Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
8, No. 11,
November 2023
UJI
AKTIVITAS ANTBAKTERI FRAKSI TUMBUHAN BAJAKAH KUNING (ARCANGELISIA FLAVA (L.) MERR.) TERHADAP PROPIONIBACTERIUM ACNES
Dinda
Ikwanti, Santi Perawati, Lili Andriani
Program
Studi Farmasi, STIKES Harapan Ibu, Jambi, Indonesia
Email:
[email protected]
Abstrak
Bajakah kuning
(Arcangelisia flava (L.) Merr.) tumbuhan khas Kalimantan Tengah digunakan untuk
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antibakteri dari fraksi bajakah kuning terhadap bakteri
Propionibacterium acnes. Pada penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan,
ekstraksi dan uji fitokimia bajakah kuning, uji aktivitas antibakteri fraksi
bajakah kuning terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan penentuan daya
hambat terhadap semua fraksi. Bajakah kuning diekstraksi dengan metode
sokletasi menggunakan pelarut bertingkat n-heksan, etil asetat, butanol dan
etanol 96%. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi cakram dengan
konsentrasi 20%, 40%, 80% dan 100%. Analisis data menggunakan uji One Way Anova
dan Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi n-heksan, etil asetat,
butanol dan etanol bajakah kuning mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
Propionibacterium acnes. Hasil uji beda zona hambat fraksi diperoleh nilai
P-value < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa fraksi n-heksan, etil asetat,
butanol dan etanol memiliki aktivitas sebagai antibakteri.
Kata
Kunci:
Bajakah Kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr.), Propionibacterium acnes,
Antibakteri, Sokletasi.
Abstract
Bajakah kuning
(Arcangelisia Flava (L.) Merr.) a plant typical of Central Kalimantan is used
for infectious diseases caused by bacteria. This study aims to determine the
antibacterial activity of the bajakah kuning fraction against Propionibacterium
acnes bacteria. This research was carried out in three stages, extraction and
phytochemical testing of the bajakah kuning, testing the antibacterial activity
of the bajakah kuning fraction against Propionibacterium acnes bacteria and
determining the inhibitory power of all fractions. Bajakah kuning was extracted
by the shoxletation method using n-hexane, ethyl acetate, butanol and 96%
ethanol as a solvent. Antibacterial activity test using disc diffusion method
with concentrations of 20%, 40%, 80% and 100%. Data analysis using One Way
Anova and Duncan test. The results showed that the n-hexane, ethyl acetate,
butanol and ethanol fractions of bajakah kuning had antibacterial activity
against Propionibacterium acnes. The results of the different fractional
inhibition zone test obtained P-value <0.05. It can be concluded that the
n-hexane, ethyl acetate, butanol and ethanol fractions have antibacterial
activity.
Keywords: Bajakah Kuning
(Arcangelisia Flava (L.) Merr.), Propionibacterium Acnes,, Antibacterial,
Shoxletation.
Pendahuluan
Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh manusia yang berperan sebagai
sistem pertahanan pertama terhadap paparan mikroorganisme baik yang bersifat
patogen dan non patogen (Findley
& Grice, 2014); (Sudiono,
2014). Permukaan kulit yang lembab menyebabkan
kulit menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri dan meningkatkan resiko
terjadinya infeksi kulit (Grice,
2014); (Milanda
et al., 2021). Berbagai macam faktor penyebab yang dapat
memicu penyakit kulit seperti suhu, kebersihan lingkungan dan kebersihan diri.
Masalah yang sering terjadi pada kulit seperti bisul, kudis, kurap, kanker
kulit herpes, dan yang paling umum terjadi adalah jerawat (Nainggolan
et al., 2019); (Setiabudi,
2013).
Jerawat adalah penyakit kulit umum yang menyerang 80% populasi dunia dan
85% remaja di negara maju (Sirajudin
et al., 2019); (Lipa,
2021). Prevalensi penderita jerawat di Indonesia
berkisar 80-85% pada remaja dengan puncak insiden usia 15-18 tahun, 12% pada
wanita usia > 25 tahun dan 3% pada usia 35-44 tahun (Risha
et al., 2019); (Togatorop
et al., 2022). Jerawat dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu perubahan pola keratinisasi, meningkatnya sebum, terbentuk fraksi
asam lemak bebas, peningkatan jumlah bakteri, hormon meningkat, dan psikis (Gede et
al., 2019). Adapun faktor lainnya sebagai pemicu
tumbuhnya jerawat yaitu infeksi bakteri, bakteri penyebab jerawat diantaranya Staphylococcus
epidermidis, Staphylococcus aureus, dan Propionibacterium acnes (Ramadani
et al., 2022).
Tanaman yang sudah diteliti memiliki aktivitas antibakteri salah satunya
adalah bajakah kuning. Fraksi bajakah kuning memiliki aktivitas antibakteri
pada bakteri Staphylococcus aureus
dan Eshherichia coli (Kaharap,
et al., 2016).
Bajakah Kuning banyak digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Dayak
di Kalimantan Tengah sebagai tanaman herbal alami karena kemampuannya untuk
mengobati berbagai penyakit, diantaranya untuk mengobati penyakit gangguan
pencernaan dan antibakteri (Kolina
et al., 2019). Senyawa kimia yang terkandung di dalam
bajakah kuning antara lain flavonoid, alkaloid, fenol, tanin, dan saponin (Ulfa, et
al., 2016).
Penelitian dengan menggunakan bajakah kuning (Arcangelisia flava) masih
terbatas, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan
bajakah kuning (Arcangelisia flava) untuk melihat fraksi aktif manakah
yang memiliki aktivitas antibakteri Propionilbacterium acnes penyebab
jerawat.
Metode Penelitian
Penelitian ini� merupakan
penelitian eksperimental laboratorium dimulai dari penyiapan alat, pengambilan
sampel, determinasi tumbuhan, penyiapan bahan, ekstraksi tumbuhan, skrining
fitokimia, Pengujian aktibakteri fraksi terhadap 6 kelompok dan alalisa uji
beda zona hambat.
Hasil dan Pembahasan
Hasil determinasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Jatinangor,
Laborarotium Taksonomi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA UNPAD � Bandung. Menunjukan
bahwa tumbuhan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah bajakah kuning (Arcangelisia
flava (L.) Merr.).
Setelah dilakukan ekstraksi bajakah
kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr.) sebanyak 3,3 kg dengan
metode soxhletasi menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, butanol dan
etanol 96% diperoleh ekstrak kental. Dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Berat dan Rendemen Fraksi
Sampel |
Pelarut |
Berat Ekstrak (gr) |
Rendemen (%) |
Bajakah kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr.) |
n-heksan |
13 |
4,24 |
Etil Asetat |
27 |
8,18 |
|
Butanol |
11 |
3,33 |
|
Etanol 96% |
47 |
14,24 |
C. Skrining Fitokimia
Tabel 2. Hasil skrining fitokimia fraksi
(Arcangelisia flava (L.) Merr.) dapat dilihat pada table
Golongan
senyawa |
Fraksi n-heksan |
Fraksi Etil
asetat |
Fraksi
Butanol |
Fraksi etanol 96% |
Alkaloid
|
+ |
- |
- |
+ |
|
- |
- |
- |
- |
|
- |
+ |
+ |
+ |
Flavonoid |
+ |
- |
+ |
+ |
Tanin |
- |
- |
+ |
+ |
Saponin |
- |
- |
- |
- |
Steroid |
+ |
+ |
+ |
+ |
Terpenoid |
- |
- |
- |
- |
Keterangan :�����
(+)�
Mengandung metabolit sekunder
(-) Tidak mengandung metabolit sekunder
D. Identifikasi Bakteri
Tabel 3. Hasil Identifikasi Makroskopis
Hasil |
Literatur |
|
Seperti
lendir, agak basah dan berwarna putih kekuningan |
|
(Callaway et al., 2020) |
���
Tabel 4. Hasil Identifikasi Mikrosopis Bakteri
Identifikasi |
Literatur |
|||
|
�
Perbesaran
100x �
Gram
positif �
Berbentuk
batang �
Berwarna
ungu |
�
Perbesaran
100x �
Gram
positif �
Berbentuk
batang �
Berwarna
ungu |
||
Gambar 1. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri
Konsentrasi 40% Terhadap P. acne
K (-)�������� :
DMSO (kontrol negatif)
K (+)������� :
klindamisin 2mg / cakram (kontrol positif)
Uji aktivitas antibakteri fraksi digunakan konsentrasi
40%. Fraksi yang memiliki diameter daya hambat terbesar adalah fraksi etil
asetat yaitu sebesar 18,01 mm terhadap bakteri Propionibacterium acnes dengan masa inkubasi 1x24 jam dengan
kategori daya hambat kuat.
Gambar 2. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri
Konsentrasi 40% Terhadap P. acne
Keterangan :
K (-)���� :
DMSO (kontrol negatif)
K (+)��� :
klindamisin 2mg / cakram (kontrol positif)
Gambar 3. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri
Konsentrasi 80% Terhadap P. acne
Keterangan :
K (-)������ :
DMSO (kontrol negatif)
K (+)����� :
klindamisin 2mg / cakram (kontrol positif)
Gambar 4. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri� Konsentrasi 100% Terhadap P. acne
Keterangan :
K (-)��������� :
DMSO (kontrol negatif)
K (+)�������� :
klindamisin 2mg / cakram (kontrol positif)
1. Hasil Uji Beda Zona
Hambat Konsentrasi 20%
Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi
dianalisis dengan menggunakan uji One Way
Anova. Uji normalitas terlihat bahwa P-value > 0,05 yang artinya data
terdistribusi normal. Hasil uji homogenitas terlihat bahwa P-value < 0,05
yang artinya data tidak homogen, sehingga dilanjutkan dengan uji Kruskal
Wallis. Hasil uji kruskal wallis sebesar 0,018 artinya P-value < 0,05 yang
berarti ada perbedaan signifikan antara konsentrasi terhadap zona hambat dengan
pengambilan hipotesis H0 : tidak ada perbedaan antara konsentrasi terhadap zona
hambat dan H1 : ada perbedaan yang nyata antara konsentrasi terhadap zona
hambat.
Tabel 4. Uji Normalitas Antibakteri
Konsentrasi 20%
Zona
Hambat |
Konsentrasi |
Shapiro-Wilk Sig. |
Keterangan |
n-heksan |
.600 |
Normal
|
|
etil
asetat |
.388 |
Normal |
|
butanol |
.484 |
Normal |
|
Etanol |
.780 |
Normal
|
|
Kontrol
(+) |
.210 |
Normal |
Tabel 5. Uji Homogenitas
Uji
Homogenitas |
Sig. |
Keterangan
|
.019 |
Tidak
homogen |
Tabel 6. Uji Kruskal-Wallis
Variabel |
Asymp. Sig. |
Keterangan |
Kesimpulan |
Zona
hambat |
.006 |
H0
ditolak H1 diterima |
Ada
perbedaan antara konsentrasi terhadap zona hambat |
Tabel 7. Uji Duncan
Konsentrasi |
N |
Subset for alpha = 0.05 |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
||
K (-) |
3 |
.0000 |
|
|
|
Butanol |
3 |
|
16.7500 |
|
|
n-heksan |
3 |
|
17.5167 |
17.5167 |
|
Etanol |
3 |
|
17.9500 |
17.9500 |
|
EA |
3 |
|
|
19.6000 |
|
K (+) |
3 |
|
|
|
24.4333 |
Sig. |
|
1.000 |
.317 |
0.94 |
1.000 |
G. Hasil Uji Beda Zona Hambat Konsentrasi 40%
Tabel 8. Uji Normalitas Antibakteri Konsentrasi 40%
Zona
Hambat |
Konsentrasi |
Shapiro-Wilk Sig. |
Keterangan |
n-heksan |
.593 |
Normal |
|
etil
asetat |
.311 |
Normal |
|
butanol |
.797 |
Normal |
|
Etanol |
.918 |
Normal |
|
Kontrol
(+) |
.193 |
Normal |
Tabel 9. Uji Homogenitas
Uji
Homogenitas |
Sig. |
Keterangan |
.099 |
Tidak
homogen |
Tabel 10. Uji Kruskal-wallis
Variabel |
Asymp. Sig. |
Keterangan |
Kesimpulan |
Zona
hambat |
.022 |
H0
ditolak H1 diterima |
Ada
perbedaan antara konsentrasi terhadap zona hambat |
Tabel 11. Uji Duncan
Konsentrasi |
N |
Subset
for alpha = 0.05 |
||
1 |
2 |
3 |
||
K (-) |
3 |
.0000 |
|
|
Butanol |
3 |
|
15.9833 |
|
n-heksan |
3 |
|
16.6000 |
|
Etanol |
3 |
|
16.8000 |
|
EA |
3 |
|
18.0167 |
|
K (+) |
3 |
|
|
27.8867 |
Sig. |
|
1.000 |
.176 |
1.000 |
H. Hasil Uji Beda Zona Hambat Konsentrasi 80%
Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi dianalisis dengan menggunakan uji
One Way Anova. Uji normalitas
terlihat bahwa P-value > 0,05 yang artinya data terdistribusi normal. Hasil
uji homogenitas terlihat bahwa P-value < 0,05 yang artinya data tidak
homogen, sehingga dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis. Hasil uji kruskal
wallis sebesar 0,023 artinya P-value < 0,05 yang berarti ada perbedaan
signifikan antara konsentrasi terhadap zona hambat dengan pengambilan hipotesis
H0 : tidak ada perbedaan antara konsentrasi terhadap zona hambat dan H1 : ada
perbedaan yang nyata antara konsentrasi terhadap zona hambat.
Tabel 12. Uji Normalitas Antibakteri Konsentrasi 80%
Zona
Hambat |
Konsentrasi |
Shapiro-Wilk Sig. |
Keterangan |
n-heksan |
.034 |
Normal |
|
etil
asetat |
.000 |
Normal |
|
butanol |
.183 |
Normal |
|
Etanol |
.139 |
Normal |
|
Kontrol
(+) |
.612 |
Normal |
Tabel 13. Uji Homogenitas
Uji
Homogenitas |
Sig. |
Keterangan |
.042 |
Tidak
homogen |
Tabel 14. Uji Kruskal-wallis
Variabel |
Asymp. Sig. |
Keterangan |
Kesimpulan |
Zona
hambat |
.023 |
H0
ditolak H1 diterima |
Ada
perbedaan antara konsentrasi terhadap zona hambat |
Tabel 15. Uji Duncan
Konsentrasi |
N |
Subset for alpha = 0.05 |
||
1 |
2 |
3 |
||
K (-) |
3 |
.0000 |
|
|
Butanol |
3 |
|
17.7667 |
|
n-heksan |
3 |
|
18.6833 |
|
Etanol |
3 |
|
19.0667 |
|
EA |
3 |
|
19.3500 |
|
K (+) |
3 |
|
|
28.1767 |
Sig. |
|
1.000 |
.150 |
1.000 |
I.
Hasil
Uji Beda Zona Hambat Konsentrasi 100%
Tabel 16. Uji Normalitas Antibakteri Konsentrasi 100%
Zona
Hambat |
Konsentrasi |
Shapiro-Wilk Sig. |
Keterangan |
n-heksan |
.344 |
Normal |
|
etil
asetat |
.144 |
Normal |
|
butanol |
.762 |
Normal |
|
Etanol |
.619 |
Normal |
|
Kontrol
(+) |
.964 |
Normal |
Tabel 17. Uji Homogenitas
Uji
Homogenitas |
Sig. |
Keterangan |
.160 |
Tidak
homogen |
Tabel 18. Uji Kruskal-wallis
Variabel |
Asymp. Sig. |
Keterangan |
Kesimpulan |
Zona
hambat |
.032 |
H0
ditolak H1 diterima |
Ada
perbedaan antara konsentrasi terhadap zona hambat |
Tabel 19. Uji Duncan
Konsentrasi |
N |
Subset for alpha = 0.05 |
||
1 |
2 |
3 |
||
K (-) |
3 |
.0000 |
|
|
Butanol |
|
|
17.4167 |
|
n-heksan |
3 |
|
17.4667 |
|
Etanol |
3 |
|
17.4667 |
|
EA |
3 |
|
17.9833 |
|
K (+) |
3 |
|
|
26.2200 |
Sig. |
|
1.000 |
.547 |
1.000 |
J.
Pembahasan
Tumbuhan Bajakah
Kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr.) yang digunakan dalam penelitian
ini telah dilakukan determinasi di Herbarium Jatinangor, Laboratorium Taksonomi
Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA UNPAD � Bandung. Determinasi ini dilakukan
untuk memastikan keaslian tanaman yang digunakan dalam penelitian dan menghindari
kesalahan dalam pengambilan tanaman. Dari hasil determinasi menunjukkan bahwa
tanaman yang diperoleh merupakan Arcangelisia flava (L.) Merr.
yang merupakan suku dari Fabaceae.
Sampel tanaman
bajakah kuning yang digunakan dikirim dari Kalimantan tengah. Tanaman kering
yang diperoleh sebanyak 4000 g, selanjutnya bajakah kuning digiling halus.
Tujuan dari penggilingan ukuran simplisia dengan cara digiling menggunakan
mesin yaitu untuk memperbesar luas permukaan sehingga mempercepat proses
ekstraksi karena dengan memperbesar luas permukaan akan memperbesar kontak
antara simplisia dan perlarut semakin besar (Sa'adah, et al., 2017).
Pembuatan ekstrak
dilakukan dengan metode soxhletasi, dengan menggunakan empat pelarut yang
berbeda tingkat kepolarannya, yaitu pelarut n-heksan yang merupakan
pelarut non-polar, etil asetat merupakan pelarut semi polar, butanol dan etanol
yang merupakan pelarut polar. Tujuan dari ekstraksi bertingkat dengan empat
pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya adalah untuk mengesktrak komponen
senyawa dalam suatu bahan yang sesuai dengan tingkat kepolarannya.
Sebanyak
250 g serbuk bajakah kuning dimasukkan kedalam pembungkus kertas saring
kemudian diletakkan ke dalam tabung sifon dan dialirkan dengan pelarut n-heksan
(non-polar). Soxhketasi dilakukan dengan suhu 50�C
sampai tetesan siklus tidak berwarna lagi, cairan penyari akan tertampung di
labu alas bulat. Setelah tetesan siklus tidak bewarna selanjunya diganti dengan
pelarut etil asetat (semi polar), butanol dan etanol (polar). Penggantian
pelarut dilakukan karena siklus tidak berwarna lagi dan larutan telah menjadi
jenuh, ditandai dengan pekatnya warna cairan ekstrak.
Metode dengan alat
Soxhlet dapat dikatakan lebih hemat dalam jumlah pelarut yang digunakan lebih
sedikit, waktu yang digunakan lebih cepat dan sampel yang diekstraksi secara
sempurna karena dilakukan berulang-ulang (Febriana, et al., 2015). Hal ini dikarenakan pelarutnya menguap
karena pemanasan (tanpa ada zat aktif yang ikut menguap) lalu mengalami
kondensasi kemudian menetes Kembali sebagai pelarut baru dan membasahi kembali
kertas saring yang berisi serbuk bajakah kuning. Suhu yang digunakan adalah 50�C
karena dianggap optimal dalam penguapan pelarut dan tidak merusak senyawa aktif
yang terkandung dalam simplisia (Triesty, et al., 2017).
Pemekatan ekstrak
dilakukan dengan rotary evaporator pada suhu 40�C-50�C dengan kecepatan 100 rpm. Pemekatan
dilanjutkan diatas waterbath hingga didapatkan ekstrak kental yang konstan.
Ekstrak yang telah kental selanjuntnya disimpan didesikator untuk mengurangi
kelembapan sehingga ekstrak tidak berjamur.
Skrining fitokimia
merupakan tahap pendahuluan yang dapat memberikan gambaran mengenai kandungan
senyawa tertentu dalam bahan alam yang akan diteliti. Golongan senyawa yang
terkandung dalam tanaman akan tergambar dari hasil skrining fitokimia dengan
pengamatan perubahan warna secara visual (Laila, et al., 2018). Hasil uji skrining fitokimia fraksi bajakah
kuning mengandung metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid, tanin,
saponin, steroid dan terpenoid. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh (Maulina, et al., 2019) yang menyatakan bahwa ektrak bajakah kuning mengandung metabolit
sekunder alkaloid, sapoin, flavonoid, dan steroid.
Bakteri uji Propionibacterium
acnes dibuat dalam bentuk suspensi bakteri, untuk diukur transmitannya
dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 580-600 nm.
Transmitan untuk bakteri adalah 25% karena ukuran bakteri yang kecil sehingga
lebih banyak yang terserap (Yusmaini, et al., 2018).
Media pengujian
antibakteri yang digunakan pada percobaan ini yaitu menggunakan media MHA (Muller
Hinton Agar) karena MHA telah direkomendasikan oleh WHO untuk tes
antibakteri terutama bakteri aerob dan facultative anaerobic bacteria
untuk makanan dan materi klinis. Media agar ini juga telah terbukti memberikan
hasil yang baik dan reprodusibel (reproducibility). Media agar ini
mengandung sulfonamida, trimethoprim, dan inhibitor tetrasiklin yang rendah
serta memberikan pertumbuhan patogen yang memuaskan dimana media yang sama
digunakan pada penelitian (Putra, 2015).
Pengujian
antibakteri menggunakan metode difusi cakram dipilih karena lebih mudah, murah
dan memberikan hasil yang cepat sehingga dapat mendukung efisiensi waktu di
laboratorium (Fatril, et al., 2020). Selain itu metode ini tidak memerlukan peralatan khusus
hanya dengan meletakkan kertas cakram yang telah diberikan larutan uji diatas
media padat yang telah diinkolusi dengan bakteri uji. Pertumbuhan bakteri
diamati setelah diinkubasi untuk melihat zona bening disekitar cakram (Nurhayati,
et al., 2020). Pada
saat inkubasi 24-48 jam posisi cawan dibalik dengan tujuan agar tetesan embun
tidak jatuh dan merusak koloni bakteri (Fikri, et al., 2019). Masa inkubasi yang baik untuk bakteri uji
pada penelitian ini adalah 1x24 jam dikarenakan pada jam ke 24 bakteri masih
berada pada fase log. Aktivitas antibakteri pada masa inkubasi 1x48 jam
mengalami penurunan.
Pelarut yang
digunakan pada pembuatan larutan uji adalah Dimetil Sulfoksida (DMSO), pelarut
ini dipilih karena merupakan pelarut yang bersifat semi polar yang dapat
melarutkan komponen kimia polar dan non-polar tanpa memberikan penghambatan
terhadap mikroba uji (Maryam, et al., 2015). DMSO juga sebagai kontrol negatif karena DMSO tidak
memiliki aktivitas antibakteri. Sedangkan kontrol positif yang digunakan adalah
klindamisin 2 mg karena antibiotik ini memiliki spektrum luas yang dapat
menghambat bakteri gram positif dan negative (Emelda, et al., 2021).
Uji aktivitas
antibakteri fraksi bajakah kuning dilakukan dengan metode difusi cakram
terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Metode difusi cakram dipilih
karena memiliki kelebihan yaitu sederhana dan tidak perlu membuat lubang
seperti metode sumuran yang memiliki resiko lebih tinggi media agar rusak
(Nurhayati et al., 2020). Uji aktivitas antibakteri fraksi bajakah
kuning menggunakan konsentrasi 20% 40% 80% dan 100%. Pada zona hambat pada
konsentrrasi 20%, memiliki zona hambat terhadap bakteri Propionibacterium
acne yaitu 17,51 mm, didapatkan etil asetat yang memiliki aktivitas
antibakteri yang paling tinggi termasuk ke dalam kategori daya hambat yang
kuat. Pada hambat pada konsentrrasi 40%, memiliki zona hambat terhadap bakteri Propionibacterium
acne yaitu 18,01 mm, didapatkan etil asetat yang memiliki aktivitas
antibakteri yang paling tinggi termasuk ke dalam kategori daya hambat yang
kuat. Pada hambat pada konsentrrasi 80%, memiliki zona hambat terhadap bakteri Propionibacterium
acne yaitu 19,96 mm, didapatkan n-heksan yang memiliki aktivitas
antibakteri yang paling tinggi termasuk ke dalam kategori daya hambat yang
kuat. Pada hambat pada konsentrrasi 100%, memiliki zona hambat terhadap bakteri
Propionibacterium acne yaitu 19,98 mm, didapatkan etil asetat yang
memiliki aktivitas antibakteri yang paling tinggi termasuk ke dalam kategori
daya hambat yang kuat.
Berdasarkan hasil
penelitian ini adanya zona hambat pada fraksi disebabkan karena metabolit
sekunder yang terkandung di dalam ektrak. Mekanisme antibakteri dari senyawa
metabolit sekunder pada dasarnya memilki mekanisme yang berbeda-beda. Senyawa
alkaloid memiliki mekanisme penghambatan dengan cara mengganggu komponen
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak
terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel (Suhara et al.,
2017). Flavonoid merupakan semyawa fenol, memiliki mekanisme sebagai antibakteri
dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein esktraseluler yang
mengganggu integritas membran sel bakteri (Ibrahim & Kuncoro, 2012).
Pada uji aktivitas
antibakteri konsentrasi 20%, hasil uji normalitas terlihat bahwa nilai P-value
> 0,05 yang artinya data terdistribusi normal, sedangkan pada uji
homogenitas didapat bahwa nilai P-value < 0,05 yang artinya data tidak
homogen. Dikarenakan salah satu data tidak memenuhi persyaratan uji One Way Anova, maka dilakukan uji
anternatif lain yaitu Kruskall-wallis.
Diperoleh P-value 0,018 yang artinya < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti ada perbedaan yang signifikan dari zona hambat pada setiap
konsentrasi. Pada uji duncan, hasil uji aktivitas antibakteri didapatkan hasil
bahwa tidak ada perbedaan� antara
konsentrasi pada sampel n-heksan karena terletak pada subset yang sama.
Pada uji aktivitas
antibakteri konsentrasi 40%, hasil uji normalitas terlihat bahwa nilai P-value
> 0,05 yang artinya data terdistribusi normal, sedangkan pada uji
homogenitas didapat bahwa nilai P-value < 0,05 yang artinya data tidak
homogen. Dikarenakan salah satu data tidak memenuhi persyaratan uji One Way Anova, maka dilakukan uji
anternatif lain yaitu Kruskall-wallis.
Diperoleh P-value 0,022 yang artinya < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti ada perbedaan yang signifikan dari zona hambat pada setiap
konsentrasi. Pada uji Duncan, hasil uji aktivitas antibakteri didapatkan hasil
bahwa tidak ada perbedaan� antara
konsentrasi pada sampel n-heksan karena terletak pada subset yang sama.
Pada uji aktivitas
antibakteri konsentrasi 80%, hasil uji normalitas terlihat bahwa nilai P-value
> 0,05 yang artinya data terdistribusi normal, sedangkan pada uji
homogenitas didapat bahwa nilai P-value < 0,05 yang artinya data tidak
homogen. Dikarenakan salah satu data tidak memenuhi persyaratan uji One Way Anova, maka dilakukan uji
anternatif lain yaitu Kruskall-wallis.
Diperoleh P-value 0,023 yang artinya < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti ada perbedaan yang signifikan dari zona hambat pada setiap
konsentrasi. Pada uji Duncan, hasil uji aktivitas antibakteri didapatkan hasil
bahwa tidak ada perbedaan� antara
konsentrasi pada sampel n-heksan karena terletak pada subset yang sama.
Pada uji aktivitas
antibakteri konsentrasi 100%, hasil uji normalitas terlihat bahwa nilai P-value
> 0,05 yang artinya data terdistribusi normal, sedangkan pada uji
homogenitas didapat bahwa nilai P-value < 0,05 yang artinya data tidak
homogen. Dikarenakan salah satu data tidak memenuhi persyaratan uji One Way Anova, maka dilakukan uji
anternatif lain yaitu Kruskall-wallis.
Diperoleh P-value 0,032 yang artinya < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti ada perbedaan yang signifikan dari zona hambat pada setiap konsentrasi.
Pada uji Duncan, hasil uji aktivitas antibakteri didapatkan hasil bahwa tidak
ada perbedaan� antara konsentrasi pada
sampel n-heksan karena terletak pada subset yang sama.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa fraksi n-heksan, etil asetat, butanol
dan etanol memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap Propionibacterium
acnes. Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri fraksi n-heksan, etil
asetat, butanol dan etanol dapat disimpulkan bahwa semua fraksi efektif
terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Disarankan untuk
dilakukan penelitian lanjutan terkait fraksi bajakah kuning untuk diujikan
terhadap jenis bakteri patogen yang berbeda serta isolasi bajakah kuning yang
berpotensi sebagai antibakteri.
Callaway, L. F.,
Desai, P. N., Mattox, S. N., Shaw, K. A., McMullen, A. R., & Parada, S. A.
(2020). Use of electrocautery does not diminish the transmission rate of
Cutibacterium acnes compared to a scalpel blade. Journal of Orthopaedics,
19(September 2019), 162�165. https://doi.org/10.1016/j.jor.2019.11.023. Google Scholar
Findley, K., &
Grice, E. A. (2014). The Skin Microbiome: A Focus on Pathogens and Their
Association with Skin Disease What Is the Human Microbiome and Why Is It
Important? https://doi.org/10.1371/journal.ppat.1004436.t001. Google Scholar
Gede, I., Wibawa, A.
E., & Kwartantaya Winaya, K. (2019). Karakteristik Penderita Acne Vulgaris
Di Rumah Sakit Umum (RSU) Indera Denpasar Periode 2014-2015. in Medika
Udayana (Vol. 8, Issue 11). Google Scholar
Grice, E. A. (2014).
The skin microbiome: Potential for novel diagnostic and therapeutic approaches
to cutaneous disease. Seminars in Cutaneous Medicine and Surgery, 33(2),
98�103. https://doi.org/10.12788/j.sder.0087. Google Scholar
Kolina, J., Sumiwi, S.
A., & Levita, J. (2019). Mode Ikatan Metabolit Sekunder Di Tanaman Akar
Kuning (Arcangelisia flava L.) DENGAN NITRAT OKSIDA SINTASE. FITOFARMAKA:
Jurnal Ilmiah Farmasi, 8(1), 45�52. https://doi.org/10.33751/jf.v8i1.1171.
Google Scholar
Latifah, Yustina, Z.
(2020). Antibacterila Activity Test Of Dayak Onion Bulb (Eleutherine americana
Merr .) Extract Against Propionibacterium acne Bacteria Causing Acne And Its
Potential As LKPD Design On Kingdom Monera. Program, Study Faculty, Biology
Education Training, Teacher, 7(1), 1�13.
Lipa, M. B. (2021). Hubungan
antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan timbulnya Akne Vulgaris= The relationship
between Body Mass Index (BMI) and the onset of acne vulgaris. Universitas
Hasanuddin. Google Scholar
Milanda, T.,
Mustikawati, S., & Chaerunisaa, A. Y. (2021). Aktivitas Antibakteri Fraksi
Teraktif Kulit Batang Trengguli (Cassia fistula L.) Terhadap Propionibacterium
acnes Isolat Klinis dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dalam Sediaan Salep. Journal
of The Indonesian Society of Integrated Chemistry (On Progress), 13(1),
1�13. https://doi.org/10.22437/jisic.v13i1.13049. Google Scholar
Nainggolan, S., &
Fricles Ariwisanto sianturi. (2019). Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit
Herpes Zoster Dengan Menggunakan Metode Teorema Bayes. 3(3),
192�196. https://doi.org/10.31227/osf.io/rjqgz. Google Scholar
Ramadani, A. H.,
Karima, R., & Ningrum, R. S. (2022). Indonesian Journal of Chemical
Research Antibacterial Activity of Pineapple Peel (Ananas comosus) Eco-enzyme
Against Acne Bacteria (Staphylococcus aureus and Prapionibacterium acnes). J.
Chem. Res, 9(3), 201�207. https://doi.org/10.30598//ijcr. Google Scholar
Risha, E., Lema, M.,
Yusuf, A., Wahyuni, S. D., & Keperawatan, F. (2019). Gambaran Konsep
Diri Remaja Putri Dengan Acne Vulgaris Di Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga Surabaya (The Self-Concept of Female Adolescents with Acne Vulgaris
at Faculty of Nursing Universitas Airlangga Surabaya) (Vol. 1). Google Scholar
Setiabudi, H. (2013). Rahasia
Kecantikan Kulit Alami. Jakarta: MediaPressindo. Google Scholar
Sirajudin, A., Tarigan
Sibero, H., dan Gambaran Epidemiologi Akne Vulgaris di Provinsi Lampung, P.,
& Indria Anggraini, D. (2019). Prevalensi dan Gambaran Epidemiologi Akne
Vulgaris di Provinsi Lampung. In JK Unila | (Vol. 3, Issue 2). Google Scholar
Sudiono, J. (2014). Sistem
Kekebalan Tubuh. Jakarta: EGC. Google Scholar
Togatorop, B. J. E. A.,
Manurung, D. Y. S., Manurung, M. E. M., & Sianipar, R. (2022). Hubungan Pengetahuan
Terhadap Sikap Remaja Desa Ujung Tanduk Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba
Tentang Swamedikasi Jerawat Tahun 2021. Herbal Medicine Journal, 5(2),
38�42. Google Scholar
Copyright holder: Dinda Ikwanti, Santi Perawati, Lili Andriani (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |