Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 11, November 2023

 

UJI AKTIVITAS ANTBAKTERI FRAKSI TUMBUHAN BAJAKAH KUNING (ARCANGELISIA FLAVA (L.) MERR.) TERHADAP PROPIONIBACTERIUM ACNES

 

Dinda Ikwanti, Santi Perawati, Lili Andriani

Program Studi Farmasi, STIKES Harapan Ibu, Jambi, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Bajakah kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr.) tumbuhan khas Kalimantan Tengah digunakan untuk penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari fraksi bajakah kuning terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Pada penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, ekstraksi dan uji fitokimia bajakah kuning, uji aktivitas antibakteri fraksi bajakah kuning terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan penentuan daya hambat terhadap semua fraksi. Bajakah kuning diekstraksi dengan metode sokletasi menggunakan pelarut bertingkat n-heksan, etil asetat, butanol dan etanol 96%. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi cakram dengan konsentrasi 20%, 40%, 80% dan 100%. Analisis data menggunakan uji One Way Anova dan Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi n-heksan, etil asetat, butanol dan etanol bajakah kuning mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acnes. Hasil uji beda zona hambat fraksi diperoleh nilai P-value < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa fraksi n-heksan, etil asetat, butanol dan etanol memiliki aktivitas sebagai antibakteri.

 

Kata Kunci: Bajakah Kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr.), Propionibacterium acnes, Antibakteri, Sokletasi.

 

Abstract

Bajakah kuning (Arcangelisia Flava (L.) Merr.) a plant typical of Central Kalimantan is used for infectious diseases caused by bacteria. This study aims to determine the antibacterial activity of the bajakah kuning fraction against Propionibacterium acnes bacteria. This research was carried out in three stages, extraction and phytochemical testing of the bajakah kuning, testing the antibacterial activity of the bajakah kuning fraction against Propionibacterium acnes bacteria and determining the inhibitory power of all fractions. Bajakah kuning was extracted by the shoxletation method using n-hexane, ethyl acetate, butanol and 96% ethanol as a solvent. Antibacterial activity test using disc diffusion method with concentrations of 20%, 40%, 80% and 100%. Data analysis using One Way Anova and Duncan test. The results showed that the n-hexane, ethyl acetate, butanol and ethanol fractions of bajakah kuning had antibacterial activity against Propionibacterium acnes. The results of the different fractional inhibition zone test obtained P-value <0.05. It can be concluded that the n-hexane, ethyl acetate, butanol and ethanol fractions have antibacterial activity.

 

Keywords: Bajakah Kuning (Arcangelisia Flava (L.) Merr.), Propionibacterium Acnes,, Antibacterial, Shoxletation.

 

Pendahuluan

Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh manusia yang berperan sebagai sistem pertahanan pertama terhadap paparan mikroorganisme baik yang bersifat patogen dan non patogen (Findley & Grice, 2014); (Sudiono, 2014). Permukaan kulit yang lembab menyebabkan kulit menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri dan meningkatkan resiko terjadinya infeksi kulit (Grice, 2014); (Milanda et al., 2021). Berbagai macam faktor penyebab yang dapat memicu penyakit kulit seperti suhu, kebersihan lingkungan dan kebersihan diri. Masalah yang sering terjadi pada kulit seperti bisul, kudis, kurap, kanker kulit herpes, dan yang paling umum terjadi adalah jerawat (Nainggolan et al., 2019); (Setiabudi, 2013).

Jerawat adalah penyakit kulit umum yang menyerang 80% populasi dunia dan 85% remaja di negara maju (Sirajudin et al., 2019); (Lipa, 2021). Prevalensi penderita jerawat di Indonesia berkisar 80-85% pada remaja dengan puncak insiden usia 15-18 tahun, 12% pada wanita usia > 25 tahun dan 3% pada usia 35-44 tahun (Risha et al., 2019); (Togatorop et al., 2022). Jerawat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu perubahan pola keratinisasi, meningkatnya sebum, terbentuk fraksi asam lemak bebas, peningkatan jumlah bakteri, hormon meningkat, dan psikis (Gede et al., 2019). Adapun faktor lainnya sebagai pemicu tumbuhnya jerawat yaitu infeksi bakteri, bakteri penyebab jerawat diantaranya Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan Propionibacterium acnes (Ramadani et al., 2022).

Tanaman yang sudah diteliti memiliki aktivitas antibakteri salah satunya adalah bajakah kuning. Fraksi bajakah kuning memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri Staphylococcus aureus dan Eshherichia coli (Kaharap, et al., 2016). Bajakah Kuning banyak digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah sebagai tanaman herbal alami karena kemampuannya untuk mengobati berbagai penyakit, diantaranya untuk mengobati penyakit gangguan pencernaan dan antibakteri (Kolina et al., 2019). Senyawa kimia yang terkandung di dalam bajakah kuning antara lain flavonoid, alkaloid, fenol, tanin, dan saponin (Ulfa, et al., 2016).

Penelitian dengan menggunakan bajakah kuning (Arcangelisia flava) masih terbatas, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan bajakah kuning (Arcangelisia flava) untuk melihat fraksi aktif manakah yang memiliki aktivitas antibakteri Propionilbacterium acnes penyebab jerawat.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini� merupakan penelitian eksperimental laboratorium dimulai dari penyiapan alat, pengambilan sampel, determinasi tumbuhan, penyiapan bahan, ekstraksi tumbuhan, skrining fitokimia, Pengujian aktibakteri fraksi terhadap 6 kelompok dan alalisa uji beda zona hambat.

 

Hasil dan Pembahasan

A.  Determinasi Tumbuhan

Hasil determinasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Jatinangor, Laborarotium Taksonomi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA UNPAD � Bandung. Menunjukan bahwa tumbuhan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah bajakah kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr.).

B.  Ekstraksi

Setelah dilakukan ekstraksi bajakah kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr.) sebanyak 3,3 kg dengan metode soxhletasi menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, butanol dan etanol 96% diperoleh ekstrak kental. Dapat dilihat pada tabel 1.

 

Tabel 1. Berat dan Rendemen Fraksi

Sampel

Pelarut

Berat Ekstrak (gr)

Rendemen (%)

Bajakah kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr.)

n-heksan

13

4,24

Etil Asetat

27

8,18

Butanol

11

3,33

Etanol 96%

47

14,24

 

C.  Skrining Fitokimia

 

Tabel 2. Hasil skrining fitokimia fraksi (Arcangelisia flava (L.) Merr.) dapat dilihat pada table

Golongan senyawa

Fraksi n-heksan

Fraksi Etil asetat

Fraksi Butanol

Fraksi etanol 96%

Alkaloid

  1. Mayer

 

+

 

-

 

-

 

+

  1. Dragendorff

-

-

-

-

  1. Wagner

-

+

+

+

Flavonoid

+

-

+

+

Tanin

-

-

+

+

Saponin

-

-

-

-

Steroid

+

+

+

+

Terpenoid

-

-

-

-

Keterangan :�����

(+)� Mengandung metabolit sekunder

(-) Tidak mengandung metabolit sekunder

 

D.  Identifikasi Bakteri

 

Tabel 3. Hasil Identifikasi Makroskopis

Identifikasi

Hasil

Literatur

Seperti lendir, agak basah dan berwarna putih kekuningan

Description: Description: A close-up of a petri dish

Description automatically generated with low confidence

(Callaway et al., 2020)

 

���

Tabel 4. Hasil Identifikasi Mikrosopis Bakteri

Identifikasi

Literatur

 

�      Perbesaran 100x

�      Gram positif

�      Berbentuk batang

�      Berwarna ungu

Description: Description: Diagram, pie chart, venn diagram

Description automatically generated

�      Perbesaran 100x

�      Gram positif

�      Berbentuk batang

�      Berwarna ungu

(Dewi, et al., 2020).(Latifah, Yustina, 2020)(Latifah, Yustina, 2020)(Latifah, Yustina, 2020)(Latifah, Yustina, 2020)(Latifah, Yustina, 2020)(Latifah, Yustina, 2020)

 

E.  Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi

Uji aktivitas antibakteri fraksi digunakan konsentrasi 20%. Fraksi yang memiliki diameter daya hambat terbesar adalah fraksi etil asetat yaitu sebesar 17,51 mm terhadap bakteri Propionibacterium acnes dengan masa inkubasi 1x24 jam dengan kategori daya hambat kuat.

 

Gambar 1. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Konsentrasi 40% Terhadap P. acne

Keterangan :

K (-)�������� : DMSO (kontrol negatif)

K (+)������� : klindamisin 2mg / cakram (kontrol positif)

 

Uji aktivitas antibakteri fraksi digunakan konsentrasi 40%. Fraksi yang memiliki diameter daya hambat terbesar adalah fraksi etil asetat yaitu sebesar 18,01 mm terhadap bakteri Propionibacterium acnes dengan masa inkubasi 1x24 jam dengan kategori daya hambat kuat.

 

Gambar 2. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Konsentrasi 40% Terhadap P. acne

Keterangan :

K (-)���� : DMSO (kontrol negatif)

K (+)��� : klindamisin 2mg / cakram (kontrol positif)

 

Uji aktivitas antibakteri fraksi digunakan konsentrasi 80%. Fraksi yang memiliki diameter daya hambat terbesar adalah fraksi n-heksan yaitu sebesar 19,96 mm terhadap bakteri Propionibacterium acnes dengan masa inkubasi 1x24 jam dengan kategori daya hambat kuat.

 

Gambar 3. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Konsentrasi 80% Terhadap P. acne

 

 

Keterangan :

K (-)������ : DMSO (kontrol negatif)

K (+)����� : klindamisin 2mg / cakram (kontrol positif)

 

Uji aktivitas antibakteri fraksi digunakan konsentrasi 100%. Fraksi yang memiliki diameter daya hambat terbesar adalah fraksi n-heksan yaitu sebesar 19,98 mm terhadap bakteri Propionibacterium acnes dengan masa inkubasi 1x24 jam dengan kategori daya hambat kuat.

 

Gambar 4. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri� Konsentrasi 100% Terhadap P. acne

Keterangan :

K (-)��������� : DMSO (kontrol negatif)

K (+)�������� : klindamisin 2mg / cakram (kontrol positif)

 

F.   Hasil Uji Beda Zona Hambat

1.    Hasil Uji Beda Zona Hambat Konsentrasi 20%

Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi dianalisis dengan menggunakan uji One Way Anova. Uji normalitas terlihat bahwa P-value > 0,05 yang artinya data terdistribusi normal. Hasil uji homogenitas terlihat bahwa P-value < 0,05 yang artinya data tidak homogen, sehingga dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis. Hasil uji kruskal wallis sebesar 0,018 artinya P-value < 0,05 yang berarti ada perbedaan signifikan antara konsentrasi terhadap zona hambat dengan pengambilan hipotesis H0 : tidak ada perbedaan antara konsentrasi terhadap zona hambat dan H1 : ada perbedaan yang nyata antara konsentrasi terhadap zona hambat.

 

Tabel 4. Uji Normalitas Antibakteri Konsentrasi 20%

Zona Hambat

Konsentrasi

Shapiro-Wilk

Sig.

Keterangan

n-heksan

.600

Normal

etil asetat

.388

Normal

butanol

.484

Normal

Etanol

.780

Normal

Kontrol (+)

.210

Normal

 

Tabel 5. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas

Sig.

Keterangan

.019

Tidak homogen

 

Tabel 6. Uji Kruskal-Wallis

Variabel

Asymp. Sig.

Keterangan

Kesimpulan

Zona hambat

.006

H0 ditolak H1 diterima

Ada perbedaan antara konsentrasi terhadap zona hambat

 

Tabel 7. Uji Duncan

Konsentrasi

N

Subset for alpha = 0.05

1

2

3

4

K (-)

3

.0000

 

 

 

Butanol

3

 

16.7500

 

 

n-heksan

3

 

17.5167

17.5167

 

Etanol

3

 

17.9500

17.9500

 

EA

3

 

 

19.6000

 

K (+)

3

 

 

 

24.4333

Sig.

 

1.000

.317

0.94

1.000

 

G. Hasil Uji Beda Zona Hambat Konsentrasi 40%

Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi dianalisis dengan menggunakan uji One Way Anova. Uji normalitas terlihat bahwa P-value > 0,05 yang artinya data terdistribusi normal. Hasil uji homogenitas terlihat bahwa P-value < 0,05 yang artinya data tidak homogen, sehingga dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis. Hasil uji kruskal wallis sebesar 0,022 artinya P-value < 0,05 yang berarti ada perbedaan signifikan antara konsentrasi terhadap zona hambat dengan pengambilan hipotesis H0 : tidak ada perbedaan antara konsentrasi terhadap zona hambat dan H1 : ada perbedaan yang nyata antara konsentrasi terhadap zona hambat.

 

Tabel 8. Uji Normalitas Antibakteri Konsentrasi 40%

Zona Hambat

Konsentrasi

Shapiro-Wilk

Sig.

Keterangan

n-heksan

.593

Normal

etil asetat

.311

Normal

butanol

.797

Normal

Etanol

.918

Normal

Kontrol (+)

.193

Normal

 

Tabel 9. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas

Sig.

Keterangan

.099

Tidak homogen

 

Tabel 10. Uji Kruskal-wallis

Variabel

Asymp. Sig.

Keterangan

Kesimpulan

Zona hambat

.022

H0 ditolak H1 diterima

Ada perbedaan antara konsentrasi terhadap zona hambat

 

Tabel 11. Uji Duncan

Konsentrasi

N

Subset for alpha = 0.05

1

2

3

K (-)

3

.0000

 

 

Butanol

3

 

15.9833

 

n-heksan

3

 

16.6000

 

Etanol

3

 

16.8000

 

EA

3

 

18.0167

 

K (+)

3

 

 

27.8867

Sig.

 

1.000

.176

1.000

 

H.  Hasil Uji Beda Zona Hambat Konsentrasi 80%

Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi dianalisis dengan menggunakan uji One Way Anova. Uji normalitas terlihat bahwa P-value > 0,05 yang artinya data terdistribusi normal. Hasil uji homogenitas terlihat bahwa P-value < 0,05 yang artinya data tidak homogen, sehingga dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis. Hasil uji kruskal wallis sebesar 0,023 artinya P-value < 0,05 yang berarti ada perbedaan signifikan antara konsentrasi terhadap zona hambat dengan pengambilan hipotesis H0 : tidak ada perbedaan antara konsentrasi terhadap zona hambat dan H1 : ada perbedaan yang nyata antara konsentrasi terhadap zona hambat.

 

Tabel 12. Uji Normalitas Antibakteri Konsentrasi 80%

Zona Hambat

Konsentrasi

Shapiro-Wilk

Sig.

Keterangan

n-heksan

.034

Normal

etil asetat

.000

Normal

butanol

.183

Normal

Etanol

.139

Normal

Kontrol (+)

.612

Normal

 

Tabel 13. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas

Sig.

Keterangan

.042

Tidak homogen

 

Tabel 14. Uji Kruskal-wallis

Variabel

Asymp. Sig.

Keterangan

Kesimpulan

Zona hambat

.023

H0 ditolak H1 diterima

Ada perbedaan antara konsentrasi terhadap zona hambat

 

Tabel 15. Uji Duncan

Konsentrasi

N

Subset for alpha = 0.05

1

2

3

K (-)

3

.0000

 

 

Butanol

3

 

17.7667

 

n-heksan

3

 

18.6833

 

Etanol

3

 

19.0667

 

EA

3

 

19.3500

 

K (+)

3

 

 

28.1767

Sig.

 

1.000

.150

1.000

 

 

 

I.     Hasil Uji Beda Zona Hambat Konsentrasi 100%

Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi dianalisis dengan menggunakan uji One Way Anova. Uji normalitas terlihat bahwa P-value > 0,05 yang artinya data terdistribusi normal. Hasil uji homogenitas terlihat bahwa P-value < 0,05 yang artinya data tidak homogen, sehingga dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis. Hasil uji kruskal wallis sebesar 0,032 artinya P-value < 0,05 yang berarti ada perbedaan signifikan antara konsentrasi terhadap zona hambat dengan pengambilan hipotesis H0 : tidak ada perbedaan antara konsentrasi terhadap zona hambat dan H1 : ada perbedaan yang nyata antara konsentrasi terhadap zona hambat.

 

Tabel 16. Uji Normalitas Antibakteri Konsentrasi 100%

Zona Hambat

Konsentrasi

Shapiro-Wilk

Sig.

Keterangan

n-heksan

.344

Normal

etil asetat

.144

Normal

butanol

.762

Normal

Etanol

.619

Normal

Kontrol (+)

.964

Normal

 

Tabel 17. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas

Sig.

Keterangan

.160

Tidak homogen

 

Tabel 18. Uji Kruskal-wallis

Variabel

Asymp. Sig.

Keterangan

Kesimpulan

Zona hambat

.032

H0 ditolak H1 diterima

Ada perbedaan antara konsentrasi terhadap zona hambat

 

Tabel 19. Uji Duncan

Konsentrasi

N

Subset for alpha = 0.05

1

2

3

K (-)

3

.0000

 

 

Butanol

 

 

17.4167

 

n-heksan

3

 

17.4667

 

Etanol

3

 

17.4667

 

EA

3

 

17.9833

 

K (+)

3

 

 

26.2200

Sig.

 

1.000

.547

1.000

 

J.    Pembahasan

Tumbuhan Bajakah Kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr.) yang digunakan dalam penelitian ini telah dilakukan determinasi di Herbarium Jatinangor, Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA UNPAD � Bandung. Determinasi ini dilakukan untuk memastikan keaslian tanaman yang digunakan dalam penelitian dan menghindari kesalahan dalam pengambilan tanaman. Dari hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang diperoleh merupakan Arcangelisia flava (L.) Merr. yang merupakan suku dari Fabaceae.

Sampel tanaman bajakah kuning yang digunakan dikirim dari Kalimantan tengah. Tanaman kering yang diperoleh sebanyak 4000 g, selanjutnya bajakah kuning digiling halus. Tujuan dari penggilingan ukuran simplisia dengan cara digiling menggunakan mesin yaitu untuk memperbesar luas permukaan sehingga mempercepat proses ekstraksi karena dengan memperbesar luas permukaan akan memperbesar kontak antara simplisia dan perlarut semakin besar (Sa'adah, et al., 2017).

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode soxhletasi, dengan menggunakan empat pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya, yaitu pelarut n-heksan yang merupakan pelarut non-polar, etil asetat merupakan pelarut semi polar, butanol dan etanol yang merupakan pelarut polar. Tujuan dari ekstraksi bertingkat dengan empat pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya adalah untuk mengesktrak komponen senyawa dalam suatu bahan yang sesuai dengan tingkat kepolarannya.

Sebanyak 250 g serbuk bajakah kuning dimasukkan kedalam pembungkus kertas saring kemudian diletakkan ke dalam tabung sifon dan dialirkan dengan pelarut n-heksan (non-polar). Soxhketasi dilakukan dengan suhu 50�C sampai tetesan siklus tidak berwarna lagi, cairan penyari akan tertampung di labu alas bulat. Setelah tetesan siklus tidak bewarna selanjunya diganti dengan pelarut etil asetat (semi polar), butanol dan etanol (polar). Penggantian pelarut dilakukan karena siklus tidak berwarna lagi dan larutan telah menjadi jenuh, ditandai dengan pekatnya warna cairan ekstrak.

Metode dengan alat Soxhlet dapat dikatakan lebih hemat dalam jumlah pelarut yang digunakan lebih sedikit, waktu yang digunakan lebih cepat dan sampel yang diekstraksi secara sempurna karena dilakukan berulang-ulang (Febriana, et al., 2015). Hal ini dikarenakan pelarutnya menguap karena pemanasan (tanpa ada zat aktif yang ikut menguap) lalu mengalami kondensasi kemudian menetes Kembali sebagai pelarut baru dan membasahi kembali kertas saring yang berisi serbuk bajakah kuning. Suhu yang digunakan adalah 50�C karena dianggap optimal dalam penguapan pelarut dan tidak merusak senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia (Triesty, et al., 2017).

Pemekatan ekstrak dilakukan dengan rotary evaporator pada suhu 40�C-50�C dengan kecepatan 100 rpm. Pemekatan dilanjutkan diatas waterbath hingga didapatkan ekstrak kental yang konstan. Ekstrak yang telah kental selanjuntnya disimpan didesikator untuk mengurangi kelembapan sehingga ekstrak tidak berjamur.

Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan yang dapat memberikan gambaran mengenai kandungan senyawa tertentu dalam bahan alam yang akan diteliti. Golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman akan tergambar dari hasil skrining fitokimia dengan pengamatan perubahan warna secara visual (Laila, et al., 2018). Hasil uji skrining fitokimia fraksi bajakah kuning mengandung metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid dan terpenoid. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Maulina, et al., 2019) yang menyatakan bahwa ektrak bajakah kuning mengandung metabolit sekunder alkaloid, sapoin, flavonoid, dan steroid.

Bakteri uji Propionibacterium acnes dibuat dalam bentuk suspensi bakteri, untuk diukur transmitannya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 580-600 nm. Transmitan untuk bakteri adalah 25% karena ukuran bakteri yang kecil sehingga lebih banyak yang terserap (Yusmaini, et al., 2018).

Media pengujian antibakteri yang digunakan pada percobaan ini yaitu menggunakan media MHA (Muller Hinton Agar) karena MHA telah direkomendasikan oleh WHO untuk tes antibakteri terutama bakteri aerob dan facultative anaerobic bacteria untuk makanan dan materi klinis. Media agar ini juga telah terbukti memberikan hasil yang baik dan reprodusibel (reproducibility). Media agar ini mengandung sulfonamida, trimethoprim, dan inhibitor tetrasiklin yang rendah serta memberikan pertumbuhan patogen yang memuaskan dimana media yang sama digunakan pada penelitian (Putra, 2015).

Pengujian antibakteri menggunakan metode difusi cakram dipilih karena lebih mudah, murah dan memberikan hasil yang cepat sehingga dapat mendukung efisiensi waktu di laboratorium (Fatril, et al., 2020). Selain itu metode ini tidak memerlukan peralatan khusus hanya dengan meletakkan kertas cakram yang telah diberikan larutan uji diatas media padat yang telah diinkolusi dengan bakteri uji. Pertumbuhan bakteri diamati setelah diinkubasi untuk melihat zona bening disekitar cakram (Nurhayati, et al., 2020). Pada saat inkubasi 24-48 jam posisi cawan dibalik dengan tujuan agar tetesan embun tidak jatuh dan merusak koloni bakteri (Fikri, et al., 2019). Masa inkubasi yang baik untuk bakteri uji pada penelitian ini adalah 1x24 jam dikarenakan pada jam ke 24 bakteri masih berada pada fase log. Aktivitas antibakteri pada masa inkubasi 1x48 jam mengalami penurunan.

Pelarut yang digunakan pada pembuatan larutan uji adalah Dimetil Sulfoksida (DMSO), pelarut ini dipilih karena merupakan pelarut yang bersifat semi polar yang dapat melarutkan komponen kimia polar dan non-polar tanpa memberikan penghambatan terhadap mikroba uji (Maryam, et al., 2015). DMSO juga sebagai kontrol negatif karena DMSO tidak memiliki aktivitas antibakteri. Sedangkan kontrol positif yang digunakan adalah klindamisin 2 mg karena antibiotik ini memiliki spektrum luas yang dapat menghambat bakteri gram positif dan negative (Emelda, et al., 2021).

Uji aktivitas antibakteri fraksi bajakah kuning dilakukan dengan metode difusi cakram terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Metode difusi cakram dipilih karena memiliki kelebihan yaitu sederhana dan tidak perlu membuat lubang seperti metode sumuran yang memiliki resiko lebih tinggi media agar rusak (Nurhayati et al., 2020). Uji aktivitas antibakteri fraksi bajakah kuning menggunakan konsentrasi 20% 40% 80% dan 100%. Pada zona hambat pada konsentrrasi 20%, memiliki zona hambat terhadap bakteri Propionibacterium acne yaitu 17,51 mm, didapatkan etil asetat yang memiliki aktivitas antibakteri yang paling tinggi termasuk ke dalam kategori daya hambat yang kuat. Pada hambat pada konsentrrasi 40%, memiliki zona hambat terhadap bakteri Propionibacterium acne yaitu 18,01 mm, didapatkan etil asetat yang memiliki aktivitas antibakteri yang paling tinggi termasuk ke dalam kategori daya hambat yang kuat. Pada hambat pada konsentrrasi 80%, memiliki zona hambat terhadap bakteri Propionibacterium acne yaitu 19,96 mm, didapatkan n-heksan yang memiliki aktivitas antibakteri yang paling tinggi termasuk ke dalam kategori daya hambat yang kuat. Pada hambat pada konsentrrasi 100%, memiliki zona hambat terhadap bakteri Propionibacterium acne yaitu 19,98 mm, didapatkan etil asetat yang memiliki aktivitas antibakteri yang paling tinggi termasuk ke dalam kategori daya hambat yang kuat.

Berdasarkan hasil penelitian ini adanya zona hambat pada fraksi disebabkan karena metabolit sekunder yang terkandung di dalam ektrak. Mekanisme antibakteri dari senyawa metabolit sekunder pada dasarnya memilki mekanisme yang berbeda-beda. Senyawa alkaloid memiliki mekanisme penghambatan dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel (Suhara et al., 2017). Flavonoid merupakan semyawa fenol, memiliki mekanisme sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein esktraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri (Ibrahim & Kuncoro, 2012).

Pada uji aktivitas antibakteri konsentrasi 20%, hasil uji normalitas terlihat bahwa nilai P-value > 0,05 yang artinya data terdistribusi normal, sedangkan pada uji homogenitas didapat bahwa nilai P-value < 0,05 yang artinya data tidak homogen. Dikarenakan salah satu data tidak memenuhi persyaratan uji One Way Anova, maka dilakukan uji anternatif lain yaitu Kruskall-wallis. Diperoleh P-value 0,018 yang artinya < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada perbedaan yang signifikan dari zona hambat pada setiap konsentrasi. Pada uji duncan, hasil uji aktivitas antibakteri didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan� antara konsentrasi pada sampel n-heksan karena terletak pada subset yang sama.

Pada uji aktivitas antibakteri konsentrasi 40%, hasil uji normalitas terlihat bahwa nilai P-value > 0,05 yang artinya data terdistribusi normal, sedangkan pada uji homogenitas didapat bahwa nilai P-value < 0,05 yang artinya data tidak homogen. Dikarenakan salah satu data tidak memenuhi persyaratan uji One Way Anova, maka dilakukan uji anternatif lain yaitu Kruskall-wallis. Diperoleh P-value 0,022 yang artinya < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada perbedaan yang signifikan dari zona hambat pada setiap konsentrasi. Pada uji Duncan, hasil uji aktivitas antibakteri didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan� antara konsentrasi pada sampel n-heksan karena terletak pada subset yang sama.

Pada uji aktivitas antibakteri konsentrasi 80%, hasil uji normalitas terlihat bahwa nilai P-value > 0,05 yang artinya data terdistribusi normal, sedangkan pada uji homogenitas didapat bahwa nilai P-value < 0,05 yang artinya data tidak homogen. Dikarenakan salah satu data tidak memenuhi persyaratan uji One Way Anova, maka dilakukan uji anternatif lain yaitu Kruskall-wallis. Diperoleh P-value 0,023 yang artinya < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada perbedaan yang signifikan dari zona hambat pada setiap konsentrasi. Pada uji Duncan, hasil uji aktivitas antibakteri didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan� antara konsentrasi pada sampel n-heksan karena terletak pada subset yang sama.

Pada uji aktivitas antibakteri konsentrasi 100%, hasil uji normalitas terlihat bahwa nilai P-value > 0,05 yang artinya data terdistribusi normal, sedangkan pada uji homogenitas didapat bahwa nilai P-value < 0,05 yang artinya data tidak homogen. Dikarenakan salah satu data tidak memenuhi persyaratan uji One Way Anova, maka dilakukan uji anternatif lain yaitu Kruskall-wallis. Diperoleh P-value 0,032 yang artinya < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada perbedaan yang signifikan dari zona hambat pada setiap konsentrasi. Pada uji Duncan, hasil uji aktivitas antibakteri didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan� antara konsentrasi pada sampel n-heksan karena terletak pada subset yang sama.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa fraksi n-heksan, etil asetat, butanol dan etanol memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap Propionibacterium acnes. Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri fraksi n-heksan, etil asetat, butanol dan etanol dapat disimpulkan bahwa semua fraksi efektif terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Disarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan terkait fraksi bajakah kuning untuk diujikan terhadap jenis bakteri patogen yang berbeda serta isolasi bajakah kuning yang berpotensi sebagai antibakteri.

BIBLIOGRAFI

 

Callaway, L. F., Desai, P. N., Mattox, S. N., Shaw, K. A., McMullen, A. R., & Parada, S. A. (2020). Use of electrocautery does not diminish the transmission rate of Cutibacterium acnes compared to a scalpel blade. Journal of Orthopaedics, 19(September 2019), 162�165. https://doi.org/10.1016/j.jor.2019.11.023. Google Scholar

 

Findley, K., & Grice, E. A. (2014). The Skin Microbiome: A Focus on Pathogens and Their Association with Skin Disease What Is the Human Microbiome and Why Is It Important? https://doi.org/10.1371/journal.ppat.1004436.t001. Google Scholar

 

Gede, I., Wibawa, A. E., & Kwartantaya Winaya, K. (2019). Karakteristik Penderita Acne Vulgaris Di Rumah Sakit Umum (RSU) Indera Denpasar Periode 2014-2015. in Medika Udayana (Vol. 8, Issue 11). Google Scholar

 

Grice, E. A. (2014). The skin microbiome: Potential for novel diagnostic and therapeutic approaches to cutaneous disease. Seminars in Cutaneous Medicine and Surgery, 33(2), 98�103. https://doi.org/10.12788/j.sder.0087. Google Scholar

 

Kolina, J., Sumiwi, S. A., & Levita, J. (2019). Mode Ikatan Metabolit Sekunder Di Tanaman Akar Kuning (Arcangelisia flava L.) DENGAN NITRAT OKSIDA SINTASE. FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah Farmasi, 8(1), 45�52. https://doi.org/10.33751/jf.v8i1.1171. Google Scholar

 

Latifah, Yustina, Z. (2020). Antibacterila Activity Test Of Dayak Onion Bulb (Eleutherine americana Merr .) Extract Against Propionibacterium acne Bacteria Causing Acne And Its Potential As LKPD Design On Kingdom Monera. Program, Study Faculty, Biology Education Training, Teacher, 7(1), 1�13.

 

Lipa, M. B. (2021). Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan timbulnya Akne Vulgaris= The relationship between Body Mass Index (BMI) and the onset of acne vulgaris. Universitas Hasanuddin. Google Scholar

 

Milanda, T., Mustikawati, S., & Chaerunisaa, A. Y. (2021). Aktivitas Antibakteri Fraksi Teraktif Kulit Batang Trengguli (Cassia fistula L.) Terhadap Propionibacterium acnes Isolat Klinis dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dalam Sediaan Salep. Journal of The Indonesian Society of Integrated Chemistry (On Progress), 13(1), 1�13. https://doi.org/10.22437/jisic.v13i1.13049. Google Scholar

 

Nainggolan, S., & Fricles Ariwisanto sianturi. (2019). Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Herpes Zoster Dengan Menggunakan Metode Teorema Bayes. 3(3), 192�196. https://doi.org/10.31227/osf.io/rjqgz. Google Scholar

 

Ramadani, A. H., Karima, R., & Ningrum, R. S. (2022). Indonesian Journal of Chemical Research Antibacterial Activity of Pineapple Peel (Ananas comosus) Eco-enzyme Against Acne Bacteria (Staphylococcus aureus and Prapionibacterium acnes). J. Chem. Res, 9(3), 201�207. https://doi.org/10.30598//ijcr. Google Scholar

 

Risha, E., Lema, M., Yusuf, A., Wahyuni, S. D., & Keperawatan, F. (2019). Gambaran Konsep Diri Remaja Putri Dengan Acne Vulgaris Di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya (The Self-Concept of Female Adolescents with Acne Vulgaris at Faculty of Nursing Universitas Airlangga Surabaya) (Vol. 1). Google Scholar

 

Setiabudi, H. (2013). Rahasia Kecantikan Kulit Alami. Jakarta: MediaPressindo. Google Scholar

 

Sirajudin, A., Tarigan Sibero, H., dan Gambaran Epidemiologi Akne Vulgaris di Provinsi Lampung, P., & Indria Anggraini, D. (2019). Prevalensi dan Gambaran Epidemiologi Akne Vulgaris di Provinsi Lampung. In JK Unila | (Vol. 3, Issue 2). Google Scholar

 

Sudiono, J. (2014). Sistem Kekebalan Tubuh. Jakarta: EGC. Google Scholar

 

Togatorop, B. J. E. A., Manurung, D. Y. S., Manurung, M. E. M., & Sianipar, R. (2022). Hubungan Pengetahuan Terhadap Sikap Remaja Desa Ujung Tanduk Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Tentang Swamedikasi Jerawat Tahun 2021. Herbal Medicine Journal, 5(2), 38�42. Google Scholar

 

Copyright holder:

Dinda Ikwanti, Santi Perawati, Lili Andriani (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: