihat dari uji chi
square dengan p value = 0,031 (p< 0,05). Dengan adanya hasil ini maka
hipotesis nol ditolak dan dukungan keluarga serta pelaksanaan imunisasi campak
dinyatakan memiliki kaitan satu sama lain.
2.
Hubungan antara
keterpaparan informasi dengan pelaksanaan imunisasi campak ulangan di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Juatitujuh Kabupaten Majalengka tahun 2016
Tabel
5
Hubungan
Keterpaparan Informasi dengan
Pelaksanaan
Imunisasi Campa Ulangan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh
Keterpaparan
Informasi |
Pelaksanaan Imunisasi Campak Ulangan |
Total |
p value |
||||
Ya |
Tidak |
||||||
f |
% |
f |
% |
f |
% |
0,002 |
|
Terpapar |
33 |
80.5 |
8 |
19.5 |
41 |
100 |
|
Tidak
terpapar |
24 |
47.1 |
27 |
52.9 |
51 |
100 |
|
Total |
57 |
62.0 |
35 |
38.0 |
92 |
100 |
Perbedaan proporsi ini menunjukan hasil
yang bermakna yang terlihat dari uji chi
square dengan p value = 0,002 (p< 0,05). Dengan adanya hasil ini maka
didapat kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang terjadi antara keterpaparan
informasi balita dengan pelaksanaan imunisasi campak ulang di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2016.
Pembahasan
A.
Pembahasan
Analisis Univirat
Jika merujuk pada data
di atas, dapat diketahui bahwa ada sedikitnya�
38,0% bayi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh yang tidak mendapat
imunisasi. Adapun alasan kenapa bayi-bayi tersebut tidak mendapat imunisasi
adalah karena kekhawatiran orang tua mengenai dampak yang akan timbul pasca
imunisasi. Kekhawatiran orang tua pada dasarnya disebabkan oleh ketidaktahuan,
serta minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak terkait. Padahal, jika
dirunut lebih jauh, pelaksanaan imuniasasi sendiri adalah perilaku kesehatan
masyarakat yang justru membantu masyarakat menjamin kesehatan mereka sendiri.
Dan jika ditelusir lebih jauh, balita dengan tidak diimunisasi ulang akan
sangat beresiko menderita penyakit campak sebab daya tahan tubuhnya relatif
lemah.
Pada penelitian ini
peneliti mendapati ada 62,0% responden yang memiliki dukungan keluarga untuk
melakukan imunisasi ulangan, sedang sisanya kurang mendapat dukungan. Padahal,
menurut Sitepu (2012) menyatakan bahwa adanya dukungan keluarga �baik� itu suami, orang tua, mertua, maupun saudara�
kepada ibu dalam bentuk mendapat dukungan dari keluarga tentang imunisasi dasar
pada anak. Ibu yang diberi dukungan cenderung akan merasa bahwa imunisasi
sangat penting untuk meningkatkan kekbalan tubuh bayinya.
Dukungan sendiri
umumnya didapat apabila sekluarga �baik suatu, orang tua, mertua, atau keluarga
lain� memiliki pengetahuan mengenai imunisasi ulangan. Saat mereka memiliki
pengetahuan akan hal tersebut, pikiran mengenai sesuatu yang buruk, resiko
buruk, dampak buruk, serta hal-hal yang berkaitan dengan efek pasca penggunaan
akan hilang karena pengetahuan tersebut. Oleh karennaya, guna mendapatkan
pengetahuan tersebut, keluarga seyogyanya membuka pikiran tentang imunisasi
campak ulangan.
Keterpaparan informasi
adalah hal penting yang harus diperhatikan ibu dan keluarga. Sebab, saat ibu
atau keluarga tidak terpapar informasi baik mengenai imunisasi lanjutan, bukan
tidak mungkin ibu dan keluarga akan menerima apabila agenda imunisasi ulangan
tersebut dilakukan kembali.
Menurut pengamatan
peneliti, ada sekitar� 55,4% ibu balita
yang tidak terpapar informasi baik mengenai imunisasi ulangan, sehingga
berpengaruh pada minat mereka melakukan imunisasi. Tidak perpaparnya 55,4% ibu
balita sendiri disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah minimnya
media penyampaian sosialisasi. Padahal jika dikaji lebih lanjut media
penyampaian informasi yang dapat digunakan untuk hal ini cukup beragam, mulai
dari koran, pesan siaran di masjid atau mushola, televisi, radio, atau
pengumuman yang diberikan tokoh masyarakat.
Pemanfaatan media-media
di atas memiliki pengaruh baik terhadap imunisasi dasar pada bayi. Menurut
Prinda (2010), informasi mengenai imunisasi melalui koran, televisi, radio,
serta papan pengumuman yang dilakukan oleh petugas kesehatan memiliki manfaat
signifikan atas pelaksanaan imunisasi dasar pada bayi.
B.
Pembahasan
Analisis Bivariat
Berdasarkan hasil
penelitian menunjukan adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan
pelaksanaan imunisasi Campak Ulang di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh
Kabupaten Majalengka tahun 2016, p value
(0,031<0,05). Hal ini sendiri dapat dimaklumi mengingat kalangan ibu balita
yang tidak mendapat dukungan keluarga adalah mereka dengan latar belakang
ekonomi yang lemah. Di samping itu sebagian besar dari mereka juga kurang
mendapat sosialisasi terkait hal tersebut dari petugas kesehatan.
Menurut
Rook dan Dooley dalam Kuncoro (2008), ada sedikitnya dua sumber dukungan
keluarga, yakni dukungan dengan sumber natural dan artifisial. Dukungan
keluarga yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam
kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Adapun dukungan keluarga artifisial sendiri adalah dukungan sosial yang
dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang. Contoh, dukungan keluarga akibat
bencana alam melalui berbagai macam sumbangan sosial misalnya.
Dukungan
sendiri memang memberi andil dalam mendorong ibu balita melakukan imunisasi.
Ibu yang tidak didukung �terlebih mereka yang tidak memiliki kemauan� akan
malas mengantarkan balitanya ke tempat imunisasi. Sebab, menurut pengamatan
penulis, mayoritas penduduk di wilayah kerja UPTD� Puskesmas Jatitujuh adalah petani. Karenanya,
dengan pemahaman yang lemah, mereka akan lebih memilih pergi bertani daripada
harus mengantarkan balita mereka ke puskesmas terdekat.
Ada
atau tidak adanya dukungan keluarga pada ibu balita sangat dipengaruhi oleh
keterpaparan informasi. Kalangan ibu balita dengan paparan informasi yang baik
akan cenderung memilih untuk mengantarkan balitanya ke Puskesmas Jatitujuh.
Namun kebalikannya, mereka dengan paparan informasi yang cenderung minim akan
cenderung menghindari imunisasi tersebut dan beralih mengerjakan sesuatu yang
dianggap lebih produktif.
Menurut
Mubarak (2007), untuk informasi yang baik, kendati seseorang akan berusaha
untuk melupakan, informasi tersebut akan membekas dan sukar dilupakan.
Memberikan informasi tentang kebiasaan hidupsehat dan cara pencegahan penyakit
diharapkan akan terjadi peningkatan pengetahuan sikap dan perilaku kesehatan
dalam diri individu atau kelompok sasaran yang berdasarkan kesadaran� dan kemauan individu yang bersangkutan
(Noatmodjo; 2010).
Petugas
kesehatan dalam memberikan penyuluhan mengutamakan pada ibu yang terpapar
informasi dengan cara melibatkan kader posyandu untuk mensosialisasi pentingnya
imunisasi campak ulangan pada balita untuk mencegah penyakit.
Kesimpulan
Merujuk
pada apa yang disampaikan di atas, ada beberapa kesimpulan yang dapat penulis
dapatkan, seperti:
1.
Ada lebih dari setengah
balita tidak mendapat imunisasi campak ulangan di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2016
2.
Ada lebih dari setengah
ibu balita dengan dukungan keluarga yang relatif rendah di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2016.
3.
Ada hubungan antara
keterpaparan informasi balita dengan pelaksanaan imunisasi campak ulangan di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2016
4.
Ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan pelaksanaan imunisasi campak ulangan di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2016
BIBLIOGRAFI
Achmad Kuncoro, Engkos dan Ridwan.
2008. Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur. Bandung: Alfabeta.
Ambari, Prinda Kartika M. 2010. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Keberfungsian
Sosial Pada Pasien Skizofenia Pasca Perawatan di Rumah Sakit. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta:
Departemen Kesehatan
Depkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Depkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarata:
Departemen Kesehatan
Dinkes Jabar. 2012. Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2012. Bandung:
Dinas Kesehatan Jaw Barat
Dinkes Majalengka. 2013. Profil Kesehatan Majalengka. Majalengka:
Dinas Kesehatan Majalengka
IDAI. 2008. Buka Ajar Neonatologi. Edisi Pertama. Jakarta: IDAI
Mubarak, Wahid Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mengajar Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Notoatmodjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Prawiroharjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan Jakarta. Jakarta: Yayasan
Bina Sarwono Prawirohajo.
Ranuh. I. G. N. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi
Ketiga. Jakarta: Badang Ikatan Dokter Anak Indonesia.