Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 12,
Desember 2022
FAKTOR RISIKO HIGIENE DAN SANITASI
PENJAMAH MAKANAN DI WARUNG MAKAN PASAR TRADISIONAL ADIWERNA KABUPATEN TEGAL
Dwi Utami Farkhati, Surahma Asti Mulasari,
Sulistyawati
Universitas Ahmad Dahlan, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected],
Abstrak
Kasus keracunan
makanan masih menjadi masalah kesehatan di dunia dan Indonesia hingga sekarang
ini. Higiene dan sanitasi makanan merupakan upaya pengendalian terhadap faktor
makanan meliputi tempat, peralatan makanan, orang, dan bahan makanan yang dapat
atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau masalah kesehatan. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan higiene
dan sanitasi penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna
Kabupaten Tegal. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan
desain penelitian cross-sectional. Sampel penelitian yaitu penjamah
makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal dengan
jumlah 39 penjamah makanan dari 34 warung makan. Teknik pengambilan sampel dengan
total sampling. Analisis data yang digunakan analisis univariat,
bivariat menggunakan uji Chi-square, dan analisis multivariat dengan uji
regresi logistik berganda. Hasil uji statistik penelitian menunjukkan ada
hubungan tingkat pendidikan (p= 0,001), pengetahuan (0,002), sikap (p= 0,000)
dengan higiene dan sanitasi penjamah makanan. Tidak ada hubungan umur (p=
0,257), masa kerja (p= 0,076), keikutsertaan pelatihan (p= 0,487) dengan
higiene dan sanitasi penjamah makanan. Faktor yang paling berhubungan dengan
higiene dan sanitasi penjamah makanan yaitu sikap (p= 0,037), sedangkan tingkat
pendidikan (p= 0,158), masa kerja (0,328), dan pengetahuan (0,055) tidak ada
hubungan dengan higiene dan sanitasi penjamah makanan. Simpulan penelitian ini
yaitu ada hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan, dan sikap mengenai
higiene dan sanitasi penjamah makanan. Tidak ada hubungan antara umur, masa
kerja, dan keikutsertaan pelatihan dengan higiene dan sanitasi penjamah
makanan. Faktor yang paling berhubungan yaitu sikap mengenai higiene dan
sanitasi penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten
Tegal.
Kata
kunci: Higiene dan Sanitasi, Penjamah
Makanan, Pengetahuan, Sikap.
Abstract
Cases of food poisoning are
still a health problem in the world and Indonesia until now. Food hygiene and
sanitation is an effort to control food factors including places, food
equipment, people, and food ingredients that can or may cause disease or health
problems. The purpose of this study was to determine the risk factors
associated with the hygiene and sanitation of food handlers in the food stalls
of the Adiwerna Traditional
Market, Tegal Regency. This type of
research is analytic observational with a cross-sectional research design. The
research sample was food handlers at the Adiwerna Traditional Market food stalls, Tegal Regency with a total of
39 food handlers from 34 food stalls. Sampling technique with total sampling.
Data analysis used univariate analysis, bivariate analysis using Chi-square
test, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results
of the statistical test showed that there was a relationship between education
level (p= 0.001), knowledge (0.002), attitude (p= 0.000) with food handlers'
hygiene and sanitation. There was no relationship between age (p= 0.257), years
of service (p= 0.076), participation in training (p= 0.487) with food handler
hygiene and sanitation. The factors most related to hygiene and sanitation of
food handlers were attitude (p= 0.037), while education level (p= 0.158), years
of service (0.328), and knowledge (0.055) had no relationship with hygiene and
sanitation of food handlers. The conclusion of this study is that there is a
relationship between the level of education, knowledge, and attitudes regarding
hygiene and sanitation of food handlers. There is no relationship between age,
years of service, and participation in training with food handler hygiene and
sanitation. The most related factor is the attitude regarding the hygiene and
sanitation of food handlers in the food stalls of the Adiwerna Traditional
Market, Tegal Regency.
Keywords:
Hygiene and Sanitation, Food Stall Traders, Knowledge, Attitude.
Pendahuluan
Makanan
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar manusia
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia seperti penyakit, hubungan
keluarga, konsep diri, dan perkembangan (Hidayat
& Uliyah, 2015).
Kebutuhan dasar manusia khususnya makanan yang baik bagi tubuh seperti makanan
yang memenuhi nilai gizi seimbang, memenuhi syarat dikonsumsi, aman, higienis,
dan sehat (Lestari,
2020).
Syarat
makanan yang baik untuk dikonsumsi harus memenuhi syarat dari makanan sehat.
Memenuhi kebutuhan gizi yang optimal seperti vitamin, mineral, karbohidrat,
lemak, dan lain-lain saja tidak cukup. Makanan juga harus aman dari kontaminasi
akibat bakteri patogen. Jika salah satu makanan terganggu, maka makanan yang
dibuat dapat menyebabkan masalah terkait kondisi medis individu, penyakit, dan
keracunan makanan. Makanan atau minuman yang tercemar dapat menyebabkan
penyakit bawaan makanan (PBM) (Alristina,
2019).
Permasalahan
kesehatan khususnya higiene sanitasi makanan bukan masalah yang baru. Sekitar
600 juta atau hampir satu dari 10 orang di dunia menjadi sakit setelah makan
makanan yang tercemar, tingkat mortalitas 420.000 orang, dan 30% kematian
akibat makanan terjadi pada anak di bawah�
usia lima tahun (WHO, 2019).
Kasus keracunan makanan sudah sering terjadi di Indonesia, berdasarkan
informasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) tahun
2019, bencana non alam terbanyak yaitu Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan
(16,8%) yang terjadi di 14 provinsi (Kemenkes,
2020).
Salah
satu wilayah dengan kasus keracunan yang mengalami peningkatan cukup besar
yaitu Jawa Tengah. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2020
menunjukkan bahwa distribusi kasus KLB keracunan tahun 2017-2019 paling banyak,
dengan jumlah kasus keracunan yang mengalami peningkatan signifikan yaitu pada
tahun 2019 sebanyak 974 orang dengan empat orang meninggal dunia (Dinkes
Jateng, 2020).
Penyebab keracunan nasional tahun 2019 dengan kasus yang cukup banyak yaitu
makanan. Kelompok penyebab keracunan karena makanan, paling sering terjadi
karena makanan olahan rumah tangga dan makanan olahan jasa boga (BPOM,
2020).
Higiene
dan sanitasi tidak hanya diterapkan dari aspek pengolahan, penyajian, dan
kondisi lingkungan, tetapi personal hygiene penjamah makanan juga perlu
diperhatikan (Rahmadayanti,
2018).
Hal ini dikarenakan penjual atau penjamah makanan merupakan subjek yang
mengalami kontak langsung dengan bahan makanan. Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti pada tanggal 6 Februari 2022 terhadap 10 orang penjamah
makanan dari 34 warteg di Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal dan
sekitarnya, menunjukkan bahwa makanan yang dijual di warteg seperti nasi
lengko, nasi campur, nasi rames, sayur berkuah, sayur tidak berkuah, dan
lauk-pauk lainnya. Lokasi berjualan di Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten
Tegal dan sekitarnya yang letaknya strategis di jalan utama Tegal-Purwokerto
dan menjadi pusat aktifitas ekonomi. Empat dari 10 penjamah makanan di warteg
tidak memperhatikan praktik higiene seperti penggunaan lap yang berulang untuk
membersihkan tangan ketika akan mengambil makanan dan membersihkan peralatan
makan, tidak mencuci tangan baik sebelum atau setelah melayani pembeli, tidak
memakai penutup kepala pada saat mengolah dan menyajikan makanan, tidak memakai
celemek, menjajakan makanan seperti gorengan dalam keadaan terbuka, memakai
perhiasan seperti cincin pada saat mengolah makanan, berbicara pada saat
mengolah makanan, dan tempat sampah yang ada di warteg tidak diberi penutup.
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
�Faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan higiene dan sanitasi penjamah
makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal?�
Metode Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik
dengan desain penelitian cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh penjamah makanan yang bekerja di 34 Warung Tegal (Warteg) di
Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal dan sekitarnya. Penelitian ini
dilaksanakan di Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal dan sekitarnya.
Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal terletak di Kecamatan Adiwerna,
Kabupaten Tegal, Jawa Tengah 52194. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei
tahun 2022.
Teknik
pengambilan sampel menggunakan total sampling. Sampel penelitian
berjumlah 39 penjamah makanan yang bekerja di 34 warteg di Pasar Tradisional
Adiwerna Kabupaten Tegal dan sekitarnya. Instrumen yang digunakan pada
penelitian ini adalah kuesioner dan lembar observasi, yang terdiri dari 4
bagian meliputi: 1. Lembar kuesioner bagian A berisi karakteristik responden
(nama warung makan, nama responden (inisial), umur, tingkat pendidikan, masa
kerja, dan keikutsertaan pelatihan di bidang higiene sanitasi makanan). 2.
Lembar kuesioner bagian B berisi pernyataan mengenai pengetahuan mengenai
higiene sanitasi penjamah makanan. 3. Lembar kuesioner bagian C berisi
pernyataan tentang sikap mengenai higiene sanitasi penjamah makanan. 4. Lembar
observasi bagian D berisi pernyataan mengenai higiene sanitasi penjamah
makanan.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
penelitian ini akan menjelaskan atau mendeskripsikan mengenai analisis
univariat, analisis bivariat, dan analisis multivariat.
1. Umur
Penjamah Makanan
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil distribusi karakteristik
berdasarkan umur penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna
Kabupaten Tegal yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
�Umur Penjamah Makanan
Tahun 2022
n |
% |
|
Lansia |
26 |
66,7 |
Dewasa |
13 |
33,3 |
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa
dari 39 penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten
Tegal, pada karakteristik umur, mayoritas penjamah makanan termasuk kelompok
lansia berjumlah 26 orang (66,7%).
2. Tingkat
Pendidikan
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil distribusi karakteristik
berdasarkan tingkat pendidikan penjamah makanan di warung makan Pasar
Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.
�Tingkat Pendidikan
Penjamah Makanan Tahun 2022
Tingkat
Pendidikan |
n |
% |
Tidak Sekolah / Tidak
Tamat SD |
1 |
2,6 |
SD / Sederajat |
14 |
35,9 |
SMP / Sederajat |
7 |
17,9 |
SMA / Sederajat |
17 |
43,6 |
Perguruan Tinggi |
0 |
0 |
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa
dari 39 penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten
Tegal, tingkat pendidikan responden mayoritas SMA / Sederajat berjumlah 17
orang (43,6%).
3. Masa
Kerja
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil distribusi karakteristik
berdasarkan masa kerja penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional
Adiwerna Kabupaten Tegal dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.
�Masa
Kerja Penjamah Makanan Tahun 2022
Masa
Kerja |
n |
% |
Baru
|
15 |
38,5 |
Lama
|
24 |
61,5 |
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa
dari 39 penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten
Tegal, masa kerja penjamah makanan mayoritas lama berjumlah 24 orang (61,5%).
4. Keikutsertaan
Pelatihan di Bidang Higiene Sanitasi Makanan
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil distribusi karakteristik
berdasarkan keikutsertaan pelatihan di bidang higiene sanitasi makanan yang
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.
�Keikutsertaan Pelatihan di Bidang Higiene
Sanitasi Makanan Tahun 2022
Keikutsertaan
Pelatihan di Bidang Higiene Sanitasi Makanan |
n |
% |
Tidak
Pernah |
37 |
94,9 |
Pernah |
2 |
5,1 |
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa
dari 39 penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten
Tegal, mayoritas tidak pernah mengikuti pelatihan di bidang higiene sanitasi
makanan berjumlah 37 orang (94,9%).
5. Pengetahuan
Mengenai Higiene Sanitasi Penjamah Makanan
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil pengetahuan mengenai
higiene sanitasi penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna
Kabupaten Tegal yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.
Pengetahuan Mengenai Higiene Sanitasi
Penjamah Makanan Tahun 2022
Pengetahuan |
n |
% |
Kurang Baik |
17 |
43,6 |
Baik |
22 |
56,4 |
Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa
dari 39 penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten
Tegal, mayoritas responden memiliki pengetahuan baik mengenai higiene dan
sanitasi penjamah makanan berjumlah 22 orang (56,4%).
6. Sikap
Mengenai Higiene Sanitasi Penjamah Makanan
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil sikap mengenai higiene
sanitasi penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten
Tegal yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 6.
Sikap Mengenai Higiene Sanitasi Penjamah
Makanan Tahun 2022
Sikap |
n |
% |
Buruk
|
13 |
33,3 |
Cukup |
12 |
30,8 |
Baik |
14 |
35,9 |
Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa
dari 39 penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten
Tegal, mayoritas responden memiliki sikap yang baik mengenai higiene sanitasi
makanan berjumlah 14 orang (35,9%).
7. Higiene
dan Sanitasi Penjamah Makanan
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil distribusi higiene dan
sanitasi penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten
Tegal yang dapat dlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.
Higiene dan Sanitasi Penjamah Makanan tahun
2022
Higiene
dan Sanitasi Penjamah Makanan |
n |
% |
Tidak
Memenuhi Syarat |
19 |
48,7 |
Memenuhi
Syarat |
20 |
51,3 |
Berdasarkan
Tabel 7 terlihat bahwa dari 39 penjamah makanan di warung makan Pasar
Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal, mayoritas memenuhi syarat higiene dan
sanitasi penjamah makanan yaitu berjumlah 20 orang (51,3%).
1. Hubungan
Umur, Tingkat Pendidikan, Masa Kerja, Keikutsertaan Pelatihan di Bidang Higiene
Sanitasi Makanan, Pengetahuan, dan Sikap
Berdasarkan
hasil analisis bivariat, diperoleh hubungan antara umur, tingkat pendidikan,
masa kerja, keikutsertaan pelatihan di bidang higiene sanitasi makanan, pengetahuan,
dan sikap penjamah makanan dengan higiene dan sanitasi penjamah makanan di
warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal yang dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 8.
�Hubungan
Umur, Tingkat Pendidikan, Masa Kerja, Keikutsertaan Pelatihan di Bidang Higiene
Sanitasi Makanan, Pengetahuan, dan Sikap Penjamah Makanan Tahun 2022
Variabel |
Higiene dan
Sanitasi Penjamah Makanan |
Total |
p-value |
||
Tidak
Memenuhi Syarat (TMS) |
Memenuhi
Syarat (MS) |
|
|
||
Umur |
Lansia |
11 |
15 |
26 |
0,257 |
Dewasa |
8 |
5 |
13 |
||
Tingkat Pendidikan |
Rendah |
16 |
6 |
22 |
0,001 |
Tinggi |
3 |
14 |
17 |
||
Masa kerja |
Baru |
10 |
5 |
15 |
0,076 |
Lama |
9 |
15 |
24 |
||
Keikutsertaan
Pelatihan di Bidang Higiene Sanitasi Makanan |
Tidak Pernah |
19 |
18 |
37 |
0,487 |
Pernah |
0 |
2 |
2 |
||
Pengetahuan |
Kurang Baik |
13 |
4 |
17 |
0.002 |
Baik |
6 |
16 |
22 |
|
|
Sikap |
Buruk |
12 |
1 |
13 |
0,000 |
Cukup |
5 |
7 |
12 |
||
Baik |
2 |
12 |
14 |
Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa
higiene dan sanitasi penjamah makanan berdasarkan umur, bahwa yang paling
banyak yaitu penjamah makanan yang berumur lansia dengan higiene dan sanitasi
penjamah makanan yang memenuhi syarat berjumlah 15 orang. Hasil analisis dari
uji chi-square diperoleh nilai p-value= 0,257 (p>0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara umur penjamah
makanan dengan higiene dan sanitasi penjamah makanan di warung makan Pasar
Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal.
Higiene dan sanitasi penjamah
makanan berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa, mayoritas penjamah
makanan dengan tingkat pendidikan rendah yang tidak memenuhi syarat berjumlah
16 orang. Hasil analisis dari uji chi-square diperoleh nilai p-value=
0,001 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat
pendidikan penjamah makanan dengan higiene dan sanitasi penjamah makanan di
warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal.
Higiene penjamah makanan
berdasarkan masa kerja, paling banyak masa kerja lama yang memenuhi syarat
berjumlah 15 orang. Hasil analisis dari uji chi-square diperoleh nilai p-value
sebesar 0,076 (p>0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
antara masa kerja dengan higiene dan sanitasi penjamah makanan di warung makan
Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal.
Higiene penjamah makanan
berdasarkan keikutsertaan pelatihan di bidang higiene sanitasi makanan, paling
banyak tidak pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi makanan dengan higiene
dan sanaitasi penjamah makanan tidak memenuhi syarat berjumlah 19 orang. Hasil
analisis tidak memenuhi syarat uji chi-square, dikarenakan terdapat 2 cells
(50%) yang mempunyai nilai frekuensi harapan (expected count) kurang
dari 5, sehingga menggunakan uji alternatif yaitu uji fisher�s exact diperoleh
p-value 0,487 (p>0,05) atau dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan
antara keikutsertaan pelatihan di bidang higiene sanitasi makanan dengan
higiene dan sanitasi penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional
Adiwerna Kabupaten Tegal.
Higiene penjamah makanan
berdasarkan pengetahuan mengenai higiene sanitasi penjamah makan, paling banyak
pengetahuan baik dengan higiene dan sanitasi penjamah makanan yang memenuhi
syarat berjumlah 16 orang. Hasil analisis uji chi-square diperoleh nilai
p-value= 0,002 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan mengenai higiene sanitasi penjamah makanan dengan
higiene dan sanitasi penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional
Adiwerna Kabupaten Tegal.
Higiene penjamah makanan
berdasarkan sikap mengenai higiene sanitasi penjamah makanan, menunjukkan sikap
buruk yang tidak memenuhi syarat dan sikap baik yang memenuhi syarat higiene
dan sanitasi penjamah makanan dengan jumlah yang sama yaitu 12 orang. Hasil
analisis dari uji chi-square diperoleh nilai p-value sebesar
0,000 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap
mengenai higiene sanitasi penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional
Adiwerna Kabupaten Tegal.
Variabel
yang dimasukkan ke dalam analisis multivariat adalah variabel yang telah
dianalisis secara bivariat dan memiliki nilai p < 0,25, variabel
tersebut dijadikan sebagai variabel kandidat dan diikutkan pada analisis
multivariat untuk menentukan variabel yang paling berhubungan dalam penelitian
ini. Variabel yang diikutkan ke dalam analisis multivariat yaitu variabel
tingkat pendidikan, masa kerja, pengetahuan, dan sikap mengenai higiene dan
sanitasi penjamah makanan. Variabel yang memenuhi syarat untuk diikutsertakan
pada analisis tahap berikutnya seperti pada tabel berikut:
Tabel 9.
�Daftar
variabel kandidat untuk analisis regresi logistik berganda
Variabel
Penelitian |
p-value |
Kandidat
Multivariat |
Umur |
0,257 |
Tidak |
Tingkat Pendidikan |
0,001 |
Ya |
Masa Kerja |
0,076 |
Ya |
Keikutsertaan Pelatihan |
0,487 |
Tidak |
Pengetahuan |
0,002 |
Ya |
Sikap |
0,000 |
Ya |
Variabel yang terpilih
menjadi kandidat untuk analisis regresi logistik berganda dari 6 variabel
kandidat, terpilih 4 variabel yang akan dianalisis secara bersamaan menggunakan
analisis regresi logistik berganda dengan metode enter. Persamaan model
terbaik dipertimbangkan dengan nilai p < 0,05, terdapat satu variabel
yang paling berhubungan dengan higiene dan sanitasi penjamah makanan. Hasil
analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda dapat
dilihat pada tabel 10.
Tabel 10.
Hasil analisis multivariat menggunakan uji
Regresi Logistik Berganda
Variabel |
B |
S.E. |
Wald |
df |
Sig. |
Exp(B) |
95%
C.I for EXP (B) |
|
Lower |
Upper |
|||||||
Tingkat Pendidikan |
1,548 |
1,096 |
1,995 |
1 |
0,158 |
4,701 |
0,549 |
40,273 |
Masa Kerja |
0,978 |
1,000 |
0,956 |
1 |
0,328 |
2,658 |
0,374 |
18,864 |
Pengetahuan |
1,926 |
1,004 |
3,676 |
1 |
0,055 |
6,860 |
0,958 |
49,110 |
Sikap |
1,472 |
0,706 |
4,346 |
1 |
0,037 |
4,359 |
1,092 |
17,399 |
Variabel dengan nilai signifikansi
>0,05 yang dikeluarkan dari persamaan yaitu tingkat pendidikan, masa kerja,
dan pengetahuan. Berdasarkan Tabel 13, menunjukkan bahwa faktor yang paling
berhubungan dengan higiene dan sanitasi penjamah makanan di warung makan Pasar
Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal adalah sikap mengenai higiene sanitasi
penjamah makanan. Hasil uji regresi logistik berganda pada variabel sikap
mengenai higiene sanitasi penjamah makanan dengan nilai p-value = 0,037,
Exp (B) = 4,359 (95% C.I = 1,092 � 17,399). Hal ini menunjukkan sikap paling
berhubungan dengan higiene dan sanitasi penjamah makanan di warung makan Pasar
Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal dengan risiko sikap 4,359 kali lebih besar
untuk mempengaruhi higiene dan sanitasi penjamah makanan.
Variabel tingkat pendidikan dengan
nilai p-value = 0,158, memiliki arti tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan dengan higiene dan sanitasi penjamah makanan di warung makan Pasar
Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal. Masa kerja penjamah makan dengan nilai p-value
= 0,328, memiliki arti tidak ada hubungan antara masa kerja dengan higiene
dan sanitasi penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna
Kabupaten Tegal. Pengetahuan mengenai higiene sanitasi penjamah makanan dengan
nilai p-value = 0,055, memiliki arti tidak ada hubungan antara
pengetahuan mengenai higiene sanitasi penjamah makanan dengan higiene dan
sanitasi penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten
Tegal.
1. Hubungan
Umur dengan Higiene dan Sanitasi Penjamah Makanan di Warung Makan Pasar
Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan dari dua kelompok umur, dimana kelompok umur lansia
cenderung lebih memperhatikan higiene dan sanitasi penjamah makanan dan
mengetahui prosedur yang benar dalam menangani makanan. Meskipun demikian,
hasil penelitian menemukan bahwa responden dengan kelompok lansia yang tidak
memenuhi syarat higiene dan sanitasi penjamah makanan juga lebih banyak
dibandingkan dengan kelompok dewasa.
Penulis menyimpulkan bahwa
kelompok umur lansia yang memiliki pengalaman kerja lebih lama dibanding dengan
kelompok umur dewasa terkait higiene dan sanitasi penjamah makanan di warung
makan, tidak menjamin perilaku higiene dan sanitasi penjamah makanan baik. Hal
ini dikarenakan kurangnya kesadaran penjamah makanan akan higiene dan sanitasi
penjamah makanan, kurangnya sarana dan prasarana di warung makan seperti tempat
sampah tertutup yang terdiri dari sampah organik dan sampah anorganik, baik
lansia maupun dewasa seringkali masih membuang sampah dalam satu tempat tanpa
dipisahkan terlebih dahulu berdasarkan jenis sampah antara sampah organik
maupun sampah non-organik. Selain itu, 37 warung makan tidak menyediakan tempat
cuci tangan untuk konsumen yang disertai dengan sabun cuci tangan dan tisu atau
lap, tiga warung makan letaknya dekat dengan tempat pembuangan sementara (TPS)
dengan jarak kurang dari 100 meter, dua warung makan tidak memiliki saluan air
(drainase) sehingga hasil pencucian dibuang langsung di halaman belakang warung
makan dan seringkali menggenang. Masih ada juga penjamah makanan yang
menggunakan koran bekas atau kertas bekas untuk membungkus gorengan tanpa
dilapisi dengan kertas minyak terlebih dahulu dan masih menggunakan kantong
plastik berwarna hitam.
Hasil penelitian sejalan dengan
teori yang dikemukakan diatas. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat
faktor-faktor lain yang berhubungan dengan higiene dan sanitasi penjamah
makanan. Umur tidak berhubungan dengan higiene penjamah makanan dikarenakan sarana
dan prasarana rumah makan yang tersedia dan dukungan dari pemilik rumah makan
juga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi higiene penjamah makanan (Hutasoit,
2018). Penjamah makanan dari segala usia (≤35 tahun dan
>35 tahun) menunjukkan perilaku higiene dan sanitasi yang sama, dengan nilai
p= 0,253 atau dapat dikatakan tidak ada hubungan antara umur dengan praktik
higiene dan sanitasi makanan pada penjamah makanan (Firdani,
2022).
Penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh (Akabanda
et al., 2017), menyatakan bahwa umur penjamah makanan biasanya memiliki
pengetahuan higiene makanan dan pengalaman yang lebih baik dibandingkan dengan
penjamah makanan yang berusia muda bahkan di bawah usia 20 tahun. �Penelitian lain yang tidak sejalan dengan
penelitian ini menyebutkan bahwa umur berhubungan dengan praktik personal
higiene penjamah makanan di sebuah universitas yang berada di Bangladesh dengan
nilai p= 0,002 (Al
Mamun et al., 2019). Penelitian yang telah dilakukan oleh (Huynh-Van
et al., 2022) menunjukkan bahwa umur berhubungan dengan keamanan makanan
dan kepatuhan pedagang kaki lima di Can Tho City, Vietnam dengan nilai p=
0,002.
2. Hubungan
Tingkat Pendidikan dengan Higiene dan Sanitasi Penjamah Makanan di Warung Makan
Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penjamah makanan pada kategori
rendah lebih banyak yang tidak memenuhi syarat higiene dan sanitasi penjamah
makanan, sedangkan tingkat pendidikan tinggi lebih banyak yang memenuhi syarat.
Hasil analisis bivariat menggunakan uji chi-square menunjukkan ada
hubungan antara tingkat pendidikan penjamah makanan dengan higiene dan sanitasi
penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal.
Hasil
tersebut membuktikan bahwa tingkat pendidikan dapat memberikan pengaruh
terhadap sikap atau perilaku penjamah makanan. Tingkat pendidikan baik
pendidikan formal maupun non-formal dapat memberikan pengaruh terhadap
pengetahuan mengenai higiene dan sanitasi penjamah makanan, pelatihan higiene
sanitasi makanan, lingkungan, dan juga informasi atau wawasan yang didapat dari
media elektronik.
Hal
ini juga dikarenakan tingkat pendidikan tinggi lebih memiliki kesadaran yang
baik mengenai higiene sanitasi makanan dengan cara meminimalisir risiko yang
dapat menyebabkan makanan terkontaminasi, misalnya mencuci tangan sebelum dan
sesudah mengolah makanan atau menyajikan makanan, menggunakan alat untuk
mengambil gorengan yang akan disajikan, menggunakan celemek, pemilihan bahan
makanan yang baik seperti memilih sayur dan ikan yang segar, bahan makanan
kaleng dalam kondisi kemasan baik, tidak penyok atau menggembung, dan
memperhatikan masa kadaluarsa, penyimpanan bahan makanan yang disesuaikan
dengan jenis bahan makanan basah atau kering, dan selalu menjaga kebersihan di
warung makan.
Tingkat
pendidikan merupakan hal dasar yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap
seseorang dalam membentuk pola pikir dan mengakses informasi (Novita
& Lestari, 2018). Tingkat pendidikan
berhubungan dengan wawasan atau pengetahuan seseorang, pendidikan yang lebih
tinggi memiliki pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan orang yang
tingkat pendidikannya lebih rendah (Notoatmodjo,
2018). Pendidikan membantu
penjamah makanan untuk mendapatkan informasi yang lebih baik tentang keamanan
pangan dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan (Alemayehu
et al., 2021). Hal ini dikarenakan
pendidikan yang tinggi akan semakin mendorong seseorang untuk mencari dan
menerima informasi serta menggunakan informasi tersebut sebagai upaya untuk
menjaga kualitas keamanan makanan.
Hasil penelitian didukung oleh
penelitian yang telah dilakukan oleh (Suryani & Jannah, 2021) yang menyatakan bahwa pendidikan formal yang rendah tidak
menjamin seseorang tidak dapat mengupayakan penerapan higiene sanitasi makanan
yang baik dikarenakan banyak faktor lain yang mempengaruhi. Penelitian lain yang sejalan yaitu
penelitian (Rahmat
& Adriyani, 2018) dengan nilai p= 0,000 yang
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan
penerapan higiene dan sanitasi makanan oleh penjamah makanan pada tahap
pengolahan. Akan tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (da
Vit�ria et al., 2021) dengan hasil penelitian p=
0,937 yang memiliki arti tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan praktik
penjamah makanan, dikarenakan inspirasi dan motivasi selama pelatihan higiene
dan pendidikan dapat menjadi strategi yang positif untuk mempengaruhi sikap,
praktik dan perilaku yang tepat di dapur.
3. Hubungan
Masa Kerja dengan Higiene dan Sanitasi Penjamah Makanan di Warung Makan Pasar
Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan
higiene dan sanitasi penjamah makanan. Hal ini dikarenakan responden dengan
masa kerja lama atau masa kerja baru masih ada yang tidak memenuhi syarat,
dapat disebabkan faktor lain seperti tingkat pendidikan responden mayoritas
rendah, pengetahuan responden baik tetapi tidak menerapkan higiene dan sanitasi
makanan yang baik, kebiasaan penjamah makanan seperti tidak mencuci tangan
sebelum dan sesudah mengolah makanan atau pada saat melayani pembeli, tidak
menggunakan peralatan atau menggunakan tangan secara langsung ketika mengambil
gorengan, tidak menggunakan celemek pada saat mengolah makanan, masih
menggunakan perhiasan dan masih berbicara ketika mengolah makanan, dan
penggunaan lap berulang untuk mengelap tangan dan juga peralatan makan.
Penelitian
ini sejalan dengan penelitian (Hidayati,
2022)
yang menyatakan bahwa penerapan higiene sanitasi makanan paling banyak yang
sesuai, diterapkan oleh penjamah makanan yang masa kerjanya lebih dari lima
tahun dengan nilai p-value = 0,470. Penjamah makanan yang memiliki
pengalaman kerja kurang dari 10 tahun memiliki skor rata-rata (61,5%), lebih
rendah dibandingkan dengan penjamah makanan yang memiliki pengalaman kerja
lebih dari 10� tahun (65,8%) (Al-Ghazali et al., 2020).
Penelitian
lainnya yang juga sejalan yaitu hasil penelitian (Purnama
et al., 2017),
yang menunjukkan bahwa masa kerja tidak berhubungan dengan kontaminasi E.Coli
dengan nilai p-value = 0,831, disebabkan kondisi fasilitas sanitasi
banyak yang belum memadai, sehingga banyak penjamah makanan yang masa kerjanya
lama akan tetapi perilaku higiennya tidak baik. Penelitian lain tidak sejalan
dengan penelitian ini menjelaskan bahwa, masa kerja penjamah makanan menentukan
kesehatan yang bersangkutan, efisien, efektivitas, dan produktivitas dalam
bekerja (Nurfikrizd
& Rustiawan, 2019).
Penjamah makanan yang telah bekerja selama 6-15 tahun diharapkan memiliki
pengalaman dan keterampilan yang dibutuhkan dalam bekerja untuk melakukan
pekerjaan agar lebih optimal (Suma�mur,
2014).
Masa kerja yang semakin lama, maka semakin banyak pengalaman terkait higiene
sanitasi makanan, sehingga masa kerja dapat menjadi prediktor yang baik untuk
produktivitas dalam bekerja (Robbins,
Stephen & Judge, 2017).
4. Hubungan
Keikutsertaan Pelatihan di Bidang Higiene Sanitasi Makanan dengan Higiene dan
Sanitasi Penjamah Makanan di Warung Makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten
Tegal
Hasil
analisis bivariat menggunakan fisher�s exact test menunjukkan tidak ada
hubungan antara keikutsertaan pelatihan di bidang higiene sanitasi makanan
dengan higiene dan sanitasi penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional
Adiwerna Kabupaten Tegal. Secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara
keikutsertaan pelatihan mengenai higiene sanitasi makanan dengan higiene dan
sanitasi penjamah makanan, akan tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa
penjamah makanan yang pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi makanan
hasilnya memenuhi syarat dalam penerapan higiene sanitasi makanan.
Hal
tersebut dapat terjadi karena pelatihan higiene sanitasi makanan yang pernah
diikuti menjadikan pengetahuan dan keterampilan penjamah makanan lebih
meningkat. Akan tetapi, mayoritas responden belum mengikuti pelatihan mengenai
higiene dan sanitasi makanan, dikarenakan cakupan wilayah masih rendah, hanya
warung makan yang dekat dengan puskesmas Adiwerna. Saat dilakukan wawancara,
mayoritas penjamah makanan belum mengetahui terkait kursus atau pelatihan
higiene sanitasi makanan serta jadwalnya, peneliti mencari di website Dinas
Kesehatan Kabupaten Tegal juga tidak ada informasi terbaru mengenai kursus atau
pelatihan tersebut.
Penelitian
ini sejalan dengan penelitian (Iqbal
& Winarsih, 2020),
yang menyatakan bahwa pelatihan higiene sanitasi makanan tidak menjamin
penjamah makanan mengubah perilakunya menjadi baik. Beberapa responden dengan
pengalaman mengikuti penyuluhan atau pelatihan tidak menjamin kepatuhan dalam
mengaplikasikan informasi serta pengetahuan yang telah didapat. Penelitian yang
dilakukan oleh (Fatmawati
et al., 2013)
menyatakan faktor lain yang memiliki pengaruh lebih kuat dari pengetahuan
terhadap perilaku seperti kebiasaan penjamah makanan, pengalaman masih sedikit,
dan belum pernah mengikuti pelatihan.
Penelitian
ini tidak sejalan dengan hasil penelitian (Hidayati,
2022),
dengan nilai p-value = 0,001 yang memiliki arti terdapat hubungan antara
pelatihan higiene penjamah makanan dengan higiene penjamah makanan, dikarenakan
pelatihan penting untuk penjamah makanan dalam melaksanakan sanitasi dasar agar
fasilitas dan dalam pembuatan makanan dalam keadaan bersih. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1098 tahun 2003 menyatakan bahwa setiap
penjamah makanan wajib mempunyai sertifikat kursus higiene sanitasi makanan
yang didapat dari pelatihan atau kursus (Keputusan
Menteri Kesehatan RI, 2003).
Penelitian
lain yang tidak sejalan menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara pelatihan higiene sanitasi makanan dengan higiene sanitasi penjamah
makanan dengan nilai p=0,05, dikarenakan salah satu cara untuk menghidari
penyakit bawaan makanan dengan memberikan pelatihan higiene sanitasi makanan
pada penjamah makanan, sehingga terdapat kemungkinan untuk meningkatkan
kualitas dan keamanan makanan serta higiene sanitasi menggunakan materi yang
diperoleh selama pelatihan tersebut yang telah dilakukan secara teratur (Firdani,
2022).
Penelitian (da
Vit�ria et al.,2021)
dengan hasil penurunan nilai sikap lebih signifikan diantara penjamah makanan
yang telah menjalani pelatihan ulang dalam 6 bulan sebelumnya, sedangkan
orang-orang yang telah menjalani pelatihan memiliki skor yang lebih tinggi
(dalam 3 bulan sebelumnya).
5. Hubungan
Pengetahuan Mengenai Higiene Sanitasi Penjamah Makanan dengan Higiene dan
Sanitasi Penjamah Makanan di Warung Makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten
Tegal
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan mengenai higiene
sanitasi penjamah makanan dengan higiene dan sanitasi penjamah makanan di
warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal. Pengetahuan mengenai
higiene dan sanitasi penjamah makanan mayoritas termasuk kategori baik,
sehingga menghasilkan sikap yang baik pula seperti pengetahuan mengenai
kesehatan penjamah makanan dapat meningkatkan keamanan makanan yang diolah.
Mayoritas
responden menggunakan bahan makanan yang baik, segar, tidak berubah bentuk,
warna, dan rasa seperti sayuran, ikan, daging, unggas, atau udang yang dibeli
dan dimasak pada hari yang sama. Pada saat dilakukan observasi, bahan makanan
kaleng atau kemasan yang digunakan sudah terdaftar di BPOM dan belum mencapai
tanggal kadaluarsa. Sedangkan tempat untuk menyimpan bahan makanan letaknya satu
ruang dengan dapur, semua warung makan tidak memiliki gudang untuk penyimpanan
bahan makanan, kulkas untuk menyimpan bahan makanan juga hanya ada di beberapa
warung makan saja.
Semua
penjamah makanan mengetahui cara penyimpanan makanan dalam kulkas seperti
penyimpanan daging dan sayuran yang suhunya berbeda, daging disimpan di freezer
sedangkan sayuran disimpan di lemari pendingin atau kulkas. Semua penjamah
makanan menyediakan tempat penyimpanan makanan jadi seperti termos nasi, panci
yang digunakan untuk menyimpan sayuran berkuah, mangkok dan piring keramik,
sendok dan garpu dalam keadaan baik (tidak rusak dan berkarat).
Mayoritas
responden sudah menggunakan celemek pada saat mengolah makanan, sebelum dan
sesudah kegiatan mengolah makanan mencuci tangan terlebih dahulu, kuku bersih
dan tidak panjang, penjamah makanan juga mengatakan pakaian yang digunakan
untuk mengolah makanan hanya dipakai di warung makan, saat dilakukan observasi
masih ada penjamah makanan yang bercakap-cakap pada saat mengolah makanan, dan
masih menggunakan tangan secara langsung tanpa mencuci tangan terlebih dahulu
atau tanpa menggunakan alat bantu pada saat mencicipi makanan yang masih
dimasak.
Penelitian
ini sejalan dengan penelitian (Hidayati,
2022)
yang menyatakan bahwa pengetahuan berhubungan dengan higiene penjamah makanan
dengan nilai p-value = 0,030, dilihat dari perlakuan penjamah makanan
terhadap makanan masak yang dibiarkan terbuka dalam waktu lama tanpa ditutup
kembali agar makanan cepat dingin dan dapat segera dikonsumsi. Penjamah makanan
tidak mengetahui bahwa perlakuan membiarkan makanan terbuka dalam waktu cukup
lama sangat berisiko terhadap makanan karena dapat terkontaminasi oleh debu
atau partikel lain serta bakteri yang berterbangan di ruangan pengolahan
makanan tersebut.
Penelitian
ini juga tidak sejalan dengan penelitian (Mahmudiono
et al., 2020)
dengan hasil p < 0,001 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan pada kelompok yang mendapat perlakuan dan
kelompok kontrol. Penelitian lain yang tidak sejalan yaitu penelitian (Suryani
& Jannah, 2021)
dengan hasil tingkat pengetahuan tentang higiene sanitasi makanan selama masa
pandemi Covid-19 p-value= 0,000 yang berarti ada hubungan antara tingkat
pengetahuan tentang higiene sanitasi makanan selama pandemi Covid-19 dengan
penerapan higiene sanitasi makanan. Hasil penelitian lain yang tidak sejalan
dengan penelitian ini yang menunjukkan adanya hubungan signifikan antara
pengetahuan penjamah makanan (p-value= 0,000) dengan higiene penjamah
makanan (Hutasoit,
2018).
Penelitian
ini tidak sejalan dengan penelitian (da
Vit�ria et al., 2021)
yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan penjamah mengenai
keamanan makanan dengan praktik penjamah makanan dengan nilai p = 0,07,
dikarenakan meskipun hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat pengetahuan
penjamah makanan secara umum cukup, namun masih rendah jika dibandingkan dengan
skor pemahaman sikap dan praktik penjamah makanan tentang konsep-konsep
tertentu yang berhubungan dengan keamanan makanan. Penelitian lain yang
mendukung penelitian ini yaitu penelitian (Palupi
et al., 2021)
dengan nilai p = 0,336 yang memiliki arti pengetahuan penjamah makanan
tidak berhubungan dengan praktik higiene dan sanitasi makanan, dikarenakan
peningkatan pengetahuan mengenai praktik higiene sanitasi makanan tidak selalu
menghasilkan perubahan positif dalam perilaku penanganan makanan.
Kesimpulan
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, ada beberapa hasil yang dapat disimpulkan: (1) Tidak
ada hubungan antara umur penjamah makanan dengan higiene dan sanitasi penjamah
makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal. (2) Ada
hubungan antara tingkat pendidikan penjamah makanan dengan higiene dan sanitasi
penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal.
(3) Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan higiene dan sanitasi penjamah
makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal. (4) Tidak
ada hubungan antara keikutsertaan pelatihan di bidang higiene sanitasi makanan
dengan higiene dan sanitasi penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional
Adiwerna Kabupaten Tegal. (4) Ada hubungan antara pengetahuan mengenai higiene
dan sanitasi penjamah makanan dengan higiene dan sanitasi penjamah makanan di
warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal. (5) Ada hubungan
antara sikap mengenai higiene sanitasi penjamah makanan dengan higiene dan
sanitasi penjamah makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten
Tegal. (6) Faktor yang paling berhubungan dengan higiene dan sanitasi penjamah
makanan di warung makan Pasar Tradisional Adiwerna Kabupaten Tegal yaitu sikap
mengenai higiene sanitasi penjamah makanan.
BIBLIOGRAFI
Akabanda, F., Hlortsi, E. H., & Owusu-Kwarteng, J.
(2017). Food safety knowledge, attitudes and practices of institutional
food-handlers in Ghana. BMC Public Health, 17(1), 1�9.Google Scholar
Al-Ghazali, M., Al-Bulushi, I., Al-Subhi,
L., Rahman, M. S., & Al-Rawahi, A. (2020). Food Safety Knowledge and
Hygienic Practices among Different Groups of Restaurants in Muscat, Oman. International
Journal of Food Science, 2020, 1�8. Google Scholar
Al Mamun, A. H. M. S., Hsan, K., Sarwar, M.
S., & Siddique, M. R. F. (2019). Knowledge and Personal Hygiene Practice
Among Food Handlers in Public University Campus of Bangladesh. International
Journal Of Community Medicine And Public Health, 6(8), 3211�3215. Google Scholar
Alemayehu, T., Aderaw, Z., Giza, M., &
Diress, G. (2021). Food Safety Knowledge, Handling Practices and Associated
Factors Among Food Handlers Working in Food Establishments in Debre Markos
Town, Northwest Ethiopia, 2020: Institution-Based Cross-Sectional Study. Risk
Management and Healthcare Policy, 14, 1155�1163. Google Scholar
Alristina, A. D. (2019). Perspektif
Lingkungan dalam Higiene dan Sanitasi Makanan (S. Juwita (Ed.); Pertama).
CV. Sarnu Untung. Google Scholar
BPOM. (2020). Laporan Tahunan Pusat Data
dan Informasi Obat dan Makanan Tahun 2019. Laporan Tahunan Pusat Data Dan
Informasi. Google Scholar
Da Vit�ria, A. G., de Souza Couto Oliveira,
J., de Almeida Pereira, L. C., de Faria, C. P., & de S�o Jos�, J. F. B.
(2021). Food Safety Knowledge, Attitudes and Practices of Food Handlers: a
Cross-Sectional Study in School Kitchens in Esp�rito Santo, Brazil. BMC
Public Health, 21(1), 1�10. Google Scholar
Dinkes Jateng. (2020). Buku Saku
Kesehatan Triwulan 2 Tahun 2020. Buku Saku Kesehatan.
Fatmawati, S., Rosidi, A., &
Handarsari, E. (2013). Perilaku Higiene Pengolah Makanan Berdasarkan
Pengetahuan Tentang Higiene Mengolah Makanan Dalam Penyelenggaraan Makanan Di
Pusat Pendidikan Dan Latihan Olahraga Pelajar Jawa Tengah. Jurnal Pangan Dan
Gizi, 4(8), 30�38. Google Scholar
Firdani, F. (2022). Knowledge, Attitudes
and Practices of Hygiene and Sanitation Implementation on Food Handlers. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia, 21(2), 131�136. Google Scholar
Hidayat, A. A. A., & Uliyah, M. (2015).
Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia (Aulia (Ed.)). Health Books
Publishing. Google Scholar
Hidayati, F. (2022). Faktor yang Berpengaruh Terhadap Higiene
Penjamah Makanan di Rumah Makan yang Ada di Wilayah Kerja Kantor Kesehatan
Pelabuhan Padang. Journal Endurance : Kajian Ilmiah Problema Kesehatan,
7(1), 138�147. Google Scholar
Hutasoit, T. P. (2018). Tingkat Hygiene
Penjamah Makanan di Pelabuhan Kelas I Medan dan Faktor yang Mempengaruhi. Jurnal
Ilmu Kesehatan Masyarakat, 7(3), 141�147. Google Scholar
Huynh-Van, B., Vuong-Thao, V.,
Huynh-Thi-Thanh, T., Dang-Xuan, S., Huynh-Van, T., Tran-To, L.,
Nguyen-Thi-Thao, N., Huynh-Bach, C., & Nguyen-Viet, H. (2022). Factors
Associated with Food Safety Compliance among Street Food Vendors in Can Tho
City, Vietnam: Implications for Intervention Activity Design and Implementation.
BMC Public Health, 22(1), 1�11. Google Scholar
Iqbal, M., & Winarsih, N. A. (2020).
Pengaruh Poster Terhadap Perubahan Perilaku Penjamah Makanan Di Kantin
Politeknik Negeri Jember. Jurnal Gizi, 9(2), 167. Google Scholar
Kemenkes, R. (2020). Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2019. Pusat Data Dan Informasi.
Keputusan Menteri Kesehatan RI. (2003). Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang
Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran. Keputusan Menteri
Kesehatan RI.
Lema, K., Abuhay, N., Kindie, W., Dagne,
H., & Guadu, T. (2020). Food Hygiene Practice and its Determinants among
Food Handlers at University of Gondar, Northwest Ethiopia, 2019. International
Journal of General Medicine, 13, 1129�1137. Google Scholar
Lestantyo, D., Husodo, A. H., Iravati, S.,
& Shaluhiyah, Z. (2017). Safe Food Handling Knowledge, Attitude and
Practice of Food Handlers in Hospital Kitchen. International Journal of
Public Health Science (IJPHS), 6(4), 324�330. Google Scholar
Lestari, T. R. P. (2020). Penyelenggaraan
Keamanan Pangan Sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan Hak Masyarakat Sebagai
Konsumen. Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial, 11(1), 57�72. Google Scholar
Mahmudiono, T., Nindyasari, A., Segalita,
C., Nasikhah, A. D., & Peng, L. S. (2020). Nutrition Education on Food
Hygiene and Sanitation to increase Knowledge, Attitude and Practice among
Canteen Food Handler in Indonesia. Systematic Reviews in Pharmacy, 11(11),
1396�1400. Google Scholar
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Google Scholar
Novita, L., & Lestari, R. (2018).
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Penjamah Makanan Tentang Personal Higiene pada 3
Pedagang di Kantin Poltekkes Kemenkes Riau. Jurnal Ibu Dan Anak, 6(November),
81�88. Google Scholar
Nurfikrizd, A., & Rustiawan, A. (2019).
Hubungan Karakteristik Individu dengan Perilaku Keamanan Pangan pada Penjamah
Makanan di Rumah Makan Kawasan Wisata Kuliner Pantai Depok Kabupaten Bantul. Naskah
Publikasi Universitas Ahmad Dahlan, 1�13. Google Scholar
Oumer, A. (2019). Determinants of Food Safety Practices Among Food
Handlers in Selected Food Establishments. International Journal of Public
Health Science (IJPHS), 8(2), 229�237. Google Scholar
Palupi, I. R., Fitasari, R. P., &
Utami, F. A. (2021). Knowledge, Attitude and Practice of Hygiene and Sanitation
among Food-Handlers in a Psychiatric Hospital in Indonesia - A mixed Method
study. Journal of Preventive Medicine and Hygiene, 61(4),
E642�E649. Google Scholar
Pitri, R. H., & Husaini, sugiarto, A.
(2020). Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Hygiene Penjamah Makanan di
Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang. Journal of Healthcare
Technology and Medicine, 6(2), 732�741. Google Scholar
Purnama, S. G., Purnama, H., & Subrata,
I. M. (2017). Kualitas Mikrobiologis dan Higiene Pedagang Lawar di Kawasan
Pariwisata Kabupaten Gianyar. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 16(2),
56. Google Scholar
Rahmadayanti, N. H. (2018). Penerapan
Higiene dan Sanitasi Warung Makan di Pasar Ngasem Sebagai Penunjang Wisata
Kuliner di Yogyakarta. E-Journal Student Pend.Teknik Boga-S1, 1�9.
Rahman, M. M., Arif, M. T., Bakar, K.,
& Tambi, Z. (2012). Food Safety Knowledge, Attitude and Hygiene Practices
Among Street Food Vendors in Northen Kuching City. Borneo Science, September,
107�116. Google Scholar
Rahmat, A. A., & Adriyani, R. (2018).
Relationship Behavior Food Handlers with Implementation of Food Hygiene and
Sanitation on Restaurant in the Working Office of Health Port Class II Padang. International
Journal of Research in Advent Technology, 6(2), 88�91.
Raji, I. A., Oche, O. M., Kaoje, A. U.,
Awosan, K. J., Raji, M. O., Gana, G. J., Ango, J. T., & Abubakar, A. U.
(2021). Effect of Food Hygiene Training on Food Handlers� Knowledge in Sokoto
Metropolis: a Quasi-Experimental Study. Pan African Medical Journal, 40,
1�17. Google Scholar
Robbins, Stephen, P., & Judge, T. A.
(2017). Perilaku Organisasi. Salemba Empat.
Suma�mur. (2014). Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja (Hiperkes) (2nd ed.). Sagung Seto. Google Scholar
Suryani, D., & Jannah, A. A. (2021).
Determinan Penerapan Higiene Sanitasi Makanan Pada Pedagang Angkringan Selama
Masa Pandemi Covid-19. PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(2),
882�890. Google Scholar
Suryani, D., Sutomo, A. H., & Aman, A.
T. (2019). Factors Associated with Food Safety Practices on Food Handlers in
Primary School Canteens. Unnes Journal of Public Health, 8(1),
1�9. Google Scholar
Tamene, A., Habte, A., Woldeyohannes, D., Afework, A., Endale, F.,
Gizachew, A., Sulamo, D., Tesfaye, L., & Tagesse, M. (2022). Food Safety
Practice and Associated Factors in Public Food Establishments of Ethiopia: a
Systematic Review and Meta-analysis. Plos One, 17(5), 1�20. Google Scholar
WHO. (2019). The Burden of Foodborne
Diseases in the WHO European Region. World Health Organization.
World Health Organization. (2020, August). Archived: WHO
Timeline-COVID-19. Online. Google Scholar
Copyright
holder: Dwi
Utami Farkhati, Surahma Asti Mulasari, Sulistyawati (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This
article is licensed under: |