Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 12,
Desember 2022
PENGARUH
PDRB, PENDIDIKAN DAN KEMISKINAN TERHADAP� PENGANGGURAN DI PROVINSI JAWA TIMUR
TAHUN 2018-2021
Muhammad
Iqbal Annafi, Maulidyah Indira Hasmarini
Universitas
Muhammadiyah Surakata, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected]
Abstrak
Pembangunan
ekonomi suatu wilayah merupakan rangkaian kegiatan yang berkelanjutan untuk
menciptakan kondisi bagi pembangunan berkelanjutan. Indikator keberhasilan suatu daerah adalah pertumbuhan ekonomi yang
dapat dilihat dari tingkat pengangguran. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengethaui pengaruh PDRB, Kemiskinan dan Pendidikan
Terhadap Tingkat Pengangguran di {rovinsi Jawa Timut. Penelitian
ini menggunakan metode analisis regresi dengan data panel. Tahap
estimasi� analisis regresi data panel
akan meliputi: estimasi parameter� model
ekonometrik dengan pendekatan Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect Model
(FEM), dan Random Effect Model (REM); pemilihan model terestimasi terbaik
dengan uji Chow dan uji Hausman, dan uji Lagrange Multiplier jika diperlukan;
uji kebaikan model pada model terestimasi terpilih; dan uji validitas pengaruh
variabel independen pada model terestimasi terpilih. Hasil
Penelitian ini adalah variable PDRB berpenaruh Negatif terhadap Tingkat
Pengangguran sedangkan Variabel kemiskinan dan Pendidikan Berpengaruh Positi
terhadap Tingkat Pengangguran.
Kata
Kunci:
Tingkat Pengangguran, PDRB, Kemiskinan, Pendidikan.
Abstract
Pembangunan
ekonomi suatu wilayah merupakan rangkaian kegiatan yang berkelanjutan untuk
menciptakan kondisi bagi pembangunan berkelanjutan. Indikator keberhasilan suatu daerah adalah pertumbuhan ekonomi yang
dapat dilihat dari tingkat aksi. The purpose of this research is to find
out the effect of GRDP, Poverty and Education on Unemployment Rates in East
Java Province. This study uses the method of regression analysis with panel
data. The estimation stage of panel data regression analysis will include:
parameter estimation of econometric models using the Pooled Least Square (PLS)
approach, Fixed Effect Model (FEM), and Random Effect Model (REM); selection of
the best estimated model by Chow test and Hausman test, and Lagrange Multiplier
test if necessary; model goodness-of-fit test on the selected estimated model;
and test the validity of the effect of independent variables on the selected
estimated model. The results of this study are that the GRDP variable has a
negative effect on the unemployment rate, while the poverty and education
variables have a positive effect on the unemployment rate.
Keywords: Unemployment Rate,
GRDP, Poverty, Education.
Pendahuluan
Pembangunan
Ekonomi di Suatu daerah merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara
terus menerus untuk mewujudkan keadaan yang berkesinambungan.
Indikator yang digunakan untuk melihat suatu keberhasilan suatu daerah yaitu
pertumbuhan ekonomi, Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari tingkat
pengangguran (Deffri
et al., 2022).
Oleh sebab itu pemerintah juga akan terus melakukan
pembangunan di suatu daerah untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat
setempat. Pembangunan Ekonomi sebuah proses multifungsional yang melibatkan
perubahan � perubahan yang besar dalam struktur social demi memberantas
kemiskinan (Banjarnahor
et al., 2021).� Berdasarkan UU No 25 Tahun
2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional, dijelaskan mengenai
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM Nasional). Dalam pelaksanaan RPJM Nasional, dikenal adanya strategi pokok
pembangunan yang salah satunya mengenai strategi pembangunan Indonesia.
Pembangunan Juga
merupakan proses menuju kea rah yang lebih baik untuk mencapai tujuan yaitu
Indonesia Makmur dan maju. Selain Pembangunan kesejahteraan
ekonomi menjadi salah satu indicator yang suatu daerah dapat dinilai maju atau
tidak. Produktifitas yang rendah menjadi pengaruh upah tenaga kerja yang
diterima, tingkat Sumber Daya Manusia juga menjadi pengaruh tingkat upah yang
dierima oleh masyarakat (Widyasworo,
2014).
SDM juga menjadi salah satu indicator seseorang memiliki kesempatan kerja,
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi peluang kesempatan kerja yaitu : 1. Perkembangan jumlah penduduk dan angkatan kerja.
2. Pertumbuhan ekonomi dan kebijaksanaan mengenai perluasan kesempatan kerja.
3. Modal dan teknologi . tenaga kerja merupakan salah
satu faktor produksi yang sangat penting (Setiawan
et al., 2014);
(Ishak,
2018).
Menurut (Sukirno, 2011) mengatakan
bahwa pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan
kerja, yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah
tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Tingkat pengangguran menunjukkan persentase dari individu-individu
yang ingin bekerja namun tidak memiliki perkerjaan. Seseorang
dianggap menjadi penganggur jika tidak bekerja namun masih menunggu untuk
mendapatkan pekerjaan. Pengangguran Juga dapat dilihat
dari SDM yang dimiliki suatu daerah.
Menurut (Salsabila,
2018),
bentuk-bentuk pengangguran adalah: 1. Pengangguran terbuka (open unemployment),
adalah mereka yang mampu dan seringkali sangat ingin bekerja tetapi tidak
tersedia pekerjaan yang cocok untuk mereka. 2. Setengah pengangguran (under
unemployment), adalah mereka yang secara nominal bekerja penuh namun
produktivitasnya rendah sehingga pengurangan dalam jam kerjanya tidak mempunyai
arti atas produksi secara keseluruhan. 3. Tenaga kerja yang lemah (impaired), adalah mereka yang mungkin bekerja penuh tetapi intensitasnya
lemah karena kurang gizi atau penyakitan. 4. Tenaga kerja yang tidak produktif,
adalah mereka yang mampu bekerja secara produktif tetapi tidak bisa
menghasilkan sesuatu yang baik.
Pendapatan adalah hasil
akhir yang didapatkan dalam suatu proses ekonomi. PDRB dapat menggambarkan
tingkat kemampuan daerah dalam mengelola sumber daya yang dimiliki (Laksamana,
2016).
Menurut BPS PDRB adalah perhitungan dari harga pasar
dikurangi penyusutan. Produk Domestik adalah Semua
barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi di
wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari
atau dimiliki oleh penduduk dareha tersebut, merupakan produk domestik daerah
yang bersangkutan. Pendapatan yang timbul oleh karena
adanya kegiatan produksi tersebut merupakan pendapatan domestik. Produk regional merupakan produk domestik ditambah dengan
pendapatan dari faktor produksi yang diterima dari luar daerah/negeri dikurangi
dengan pendapatan dari faktor produksi yang dibayarkan ke luar daerah/negeri.
Jadi produk regional merupakan produk yang ditimbulkan oleh
faktor produksi yang dimiliki oleh residen.
Menurut (Sukirno,
2011),
PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari
seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah atau propinsi. Pengertian
nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara
(intermediate cost). Komponen-komponen nilai tambah
bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa
tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jadi
dengan menghitung nilai tambah bruto dari dari masing-masing sektor dan
kemudian menjumlahkannya akan menghasilkan produk
domestik regional bruto (PDRB).
Secara Nasional wajib
belajar di indonesia adalah 9 tahun, pada setiap
daerah tergantung kesiapan dan kemampuan daerah yang dapat diatur pada perda
masing-masing daerah. Namun secara Nasional agar terlaksananya Program
Pemerintah yakni Program Indonesia Pintar (PIP) melalui penerbitan Kartu
Indonesia Pintar (KIP) dengan Permen Dikbud No 19 tahun 2016 Pasal 2 huruf a
usia wajib belajar adalah 6 (enam) tahun sampai dengan 21 (duapuluh satu) tahun
atau tamat satuan pendidikan menengah sebagai rintisan wajib belajar 12 tahun.
Universalitas pendidikan dapat dilihat dari proses hiruk pikuk pendidik-an yang telah dilakukan umat manusia dalam dimensi waktu
maupun tempat. Pada waktu kapanpun dan di manapun pendidikan
selalu saja diselenggarakan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
Tentang Sistem Pendidikan Nasional juga telah menyebutkan bahwa pendidikan
diarahkan untuk mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri peserta didik
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mula, serta ketrampilan yang diperlukan bagi dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara (Suripto
& Subayil, 2020).
Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan, pendidikan
didefiniskan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Kemiskinan
merupakan salah satu masalah yang dihadapi setiap negara, masih banyak negara
negara maju yang memiliki tingkat kemiskinan di daerah tertentu di suatu negara
tersebut. Kemiskinan merupakan kondisi dimana
seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan kesempatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasarnya, seperti tidak dapat memenuhi kesehatan, standar
hidup layak, kebebasan, harga diri, dan rasa dihormati seperti orang lain,
serta suramnya masa depan bangsa dan negara (Retnowati
et al., 2015).
Pengaruh Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan Menurut (Sukirno,
2013),
efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada
akhirnya mengurangi tingkatkemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin
turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan
meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki
pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara sangat
buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang
buruk bagi kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka
panjang.
Di Indonesia,
pengukuran kemiskinan menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs).
Berdasarkan pendekatan kebutuhan dasar, ada tiga indikator kemiskinan yang
digunakan, yaitu indeks per kepala (head count index), indeks kedalaman kemiskinan
(poverty gap index), dan indeks keparahan kemiskinan (poverty severity index) (Syaparuddin,
2014).
Headcount index digunakan untuk mengukur kebutuhan absolut yang terdiri dari
dua komponen, yaitu garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan (Parameswari
Widarukmi & Daryono Soebagiyo, 2015).
Garis kemiskinan sebagai dasar untuk perhitungan head count indexditentukan
berdasarkanbatas pengeluaran minimum untuk konsumsi makanan setara dengan 2100
kkal per hari dan konsumsi non makanan (Ramdhan
et al., 2017);
(Yacoub,
2013).
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Pengaruh PDRB, Kemiskina, dan Pendidikan
terhadap tingkat Pengangguran.
Metode Penelitian
Analisis yang digunakan adalah analisis regresi dengan data
panel dan persamaan sebagai berikut:
di mana:
UNEMP �������� : Pengangguran (%)
PDRB������������ : Produk Domestik Regional Bruto
(%)
POVERTY���� :
Kemiskinan (%)
EDUC������������ :
Pendidikan (%)
������������������� :
Konstanta
����������� :
Koefiesien Regresi
Log����������������� : Operasi Logaritma
� �������������������� : Variabel Pengganggu
i ��������������������� : Observasi (Negara)
t ��������������������� : Banyaknya waktu
����������� Tahap
estimasi� analisis regresi data panel
akan meliputi: estimasi parameter� model
ekonometrik dengan pendekatan Pooled
Least Square (PLS), Fixed Effect
Model (FEM), dan Random Effect Model (REM);
pemilihan model terestimasi terbaik dengan uji Chow dan uji Hausman, dan uji
Lagrange Multiplier jika diperlukan; uji kebaikan model pada model terestimasi
terpilih; dan uji validitas pengaruh variabel independen pada model terestimasi
terpilih. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data panel, yaitu kombinasi
antara data time series dan data
cross section.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Hasil
estimasi model ekonometrik di muka dengan pendekatan Pooled Least Square (PLS)/ CEM, Fixed Effect Model (FEM)
dan Random Effect Model (REM) beserta hasil uji pemilihan modelnya terangkum
pada Tabel 1.
Tabel 1
Hasil Estimasi Model Ekonometrik Regresi Data
Panel - Cross section
Variabel |
Koefisien
Regresi |
||
CEM |
FEM |
REM |
|
C |
0.280608 |
-20.96445 |
-0.404159 |
logIKIP |
0.124568 |
-0.044153 |
0.111393 |
logLTKP |
-0.162223 |
0.373545 |
0.052895 |
logPDBP |
�0.518659 |
3.248729 |
0.600305 |
R2 |
�0.345585 |
0.709082 |
0.218898 |
Adjusted. R2 |
�0.332319 |
0.604246 |
0.203065 |
Statistik F |
�26.05201 |
6.763765 |
13.82529 |
Prob. Statistik F |
� 0.000000 |
0.000000 |
0.000000 |
Uji Pemilihan Model 1) �Chow ����� Cross-
Section F(37,111)= 3.748448; Prob. F(37,111) = 0,0000 2)
Hausman �����
Cross-Section random χ2 (3) = 25.932921; Prob. χ2 = 0,0000 |
Uji Chow dan uji Hausman memperlihatkan bahwa (FEM) terpilih
sebagai model terestimasi terbaik, terlihat dari probabilitas atau signifikansi
pada uji chow memiliki nilai prob sebesar 0.0000 < 0,01 dan uji hausman
memilki nilai prob sebesar 0.0000 <0,01. Hasil estimasi
lengkap dari model terestimasi FEM, terlihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2.
Model Estimasi Fixed Effect Model (FEM)
= -20.96445 �����������������������������������������������
(0,9248)����������������� (0,3404)������������������������ �(0,0000)* |
�R2 = 0,709082; DW
= 1.953081; F. = 6.763765; Prob. F = 0,00000 |
Sumber: BPS, diolah. Keterangan:
*Signifikan pada α = 0,01; **Signifikan
pada α = 0,05; ***Signifikan pada α = 0,10; Angka di dalam kurung
adalah probabilitas nilai statistik t. |
Dari Tabel 3 terlihat model terestimasi FEM
eksis dengan probabilitas atau signifikansi empirik statistik F bernilai
0,0000 (< 0,01), dengan nilai koefisien determinasi
(R2) sebesar 70,90%; yang artinya variabel pengangguran
dipengaruhi oleh variabel PDRB, kemiskinan, dan pendidikan sisanya 29,09%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam model
ekonometrika. Hasil inilah yang menunjukkan bahwa model
terestimasi FEM memiliki daya ramal yang sangat tinggi. Namun
demikian, daya ramal ini harus dimaknai secara kritis, karena secara terpisah
dari variabel lainnya dalam model ekonometrik, ternyata hanya satu variabel saja,
yakni variabel pendidikan yang memilki pengaruh signifikan, dengan probabilitas
atau signifikansi empirik statistik t sebesar 0,0000 (< 0,01).
Variabel pendidikan memiliki nilai koefisien
regresi sebesar 3,248729 dengan pola hubungan
linier-linier. Artinya,
apabila pendidikan mengalami kenaikan sebesar 1 persen, maka pengangguran akan
mengalami penurunan sebesar 3,248729
�persen. Sebaiknya, jika
pendidikan mengalami penurunan sebesar 1 persen, maka pengangguran akan mengalami kenaikan sebesar 3,248729
persen.
B. Pembahasan
1.
Pengaruh Variabel PDRB terhadap Pengangguran
Pada
model estimasi terpilih menjelaskan bahwa varibel PDRB memiliki pengaruh yang
negative artinya ketika PDRB naik maka tingkat pengangguran akan
menurun. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang
menyatakan jika suatu pertumbuhan ekonomi meningkat, maka diharapkan dapat
menyerap tenaga kerja sehingga dapat merendahkan tingkat pengangguran dalam
artian pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Ali Tutupoho (2019) yang menyatakan bahwa pengaruh adanya
pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran memilki pengaruh yang negatif di
Kabupaten/Kota Provinsi Maluku. Diharapkan dari hasil
penelitiannya ini dengan adanya penambahan PDRB di setiap wilayah mampu
menyerap tenaga kerja sehingga pengangguran semakin berkurang.
2.
Pengaruh Variabel Kemiskinan terhadap
Pengangguran
Pada
model estimasi terpilih menjelaskan bahwa varibel kemiskinan memiliki pengaruh
yang positif artinya ketika kemiskinan naik maka pengangguran juga akan naik. hal ini dapat terjadi karena menurut data BPS
Provinsi Jawa Timur selama kurun waktu dua tahun terkahir yakni tahun 2020-2021
tingkat penduduk kemiskinan disetiap Kabupaten/Kota selalu mengalami kenaikan
hal inilah yang menyebabkan pengangguran juga ikut meningkat karena banyaknya
orang yang tidak memilki pekerjaan atau kurangnya pendapatan yang diperoleh
masyarakat.� Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh�
Dahma Rama Ramadhan, Djoko Setyadi, dan Adi Wijaya (2017) yang
menyatakan bahwa pengaruh kemiskinan terhadap pengangguran adalah positif yang
dimana setiap kenaikan kemiskinan akan menyebabkan pengangguran meningkat. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dian Oktaviani (2001). Dian oktaviani menyatakan bahwa jumlah
pengangguran erat kaitanya dengan kemiskinan yang penduduknya memilki
ketergantungan yang sangat besar terhadap pendapatan atau upah yang diperoleh
pada saat itu, hilangnya pekerjaan� menyebabkan sebagian besar pendapatan
untuk membeli kebutuhan sehari-hari, artinya�
semakin tinggi pengangguran kemiskinan juga akan meningkat.
3.
Pengaruh Variabel Pendidikan terhadap
Pengangguran
Pada
model estimasi terpilih menjelaskan bahwa varibel pendidikan memiliki pengaruh
yang positif artinya ketika pendidikan naik maka pengangguran juga akan naik. Penelitian ini sejalan dengan teori dan
penelitian terdahulu menurut Edy (2009) menyatakan bahwa tingkat pendidikan
yang tinggi akan mencari pekerjaan di daerah yang memilki leading sector usaha
sesuai dengan pendidikannya, karena hal ini akan lebih leluasa bersaing di
daerah atau Provinsi lain yang leading sector usaha sesuai pendidikan yang dimilki
orang tersebut.� Hal
ini bertentangan dengan teori Human Capital yang berpendapat bahwa dimana
sesorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan pendidikan.
Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Imarotus Suaidah dan Hendry
Cahyono yang menyatakan bahwa pengaruh dari adanya tingkat pendidikan� di Kabupaten Jombang memilki pengaruh
yang positif artinya setiap kenaikan pendidikan menyebabkan pengangguran
meningkat.
Tabel
3.
Efek dan Konstanta Wilayah
No |
Kabupaten/Kota |
Effect |
Konstanta Baru |
1 |
Pacitan |
-1.5804 |
-22.544847 |
2 |
Ponorogo |
0.983024 |
-19.981426 |
3 |
Trenggalek |
0.564638 |
-20.399812 |
4 |
Tulungagung |
-2.37597 |
-23.340424 |
5 |
Blitar |
0.456855 |
-20.507595 |
6 |
Kediri |
-0.34307 |
-21.307521 |
7 |
Malang |
1.678359 |
-19.286091 |
8 |
Lumajang |
3.238213 |
-17.726237 |
9 |
Jember |
5.090257 |
-15.874193 |
10 |
Banyuwangi |
2.176915 |
-18.787535 |
11 |
Bondowoso |
5.87407 |
-15.09038 |
12 |
Situbondo |
3.378927 |
-17.585523 |
13 |
Probolinggo |
5.980942 |
-14.983508 |
14 |
Pasuruan |
3.666713 |
-17.297737 |
15 |
Sidoarjo |
-4.86118 |
-25.825628 |
16 |
Mojokerto |
-1.66767 |
-22.632119 |
17 |
Jombang |
-0.68685 |
-21.651296 |
18 |
Nganjuk |
-0.12074 |
-21.085186 |
19 |
Madiun |
-0.02662 |
-20.991069 |
20 |
Magetan |
-2.2349 |
-23.199349 |
21 |
Ngawi |
2.27057 |
-18.69388 |
22 |
Bojonegoro |
2.121777 |
-18.842673 |
23 |
Tuban |
2.411498 |
-18.552952 |
24 |
Lamongan |
-0.53273 |
-21.497184 |
25 |
Gresik |
-2.1681 |
-23.132545 |
26 |
Bangkalan |
9.224077 |
-11.740373 |
27 |
Sampang |
8.760518 |
-12.203932 |
28 |
Pamekasan |
2.585608 |
-18.378842 |
29 |
Sumenep |
5.051884 |
-15.912566 |
30 |
Kota Kediri |
-6.23205 |
-27.1965 |
31 |
Kota Blitar |
-6.54227 |
-27.506716 |
32 |
Kota Malang |
-4.2965 |
-25.260946 |
33 |
Kota Probolinggo |
-2.94097 |
-23.905422 |
34 |
Kota Pasuruan |
-3.416 |
-24.380452 |
35 |
Kota Mojokerto |
-7.73426 |
-28.698709 |
36 |
Kota Madiun |
-9.419 |
-30.38345 |
37 |
Kota Surabaya |
-4.31126 |
-25.275713 |
38 |
Kota Batu |
-4.02432 |
-24.988769 |
Pada Tabel 3 terlihat bahwa daerah dengan nilai konstanta
tertinggi adalah Kabupaten Bangkalan yakni sebesar -11.740373. Artinya, terkait
dengan pengaruh variabel PDRB, kemiskinan, dan pendidikan yang memiliki tingkat
pengangguran paling tinggi dibandingkan dengan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Timur. Sedangkan Nilai konstanta terendah dimiliki oleh Kota Madiun, yaitu sebesar -30.38345. Artinya, terkait dengan pengaruh
variabel PDRB, kemiskinan, dan pendidikan yang memiliki tingkat pengangguran
paling rendah dibandingkan dengan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian diatas, diambil kesimpulan bahwa bagi daerah sekiranya untuk
memperhatikan tingkat pendidikan masyarakatnya supaya menekan tingkat
pengangguran. Bagi peneliti
selanjutnya disarankan untuk menambah variabel independen yang dapat
mempengaruhi Tingkat pengangguran Diharapkan peneliti selanjutnya menambahkan
periode pengamatan untuk hasil yang lebih mendalam. Dengan
Penelitian Ini Semoga dapat memeberikan Analisis jalan keluar guna mengatasi
permasalahan dalam negara ini.
Banjarnahor, A. R.,
Simanjuntak, M., Revida, E., Purba, S., Purba, B., Simarmata, J., Nasrullah,
N., Murdana, I. M., Sudarmanto, E., & Harizahayu, H. (2021). Strategi
Bisnis Pariwisata. Medan: Yayasan Kita Menulis. Google Scholar
Deffri, D., Tjondro, H.
A., Firman, F., & Riki, H. (2022). Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat
Kemiskinan (Studi Kasus Kabupaten Bengkayang). EKOMBIS REVIEW: Jurnal Ilmiah
Ekonomi Dan Bisnis, 10(1), 229�236.
https://doi.org/10.37676/ekombis.v10i1.1774. Google Scholar
Ishak, K. (2018).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengangguran Dan Inflikasi Terhadap Indeks
Pembangunan Di Indonesia. Iqtishaduna: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, 7(1),
22�38. Google Scholar
Laksamana, R. (2016).
Pengaruh PDRB terhadap pengangguran di kabupaten/kota Kalimantan Barat. Jurnal
Audit Dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Tanjungpura, 5(2),
111�134. Google Scholar
Parameswari Widarukmi,
L., & Daryono Soebagiyo, Me. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Kota Surakarta Tahun 1995-2013.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Google Scholar
Ramdhan, D. A.,
Setyadi, D., & Wijaya, A. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pengangguran dan kemiskinan di kota samarinda. Inovasi, 13(1),
1�18. https://doi.org/10.30872/jinv.v13i1.2434. Google Scholar
Retnowati, D., Si, M.,
& Harsuti, S. E. (2015). Pengaruh Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan
di Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi, 4(1), 47�52. Google Scholar
Salsabila, B. (2018). Dampak
Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan. osf.io. Google Scholar
Setiawan, D., Maulida,
Y., & Sandika, R. S. (2014). Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja Di Kabupaten Pelalawan. Riau University. Google Scholar
Sukirno, S. (2011). Makro
ekonomi teori pengantar edisi ketiga. Jakarta: Rajawali Pers. Google Scholar
Sukirno, S. (2013). Mikroekonomi
teori pengantar. Google Scholar
Suripto, S., &
Subayil, L. (2020). Pengaruh Tingkat Pendidkan, Pengangguran Pertumbuhan
Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap Kemiskinan di Yogyakarta Priode
2010-2017. GROWTH Jurnal Ilmiah Ekonomi Pembangunan, 1(2),
127�143. Google Scholar
Syaparuddin, S. (2014).
Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Sarolangun. Jurnal
Penelitian Universitas Jambi: Seri Humaniora, 16(1), 43462. Google Scholar
Widyasworo, R. (2014). Analisis
Pengaruh Pendidikan, Kesehatan, dan Angkatan Kerja Wanita Terhadap Kemiskinan
di Kabupaten Gresik (Studi Kasus tahun 2008-2012). Universitas Brawijaya. Google Scholar
Yacoub, Y. (2013). Pengaruh
tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi
Kalimantan Barat. Politeknik Negeri Pontianak. Google Scholar
Copyright holder: Muhammad Iqbal Annafi, Maulidyah Indira
Hasmarini (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |