Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 12,
Desember 2022
EVALUASI
PROSES PENYIMPANAN DAN PENGENDALIAN OBAT-OBATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH
SAKIT DKT BANDAR LAMPUNG
Ari
Irawan Romulya, Anhari Achadi
Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia
Email:
[email protected], [email protected]
Abstrak
Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (IFRS) yaitu unitnya� suatu
rumah sakit dengan pimpinan apoteker dan bantuan apoteker yang memiliki
tanggungan dari keseluruhan pelayanan farmasi dan paripurna cakupan dari apa
yang direncanakan, pengadaannya, menyimpan bekal dan kesediaan farmasi.
Instalasi Farmasi rumah sakit DKT Bandar Lampung melakukan penyimpanan obat dan
pengendalian obat. beberapa permasalahan terjadi pada Instalasi Farmasi rumah
sakit ini yaitu dari factor penyimpanan serta pengendalian obat yaitu posisi
peletakkan obat kurang tertata dengan baik, pengawasan pada stok obat yang kadaluarsa
yang belum dilakukan dengan baik sedangkan pada pengendalian obat masih banyak
obat-obatan tak ada dengan pembelian obat diluar. Kajian ini peneliti
mengidentifikasi dan memahami masalah manajemen logistik obat yaitu menyimpan
serta pengendaian obat dari Instalansi Farmasi Rumah Sakit� DKT Bandar Lampung. Tehnik dalam penelitian
ini memakai cara wawancara semi terstruktur, observasi partisipatif, dan studi
literatur. Instalasi Farmasi Rumah Sakit DKT Bandar Lampung dengan penetapan
dan pengendalian obat yang selaras dengan ketentuan aturan kementerian Nomor 58
Tahun (2014), Instalasi Farmasi wajib melakukan pengecekan dan pengawasan
secara rutin karena terdapat beberapa obat yang masih belum rapi dalam
penyusunan obat, belum lengkapi lagi dengan adanya jendela. Pengendalian obat
masih dalam tahap aman yaitu mengandalkan tehnikstok buffer sehingga meiliki
stok untuk bulan depan nya namun instalasi farmasi rumah sakit ini memiliki
kelemahan yaitu banyaknya obat dengan kesediaan untuk pasiennya, harus beli
dari luar rumah sakit.
Kata
Kunci:
Farmasi, RS. DKT Lampung, penyimpanan obat, pengendalian obat.
Abstract
Hospital Pharmacy
Installation (IFRS) is a unit of a hospital with pharmacist leadership and
pharmacist assistance who is responsible for the entire pharmacy service and
complete coverage of what is planned, procured, storing supplies and pharmacy
availability. The Pharmacy Installation of the DKT Bandar Lampung hospital
carries out drug storage and drug control. several problems occur in the
pharmacy installation of this hospital, namely from the storage and drug
control factors, namely the position of placing the drugs is not well
organized, supervision of expired drug stocks that have not been carried out
properly, while in drug control there are still many drugs that do not exist
with the purchase of drugs. outside. In this study, researchers identify and
understand the problem of drug logistics management, namely storing and
controlling drugs from the Pharmacy Installation of the DKT Hospital in Bandar
Lampung.� The technique in this research
uses semi-structured interviews, participatory observation, and literature
study. The Pharmacy Installation of the DKT Bandar Lampung Hospital with the
determination and control of drugs in line with the provisions of the
ministry's regulations Number 58 of (2014), the Pharmacy Installation is
required to carry out regular checks and supervision because there are some
drugs that are still not neatly prepared in the preparation of drugs, not yet
completed with there is a window. Drug control is still in a safe stage, namely
relying on a buffer stock technique so that it has stock for the next month,
but this hospital pharmacy installation has a weakness, namely that there are
many drugs with a willingness for their patients, they have to be purchased
from outside the hospital.
Keywords: Pharmacy, DKT
Hospital Lampung, drug storage, drug control
Pendahuluan
Instalasi
Farmasi Rumah Sakit (IFRS) yaitu departemen ataupun unit bagian dari pimpinan
apoteker, dengan bantuan beberapa orang yang memiliki tanggungan untuk melayani
kefarmasian, pelayanan yang baik dengan cakupan yang akan direncanakan,
pengaduannya, produksi ataupun bekal kesehatan yang berdasar dari resep
penderita dari rawat jalan, pengendalian mutu dan pendistribusian, pemakaian
keseluruhan bekal dengan pelayanan farmasi dalam cakupan pasiennya (Adikoesoemo S, 2003).
Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit, penyebutannya jika pelayanan rumah sakit adalah
bagian dan tak memisahkan sistem pelayanan rumah sakit dengan orientasi pada
pelayan pasien, menyediakan obat yang memiliki mutu, dengan farmasi klinik dan
jangkauan bagi seluruh lapisan masyarakat (Kementerian Kesehatan
RI, 1999).
Obat
merupakan hal yang krusial untuk melaksanakan proses pelayanan kesehatan dari
instalansi farmasi rumah sakit, membutuhkan dan melaksanakan baik serta tepat.
Pemenuhan keperluan obat tersebut pada pasien dengan peningkatan mutu dan mendistribusikan
obat-obatannya (Anshari M, 2009)
Penyimpanan
dilakukan pasca penerimaan barang Instalasi Farmasi yang membutuhkan ataupun
menyimpan penjaminan mutu yang aman dengan pemakaian sesuai dengan syarat (Susanto et al., 2017). Persyaratannya, dengan maksud menstabilkan ataupun
amannya cahaya yang lembab, golongan ataupun jenis penyediaan farmasi habis
pakai (Data & Informasi
Kemenkes, 2017).
Pengendalian itu dilakukan dengan kesediaan media bersamaan dengan tim (Kodiyah et al., 2015). Pengendalian penyediaan farmasinya dengan
dipergunakan yaitu: a. melaksanakan evaluasinya tidak sering dipakai (slow
moving); b. melaksanakan evaluasinya dengan kesediaan yang dipakai dalam kurun
waktu tertentu (death stock); c. Stok opname dengan pelaksanaan periodiknya
dengan berkala (Mohammad, 2003)
Rumah
Sakit DKT Bandar Lampung melayani pasiennya dengan rawat jalan serta inap.
Instalasi Farmasi RS. DKT Bandar Lampung melakukan penyimpanan obat dan
pengendalian obat serta distribusi pasien dengan resep rawat jalan serta yang
menginap. beberapa permasalahan terjadi pada Instalasi Farmasi rumah sakit ini
yaitu dari sistem pengendalian yang belum baik, pengawasan pada stok obat yang
kadaluarsa yang belum dilakukan dengan baik sedangkan pada pengendalian obat
masih banyak obat-obatan yang tidak ada di rumah sakit sehingga banyak pasien
yang harus membeli obat diluar. Beralaskan apa yang menjadi pengamatannya,
penelitian ini mengenai evaluasi cara menyimpan serta kendali dari tempat
penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memahami
masalah manajemen logistik obat yaitu menyimpan serta pengendalian dari DKT
Bandar Lampung, dan memberikan usulan pemecahan masalah tersebut.
Metode Penelitian
Mempergunakan metode
wawancara semi terstruktur, observasi partisipatif, dan studi literature (Apriani et al., 2021). Wawancara
dilakukan antara penulis dengan Kepala dan staf di Instalasi Farmasi, Rumah
Sakit DKT Bandar Lampung. Observasi partisipatif dilakukan dengan turut serta
berpartisipasi dalam proses pelaksanaan kerja termasuk terlibat langsung dalam
rapat atau diskusi. Studi Literatur dilakukan dengan referensi yang disarankan
dan juga penelusuran mandiri.
Hasil dan Pembahasan
Instalasi Farmasi Rumah
Sakit DKT Bandar Lampung memberikan�
melayani dalam kurun waktu penuh. Pelayanan tersebut dengan penyedia
serta distribusi pembekalan farmasi, klinik dan informasi penjaminan mutu
pelayanan antara lainnya:
a. Rencana pengadaan bekal farmasi.
b. Menyimpan bekal farmasi.
c. Pendistribusian dan menyerahkan pasien rawat jalan
serta yang menginap.
d.Menyelenggarakan pelayanan farmasi contohnya dengan
menyiapkan, mencapur dan penyampaian dosis visit serta indikasi efek
sampingnya.
Pada Penelitian ini peneliti melakukan perbandingan
antara yang ditemukan dilapangan yaitu di Instalasi Farmasi RS. DKT Bandar
Lampung dengan Aturan Dirjen No. 58 (2014) (Indonesia, 2016)
1. Sarana
dan Prasarana
Sarana
dan prasarana yang terdapat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit DKT Bandar Lampung
a. Ruang
tunggu.
b. Tempat
peracikan.
c. Menyimpan
sediaan farmasi dan media kesehatan contoh obat serta alat kesehatan obat dan
merek dagang.
d. Media
menyerahkan obat.
e. Media
pencucian alat.
f. Media
yang menjunjung kebersihan apotik.
g. Tempat
penyimpanan obat.
h. Tempat
terkhusus pada obat keras ataupun psikotropika.
i.
Lemari penyimpanan dokumen farmasi rumah
sakit.
j.
Media meracik obat contoh mortar dengan
spatula dengan gelas ukur dan sealing.
k. Media
pelaksanaan input data contohnya komputer,�
printer, kalkulator.
l.
Peralatan ATK (Alat Tulis Kantor)
Tabel
1.
Keadaan ruangan serta Media pada Gudang Penyimpanan Obat berdasar kepada
Direktorat Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Indonesia Tahun 2010.
Nomor |
Jenis�
|
Ya |
Tidak |
Keterangan |
1 |
Sarana untuk menyimpan obat-obatan yang dipisahkan dalam ruangan farmasi |
� |
|
|
2 |
Gudang yang cukup ruang penyimapan dan kesediaan obat |
� |
|
|
3 |
Atap gudang dalam keadaan baik dan tidak bocor (Warman Johns, 1997) |
� |
|
|
4 |
Gudang mempunyai jendela tralis |
|
� |
Tidak memiliki jendela |
5 |
Menerangkan gudang yang berkecukupan |
� |
|
|
6 |
Adanya pengaturan suhu ruangan |
� |
|
Kondisi Rusak |
7 |
Kesediaan rak lemari terkhusus untuk obat |
� |
|
Jarang terisi |
8 |
Adanya� kartu stok obat-obatan untuk pemberian label di rak atau lemari |
� |
|
Beberapa rak tidak sesuai jumlah dengan kartu stok |
Diketahui dari Tabel 1
bahwa terdapat gudang penyimpanan kesediaan Rumah Sakit dengan ruang yang cukup
dengan penyimpanan semua obat dan gudang untuk menyimpan obat sesuai dengan
Dirjen Kefarmasian serta Media Kesehatan Republik Indonesia (2010) (Profesi, 2010). Gudang untuk
menyimpan yang tersedia pada Rumah Sakit DKT Bandar Lampung tak memiliki
pemisahan dari Apotek DKT Bandar Lampung memakai sistem satu pintu (Munawaroh, 2020). Dengan mempunyai
atap gedung dengan kondisi yang memungkinkan, tidak ada kebocoran dari hujan.
Gudang memiliki ventilasi tetapi tidak memiliki jendela. Menerangkan gudang
dengan kecukupan dan dukungan aturan suhu yang lembab dan pelembang gudangnya.
Kesediaan rak dari lemari
yang dikhususkan dengan yang sudah hampir waktunya namun jarang terisi
dikarenakan sistem pengecekan obat kadarluasa yang belum maksimal. Kesediaan
rak untuk menyimpan obat dengan penyimpanan yang berdasar dari tiap rak (Ritonga, 2018). Kesediaan itu
dengan mengambil serta menambah rak.walaupun beberapa tempat ditemukan berbeda
obat tidak sesuai jumlah dengan kartu stok obat yang ada.
�
Tabel 2.
Tata
Cara Penyimpanan Obat-obatan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit DKT Bandar
Lampung dari sistem Pelayanan farmasi yang standar di� Rumah Sakit sesuai Permenkes Nomor 58 Tahun
2014
Nomor |
Jenis�
|
Ya |
Tidak |
Keterangan |
1 |
Menyimpan obat-obatan selaras dengan FEFO |
� |
|
|
2 |
Menyimpan pengobatan sesuai dengan metode FIFO |
� |
|
|
3 |
Melakukan penyimpanan obat dari gudang tempat terkhusus dengan tak mencampuri yang lain |
� |
|
|
4 |
Obat diletakkan diatas rak/ lemari |
� |
|
|
5 |
Penyimpanan obat LASA (Look alike sound alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus |
� |
|
|
6 |
Penyimpanan obat berdasarkan bentuk sediaan |
� |
|
|
7 |
Menyimpan berdasar kepada abjad |
� |
|
Masih ditemukan obat yang tidak beraturan |
8 |
Menyimpan berdasar kepada jenisnya |
� |
|
|
9 |
Obat yang mengalami kerusakan, letaknya dipisahkan |
|
� |
Masih ditemukan obat rusak bergabung dengan yang
obat baik |
10 |
Obat Narkotika dan psikotropika dilposisikan dalam lemari yang berbeda |
� |
|
|
11 |
Dipasang� label (nama obat) dalam rak/ lemari |
� |
|
|
Diketahui dari Tabel 2
Acun untuk menyimpan obat-obatan pada ruang penyimpanan Instalasi Farmasi Rumah
Sakit DKT Bandar Lampung telah berdasar dari ketentuan standarisasi pelayanan
farmasi rumah sakit memakai metodenya yaitu FEFO (First Expired First) dan FIFO
(First In First Out) dan obat letaknya di rak atau lemari dan tak langsung
mencegah yang rusak dalam obat. Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan, maksud
dan kemudahan untuk mengambil obat. Obat dengan penyimpanan berdasar dengan
namun masih ditemukan tidak beraturan (Palupiningtyas, 2014). Masih belum ada
pada letak pemisah obat yang baik sehingga dapat terjadi hal-hal yang salah.
1. Prosedur
Sistem Pengendalian Obat
Pengendalian persediaan
di rumah sakit DKT Bandar Lampung memakai buffer stock 2 bulan, dengan mempertimbangkan
yang ditentukan dari besar buffer stock tak hanya dari kepastian terjadi
ataupun tidaknya. Safety stock dengan penetapan kesediaan dan antisipasi dalam
menyediakan dengan mayoritasnya dari kesesuaian. Sistem penyediaan obat
dilakukan oleh instalasi farmasi dengan melihat penggunaan obat yang dipakai
sehari-hari (Suchiati, 2006).
Pada Instalasi farmasi
RS. DKT Bandar Lampung memiliki kekurangan banyaknya obat-obatan yang tidak
tersedia oleh RS, peneliti melakukan observasi dengan melakukan wawancara
dengan kepala dan staff rumah sakit, dengan hasil mereka tidak memberikan
banyak stok jenis obat-obatan yang jarang digunakan oleh Dokter, sehingga
memang benar beberapa obat dilakukan penggandaan resep untuk keluar dari rumah
sakit.
Kesimpulan
Hasil penelitian dan
pelaksanaan dan kemudian disimpulkan jika Instalasi Farmasi Rumah Sakit DKT
Bandar Lampung dengan penerapan acuan untuk menyimpan serta pengendalian obat
gudang dengan persetase 80% selaras dengan yang ditentukan berdasarkan
Permenkes Nomor 58 Tahun 2014, tetapi dilakukan pengecekan serta pengawasan
secara rutin karena terdapat beberapa obat yang masih belum rapi dalam penyusunan
obat, belum lengkapi lagi dengan adanya jendela. Pengendalian obat masih dalam
tahap aman yaitu mengandalkan tehnik stok buffer sehingga meiliki stok untuk
bulan depan nya namun instalasi farmasi rumah sakit ini memiliki kelemahan
yaitu banyak nya obat dengan kesediaan beli dari luar rumah sakit.
Adikoesoemo S. (2003). Manajemen
Rumah Sakit. Sinar Harapan.
Anshari M. (2009). Aplikasi
Manajemen Pengelolaan Obat dan Makanan. Medical Book.
Apriani, Y., Rusdiawan,
R., Asrin, A., Fahruddin, F., & Muhaimi, L. (2021). Manajemen pembelajaran
daring pada masa pandemi covid-19 di sd it lombok tengah. Jurnal Ilmiah
Mandala Education, 7(2).
Data, P., & Informasi
Kemenkes, R. I. (2017). Situasi penyakit ginjal kronis. Kementerian
Kesehatan RI.
Indonesia, R. (2016).
Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 72 tahun 2016 tentang
standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Menteri Kesehatan. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI.
(1999). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII Tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit. 1�21.
Kodiyah, N., Herawati, D.
D., Lestari, B. W., Husin, F., Wirakusumah, F. F., & Setiawati, E. P.
(2015). Pengembangan Media Pembelajaran Praktikum untuk Meningkatkan
Keterampilan Asuhan Persalinan. Jurnal Pendidikan Dan Pelayanan Kebidanan
Indonesia, 2(3), 58�66.
Mohammad, A. (2003). Manajemen
Farmasi. Gajah Mada.
Munawaroh, M. (2020). Evaluasi
Kesesuaian Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Dr. H. Koesnadi
Bondowoso Tahun 2019-2020. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Palupiningtyas, R.
(2014). Analisis Sistem Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Mulya
Tangerang Tahun 2014.
Profesi, P. P. (2010). Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 317/MENKES/PER/III/2010 Tentang
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing Di Indonesia.
Ritonga, Z. A. (2018).
Tingkat Pengetahuan Petugas Rekam Medis Tentang Sistem Penyimpanan Berkas Rekam
Medis di Rumah Sakit Umum Sinar Husni Medan. Jurnal Ilmiah Perekam Dan
Informasi Kesehatan Imelda, 1(2), 87�95.
Suchiati. (2006). Analisis
Perencanaan Obat-Obatan berdasarkan ABC Indek Kritis di Instalasi Farmasi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Susanto, A. K.,
Citraningtyas, G., & Lolo, W. A. (2017). Evaluasi Penyimpanan dan
Pendistribusian Obat di Gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Advent Manado. Pharmacon
Jurnal Ilmiah Farmasi, 6(4).
Warman Johns. (1997). Manajemen
Pergudangan. PPM.
Copyright holder: Ari Irawan Romulya, Anhari Achadi (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |