Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 12,
Desember 2022
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMENGARUHI MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR: LITERATURE REVIEW
I
Putu Aditya Perdana, Tience Debora Valentina
Fakultas
Kedokteran, Universitas Udayana, Indonesia
Email:
[email protected], [email protected]
Abstrak
Motivasi
belajar merupakan salah satu aspek yang memengaruhi hasil belajar siswa. Pada jenjang pendidikan sekolah dasar motivasi menjadi hal yang
sangat penting sebab seorang siswa yang belajar tanpa motivasi cenderung
mendapatkan hasil pembelajaran yang kurang maksimal. Sehingga
beranjak dari hal tersebut memunculkan suatu masalah yakni motivasi belajar
yang rendah menyebabkan hasil belajar yang rendah pula. Pertanyaan yang
mendasar pada penelitian adalah apa saja yang
memengaruhi motivasi belajar siswa sekolah dasar. Tulisan ini
bertujuan untuk memberikan informasi terkait faktor-faktor yang memengaruhi
motivasi belajar siswa sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan metode
studi literatur tipe narrative review dengan cara
overview article. Penelusuran dilakukan menggunakan ScienceDirect dan Google
Scholar dengan kriteria inklusi penelusuran adalah siswa sekolah dasar dengan
tingkatan kelas 3 � 6 Sekolah Dasar (SD), tahun terbit jurnal 2017-2022 dan
full text dengan topik motivasi siswa sekolah dasar. Diperoleh
hasil penelitian bahwa terdapat faktor internal yang memengaruhi motivasi
belajar siswa sekolah dasar yang meliputi efikasi diri, minat, dan kecerdasan
emosional. Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi motivasi belajar
siswa sekolah dasar meliputi kreativitas guru dalam menerapkan ice breaking,
peran orang tua, pola asuh orang tua, dukungan teman sebaya, penerapan media
pembelajaran visual, model pembelajaran time token, dan model hybrid learning
& blended Learning. Motivasi belajar siswa sekolah dasar
tidak terbentuk oleh satu faktor saja melainkan terbentuk dari multi faktor
yang dimana faktor internal dan eksternal saling berintegrasi. Diharapkan guru, orang tua dan juga lembaga pendidikan lebih
memerhatikan aspek internal dan eksternal pada siswa untuk mengoptimalkan
motivasi belajar.
Kata
Kunci:
Faktor Motivasi Belajar, Siswa Sekolah Dasar, Kajian Literatur.
Abstract
Learning
motivation is one aspect that influences student learning outcomes. At the
elementary school education level, motivation is very important because a
student who studies without motivation tends to get less than optimal learning
outcomes. So that moving from this raises a problem, namely low learning
motivation causes low learning outcomes as well. The basic question in the
research is what influences the learning motivation of elementary school
students. This paper aims to provide information regarding the factors that
influence the learning motivation of elementary school students. This research
uses the method of literature review type of narrative review by means of an
overview article. The search was carried out using ScienceDirect and Google Scholar
with the search inclusion criteria being elementary school students with grade
3 � 6 elementary school, journal publication year 2017-2022 and full text on
the topic of elementary school student motivation. The results of the research
show that there are internal factors that influence the learning motivation of
elementary school students which include self-efficacy, interest, and emotional
intelligence. Meanwhile, external factors that influence elementary school
students' learning motivation include teacher creativity in implementing ice
breaking, the role of parents, parenting styles, peer support, application of
visual learning media, time token learning models, and hybrid learning &
blended learning models. Learning motivation of elementary school students is
not formed by one factor alone but is formed from multiple factors where
internal and external factors are integrated with each other. It is hoped that
teachers, parents and also the government will pay more attention to the
internal and external aspects of students to optimize learning motivation.
Keywords: Learning
Motivation Factors, Elementary School Students, Literature Review.
Pendahuluan
Pendidikan
di Sekolah Dasar (SD) adalah bagian dari pendidikan nasional yang berperan
penting dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menjamin
kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Menurut UU
No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, pendidikan
sekolah dasar dilakukan sebelum memasuki pendidikan menengah pertama dan
dilakukan di tingkat sekolah selama 6 tahun dimulai dari jenjang kelas 1 hingga
kelas 6 (Depdiknas, 2003). Selain itu, terdapat ketentuan baru dari Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 44 Tahun 2019
menyebutkan bahwa sebagai persyaratan calon peserta didik baru kelas 1 SD
adalah berusia 7 (tujuh) sampai dengan 12 (dua belas) tahun. Dengan
ketentuan aturan diatas menggambarkan bahwa syarat mutlak untuk mendaftarkan
anak pada jenjang sekolah dasar adalah minimal berusia 7 tahun. Disamping itu dalam pendidikan sekolah dasar juga memiliki peranan
penting untuk menjadi pondasi awal membentuk karakter anak melalui pembelajaran
yang dilakukan di kelas (Fadlillah & Khorida, 2013). Pembelajaran
yang dilakukan di kelas tentunya tidak hanya mengandalkan tenaga pendidik yakni
guru, namun perlu adanya kolaborasi antara guru dan siswa yang dimana guru
harus memperhatikan bagaimana karakteristik anak di usia
sekolah dasar.
Karakteristik anak pada
usia sekolah dasar di Indonesia saat ini berbeda jauh dengan era sebelumnya
yakni pada masa pendidikan dibawah tahun 2013 dengan sebagian besar menerapkan
pembelajaran berpusat pada guru yang disebut dengan Teacher Centered Learning
atau TCL (Satrianawati, 2018). TCL menekankan bahwa pendidik lebih banyak
melakukan kegiatan mengajar dengan bentuk ceramah (lecturing) kemudian peserta
didik pada saat proses pembelajaran berlangsung hanya pasif mendengarkan
ceramah (Satrianawati, 2018). Meskipun peran guru memberikan pembelajaran lebih
dominan tapi hal ini justru memberikan kelemahan dari pembelajaran TCL seperti
guru kurang mengembangkan bahan ajar dan cenderung
menggunakan model pembelajaran yang monoton sehingga menyebabkan siswa tidak
terlalu terlibat aktif dalam proses pembelajaran hingga memunculkan rasa malas
dalam diri siswa (Sudjana, 2005). Sedangkan, pada kondisi
saat ini karakteristik siswa sekolah dasar sangat dipengaruhi oleh globalisasi
dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi yang menyebabkan mulai
terjadinya perubahan kurikulum pembelajaran nasional oleh kementerian pendidik
di Indonesia yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan juga karakteristik
siswa (Wibowo, 2013). Ada beberapa karakteristik anak di usia sekolah dasar, salah satunya berdasarkan teori tahap
perkembangan kognitif menurut Piaget yang dimana usia 7-11 tahun merupakan usia
ketika anak sudah memasuki masa sekolah dasar dengan tahap pemikiran
operasional konkret (Desmita, 2009). Makna operasional
konkret yang dimaksud oleh Piaget yaitu kondisi anak-anak yang sudah memasuki
kelas 3 hingga 6 sekolah dasar dengan ciri khas mereka dapat memfungsikan
akalnya untuk berfikir logis terhadap sesuatu yang bersifat konkret atau nyata
(Santrock, 2007). Bila dikorelasikan dengan pendidikan di Indonesia
untuk anak sekolah dasar yang sedang duduk di kelas 3 sampai 6 memiliki
pemikiran logis menggantikan pemikiran intuitif dengan syarat pemikiran
tersebut dapat diaplikasikan menjadi contoh-contoh yang konkret atau spesifik
(Santrock, 2007). Menurut Arsyad (2011) anak usia sekolah
dasar yang sedang dalam tahap operasional konkret, ketika proses belajar
memiliki permasalahan yang bersifat abstrak secara verbal dengan tanpa adanya
objek nyata maka anak akan mengalami kesulitan bahkan tidak mampu untuk
menyelesaikannya dengan baik suatu tugas yang diberikan oleh gurunya. Sehingga disini sangat diperlukan suatu metode pembelajaran yang
konkret untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas (Susanti, 2013).
Pendidikan nasional di
Indonesia saat ini memiliki kualitas yang kurang maksimal, hal ini dapat
dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Magazine (2020) yang
melakukan survei di 93 negara dengan mewawancarai 196.300 orang responden yang
menilai sejumlah indikator seperti peringkat sekolah tiap negara di tingkat
global, sistem penyelenggaraan dan pendanaan pendidikan, profesionalitas
pendidik, jumlah lembaga penelitian, produk hasil penelitian, keterkaitan
pendidikan dengan industri, hingga tingkat kesediaan warga untuk melanjutkan
pendidikan. Berdasarkan penilaian dari beberapa indikator diatas, diperoleh
pendidikan terbaik dunia yang dimana negara Inggris menduduki peringkat pertama
dengan skor tertinggi 78,2 dari 100. Sedangkan negara
Indonesia mendapatkan peringkat 70 dengan skor 46,4
dari 100. Berdasarkan penelitian tersebut negara Indonesia
masih banyak memerlukan pembenahan di bidang pendidikan, sehingga beranjak dari
kualitas pendidikan yang rendah memberikan dampak yakni sebagian besar siswa
memperoleh hasil belajar yang kurang maksimal (Sardiman, 2016). Salah satu faktor yang diduga memengaruhi kualitas hasil belajar
siswa sekolah dasar adalah adanya motivasi belajar. Hal ini diperkuat
dengan hasil penelitian meta analisis yang dilakukan oleh Mujiyati &
Adiputra (2017) mengenai motivasi dan prestasi belajar siswa sekolah dasar di
Indonesia diperoleh nilai rerata korelasi populasi sebesar 0,457 yang
membuktikan bahwa terdapat korelasi antara motivasi terhadap prestasi belajar
artinya semakin tinggi motivasi belajar siswa maka semakin tinggi pula prestasi
belajar siswa.
Motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar yang menjamin keberlangsungan dari kegiatan belajar dan
memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
subjek dapat tercapai (Sardiman, 2016). Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi berguna untuk meningkatkan
keberhasilan peserta didik dalam belajar (Sanjaya, 2013). Sebab,
seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan
mungkin melakukan aktivitas belajar (Mujiyati & Adiputra, 2017). Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor pendorong siswa
dalam belajar, namun juga dapat memperlancar belajar dan memengaruhi hasil
belajar siswa (Ani, 2006). Seorang siswa yang belajar tanpa motivasi
atau kurang informasi, tidak akan berhasil dan
maksimal (Kurnianto & Rahmawati, 2020). Hal ini dapat dilihat dari
penelitian yang dilakukan oleh Lina et al. (2021) yang mendapatkan hasil bahwa
siswa SD di wilayah DKI Jakarta yang memiliki motivasi belajar rendah mendapat
rata-rata nilai 77.40 yang bermakna hasil belajar PKN yang rendah. Hal ini
didukung oleh pendapat menurut Sasmita et al. (2020) bahwa motivasi peserta
didik yang rendah tampak dalam sejumlah gejala seperti tidak serius dalam
belajar, ribut di dalam kelas, bolos, dan tidak mengerjakan tugas. Zakiyah et al. (2013) juga menambahkan motivasi belajar peserta
didik di sekolah dasar masih rendah dilihat dari rendahnya minat peserta didik
dalam belajar, baik di kelas maupun di rumah, yang dibuktikan juga hasil nilai
semester yang kurang memuaskan. Berdasarkan temuan
penelitian sebelumnya penulis tertarik melakukan kajian secara mendalam terkait
faktor yang memengaruhi motivasi belajar siswa sekolah dasar. Hasil
studi literatur ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan kepada berbagai
pihak seperti siswa, guru, orangtua, maupun lembaga pendidikan secara
keseluruhan tentang faktor yang memengaruhi motivasi belajar siswa sehingga
diharapkan dapat melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa khususnya sekolah dasar
Metode Penelitian
Desain penelitian ini
adalah studi literatur tipe narrative review dengan metode overview article
yaitu merangkum berbagai keadaan pemahaman saat ini tentang suatu topik melalui
sintesa naratif dari penelitian yang telah dilakukan (Jerrells, 2000). Adapun strategi penelusuran melalui database elektronik menggunakan
ScienceDirect dan Google Scholar dengan kata kunci pencarian �motivation to
learn�, �learning motivation elementary school�, �Intrinsic motivation
student�, dan �extrinsic motivation student�. Dalam pencarian literatur
tersebut diperoleh 85 artikel kemudian dilakukan skrining abstrak dengan
kriteria inklusi siswa sekolah dasar dengan tingkatan kelas 3 � 6 Sekolah Dasar
(SD) dengan pertimbangan bahwa kategori kelas 3 hingga 6 SD telah memasuki tahap
operasional konkret menurut teori perkembangan kognitif Piaget (Santrock,
2007), tahun terbit jurnal 2017-2022 dan full text dengan topik motivasi siswa
sekolah dasar. Kemudian kriteria eksklusi adalah motivasi belajar siswa kelas 1
dan 2 SD sebab motivasi pada anak sd kelas 1 dan 2 secara signifikan sulit
diidentifikasi yang dimana cenderung memasuki tahap perkembangan kognitif
praoperasional. Sehingga berdasarkan hal tersebut diperoleh artikel final
sebanyak (n=10). Dengan demikian kajian literatur difokuskan
pada 10 artikel penelitian tersebut yang secara terperinci dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel
1
Artikel
yang dipergunakan pada literature review
Hasil dan Pembahasan
Motivasi belajar merupakan
dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
perubahan tingkah laku dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung (Hamzah B. Uno, 2010). Pada pembelajaran di sekolah dasar
selama era globalisasi dan perkembangan teknologi terdapat beberapa faktor yang
dapat memengaruhi motivasi belajar siswa. Menurut Uno (2010)�motivasi belajar
siswa sekolah dasar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri peserta didik
(internal) maupun dari luar diri peserta didik itu sendiri (eksternal).
Disamping itu menurut Slameto (2003)�ada dua faktor
yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu, faktor yang berasal dari dalam
diri siswa atau internal dan faktor dari luar atau eksternal. Faktor internal meliputia faktor fisik dan psikis. Sedangkan
faktor yang berasal dari luar diri siswa atau eksternal, meliputi fasilitas
belajar mencukup sarana yang mendukung proses belajar mengajar, serta
keteraturan dan kedisiplinan dalam belajar (Slameto, 2003).
Berdasarkan
pendapat beberapa tokoh diatas maka dipilihkan pendapat dari Uno untuk menjadi
acuan dalam klasifikasi faktor-faktor motivasi belajar karena pendapat yang
disampaikan oleh uno lebih relevan dan terperinci.�Selanjutnya
peneliti ingin membandingkan faktor internal dan eksternal motivasi belajar
siswa dari Uno (2010)�dengan hasil overview
article atau kajian literatur. Berdasarkan kajian
literatur diperoleh 10 artikel penelitian yang membahas mengenai faktor yang
memengaruhi motivasi belajar siswa sekolah dasar. Beranjak
dari 10 artikel penelitian tersebut kemudian diklasifikasikan menjadi 3
penelitian yang membahas mengenai faktor internal dan 7 penelitian yang
membahas faktor eksternal yang memengaruhi motivasi belajar siswa sekolah
dasar.
A.
Faktor Internal yang Memengaruhi Motivasi Belajar Siswa
Sekolah Dasar
1.
Efikasi Diri
Efikasi diri adalah�salah satu
aspek pengetahuan tentang diri yang paling berpengaruh
dalam kehidupan manusia sehari-hari�(Ghufron,
N. M. & Risnawita, 2011).
Berdasarkan hasil
penelitian�yang
dilakukan oleh Bojović
& Antonijević (2017)�dengan
metode kualitatif deskriptif menunjukkan hasil bahwa siswa sekolah dasar percaya bahwa mereka dapat mencapai tujuan mereka
sehingga termotivasi akibat�adanya
efikasi
diri�yang tinggi. Hal ini sejalan
dengan pendapat dari Bandura
(2002)�yang mengatakan
bahwa efikasi
diri�memengaruhi aspek kognitif yang�kemudian�berhubungan dengan motivasi seseorang. Siswa
yang mempunyai efikasi diri tinggi akan menciptakan motivasi yang lebih tinggi
di dalam menjalankan suatu tugas tertentu dibandingkan dengan siswa yang
memiliki efikasi diri yang rendah�(Bandura,
2002). Seorang siswa�yang mempunyai efikasi
diri�tinggi akan
membayangkan kesuksesan dalam tugas yang sedang mereka kerjakan. Hal serupa
didukung juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinulingga (2016)�dengan menggunakan
penelitian kuantitatif korelasional antara
hubungan efikasi diri terhadap motivasi�
belajar� siswa� sekolah dasar yang diperoleh hasil nilai koefisien korelasi
0.674� (α,� 0.001) yang bermakna bahwa terdapat hubungan
yang kuat antara efikasi diri terhadap motivasi belajar siswa sekolah dasar
serta hubungan korelasional yang bersifat positif artinya semakin kuat efikasi
diri seorang siswa maka semakin tinggi motivasi belajar siswa. Sehingga dari berbagai penjelasan diatas dapat
ditarik benang merah bahwa efikasi diri memengaruhi motivasi belajar siswa
sekolah dasar.
2.
Minat
Djamarah
(2008)�mendefinisikan bahwa
minat merupakan�kecenderungan yang
menetap untuk memperhatikan dan mengenang�beberapa
aktivitas.�Pada
siswa sekolah dasar minat juga
memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar�yang dimana siswa yang memiliki minat belajar
akan menunjukan sikap antusiasme yang tinggi, memiliki semangat dan energi
selama pembelajaran, serta aktif dalam menjawab dan juga bertanya�(Djamarah, 2008).
Hal ini�diperkuat oleh penelitian�yang dilakukan oleh Fauziah,
A., Rosnaningsih, A,& Azhar (2017)�dengan� kuantitatif korelasi yang
meneliti minat
belajar siswa kelas IV SDN Poris� Gaga 05
Kota Tangerang�terdapat hubungan�yang kuat antara minat belajar dan motivasi
belajar siswa bahwa semakin
tinggi minat belajar siswa maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa
sekolah dasar�(Fauziah,
A., Rosnaningsih, A,& Azhar, 2017).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ermelinda
& Benge (2017)�bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan secara bersama-sama antara minat dan
motivasi belajar dengan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDI Bajawa.
Beranjak dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan,
semakin tinggi minat siswa maka semakin tinggi juga motivasi belajar siswa
sekolah dasar sehingga dengan demikian minat menjadi komponen yang memengaruhi
motivasi belajar siswa sekolah dasar.
3.
Kecerdasan Emosional
Goleman�(2000)�mendefinisikan
kecerdasan emosional sebagai kemampuan mengenali perasaan-perasaan diri sendiri
dan orang lain�dan juga�serta�mengelola emosi
diri sendiri dengan baik maupun dalam melakukan hubungan sosial.�Pada jenjang pendidikan sekolah dasar untuk
siswa yang memiliki kecerdasan emosional ditandai dengan kemampuan manajemen
emosi yang baik dan juga memiliki kemampuan berinteraksi dengan teman sebaya
maupun guru (Hamzah
B. Uno, 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Riandini,
P.V.A., Sudatha. I.G.W.,& Parmiti (2020)�dengan
model
penelitian expost facto didapatkan
sebuah�hasil penelitian�yang�menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,713 dan sumbangan kontribusi
sebesar 50,3%�yang
bermakna terdapat
korelasi yang positif yang artinya semakin tinggi
kecerdasan emosional siswa maka semakin tinggi motivasi belajar siswa. Hal ini
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurlaeliah,
R., Prasetyo, T., & Firmansyah (2021)�dengan penelitian kuantitatif dengan pendekatan�penelitian
korelasi fungsional�yang memperoleh hasil terdapat pengaruh yang signifikan dari kecerdasan emosional terhadap motivasi belajar
peserta didik Sekolah Dasar di Gugus III Kecamatan Caringin.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa kecerdasan emosional memiliki peranan yang signifikan dalam
memengaruhi motivasi belajar siswa sekolah dasar. Siswa yang memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi akan cenderung
memiliki motivasi belajar yang tinggi.
B.
Faktor Eksternal yang Memengaruhi Motivasi Belajar Siswa
Sekolah�Dasar
1. Kreativitas Guru dalam Menerapkan Ice Breaking
Ice�breaking�adalah permainan
atau aktivitas yang dirancang untuk mengubah suasana kebekuan dalam kelompok (Said, 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Febriandari,
E.I, Khakiim, U., & Pratama (2018)�bahwa secara
bersama-sama kreativitas guru dalam menerapkan ice breaking dalam
pembelajaran dan motivasi belajar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Hal ini ditegaskan kembali oleh Suryoharjuno�(2012)�bahwa pelaksanaan ice
breaking dapat memberikan manfaat bagi guru dan khususnya bagi siswa, yaitu
dapat menumbuhkan motivasi bagi siswa�serta
dapat menguatkan interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa.�Hal ini juga sejalan dengan penelitian Adnan,
Mislinawati, Sahilni, Husin, M. Husin, & Kurniawati (2020)�terdapat
pengaruh yang signifikan penerapan ice breaking�terhadap hasil belajar pada pembelajaran
tematik siswa kelas IV SD Negeri 1 Simpang Ulim. Dalam pemberian ice
breaking disini menurut Fransiska
(2020)�menyarankan
untuk diterapkan
dalam situasi mengawali
pembelajaran dengan�bentuk ice breaking seperti mengajak siswa bernyanyi�atau menyuarakan yel-yel. Hal ini menjadi penarik minat dan perhatian siswa sehingga
siswa mulai memperhatikan saat guru menjelaskan materi. Jadi dengan
aktivitas tersebut dapat
mengurangi siswa bermain sendiri dan berbicara dengan temannya. Pada saat
presentasi, siswa juga terlihat gigih dan semangat dengan menyanyikan yel-yel
sebelum mempresentasikan hasil diskusinya�(Fransiska,
2020).
Selain itu ice breaking juga dapat diterapkan pada bagian akhir�pembelajaran�sehingga pembelajaran di kelas menjadi lebih menyenangkan�dan siswa
sangat termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran�hingga akhir�(Adetya, A., Sakman, & Saefulloh, 2021).
Dengan demikian�penerapan ice breaking�dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan
konsentrasi belajar siswa, daya serap siswa, minat belajar, perhatian belajar
siswa, hasil belajar siswa dan dapat menumbuhkan semangat belajar siswa yang
pada akhirnya memengaruhi motivasi belajar siswa (Fauzan,
G. A., & Aripin, 2019).
2. Peran Orang Tua
Menurut Lestari�(2012)�menyatakan
bahwa peran orang tua adalah cara-cara yang digunakan oleh orang tua mengenai
tugas-tugas yang mesti dijalankan dalam mengasuh anak.Orang tua berperan untuk
membimbing dan memberikan motivasi kepada anak agar anak tetap bersemangat
mengikuti pembelajaran (Kurniati, E., Nur Alfaeni, D. K., & Andriani,
2020).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hero,
H., & Sni (2018)�dengan
penelitian kualitatif deskriptif diperoleh�hasil penelitian
yang menunjukan bahwa melalui peran orang tua dalam belajar siswa dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.� Hal ini sejalan dengan penelitian Irma,
C. N., Nisa, K., & Sururiyah (2019)�dengan penelitian
deskriptif�kualitatif�yang menunjukkan hasil orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa pada masa pembelajaran daring.�Cara
orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan memberikan
motivasi, mengontrol waktu belajar, menciptakan suasana yang mendukung,
menyediakan waktu untuk terlibat, memantau perkembangan anak, dan memberikan
penghargaan�(Irma,
C. N., Nisa, K., & Sururiyah, 2019).
Sedangkan, hambatan yang dirasakan orang tua dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa di antaranya adalah anak yang lelah dan
jenuh, anak terlalu sering bermain game, dan anak tidak disiplin�(Irma & Sururiyah, 2021). Dalam mengatasi hambatan
ini adapun salah satu solusi yang dapat dilakukan menurut Ilahi
(2013)�yaitu
mengenai membagi waktu anak tidak hanya dalam belajar saja melainkan dalam
segala hal yang dilakukan oleh anak�yang meliputi belajar, bermain, istirahat dan
beribadah. Pembagian waktu ini dapat diatur dengan tegas yang dimana orang tua
memberikan hadiah dan juga pujian bagi anak yang bisa mengatur waktu dengan
baik serta juga diberikan sanksi atau hukuman bila anak lalai akan tugasnya
sehingga dengan demikian peranan orang tua disini fleksibel yang artinya
menyesuaikan dengan karakteristik sang anak (Ilahi,
2013).
3. Pola Asuh Orang Tua
Gunarsa�(2002)�mengatakan bahwa
pola asuh merupakan cara bertindak sebagai orang�tua
terhadap anak-anaknya di mana mereka melakukan serangkaian usaha aktif. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti,
Pangestika, & Ngazizah (2022)�dengan
penelitian kualitatif yang menunjukkan hasil hasil�pola asuh orang tua berpengaruh secara
signifikan terhadap motivasi belajar siswa dengan persentase yang menunjukkan pola asuh demokratis sebesar 86,67% dan
pola asuh permisif sebesar 13,33% sehingga pola asuh demokratis memengaruhi
motivasi belajar peserta didik. Hal ini sejalan dengan
penelitian Idrus
(2012)�melalui penelitian survei dengan hasil penelitian�kualitas
pola asuh orang�tua
berbentuk demokratis tergolong sangat baik yaitu diatas rata-rata, pola asuh
orang�tua berbentuk otoriter kurang baik untuk memotivasi siswa
dalam belajar. Fadhilah,
T. N., Handayani, D. E., & Rofian (2019)�mengatakan
bahwa Pola asuh demokratis adalah dimana orang tua memberikan kebebasan pada
anak untuk berkreativitas berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dan
mendorong anak untuk mandiri akan tetapi diberi batasan dan pengawasan. Orang
tua dapat menerapkan pola asuh
demokratis�untuk
meningkatkan motivasi belajar anak�yakni dengan menerapkan peraturan-peraturan yang disetujui
bersama serta tetapi tetap memperhatikan keadaan dan kebutuhan anak�serta
pada pola asuh demokratis ini ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang
tua dengan anaknya, orang tua memberikan dorongan yang positif untuk membimbing
anak kearah yang lebih baik (Fadhilah, T. N., Handayani, D. E., & Rofian,
2019).� Restiani
et al (2017)�mengemukakan
bahwa terdapat
5 cara untuk menerapkan pola asuh demokratis untuk memotivasi belajar yaitu�1) orang tua
mendorong anak�belajar, 2) kerja sama yang harmonis antara anak dan orang tua�dalam pembelajaran, 3) anak mendapatkan dukungan dengan baik, 4) orang tua
akan membimbing dan mengarahkan anak-anak mereka, 5) ada pengawasan orang tua yang tidak kaku�selama proses pembelajaran. Beranjak
dari berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua
memengaruhi motivasi belajar anak dan disarankan untuk menerapkan pola asuh
demokratis untuk memperoleh motivasi belajar yang tinggi pada anak.
4. Dukungan Teman Sebaya
Menurut Santrock�(2007),
teman-teman sebaya (peers) adalah�anak-anak atau
remaja yang mempunyai usia atau tingkat kematangan yang hampir sama. Adanya
teman-teman sebaya ini dapat memberikan dukungan sosial bagi seorang siswa�dan memengaruhi
motivasi belajar siswa�(Santrock,
2007).
Berdasarkan penelitian�Santi,
N.N., & Khan (2019)�dengan penelitian�kuantitatif yang
menunjukkan�hasil penelitian dengan probabilitas sig. <
0,05�yang berarti bahwa dukungan teman sebaya berpengaruh signifikan terhadap
motivasi belajar siswa. Hal ini sejalan dengan
penelitian Uyun
(2022)�melalui penelitian kuantitatif korelasional
dengan hasil penelitian nilai koefisien�(r�=0.527;
F=57.66; p<0,01)�yang bermakna terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan�sosial
teman sebaya dengan motivasi belajar. Hal ini didukung
juga dari pendapat Huda
(2011)�menyatakan
bahwa siswa yang memiliki intensitas interaksi dalam pergaulan teman sebaya
yang luas dan bersifat positif mampu mengembangkan motivasi belajar dalam diri
siswa yang akan berpengaruh pula pada hasil belajarnya, dan begitupun
sebaliknya.�Interaksi
atau relasi yang baik antara siswa yang satu dengan yang lainnya yang terjalin
di dalam kelompok teman sebaya juga akan memberikan dukungan dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa, karena dengan adanya relasi yang baik akan terciptanya
suasana belajar yang lebih baik pula sehingga akan memberi dampak terhadap
prestasi belajar siswa�(Huda, 2011). Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah sangat
penting agar
dapat memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa (Slameto, 2003).�Beranjak dari penjelasan diatas maka dukungan
teman sebaya disini memiliki pengaruh terhadap motivasi belajar siswa dan juga
dengan adanya dukungan dari teman sebaya akan
meningkatkan motivasi belajar siswa.
5. Penerapan Media Pembelajaran Visual
Media
pembelajaran visual merupakan suatu media yang digunakan melalui indera
penglihatan berupa gambar, komik, poster, majalah, miniatur, alat peraga dan
sebagainya�(Satrianawati,
2018).
Media seperti ini pada dasarnya dibuat dengan tujuan
untuk mempermudah para siswa memahami konsep materi, menarik perhatian dan
menjadikan mereka lebih semangat atau aktif dalam belajar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hae,
Tantu, & Widiastuti (2021)�dengan
penelitian kualitatif deskriptif yang menunjukkan�hasil penelitian�bahwa�media visual yang berisikan gambar dapat
membuat siswa tertarik dalam belajar, lebih memahami materi yang diberikan, dan
aktif hingga akhir pembelajaran. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Surwantini
(2015)�melalui penelitian kuantitatif eksperimen
dengan hasil penelitian media
visual lebih efektif daripada media konvensional terhadap motivasi belajar
siswa�dengan adanya perbedaan yang signifikan pada hasil akhir prestasi
belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan p < 0.05 dan media
visual terbukti efektif terhadap prestasi belajar. Dengan demikian guru
harus memperhatikan penggunaan media pembelajaran dalam proses mengajar di
kelas karena media pembelajaran memengaruhi motivasi belajar siswa sekolah
dasar, media pembelajaran yang disarankan adalah media pembelajaran visual
karena berdasarkan kajian sebelumnya dinilai memiliki efektivitas.
6. Model Pembelajaran Time Token
Arends�(2015)�menyatakan bahwa time token
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk
mengatasi pemerataan kesempatan yang mewarnai kerja kelompok, menghindarkan
siswa mendominasi atau diam sama sekali dan menghendaki siswa saling membantu
dalam kelompok kecil. Berdasarkan penelitian dari Sembiring, Tanjung, & Silaban (2021)�dengan penelitian
deskriptif analitik yang menunjukkan hasil penelitian nilai koefisien korelasi
sebesar 0,841 atau r hitung (0,841) ˃ r tabel (0,423) yang bermakna bahwa
pembelajaran time token berpengaruh positif terhadap motivasi belajar
siswa sekolah dasar. Hal ini sejalan dengan penelitian Yanti, Mailani, & A.Mualif (2022)�melalui penelitian
kuantitatif dengan hasil Penerapan
model pembelajaran time token dapat meningkatkan motivasi belajar
sekaligus hasil belajar siswa kelas V SDN 006 Pangkalan Indarung dengan nilai
Pra Siklus 31,03%, Siklus I persentasenya�
44,82%� Siklus� II persentasenya� 62,06%�
dan� Siklus� III�
persentasenya� 86,20%. Pada Siklus I hingga III terlihat adanya peningkatan hasil
persentase hasil belajar dengan metode pembelajaran time token. Pada pembelajaran time
token siswa dibentuk ke dalam kelompok belajar, yang dalam pembelajaran ini
mengajarkan keterampilan sosial untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan
atau menghindarkan siswa diam sama sekali saat berdiskusi (Shoimin, 2019). Model pembelajaran ini mengajak siswa aktif sehingga
tepat digunakan dalam situasi apapun karena pembelajaran ini benar-benar
mengajak siswa untuk aktif dan belajar berbicara di depan umum, mengungkapkan
pendapatnya tanpa harus takut dan malu yang pada akhirnya akan meningkatkan
minat dan motivasi belajar peserta didik (Pulungan, 2018). Sehingga dengan demikian model
pembelajaran time token memengaruhi motivasi belajar siswa dan sangat
disarankan untuk diterapkan karena mampu melibatkan seluruh siswa secara merata
untuk aktif di kelas.
7. Model Hybrid Learning dan Blended Learning
Blended
learning�adalah suatu pendekatan yang fleksibel untuk
merancang program yang mendukung campuran dari berbagai waktu dan tempat untuk
belajar. Menurut Rovai, A.P. &�Jordan�(2004)�model
blended learning pada dasarnya merupakan gabungan keunggulan
pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka (face to face learning)
dan secara virtual (e-learning). Pembelajaran online atau e-learning
dalam blended learning menjadi perpanjangan alami dari pembelajaran
ruang kelas tradisional yang menggunakan model tatap muka. Lewat model blended
learning, proses pembelajaran akan lebih efektif karena proses belajar
mengajar yang biasa dilakukan (conventional) akan dibantu dengan
pembelajaran secara e-learning yang dalam hal ini berdiri di atas
infrastruktur teknologi informasi dan bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun�(Rovai, A.P. &�Jordan, 2004). Selain itu menurut�Jusoff,
K. & Khodabandelou (2009), blended learning bukan hanya mengurangi jarak
yang selama ini ada diantara siswa dan guru namun juga meningkatkan interaksi
diantara kedua belah pihak�dan bisa diterapkan pada semua mata pelajaran.�Belajar
memakai blended
learning gunanya
untuk mempertinggi keefektifan serta kemampuan dalam interaksi guru serta siswa
pada perubahan dalam belajar yang berlarut-larut�(Jusoff
&�Khodabandelou,
2009). Lain dari pada model belajar blended learning ada
juga model belajar hybrid learning. Media hybrid learning terujuk
kombinasi dengan sebagian suasana belajar antara bertemu di ruangan serta
terhubung dalam internet�(Makhin,
2021).
Model pembelajaran hybrid learning dan blended learning dapat
diterapkan secara bersamaan. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan
oleh Sulthoniyah,
Afianah, Afifah, & Lailiyah (2022)�dengan
penelitian kuantitatif yang menunjukkan hasil terdapat perbedaan rata-rata
untuk variabel efektivitas hybrid learning dengan 72% dibanding dengan
rata-rata efektivitas blended learning yaitu 83% sehingga pembelajaran
dengan menggunakan model hybrid learning dan blended learning
efektif memberikan pengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa sekolah
dasar.
Beranjak dari berbagai penjelasan diatas maka dapat ditarik benang merah bahwa
model pembelajaran hybrid
learning�dan
blended learning�efektif untuk
diterapkan karena dapat dilaksanakan dimanapun dan kapanpun sehingga memberikan
fleksibilitas pada siswa dan juga guru yang kemudian memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap motivasi belajar siswa sekolah dasar.
Berdasarkan overview article diperoleh tiga faktor
internal motivasi belajar siswa yang meliputi efikasi diri, minat, dan
kecerdasan Emosional.�Kemudian tujuh faktor eksternal motivasi
belajar meliputi kreativitas guru dalam menerapkan ice breaking, peran
orangtua, pola asuh orang tua, dukungan teman sebaya, penerapan media
pembelajaran visual, model pembelajaran time token, dan model hybrid
learning dan blended learning.�
Menurut pendapat Slameto (2003), siswa sekolah dasar sangat banyak dipengaruhi oleh
lingkungan eksternalnya daripada internal dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan hasil overview article bahwa
diperoleh lebih banyak faktor eksternal yakni sejumlah 7 aspek dibandingkan
faktor internal yang mencakup 3 aspek.�
Meskipun faktor eksternal lebih banyak mempengaruhi motivasi belajar
siswa sekolah dasar, namun dalam membangun motivasi belajar siswa tidak ada
faktor tunggal yang dinyatakan efektif (Hamzah B. Uno, 2010). Aspek
internal dan eksternal saling menguatkan satu sama lain untuk mendorong
kesuksesan (Hamzah B. Uno, 2010). Sehingga dengan demikian adapun saran yang dapat
disampaikan oleh peneliti untuk pihak guru, orangtua maupun dinas
pendidikan agar dapat memaksimalkan motivasi belajar siswa sekolah dasar maka
adapun hal-hal yang dapat dilakukan yakni:
a.
Menumbuhkan minat belajar
siswa dengan cara guru dapat memberikan pembelajaran yang menarik seperti
pemberian ice breaking pada saat membuka pembelajaran sebab hal ini
dinilai mampu menggungah semangat siswa dan meningkatkan efikasi dirinya yang
pada akhirnya siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi (Suryoharjuno, 2012).
b. Pemberian variasi model pembelajaran sehingga siswa tidak
merasa jenuh. Model pembelajaran yang dinilai efektif untuk membuat seluruh
siswa aktif adalah timeh token (Yanti et al., 2022). Disamping itu guru juga dapat melakukan kombinasi atau
varasi dengan menerapkan pembelajaran Model Hybrid Learning dan Blended Learning�untuk mengoptimalisasi kecerdasan emosional
dalam berbagai situasi (Nurlaeliah,
R., Prasetyo, T., & Firmansyah, 2021).
c.
Guru memanfaatkan
media pembelajaran pembelajaran visual berupa
gambar, komik, poster, majalah, miniatur, alat peraga dan sebagainya.
Media pembelajaran visual�memiliki
keunggulan yakni mempermudah
para siswa memahami konsep materi, menarik perhatian dan menjadikan mereka
lebih semangat atau aktif dalam belajar�(Satrianawati,
2018).
d.
Guru
mendorong siswa untuk saling berinteraksi dalam pergaulan teman sebaya yang
luas dan bersifat positif dan untuk saling mendukung
satu sama lain sehingga terciptanya lingkungan yang suportif dalam kelas (Huda,
2011).
e.
Orangtua disarankan mendidik
anak dengan pola asuh
demokratis�dengan
menerapkan peraturan-peraturan yang disetujui bersama�anak�tetapi tetap memperhatikan keadaan dan
kebutuhan anak. Disini orangtua
memberikan dorongan
yang positif untuk membimbing anak sehingga anak menjadi
termotivasi untuk melakukan sesuatu hal khususnya dalam belajar (Fadhilah, T. N., Handayani, D. E., & Rofian,
2019).�
f.
Peran orang tua sangatlah
penting karena keluarga merupakan unit terkecil dan ekosistem yang paling dekat
untuk mendorong anak untuk melakukan perubahan. Peran orang tua disini sebaiknya memberikan semangat terhadap diri anak akan pentingnya
suatu pendidikan untuk masa depan anak, dan sebagai
fasilitator terhadap segala kegiatan anak�sehingga anak mampu menghadapi masa-masal
sulit dan termotivasi untuk bangkit (Hero,
H., & Sni, 2018).
Kesimpulan
Motivasi adalah salah
satu faktor yang sangat penting dalam proses belajar siswa sekolah dasar. Motivasi tidak hanya menjadi faktor pendorong siswa dalam belajar,
melainkan juga dapat memperlancar belajar dan memengaruhi hasil belajar siswa
Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat faktor internal dan eksternal yang memengaruhi motivasi belajar siswa
sekolah dasar selama masa globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan serta
teknologi. Adapun faktor internal yang memengaruhi
motivasi belajar siswa sekolah dasar meliputi self efficacy, minat, dan
kecerdasan emosional. Sedangkan faktor eksternal meliputi kreativitas
guru dalam menerapkan ice breaking, peran orang tua, pola asuh orang tua,
dukungan teman sebaya, penerapan media pembelajaran visual, model pembelajaran
time token, dan model hybrid learning dan blended learning. Motivasi
belajar siswa sekolah dasar tidak terbentuk oleh satu faktor saja melainkan
multi faktor yang dimana faktor internal dan eksternal saling berintegrasi.
Beranjak dari hasil penelitian ini kemudian diharapkan mampu memberi jalan awal
bagi peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut terkait
motivasi belajar siswa sekolah dasar. Adapun saran yang dapat
disampaikan kepada tenaga pendidik yakni guru diharapkan lebih kreatif dalam
menerapkan model pembelajaran dan juga menggunakan media visual agar siswa
memiliki minat untuk memperhatikan sehingga mendapatkan hasil belajar secara
maksimal. Disamping itu orang tua juga harus mulai
memainkan peran yang lebih dalam mendidik anak dan menerapkan pola asuh yang
demokratis demi tumbuh kembang anak yang maksimal.
Adetya, A., Sakman,
& Saefulloh, A. (2021). Bentuk Pelaksanaan Ice Breaking Jenis Storytelling
yang Dilakukan oleh Guru Dalam Pembelajaran PPKn Siswa Kelas VIII di SMP
Kristen Palangka Raya. AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 7(2),
577�588. Google Scholar
Adnan, Mislinawati,
Sahilni, Husin, M. Husin, & Kurniawati, R. (2020). Pengaruh Ice Breaking
Terhadap Hasil Belajar pada Pembelajaran Tematik. Jurnal Kinerja
Kependidikan (JKK), 2(4), 799�808. Google Scholar
Arends, R. I. (2015).
Learning to Teach (Tenth Edition). In McGraw-Hill Education: Vol. Tenth Edit.
Google Scholar
Bandura, A. (2002). Self
Efficacy � The Exercise of Control (Fifth Printing, 2002). New York: W.H.
Freeman & Company. Google Scholar
Bojović, I., &
Antonijević, R. (2017). Students� Motivation to Learn in Primary School. Open
Journal for Psychological Research, 1(1), 11�20.
https://doi.org/10.32591/coas.ojpr.0101.02011b. Google Scholar
Djamarah, S. B. (2008).
Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Google Scholar
Ermelinda & Benge,
K. (2017). Hubungan antara Minat dan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar IPA
pada Siswa SD. Journal of Education Technology, 1(4), 231�238. Google Scholar
Fadhilah, T. N.,
Handayani, D. E., & Rofian, R. (2019). Tua, Analisis Pola Asuh Orang
Siswa., Terhadap Motivasi Belajar. Jurnal Pedagogi Dan Pembelajaran, 2(2),
249�255. Google Scholar
Fauzan, G. A., &
Aripin, U. (2019). Penerapan Ice Breaking dalam Pembelajaran Matematika untuk
Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa VIII B SMP Bina Harapan Bangsa. JPMI
(Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif), 2(1), 17�24. Google Scholar
Fauziah, A.,
Rosnaningsih, A,& Azhar, S. (2017). Hubungan antara Motivasi Belajar dengan
Minat Belajar Siswa kelas IV SDN Poris Gaga 05 Kota Tangerang. Jurnal
Pendidikan Sekolah Dasar (JPSD), 4(1), 47�53. Google Scholar
Febriandari, E.I,
Khakiim, U., & Pratama, N. A. E. (2018). Pengaruh Kreativitas Guru dalam
Menerapkan Ice Breaking dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa
Sekolah Dasar. BRILIANT: Jurnal Riset Dan Konseptual, 3(4),
485�494. Google Scholar
Fransiska, B. (2020). Pengembangan
Teknik Pembelajaran Ice Breaking untuk Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik
pada Kelas IV di SD/MI. Universitas Islam Negeri. Google Scholar
Ghufron, N. M. dan
Risnawita, R. (2011). Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Google Scholar
Goleman, D. (2000). Kecerdasan
Emosional. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Google Scholar
Gunarsa, S. D. (2002). Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Google Scholar
Hae, Y., Tantu, Y. R.
P., & Widiastuti, W. (2021). Penerapan Media Pembelajaran Visual Dalam
Membangun Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. Edukatif : Jurnal Ilmu
Pendidikan, 3(4), 1177�1184. Google Scholar
Hamzah B. Uno, M.
(2010). Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara. Google Scholar
Hero, H., & Sni, M.
E. (2018). Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa kelas V di
Sekolah Dasar Inpres Iligetang. Jurnal Riset Pendidikan Dasar, 1(2),
129�139. Google Scholar
Huda, M. (2011). Cooperative
Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Google Scholar
Idrus, A. (2012). Pola
Asuh Orangtua dalam Memotivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. Sekolah Dasar:
Kajian Teori Dan Praktik Pendidikan, 21(2), 145�151. Google Scholar
Ilahi, T. (2013). QUANTUM
PARENTING Kiat Sukses Mengasuh Anak Secara Efektif dan Cerdas. Jogjakarta:
KATAHATI. Google Scholar
Irma, C. N., Nisa, K.,
& Sururiyah, S. K. (2019). Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Anak
Usia Dini di TK Masyithoh 1 Purworejo. Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 214-224. Google Scholar
Jusoff, K. &
Khodabandelou, R. (2009). Preliminary study on the role of social presence in
blended learning environment in higher education. Journal of International
Education Studies, 2(4), 79-83. Google Scholar
Kurniati, E., Nur
Alfaeni, D. K., & Andriani, F. (2020). Analisis Peran Orang Tua dalam
Mendampingi Anak di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), 241�256. Google Scholar
Lestari, S. (2012). Psikologi
Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Google Scholar
Makhin, M. (2021).
Hybrid Learning: Model Pembelajaran pada Masa Pandemi di SD Negeri Bungurasih
Waru Sidoarjo. Mudir : Jurnal Manajemen Pendidikan, 3(2),
95�103. https://doi.org/10.55352/mudir.v3i2.312. Google Scholar
Nurlaeliah, R.,
Prasetyo, T., & Firmansyah, W. (2021). Pengaruh Kecerdasan Emosional
Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Sekolah Dasar Gugus III Kecamatan
Caringin. EDUKASI : Jurnal Penelitian Dan Artikel Pendidikan, 13(1),
37�54. Google Scholar
Pulungan, I. & I.
(2018). Ensiklopedia Pendidikan. Edisi Kedua. Medan: Media Persada. Google Scholar
Restiani, Septi,� et al. (2017). Hubungan antara Pola Asuh
Demokratis dengan Kemandirian Anak di Kelompok A PAUD IT Bina Iman Kabupaten
Bengkulu Utara. Jurnal Potensia: PG-PAUD FKIP UNIB, 2(1), 23�32. Google Scholar
Riandini, P.V.A.,
Sudatha. I.G.W.,& Parmiti, D. P. (2020). Korelasi antara Kecerdasan
Emosional dan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar PPKn. Jurnal Mimbar PGSD
Undiksha, 8(3), 468�478. Google Scholar
Rovai, A.P. and Jordan,
M. (2004). Blended Learning and Sense of Community: A Comparative Analysis with
Traditional and Fully Online Graduate Courses. The International Review of
Research in Open and Distance Learning, 5(2), 1-13. Google Scholar
Said, M. (2010). 80+
Ice breaker Games: Kumpulan Permainan Penggugah Semangat. Yogyakarta: Andi
Publisher. Google Scholar
Santi, N.N., &
Khan, R. I. (2019). Pengaruh Dukungan Teman Sebaya terhadap Motivasi Belajar
Siswa kelas III Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara, 4(2),
191-198. Google Scholar
Santrock, J. W. (2007).
Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas. PT. Erlangga. Sinulingga. Google Scholar
Satrianawati, M. P.
(2018). Media Dan Sumber Belajar. Yogyakarta: CV. Budi Utama. Google Scholar
Sembiring, A. B.,
Tanjung, D. S., & Silaban, P. J. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran Time
Token terhadap Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar pada Pembelajaran Tematik. Jurnal
Basicedu, 5(5), 4076�4084.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i5.1289. Google Scholar
Shoimin, A. (2019). 68
Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media. Google Scholar
Sinulingga, J. N.
(2016). Kepribadian dan Efikasi Diri dengan Motivasi Belajar Siswa kelas V
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 7(1), 48�61. Google Scholar
Slameto. (2003). Belajar
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Google Scholar
Sulthoniyah, I.,
Afianah, V. N., Afifah, K. R., & Lailiyah, S. (2022). Efektivitas Model
Hybrid Learning dan Blended Learning Terhadap Motivasi Belajar Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Basicedu, 6(2), 2466�2476.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i2.2379. Google Scholar
Surwantini, E. (2015).
Efektivitas Penggunaan Media Visual Terhadap Motivasi Belajar Dan Prestasi
Belajar Siswa Kelas III SD Gugus 01 Imogiri, Bantul. Jurnal Penelitian Ilmu
Pendidikan, 8(2), 54�67. Google Scholar
Suryoharjuno, K.
(2012). 100 (Seratus)+ ice breaker: penyemangat belajar (cet. ke-7). CV.
Ilman Nafia.
Uyun, M. (2022).
Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Persepsi Siswa Terhadap Cara Mengajar Guru dengan
Motivasi Belajar. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 11(1),
753�778. Google Scholar
Widyastuti, S.,
Pangestika, R. R., & Ngazizah, N. (2022). Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Masa Pandemic Covid-19. Jurnal Educatio
FKIP UNMA, 8(1), 70�76. https://doi.org/10.31949/educatio.v8i1.1446.
Google Scholar
Yanti, W., Mailani, I.,
& A.Mualif. (2022). Penerapan Model Pembelajaran Time Token Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Pai Dan Budi
Pekerti Sdn 006 Pangkalan Indarung Kecamatan Singingi Kabupaten Kuantan
Singingi. Jom Ftk Uniks, 3(1), 204�211. Google Scholar
Copyright holder: I Putu Aditya Perdana, Tience Debora Valentina
(2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |