Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 12, Desember 2022
ANALISIS
EFISIENSI PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI OBAT DI GUDANG INSTALASI FARMASI RSUD
KEMBANGAN
Eska Perdini Suhendi1, Ede Surya Darmawan2
Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia1
Departemen
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia, Indonesia2
Email:
[email protected], [email protected]
Abstrak
Sistem
manajemen farmasi tidak terlepas dari prinsip manajeman logistik. Penyimpanan
obat bertujuan untuk menjaga mutu obat, mencegah kerusakan obat dan memudahkan
dalam proses pengawasan obat. Observasi awal yang dilakukan
ditemukan adanya obat-obatan kadaluarsa. Sehingga perlu dianalisisis
proses penyimpanan obat di Gudang Instalasi Farmasi RSUD Kembangan dan evaluasi
terhadap indikator efisiensi penyimpanan obat. Mengidentifikasi masalah
manajemen logistik obat pada proses penyimpanan dan distribusi obat di Gudang
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kembangan. Penelitian
adalah penelitian observasional deskriptif. Data
dikumpulkan secara retrospektif, dengan melakukan wawancara, observasi langsung
dan pengisian checklist. Data berupa data primer dan
data sekunder. Analisis data diperoleh dengan mengacu
pada Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 dan indikator efisiensi penyimpanan obat.
Hasil penelitian menunjukkan kondisi ruangan, fasilitas
penyimpanan obat serta prosedur penyimpanan sudah sesuai standar. Pada
indikator ketepatan data jumlah obat pada kartu stok, Turn Over Ratio (TOR), dan sistem penataan gudang didapatkan
nilai sesuai dengan standar. Namun pada indikator obat stok mati dan obat rusak
dan kadaluarsa belum sesuai standar yaitu persentase obat stok mati 4,9% dengan
standar 0% dan persentase obat rusak dan kadaluarsa 2,53% dengan standar
≤ 0,2 %. Analisis efisiensi penyimpanan obat di Gudang
Instalasi Farmasi RSUD Kembangan belum efisien karena masih adanya stok mati
dan obat kadaluarsa. Upaya yang dapat dilakukan adalah
memaksimalkan peran Komite Farmasi dan Terapi, proses perencanaan obat dan
pengadaan obat yang disesuaikan dengan kebutuhan, dan melakukan pengawasan obat
kadaluarsa.
Kata
Kunci:
Efficiency Indicators, Turn Over Ratio (TOR), Death Stock.
Abstract
The
pharmaceutical management system is inseparable from the principles of
logistics management. Drug storage aims to maintain drug quality, prevent drug
damage and facilitate the drug control process. Initial observations made found
the existence of expired drugs. So it is necessary to analyze the drug storage
process in the Pharmacy Installation Warehouse of the Kembangan Hospital and
evaluate the efficiency indicators of drug storage. To identify drug logistics
management problems in the process of storing and distributing drugs in the
Pharmacy Warehouse of the Kembangan Regional General Hospital. This research is
a descriptive observational study. Data were collected retrospectively, by
conducting interviews, direct observation and filling out a checklist. Data in the form of primary data and secondary data. Data
analysis was obtained by referring to Permenkes Number 72 of 2016 and
indicators of drug storage efficiency. The results showed that the condition of
the room, drug storage facilities and storage procedures were in accordance
with the standard. The indicators of the accuracy of the data on the number of
drugs on the stock card, Turn Over Ratio (TOR), and
the warehouse arrangement system obtained values according to the standard.
However, the indicators of dead stock drugs and damaged and expired drugs are
not up to standard, namely the percentage of dead stock drugs is 4.9% with a
standard of 0% and the percentage of damaged and expired drugs is 2.53% with a
standard of 0.2%. Analysis of drug storage efficiency in the Pharmacy
Installation Warehouse of RSUD Kembangan has not been efficient because there
are still dead stocks and expired drugs. Efforts that can be made are
maximizing the role of the Pharmacy and Therapeutic Committee, the drug planning
process and drug procurement tailored to the needs, and monitoring expired
drugs.
Keywords: Efficiency
Indicators, Turn Over Ratio (TOR), Death Stock.
Pendahuluan
Pelayanan
farmasi merupakan pelayanan penunjang utama di Rumah Sakit.
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi yang dapat menunjang dalam meningkatkan
kualitas hidup pasien (Kemenkes
RI, 2016). Praktik kefarmasian sesuai dengan Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat
atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat. Seluruh
kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit dilakukan oleh instalasi farmasi (Pemerintah
RI, 2009).
Instalasi
farmasi supaya dapat mengelola sediaan farmasi dengan baik harus menerapkan
manajemen farmasi yang baik. Manajemen
farmasi tidak terlepas dari prinsip-prinsip manajemen logistik. Logistik dijalankan berdasarkan suatu siklus logistic dan ini harus
teratur atau tertata dengan rapi. Siklus ini harus
dijalankan dengan benar. Siklus manajemen logistik farmasi terdiri dari
perencanaan, penganggaran, pengadaan, penerimaan dan penyimpanan, penyaluran,
pemeliharaan, penghapusan dan pengawasan (Aditama,
2003).
Penyimpanan obat adalah
proses sejak obat diterima, disimpan dan sampai didistribusikan. Penyimpanan
obat bertujuan untuk menjaga mutu obat, mencegah obat rusak dan memudahkan
dalam proses pengawasan obat (Qiyaam
et al., 2016).
Proses penyimpanan harus dapat menjaga mutu dan keamanan obat, alat kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) sesuai dengan syarat kefarmasian.
Persyaratan kefarmasian tersebut adalah meliputi stabilitas dan keamanan,
kebersihan, pencahayaan, pengaturan kelembaban, sirkulasi udara, dan
pengelompokan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP (Kemenkes
RI, 2016).
Indikator
diperlukan untuk dapat mengevaluasi hasil yang dicapai dari suatu sistem
pengelolaan obat. Indikator untuk menilai efisiensi
penyimpanan obat meliputi ketepatan jumlah obat dengan pencatatan pada kartu
stok, Turn Over Ratio (TOR), tehnik penataan gudang, obat stok mati
serta persentase obat rusak dan kadaluarsa (Pudjaningsih,
1996).
Observasi awal yang dilakukan oleh peneliti adalah masih
ditemukan obat-obatan kadaluarsa. Data 2 tahun terakhir diperoleh bahwa
terdapat pemusnahan obat kadaluarsa�
senilai Rp. 39.124.920 pada tahun 2020 dan senilai� Rp. 22.841.141 pada tahun 2021. Mengingat besarnya dampak yang dapat ditimbulkan dari adanya obat
kadaluarsa, sehingga mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai
efisiensi penyimpanan dan pendistribusian obat di Gudang Instalasi Farmasi RSUD
Kembangan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan memahami
masalah manajemen logistik obat pada proses penyimpanan dan distribusi obat di
Gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kembangan, dan
memberikan usulan dalam pemecahan masalah tersebut.
Metode Penelitian
����������� Penelitian yang dilakukan adalah
penelitian observasional yang bersifat deskriptif. Penelitian
dilakukan pada bulan Mei 2022 di Gudang Instalasi Farmasi RSUD Kembangan.
Data dikumpulkan secara retrospektif dari bulan
Januari � Desember 2021 dengan melakukan wawancara mendalam, observasi dan
pengisian checklist. Data yang diperoleh berupa
data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh
secara langsung melalui proses observasi dan wawancara. Data
sekunder merupakan data yang didapat dari dokumen yang sudah ada berupa laporan
penyimpanan dan pendistribusian obat, laporan keuangan, dan laporan pembelian.
Wawancara dilakukan kepada penanggungjawab gudang dan petugas
pelaksana Gudang Instalasi Farmasi RSUD Kembangan.
Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh item obat yang terdapat di gudang instalasi
farmasi yaitu berjumlah 475 item obat. Pengambilan
sampel obat dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu teknik
pengambilan sampel yang berdasarkan pada pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2013).
Kriteria inklusi adalah seluruh obat non program yaitu
berjumlah 443 item obat. Untuk obat-obatan program
tidak dihitung dalam penelitian ini yang berjumlah 32 item obat.
Perhitungan sampel
penelitian dengan menggunakan rumus Slovin untuk menentukan jumlah sampel
minimal dengan jumlah populasinya adalah 443 item obat dan tingkat kesalahan
10%. Hasil perhitungan didapatkan jumlah sampel sebanyak 82 sampel (Notoatmodjo,
2018).
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan membandingkan
indikator penyimpanan obat dengan keadaan yang sebenarnya dan kemudian diambil
kesimpulan. Indikator
yang dianalisa adalah sebagai berikut :
1. Ketepatan jumlah obat dengan pencatatan pada kartu
stok
2. Turn Over Ratio (TOR)
3.
Sistem
penataan Gudang
4. Persentase stok mati
Persentase obat rusak dan kadaluarsa.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1.
Fasilitas Penyimpanan Obat dan Kondisi
Gudang Instalasi Farmasi RSUD Kembangan
Standar sesuai Permenkes RI Nomor 72 Tahun 2016 |
Sesuai standar |
Keterangan |
Persentase |
|
Ya |
Tidak |
|||
Gudang Farmasi terpisah dengan area manajemen dan
pelayanan langsung kepada pasien |
√ |
|
Sesuai |
100% Sesuai |
Terdapat kontrol suhu |
√ |
|
Sesuai |
|
Terdapat sirkulasi udara yang baik |
√ |
|
Sesuai |
|
Tersedia pendingin ruangan |
√ |
|
Sesuai |
|
Pengaturan pencahayaan yang baik |
√ |
|
Sesuai |
|
Terdapat kontrol kelembaban |
√ |
|
Sesuai |
|
Sistem pembuangan limbah yang baik |
√ |
|
Sesuai |
|
Rak penyimpanan dan lemari tersusun rapi
terhindar dari debu, kelembaban dan cahaya berlebih |
√ |
|
Sesuai |
|
Tersedia palet-palet |
√ |
|
Sesuai |
|
Terdapat lemari pendingin |
√ |
|
Sesuai |
|
Lemari pendingin dilakukan kontrol suhu secara
berkala |
√ |
|
Sesuai |
|
Terdapat lemari khusus untuk menyimpan obat narkotika
dan psikotropika |
√ |
|
Sesuai |
|
Bahan yang mudah terbakar disimpan terpisah dan
dilakukan penandaan |
√ |
|
Sesuai |
|
Tempat penyimpanan gas medis di ruangan
tersendiri dengan posisi berdiri |
√ |
|
Sesuai |
����������� Hasil observasi
didapatkan kondisi gudang dan
fasilitas untuk menyimpan obat di Gudang Instalasi Farmasi RSUD Kembangan
sesuai dengan pengisian checklist (Tabel.1) dapat dikatakan baik karena
sesuai dengan standar yaitu Permenkes RI Nomor 72 Tahun 2016. Gudang farmasi
merupakan suatu ruangan tertutup yang berada di lantai 3 dengan pintu dari besi
dan terkunci dengan mesin sensor jari tangan (finger print) sehingga
terjaga keamanannya. Gudang farmasi masih satu gedung dengan Rumah
Sakit, sehingga proses pengambilan obat untuk pelayanan pasien menjadi lebih
mudah. Selain sebagai tempat penyimpanan obat, alat kesehatan dan barang medis
habis pakai (BMHP), gudang farmasi juga sekaligus sebagai ruang kantor petugas gudang.
����������� �Gudang farmasi dilengkapi
oleh pengaturan suhu dan kelembaban yang baik. Terdapat
4 unit AC dan terpasang termometer ruangan yang terletak di tengah gudang.
Terdapat kertas monitoring suhu dan kelembaban ruangan yang
diisi petugas secara rutin sehingga suhu dan kelembaban gudang farmasi dapat
terkontrol dengan baik. Gudang farmasi juga dilengkapi
dengan sistem ventilasi yang baik sehingga sirkulasi udara lancar.
Sirkulasi udara yang buruk dapat membuat obat mudah rusak sehingga tidak bisa
disimpan lama (Primadiamanti et al., 2021).
����������� Sistem pencahayaan
di gudang farmasi dilengkapi dengan 20 unit lampu neon, sehingga ruangan gudang
tampak terang. Hal ini memudahkan petugas untuk
menyimpan obat-obatan pada tempatnya dan memudahkan dalam pencarian obat
sehingga terhindar dari kesalahan pengambilan obat. Gudang
farmasi juga dilengkapi dengan CCTV. Sistem pembuangan
air limbah yang dimiliki RSUD Kembangan sudah baik. Terdapat instalasi
pengolahan air limbar di bagian belakang gedung Rumah Sakit, sehingga proses
kontaminasi dapat diminimalisir.
����������� Obat-obatan dan
alat kesehatan disimpan rapi dalam rak-rak, gudang farmasi juga dilengkapi
dengan palet-palet sehingga obat-obatan yang masih dalam kardus tidak langsung
menyentuh lantai. Untuk obat-obatan yang termolabil
disimpan dalam lemari pendingin yang selalu terkontrol suhunya secara rutin.
Untuk obat-obatan narkotika dan psikotropika disimpan di
ruangan khusus dan lemari khusus. Lemari terbuat dari
bahan yang kuat, tidak mudah dipindahkan, memiliki dua lapisan pintu dan 2 buah
kunci yang berbeda. Kunci lemari khusus ini dipegang oleh apoteker
penanggungjawab dan pegawai lain yang dikuasakan (Kemenkes RI, 2015). Terdapat ruangan terpisah untuk menyimpan bahan yang mudah terbakar
dan dilakukan penandaan. Gas medis disimpan di luar gudang farmasi,
ditempatkan dalam posisi berdiri, terikat dan diberi penandaan (Kemenkes RI, 2016).
Tabel 2. Prosedur Penyimpanan Obat di Gudang
Instalasi Farmasi RSUD Kembangan
Standar sesuai Permenkes RI Nomor 72 Tahun 2016 |
Sesuai dengan Standar |
Keterangan |
Persentase |
|
Ya |
Tidak |
|||
Penyimpanan obat dengan prinsip FIFO/FEFO |
√ |
|
Sesuai |
100% Sesuai |
Obat LASA (Look Alike Sound Alike) tidak disimpan secara berurutan, tapi dipisahkan
dengan obat lain yang bukan LASA dan diberi tanda khusus |
√ |
|
Sesuai |
|
Cairan Elektrolit konsentrat tinggi ada di
instalasi farmasi dan tidak ada di ruang perawatan |
√ |
|
Sesuai |
|
Obat-obatan, alat kesehatan dan BMHP disimpan
secara terpisah |
√ |
|
Sesuai |
|
Rak-rak tempat menyimpan obat tidak digunakan
untuk menyimpan barang lain |
√ |
|
Sesuai |
�����������
����������� Tabel 2 menunjukkan bahwa prosedur penyimpanan obat di gudang farmasi RSUD Kembangan dilakukan
dengan system FEFO (First Expired First Out), selain dengan sistem FEFO
penyimpanan obat juga dilakukan dengan sistem alfabet dan sesuai dengan sediaan
obat. Penyimpanan obat LASA (Look Alike Sound Alike) yaitu obat yang memiliki tampilan dan nama yang mirip tidak disimpan secara berdekatan dan diberi
tanda khusus, juga dilakukan pemisahan di tengah dengan dua obat yang bukan
LASA. Sehingga dapat meminimalisir terjadinya human eror pada proses
pengambilan obat oleh petugas (Susanto et al., 2017). Elektrolit konsentrat
tinggi disimpan dalam lemari khusus di gudang farmasi dan tidak ada di ruang
perawatan. Obat-obatan,
alat kesehatan dan BMHP disimpan secara terpisah sehingga memudahkan petugas
dalam meletakan dan mengambilnya (Kemenkes RI, 2011). Hasil observasi di
Gudang Instalasi Farmasi RSUD Kembangan diketahui bahwa prosedur penyimpanan
obat sebagaimana pada Tabel. 2 dinyatakan 100% sudah sesuai dengan
standar sebagaimana terdapat dalam Permenkes Nomor 72 tahun 2016 (Kemenkes RI, 2016). Akan tetapi terdapat
kendala yaitu belum adanya rak untuk menyimpan obat-obatan kadaluarsa. Hasil observasi terlihat bahwa obat-obatan kadaluarsa hanya
diletakan dalam kardus-kardus yang diletakkan diatas palet di bagian pojok
belakang gudang, sehingga tampak berantakan.
Tabel 3.
Data Indikator Penyimpanan dan
Distribusi Obat di Gudang Instalasi Farmasi RSUD Kembangan
Indikator |
Nilai Pembanding |
Hasil (Tahun 2021) |
Kesimpulan |
|
Ketepatan jumlah
obat dengan pencatatan pada kartu stok |
100% |
100% |
Sesuai |
|
Turn Over Ratio (TOR) |
10-23 kali/tahun |
19
kali/tahun |
Sesuai |
|
Sistem Penataan
Gudang |
100% FIFO/FEFO |
100%
FEFO |
Sesuai |
|
Persentase stok
mati |
0% |
4,97% |
Tidak Sesuai |
|
Persentase nilai
obat rusak dan kadaluarsa |
2,53% |
Tidak Sesuai |
|
Diketahui dari Tabel 3 bahwa hasil evaluasi pada
indikator ketepatan data jumlah obat pada kartu stok, nilai Turn Over Ratio (TOR), dan sistem penataan gudang sesuai dengan standar. Akan tetapi nilai presentase obat stok mati dan obat rusak dan kadaluarsa belum
sesuai dengan standar. Persentase stok mati sebesar 4,97% dengan nilai
standar adalah 0% (Pudjaningsih, 1996). Nilai obat rusak
dan kadaluarsa diperoleh hasil sebesar 2,53% lebih tinggi dari nilai standar
yaitu ≤ 0,2 % (Pudjaningsih, 1996).
Ketepatan
antara jumlah obat dengan pencatatan di kartu stok didapatkan hasil 100%. Hal ini menunjukkan
kedisiplinan dan ketelitian petugas gudang dalam melakukan pencatatan jumlah
obat masuk dan obat keluar. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Pudjaningsih (1996) dan Deni Anggraini (2018) yang memberikan nilai
100% menunjukkan bahwa penyimpanan obat dapat dinyatakan baik dan efisien (Pudjaningsih, 1996), (Anggraini & Merlina, 2020).
����������� Hasil perhitungan Turn Over Ratio (TOR) di Gudang instalasi farmasi RSUD
Kembangan adalah 19 kali/tahun, hasil ini menunjukkan bahwa pengelolaan obat
yang dilakukan sudah efisien. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pudjaningsih (1996) menyatakan bahwa standar nilai TOR yang baik yaitu
10-23kali/tahun (Fakhriadi et al., 2011).
TOR adalah perhitungan yang dilakukan untuk dapat mengetahui berapa kali
terjadi perputaran pada persediaan dalam satu tahun dalam arti berapa kali
terjadinya proses pembelian dan penjulan kembali paada persediaan tersebut (Anggraini & Merlina, 2020).
Semakin tinggi nilai TOR maka semakin efisien pengelolaan obat, dan dapat
memberi keuntungan bagi Rumah Sakit dari proses penjualan obat (Fakhriadi et al., 2011).
Nilai TOR yang rendah menunjukkan bahwa jumlah obat yang belum terjual masih
banyak sehingga menyebabkan penumpukan obat dan dapat menimbulkan kerugian bagi
Rumah Sakit (Dyahariesti & Yuswantina, 2019).
����������� Sistem penataan
Gudang Instalasi Farmasi RSUD Kembangan menggunakan sistem FEFO (First
Expired First Out) dan pencatatan dengan menggunakan kartu stok, sehingga
obat yang tanggal kadaluarsanya lebih cepat yang digunakan lebih dahulu.
Hasil observasi menunjukkan nilai 100%. Hasil ini
sejalan dengan penelitian Pudjaningsih (1996) yang memberikan nilai minimal
100% untuk penataan obat dengan system FEFO, sehingga penilaian pengelolaan
obat di Gudang intalasi Farmasi di RSUD Kembangan pada indikator tersebut dapat
disimpulkan sudah efisien (Sasongko et al., 2014).
Data obat stok mati diperoleh dengan melihat pemakaian obat setiap
bulan selama tahun 2021. Persentase
nilai obat stok mati didapat dengan cara membagi
jumlah obat yang tidak terpakai selama 3 bulan berturut-turut dengan jumlah
keseluruhan obat tahun 2021. Hasil didapatkan bahwa persentase obat stok mati
di Gudang Instalasi Farmasi RSUD Kembangan adalah sebesar 4,97%.
Hasil perhitungan stok mati melebihi nilai standar yang
ditetapkan yaitu 0% sesuai dengan penelitian yang dilakukan Pudjaningsih
(1996), sehingga dapat dinyatakan bahwa pengelolaan obat belum efisien.
Beberapa penyebab adanya obat stok mati adalah pembuatan resep yang tidak
sesuai dengan formularium Rumah Sakit, pola peresepan dokter yang berubah dan
adanya perubahan pada prevalensi penyakit (Primadiamanti et al., 2021).
Selain itu adanya stok mati juga dapat disebabkan karena pengadaan obat yang
tidak sesuai dengan kebutuhan dan perencanaan obat yang tidak tepat (Qiyaam et al., 2016). Sebagaimana diketahui pandemi COVID-19 masih berlangsung di tahun
2021, hal ini juga yang menjadi penyebab terdapatnya stok mati terutama untuk
obat-obatan diluar kasus COVID-19.
Persentase
obat rusak dan kadaluarsa didapatkan sebesar 2,53%. Tahun 2021 terdapat obat kadaluarsa yang dimusnahkan senilai Rp.
22.841.141 ini menunjukkan nilai kerugian yang dialami oleh Rumah Sakit.
Indikator ini dapat dikatakan belum efisien karena tidak sesuai dengan nilai
standar menurut Pudjaningsih (1996) yaitu sebesar ≤0,2%.
Adanya obat kadaluarsa dapat disebabkan oleh kurangnya pengawasan dalam proses
distribusi, kurangnya pengamatan mutu dalam penyimpanan obat dan kurang
tepatnya perencanaan obat sehingga tingkat pemakaian obat rendah kemudian obat
menumpuk dan menjadi kadaluarsa (Dyahariesti & Yuswantina, 2019).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis
efisiensi penyimpanan dan distribusi obat di Gudang Instalasi Farmasi RSUD
Kembangan dapat diambil kesimpulan yaitu kondisi ruangan, fasilitas penyimpanan
obat dan prosedur penyimpanan obat di Gudang Instalasi Farmasi RSUD Kembangan
sudah sesuai dengan standar Permenkes RI Nomor 72 tahun 2016. Tetapi untuk obat kadaluarsa perlu dibuatkan rak khusus sehingga
penyimpanan lebih rapi dan memudahkan petugas dalam melakukan pengawasan.
Hasil penilaian dengan menggunakan lima
indikator penyimpanan obat dapat diambil kesimpulan bahwa ketepatan antara
jumlah obat dengan pencatatan pada kartu stok, teknik penataan gudang dan nilai
Turn Over Ratio (TOR) sudah baik dan sesuai dengan standar. Akan tetapi persentase stok mati dan presentase obat rusak dan obat
kadaluarsa menunjukkan nilai yang tidak sesuai standar sebagaimana penelitian
sebelumnya yang dilakukan Pudjaningsih (1996). Kesimpulan
yang dapat diambil bahwa manajemen penyimpanan dan distribusi obat di Gudang
Instalasi Farmasi RSUD Kembangan belum efisien.
Aditama, T. Y.
(2003). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Universitas Indonesia Press.
Google Scholar
Anggraini, D., &
Merlina, S. (2020). Analisis Sistem Penyimpanan Obat di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018. 17(01), 62�70. Google Scholar
Dyahariesti, N., &
Yuswantina, R. (2019). Evaluasi Keefektifan Penggelolaan Obat di Rumah Sakit. Media
Farmasi Indonesia, 14(1), 1485�1492. Google Scholar
Fakhriadi, A.,
Marchaban, & Pudjaningsih, D. (2011). Analisis Pengelolaan Obat di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Temanggung Tahun 2006, 2007 dan
2008. Jurnal Manajemen Dan Pelayanan Farmasi, 1(2), 94�102. Google Scholar
Kemenkes RI. (2011).
Modul Penggunaan Obat Rasional Dalam Praktek. Modul Penggunaan Obat Rasional,
3�4. https://doi.org/10.1016/j.apergo.2015.07.007. Google Scholar
Kemenkes RI. (2015). Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi. Permenkes RI Nomor 3 Tahun 2015.
Kemenkes RI. (2016). Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Permenkes Nomor 72 Tahun 2016.
Notoatmodjo, S. (2018).
Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Google Scholar
Pemerintah RI. (2009). Tentang
Kesehatan. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009.
Primadiamanti, A.,
Hasni, N. A. M., & Ulfa, A. M. (2021). Evaluasi Penyimpanan Obat di
Instalasi Farmasi RSU Wismarini Pringsewu. Jurnal Farmasi Malahayati, 4(1),
107�115. Google Scholar
Pudjaningsih, D.
(1996). Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit. Universitas Gajah Mada. Google Scholar
Qiyaam, N., Furqoni,
N., & Hariati. (2016). Evaluasi Manajemen Penyimpanan Obat di Gudang Obat
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Soedjono Selong Lombok Timur. Jurnal
Ilmiah Ibnu Sina, 1(1), 61�70. Google Scholar
Sasongko, H., Satibi,
& Fudholi, A. (2014). Evaluasi Distibusi dan Penggunaan Obat Pasien Rawat
Jalan di Rumah Sakit Ortopedi. Jurnal Manajemen Dan Pelayanan Farmasi, 4(2),
99�104. Google Scholar
Sugiyono. (2013).
Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
In Bandung: Alfabeta. Google Scholar
Susanto, A. K.,
Citraningtyas, G., & Lolo, W. A. (2017). Evaluasi Penyimpanan dan
Pendistribusian Obat di Gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Advent Manado. Pharmacon
Jurnal Ilmiah Farmasi, 6(4). Google Scholar
Copyright holder: Eska Perdini Suhendi, Ede Surya Darmawan (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |