Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN :
2548-1398
Vol. 5, No. 4 April 2020
PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS SISWA PADA MATERI
PENCEMARAN LINGKUNGAN
Eka Kartikawati, Astri Fajar Cahyani dan Gufron Amirullah
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
Email: eka.kartikawati@uhamka.ac.id, [email protected] dan [email protected]
Abstract
analytical thinking skills is one of the higher order thinking
abilities that must be have by students. Through analytical thinking students
can see an overall problem to find the core problems that occur in everyday
life and find ways to solve them. This research investigates students'
analytical thinking skills on environmental pollution material and the factors
that influence it. A total of 101 students of Class XI MIPA were used as
research samples, Samples were taken in a way of the Random Sampling Cluster.
Data were collected using analytical thinking skills test questions,
questionnaires and interviews to teachers. Analysis of data using descriptive
statistics with the percentage formula (NP). Based on the results of data
analysis, it can be described that students' analytical thinking skills on
three indicators, namely organizing by 73.49% (good), differentiating by 66.90%
(good) and contributing by 76.57% (good). Supporting factors from internal and
external factors in the form of reference sources (82.89%), learning method (84.86%)
and learning evaluation (87.06%). Inhibiting factors from internal and external
factors such as intelligence (47.76%), student interest (60.20%) and
environment (52.82%). The analytical thinking skills of students of class XI
MIPA in Senior high school 4 of Bekasi are included in the good category. There
are supporting and inhibiting factors that influence it.
Keywords: Analytical Thinking, Environmental
pollution
Kemampuan berpikir analisis merupakan salah satu
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang harus dimiliki oleh siswa. Melalui
berpikir analisis siswa dapat melihat suatu permasalahan secara menyeluruh
untuk menemukan inti permasalahan yang terjadi dikehidupan sehari-hari serta
mencari cara penyelesaiannya. Studi ini meyelidiki tentang kemampuan berpikir
analisis siswa pada materi pencemaran lingkungan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Sebanyak 101 siswa kelas XI MIPA yang digunakan sebagai sampel
penelitian, sampel diambil dengan cara Cluster Random Sampling. Data
dikumpulkan menggunakan soal tes kemampuan berpikir analisis, kuesioner dan
wawancara guru. Analisis data menggunakan statistik deskriptif dengan rumus
persentase (NP). Berdasarkan hasil analisis data dapat deskripsikan bahwa
kemampuan berpikir analisis siswa pada tiga indikator, yaitu mengorganisasi
sebesar 73,49% (baik), membedakan sebesar 66,90% (baik) dan mengatribusi
sebesar 76,57% (baik). Faktor pendukung dari faktor internal dan eksternal
berupa sumber referensi (82,89%), metode pembelajaran (84,86%) dan evaluasi pembelajaran
(87,06%). Faktor penghambat dari faktor internal dan eksternal berupa
Intelegensi (47,76%), minat siswa (60,20%) dan lingkungan (52,82%). Kemampuan
berpikir analisis siswa kelas XI MIPA di SMA Negeri 4 Kota Bekasi termasuk
kedalam kategori baik. Terdapat faktor pendukung dan penghambat yang
mempengaruhinya.
Kata kunci: Berpikir Analisis,
Pencemaran Lingkungan
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan potensi atau
kemampuan yang dimiliki oleh siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
(Triwiyanto, 2014). Proses pembelajaran idealnya
semua peserta didik terlibat aktif sehingga dalam proses pembelajaran, bukan
hanya peserta didik tertentu saja yang aktif (Firdaus, 2017).
Pemerintah terus berusaha dalam meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia dengan menetapkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
berisi tentang Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) yang bertujuan agar seluruh masyarakat Indonesia mendapatkan kesempatan pendidikan
yang bermutu secara merata,
sehingga mereka dapat menghadapi tantangan sesuai
dengan tuntutan
perubahan zaman. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang saat ini berlaku dalam Sistem Pendidikan Indonesia.
Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan siswa yang aktif, produktif, serta mampu berpikir kreatif, kritis, dan analisis dalam proses pembelajaran.
Kemampuan berpikir analisis merupakan kemampuan berpikir yang menentukan
sesuatu berdasarkan pada situasi, praktik, masalah, pernyataan, teori, ide, dan
pendapat dari masing-masing (Thaneerananon &
Triampo, 2016). Seorang siswa dikatakan memiliki kemampuan berpikir
analisis yang baik ketika ia mampu mengidentifikasi suatu masalah, membedakan
materi yang relevan dan tidak relevan, menghubungkan ide-ide, membuat hipotesis
atau kesimpulan, dan mampu menangkap pendapat-pendapat yang tersirat (Anderson & Krathwohl,
2010). Oleh karena itu, kemampuan berpikir analisis sangat
diperlukan oleh siswa agar mereka tidak mudah menerima informasi yang
didapatkan dari media tanpa menganalisis atau mencari tahu terlebih dahulu
kebenaran dari informasi tersebut.
Kemampuan berpikir analisis sebagai hasil belajar dapat dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari
dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah
faktor yang berasal dari luar diri individu yang sedang belajar (Slameto, 2013).
Faktor internal terdiri dari minat siswa, sumber referensi, kebiasaan belajar, intelegensi, kondisi fisik dan psikis. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari metode pembelajaran, media pembelajaran, tampilan media pembelajaran, kegiatan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan lingkungan. Di dalam
proses pembelajaran, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan agar siswa
memiliki hasil belajar berupa kemampuan berpikir analisis yang baik. Meskipun
kemampuan berpikir analisis termasuk ke dalam kemampuan yang penting dimiliki
oleh siswa, namun berdasarkan
hasil survey
Program of International Student
Assessment (PISA) tahun
2015 yang diselenggarakan
oleh Organisation for
Economic Cooperation and Development (OECD) menunjukkan bahwa kemampuan siswa di
Indonesia dalam bidang sains
berada pada
peringkat 62 dengan skor 403 dari 69 negara yang berpartisipasi (PISA, 2016). Sedangkan berdasarkan hasil Tren Studi Matematika dan Sains
Interrnasional (TIMSS) pada tahun 2015 pencapaian peringkat siswa Indonesia selalu termasuk ke dalam negara berperingkat rendah. Rendahnya hasil TIMSS disebabkan kerena siswa Indonesia
belum
terbiasa berurusan dengan masalah yang memerlukan aspek keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu masalah yang memerlukan penalaran, penerapan, analisis, evaluasi, dan penciptaan (Prawita & Prayitno,
2019). Rendahnya kemampuan berpikir analisis siswa
juga diperkuat� oleh (Djiwandono, 2013)
menyatakan bahwa kemampuan berpikir analisis pada
sebagian siswa
di Indonesia masih rendah
(Sulastri, Safahi, & Susilo, 2018). Selain itu,�
menurut hasil penelitian Sudibyo (2016) menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menganalisis mekanisme aktivitas olahraga masih relatif
sangat rendah dengan tingkat
penguasaan 3,24%. Siswa masih
kesulitan dalam membaca
grafik, memperkirakan, dan membandingkan
kinerja atlet
(Sudibyo,
Jatmiko, & Widodo, 2016).
Pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya biologi, terdapat
materi-materi yang erat kaitannya, dengan permasalahan di kehidupan
sehari-hari. Salah satu materi tersebut adalah materi pencemaran lingkungan.
Pada materi ini siswa akan dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang ada di
lingkungan sekitarnya, hal ini akan merangsang siswa untuk mencari tahu dan
berusaha menyelesaikan masalah tersebut.
Studi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan berpikir analisis
siswa pada materi pencemaran lingkungan dan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhinya. Studi ini belum banyak dilakukan karena untuk mengukur
kemampuan berpikir analisis siswa mereka mengunakan berbagai model
pembelajaran. Hasil studi ini diharapkan dapat memberi informasi lebih mendalam
mengenai kemampuan awal siswa dalam berpikir analisis pada materi pencemaran
lingkungan.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode campuran (Mixed Methods)
dengan desain sequential explanatory yang menghubungkan antara metode kuantitatif dan metode kualitatif secara berurutan,
dimana pada tahap pertama menggunakan metode kuantitatif
dan pada tahap kedua
menggunakan metode kualitatif
(Sugiyono,
2013; (Rahma, Sulhadi, & Sumarti, 2016). Penelitian dilaksanakan di kelas XI MIPA SMA Negeri 4
Kota Bekasi semester ganjil tahun ajaran 2019-2020 pada bulan September 2019.
Penelitian ini terdiri atas tiga kelas yaitu XI MIPA 1, XI MIPA 3 dan XI MIPA
4. Sampel penelitian berjumlah 101 siswa yang terdiri atas 37 siswa laki-laki
dan 64 siswa perempuan ditentukan dengan teknik cluster random sampling
untuk menentukan kelompok mana yang akan digunakan sebagai sumber data.
Prosedur penelitian yang dilakukan terbagi menjadi 3 tahapan yaitu: tahap
awal (persiapan) dilakukan dengan mendatangi tempat penelitian yaitu SMA Negeri
4 Kota Bekasi untuk meminta izin kepada pihak sekolah, konsultasi instrumen
dengan dosen pembimbing, melakukan validitas secara konstruk dan empiris
instrumen soal yang akan digunakan. Selanjutnya tahap inti (pelaksanaan)
dilakukan dengan cara menyebar instrumen soal dan angket kepada siswa, serta
melakukan wawancara kepada guru biologi. Tahap akhir dalam penelitian ini
adalah data yang diperoleh dianalisis untuk menarik kesimpulan pada penelitian.
Instrumen yang
digunakan dalam penelitian berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda, angket
dan wawancara. Tes
kemampuan berpikir analisis siswa yang terdiri dari 3 indikator yaitu:
mengorganisasi, membedakan dan mengatribusi.�
Instrumen penelitian sebanyak 30 butir soal pilihan ganda. setelah itu,
instrumen soal dilakukan uji coba soal seperti: uji validitas, uji reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal.
Uji validitas soal menggunakan uji korelasi point biserial, hasil uji
coba validitas soal menunjukkan 25 soal valid dan 5 soal tidak valid. Rumus korelasi
point biserial menurut (Suharsimi, 2006)
dapat dituliskan sebagai berikut:
Keterangan:
rpbis = Koefisien korelasi point
biserial
Mp = Skor rata-rata hitung untuk butir soal yang dijawab benar
Mt
= Skor rata-rata dari skor total
Sdt = Standar deviasi skor total
p = Proporsi siswa yang menjawab benar pada
butir soal yang diuji validitasnya
q = Proporsi siswa
yang menjawab salah pada butir soal yang
diuji validitasnya
Adapun rumus
Spearman-Brown yang digunakan
untuk menguji reliabilitas menurut (Arikunto, 2009),
sebagai berikut:
�
Keterangan:
Menurut
(Ngalim, 2011)
tingkat kesukaran soal pilihan ganda dapat diperoleh
dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:
Keterangan:
TK = Indeks
kesukaran yang dicari
U = Jumlah
siswa yang termasuk upper group
yang menjawab benar pada tiap soal
L =������������ Jumlah siswa yang termasuk
lower group yang menjawab benar pada tiap soal
T = Jumlah siswa dari kelompok upper dan lower group
������ Selanjutnya daya pembeda soal pilihan
ganda dapat diperoleh dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:
Keterangan:
DP = Indeks daya pembeda
U = Jumlah siswa yang termasuk upper group yang menjawab benar
pada tiap soal
L =������������ Jumlah siswa yang termasuk
lower group yang menjawab benar pada tiap soal
T = Jumlah siswa dari kelompok upper dan lower group
Instrumen soal
kemampuan berpikir analisis yang digunakan untuk olah data terdiri dari 25
butir soal pilihan ganda dan 18 butir soal angket untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir analisis siswa. Hasil data
yang diperoleh dianalisis menggunakan statistik deskriptif dengan rumus
persentase (NP), sebagai berikut:
��
��������
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari atau
diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 = Bilangan tetap
Hasil dan Pembahasan
A.
�Hasil��
Data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan data
kemampuan berpikir analisis siswa pada materi pencemaran lingkungan dan data
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan analisis siswa.
Gambar 1 Diagram Batang Persentase
Indikator Kemampuan Berpikir Analisis
Diagram di atas
menunjukkan persentase tertinggi kemampuan berpikir analisis siswa terdapat
pada indikator mengatribusi (76,57%), kemudian
indikator mengorganisasi (73,49%), dan persentase terendah terdapat pada
indikator membedakan (66,90%).
Secara umum
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir analisis siswa.
Faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal terdiri dari minat siswa, sumber
referensi, kebiasaan belajar, intelegensi, kondisi fisik dan psikis. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari metode pembelajaran, media pembelajaran, tampilan media pembelajaran, kegiatan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan lingkungan. Rata-rata
persentase faktor internal yang mempengaruhi kemampuan berpikir analisis siswa
terdapat pada gambar 2.
Gambar 2 Diagram Batang
Rata-Rata Persentase Faktor Internal yang Mempengaruhi Kemampuan Analisis Siswa
Gambar 2
menunjukkan rata-rata persentase faktor internal yang berbeda-beda. Sumber
referensi yang digunakan oleh siswa memiliki rata-rata persentase tertinggi
(82,89%), dan rata-rata persentase terendah terdapat pada Intelegensi (47,76%).
Rata-rata
persentase faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan berpikir analisis
terdapat pada gambar 3.
Gambar 3 Diagram
Batang Rata-Rata Persentase Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Kemampuan
Analisis Siswa
Gambar 3
menunjukkan rata-rata persentase faktor eksternal yang berbeda-beda. Evaluasi
pembelajaran yang digunakan oleh siswa memiliki rata-rata persentase tertinggi
(87,06%), dan rata-rata persentase terendah terdapat pada lingkungan (52,82%).
Selain itu,
berdasarkan hasil perhitungan persentase butir angket yang berasal dari faktor
eksternal yaitu metode pembelajaran.
Terdapat beberapa metode yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan
analisis siswa dalam proses pembelajaran seperti pembelajaran berbasis masalah,
pengamatan (inkuiri) dan tanya jawab yang terdapat pada gambar 4.
Gambar 4 Diagram
Batang Rata-Rata Persentase Faktor Eksternal yaitu Metode Pembelajaran
Gambar 4 menunjukkan persentase siswa yang merasa bahwa
guru menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah sebesar (46,33%).
Sedangkan siswa yang merasa dalam proses pembelajaran guru menggunakan metode
pengamatan (inkuiri) sebesar (24,77%) dan metode tanya jawab sebesar dan
(13,76%).
Berdasarkan hasil perhitungan persentase butir angket
yang berasal dari lingkungan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kemampuan berpikir analisis siswa yaitu peran keluarga, peran teman sebaya, dan
tempat bimbingan belajar (bimbel). Hal ini terdapat pada gambar 5.
Gambar 5 Diagram
Batang Rata-Rata Persentase Faktor Eksternal yaitu Lingkungan
Gambar 5
menunjukkan persentase siswa yang merasa bahwa saat belajar di tempat bimbel
sering mendapatkan tes tertulis atau lisan yang dapat melatih kemampuan
analisis sebesar (53,47%). Sedangkan peran teman sebaya dan keluarga dalam
melatih kemampuan analisis siswa sebesar (53,46%) dan (50,49%).
Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru biologi kelas X di SMA Negeri 4 Kota
Bekasi menunjukkan bahwa
untuk meningkatkan kemampuan analisis siswa guru menggunakan
metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) pada
materi pencemaran lingkungan. Media pembelajaran yang
digunakan oleh guru pada materi pencemaran lingkungan yaitu� media powerpoint, video, gambar. Sedangkan pada sub pokok bahasan proses daur ulang sampah guru menggunakan sampah-sampah organik dan sampah-sampah anorganik yang ada di sekitar sekolah. Dalam
mengembangkan kemampuan analisis siswa di dalam kelas guru tidak memiliki kendala. Kendala yang dirasakan oleh guru hanya terdapat pada fasilitas laboratorium,
seperti alat dan bahan yang masih kurang memadai untuk menunjang siswa dalam melaksanakan praktikum
pada materi pencemaran lingkungan, sehingga guru hanya memanfaatkan apa saja yang ada di lingkungan sekolah. Selain itu, dalam proses
pembelajaran guru sering memberikan tugas kepada siswa untuk menganalisis suatu kejadian berdasarkan gambar atau video yang diberikan, seperti kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia
dan dampak apa yang akan ditimbulkan pada lingkungan sekitar. Setiap akhir pembelajaran guru juga memberikan tes tertulis atau tes lisan yang dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa.
Upaya lain yang dilakukan oleh pihak
sekolah dan guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir analisis siswa adalah setiap
hari Jumat seluruh siswa diminta berkumpul di lapangan untuk mengikuti kegiatan memilah
atau memisahkan berbagai jenis sampah organik dan anorganik yang ada di
lingkungan sekolah. Selanjutnya pada hari rabu seluruh siswa mengolah berbagai
jenis sampah organik maupun sampah anorganik yang telah mereka pisahkan
sebelumnya untuk dijadikan produk atau barang yang dapat dimanfaatkan kembali,
kegiatan ini dilakukan selama 15 menit sebelum proses pembelajaran dimulai.
A.
Pembahasan
Setelah melakukan analisis data didapatkan hasil
kemampuan berpikir analisis siswa kelas XI MIPA di SMA Negeri 4 Kota Bekasi
termasuk ke dalam kategori baik dengan rata-rata persentase sebesar 73%.
Selain itu, melalui hasil perhitungan angket diketahui
terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat yang mempengaruhi kemampuan
berpikir analisis siswa. Indikator mengatribusi,
mengorganisasi, dan membedakan merupakan indikator yang tergolong ke dalam
kategori baik. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
adanya faktor pendukung yang berasal dari faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor pendukung yang berasal dari faktor internal adalah
sumber referensi, dan faktor pendukung yang berasal dari faktor eksternal
adalah metode pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Jika dilihat dari
persentase yang diperoleh indikator mengatribusi lebih besar dibandingkan
persentase dari indikator�
mengorganisasi dan membedakan. Hal ini dapat
disebabkan karena adanya faktor penghambat yang berasal dari faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor penghambat yang berasal
dari faktor internal adalah intelegensi, minat siswa. Sedangkan
faktor penghambat yang berasal dari faktor eksternal adalah lingkungan.
Faktor pendukung
pertama berasal dari faktor internal yaitu sumber referensi yang memiliki
rata-rata persentase tertinggi sebesar (82,89%). Dalam menganalisis suatu permasalahan siswa menggunakan internet,
buku, dan artikel sebagai sumber referensinya. Informasi yang telah
diperoleh siswa melalui buku, internet, majalah dan koran, kemudian dianalisis
dengan anggota kelompoknya untuk mencari jawaban dari rumusan masalah tersebut (Neilna Yuli, Handoyo, & Purwito, n.d.) Penggunaan internet sebagai sumber referensi diharapkan dapat
membantu siswa dalam mencari berbagai informasi atau pengetahuan yang tidak
mereka dapatkan di dalam buku maupun artikel.
Faktor pendukung
selanjutnya berasal dari faktor eksternal yaitu metode pembelajaran dengan
rata-rata persentase sebesar (84,86%). Berdasarkan
hasil perhitungan pada tiap-tiap butir angket yang berasal dari sub variabel
metode pembelajaran, sebanyak 46,33% siswa berpendapat bahwa dalam proses
pembelajaran pada materi pencemaran lingkungan guru menggunakan metode
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), hal tersebut
juga diperkuat berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi di SMA Negeri 4
Kota Bekasi yang mengatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan analisis siswa
salah satu metode yang sering digunakan adalah metode pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning). Dalam menerapkan metode
pembelajaran berbasis masalah di dalam kelas guru meminta siswa melakukan
diskusi dengan teman sekelompoknya untuk mengidentifikasi suatu masalah,
merumuskan masalah, mencari informasi dari berbagai sumber dan menyimpulkan
hasil pengamatan berdasarkan pada masalah yang terjadi dikehidupan sehari-hari.
Melalui pembelajaran mandiri dalam kelompok, siswa dapat meningkatkan kemampuan
mereka untuk mengekspresikan dan memproses informasi dengan menjelaskan pemahaman
mereka sendiri tentang masalah atau dengan menghasilkan pengetahuan yang
berguna melalui diskusi kelompok (Gao, Wang, Jiang, & Fu, 2018).
Faktor eksternal
selanjutnya yang menjadi faktor pendukung yaitu evaluasi pembelajaran dengan
rata-rata persentase sebesar (87,06%). Berdasarkan
hasil perhitungan data angket dan hasil wawancara dengan guru biologi di SMA
Negeri 4 Kota Bekasi menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran guru sering
memberikan tugas kelompok kepada siswa untuk menilai maksud dari suatu
permasalahan berdasarkan gambar atau video yang diberikan. Selain
itu, setiap akhir pembelajaran guru juga memberikan tes tertulis dengan
menggunakan ranah kognitif C4 yang bertujuan agar dapat melatih kemampuan siswa
dalam menganalisis suatu masalah. Semakin sering seseorang melakukan
latihan, maka kemampuan analisisnya juga akan semakin terlatih (Nisa, Disman, & Dahlan, 2018).
Faktor
selanjutnya adalah faktor yang menghambat siswa dalam meningkatkan kemampuan analisisnya
yang berasal dari faktor internal yaitu intelegensi dan minat siswa, faktor
eksternal yaitu lingkungan. Faktor pertama yang
dapat menghambat kemampuan berpikir analisis siswa berasal dari intelegensi
dengan rata-rata persentase sebesar (47,76%). Rendahnya persentase
disebabkan karena siswa masih mengalami kesulitan dalam menemukan sebuah
solusi, dan membedakan antara bagian penting dan tidak penting dari suatu
materi atau permasalahan. Kegiatan
menganalisis bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam membedakan
fakta dari opini, mengungkapkan ide, membedakan materi yang relevan dan tidak relevan, membuat
hipotesis atau kesimpulan, dan mampu menangkap pendapat-pendapat yang tersirat (Anderson & Krathwohl, 2010). Kesulitan yang dialami oleh siswa juga berpengaruh terhadap
rendahnya hasil analisis data pada indikator membedakan dan indikator
mengorganisasi.
Faktor internal
selanjutnya yang dapat menghambat kemampuan berpikir analisis yaitu minat siswa
dengan rata-rata persentase sebesar (60,20%). Hal ini disebabkan karena siswa masih kurang berminat dalam membaca
atau mengoleksi buku analisis sebagai sumber belajarnya, selain itu siswa juga
hanya sesekali mencoba untuk membuat pertanyaan atau soal-soal dengan ranah
kognitif C4. (Slameto, 2013) mengatakan
bahwa jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap suatu kegiatan, maka
minat siswa dapat ditingkatkan dengan cara menjelaskan
hal-hal yang menarik dan manfaat yang akan ditimbulkan bagi kehidupan.
Faktor terakhir
yang dapat menghambat kemampuan berpikir analisis siswa yang berasal dari
faktor eksternal yaitu lingkungan dengan rata-rata persentase sebesar (52,82%). Berdasarkan
hasil perhitungan pada tiap-tiap butir angket yang berasal dari sub variabel
lingkungan, sebanyak 50,49% siswa berpendapat bahwa saat berada di rumah mereka
hanya sesekali diajak berdiskusi oleh
keluarga mereka untuk menganalisis suatu hal atau permasalahan yang sedang
terjadi di Indonesia. Padahal kegiatan tersebut dapat mendorong
dan membimbing siswa untuk meningkatkan kemampuan analisis dan prestasi belajar
mereka. Apabila siswa dan keluarganya meluangkan waktu cukup di
rumah untuk proses belajar-mengajar pasti pada saat tes siswa atau anak
tersebut akan mudah menjawab soal karena telah sering berlatih dengan begitu
siswa juga akan mendapatkan prestasi belajar yang baik (Sriyono & Wahyudin, 2016). Selain itu,
teman sebaya juga kurang berperan dalam meningkatkan kemampuan analisis siswa
karena mereka hanya sesekali melakukan diskusi dengan teman sebaya mereka dalam
menganalisis suatu permasalahan dengan persentase sebesar 53,46%.
Adanya kelompok teman sebaya diharapkan siswa dapat saling bertukar pikiran
untuk menyelesaikan tugas sekolah mereka dalam memecahkan masalah, berdiskusi
mengenai kesulitan belajar, belajar bersama untuk menghadapi ujian sekolah dan
saling memotivasi antar anggota dalam hal belajar (Aziz, Tarmedi, & Untung, 2015)
Berdasarkan pemaparan diatas bahwa kemampuan berpikir analisis siswa kelas XI MIPA 1, XI MIPA 3 dan
XI MIPA 4 di SMA Negeri 4 Kota Bekasi termasuk kedalam kategori baik dengan
rata-rata 73%. Terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat yang
mempengaruhi kemampuan berpikir analisis siswa yang berasal dari faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor
pendukung yang berasal dari faktor internal dan eksternal adalah sumber referensi, metode
pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran dengan rata-rata persentase sebesar 82,89%, 84,86% dan 87,06%. Sedangkan faktor penghambat
yang yang berasal dari faktor internal dan eksternal adalah intelegensi, minat siswa dan lingkungan dengan rata-rata persentase
sebesar 47,76%, 60,20% dan 52,82%.
BIBLIOGRAFI
Anderson, Lorin W., & Krathwohl, David R. (2010). Kerangka landasan
untuk pembelajaran, pengajaran, dan asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
300(300), 0.
Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan
(edisi revisi).
Aziz, Muhamad Abdul, Tarmedi, Ewo, & Untung, Sunarto H.
(2015). Hubungan Antara Kelompok Teman Sebaya Dengan Prestasi Belajar Siswa
SMKN. Journal of Mechanical Engineering Education, 2(2), 233�238.
Djiwandono, Patrisius Istiarto. (2013). Kemampuan Analisis
Sebagai Bekal Bernalar Kritis. Malang: Malang Pos.
Firdaus, Dicky Fauzi. (2017). Pengaruh Metode Discovery Dan
Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis. Syntax Literate;
Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(10), 7�13.
Gao, Shuang, Wang, Yuxin, Jiang, Bin, & Fu, Ying. (2018).
Application of problem-based learning in instrumental analysis teaching at
Northeast Agricultural University. Analytical and Bioanalytical Chemistry,
410(16), 3621�3627. https://doi.org/https://doi.org/10.1007/s00216-018-1025-7
Neilna Yuli, E., Handoyo, Budi, & Purwito, Hendri.
(n.d.). Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Terhadap Kemampuan Berpikir
Analisis.
Ngalim, Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Nisa, Hayatin, Disman, & Dahlan, Dadang. (2018). Pengaruh
Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif Teknik Group Investigation Terhadap
Kemampuan Berpikir Analisis Peserta Didik. Manajerial, 3(5), 157�166.
PISA, OECD. (2016). Prograamme for International Student
Assessement (PISA) Results From PISA 2015. Publishing.
Prawita, W., & Prayitno, B. A. (2019). Students� profile
about analytical thinking skill on respiratory system subject material. Journal
of Physics: Conference Series, 1157(2), 22078. IOP Publishing.
Rahma, Alina Dwi, Sulhadi, & Sumarti, Sri Susilogati.
(2016). Implementasi Pembelajaran Sains dengan Media Fotonovela untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SD/MI. Journal of Primary Education, 5(1),
1�9.
Slameto. (2013). Belajar & Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sriyono, Heru, & Wahyudin. (2016). Peran Tingkat Intelegensi
dan Motivasi Belajar dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Ekonomi di SMA Negeri
Gugus 01 Kabupaten Tangerang. Research and Development Journal of Education,
3(1), 52�69.
Sudibyo, Elok, Jatmiko, Budi, & Widodo, Wahono. (2016).
The Effectiveness of CBL Model to Improve Analytical Thinking Skills the
Students of Sport Science. International Education Studies, 9(4), 195�203.
https://doi.org/10.5539/ies.v9n4p195
Suharsimi, Arikunto. (2006). Prosedur penelitian suatu
pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Sulastri, Sulastri, Safahi, Luthpi, & Susilo, Susilo.
(2018). Pengaruh Strategi Pembelajaran Critical Incident terhadap Keterampilan
Analisis Siswa. Assimilation: Indonesian Journal of Biology Education, 1(2),
77�81.
Thaneerananon, Taveep, & Triampo, Wannapong. (2016).
Development of a Test to Evaluate Students � A nalytical Thinking Based on Fact
versus Opinion Differentiation. International Journal of Instruction, 9(2).
https://doi.org/10.12973/iji.2016.929a
Triwiyanto, Teguh. (2014). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT
Bumi Aksara.