Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 12, Desember 2022
ANALISIS LOW BACK PAIN PADA PEKERJA BAGIAN
RIFINING DI PT. X TAHUN 2021
Kamrul,
Erislan, Ramli S
Program
Studi Magister Manajemen, Universitas Sahid Jakarta, Indonesia
Email:
[email protected]
Abstrak
Low
back pain adalah nyeri yang dapat dirasakan pada punggung bagian bawah, bukan
suatu penyakit maupun diagnosis penyakit tetapi low back pain adalah istilah
untuk sindrom pada daerah tulang belakang lumbal. Pada studi pendahuluan
dilaporkan adanya keluhan low back pain berupa nyeri dan pegal-pegal yang
dialami oleh pekerja di kilang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai
prevalensi nyeri punggung bawah dan faktor risiko yang terkait dengan nyeri
punggung bawah pada pekerja kilang. Jenis penelitian yang digunakan adalah
observasional analitik dengan desain cross sectional dengan besar sampel 69
orang (total sampling). Data dikumpulkan dengan kuesioner yang disebarkan
melalui google form dan observasi. Uji statistik menggunakan analisis univariat
dan bivariat serta menggunakan metode Quick Exposure Check (QEC) untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Hasil penelitian didapatkan prevalensi low back pain
pada pekerja kilang di PT. X adalah 66,67%. Uji statistik didapatkan riwayat
cedera punggung dengan p value 0,020 < 0,05. Kesimpulannya adalah terdapat
hubungan yang signifikan antara riwayat cidera punggung dengan nyeri pinggang
(p value = 0,020 < 0,05), dan disarankan bagi perusahaan untuk menggunakan
portable lifter untuk mengurangi aktivitas manual handling agar pekerja tidak
melakukan postur canggung atau membungkuk dengan frekuensi dan untuk waktu yang
lama berulang kali.
Kata Kunci: Nyeri punggung
bawah, risiko ergonomis, Quick Exposure Check (QEC).
Abstract
Low
back pain is a pain that can be felt on the lower back, neither an illness nor
a diagnosis for illness but low back pain is a term for syndrome on the lumbar
vertebrae area. In a preliminary study, it was reported that there were
complaints of low back pain in the form of pain and aches experienced by
workers in the refining. The aim of this study is to assess the prevalence of
lower back pain and risk factors associated with low back pain in refining
workers. The type of research used is analytic observational with a cross
sectional design with a large sample of 69 people (total sampling). Data
collected with questionnaires distributed via google form and observation. The
statistical test used univariate and bivariate analysis and used the Quick
Exposure Check (QEC) method to answer research questions. The result of
research obtained that prevalence of low back pain in refining workers at PT. X
is 66,67%. The statistical test obtained a history of back injury with p value
0,020 < 0,05. The conclusion is that a significant associated between a
history of back injury and low back pain (p value = 0.020 < 0.05), and it is
recommended for companies to use portable lifters to reduce manual handling
activities as to prevent workers from doing awkward postures or bending over
with frequency and for a long time repeatedly.
Keywords: Low back pain,
risk of ergonomic, Quick Exposure Check (QEC).
Pendahuluan
Menurut World Health Organization (WHO), Low
back pain (LBP) meningkat secara substansial karena terjadi kerusakan pada
tulang. LBP menjadi penyebab utama yang menghambat aktivitas dan hilangnnya
waktu kerja di sebagian besar dunia, dan menyebabkan beban ekonomi yang sangat
besar pada individu, keluarga, komunitas, industri, dan pemerintah. Di Inggris,
LBP diidentifikasi sebagai penyebab yang paling umum terjadinya kecacatan pada
banyaknya orang dewasa dengan jumlah lebih dari 100 juta hari kerja hilang per
tahun. Selain itu, di Amerika Serikat juga diperkirakan ada 149 juta hari kerja
per tahun hilang disebabkan oleh LBP yang mengakibatkan besarnya kerugian yang
dialami oleh pemerintah AS dengan jumlah biaya antara US $100 hingga US $200
miliar per tahun (Kaplan et al., 2013). Secara global,
beberapa penelitian telah melaporkan prevalensi LBP selama 1 bulan di antara
pekerja kantoran berkisar antara 23% sampai 46%. Berdasarkan hasil penelitian,
prevalensi LBP ditemukan lebih tinggi di negara berkembang dibandingkan dengan
negara maju. Selain itu, prevalensi LBP terkait pekerjaan di Bangladesh
ditemukan tinggi di berbagai pekerjaan. Sebuah penelitian terhadap perawat
wanita di Bangladesh, menemukan bahwa sekitar 31% perawat mengalami LBP kronis.
Penelitian lain juga menyebutkan di antara pekerja garmen di Bangladesh
dilaporkan bahwa prevalensi LBP kronis mencapai 38,60% (Ali, Ahsan and Hossain,
2020).
Berdasarkan kajian Departemen
Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2005 memperoleh data bahwa terdapat
40,5% pekerja informal mempunyai keluhan yang diprediksi menyangkut dengan
pekerjaannya, serta prevalensi yang sangat besar ialah penyakit otot rangka
dekat 16%. Setelah itu pada tahun 2006, bersumber pada hasil kajian tentang
pembiayaan jaminan kesehatan untuk para pekerja zona informal diperoleh keluhan
sangat banyak dalam 1( satu) bulan terakhir merupakan pegal- pegal dekat 67%.
Tidak hanya itu pula, terdapat sebanyak 65% perawat di UGDRS Fatmawati Jakarta
di nyatakan mengidap LBP, sebaliknya rekam medik di Rumah sakit Prikasih pada
Januari– Desember 2010 menampilkan kalau perawat yang terserang LBP sebanyak 59
orang( 34,7%). Hasil riset yang dicoba oleh Cropcord Indonesia, 2004
menampilkan kalau prevalensi pengidap LBP pada laki- laki sebanyak 18,2% serta
perempuan sebanyak 13,6% (Kurniawidjaja et al., 2013). Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Kurniawidjaja, et al (2013) juga mendapatkan adanya
peningkatan yang cukup tinggi pada prevalensi LBP pada perawat UGD di RSUD
Tarakan tahun 2013 mencapai 61,1% dan perawat rawat inap di RS Bhayangkara
tahun 2012 sekitar 31,8%, namun rendah pada perawat UGD di RSS bila
dibandingkan dengan hasil survei global sekitar 43,1–87% dan aktivitas yang
paling dominan menimbulkan LBP adalah membungkuk dan angkat angkut pasien.. Dalam
laporan Internal Audit penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
(SMKP) 2021 di
PT. X terdapat beberapa temuan minor terkait kesehatan kerja (occupational
health) seperti diantaranya belum dilakukannya diagnosis penyakit
akibat kerja oleh dokter perusahaan yang melalui serangkaian tahapan
pemeriksaan klinis, kondisi pekerja dan lingkungan kerja, dokumentasi terkait
PAK yang belum optimal dan belum membuat dan mendokumentasikan serta
mengevaluasi catatan kesehatan pekerja secara konsisten sehingga data mengenai
Musculosceletal Disorders (MSDs) belum tercatat dan terdokumentasi seluruhnya.
Dalam laporan pemantauan ergonomi tahun 2020 di PT. X
ditemukan bahwa tingginya tingkat risiko ergonomi pada pekerja khususnya pada
bagian refining. Dalam pemantauan tersebut, pengukuran ergonomi yang
dilakukan dengan menggunakan metode REBA, RULA dan ROSA. Penilaian ergonomi
dengan metode REBA yang khusus digunakan pada bagian refining
diperoleh hasil pada aktivitas di departemen smelting
memiliki nilai 9 (tingkat risiko tinggi),
aktivitas di departemen silver
refining
memiliki nilai 11 (tingkat risiko sangat tinggi), aktivitas di departemen kluis
memiliki nilai 9 (tingkat risiko tinggi), aktivitas di departemen Waste
Management memiliki nilai 4 (tingkat risiko sedang), dan pada aktivitas di
departemen gold refining
memiliki nilai 5 (tingkat risiko sedang).
Berdasarkan uraian di atas dan data yang dilaporkan
menunjukkan tingginya risiko pajanan yang dialami pekerja yang dapat
mengakibatkan timbulnya low back pain pada pekerja bagian refining, dengan
penjelasan mengenai latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut terkait faktor-faktor utama yang menjadi penyebab
terjadinya low back pain.
Metode Penelitian
Penelitian
dilakukan pada bagian refining di PT. X, Jakarta timur.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder Dari keseluruhan data
yang dipilih variabel-variabel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Variabel
bebas dalam penelitian ini yaitu tingkat risiko punggung, usia, merokok, kebiasaan
olahraga dan riwayat cidera punggung sedangkan variabel terikat dalam
penelitian ini yaitu. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan lembar
penilaian QEC (Quick Exposure Check). Teknik sampling yang digunakan
dengan cara total sampling yaitu dengan mengambil semua populasi pada
sampel sebanyak 69 responden.
Metode
pengumpulan data untuk data primer dengan pengisian kuesioner melalui google
form yang dibuat oleh peneliti dan pengamatan dibantu oleh personil HSE
perusahaan yang telah diberi pemahaman oleh peneliti terkait rencana penelitian
dan pengambilan video (footage) dan gambar saat penelitian dilakukan.
Sedangkan untuk data sekunder dengan telaah dokumen, cara ini dilakukan untuk
mengurangi pengaruh dari recall bias yang sering terjadi dengan menggunakan
metode kuesioner.
Dalam
mengumpulkan data primer, peneliti membuat kuesioner melalui google form
yang diisi oleh responden untuk memperoleh data mengenai karakteristik pekerja,
episode terjadinya LBP dan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
LBP. Sedangkan pengamatan dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
faktor-faktor yang langsung dan faktor-faktor yang tidak langsung mempengaruhi
terjadinya LBP. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan dapat diperolah oleh peneliti
ditempat penelitian
serta beragam sumber literatur dan pustaka
yang berhubungan dengan penelitian.
Pengolahan dan analisis data akan dilakukan dengan bantuan komputer
menggunakan program STATA 16. Data akan dianalisis secara univariat dan
bivariat. Analisis
ini digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi dan frekuensi dari variabel
bebas. Uji bivariat dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan melakukan
uji statistik yang digunakan adalah uji chi square untuk variabel
kategorik dua kelompok dengan tingkat kemaknaan (p value) = 0,05.”
Hasil dan Pembahasan
Low back pain adalah rasa nyeri yang dirasakan pada
punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu
penyakit namun merupakan istilah untuk sindrom nyeri yang dirasakan di area
anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri (World Health Organization, 2003). Kriteria diagnosis low back pain adalah adanya keluhan yang dirasakan
oleh pekerja berupa rasa nyeri dan pegal-pegal pada bagian punggung bawah yang
bersifat akut ataupun kronis.
Prevalensi low back
pain pada pekerja bagian refining di PT. X adalah 66,67%, hal ini
disebabkan karena banyaknya ditemukan pekerjaan dilakukan dengan postur janggal
seperti bungkuk, berputar dan miring secara rutin dan dalam waktu yang lama.
Selain itu durasi dan frekuensi dalam melakukan postur janggal yang dilakukan
pekerja, melebihi kriteria normal (2 jam dan 1-3 kali/ menit), yaitu posisi
bungkuk, berputar dan miring dengan durasi 3 - 5 jam dan frekuensi 3-4 kali/
menit, ditambah dengan berat beban yang diangkat juga mempengaruhi terjadi low
back pain, pada pekerja bagian refining secara rutin dalam aktivitas
sehari-harinya mengankat beban material 10-20 kg. Hasil
penelitian yang sama juga dilakukan memiliki tingkat prevalensi yang tinggi
ditemukan bahwa dari 740 peserta, prevalensi keseluruhan LBP dalam 12 bulan
terakhir berjumlah 73,9% (95% CI: 70,7-77,0).
Prevalensi LBP juga ada yang dilaporkan mencapai 80% (Alnaami et al.,
2019, Jradi, et al., 2020). Semakin sering pekerja melakukan aktivitas
dengan postur janggal pada punggungnya, dengan durasi dan frekuensi yang lama
ditambah dengan berat beban melebihi batas normalnya, maka semakin tinggi juga
risiko terjadinya low back pain.
Responden dalam penelitian
ini adalah seluruh pekerja bagian refining di PT. X yang berjumlah 69 orang. Distribusi
karakteristik responden dapat dilihat pada uraian berikut:
Tabel 1.
Analisis Univariat Berdasarkan Karakteristik Responden
Variabel |
Kategori |
Frekuensi |
|
n |
% |
||
Usia
Responden |
25 - 35 |
54 |
78.26 |
36 - 45 |
14 |
20.29 |
|
> 46 |
1 |
1.45 |
|
|
|
|
|
Departemen
Responden |
Gold Refining |
20 |
28.99 |
Silver
Refining |
16 |
23.19 |
|
Smelting |
13 |
18.84 |
|
Waste
Management |
9 |
13.04 |
|
Kluis |
11 |
15.94 |
|
|
|
|
|
Kebiasaan
Merokok |
Merokok |
53 |
76.81 |
Tidak Merokok |
16 |
23.19 |
|
|
|
|
|
Riwayat
Cidera Punggung |
Pernah |
18 |
26.09 |
Tidak Pernah |
51 |
73.91 |
|
|
|
|
|
Kebiasaan
Olahraga |
Olahraga |
4 |
5.80 |
Tidak
Olahraga |
65 |
94.20 |
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa proporsi usia 25-35 tahun yang
paling banyak dengan jumlah 54 responden (78,26 %)
dan paling sedikit pada usia > 45 tahun dengan jumlah 1 responden (1,45%).
Diketahui bahwa distribusi responden pada departemen gold refining yang
paling banyak dengan jumlah 20 responden (28,99%) dan yang paling sedikit pada
departemen waste management dengan jumlah 9 responden (13,94%). Jumlah
responden berdasarkan kebiasaan merokok. Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa
jumlah responden yang memiliki kebiasaan merokok adalah 53 responden (76,81%).
Sedangkan responden yang tidak merokok dengan jumlah 16 responden (23,19%).
Pada tabel di atas diketahui bahwa jumlah responden yang tidak pernah
mengalami kecelakaan lebih banyak dibanding yang
pernah mengalami kecelakaan, yaitu terdapat 51 responden (73,91%) yang tidak
memiliki riwayat kecelakaan dan yang memiliki riwayat kecelakaan dengan jumlah
18 responden (26,09%). Diketahui bahwa jumlah responden yang memiliki kebiasaan
olahraga dengan jumlah 45 responden (65,22%). Sedangkan responden yang tidak
olahraga dengan jumlah 24 responden (34,78%).
Distribusi karakteristik keluhan Low back pain dapat dilihat pada uraian berikut:
Tabel 2.
Analisis Univariat Berdasarkan Karakteristik Keluhan Low back pain
Variabel |
Kategori |
Frekuensi |
|
n |
% |
||
Keluhan
Low back pain |
LBP |
46 |
66.67 |
Tidak LBP |
23 |
33.33 |
|
|
|
|
|
Gambaran
LBP |
Pegal-pegal |
55 |
79.71 |
Seperti
ditusuk-tusuk |
14 |
20.29 |
|
|
|
|
|
Tingkat
Risiko Punggung |
Tinggi |
27 |
39.13 |
Sangat Tinggi |
42 |
60.87 |
|
|
|
|
|
Kualitas
LBP |
Berkurang |
23 |
33.33 |
Menetap |
2 |
2.90 |
|
Hilang Timbul |
44 |
63.77 |
|
|
|
|
|
Frekuensi
LBP |
1-2
kali/minggu |
10 |
14.49 |
3-4
kali/minggu |
8 |
11.59 |
|
Tergantung
pekerjaan |
51 |
73.91 |
|
|
|
|
|
Waktu
Munculnya LBP |
Waktu kerja |
28 |
40.58 |
Selesai kerja |
11 |
15.94 |
|
Tidak menentu |
30 |
43.48 |
|
|
|
|
|
LBP
Muncul Esok Harinya |
Ya |
26 |
37.68 |
Tidak |
43 |
62.32 |
|
|
|
|
|
Riwayat
Rawat di RS karna LBP |
Pernah |
8 |
11.59 |
Tidak pernah |
61 |
88.41 |
|
|
|
|
|
Frekuensi
berobat karna LBP |
Kurang dari 3
kali |
42 |
85.71 |
Lebih dari 3
kali |
7 |
14.29 |
Data pada tabel 2 menggambarkan jumlah responden
berdasarkan keluhan low back pain. Dari hasil dapat dilihat bahwa
responden yang memiliki keluhan LBP dengan jumlah 46 orang (66,67%), sedangkan
responden yang tidak memiliki keluhan LBP berjumlah 23 orang (33,33%). Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa
responden yang mengalami pegal-pegal berjumlah 55 orang (79,71%), sedangkan
responden yang mengalami LBP seperti ditusuk-tusuk berjumlah 14 orang (20,29%).
Hasil di atas dapat dilihat bahwa
responden yang mengalami tinggi risiko tinggi sebanyak 27 orang (39,13%), sedangkan responden yang mengalami tinggi risiko sangat
tinggi sebanyak 42 orang
(60,87%).
Data di atas menggambarkan
jumlah responden berdasarkan kualitas low back pain. Dari tabel di atas
dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak memiliki keluhan hilang timbul
pada LBP berjumlah 44 orang (63,77%), sedangkan yang paling sedikit responden yang
memiliki LBP yang mnenetap berjumlah 2 orang (2,90%). Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa
responden yang memiliki frekuensi LBP yang tergantung pada pekerjaan adalah
yang paling banyak dialami dengan jumlah 51 orang (73,91%), dan terdapat 8
responden (11,59%) yang mengalami frekuensi LBP dengan 3-4 kali/minggu. Hasil di atas dapat dilihat bahwa waktu
munculnya LBP pada responden yang paling banyak pada waktu tidak tentu yaitu
berjumlah 30 orang (43,48%), dan terdapat 11 responden (15,94%) yang waktu
munculnya LBP saat selesai bekerja. Hasil di atas dapat dilihat bahwa yang paling banyak LBP tidak
muncul Kembali pada esok hari dengan jumlah 43 orang (62,32%) sedangkan
responden yang mengalami munculnya LBP pada esok hari berjumlah 26 orang
(37,68%).
Data di atas menggambarkan jumlah
responden berdasarkan riwayat rawat di RS karena low back pain. Dari
hasil di atas dapat dilihat bahwa yang paling banyak responden menyatakan bahwa
tidak pernah di rawat di RS akibat LBP dengan jumlah 61 orang (88,41%), dan
terdapat 8 orang (11,59) yang pernah di rawat RS akibat LBP. Hasil dapat dilihat bahwa frekuensi
berobat karena LBP pada responden yang paling banyak yaitu kurang dari 3 kali
dengan jumlah 42 orang (85,71%), sedangkan responden yang berobat lebih dari 3
kali berjumlah 7 orang (14,29%).
Tabel 3.
Hasil Resume Quick Eksposure Check (QEC)
Departemen |
Variabel |
Hasil |
Kriteria Normal |
Gold Refining |
Postur Punggung |
Bungkuk 600 - 900 |
Bungkuk |
Terputar 200 - 400 |
Terputar |
||
Miring 200 |
Miring < 200 |
||
Durasi |
4 jam |
< 2 jam |
|
Frekuensi |
3 – 5 kali/menit |
1 – 3 kali/menit |
|
Berat Beban |
10 kg |
5 kg/kurang |
|
Kesimpulan Risiko Punggung |
Sangat tinggi |
|
|
Silver Refining |
Postur Punggung |
Bungkuk 600 - 900 |
Bungkuk |
Terputar 200 - 600 |
Terputar |
||
Miring 200 |
Miring < 200 |
||
Durasi |
4 – 7 jam |
< 2 jam |
|
Frekuensi |
5 kali/menit |
1 – 3 kali/menit |
|
Berat Beban |
15 kg |
5 kg/kurang |
|
Kesimpulan Risiko Punggung |
Sangat tinggi |
|
|
Smelting |
Postur Punggung |
Bungkuk 400 - 900 |
Bungkuk |
Terputar 200 - 400 |
Terputar |
||
Miring 200 |
Miring < 200 |
||
Durasi |
5 jam |
< 2 jam |
|
Frekuensi |
5 - 8 kali/menit |
1 – 3 kali/menit |
|
Berat Beban |
15 kg |
5 kg/kurang |
|
Kesimpulan Risiko Punggung |
Sangat tinggi |
|
|
Waste Management |
Postur Punggung |
Bungkuk 400 - 900 |
Bungkuk |
Terputar 200 |
Terputar |
||
|
Miring < 200 |
||
Durasi |
2 jam |
< 2 jam |
|
Frekuensi |
4 kali/menit |
1 – 3 kali/menit |
|
Berat Beban |
25 kg |
5 kg/kurang |
|
Kesimpulan Risko Punggung |
Tinggi |
|
|
Kluis |
Postur Punggung |
Bungkuk 400 - 900 |
Bungkuk |
Terputar 200 - 600 |
Terputar |
||
Miring 200 |
Miring < 200 |
||
Durasi |
4 – 7 jam |
< 2 jam |
|
Frekuensi |
3 - 4 kali/menit |
1 – 3 kali/menit |
|
Berat Beban |
10 kg |
5 kg/kurang |
|
Kesimpulan Risiko Punggung |
Sangat tinggi |
|
Beberapa dari pekerja ditemukan adanya postur janggal yang dilakukan
seperti bungkuk, terputar, dan miring. Postur tersebut dilakukan para pekerja
setiap hari, secara berulang-ulang, dan dalam waktu lama. Hal tersebut, dapat
memicu terjadinya low back pain. Nyeri yang timbul pada diskus
intervertebralis terjadi karena stimulus reseptor nyeri pada otot “mengalami perubahan biochemical, secara tidak langsung terjadi karena
pembebanan yang berlebihan pada soft tissue pada lumbar spine.
Tabel 4.
Analisis Bivariat
Variabel |
Kategori |
Low
back pain |
Total |
PC (Pearson Chi
Square) |
P
Value |
|
|||||||||||||
Ya |
% |
Tidak |
% |
∑ |
% |
|
|||||||||||||
Tingkat
Risiko Punggung |
Tinggi |
19 |
27,53 |
8 |
11,59 |
27 |
39,13 |
0.2738 |
0.601 |
|
|||||||||
Sangat Tinggi |
27 |
39,13 |
15 |
21,73 |
42 |
60,86 |
|
||||||||||||
|
Total |
46 |
66,67 |
23 |
33,33 |
69 |
100 |
|
|||||||||||
Usia
Responden |
25 - 35 |
36 |
52,17 |
18 |
26,08 |
54 |
78,26 |
0.5357 |
0.765 |
|
|||||||||
36 - 45 |
9 |
13,04 |
5 |
0,72 |
14 |
20,28 |
|
||||||||||||
> 46 |
1 |
0,14 |
0 |
0 |
1 |
0,14 |
|
||||||||||||
|
Total |
46 |
66,67 |
23 |
33,33 |
69 |
100 |
|
|||||||||||
Kebiasaan
Merokok |
Merokok |
38 |
55,07 |
15 |
21,73 |
53 |
76,81 |
2.6038 |
0.107 |
|
|||||||||
Tidak Merokok |
8 |
11,59 |
8 |
11,59 |
16 |
23,18 |
|
||||||||||||
|
Total |
46 |
66,67 |
23 |
33,33 |
69 |
100 |
|
|||||||||||
Riwayat
Cidera Punggung |
Pernah |
16 |
23,18 |
2 |
0,28 |
51 |
73,91 |
5.4118 |
0.020 |
|
|||||||||
Tidak Pernah |
30 |
43,47 |
21 |
30,43 |
18 |
26,08 |
|
||||||||||||
|
Total |
46 |
66,67 |
23 |
33,33 |
69 |
100 |
|
|||||||||||
Kebiasaan
Olahraga |
Olahraga |
1 |
0,14 |
3 |
0,43 |
4 |
0,57 |
3.3173 |
0.069 |
|
|||||||||
Tidak
Olahraga |
45 |
65,21 |
20 |
28,98 |
65 |
94,20 |
|
||||||||||||
|
Total |
46 |
66,67 |
23 |
33,33 |
69 |
100 |
|
|
||||||||||
Analisis
hubungan antara tingkat risiko punggung (Score QEC) dengan kejadian low
back pain pada penelitian ini dengan nilai p value 0.601 yang menunjukkan hasil yang tidak signifikan.
Nilai perhitungan PC 0.2738 dengan p value 0.601 > 0.05 sehingga H1 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat risiko punggung dengan
kejadian low back pain pada
bagian refining di PT. X tahun 2021.
Ada
sebanyak 36 orang yang berusia 25-35 tahun mengalami low back pain,
diantara usia 36-45 tahun, ada 9 orang (1,3%) yang mengalami low back pain
dan pada usia > 45 tahun, diperoleh hasil ada 1 orang (0,14%) yang mengalami
low back pain. Hasil analisis diperoleh keterangan nilai PC (Pearson
Chi Square) sebesar 0.5357 sedangkan nilai p value 0.765 yang menunjukkan
hasil yang tidak signifikan. Nilai perhitungan PC 0.5357 dengan p value
0.765 > 0.05 sehingga H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian low back pain
pada bagian refining di PT. X tahun 2021. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Harahap, et al (2018) yang menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan keluhan low back
pain pada pengrajin batik tulis di Kecamatan Pelayangan tahun 2018. Hasil
ini didasarkan pada hasil uji chi square dengan nilai p value yang diperoleh
yaitu 0,593 (p-value > 0,05). Tidak ada hubungan antara usia dengan keluhan
LBP dikarenakan selisih proporsi usia yang telalu jauh antara usia yang”
“berisiko dan usia yang tidak berisiko, dimana responden yang berusia berisiko
sebanyak 91,7% dan usia tidak berisiko sebanyak 8,3%.
Seseorang
dengan usia lebih dari 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan
jaringan, pergantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal
tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Dengan
kata lain, semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut
mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu timbulnya
gejala keluhan nyeri punggung bawah (Olviana dan Wintoko, 2013).
“Pada penelitian ini hasil
analisis diperoleh bahwa ada sebanyak 38 orang (55%) yang memiliki kebiasaan
merokok mengalami low back pain. Hasil uji statistik diperoleh keterangan nilai
PC (Pearson Chi Square) sebesar 3.1477 sedangkan
nilai p
value 0.744 yang menunjukkan
hasil yang tidak signifikan. Nilai perhitungan PC 3.1477 dengan p value 0.076 > 0.05
sehingga H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian low back
pain pada bagian refining di PT. X tahun 2021.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Damanhuri et al, (2014)
yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara merokok dan
LBP meskipun kami menemukan bahwa ada persentase LBP yang lebih tinggi di
antara perokok (58,3%) dibandingkan dengan non-perokok. Hasil yang sama juga
ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh Nurzannah et al (2015)
yang mana uji statistik chi-Square diperoleh nilai X2= 0.160 dan nilai p.
value adalah 1.000 berarti nilai p value > 0.05 menunjukkan tidak adanya
hubungan yang bermakna proporsi TKBM yang mengalami Low back pain pada
TKBM dengan yang merokok dibandingkan TKBM yang tidak merokok.
“Dalam penelitian ini diperoleh
hasil bahwa ada sebanyak 1 orang (0,14) yang memiliki kebiasaan olahraga
mengalami low back pain. Dan ada 45 orang (65,2%) yang tidak memiliki
kebiasaan olahraga mengalami kejadian low back pain. Nilai perhitungan PC
3.3173 dengan p value 0.069 < 0.05
sehingga H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara kebiasaan olahraga dengan kejadian low back
pain pada bagian refining di PT. X tahun 2021. Hasil
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahab (2019) yang menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan olahraga dengan
kejadian LBP dengan p value 0,861 > 0,05 yang berarti tidak ada
hubungan yang bermakna antara kebiasaan olahraga dengan kejadian LBP.
Pada penelitian ini diperoleh
hasil bahwa ada sebanyak 16 orang (23,1%) yang memiliki riwayat kecelakaan pada
punggung mengalami low back pain. Dan ada 30 orang (43,4%) yang tidak
memiliki riwayat kecelakaan pada punggung mengalami kejadian low back pain. Hasil analisis diperoleh keterangan nilai PC (Pearson
Chi Square) sebesar 5.4118 yang berarti semakin tinggi nilai PC maka akan semakin
berhubungan. Nilai
perhitungan PC 5.4118 dengan p value 0.020 < 0.05 sehingga H0 diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan/bermakna antara riwayat kecelakaan dengan
kejadian low back pain pada
bagian refining di PT. X tahun 2021. Cidera punggung yang seringkali
terjadi pada responden yaitu kecelakaan saat berkendara motor saat pergi maupun
pulang bekerja dan terpeleset atau tersandung di tempat kerja.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut: 1) Tingkat prevalensi low back pain pada pekerja
bagian refining di PT. X adalah 66%, hal ini disebabkan karena banyaknya
ditemukan pekerjaan dilakukan dengan postur janggal seperti bungkuk, berputar
dan miring secara rutin dan dalam waktu yang lama. 2) Ada hubungan yang
signifikan antara riwayat cidera punggung dengan low back pain. 3) Tidak ada
hubungan antara tingkat risiko punggung, usia, merokok dan kebiasaan olahraga
dengan low back pain.
Ali, M.,
Ahsan, G. U. and Hossain, A. (2020). Prevalence and associated occupational
factors of low back pain among the bank employees in Dhaka City. Journal of
Occupational Health, 62(1), pp. 1–10. doi: 10.1002/1348-9585.12131.
Alnaami,
I. et al. (2019). Prevalence and factors associated with low back pain among
health care workers in southwestern Saudi Arabia. BMC Musculoskeletal
Disorders. BMC Musculoskeletal Disorders, 20(1), pp. 1–7. doi:
10.1186/s12891-019-2431-5.
Andini,
F. (2015). Risk Factors of Low back pain in Workers. Faculty of Medicine,
Universitas Lampung. Volume 4 Nomor 1. J MAJORITY, IV(1): 12–19.
Atik,
D. et al. (2020). Evaluation of low back pain prevalence in emergency
department workers. Eurasian Journal of Critical Care.
Baidury,
W. (2013). Interaction Between Physical and Psychosocial Work Risk Factors For
Low Back Symptoms. Final Thesis. Massey University, Manawatu New Zealand.
Dewi,
N. F. (2020). Identifikasi Risiko Ergonomi dengan Metode Nordic Body Map
Terhadap Perawat Poli RS X. Jurnal Sosial Humaniora Terapan, 2(2), pp. 125–134.
doi: 10.7454/jsht.v2i2.90.
Harahap,
P. S., Marisdayana, R. and Al Hudri, M. (2018). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan keluhan Low back pain (LBP) pada pekerja pengrajin batik tulis di
Kecamatan Pelayangan Kota Jambi Tahun 2018. Riset Informasi Kesehatan, 7(2), p.
147. doi: 10.30644/rik.v7i2.157.
Hegmann,
K. T. et al. (2019). Diagnostic Tests for Low Back Disorders. Journal of
Occupational and Environmental Medicine, 61(4), pp. E155–E168. doi: 10.1097/JOM.0000000000001551.
Kaplan,
W. et al. (2013). Priority Medicines for Europe and the World Update 2013
report. Methodology, 2, p. 7.
Karwowski, olexiy Y. C. gregory z. bedny; waldemar
(2017). Ergonomics Design and Management Theory and Application.
Kurniawidjaja,
L. M. et al. (2013). Pengendalian Risiko Ergonomi Kasus Low back pain pada
Perawat di Rumah Sakit Ergonomic Risk Control on Low back pain among Hospitals
Nurses. 46(4), pp. 225–233.
Machado,
G. D. C. (2016). Risk Factors And Contemporary Management Of Low back pain.
Thesis. School of Public Health, Sydney Medical School The University of
Sydney.
Munir,
S. (2012). analisis nyeri punggung bawah pada pekerja bagian final packing dan
part supply di PT X tahun 2012. Tesis. Universitas Indonesia.
Nurzannah,
Makmur Sinaga, Umi Salmah. (2015). Hubungan Faktor Resiko Dengan Terjadinya
Nyeri Punggung Bawah (Low back pain) Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Di
Pelabuhan Belawan Medan Tahun 2015. Universitas Sumatera Utara.
Parreira,
P. D. S. (2018). Risk Factors And Contemporary Management Of Low back pain.
Thesis. Sydney School of Public Health, Sydney Medical School The University of
Sydney.
Pheasant,
S. and C. M. H. (2015). Bodyspace: Anthropometry, Ergonomics and the Design of
Work, Third Edition, Acta Universitatis Agriculturae et Silviculturae
Mendelianae Brunensis.
Šagát,
P. et al. (2020). Impact of COVID-19quarantine on low back pain intensity,
prevalence, and associated risk factors among adult citizens residing in riyadh
(Saudi Arabia): A cross-sectional study. International Journal of Environmental
Research and Public Health, 17(19), pp. 1–13. doi: 10.3390/ijerph17197302.
Sakti,
S. B. (2017). Masa Kerja , Sikap Kerja dan Keluahn Low back pain ( LBP ) Pada
Pekerja Bagian Produksi PT Surya. (1), pp. 978–979.
Saputra,
A. (2020). Sikap Kerja, Masa Kerja, dan Usia terhadap Keluhan Low back pain
pada Pengrajin Batik. 4(Special 1), pp. 147–157.
Sinaga,
M. and Salmah, U. (2015). Hubungan Faktor Resiko Dengan Terjadinya Nyeri
Punggung Bawah (Low back pain) Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Di
Pelabuhan Belawan Medan Tahun 2015. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
FKM USU.
Siyoto,
Sandu, A. S. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media Publishing,
pp. 1–109.
Tarwaka
(2015). Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di
Tempat Kerja. 2nd edn. Surakarta: Harapan Press.
Oliviana
A, SaftarinaF, Wintoko R. (2013). Faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian
low back pain pada pekerja pembersih kulit bawang lanang Kelurahan Iringmulyo
Kota Metro. Faculty of medicine Lampung:10-28.
Wahab,
A. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah
(Low back pain) Pada Nelayan Di Desa Batu Karas Kecamatan Cijulang Pangandaran.
Biomedika, 11(1). doi: 10.23917/biomedika.v11i1.7599.
Wijayanti,
F., Ramadhian, M. R. and Saftarin, C. (2019). Kejadian Low back pain ( LBP )
pada Penjahit Konveksi di Kelurahan Way Halim Kota Bandar Lampung. 8, pp.
82–88.
WHO.
(2003). Low back pain: Bulletin of the World Health Organization 2003; 81:
671-6. https://www.who.int/bulletin/volumes/81/9/Ehrlich.pdf
Copyright holder: Kamrul, Erislan, Ramli S (2022) |
First publication right: Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |