Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 12,
Desember 2022
PERSEPSI
DOKTER GIGI TERHADAP PELAYANAN TELEDENTISTRY DALAM MENJAGA KEBERLANGSUNGAN
PELAYANAN DI MASA PANDEMI COVID-19: SCOPING REVIEW
Dovian
Emely Suteja1, Wahyu Sulistiadi2
Program
Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, Indonesia1
Departemen
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Indonesia2
Email:
[email protected]
Abstrak
Dokter gigi
merupakan salah satu profesi yang beresiko tinggi tertular virus COVID-19
karena interaksinya yang sangat dekat dengan jalur transmisi virus saat
bekerja. Teledentistry, yang merupakan bagian dari telemedicine, mengalami
peningkatan dalam permintaan sebagai alternatif layanan tatap muka yang aman di
masa pandemi. Persepsi dokter gigi penting untuk dipertimbangkan dalam melihat
prospek teledentistry di masa mendatang. Scoping review ini bertujuan untuk
mengetahui perspektif dan pengalaman dokter gigi maupun mahasiswa kedokteran
gigi terhadap teledentistry selama pandemi COVID-19. Pencarian literatur
dilakukan pada bulan Juli 2022 melalui 4 database (Scopus, Proquest, Pubmed,
dan EBSCO Host). Sebanyak 15 artikel diikutsertakan dalam studi. Seluruh
artikel merupakan studi cross-sectional yang menggunakan kuesioner untuk
pengambilan data. Pengetahuan terhadap teledentistry meningkat setelah pandemi
dan berbanding lurus dengan tingkat pendidikan serta pengalaman praktisi.
Praktisi yang lebih berpengalaman juga memiliki sikap yang lebih positif
terhadap teledentistry. Mayoritas studi setuju teledentistry memberikan banyak
manfaat, namun banyak juga yang mengkhawatirkan keterbatasannya sehingga
praktik teledentistry masih tergolong rendah. Teledentistry masih diminati oleh
dokter gigi dan mahasiswa di masa mendatang. Pelatihan terkait diperlukan untuk
mendorong kompetensi praktisi dan meningkatkan utilisasi teledentistry.
Kata
Kunci:
COVID-19, Teledentistry, Telemedicine, Dokter Gigi.
Abstract
Dentists are one
of the professions that are at high risk of contracting the COVID-19 virus
because of their close interaction with the virus transmission route at work.
Teledentistry, as a part of telemedicine, is experiencing an increase in demand
as a safe alternative to face-to-face services during the pandemic. The
dentists' perception needs to be considered to see future prospects of
teledentistry. This scoping review aims to find out the perspectives and
experiences of dentists and dental students on teledentistry during the
COVID-19 pandemic. A literature search was conducted in July 2022 through 4
databases (Scopus, Proquest, Pubmed, dan EBSCO Host). A total of 15 articles
were included in the study. All articles are cross-sectional studies which used
questionnaires for data collection. Knowledge of teledentistry had increased
after the pandemic and was directly proportional to the education and
experience level of practitioners. More experienced practitioners had more
positive attitudes toward teledentistry. Most studies agree that teledentistry
provides lots of benefits, but many are also concerned about its limitations,
causing a low level of teledentistry practice. Teledentistry is still appealing
to dentists and students in the future. Relevant training is needed to
encourage practitioners' competence and increase the utilization of
teledentistry.
Keywords: COVID-19,
teledentistry, telemedicine, dentist.
Pendahuluan
World Health Organization
(WHO) telah mengumumkan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) sebagai pandemi
kesehatan global pada bulan Maret 2020. (World Health Organization, 2020) Bersamaan dengan
penetapan pandemi COVID-19, banyak negara di seluruh dunia menerapkan
pembatasan sosial sebagai upaya untuk menekan kecepatan transmisi virus. Sumber
daya kesehatan difokuskan untuk penanganan darurat pandemi sehingga pelayanan
kesehatan yang tidak mendesak dihentikan dan dibatasi, salah satunya ialah
pelayanan kedokteran gigi.(Lin et al., 2022)
Dokter gigi merupakan
salah satu profesi yang beresiko tinggi terhadap penularan COVID-19. Dalam
pekerjaannya, dokter gigi berinteraksi dalam jarak dekat dengan pasien dan
banyak berkontak dengan media transmisi virus COVID-19, seperti saliva, darah,
dan cairan lainnya dari jalur pernapasan.(Datta et al., 2021; Lin et al., 2022) Kebanyakan
prosedur perawatan gigi menghasilkan aerosol dan cipratan yang terkontaminasi
dengan saliva maupun darah.(Allison et al., 2020) Sebagai respons
terhadap penetapan COVID-19 sebagai pandemi global, American Dental
Association (ADA) merekomendasikan praktik gigi untuk menunda perawatan
elektif pada 16 Maret 2020.(American Dental Association, 2020) Langkah serupa
juga diambil oleh Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) pada 17 Maret 2020.(Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB
PDGI), 2020) Oleh karena itu, keberadaan teledentistry
dapat menjadi alternatif potensial untuk tetap memberikan pelayanan gigi
dan mulut di masa pandemi dan seterusnya.
Teledentistry merupakan
sub unit dari telemedicine yang memiliki definisi sebagai pemberian
pelayanan kesehatan, konseling, edukasi, maupun perawatan gigi jarak jauh oleh
dokter gigi kepada pasien menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang
tidak melibatkan interaksi temu muka.(Centers for Disease Control and Prevention, 2019; Lin
et al., 2022) Teledentistry dan telemedicine
merupakan bagian dari telehealth yaitu penggunaan teknologi infomasi
dan komunikasi untuk kesehatan.(Centers for Disease Control and Prevention, 2019) Telemedicine merujuk
pada pelayanan klinis jarak jauh, sementara telehalth dapat merujuk pada
pelayanan non-klinis seperti
pelatihan dan pendidikan tenaga medis.(The Office of the National Coordinator for Health
Information Technology (ONC), 2019)
Selama awal masa pandemi,
pencarian online terkait keamanan saat berkunjung ke dokter gigi
meningkat sebanyak 40 kali lipat. Sementara itu, pencarian dengan kata kunci teledentistry
naik sebanyak 5 kali lipat.(Sycinska-Dziarnowska et al., 2021) Pandemi COVID-19
telah menimbulkan stigma terhadap kunjungan ke dokter gigi sehingga pelayanan telemedicine
termasuk teledentistry banyak dicari oleh publik. Di Amerika
Serikat, permintaan untuk teledentistry meningkat sebesar 60 kali lipat
saat praktik kedokteran gigi tutup selama pandemi. Bahkan setelah klinik gigi
kembali dibuka, permintaan masih 10 kali lebih banyak daripada masa sebelum
pandemi.(Choi et al., 2021)
Teledentistry
diharapkan dapat menjadi pelayanan yang berkelanjutan baik di masa pandemi
maupun seterusnya, oleh karena itu diperlukan penelitian berkesinambungan
mengenai berbagai aspek dari teledentistry. Penelitian terkait teledentistry
telah banyak dilakukan dan menunjukkan hasil yang positif bagi pasien, seperti
lebih hemat biaya, tidak memerlukan moda transportasi, bisa dilakukan di mana
saja, hingga fleksibilitas untuk mendapatkan jadwal konsultasi.(Achmad et al., 2020; Flores et al., 2020; Menhadji et
al., 2021; Rachim et al., 2021) Persepsi dan
pengalaman dokter gigi saat
melakukan praktik teledentistry juga penting untuk dipertimbangkan dalam
meningkatkan implementasinya. Scoping review ini bertujuan untuk
mengetahui perspektif dan
pengalaman dokter gigi maupun mahasiswa kedokteran gigi di berbagai negara
terhadap teledentistry di masa pandemi COVID-19, dari aspek pengetahuan,
sikap, kepuasan, manfaat, kemudahan penggunaan, hambatan, hingga aspek lainnya
dari perspektif praktisi. Pertanyaan penelitian diformulasikan sebagai berikut:
�Bagaimana persepsi dokter gigi dan mahasiswa kedokteran gigi terhadap pelayanan
gigi melalui teledentistry di masa pandemi COVID-19 dibandingkan dengan
pelayanan secara tatap muka?� Pertanyaan ini disusun dalam model PICO pada
Tabel 1.
Tabel 1.
Model PICO untuk
pertanyaan penelitian
Komponen |
Keterangan |
Population |
Dokter
gigi & mahasiswa kedokteran gigi |
Intervention |
Pelayanan
kedokteran gigi kepada pasien secara jarak jauh (teledentistry) |
Comparison |
Pelayanan
kedokteran gigi kepada pasien secara tatap muka |
Outcome |
Perspektif &
pengalaman, termasuk pengetahuan, sikap, kepuasan, manfaat, kemudahan
penggunaan, hambatan, maupun aspek lainnya dari perspektif praktisi |
Time |
Saat
pandemi COVID-19 |
Metode Penelitian
Kajian
ini dilakukan dengan menggunakan metode scoping review dengan panduan Preferred
Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analyses Extension for Scoping
Reviews (PRISMA-ScR) yang disusun oleh Tricco et al.(Tricco
et al., 2018) Kriteria inklusi ditetapkan sebagai
berikut:
1.
Membahas sudut pandang dokter gigi
dan/atau mahasiswa kedokteran gigi terkait pemberian layanan melalui teledentistry
kepada pasien
2.
Waktu publikasi pada masa pandemi
COVID-19, yaitu sejak Maret 2020 hingga saat pencarian artikel dilakukan
3.
Artikel menggunakan bahasa Inggris
4.
Artikel merupakan penelitian original
Sedangkan
kriteria eksklusi yang ditetapkan untuk penelitian ini ialah sebagai berikut:
1.
Artikel non original (review, editorial,
commentary, book chapter, expert opinion, protocol dan tulisan yang belum
terpublikasi)
2.
Full-text tidak tersedia atau tidak dapat
diakses
Penelusuran
artikel jurnal secara sistematik dilakukan melalui 4 database antara
lain 1) Scopus, 2) EBSCO Host, 3) Pubmed, dan 4) Proquest.
Pencarian artikel dilakukan oleh penulis pada 15 Juli 2022. Kata kunci yang
digunakan antara lain dentist, teledentistry, tele-dentistry, e-dentistry,
dental, dentistry, telemedicine, telehealth, teleconsultation, telediagnosis, dan
COVID-19 yang dikombinasikan dengan Boolean operator �AND� dan
�OR� seperti yang tertera pada Tabel 2.
Tabel 2.
Kata kunci
pencarian literatur
|
Kriteria
Intervensi |
|
Kriteria
Waktu |
|||
Dentist |
AND |
Teledentistry OR tele-dentistry |
AND |
COVID-19 |
||
Student |
E-dentistry |
|||||
Practitioner |
Dental |
AND |
Telemedicine OR tele-medicine |
|||
Dentistry |
Telehealth OR tele-health |
|||||
Oral |
Teleconsultation OR
tele-consultation |
|||||
Telediagnosis OR tele-diagnosis |
||||||
Telecare OR tele-care |
Pencarian awal dari
menghasilkan sebanyak 224 studi. Tersisa 129 studi setelah penghapusan
duplikat. Berdasarkan hasil screening judul dan abstrak, 80 studi
dieksklusi karena tidak relevan dengan topik penelitian, sedangkan 13 studi
dieksklusi karena bukan merupakan penelitian original. Dari 36 artikel full-text
yang diperiksa, sebanyak 21 studi tidak diikutsertakan dalam penelitian
karena tidak sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Dari proses seleksi,
tersisa sebanyak 15 studi untuk diikutkan dalam penelitian ini. Proses
pencarian dan seleksi dirangkum dalam Gambar 1.
Gambar
1. Bagan Alur Seleksi
Studi berdasarkan Metode PRISMA
Seluruh
studi terpilih merupakan penelitian dengan desain studi cross-sectional.
Pengumpulan data dalam 14 studi hanya menggunakan kuesioner, sedangkan 1 studi
menggunakan kuesioner dan wawancara. Sebanyak 4 studi berasal dari Arab Saudi(Aboalshamat, 2020; Al Mohaya et al., 2021; Almulhim et al.,
2021; Nassani et al., 2021), 2 studi dari Pakistan(Abbas et al., 2020; Subhan et al., 2021), 2 studi dari India(George et al., 2021; Khatore et al., 2021), serta masing-masing 1 studi berasal dari Amerika(Tiwari et al., 2022), Kolombia(Plaza-Ru�z et al., 2021),� Brazil(Raucci-Neto et al., 2022), Indonesia(Soegyanto et al., 2022), Inggris(Menhadji et al., 2021), dan Italia.(Sinjari et al., 2020) Terdapat 1 studi yang mengumpulkan responden dari berbagai
negara di� Asia, Eropa dan Amerika.(Maqsood et al., 2021) Kelompok populasi terdiri atas mahasiswa pre-klinik hingga
dokter gigi spesialis, magister dan doktor. Jumlah sampel bervariasi dari 75
sampai 5370 subjek. Sebanyak 12 studi bertujuan untuk mengetahui secara
langsung persepsi subjek terhadap teledentistry.(Abbas et al., 2020; Aboalshamat, 2020; Al Mohaya et al.,
2021; George et al., 2021; Maqsood et al., 2021; Menhadji et al., 2021; Nassani
et al., 2021; Plaza-Ru�z et al., 2021; Raucci-Neto et al., 2022; Soegyanto et
al., 2022; Subhan et al., 2021; Tiwari et al., 2022) Sedangkan 3 studi lainnya bertujuan untuk mengetahui
persepsi subjek secara umum terhadap praktik kedokteran gigi selama pandemi
COVID-19.(Almulhim et al., 2021; Khatore et al., 2021; Sinjari et al.,
2020)
Rangkuman karakteristik studi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.
Ringkasan
Karakteristik Studi
No. |
Penulis, Tahun |
Negara |
Desain Studi |
Jumlah Sampel |
Usia Rerata /
Kel. Usia Terbesar |
Hasil |
1 |
Aboalshamat, 2020(Aboalshamat, 2020) |
Arab Saudi |
Cross-sectional |
314 mahasiswa kedokteran gigi (termasuk
mahasiswa pre-klinik (dari tahun ke-2) & mahasiswa klinik) |
23,06 tahun |
Hanya 17,2% yang mengetahui istilah �teledentistry�.
Sebanyak 25,6% pernah menggunakan teledentistry dan 67,83% menunjukkan
keinginan melakukan praktik teledentistry. Penghambat utama praktik teledentistry
diantaranya kepuasan pasien terkait keberadaan dokter secara fisik,
pelanggaran privasi pasien, serta rendahnya tingkat pendidikan populasi. |
2 |
Tiwari et al., 2022(Tiwari et al., 2022) |
Amerika Serikat |
Cross-sectional, mixed method |
2767 dokter gigi (10 di antaranya
mengikuti wawancara) |
35-44 tahun (28%) |
Sebanyak 23% pernah menggunakan teledentistry.
Dokter gigi early adopter cenderung melihat manfaat teledentistry lebih
daripada kekurangannya. Sementara late adopter kurang menyadari kelebihannya
dan terfokus pada keterbatasannya. |
3 |
Almulhim et al., 2021(Almulhim et al., 2021) |
Arab Saudi |
Cross-sectional |
388 mahasiswa pre-klinik |
22 tahun |
Dari seluruh mahasiswa yang berpartisipasi,
sebanyak 28% tidak ingin merawat pasien selama pandemi. Sebanyak 44% hanya
mau menangani pasien darurat, sementara 28% lainnya memilih teledentistry sebagai
alternatif |
4 |
Plaza-Ruiz et al., 2021(Plaza-Ru�z et al., 2021) |
Kolombia |
Cross-sectional |
5370 dokter gigi (termasuk dokter gigi
umum, spesialis klinis, dan spesialis non klinis) |
45 tahun |
Pengetahuan dan praktik teledentistry
meningkat lebih dari 2 kali lipat selama pandemi. Sebanyak 93,1% merasa teledentistry
dapat bermanfaat dalam praktik klinis mereka. Sebanyak 55%
mempertimbangkan untuk melakukannya setelah pandemi berakhir. |
5 |
Soegyanto et al., 2022(Soegyanto et al., 2022) |
Indonesia |
Cross-sectional |
652 dokter gigi (484 dokter gigi umum,
113 spesialis, 55 residen) |
20-34 tahun (46,3%) |
Mayoritas responden setuju bahwa teledentistry
bermanfaat dalam praktik kedokteran gigi, terutama untuk menghemat waktu
dan merujuk pasien. Sebagian besar menyadari manfaat teleentistry bagi
pasien, namun juga mengkhawatirkan penyalahgunaan data dan inkompatibilitas
teknis. |
6 |
George et al., 2021(George et al., 2021) |
India |
Cross-sectional |
150 dokter gigi spesialis ortodonti |
25-35 tahun (42,66%) |
Sebanyak 93,3% memiliki pengetahuan
tentang teledentistry. Sikap positif ditunjukkan oleh subjek yang
berusia lebih muda. Sebagian besar setuju bahwa teledentistry menghemat
waktu dan dapat mengurangi biaya perawatan pasien. |
7 |
Khatore et al., 2021(Khatore et al., 2021) |
India |
Cross-sectional |
1256 subjek (400 dokter gigi & 856
mahasiswa klinik) |
30-40 tahun (32%) |
Hanya 12% yang percaya bahwa konsultasi
jarak jauh dapat menjadi alternatif bagi kunjungan konvensional ke dokter
gigi untuk prosedur elektif di bidang konservasi dan endodontik |
8 |
Raucci-Neto et al., 2021(Raucci-Neto et al., 2022) |
Brazil |
Cross-sectional |
575 dokter gigi (405 spesialis, 170
dokter gigi umum) |
n/a |
Mayoritas menunjukkan kesadaran yang
rendah terhadap regulasi teledentistry di Brazil dan belum pernah
melakukan teledentistry. Spesialis secara signifikan lebih percaya
diri untuk melakukan teledentistry dibanding dokter gigi umum. Dokter
gigi dengan pengalaman >10 tahun memiliki pengetahuan dan kesiapan yang
lebih tinggi secara signfikan. |
9 |
Menhadji et al., 2021(Menhadji et al., 2021) |
Inggris |
Cross-sectional |
157 subjek (15 mahasiswa pre-klinik, 142
dokter gigi (spesialis periodonsia, penyakit mulut, konservasi, ortodonti, dental
sleep medicine)) |
n/a |
Responden merasa lebih percaya diri dan
kompeten setelah melakukan konsultasi video dengan pasien. Tingkat
kepercayaan diri dan kompetensi dokter gigi lebih tinggi secara signifikan
dibandingkan mahasiswa. Mayoritas klinisi merasa praktik ini mudah dilakukan. |
10 |
Abbas et al., 2020(Abbas et al., 2020) |
Pakistan |
Cross-sectional |
510 subjek (termasuk mahasiswa
pre-klinik tahun terakhir, mahasiswa klinik, dokter gigi umum, spesialis,
magister dan doktor) |
n/a |
Kesadaran terhadap teledentistry lebih
tinggi pada dokter gigi dibandingkan mahasiswa. Sebagian besar responden
setuju teledentistry bermanfaat meningkatkan akses pada daerah
terpencil dan menghemat waktu dokter. |
11 |
Subhan et al., 2021(Subhan et al., 2021) |
Pakistan |
Cross-sectional |
325 subjek (termasuk dokter gigi umum,
konsultan dan spesialis, mahasiswa klinik) |
25-34 tahun (55,15%) |
Sebanyak 62,5% tidak mengetahui tentang teledentistry
sebelum COVID-19, namun saat ini 68,6% sudah memiliki pengetahuan akan teledentistry.
Sebanyak 65,8% mempertimbangkan praktik teledentistry setelah pandemi
berakhir. |
12 |
Nassani et al., 2021(Nassani et al., 2021) |
Arab Saudi |
Cross-sectional |
603 subjek (227 mahasiswa klinik, 281
dokter gigi umum, 95 spesialis) |
28,8 � 5,8 tahun |
Hanya 38% yang pernah mendengar teledentistry
dan hanya seperempat yang melakukan teledentistry di tempat kerjanya.
Pengetahuan dan praktik lebih tinggi secara signifikan pada spesialis
dibanding dokter gigi umum. Namun sebagian besar menunjukkan sikap positif
dan keinginan untuk mempraktikkan teledentistry di masa depan.
Mayoritas merasa perlu mengikuti pelatihan, namun hanya seperlima yang pernah
mengikuti pelatihan teledentistry. |
13 |
Al Mohaya et al., 2021(Al Mohaya et al., 2021) |
Arab Saudi |
Cross-sectional |
75 praktisi penyakit mulut (45,3%
konsultan, 28% spesialis, 24% residen, 2% dengan gelar master / doktor) |
25-35 tahun (48%) |
Konsultasi merupakan alasan utama
penggunaan telemedicine selama pandemi. Pengetahuan dan pelatihan yang
rendah dapat secara signifikan mempengaruhi penggunaan telemedicine untuk
praktik penyakit mulut di masa mendatang |
14 |
Sinjari et al., 2020(Sinjari et al., 2020) |
Italia |
Cross-sectional |
440 dokter gigi (termasuk dokter gigi
umum & spesialis) |
30-40 tahun |
Hanya 12,3% yang pernah menggunakan telemedicine.
Sebanyak 36,8% meragukan validitasnya. Responden di atas 40 tahun memiliki
kepercayaan yang lebih tinggi secara signifikan bahwa teknologi seperti telemedicine
adpat membantu dalam masa darurat seperti pandemi COVID-19 |
15 |
Maqsood et al., 2021(Maqsood et al., 2021) |
27 Negara di Asia, Eropa dan Amerika
Serikat |
Cross-sectional |
506 dokter gigi (termasuk dokter gigi
umum, residen, spesialis dan konsultan) |
20-34 tahun (67,2%) |
Sebagian besar merasa teledentistry
meningkatkan pelayanan pasien dan dapat menurunkan biaya, namun juga memiliki
kekhawatiran dalam hal keamanan data dan persetujuan pasien. Teledentistry
dirasa paling cocok untuk kasus penyakit mulut. |
Hasil dan Pembahasan
A. Pengetahuan
terhadap Teledentistry
Pengetahuan dokter gigi terhadap teledentistry
diketahui meningkat secara signifikan setelah pandemi COVID-19.(Plaza-Ru�z et al., 2021; Subhan et al., 2021) Sebelum adanya
pandemi, teledentistry jauh lebih populer pada praktisi di lingkungan
perkotaan, namun peningkatan pengetahuan terhadap teledentistry meningkat
pesat pula pada praktisi di kawasan pedesaan sejak adanya pandemi.(Plaza-Ru�z et al., 2021) Selain itu,
pengetahuan mengenai teledentistry tampaknya berbanding lurus dengan
tingkat pendidikan dan pengalaman praktisi.(Raucci-Neto et al.,
2022) Pada studi dengan mahasiswa sebagai
subjek penelitian, kurang dari 50% subjek mengaku familier dengan teledentistry.(Aboalshamat, 2020; Nassani et al., 2021) Sementara itu,
studi pada dokter spesialis ortodonti dan penyakit mulut menunjukkan tingkat
pengetahuan yang jauh lebih tinggi.(Al Mohaya et al., 2021; George et al., 2021) Hal ini sejalan dengan
studi oleh Abbas et al yang menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dokter gigi
terhadap teledentistry lebih tinggi secara signifikan dibandingkan
mahasiswa tingkat akhir.(Abbas et al., 2020) Dokter gigi
spesialis dan praktisi dengan pengalaman lebih dari 5 tahun juga ditemukan
memiliki pengetahuan teledentistry yang lebih baik dibandingkan dengan
dokter gigi umum dan praktisi dengan pengalaman yang lebih sedikit.(Nassani et al., 2021)
B. Sikap
terhadap Teledentistry
Pada
beberapa studi, mayoritas mahasiswa maupun dokter gigi merasa teledentistry memberikan
manfaat dalam praktik klinis.(Aboalshamat, 2020;
Menhadji et al., 2021; Plaza-Ru�z et al., 2021) Namun sebagian besar juga percaya bahwa penggunaan teledentistry
saja tidak efektif.(Raucci-Neto et al.,
2022) Dokter gigi spesialis dan praktisi dengan pengalaman praktik yang lebih
lama umumnya memiliki pandangan yang lebih positif daripada mahasiswa, dokter
gigi umum dan praktisi dengan pengalaman yang lebih sedikit.(Nassani et al., 2021; Soegyanto et al., 2022) Pada penelitian terhadap mahasiswa pre-klinik di masa
pandemi, hanya 28% subjek yang ingin melakukan teledentistry, 28%
lainnya tidak ingin berpraktik dan sisanya hanya ingin menangani kasus darurat.(Almulhim et al., 2021) Kebanyakan dokter gigi umum juga tidak percaya bahwa teledentistry
akan cukup untuk diagnosis awal ataupun menyelesaikan masalah pasien.(Raucci-Neto et al.,
2022) Selain itu, semakin tua usia praktisi, semakin besar kepercayaannya
terhadap teknologi digital untuk dapat menjadi solusi pada situasi darurat
sehingga merasa teledentistry perlu semakin ditingkatkan.(Sinjari et al., 2020) Namun studi oleh George et al pada spesialis
ortodonti menunjukkan hal yang berlawanan.(George et al., 2021) Pandangan positif terhadap teledentistry lebih
ditunjukkan oleh kelompok subjek yang lebih muda.(George et al., 2021).
Beberapa studi menunjukkan hanya satu dari tiga dokter
gigi yang merasa teledentistry dapat diaplikasikan di setiap cabang
kedokteran gigi.(Abbas et al., 2020;
Nassani et al., 2021) Mayoritas dokter gigi merasa teledentistry paling
bermanfaat untuk kasus penyakit mulut(Maqsood et al., 2021;
Soegyanto et al., 2022) dan kedokteran gigi komunitas(Soegyanto et al.,
2022), serta paling tidak efektif untuk kasus bedah mulut.(Maqsood et al., 2021;
Soegyanto et al., 2022) Pada studi dengan subjek praktisi dari berbagai
spesialisasi, dental sleep medicine merupakan spesialisasi yang merasa
paling terbantu dengan teledentistry karena praktik utamanya berupa
triase pasien sleep apnea dan menentukan keperluan mandibular device.
Sedangkan spesialisasi yang merasa paling tidak terbantu oleh teledentistry
ialah konservasi dikarenakan sebagian besar kasus yang harus diselesaikan
dengan tindakan.(Menhadji et al., 2021) Temuan ini sejalan dengan studi oleh Khatore et al
yang menunjukkan hanya 12% subjek yang percaya bahwa konsultasi jarak jauh
dapat menjadi alternatif kunjungan konvensional untuk prosedur elektif di
bidang konservasi dan endodontik.(Khatore et al., 2021)
C.
Praktikdan Pelatihan Teledentistry
Praktik teledentistry untuk berkonsultasi
dengan pasien melalui virtual platform secara umum baru dilakukan oleh
kurang dari 30% praktisi kedokteran gigi.(Aboalshamat, 2020;
Nassani et al., 2021; Raucci-Neto et al., 2022; Sinjari et al., 2020; Tiwari et
al., 2022) Namun dalam studi pada spesialis penyakit mulut, tingkat utilisasi teledentistry
mencapai 46,7% sebelum pandemi.(Al Mohaya et al.,
2021) Hal ini sejalan dengan penelitian yang menunjukkan penyakit mulut
sebagai salah satu spesialisasi yang paling terbantu oleh teledentistry.(Maqsood et al., 2021;
Soegyanto et al., 2022).
Pada saat pandemi, terjadi peningkatan praktik teledentistry
sebesar 3 kali lipat.(Plaza-Ru�z et al., 2021) Peningkatan praktik
terlihat secara signifikan pada praktisi berusia lebih muda(Plaza-Ru�z et al.,
2021; Tiwari et al., 2022),
memiliki jumlah pasien yang lebih sedikit, serta berpandangan bahwa praktik
kedokteran gigi akan berubah dalam jangka panjang.(Tiwari et al., 2022) Wanita dilaporkan
lebih banyak melakukan teledentistry dibandingkan dengan pria(Plaza-Ru�z et al., 2021),
meskipun ada studi lain yang menyatakan bahwa tingkat praktik teledentistry
tidak berkaitan dengan jenis kelamin.(Tiwari et al., 2022) Studi di Kolombia
menemukan bahwa kebanyakan klinik yang telah menjalankan teledentistry tidak
menetapkan tarif untuk layanan tersebut, sementara itu studi di Brazil menunjukkan
temuan yang sebaliknya.(Plaza-Ru�z et al.,
2021; Raucci-Neto et al., 2022) Studi oleh Maqsood et al menemukan bahwa sebagian
besar dokter gigi merasa pelayanan teledentistry seharusnya dijamin oleh
asuransi.(Maqsood et al., 2021).
Di masa mendatang bahkan setelah pandemi usai, lebih
dari 50% subjek mahasiswa maupun dokter gigi menyatakan keinginannya untuk
melakukan praktik teledentistry.(Aboalshamat,
2020; Nassani et al., 2021; Plaza-Ru�z et al., 2021) Mayoritas
subjek juga setuju bahwa teledentistry akan berperan penting di masa
depan, dapat menjadi metode standar pemeberian layanan kesehatan, dapat
dilibatkan dalam praktik sehari-hari, dan cocok untuk situasi non-pandemi.(Aboalshamat, 2020;
Nassani et al., 2021; Subhan et al., 2021; Tiwari et al., 2022) Preferensi terhadap teledentistry lebih banyak
terlihat pada praktisi wanita(Plaza-Ru�z et al.,
2021), spesialis dan praktisi dengan jam terbang lebih tinggi.(Raucci-Neto et al.,
2022) Praktisi yang merasa nyaman dengan teledentistry juga akan lebih
banyak menggunakannya.(Al Mohaya et al., 2021) Studi oleh Plaza-Ru�z et al menunjukkan kelompok usia terbesar yang
mempertimbangkan praktik teledentistry setelah pandemi ada pada usia
46-59 tahun(Plaza-Ru�z et al., 2021).
Hal tersebut bertentangan dengan temuan George et al di mana kelompok spesialis
ortodonti berusia muda lebih banyak yang melakukan praktik teledentistry di
masa depan.(George et al., 2021).
Belum banyak studi yang memasukkan informasi tentang
pelatihan teledentistry bagi praktisi kedokteran gigi. Persentase
mahasiswa dan dokter gigi yang pernah mendapatkan pelatihan teledentistry berupa
seminar maupun hands-on hanya berjumlah sekitar 20%.(Aboalshamat, 2020;
Nassani et al., 2021)
Padahal, sebanyak lebih dari dua pertiga subjek merasa membutuhkan pelatihan
sebelum melakukan praktik teledentistry.(Nassani et al., 2021) Pada studi
lainnya, pengetahuan dan pelatihan yang rendah diketahui dapat secara
signifikan mempengaruhi tingkat praktik teledentistry.(Al Mohaya et al.,
2021) Pengalaman mencoba praktik teledentistry
dinilai penting karena dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kompetensi
praktisi sehingga dirasa perlu untuk menjadi bagian dari pendidikan kedokteran
gigi.(Menhadji et al., 2021;
Subhan et al., 2021)
D.
Keunggulan dan Manfaat Teledentistry
Mayoritas studi setuju bahwa penggunaan teledentistry
dalam menghemat waktu(Abbas et al., 2020;
Aboalshamat, 2020; George et al., 2021; Nassani et al., 2021; Soegyanto et al.,
2022; Subhan et al., 2021; Tiwari et al., 2022)
sehingga meminimalkan kontak antara pasien dan dokter serta meningkatkan jumlah
pasien yang dapat ditangani.(Tiwari et al., 2022) Teledentistry juga
memperpendek antrian dan menurunkan jumlah pasien yang dapat menunda kunjungan
elektif.(Maqsood et al., 2021;
Nassani et al., 2021; Soegyanto et al., 2022) Seluruh studi juga setuju bahwa teledentistry dapat
meningkatkan akses pelayanan kedokteran gigi terutama di area pedesaan dan
kawasan terpencil yang sulit dijangkau.(Abbas et al., 2020;
Aboalshamat, 2020; George et al., 2021; Maqsood et al., 2021; Nassani et al.,
2021; Soegyanto et al., 2022; Subhan et al., 2021; Tiwari et al., 2022) Secara umum teledentistry dirasa dapat membantu
dokter gigi dalam berkonsultasi dengan sejawat dan spesialis(Abbas et al., 2020;
Maqsood et al., 2021; Soegyanto et al., 2022; Subhan et al., 2021), meningkatkan efisiensi dalam pembuatan rujukan
pasien(Maqsood et al., 2021;
Soegyanto et al., 2022), mengurangi biaya praktik(Aboalshamat, 2020;
George et al., 2021; Maqsood et al., 2021; Nassani et al., 2021; Soegyanto et
al., 2022; Subhan et al., 2021), serta dapat mendukung pelatihan klinis dan
pendidikan berkelanjutan.(Maqsood et al., 2021;
Soegyanto et al., 2022) Dokter gigi early adopter dalam penggunaan teledentistry
merasa penerimaan dokter gigi terhadap teldentistry seharusnya
meningkat karena teknologi yang semakin mudah untuk digunakan dan cost-effective.(Tiwari et al., 2022).
Sebagian besar setuju bahwa teledentistry
juga memberikan manfaat yang besar bagi pasien seperti dapat menciptakan
atmosfer yang aman dalam praktik kedokteran gigi(Maqsood et al., 2021;
Soegyanto et al., 2022), meningkatkan komunikasi dokter dan pasien(Abbas et al., 2020;
Maqsood et al., 2021; Soegyanto et al., 2022), mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh pasien serta
mengurangi kunjungan yang tidak perlu.(Maqsood et al., 2021;
Soegyanto et al., 2022)
E.
Keterbatasan dan Kekhawatiran
terhadap Teledentistry
Masih
banyak praktisi yang belum mencoba praktik teledentistry dikarenakan
beberapa hambatan dan kekhawatiran akan keterbatasan teledentistry.
Dokter gigi late adopter yang belum memiliki pengalaman dengan teledentistry
merasa teledentistry hanya terbatas untuk diagnosis dan konsultasi.
Konsultasi jarak jauh dengan pasien dirasa lebih cocok untuk kedokteran umum,
sedangkan kasus kedokteran gigi tidak banyak yang dapat ditangani tanpa
tindakan langsung.(Tiwari et al., 2022) Selain itu,
beberapa dokter gigi enggan menggunakan teledentistry karena kesulitan
mendiagnosis kasus melalui tampilan video dibanding melihat pasien secara
langsung.(Nassani et al., 2021;
Tiwari et al., 2022) Akurasi, validitas dan reliabilitas teledentistry untuk
diagnosis klinis masih diragukan oleh banyak praktisi.(Aboalshamat, 2020;
George et al., 2021; Maqsood et al., 2021; Sinjari et al., 2020; Soegyanto et
al., 2022; Subhan et al., 2021) Masalah ini menimbulkan kekhawatiran baru terkait
kualitas pelayanan. Beberapa dokter gigi enggan mencoba karena merasa tidak
nyaman mendapatkan pembayaran dari pasien teledentistry ketika mereka
sendiri tidak yakin dengan kualitas pelayanan yang dapat diberikan secara
virtual.(Tiwari et al., 2022) .
Masalah
teknologi dan infrastruktur juga menjadi kekhawatiran banyak dokter gigi.
Beberapa praktisi terutama yang berusia lebih tua merasa tidak nyaman dan tidak
familier dengan teknologi saat ini, sehingga perlu waktu untuk mempelajari dan
mengaplikasikannya dalam praktik kedokteran gigi.(Aboalshamat, 2020; Al
Mohaya et al., 2021; Tiwari et al., 2022) Sebagian studi juga mengemukakan kekhawatiran akan
kualitas gambar yang buruk(Al Mohaya et al., 2021),
perangkat yang tidak kompatibel(Maqsood et al., 2021;
Soegyanto et al., 2022), infrastruktur dan peralatan yang kurang mendukung(Abbas et al., 2020;
Aboalshamat, 2020; Al Mohaya et al., 2021), serta koneksi internet yang kurang baik saat sesi teledentistry
sedang berlangsung.(Al Mohaya et al.,
2021) Kekhawatiran akan kerahasiaan, pemalsuan dan penyalahgunaan data
digital yang sedang marak saat ini juga dilaporkan dalam beberapa studi.(Al Mohaya et al.,
2021; Maqsood et al., 2021; Soegyanto et al., 2022).
Teledentistry
berkembang
pesat selama pandemi dan diharapkan dapat menjadi alternatif konsultasi tatap
muka yang mudah serta nyaman bagi dokter gigi. Namun sebagian besar studi
menunjukkan hasil yang hampir berimbang antara subjek yang setuju dan tidak
setuju dengan pernyataan tersebut.(Abbas et al., 2020;
Aboalshamat, 2020; Al Mohaya et al., 2021; Raucci-Neto et al., 2022; Subhan et
al., 2021) Studi oleh
Menhadji et al juga menunjukkan adanya penurunan persepsi kemudahan penggunaan teledentistry
pada dokter gigi sebelum dan sesudah mencobanya.(Menhadji et al., 2021)
Dokter gigi juga beranggapan bahwa sebagian pasien akan mengalami kesulitan
yang sama ketika pertama kali mencoba layanan teledentistry.(Maqsood et al., 2021;
Raucci-Neto et al., 2022) Terdapat kekhawatiran bahwa pasien akan sulit
dipuaskan dengan layanan yang terbatas(Al Mohaya et al.,
2021), merasa tidak nyaman serta kesulitan dalam menggunakan layanan,
terutama pada kelompok populasi dengan tingkat edukasi yang rendah(Aboalshamat, 2020;
Subhan et al., 2021).
Di
negara yang telah menetapkan regulasi terkait telemedicine, tingkat
pemahaman dokter gigi terhadap regulasi tersebut masih sangat superfisial
sehingga hal tersebut juga turut menjadi penghambat utilisasi teledentistry.(Raucci-Neto et al.,
2022; Tiwari et al., 2022) Selain itu, sebagian studi juga membahas kekhawatiran
mengenai pemberian obat secara jarak jauh(Raucci-Neto et al.,
2022), pelanggaran privasi pasien(Abbas et al., 2020;
Aboalshamat, 2020), serta bagaimana memperoleh persetujuan pasien.(Maqsood et al., 2021)
Kesimpulan
Scoping
review ini tidak melakukan pencarian grey literature dan belum melibatkan
artikel yang tidak berbahasa Inggris, sehingga terdapat kemungkinan adanya
artikel terkait lainnya yang belum dimasukkan dalam pembahasan. Sebagian besar
studi juga tidak membedakan pendapat antara praktisi yang sudah menjalankan
praktik teledentistry dengan yang belum, sehingga penulis berharap akan ada
lebih banyak studi terkait perbedaan tersebut di masa mendatang.
BIBLIOGRAFI
Abbas, B., Wajahat, M., Saleem, Z.,
Imran, E., Sajjad, M., & Khurshid, Z. (2020). Role of Teledentistry in
COVID-19 Pandemic: A Nationwide Comparative Analysis� among Dental Professionals. European
Journal of Dentistry, 14(S 01), S116�S122.
https://doi.org/10.1055/s-0040-1722107.
Aboalshamat,
K. T. (2020). Awareness of, Beliefs about, Practices of, and Barriers to
Teledentistry among� Dental Students and
the Implications for Saudi Arabia Vision 2030 and Coronavirus Pandemic. Journal
of International Society of Preventive & Community Dentistry, 10(4),
431�437. https://doi.org/10.4103/jispcd.JISPCD_183_20.
Achmad,
H., Tanumihardja, M., & Ramadhany, Y. F. (2020). Teledentistry as a
solution in dentistry during the COVID-19 pandemic period: A systematic review.
International Journal of Pharmaceutical Research, 12(2), 272�278.
https://doi.org/10.31838/ijpr/2020.SP2.045.
Al
Mohaya, M., Almaziad, M., Al-Hamad, K., & M, M. (2021). Telemedicine Among
Oral Medicine Practitioners During COVID-19 Pandemic and Its Future Impact on
the Specialty. Risk Management and Healthcare Policy, 14,
4369�4378.
Allison,
J. R., Currie, C. C., Edwards, D. C., Bowes, C., Coulter, J., Pickering, K.,
Kozhevnikova, E., Durham, J., Nile, C. J., Jakubovics, N., Rostami, N., &
Holliday, R. (2020). Evaluating aerosol and splatter following dental
procedures: Addressing new challenges for oral health care and rehabilitation. Journal
of Oral Rehabilitation, 48(1), 61�72.
Almulhim,
B., Alassaf, A., Alghamdi, S., Alroomy, R., Aldhuwayhi, S., Aljabr, A., &
Mallineni, S. (2021). Dentistry Amidst the COVID-19 Pandemic: Knowledge,
Attitude, and Practices Among the Saudi Arabian Dental Students. Frontiers
in Medicine, 8, 654524. https://doi.org/10.3389/fmed.2021.654524.
American
Dental Association. (2020). ADA Calls Upon Dentists to Postpone Elective
Procedures.
Centers
for Disease Control and Prevention. (2019). Telehealth and Telemedicine: A
Research Anthology of Law and Policy Resources.
Choi,
S. E., Simon, L., Basu, S., & Barrow, J. R. (2021). Changes in dental care
use patterns due to COVID-19 among insured patients in the United States. Journal
of American Dental Association, 152(12), 1003-1043.e3.
Datta,
S., Batra, P., Raza, U., Shubhangi, P., & Sybil, D. (2021). Evidence based
teledentistry: a systematic review of literature on smartphone apps. International
Journal of Advances in Medicine, 8(11), 1729�1738.
Flores,
A. P. da C., Lazaro, S. A., Molina-Bastos, C. G., Guattini, V. L. de O.,
Umpierre, R. N., Gon�alves, M. R., & Carrard, V. C. (2020). Teledentistry
in the diagnosis of oral lesions: A systematic review of the literature. Journal
of the American Medical Informatics Association, 27(7), 1166�1172.
https://doi.org/10.1093/JAMIA/OCAA069.
George,
P. P., Edathotty, T. T., Gopikrishnan, S., Prasanth, P. S., Mathew, S., &
Ameen, A. A. M. (2021). Knowledge, Awareness, and Attitude among Practicing
Orthodontist on Teledentistry� during
COVID Pandemic in Kerala: A Cross-Sectional Survey. Journal of Pharmacy
& Bioallied Sciences, 13(Suppl 1), S846�S850.
https://doi.org/10.4103/jpbs.JPBS_826_20.
Khatore,
S., Kathuria, S., Rawat, M. K., Thakare, A. A., Abrol, S., Pinnamaneni, S. P.,
& Tiwari, R. V. (2021). Knowledge, Perception, and Attitude on Conservative
and Endodontic Practice on� COVID
Pandemic Situation: A Qualitative Research. Journal of Pharmacy &
Bioallied Sciences, 13(Suppl 1), S353�S358.
https://doi.org/10.4103/jpbs.JPBS_740_20.
Lin,
G. S. S., Koh, S. H., Ter, K. Z., Lim, C. W., Sultana, S., & Tan, W. W.
(2022). Awareness, Knowledge, Attitude, and Practice of Teledentistry among
Dental Practitioners during COVID-19: A Systematic Review and Meta-Analysis. Medicina,
58(1), 130. https://doi.org/10.3390/MEDICINA58010130.
Maqsood,
A., Sadiq, M. S. K., Mirza, D., Ahmed, N., Lal, A., Alam, M. K., & Halim,
M. S. Bin. (2021). The Teledentistry, Impact, Current Trends, and Application
in Dentistry: A Global Study. BioMed Research International, 2021,
5437237. https://doi.org/10.1155/2021/5437237.
Menhadji,
P., Patel, R., Asimakopoulou, K., Quinn, B., Khoshkhounejad, G., Pasha, P.,
Garcia Sanchez, R., Ide, M., Kalsi, P., & Nibali, L. (2021). Patients� and
dentists� perceptions of tele-dentistry at the time of COVID-19. A� questionnaire-based study. Journal of
Dentistry, 113, 103782. https://doi.org/10.1016/j.jdent.2021.103782.
Nassani,
M. Z., Al-Maweri, S. A., AlSheddi, A., Alomran, A., Aldawsari, M. N.,
Aljubarah, A., Almuhanna, A. M., Almutairi, N. M., Alsalhani, A. B., &
Noushad, M. (2021). Teledentistry-Knowledge, Practice, and Attitudes of Dental
Practitioners in Saudi Arabia: A Nationwide Web-Based Survey. Healthcare
(Basel, Switzerland), 9(12), 1682.
https://doi.org/10.3390/healthcare9121682.
Pengurus
Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI). (2020). Surat Edaran Nomor:
2776/PB PDGI/III-3/2020 tentang Pedoman Pelayanan Kedokteran Gigi selama
Pandemi Virus COVID-19.
Plaza-Ru�z,
S. P., Barbosa-Liz, D. M., & Agudelo-Su�rez, A. A. (2021). Impact of
COVID-19 on the Knowledge and Attitudes of Dentists toward� Teledentistry. JDR Clinical and
Translational Research, 6(3), 268�278.
https://doi.org/10.1177/2380084421998632.
Rachim,
A. F., Wibowo, A., & Martiraz, Y. (2021). Teledentistry pada Pelayanan Gigi
dan Mulut dimasa Pandemi COVID-19 Tahun 2020-2021 : A Systematic Review. PREPOTIF :
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(2).
Raucci-Neto,
W., de Souza Pereira, M., Cerqueira, N. M., Louzada, V. G., de Castro Raucci,
L. M. S., & Leoni, G. B. (2022). Knowledge, Perception, and Experience of
Dentists About Teledentistry. International Dental Journal, 72(4),
456�462. https://doi.org/10.1016/j.identj.2021.07.007.
Sinjari,
B., Rexhepi, I., Santilli, M., D′Addazio, G., Chiacchiaretta, P., Di
Carlo, P., & Caputi, S. (2020). The Impact of COVID-19 Related Lockdown on
Dental Practice in Central Italy�Outcomes of A Survey. International Journal
of Environmental Research and Public Health, 17(16), 5780.
https://doi.org/10.3390/ijerph17165780.
Soegyanto,
A. I., Wimardhani, Y. S., Maharani, D. A., & Tennant, M. (2022). Indonesian
Dentists� Perception of the Use of Teledentistry. International Dental
Journal. https://doi.org/10.1016/j.identj.2022.04.001.
Subhan,
R., Ismail, W. A., Musharraf, S., Khan, M., Hafeez, R., & Alam, M. K.
(2021). Teledentistry as a Supportive Tool for Dentists in Pakistan. BioMed
Research International, 2021, 8757859.
https://doi.org/10.1155/2021/8757859.
Sycinska-Dziarnowska,
M., Maglitto, M., Woźniak, K., & Spagnuolo, G. (2021). Oral Health and
Teledentistry Interest during the COVID-19 Pandemic. Journal of Clinical
Medicine, 10(3532).
The
Office of the National Coordinator for Health Information Technology (ONC).
(2019). What is telehealth? How is telehealth different from telemedicine?.
Tiwari,
T., Diep, V., Tranby, E., Thakkar-Samtani, M., & Frantsve-Hawley, J.
(2022). Dentist perceptions about the value of teledentistry. BMC Oral
Health, 22(1), 176. https://doi.org/10.1186/s12903-022-02208-z.
Tricco,
A., Lillie, E., Zarin, W., O�Brien, K. K., Colquhoun, H., Levac, D., Moher, D.,
Peters, M., Horsley, T., Weeks, L., Hempel, S., Akl, E., Chang, C., McGowan,
J., Stewart, L., Hartling, L., Aldcroft, A., Wilson, M., Garritty, C., �
Straus, S. (2018). PRISMA Extension for Scoping Reviews (PRISMA-ScR): Checklist
and Explanation. Annals of Internal Medicine, 169, 467�473.
World
Health Organization. (2020). WHO Director-General�s opening remarks at the
media briefing on COVID-19 - 11 March 2020.
Copyright holder: Dovian Emely Suteja, Wahyu Sulistiadi (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |