Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 12, Desember 2022
ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI DARI CONSUMER
BRAND ENGAGEMENT, CONSUMER BRAND CONNECTION, ADVERTISING PADA PERUMAHAN AREA
BOGOR
Andrial
Evan Savero, Kurniawati MM
Universitas
Trisakti, Indonesia
Email:
[email protected], [email protected]
Abstrak
Ledakan
populasi yang tak terbendung di Indonesia telah memicu pertumbuhan pesat di
sektor real estate. Hal ini dikarenakan tingkat permintaan rumah yang layak
huni di masyarakat semakin meningkat. Menurut ramalan Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas), dalam ramalan penduduk Indonesia tahun 2010-2035,
jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2020 adalah sekitar 271 juta jiwa yang
sebagian besar tinggal di Pulau Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan menganalisis pengaruh Perceived Personalization Terhadap Repurchase
Intention Dimediasi Oleh Consumer Brand Engagement, Consumer Brand Connection,
Advertising dan Brand Love. Sampel dalam penelitian ini meneliti 190 konsumen
yang membeli properti rumah subsidi di kawasan Bogor sebagai obyek penelitian.
Teknik analisis data yang digunakan dengan program AMOS melalui teknik
Structural Equation Model (SEM). Teknik purposive sampling yaitu penarikan
sampel berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, dimana sampel yang
dipilih sesuai dengan kriteria penelitian yaitu konsumen sebagai unit analisis
dalam penelitian ini. Didapat hasil sektor perumahan sangat erat hubungannya
dengan repurchase intention yang dipengaruhi utama oleh brand love. Brand love
sendiri dipengaruhi oleh consumer brand engagement, consumer brand connection,
advertising. Dimana mereka bisa dipengaruhi oleh perceived personalization.
Kata
Kunci: Persepsi Personalisasi, Keterlibatan Merek
Konsumen, Koneksi Merek Konsumen, Periklanan, Cinta Merek, Niat Beli Ulang.
Abstract
Indonesia's
unstoppable population boom has fueled rapid growth in the real estate sector.
This is because the level of demand for livable housing in the community is
increasing. According to the prediction of the National Development Planning
Agency (Bappenas), in the Indonesian population forecast for 2010-2035, the
total population of Indonesia in 2020 will be around 271 million people, most
of whom live on the island of Java. This study was explained the effect of
Perceived Personalization on Repurchase Intention mediated by Consumer Brand
Engagement, Consumer Brand Connection, Advertising and Brand Love. The sample
in this research was examined 190 consumers who bought subsidized housing
properties in the Bogor area as the object of research. The data analysis
technique used with the AMOS program is through the Structural Equation Model
(SEM) technique. Purposive sampling technique is sampling based on certain
considerations, where the sample is selected in accordance with the research
criteria, namely the consumer as the unit of analysis in this study.
Keywords:
Perceived Personalization, Consumer Brand Engagement, Consumer Brand
Connection, Advertising, Brand Love, Repurchase Intention.
Pendahuluan
Ledakan penduduk
Indonesia yang tak tebendung telah mendorong industri properti tumbuh secara
cepat. Ini karena tingkat kebutuhan masyarakat atas pemukiman yang layak kian
meningkat. Menurut proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas),
dalam Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, jumlah penduduk Indonesia 2020
berada di kisaran 271 juta jiwa dengan paling banyak menghuni Pulau Jawa. Dalam
proyeksi tersebut, jumlah penduduk Indonesia 2020 di Pulau Jawa mencapai lebih
dari separuh total demografi. Pulau Jawa diperkirakan dihuni 152 juta jiwa, sementara
Sumatera sekitar 59 juta jiwa. Sebanyak 19 juta jiwa diperkirakan menghuni
Pulau Sulawesi, 16 juta jiwa di Kalimantan, serta 15 juta jiwa di Bali dan Nusa
Tenggara. Berdasarkan proyeksi Bappenas tersebut, akan terus meningkat dari
tahun ke tahun. Perusahaan harus memahami pentingnya repurchase intention agar
meningkatkan rencana penggunaan kembali produk atau jasa di masa yang akan
datang (Azize et al., 2012).�
Jika pada 2020 jumlah
penduduk Indonesia mencapai 271 juta jiwa, maka jumlah penduduk Indonesia pada
2025 diproyeksikan sebanyak 284 juta jiwa dan 296 juta jiwa di tahun 2030. Pada
tahun 2035, jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai 305 juta jiwa.
Perusahaan harus dapat meningkatkan repurchase intention karena konsumen
memiliki informasi dan evaluasi positif berkaitan dengan merek produk atau jasa
yang dijual oleh perusahaan (Amoako et al., 2021).
Jumlah penduduk yang
kian padat dan terkonsentrasi di pada satu kawasan, selain menguntungkan
industri properti, juga memiliki risiko yang sangat besar pada musim pandemi
Covid-19 ini. Padatnya penduduk pada satu wilayah memudahkan penyebaran virus
karena sering kontak dengan orang lain tiap hari. "Kepadatan penduduk
adalah musuh pada situasi seperti sekarang. Dengan populasi yang besar, orang
saling berinteraksi setiap hari dan dengan cara itulah virus menyebar dengan
cepat," kata ahli epidemiologi Dr Steven Goodman dari Stanford University
dikutip dari New York Times sebagaimana dikutip detiknews (14/4/2020). Sebagai
pengembang di kawasan Bogor, kawasan terpadat di Pulau Jawa, PT Ciputra
Development, Tbk seperti dapat memperluas pangsa pasar dan profitabilitas yang
dicapainya. Di satu sisi, jumah penduduk yang sangat padat membuka peluang
pasar yang sangat besar. Pandemi Covid-19 yang telah memaksa masyarakat untuk
beradaptasi dengan era New Normal atau tatanan hidup normal baru, membuka
peluang bagi perusahaan untuk menghadirkan produk hunian yang lebih relevan
dengan kebutuhan kastamer yang hidup dalam pusaran Coronavirus. Namun di sisi
lain, pandemik yang hinga kini belum bisa diatasi secara optimal ini telah
menghancurkan perekonomian dan meluluhlantakan daya beli masyarakat. Sebagai
hunian yang didesain untuk kelas menengah atas, PT Ciputra Development, Tbk
perlu kreativitas tinggi dalam menghadapi tantangan di era New Normal ini.
Semakin baik brand equity yang dimiliki oleh suatu merek produk atau jasa
menunjukkan semakin baik penilaian merek produk atau jasa di benak pemikiran
konsumen (Khamitov et al., 2019).
Banyak sektor-sektor
usaha yang harus berusaha keras dalam menghadapi adanya pandemic ini dalam
memperluas pangsa pasar dan meningkatkan eksistensi kinerja bisnis yang
dijalankan, tetapi ada juga sektor yang kini masih mampu bertahan yaitu pada
sektor properti. Perkembangan sektor properti di Indonesia tentu membuat para
pelaku usaha sektor properti dan para investor masih berani melakukan penjualan
di masa pandemi ini.
Angka investasi di sektor
perumahan, kawasan industri, dan perkantoran pada 2020 itu meningkat apabila
dibandingkan dengan 2019 yang mencapai Rp71,1 triliun. Tahun 2020 yang dihadapi
dengan pandemi Covid-19 ini berpengaruh juga terhadap dunia properti. Hal ini
dikuatkan oleh pendapat (Warsito, 2022),
yang menyatakan bahwa pandemi menyebabkan penurunan harga pada properti. Selain
itu terjadi pergeseran segmen pasar dari segmen menengah ke atas ke segmen
bawah. Lebih lanjut, (Warsito, 2022)
juga menyatakan bahwa properti dengan harga 300 juta rupiah kebawah mengalami
kenaikan sebesar 9,9%. Adanya pandemi Covid-19 menyebabkan ketidakmampuan
masyarakat membayar cicilan property. Karena pandemi ini banyak karyawan yang
di PHK. Sebagian besar konsumen yang mencicil properti adalah pegawai. Oleh
karena itu PHK atau gaji yang dipotong mempengaruhi kemampuan konsumen untuk
membayar kreditnya.
Repurchase Intention
juga dikenal sebagai pembelian berulang. (Zamzam & Aravik, 2020)
melamar dalam bukunya penelitian bahwa, niat membeli kembali berarti bahwa
pelanggan ingin dan cenderung mempertahankan perdagangan hubungan dengan
pemasok. (Heriyati & Septi, 2012)
menganggapnya sebagai intensitas perilaku pembelian kembali yang sebenarnya.
Pelanggan dengan niat pembelian ulang yang lebih kuat akan lebih mungkin untuk
membeli barang yang sama. Hubungan antara perilaku dan niat tersebut pada
dasarnya hubungan antara perilaku dan kesadaran. Oleh karena itu, dalam arti
tertentu, pembelian kembali perilaku tergantung pada niat pembelian ulang, dan
dapat dipromosikan dengan mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi niat ini.
Dengan demikian, industri konsumsi produk atau jasa dapat berkembang dengan cepat.
Ukuran lain dari manfaat bersih adalah niat pembelian kembali dalam penelitian
ini. Pembelian kembali pembelian grup niat pengguna adalah probabilitas
subjektif mereka dan kemungkinan untuk mengulangi pembelian mereka di situs web
pembelian kelompok (Suryono, 2016).
Penjual online dapat memperoleh keuntungan lima kali lebih banyak dari
pelanggan tetap daripada dari pelanggan baru karena pelanggan tetap kurang
sensitif terhadap harga dan membelanjakan lebih banyak di toko online (Yovanda et al., 2022).
Niat pembelian kembali yang tinggi dapat menghasilkan keuntungan yang lebih
tinggi untuk pembelian perusahaan.
Selama proses
pengambilan keputusan, masing-masing dari lima langkah dalam berbagai derajat
dipengaruhi oleh pemasaran yang dipersonalisasi. Pada tahap pertama, kesadaran
masalah, pemasaran yang dipersonalisasi dapat menciptakan kesadaran akan
kebutuhan akan produk tertentu terlepas dari apakah konsumen secara aktif
mencarinya atau tidak. Selama tahap kedua yaitu pencarian informasi, relevan
pesan dapat memudahkan proses dan memberikan penawaran produk yang relevan yang
pada gilirannya menjadi dasar untuk mengevaluasi alternatif, yang merupakan tahap
ketiga dalam proses. Tahap keempat, yaitu keputusan untuk membeli atau tidak
adalah dipengaruhi oleh langkah-langkah sebelumnya dalam proses. Jika kesadaran
masalah terjadi dan konsumen telah menemukan produk yang tepat dengan bantuan
dari pemasaran yang dipersonalisasi, kemungkinan untuk pembelian terjadi
meningkat. Setelah pembelian, seluruh proses dievaluasi dalam tahap kelima,
yang mungkin dipengaruhi oleh cara perusahaan bekerja dengan personalisasi
mereka pemasaran setelahnya.
Cara tradisional pemasaran
telah berubah dalam sesuai dengan kemajuan teknologi. Saat ini, pemasar
dituntut untuk memiliki komunikasi dua arah dengan pelanggannya. Keterlibatan
pelanggan telah menjadi lebih dinamis konsep interaktif untuk memahami sifat
hubungan pelanggan. Penelitian berfokus pada keterlibatan pelanggan untuk merek
tertentu, yang dikenal sebagai keterikatan merek. Ini adalah kombinasi antara
pengalaman dan dimensi sosial. Keterlibatan merek adalah tingkat motivasi
pelanggan untuk mengambil bagian dalam merek tertentu, ditandai dengan kognitif
langsung aktivitas, emosi, dan perilaku. (Adam et al., 2022),
menyatakan bahwa Facebook adalah saluran pemasaran utama untuk mendorong
keterlibatan merek dan kesadaran. Ini memungkinkan pelanggan untuk tetap
berhubungan dengan merek serta mendorong orang lain untuk berbagi preferensi
yang sama. Di Facebook, identitas konsumen diciptakan oleh deskripsi diri dan
cara mereka berkomunikasi orang lain. Pelanggan yang mengklik �suka� botton
untuk sebuah merek dapat menunjukkan kepribadian mereka yang sebenarnya. Jumlah
"suka" atau komentar di halaman merek adalah variabel untuk mengukur
merek keterlibatan (Aradah et al., 2018).
Facebook pada tahun 2010 (Wallace et al., 2014)
menyatakan bahwa pelanggan yang mengklik "suka" lebih banyak aktif
dan sangat terhubung dibandingkan dengan yang lain pengguna Facebook.� Data terbaru dari BrandZ menunjukkan bahwa
mereka yang mengklik "suka" menghabiskan uang lima kali lebih dari
mereka yang tidak. Merek yang lebih banyak dibahas di Facebook memiliki lebih
banyak kesempatan untuk mempengaruhi orang lain. Pengguna yang memilih
"suka" cenderung memiliki lebih banyak teman di Facebook dan
cenderung klik tautan 5,3 kali lebih banyak daripada pengguna lain. Sudah
teridentifikasi ada hubungan antara keterlibatan merek, kecintaan terhadap
merek, dan penggunaan merek untuk meningkatkan ekspresi diri. Studi ini
berfokus pada pertanyaan apakah merek keterlibatan dapat dibuktikan dengan
tombol "suka", diekspresikan dengan ekspresi diri, cinta merek, dan
kata dari mulut. Batin diri dapat tercermin dalam merek yang sesuai dengan
pernyataan bahwa merek adalah cerminan kepribadian, merek dapat melambangkan
seseorang diri sejati, dan merek membentuk perpanjangan dari batin (pelanggan).
Diri sosial adalah apa yang diinginkan orang untuk dilihat dan diperlakukan
oleh orang lain seperti pernyataan bahwa merek berkontribusi pada citra diri,
merek menyediakan dampak positif pada apa yang orang lain pikirkan tentang diri
sendiri. (Wallace et al., 2014),
mengatakan bahwa diri batin dan diri sosial memiliki dampak positif pada cinta
merek. Bisa jadi diukur dengan preferensi dan pandangan orang. Seseorang dapat
berkontribusi dari mulut ke mulut yang baik jika dia suka merek tertentu.
Penelitian ini menguji pelanggan keterlibatan di Facebook. Penting untuk
dilaksanakan penelitian ini karena keterlibatan pelanggan online sangat penting
dalam menjaga hubungan jangka panjang antara perusahaan dan klien mereka.
Pemasaran modern menggunakan jejaring sosial, seperti Facebook, buat dua arah
komunikasi antara pemasar dan pelanggan, baik pemasar maupun pelanggan dapat
saling menghargai, konsumen diperbolehkan memberikan commets atau keluhan
tentang produk, dan perusahaan dapat langsung merespon keinginan konsumen
pertanyaan atau keluhan. Studi ini dilakukan di Denpasar. Kriteria responden
adalah mahasiswa yang telah mengklik tombol "suka" atau "bagikan",
atau berikan komentar tentang produk Oriflame di Facebook.
Keinginan konsumen
membeli produk atau jasa yang sama di masa yang akan datang ditentukan oleh
hubungan baik yang terjalin antara konsumen dengan merek produk atau jasa (Ubud & Ubud, 2016).
Dorongan konsumen untuk tetap membeli produk atau jasa yang diinginkan
selanjutnya ditentukan oleh kedekatan emosional dari dalam diri konsumen
terhadap suatu merek produk atau jasa. Brand love sebagai keterikatan emosional
yang dikembangkan oleh pelanggan yang puas terhadap nama merek tertentu. Menjelaskan
bahwa brand love adalah konstruksi yang mencakup tiga dimensi: (1)
keintiman-perasaan kedekatan, (2) gairah dan mencakup gairah dan keterlibatan,
dan (3) komitmen yang mengacu pada mempertahankan hubungan untuk suatu jangka
panjang. Brand love baru-baru ini menarik perhatian sarjana perhotelan karena
pengaruh kritisnya pada beberapa hasil pemasaran seperti dari mulut ke mulut
yang positif, niat pembelian kembali, dan penolakan peralihan (Khamitov et al., 2019).
Semakin tinggi brand love ditentukan oleh consumer brand engagement karena konsumen
menjalin interaksi positif terhadap merek produk atau jasa yang dijual oleh
perusahaan. Semakin tinggi brand love ditentukan oleh consumer brand connection
karena baiknya tujuan yang dimiliki oleh konsumen setelah membeli produk atau
jasa yang diinginkan. Semakin baik consumer brand connection ditentukan oleh
advertising karena perusahaan menyampaikan pesan secara positif kepada konsumen
yang membeli produk atau jasa (Kairupan & Yovanda, 2021).
Semakin baik perceived personalization terlihat dari informasi yang berguna
kepada konsumen yang akan membeli produk atau jasa dapat menciptakan interaksi
positif antara konsumen dengan perusahaan yang menjual produk atau jasa.
Penjelasan di atas mengenai Anteseden dan konsekuensi dari consumer brand
engagement, consumer brand connection, advertising, lalu diperluas dengan
rerangka konseptual yang melatar belakangi penelitian ini sebagaimana yang
digambarkan pada Gambar 1 sebagai berikut:
Gambar 1
Rerangka Konseptual
Anteseden dan Konsekuensi Dari Consumer Brand Engagement,
Consumer
Brand Connection, Advertising,
Brand Love
Sumber: (Tran et al., 2020); (Bisen & Nuangjamnong,
2021)
Metode Penelitian
Penelitian ini diadaptasi
dari beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Tran et al., 2020);
(Bisen & Nuangjamnong, 2021)
dengan menganalisa pengaruh Perceived Personalization terhadap Repurchase
Intention dimediasi oleh Consumer Brand Engagement, Consumer Brand Connection,
Advertising, dan Brand Love. Jenis penelitian ini adalah metode kuantitatif
dengan menggunakan survey research pada konsumen yang membeli properti rumah
subsidi di kawasan Bogor sebagai obyek penelitian.
Variabel dan Pengukuran
1. Perceived
Personalization
Dalam mencari tanggapan
pada perceived personalization menggunakan empat item pernyataan mengacu pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Tran et al., 2020)
sebagai berikut:
Tabel
1.
Item-Item
Pernyataan Perceived Personalization
No |
Item Pernyataan |
1 |
Iklan
perumahan ini sesuai dengan kebutuhan saya. |
2 |
Saya pikir
iklan ini memungkinkan saya untuk memesan produk yang dibuat
khusus untuk saya. |
3 |
Secara
keseluruhan, iklan ini sesuai dengan situasi yang saya hadapi. |
4 |
Saya percaya
bahwa iklan ini disesuaikan dengan kebutuhan saya |
2. Consumer
Brand Engagement
Untuk mengukur Consumer Brand Engagement menggunakan
empat item pernyataan yang mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh (Tran et al., 2020) sebagai berikut:
Tabel
2
Item-Item
Pernyataan Consumer Brand Engagement
No |
Item
Pernyataan |
1 |
Saya
terlibat aktif di dalam pembelian rumah subsidi. |
2 |
Saya
memiliki kedekatan perasaan terhadap pengembang yang menjual rumah subsidi. |
3 |
Saya
memiliki penilaian baik secara kognitif terhadap pengembang yang menjual
rumah subsidi. |
3.
Consumer Brand Connection
Untuk mengukur Consumer Brand Connection menggunakan
empat item pernyataan yang mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh (Tran et al., 2020) sebagai berikut:
Tabel
3.
Item-Item
Pernyataan Consumer Brand Connection
No |
Item Pernyataan |
1 |
Perumahan
subsidi yang saya beli sesuai dengan kepribadian yang saya miliki. |
2 |
Saya dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan keunggulan yang dimiliki oleh pengembang
yang menjual rumah subsidi. |
3 |
Saya
merasakan hubungan pribadi dengan pengembang yang� menjual rumah subsidi. |
4 |
Saya menilai
pengembang ini selalu membantu konsumen yang membutuhkan rumah subsidi. |
5 |
Saya
mempertimbangkan untuk membeli pengembang yang menjual rumah subsidi. |
4. Brand
Love
Untuk mengukur brand love
menggunakan enam item pernyataan yang mengacu pada penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh (Tran et al., 2020) sebagai berikut:
Tabel
4.
Item-Item
Pernyataan Brand Love
No |
Item
Pernyataan |
1 |
Saya menilai
rumah subsidi yang dijual sangat menarik. |
2 |
Saya merasa
nyaman setelah membeli rumah subsidi. |
3 |
Saya menilai
pengembang yang menjual rumah subsidi ini sangat professional. |
4 |
Saya menilai
pengembang yang menjual rumah subsidi ini selalu membuat konsumen merasa
senang. |
5 |
Saya
mencintai rumah subsidi yang dijual oleh pengembang. |
6 |
Saya merasa
puas dengan rumah subsidi yang dijual oleh pengembang. |
7 |
Saya merasa
dekat dengan pengembang yang menjual rumah subsidi. |
8 |
Saya
memiliki kedekatan emosional dengan pengembang yang menjual rumah subsidi. |
5. Advertising
Dalam penelitian ini, Advertisingt terdiri dari dimensi Awareness
(AWR), Interest (INT), Conviction (CON), Purchase (PUR), dan Post
Purchase (PPUR) yang diadopsi dari penelitian diukur dengan Skala Interval 1-5, yaitu:
Tabel
5.
Item-Item
Pernyataan Advertising
No |
Item
Pernyataan |
A. |
Awareness |
1. |
Iklan membantu saya mengetahui tentang produk baru. |
2. |
Saya memperhatikan iklan sebelum saya membeli produk. |
3. |
Saya mencari iklan sebelum membeli produk. |
4. |
Saya secara teratur menonton, membaca, atau mendengarkan iklan untuk
membuat diri saya diperbarui tentang merek produk. |
B. |
Interest |
1. |
Iklannya informatif dan memberikan deskripsi yang detail tentang
produk. |
2. |
Sebagian besar iklan menimbulkan perasaan tertarik yang dimiliki oleh
konsumen. |
3. |
Iklannya mudah dimengerti. |
4. |
Iklan menunjukkan cara penggunaan merek produk atau jasa. |
C. |
Conviction |
1. |
Iklan dapat mengubah persepsi saya tentang produk atau jasa. |
2. |
Sebagian besar iklan perlu ditonton, dibaca, dan didengerkan oleh
pelanggan. |
3. |
Saya sering diyakinkan tentang klaim yang dibuat oleh perusahaan dalam
iklan. |
D. |
Purchase |
1. |
Sebagian besar, iklan meminta saya untuk membeli produk rumah. |
2. |
Iklan menyampaikan informasi, dan bersifat promosi umumnya memaksa saya
untuk melakukan pembelian. |
E. |
Post Purchase |
1. |
Saya merasa puas ketika saya melihat iklan yang berguna dan memberikan
informasi kepada konsumen. |
2. |
Iklan membuat saya mengulang pembelian produk rumah yang sama. |
6.
Repurchase Intention
Untuk mengukur repurchase intention
menggunakan tiga item, yaitu sebagai berikut:
Tabel
6.
Item-Item
Pernyataan Repurchase Intention
No |
Item
Pernyataan |
1 |
Kemungkinan
saya akan tetap membeli produk rumah yang dijual oleh pengembang ini. |
2 |
Saya
mempertimbangkan untuk tetap setia dengan produk rumah yang dijual oleh
pengembang ini. |
3 |
Seandainya
saya akan membeli produk rumah ini, saya tetap memilih merek pengembang ini. |
Metode Pengumpulan Data
1. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik purposive sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu, dimana sampel yang dipilih sesuai dengan
kriteria penelitian (Yanti, 2018). Penyebaran kuesioner dilakukan kepada 190 konsumen
yang membeli properti rumah subsidi di kawasan Bogor sebagai obyek penelitian. Kuesioner tersebut terdiri dari 3 bagian,
yaitu bagian pertama merupakan kata pengantar, bagian kedua berisi data diri
responden serta bagian ketiga berisi item-item penyataan dari variabel yang
akan diteliti.
2. Sampel
Penelitian
Penentuan jumlah sampel
dalam penelitian ini mendasar dari suatu teori, yang menyatakan (Hulud et al., 2022) bahwa jumlah anggota sampel ditetapkan dengan
minimal 5 sampai 10 kali dari jumlah indikator yang diteliti. Ukuran sampel
yang sesuai berkisar antara 100-200 responden. Untuk itu jumlah sampel akan
ditentukan berdasarkan hasil perhitungan minimum. Penentuan jumlah sampel
minimum adalah tergantung dari jumlah indikator dikali 5-10. Total indikator
diperoleh 38 item kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang
membeli properti rumah subsidi di kawasan Bogor yang berjumlah lebih dari 5000
karyawan. Dalam penelitian ini jumlah populasi sangat banyak, maka peneliti
menggunakan 380 responden sebagai sampel karena diantara 190 (5 dikalikan 38)
sampai 380 (10 dikalikan 38) responden.
3. Metode
Analisis
Data
Data penelitian ini
menggunakan data primer yang merupakan data yang mengacupada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh
peneliti yang berkaitan dengan penelitian. Data primer tersebut bersumber dari
hasil pengumpulan data berupa kuesioner kepada responden yang merupakan
konsumen yang membeli properti rumah subsidi di kawasan Bogor
4. Analisis
SEM
Sebelum menganalisa
hipotesis, kesesuaian model secara keseluruhan (overall fit models)
melalui program AMOS dengan teknik Structural
Equation Model (SEM) harus diuji terlebih dahulu untuk menjamin bahwa model
yang dibentuk cocok / fit dapat menggambarkan semua pengaruh sebab
akibat. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan structural equation model (SEM) melalui program AMOS versi 7.� Menurut (Kurniawan &
Martadisastra, 2022), SEM (Structural Equation Modelling) yang dapat
digunakan sebagai alternatif yang baik untuk regresi berjenjang, analisis
jalur, analisis, faktor, analisis time
series, dan analisis covariance.
SEM dianggap sebagai teknik sampel yang luas dan membutuhkan ukuran sampel
antara 100 hingga 200 agar hasilnya optimal. Sebelum uji hipotesis dengan SEM
perlu dilakukan pengujian kesesuaian model dengan menggunakan Goodness of Fit Test. Pengujian
kesesuaian model dapat melihat beberapa kriteria pengukuran yaitu:
a.
Absolute
fit measure yaitu
mengukur model fit secara keseluruhan (baik model structural maupun model
pengukuran secara bersamaan).
b.
Incremental
fit measure yaitu ukuran
untuk membandingkan model yang diajukan (proposed
model) dengan model lain yang dispesifikasi oleh peneliti.
c.
Parsimonious fit measure yaitu melakukan penyesuaian terhadap pengukuran fit
untuk dapat dibandingkan antar model dengan jumlah koefisien yang berbeda.
Uji kecocokan model
digunakan untuk mengevaluasi kecocokan model dengan data, nilai observasi yang
diperoleh sama atau mendekati dengan yang diharapkan dalam model. Adapun model
yang digunakan harus memenuhi Goodness of Fit (GoF). Ini menunjukkan
bahwa hasil goodness of fit model terlihat
memenuhi kriteria yang ditentukan menunjukkan bahwa pembentukan rerangka
konseptual sesuai dengan item pernyataan. Ini ditunjukkan pada gambar Structural Equation Model sebagai
berikut:
Gambar
1. Structural Equation Model (SEM)
5. Deskripsi
Data
Adapun profil responden dari konsumen yang membeli
properti rumah subsidi di kawasan Bogor sebagai berikut:
Tabel
7.
Profil
Responden
Profil |
Keterangan |
Frekuensi |
Persentase �(%) |
Gender |
Pria |
116 |
61,1 |
Wanita |
74 |
38,9 |
|
Usia |
20-30
Tahun |
33 |
17,4 |
31-40
Tahun |
56 |
29,5 |
|
41-50
Tahun |
70 |
36,8 |
|
>
50 Tahun |
31 |
16,3 |
|
Pendidikan |
Diploma
3 |
26 |
13,7 |
Sarjana
Strata 1 (S1) |
51 |
26,8 |
|
Pasca
Sarjana (S2) |
77 |
40,5 |
|
Lainnya |
36 |
18,9 |
|
Pekerjaan |
PNS |
22 |
11,6 |
Wiraswasta |
24 |
12,6 |
|
Ibu
Rumah Tangga |
23 |
12,1 |
|
Karyawan
Swasta |
54 |
28,4 |
|
Pelajar/Mahasiswa |
26 |
13,7 |
|
Lainnya |
41 |
21,6 |
|
Pendapatan
Bulanan |
<
Rp 5.000.000 |
50 |
26,3 |
Rp
5.000.000- Rp 10.000.000 |
55 |
28,9 |
|
Rp
10.000.000- Rp 15.000.000 |
22 |
11,6 |
|
Rp
15.000.000- Rp 20.000.000 |
15 |
7,9 |
|
>
Rp 20.000.000 |
43 |
22,6 |
|
Lainnya |
5 |
2,6 |
Sumber: Data kuesioner diolah
dengan SPSS Versi 25
Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa konsumen yang memiliki gender pria dibandingkan karyawan yang memiliki gender wanita. Konsumen yang memiliki gender pria. Konsumen yang memiliki gender pria paling dominan diperoleh
sebanyak 287 responden atau berdasarkan persentase sebesar 71,80 persen. Pada
tabel tersebut juga menunjukkan bahwa konsumen yang memiliki usia minimal 41 Tahun hingga 50 Tahun diperoleh sebanyak 70 responden
atau berdasarkan persentase sebesar 36,80 persen. Konsumen yang memiliki pendidikan terakhir
Pasca Sarjana (S2) paling dominan diperoleh
sebanyak 77 responden atau berdasarkan persentase sebesar 79,30 persen. Konsumen yang memiliki pekerjaan sebagai
karyawan swasta paling dominan diperoleh sebanyak 54 responden atau berdasarkan
persentase sebesar 28,40 persen.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Uji Hipotesis
Tabel 8.
Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis |
Estimate |
p-value |
Keputusan |
H1: Perceived
Personalization Consumer Brand Engagement |
0,631 |
0,000 |
H1 didukung |
H2: Perceived
Personalization Advertising |
0,504 |
0,000 |
H2 didukung |
H3: Perceived
Personalization Consumer Brand Connection |
0,152 |
0,089 |
H3 tidak didukung |
H4: Consumer Brand Engagement Consumer Brand Connection |
0,488 |
0,000 |
H4 didukung |
H5: Consumer Brand Engagement Brand Love |
0,458 |
0,000 |
H5 didukung |
H6: Advertising Consumer
Brand Connection |
0,092 |
0,114 |
H6 tidak didukung |
H7: Advertising Brand Love |
0,136 |
0,020 |
H7 didukung |
H8: Consumer Brand Connection Brand Love |
0,254 |
0,007 |
H8 didukung |
H9: Brand
Love Repurchase Intention |
0,844 |
0,000 |
H9 didukung |
Sumber:
Data diolah menggunakan AMOS
1. Analisis
Perceived Personalization berpengaruh
positif terhadap Consumer Brand Engagement
Hipotesis
1: Perceived Personalization berpengaruh
positif terhadap Consumer Brand
Engagement.
Pengujian hipotesis satu yaitu untuk menguji Perceived Personalization berpengaruh
positif terhadap Consumer Brand
Engagement.
Pengujian Hipotesa
Hipotesis
null (H o1) dan hipotesis alternatif (Ha1) yang akan diuji dirumuskan sebagai
berikut:
Ho1:������ Perceived
Personalization tidak berpengaruh positif terhadap Consumer Brand Engagement.
Ha1:������ Perceived
Personalization berpengaruh positif terhadap Consumer Brand Engagement.
Pada
pengujian hipotesis satu
ditunjukkan
dengan nila estimate (β) sebesar 0,631 dan nilai signifikan sebesar 0,000. Nilai signifikan sebesar 0,000 lebih
kecil dari 0,05 maka keputusan yang diambil adalah Ho1 ditolak Ha1 diterima maka dapat diartikan bahwa Perceived
Personalization berpengaruh positif terhadap Consumer Brand Engagement. Sehingga hipotesis pertama yaitu Perceived Personalization berpengaruh
positif terhadap Consumer Brand
Engagement terbukti dan didukung.
Hal ini ditunjukkan bahwa Iklan perumahan ini sesuai dengan kebutuhan saya
sehingga saya terlibat aktif di dalam pembelian rumah subsidi.
2. Analisis
Perceived Personalization berpengaruh
positif terhadap Advertising.
Hipotesis
2: Perceived Personalization berpengaruh
positif terhadap Advertising.
Pengujian hipotesis dua yaitu untuk menguji Perceived Personalization berpengaruh
positif terhadap Advertising.
Pengujian
Hipotesa
Hipotesis
null (H o2) dan hipotesis alternatif (Ha2) yang akan diuji dirumuskan sebagai
berikut:
Ho2:������ Perceived
Personalization tidak berpengaruh positif terhadap Advertising.
Ha2:
Perceived Personalization berpengaruh
positif terhadap Advertising.
Pada
pengujian hipotesis dua
ditunjukkan dengan nilai estimate (β) sebesar 0,504 dan nilai signifikan
sebesar 0,000. Nilai signifikan sebesar 0,000
lebih kecil dari 0,05 maka keputusan yang diambil adalah
Ho2 ditolak Ha2 diterima maka
dapat diartikan bahwa Perceived
Personalization berpengaruh positif terhadap Advertising, sehingga hipotesis kedua yaitu Perceived Personalization berpengaruh
positif terhadap Advertising terbukti dan didukung. Hal ini
ditunjukkan dengan saya pikir iklan ini memungkinkan saya untuk memesan produk yang dibuat
khusus untuk saya sehingga saya mencari iklan sebelum membeli produk. ��
3.
Analisis Perceived Personalization berpengaruh positif terhadap Consumer Brand Connection.
Hipotesis
3: Perceived Personalization berpengaruh
positif terhadap Consumer Brand
Connection.
Pengujian hipotesis tiga yaitu untuk menguji Perceived Personalization berpengaruh
positif terhadap Consumer Brand
Connection.
Pengujian
Hipotesa
Hipotesis
null (H o3) dan hipotesis alternatif (Ha3) yang akan diuji dirumuskan sebagai
berikut:
Ho3:������ Perceived
Personalization tidak berpengaruh positif terhadap Consumer Brand Connection.
Ha3:
Perceived Personalization berpengaruh
positif terhadap Consumer Brand
Connection.
Pada
pengujian hipotesis tiga
ditunjukkan dengan nilai estimate (β) sebesar 0,152 dan nilai signifikan sebesar 0,089.
Nilai
signifikansi sebesar 0,089
lebih besar dari 0,05 maka keputusan yang diambil adalah Ho3 diterima Ha3 ditolak maka dapat
diartikan bahwa Perceived
Personalization tidak berpengaruh positif terhadap Consumer
Brand Connection, sehingga
hipotesis ketiga yaitu Perceived
Personalization berpengaruh positif terhadap Consumer
Brand Connection tidak dudukung. Hal ini ditunjukkan dengan saya tidak percaya bahwa iklan ini disesuaikan dengan kebutuhan saya
sehingga perumahan subsidi
yang saya beli tidak sesuai dengan kepribadian yang saya miliki.
4. Analisis
Consumer Brand Engagement berpengaruh
positif terhadap Consumer Brand
Connection.
Hipotesis
4: Consumer Brand Engagement berpengaruh
positif terhadap Consumer Brand
Connection.
Pengujian hipotesis empat yaitu untuk menguji Consumer Brand Engagement berpengaruh
positif terhadap Consumer Brand
Connection.
Pengujian
Hipotesa
Hipotesis
null (H o4) dan hipotesis alternatif (Ha4) yang akan diuji dirumuskan sebagai
berikut:
Ho4:������ Consumer
Brand Engagement tidak berpengaruh positif terhadap Consumer Brand Connection.
Ha4:
Consumer Brand Engagement berpengaruh
positif terhadap Consumer Brand
Connection.
Pada
pengujian hipotesis empat
ditunjukkan
dengan nilai estimate (β) sebesar 0,488
dan nilai signifikan sebesar
0,000. Nilai signifikan sebesar 0,488 lebih kecil dari 0,05 maka
keputusan yang diambil adalah Ho4 ditolak Ha4 diterima maka dapat diartikan bahwa Consumer
Brand Engagement berpengaruh positif terhadap Consumer Brand Connection, sehingga hipotesis keempat yaitu Consumer
Brand Engagement berpengaruh positif terhadap Consumer Brand Connection terbukti dan didukung. Hal ini
ditunjukkan dengan Saya terlibat aktif di dalam pembelian
rumah subsidi sehingga saya merasakan hubungan pribadi dengan pengembang yang
menjual rumah subsidi.
5.
Analisis
Consumer Brand
Engagement berpengaruh positif terhadap Brand Love.
Hipotesis
5: Consumer Brand Engagement berpengaruh
positif terhadap Brand Love.
Pengujian hipotesis lima yaitu untuk menguji Consumer Brand Engagement berpengaruh
positif terhadap Brand Love.
Pengujian
Hipotesa
Hipotesis
null (H o5) dan hipotesis alternatif (Ha5) yang akan diuji dirumuskan sebagai
berikut:
Ho5:������ Consumer
Brand Engagement tidak berpengaruh
positif terhadap Brand Love.
Ha5:
Consumer Brand Engagement berpengaruh
positif terhadap Brand Love.
Pada
pengujian hipotesis lima
ditunjukkan
dengan nilai estimate (β) sebesar 0,458 dan nilai signifikan
sebesar 0,000.
Nilai signifikan sebesar 0,000 lebih
kecil dari 0,05 maka keputusan yang diambil adalah Ho5 ditolak Ha5 diterima maka dapat diartikan bahwa Consumer
Brand Engagement berpengaruh positif terhadap Brand Love, sehingga hipotesis kelima yaitu Consumer
Brand Engagement berpengaruh positif terhadap Brand Love terbukti dan didukung.
6.
Analisis
Advertising berpengaruh
positif terhadap Consumer Brand
Connection.
Hipotesis
6: Advertising berpengaruh positif
terhadap Consumer Brand Connection.
Pengujian hipotesis enam yaitu untuk menguji Advertising berpengaruh positif terhadap
Consumer Brand Connection.
Pengujian
Hipotesa
Hipotesis
null (H o6) dan hipotesis alternatif (Ha6) yang akan diuji dirumuskan sebagai
berikut:
Ho6:������ Advertising
tidak berpengaruh positif terhadap Consumer
Brand Connection.
Ha6:
Advertising berpengaruh positif
terhadap Consumer Brand Connection.
Pada
pengujian hipotesis enam
ditunjukkan
dengan nilai estimate (β) sebesar 0,092
dan nilai signifikan sebesar
0,114. Nilai signifikan sebesar 0,114 lebih
besar dari 0,05 maka keputusan yang diambil adalah Ho6 diterima Ha6 ditolak maka dapat diartikan bahwa Advertising
tidak
berpengaruh positif terhadap Consumer
Brand Connection, sehingga
hipotesis enam yaitu Advertising
berpengaruh positif terhadap Consumer
Brand Connection tidak didukung. Hal ini ditunjukkan dengan saya
tidak mencari iklan sebelum membeli produk sehingga saya
tidak dapat mengidentifikasikan kelebihan dan keunggulan yang dimiliki oleh
pengembang yang menjual rumah subsidi.
7.
Analisis Advertising
berpengaruh positif terhadap Brand Love.
Hipotesis
7: Advertising berpengaruh positif
terhadap Brand Love.
Pengujian hipotesis tujuh yaitu untuk menguji Advertising berpengaruh positif terhadap
Brand Love.
Pengujian
Hipotesa
Hipotesis
null (H o7) dan hipotesis alternatif (Ha7) yang akan diuji dirumuskan sebagai
berikut:
Ho7:������ Advertising
tidak berpengaruh positif terhadap Brand
Love.
Ha7:
Advertising berpengaruh positif
terhadap Brand Love.
Pada
pengujian hipotesis tujuh
ditunjukkan
dengan nilai estimate (β) sebesar 0,136
dan nilai signifikan sebesar
0,020. Nilai signifikan sebesar 0,020 lebih
kecil dari 0,05 maka keputusan yang diambil adalah Ho7 ditolak Ha7 diterima maka dapat diartikan bahwa Advertising
berpengaruh
positif terhadap Brand Love, sehingga hipotesis ketujuh yaitu Advertising
berpengaruh
positif terhadap Brand Love terbukti dan didukung. Hal ini
ditunjukkan dengan iklan dapat
mengubah persepsi saya tentang produk atau jasa sehingga saya
menilai rumah subsidi yang dijual sangat menarik. �
8.
Analisis
Consumer Brand
Connection berpengaruh positif terhadap Brand Love.
Hipotesis
8: Consumer Brand Connection berpengaruh
positif terhadap Brand Love.
Pengujian hipotesis delapan yaitu untuk menguji Consumer Brand Connection berpengaruh
positif terhadap Brand Love.
Pengujian
Hipotesa
Hipotesis
null (H o8) dan hipotesis alternatif (Ha8) yang akan diuji dirumuskan sebagai
berikut:
Ho8:������ Consumer
Brand Connection tidak berpengaruh positif terhadap Brand Love.
Ha8:
Consumer Brand Connection berpengaruh
positif terhadap Brand Love.
Pada
pengujian hipotesis delapan
ditunjukkan dengan nilai estimate (β) sebesar 0,254 dan nilai signifikan sebesar 0,007. Nilai
signifikan sebesar 0,007 lebih
kecil dari 0,05 maka keputusan yang diambil adalah Ho8 ditolak Ha8 diterima maka
dapat diartikan bahwa Consumer
Brand Connection berpengaruh positif terhadap Brand
Love, sehingga
hipotesis kedelapan yaitu Consumer
Brand Connection berpengaruh positif terhadap Brand
Love terbukti dan didukung.
Hal ini ditunjukkan dengan perumahan subsidi yang saya beli sesuai dengan kepribadian
yang saya miliki sehingga saya merasa nyaman setelah membeli rumah subsidi.
9.
Analisis
Brand Love berpengaruh
positif terhadap Repurchase Intention.
Hipotesis
9: Compensation berpengaruh positif
terhadap Job Performance.
Pengujian hipotesis sembilan yaitu untuk menguji Brand Love berpengaruh positif terhadap Repurchase Intention.
Pengujian
Hipotesa
Hipotesis
null (H o9) dan hipotesis alternatif (Ha9) yang akan diuji dirumuskan sebagai
berikut:
Ho9:������ Brand
Love tidak berpengaruh positif terhadap Repurchase
Intention.
Ha9:
Brand Love berpengaruh positif
terhadap Repurchase Intention.
Pada
pengujian hipotesis sembilan
ditunjukkan dengan nilai estimate (β) sebesar 0,844 dan nilai signifikan
sebesar 0,000.
Nilai
signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka keputusan yang diambil adalah Ho9 ditolak Ha9 diterima maka
dapat diartikan bahwa Brand
Love berpengaruh positif terhadap Repurchase
Intention, sehingga
hipotesis sembilan yaitu Brand
Love berpengaruh positif terhadap Repurchase
Intention terbukti dan didukung.
Hal ini ditunjukkan dengan saya
menilai pengembang yang menjual rumah subsidi ini selalu membuat konsumen
merasa senang sehingga saya mempertimbangkan untuk tetap setia dengan produk rumah yang dijual oleh
pengembang ini.
Kesimpulan
Dengan hasil studi ini
dapat disimpulkan bahwa sektor perumahan sangat erat hubungannya dengan
repurchase intention yang dipengaruhi utama oleh brand love. Brand love sendiri
dipengaruhi oleh consumer brand engagement, consumer brand connection,
advertising. Dimana mereka bisa dipengaruhi oleh perceived personalization.
Adam, M. R. R.,
Handra, T., & Annas, M. (2022). Pengaruh Celebrity Endorser Dan Periklanan
Terhadap Brand Image (Peran Digital Marketing). Technomedia Journal, 7(2
October), 189�201. Google Scholar
Amoako, G. K., Doe, J.
K., & Neequaye, E. K. (2021). Online innovation and repurchase intentions
in hotels: the mediating effect of customer experience. International
Hospitality Review. Google Scholar
Aradah, I. N.,
Ferawati, R., & Rusliani, H. (2018). Pengaruh Media Sosial Facebook Dan
Kepuasan Pelanggan Telkomsel Terhadap Keterlibatan Merek Di Grapari Telanaipura
Jambi. UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI. Google Scholar
Azize,� �ahin, Cemal, Z., & Hakan, K. (2012). The
effects of brand experience and service quality on repurchase intention: The
role of brand relationship quality. African Journal of Business Management,
6(45), 11190�11201. Google Scholar
Bisen, A., &
Nuangjamnong, C. (2021). An influence of advertising on consumer-based brand
loyalty: a case study on a sports shoe brand in Bhopal India. AU-GSB
e-Journal, 14(1). Google Scholar
Heriyati, P., &
Septi, S. (2012). Analisis pengaruh brand image dan kualitas produk terhadap
keputusan pembelian konsumen pada handphone Nexian. Journal of Business
Strategy and Execution, 4(2), 171�205. Google Scholar
Hulud, S., Arifin, R.,
& Athia, I. (2022). Pengaruh Kualitas Pelayanan, Persepsi Harga, Dan Citra
Merek Terhadap Kepuasan Pelanggan Pengguna Jasa Transportasi Ojek Online (Studi
Pada Mahasiswa Unisma Pengguna GrabBike di Kota Malang). Jurnal Ilmiah Riset
Manajemen, 11(25). Google Scholar
Kairupan, D. J. I.,
& Yovanda, O. A. (2021). Pengaruh Public Relation, Advertising, Dan Word of
Mouth Terhadap Brand Awareness Produk Umkm: Studi Kasus Pada Toko X Cake and
Bakery. Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis, 16(1), 1�12. Google Scholar
Khamitov, M., Wang, X.
S., & Thomson, M. (2019). ACRoss space and time: How cultural and
institutional differences explain consumer-brand relationships� differential
effects on brand loyalty. AP-Advances in Consumer Research, 12,
11�12. Google Scholar
Kurniawan, A., &
Martadisastra, D. S. (2022). Pengaruh manajemen kualitas total dan manajemen
pengetahuan terhadap kinerja organisasi pada perusahaan property. KINERJA,
19(2), 277�285. Google Scholar
Suryono, R. R. (2016). Perilaku
Pemain Game Online terhadap Pembelian Virtual Item. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember. Google Scholar
Tran, T. P., Muldrow,
A., & Ho, K. N. B. (2020). Understanding drivers of brand love-the role of
personalized ads on social media. Journal of Consumer Marketing. Google Scholar
Ubud, S., & Ubud,
S. (2016). Strategi kualitas hubungan merek, komitmen, kecintaan terhadap
loyalitas merek pada restoran waralaba. MIX: Jurnal Ilmiah Manajemen, 6(3),
152457. Google Scholar
Wallace, E., Buil, I.,
& De Chernatony, L. (2014). Consumer engagement with self-expressive
brands: brand love and WOM outcomes. Journal of Product & Brand
Management. Google Scholar
Warsito, T. (2022).
Analisis Siklus Pasar Properti Residensial di Masa Pandemi Covid-19 dengan
Hodrick-Prescott (HP) Filter. JURNAL EKUIVALENSI, 8(2), 242�256. Google Scholar
Yanti, R. (2018).
Pengaruh leader attention scope terhadap innovation ambidexterity yang
dimediasi oleh transformational leadership pada karyawan PT. Ultrajaya Milk
Tbk. di Bandung. SKRIPSI-2018. Google Scholar
Yovanda, E., Rahman,
A., & Anggriani, I. (2022). The Influence of Customer Experience and Trust
on Customer Loyalty PT. Lion Parcel Bengkulu City. Jurnal Ekonomi,
Manajemen, Akuntansi Dan Keuangan, 3(4), 1443�1454. Google Scholar
Zamzam, H. F., &
Aravik, H. (2020). Etika Bisnis Islam Seni Berbisnis Keberkahan.
Deepublish. Google Scholar
Copyright holder: Andrial Evan Savero, Kurniawati MM (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |