Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 12, Desember 2022
ANALISIS
KUALITAS HASIL PENJERNIHAN AIR DENGAN METODE KOAGULASI FLOKULASI GUNA
MENGOPTIMALKAN KESESUAIAN OUTPUT DENGAN STANDAR BAKU MUTU LIMBAH CAIR DI UNIT
EFFLUENT TREATMENT III B PT. PETROKIMIA GRESIK
Riky Saputro Wicaksono, Moch. Nuruddin
Universitas Muhammadiyah Gresik, Indonesia
Email:
[email protected], [email protected]
Abstrak
PT Petrokimia Gresik merupakan perusahaan berwawasan lingkungan yang terus berupaya meminimalisir terbentuknya limbah sebagai akibat dari proses produksi. Hal tersebut dilakukan
agar limbah yang dihasilkan
tidak membahayakan lingkungan sekitarnya. PT Petrokimia Gresik merupakan industri yang bergerak dalam bidang produksi
pupuk dan bahan kimia, bahan
kimia yang diproduksi diantaranya Phosporid Acid, Sulfurid Acid, dan Gypsum
Purification, limbah yang dihasilkan
dari ketiga produk tersebut sangat berbahaya, dari hal ini
peneliti ingin memastikan dengan membandingkan antara hasil output unit Effluent Treatment dengan
standar baku mutu yang telah
ditetapkan oleh kementrian lingkungan hidup.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya ketidaksesuaian antara limbah output dengan standar baku mutu, memberikan
usulan perbaikan dan implementasi yang diharapkan dapat mengurangi ketidaksesuaian antara output limbah dengan standar baku mutu.penelitian ini menggunakan metode Quality tools dan FMEA. Usulan perbikan yang didapat dalam penelitian
ini adalah Dilakukan training internal unit ET III B, Selalu berkoordinasi antara operator CCR dan lapangan, Pengecekan yang rutin terhadap line yang sering buntu yang dilakukan oleh operator lapangan, Preventive yang rutin dan terjadwal oleh
pihak maintenance terkhusus
equipment vital, Frekuensi preventive alat pengukur yang diperpendek sehingga meminimalisir kesalahan pembacaan oleh alat.
Kata
Kunci: Limbah, Mutu, Fishbone, FMEA, Usulan Perbaikan.
Abstract
PT. Petrokimia Gresik is an environmentally friendly company
that continuously strives to minimize the waste formation as a result of the
production process so it doesn�t harm the surrounding environment. PT Petrokimia Gresik is also an industry that is engaged in
fertilizer and chemical Internal training of the ET III B unit productions. The
chemical products included Phosphoric Acid, Sulfuric Acid, and� Gypsum Purification, where the waste
produced from these 3 products is indubitably dangerous. From this case, the
researcher wants to verify by comparing the result of Effluent Treatment unit
output with quality standards set by the Ministry of the Environment and Forestry.The purpose of this study is to identify the
distinction between waste output and the quality standards, to provide
suggestions and implementation that expected to reduce distinction between
waste output and quality standard. This study used Quality Tools and FMEA
methods. The proposed improvements in this study are Internal training of the
ET III B unit, regularly coordinate between CCR operators and the field,
routine checks on lines that are often deadlocked by field operators, routine
and scheduled preventive maintenance by maintenance, especially vital equipment,and shortened preventive frequency to minimize
error readings by the tool.
Keywords: Tires, Defect,
Quality, Seven Tools, Improvement Proposal.
Pendahuluan
Dalam perkembangan industri yang semakin pesat dan persaingan yang semakin
ketat setiap perusahaan diharuskan melakukan inovasi di dalam setiap produknya,
selain itu perusahaan juga dituntut untuk melakukan produksi yang terus
menerus. Di samping itu, produksi yang dilakukan perusahaan juga tidak dapat
mengabaikan timbulnya limbah hasil produksi yang jika penanganannya tidak tepat
dapat merusak lingkungan.
Dampak limbah industri terbukti mempengaruhi kualitas kesehatan manusia.
Misalnya seperti munculnya penyakit minamata dan itai-itai di Jepang. Penyakit
minamata diakibatkan oleh pencemaran Merkuri (Hg) mengakibatkan gangguan pusat
syaraf sehingga penderita tidak dapat mengontrol gerakan tubuhnya, sedangkan
itai-itai merupakan penyakit yang timbul akibat pencemaran Cadmium (Cd) yang
terakumulasi dalam hati dan ginjal (Ardiatma et al., 2021). Selain itu, limbah industri jika tidak dikelola dengan
baik juga akan menyebabkan timbulnya bau, bising, panas, dan radiasi.PT
Petrokimia Gresik merupakan perusahaan berwawasan lingkungan yang terus
berupaya meminimalisir terbentuknya limbah sebagai akibat dari proses produksi.
Hal tersebut dilakukan agar limbah yang dihasilkan tidak membahayakan
lingkungan sekitarnya. Salah satu wujud konkret PT Petrokimia Gresik dalam
upaya mewujudkan produksi bersih dan ramah lingkungan salah satunya adalah
mendirikan unit Effluent Treatment.
Fungsi dari Unit Effluent Treatment
yaitu untuk menetralisir limbah yang dihasilkan dari Unit Phosporid Acid, Purification Gypsum, Sulfurid Acid Service Unit
agar sesuai dengan ketentuan baku mutu limbah yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup (Yunizar & Fauzan, 2014).
PT Petrokimia Gresik merupakan industri yang bergerak dalam bidang produksi
pupuk dan bahan kimia, bahan kimia yang diproduksi diantaranya Phosporid Acid,
Sulfurid Acid, dan Gypsum Purification, limbah yang dihasilkan dari ketiga
produk tersebut sangat berbahaya, dari hal ini peneliti ingin memastikan dengan
membandingkan antara hasil output unit Effluent Treatment dengan standar baku
mutu yang telah ditetapkan oleh kementrian lingkungan hidup.
Proses penjernihan air di unit ET IIIB PT Petrokimia
Gresik menggunakan metode Koagulasi dan Flokulasi
dimana Koagulasi merupakan proses pencampuran koagulan (bahan kimia) atau pengendap
ke dalam air baku dengan
kecepatan perputaran yang timggi dalam waktu
yang singkat. Koagulan adalah bahan kimia
yang dibutuhkan pada air baku untuk membantu
proses pengendapan partikel
� partikel kecil yang tidak dapat mengendap
secara gravitasi, zat kimia yang dimaksud misalnya Polymer, Tawas (Susanto, 2008).
Sedangkan
Flokulasi adalah penyisihan kekeruhan air dengan cara
pengumpulan partikel � partikel kecil menjadi partikel yang lebih besar. Salah satu faktor penting
yang mempengaruhi keberhasilan
flokulasi adalan pengadukan secara lambat, keadaan ini memberi kesempatan
partikel melakukan kontak atau hubungan
agar membentuk penggabungan
(Susanto, 2008).
Metode
Penelitian
Metode penelitian merupakan metode deskritif (Soendari, 2012)
dengan mengambil gambaran penelitian secara keseluruhan sehingga dapat
diketahui proses, metode,� dan hasil yang
diperoleh dari penelitian ini. Obyek dalam penelitian ini adalah Kadar pH dan
TSS pada limbah Cair di Unit Effluent Treatment IIIB
Pada tahap ini dilakukan study dengan melakukan study
kasus lapangan dengan melihat setiap proses Treatment Water dari Limesampai
Distribusi TW dan mencari permasalahan yang terjadi di unit tersebut
(Yusuf, 2016).
Hasil
dan Pembahasan
Pada tahap ini data-data yang
penulis perlukan diambil secara langsung dari dokumen dan checksheet harian
operator yang terdapat di� control room
operator unit ET IIIB Pengumpulan data pada tangal 1 Juni 2022 s/d 30 Juni 2022.
A. Control Chart MR
Setelah data data terkumpul dilakukan pengolahan
data ketidak sesuaian pH dan SS Air Treatment Water Terhadap standar yang telah
ditetapkan dengan pendekatan metode FMEA (Gildeh &
Shafiee, 2015). Sample yang di analisa oleh
laboratorium analisis kimia pabrik IIIB di peroleh dari hasil Checker
laboratorium analisa kimia pabrik IIIB yang mengambil sampel satu hari sekali.
B. Diagram sebab akibat (Fishbone Diagram)
Fishbone diagram merupakan tools yang digunakan
untuk� mengidentifikasikan dan
menunjukkan� hubungan antara sebab dan
akibat agar dapat menemukan akar penyebab dari suatu permasalahan (Febriastuti, n.d.). Dari pemasalah ketidak
sesuaian pH dan SS pada Air TW Unit ET IIIB terhadap standar terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhinya antara lain yaitu Man, machine, methode,
environment.
Untuk faktor dari material tidak ditampilkan dalam
diagram fishbone dikarenakan material yang diolah berupa air limbah, sedangkan
air limbah ini tidak memiliki akar permasalahan dan juga tidak mempengarui
hasil dari ketidaksesuaian output limbah cair terhadap standard baku mutu yang
telah ditentukan, dimana berapapun kandungan dalam air limbah ini nantinya akan
dinetralkan di unit ET IIIB.
C. Analisis FMEA
Analisa FMEA dibuat berdasarkan hasil wawancara
dengan pembimbing lapangan di PT Petrokimia Gresik yakni Kepala Regu Operator
produksi unit Effluent Treatment IIIB Group B, untuk penentuan rencana
perbaikan disusun berdasarkan fishbone diagram yang telah dibuat sebelumnya
dengan mengacu pada kondisi aktual di lapangan (Dongan et al., 2016).
Pada kolom mode yang dimaksud adalah jenis kegagalan
yang terjadi yaitu analisa air TW unit ET IIIB yang masih melebihi standar
sedangkan untuk kolom sebelahnya yaitu berbagai macam penyebab yang dapat
mengakibatkan kegagalan pada kolom mode sedangkan kolom efek merupakan efek
yang ditimbulkan oleh masing � masing penyebab kegagalan, sedangkan kolom S, O,
D dan RPN merupakan kategori dan tingkatan pada masing � masing penyebab
kegagalan untuk pengertian tiap kategori (Kurniawan,
2009) yaitu :
1.
( S ) Tingkat keseriusan dari dampak yang
ditimbulkan oleh kegagalan-kegagalan yang muncul pada produk
2.
(Severity) dengan skala 1�10.
3.
( O ) Frekuensi kegagalan yang ditimbulkan oleh
penyebab kegagalan yang muncul pada produk (Occurance) dengan skala
1�10.
4.
( D ) Tingkat keseringan terjadinya kegagalan dan
kemungkinan untuk mendeteksi mode kegagalan maupun penyebabnya (Detection)
dengan skala 1�10.
5.
RPN (Risk Priority Number) melalui hasil
perkalian antara rating Severity, Occurrence dan Detection.
Untuk masing � masing kolom S, O, D diisi dengan
skor 1 � 10 untuk selanjutnya skor pada ketiga kolom tersebut dikalikan lalu
dimasukkan pada kolom RPN dari kolom RPN dapat dilihat tingkat prioritas
penyebab kegagalan. Untuk rumus mencari RPN yaitu
D. Usulan Perbaikan
Berdasarkan analisa menggunkan metode FMEA diatas dapat dilakukan
perbaikan. Pada tahapan ini rencana usulan
perbaikan diterapkan pada factor � factor penyebab pH dan SS air produk unit ET berupa TW yang masih melebihi batas (Buntaa et al., 2019). Rencana perbaikan yang dilakukan
terhadap segala sumber kegagalan yang didasarkan pada hasil analisis fishbone diagram, dan prioritas tindakan
perbaikan didasarkan pada nilai RPN hasil dari analisis
FMEA yang telah dilakukan sebelumnya.
Tabel
1.
Usulan
Perbaikan
Prioritas |
Rencana
perbaikan |
1 |
Dilakukan training internal unit ET III B yang didalamnya dilakukan sharing mengenani pengalaman antara operator satu dengan yang lain dalam menangani suatu trouble produksi dan juga untuk
setiap operator unit diharapkan
membawa buku saku kecil mengenai
proses produksi unit ET IIIB yang berguna pada saat operator lupa mengenai proses produksi. |
2 |
Selalu berkoordinasi dengan operator CCR pada saat melakukan start equipment ataupun melakukan proses produksi agar dari CCR pun dapat memonitor operator lapangan apabila ada salah satu
SOP tidak terlaksanakan, selain itu dibuatkan
checklist SOP agar semua SOP dapat
terlaksanakan tanpa terkecuali |
3 |
Operator lapangan harus rutin melakukan
pengecekan pada line yang
sering buntu� sehingga
pada saat line atau pipa mengalami
penumpukan material walaupun
masih sedikit dapat dilakukan tindakan penangan yang cepat berupa cleaning line/pipa, sehingga tidak sampai terjadi kebuntuan pada pipa transfer yang dapat mengganggu kelancran proses produksi. |
4 |
Pihak maintenance harus rutin melakukan preventive terhadap semua equipment terlebih kepada equipment yang
vital sehingga apabila terdeteksi tendensi penurunan performa dapat segera dilakukan tindakan antara lain : mengganti material yang mudah
abrasive tersebut dengan
material yang lebih tahan
abrasive sehingga lifetime dari
equipment tersebut menjadi
lebih panjang. |
5 |
Dari pihak maintenance harus sering melakukan preventive terhadap alat pengukur pH dan juga SS, dan juga sering berkoordinasi
dengan operator CCR apabila
ada ketidaksesuaian hasil pembacaan pH dan SS dari pihak maintenance segera melakukan kalibrasi ulang atau penggantian
alat pengukur pH dan SS dengan alat yang baru� |
E. Implementasi
Usulan Perbakan
Dari hasil yang didapat
dari analisis FMEA di dapatkan lima usulan
prioritas perbaikan guna mengoptimalkan kesesuai output limbah cair dengan standart
baku mutu limbah cair. Dari lima usulan perbaikan (Montgomery, 2009) tersebut dilakukan implementasi terhadap rencana perbaikan yang menjadi prioritas pertama yaitu dilakukan training internal
unit ET III B yang didalamnya dilakukan
sharing mengenani pengalaman
antara operator satu dengan yang lain dalam menangani suatu trouble produksi dan juga
untuk setiap operator unit diharapkan membawa buku saku kecil
mengenai proses produksi
unit ET IIIB yang berguna pada
saat operator lupa mengenai proses produksi (Montgomery, 2009).
Training dilakukan pada
bulan juli dengan lingkup internal unit ET
III B dimana pemateri
training adalah operator senior unit tersebut (HARSIWI, 2022). Isi dari training yang disampaikan yaitu trouble produksi yang sering terjadi dan bagaimana
cara mengatasinya dengan training ini diharapkan semua operator baik itu senior ataupun junior dapat menjalankan proses produksi dengan lancar sehingga
output limbah cair dapat sesuai dengan
standart baku mutu limbah cair
yang telah ditentukan.
Selain training bulanan juga
dilakukan briefing harian dimana briefing ini bertujuan untuk mengingatkan kembali operator terkait SOP dalam menjalankan proses produksi, dari penerapan rancangan perbaikan selama 2 bulan dengan kegiatan yang telah dipaparkan diatas didapatkan kualitas output limbah cair pada bulan
September 2022 sebagai berikut :
Tabel
2.
Hasil
Pengukuran pH dan TSS mulai tanggal 1 sampai 30 September 2022
No |
Tanggal |
Analisa |
Keterangan |
|
pH |
Suspended Solid |
|||
66,0 � 9,0 |
Max 120 |
|||
1 |
01/09/2022 |
6,2 |
163 |
|
2 |
02/09/2022 |
7,8 |
153 |
|
3 |
03/09/2022 |
8,4 |
51 |
|
4 |
04/09/2022 |
6,5 |
137 |
|
5 |
05/09/2022 |
7,1 |
95 |
|
6 |
06/09/2022 |
9,7 |
113 |
|
7 |
07/09/2022 |
6 |
251 |
|
8 |
08/09/2022 |
8,4 |
63 |
|
9 |
09/09/2022 |
6,1 |
106 |
|
10 |
10/09/2022 |
7,9 |
52 |
|
11 |
11/09/2022 |
5,2 |
125 |
|
12 |
12/09/2022 |
7,7 |
67 |
|
13 |
13/09/2022 |
8,1 |
111 |
|
14 |
14/09/2022 |
7,3 |
266 |
|
15 |
15/09/2022 |
7,9 |
101 |
|
16 |
16/09/2022 |
6,2 |
134 |
|
17 |
17/09/2022 |
6,3 |
100 |
|
18 |
18/09/2022 |
7,7 |
107 |
|
19 |
19/09/2022 |
8,1 |
78 |
|
20 |
20/09/2022 |
7,2 |
124 |
|
21 |
21/09/2022 |
8,8 |
83 |
|
22 |
22/09/2022 |
9,0 |
307 |
|
23 |
23/09/2022 |
6,6 |
209 |
|
24 |
24/09/2022 |
7,2 |
73 |
|
25 |
25/09/2022 |
8,1 |
107 |
|
26 |
26/09/2022 |
6,3 |
52 |
|
27 |
27/09/2022 |
7,3 |
68 |
|
28 |
28/09/2022 |
10,2 |
117 |
|
29 |
29/09/2022 |
6,7 |
121 |
|
30 |
30/09/2022 |
7,2 |
153 |
|
Dari hasil pengukuran
diatas menunjukkan bahwa dalam 30 hari terdapat 3 sampel yang pH nya tidak sesuai dengan
standar baku mutu selain itu
terdapat 12 sampel yang kandungan Suspended Soil nya melebihi batas yang telah ditentukan� (Nugraha, 2017) dari hasil
pengukuran setelah implementasi rencana perbaikan didapat perbedaan yang cukup signifikan dengan sebelum implementasi, adapun perbandingan hasil pengukuran pH dan TSS sebelum dan sesudah implementasi
adalah sebagai berikut :
Tabel
3.
Perbandingan
sampel sebelum dan sesudah implementasi
rencana perbaikan
Kadar |
Uncontrol |
|
Sebelum |
Sesudah |
|
pH |
7 sampel |
3 sampel |
TSS |
19 sampel |
12 sampel |
Dari tabel diatas dapat diketahui terjadi penurunan frekuensi ketidaksesuaian kadar pH dan TSS dengan standar baku mutu limbah
cair yang telah ditentukan (Fitria, 2011) dan (Heizer & Render,
2009). Adapun kadar pH terjadi penurunan yang signifikan antara bulan juni
dan September yaitu dari 7 sampel yang uncontrol menjadi 3 sampel yang uncontrol sedangkan TSS dari 19 sampel yang uncontrol menjadi 12 sampel yang uncontrol.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah terdapat
beberapa penyebab terjadinya ketidak sesuaian pH dan SS air TW unit Effluent
Treatment IIIB antara lain:
1.
Kelalaian
checker Laboratorium
2.
Operator
tidak tepat dalam penambahan bahan penetral
3.
Kurang
tepat dalam pembacaan pH dan SS
4.
Alat
pengukur pH dan SS rusak
5.
Buntuan
pada pipa transfer bahan penetral
6.
Pompa
transfer abrasive
7.
SOP
tidak dilakukan dengan semestinya
8.
Penyimpanan
bahan penetral yang terlalu terbuka
9.
Suhu
di pabrik yang cukup tinggi
10.
Udara
di pabrik yang kurang bersih
Berdasarkan berbagai macam penyebab ketidak sesuaian pH dan SS diatas
penulis mengajukan beberapa usulan perbaikan berdasarkan prioritas penanganannya
yaitu
dilakukan training internal unit ET III B, selalu berkoordinasi antara operator CCR dan lapangan, pengecekan yang rutin terhadap line yang sering buntu yang dilakukan
oleh operator lapangan, preventive yang rutin dan terjadwal oleh pihak maintenance
terkhusus equipment vital, frekuensi preventive alat pengukur yang diperpendek
sehingga meminimalisir kesalahan pembacaan oleh alat.
Dari hasil implementasi rancangan perbaikan didapat
perbedaan yang cukup signifikan dengan sebelum implementasi, Adapun kadar pH terjadi penurunan yang signifikan antara bulan juni dan
September yaitu dari 7 sampel yang uncontrol menjadi 3 sampel yang uncontrol sedangkan TSS dari 19 sampel yang uncontrol menjadi 12 sampel yang uncontrol.
Ardiatma, D., Sari, P. A., & Ismariani, M. (2021).
Identifikasi Parameter Limbah Cair Hasil Pembakaran Sampah Domestik Perumahan
Puri Cendana. Jurnal Teknologi Dan Pengelolaan Lingkungan, 8(02),
1�14.
Buntaa, M. V, Sondakh, R. C., & Umboh, J. M. L. (2019).
Analisis Kualitas Air Limbah Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Kota Manado. KESMAS,
8(4).
Dongan, A., Desrianty, A., & Rispianda, R. (2016). Upaya
Usulan Perbaikan Terhadap Air Minum Dalam Kemasan (19 Liter) Dengan Pendekatan
Failure Mode And Effect Analysis (Fmea) Danvalue Engineering. Reka Integra,
4(1).
Febriastuti, R. (n.d.). Efektivitas Pengolahan Limbah Cair
Kantin UKDW Menggunakan Sistem Constructed Wetland dengan Tanaman Melati Air
(Echinodorus palaefolius).
Fitria, N. N. (2011). Analisa Outlet Proses Pengolahan
Limbah Cair Di Unit Effluent Treatment Dan Advanced Treatment Pabrik III PT.
Petrokimia Gresik Jawa Timur.
Gildeh, B. S., & Shafiee, N. (2015). X-MR control chart
for autocorrelated fuzzy data using D p, q-distance. The International
Journal of Advanced Manufacturing Technology, 81(5), 1047�1054.
HARSIWI, E. (2022). Pengawasan Baku Mutu Air Limbah Tahu
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku
Mutu Air Limbah di Kecamatan Cakung Kota Administratif Jakarta Timur.
Universitas Jenderal Soedirman.
Heizer, J., & Render, B. (2009). Manajemen operasi buku 1
edisi 9. Jakarta: Salemba Empat.
Kurniawan, I. (2009). Pengertian dan Konsep Evaluasi,
Penilaian dan Pengukuran.
Montgomery, D. C. (2009). Statistical quality control
(Vol. 7). Wiley New York.
Nugraha, M. P. A. (2017). Kajian tingkat ketaatan industri
terhadap kewajiban pengelolaan lingkungan hidup di kabupaten Sragen tahun 2016.
UNS (Sebelas Maret University).
Soendari, T. (2012). Metode Penelitian Deskriptif. Bandung,
UPI. Stuss, Magdalena & Herdan, Agnieszka, 17.
Susanto, R. (2008). Optimasi koagulasi-flokulasi dan
analisis kualitas air pada industri semen.
Yunizar, A., & Fauzan, A. (2014). Sistem Pengelolaan
Limbah Padat pada RS. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. An-Nadaa:
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 1(1), 5�9.
Yusuf, A. M. (2016). Metode penelitian kuantitatif,
kualitatif & penelitian gabungan. Prenada Media.
Copyright holder: Riky
Saputro Wicaksono, Moch. Nuruddin�(2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |