Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN :
2548-1398
Vol. 5, No. 4 April 2020
�
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TERJADINYA FATIGUE PADA PASIEN
HEMODIALISIS
Maesaroh, Agung Waluyo dan Wati Jumaiyah
AKPER
Buntet Pesantren Cirebon, Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta
Email: [email protected], [email protected] dan ��[email protected]�������� �����������
Abstract
Hemodialysis
is a kidney replacement therapy for patients with chronic kidney failure. The
most prominent negative impact on patients undergoing hemodialysis is fatigue.
There are several factors that can affect fatigue. This study aims to determine
the factors associated with the occurrence of fatigue in hemodialysis patients
and the most dominant factor causing fatigue in hemodialysis patients. The
study design used cross sectional, bivariate analysis using chi-square,
multivariate analysis using logistic regression with a sample of 119
respondents. Assess the level of fatigue by using the FACIT scale. The results
of this study, the factors associated with the occurrence of fatigue are age,
education, employment, type of support, and anemia. Factors that are not
related to fatigue are sex, duration of hemodialysis, history of the disease.
Recommendations: nursing services in providing education should involve the
role of the family as a support system for patients undergoing hemodialysis so
as to reduce patient fatigue.
Keywords: Hemodialysis, Fatigue, Chronic Kidney Failure.
Abstrak
Hemodialisis adalah terapi penggantian ginjal untuk
pasien dengan gagal ginjal kronis. Dampak negatif paling menonjol pada pasien yang
menjalani hemodialisis adalah kelelahan. Ada beberapa faktor yang bisa
memengaruhi kelelahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan terjadinya kelelahan pada pasien hemodialisis dan
faktor yang paling dominan menyebabkan kelelahan pada pasien hemodialisis.
Desain penelitian menggunakan cross sectional, analisis bivariat menggunakan chi-square,
analisis multivariat menggunakan regresi logistik dengan sampel 119 responden.
Nilai tingkat kelelahan dengan menggunakan skala FACIT. Hasil penelitian ini,
faktor-faktor yang terkait dengan terjadinya kelelahan adalah usia, pendidikan,
pekerjaan, jenis dukungan, dan anemia. Faktor-faktor yang tidak berhubungan
dengan kelelahan adalah jenis kelamin, durasi hemodialisis, riwayat penyakit.
Rekomendasi: layanan keperawatan dalam memberikan pendidikan harus melibatkan peran
keluarga sebagai sistem pendukung bagi pasien yang menjalani hemodialisis untuk
mengurangi kelelahan pasien.
Kata kunci: Hemodialisis, Kelelahan, Kegagalan Ginjal Kronis.
Pendahuluan
Kehidupan
bangsa dan negara di masa mendatang sesungguhnya dapat diliha dari kehidupan
anak di masa sekarang. Hal itu karena anak merupakan generasi penerus sekaligus
sebagai asset yang dimiliki oleh suatu negara. Sehingga kehidupan anak saat ini
merupakan penentu terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dimasa yang akan
datang. Untuk itu anak hendaknya dipersiapkan agar dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik (Nuryawati &
Munawir, 2017).
Penyakit gagal ginjal kronik (GGK)
merupakan keadaan dimana terjadi kerusakan fungsi ginjal secara progresif yang
ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus/LFG dan peningkatan kadar
kreatinin dalam darah, yang umumnya berakhir pada gagal ginjal irreversibel (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi,
Simadibrata, & Setiati, 2006). Pada penyakit gagal
ginjal kronik terapi pengganti ginjal diperlukan. Terapi pengganti ginjal
berupa hemodialisis dan transplantasi ginjal yang gunanya tidak hanya untuk
memperpanjang hidup akan tetapi juga untuk mengembalikan kualitas hidup dengan
meningkatkan kemandirian pasien . Bagi penderita gagal ginjal kronis
hemodialisis akan mencegah kematian (Bennett et al., 2013). �MenurutnIndonesian
Renal Registry (IRR), sebanyak 98% penderitaagagal ginjal kronis yang
menjalanihhemodialisis dan 2%
menjalani terapi Peritoneal Dialisis
pada tahun 2012.
Hemodialisis
merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan
memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu)
atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir ESRD atau End Stage renal Diseases (Suharyanto & Madjid, 2009). Saat ini terapi
hemodialisis menjadi terapi utama dalam penanganan pasien� gagal ginjal kronik (Sudoyo et al., 2006). �Bagi pasien�
gagal ginjal kronik biasanya harus menjalani terapi dialisis sepanjang
hidupnya dan� memerlukan waktu 12- 15 jam
setiap minggunya, atau paling sedikit 3- 4 jam setiap kali terapi, tentu saja
selain manfaatnya juga berdampak pada pasien gagal ginjal kronik,� terapi ini harus dijalani pasien seumur hidup
(Arif & Kumala, 2011).
Dampak
negatif yang paling menonjol pada pasien dengan stadium akhir gagal ginjal yang
menjalani hemodialisis adalah fatigue atau kelelahan. Gejala kelelahan (fatigue) telah dikaitkan dengan
peningkatan morbiditas dan mortalitas pada pasien� gagal ginjal tahap akhir yang menjalani
hemodialisis (Bonner, Wellard, & Caltabiano, 2010). (Sulistini, Yetti, & Hariyati, 2012) menyebutkan bahwa
faktor yang yang berhubungan dengan fatigue pada pasien� gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di Indonesia adalah faktor demografi (usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, jenis dukungan), faktor fisiologis (anemia), faktor
situasional (frekuensi, lama menjalani hemodialisis, dan riwayat penyakit).
Unit
hemodialisis di Rumah Sakit Daerah Gunung Jati Cirebon melayani pasien
hemodialisis rata-rata 46 pasien perhari dengan frekuensi hemodialisis 2 kali
seminggu sehingga jumlah pasien tetap hemodialisis adalah sebanyak 150 pasien,
dengan banyaknya jumlah pasien yang menjalani hemodialisis dapat beresiko
terjadinya fatigue dan belum ada yang
melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya fatigue pada pasien yang menjalani
hemodialisis. Berdasarkan uraian diatas dan studi pendahuluan di ruang
hemodialisis rumah sakit daerah Gunung Jati Cirebon maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
terjadinya fatigue pada pasien
hemodialisis di Rumah Sakit
Daerah Gunung Jati Cirebon. Dengan memahami faktor terjadinya fatigue pada pasien yang menjalani
hemodialisis akan membantu perawat untuk menentukan target praktik intervensi
keperawatan dan manajemen fatigue.
Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan desain penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional,. Sampel yang digunakan
sebanyak 119 responden di unit hemodialis rumah sakit daerah Gunung Jati
Cirebon, penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2019, sampel
sesuai dengan kriteria inklusi, instrumen berupa quesioner dibagi menjadi tiga
bagian terdiri dari pertanyaan faktor demografi sebanyak 6 pertanyaan, faktor
fisiologis sebanyak 1 pertanyaan, faktor situasional sebanyak 2 pertanyaan,
serta mengukur tingkat fatigue menggunakan
skala FACIT sebanyak 13 pernyataan dengan menggunakan skala likert (Tidak
pernah: 1, Kadang-kadang: 2, Sering dialami: 3, dan Selalu dialami: 4), dengan
jumlah skor tertinggi 52, dengan kategori ringan skor 1-17, kategori sedang
skor 18-34 dan berat skor 35-52. Skala FACIT (Functional Assessment Chronic
Illness Therapy) yang sudah diuji reliabilitas dan validitas. Uji validasi
kuesioner Skala Kelelahan FACIT versi Indonesia yang menunjukkan semua butir
pertanyaan valid karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel=0,279.
Hasil uji reliabilitas kuesioner Skala Kelelahan FACIT versi Indonesia dengan
teknik Alpha Cronbach yang menunjukkan bahwa instrumen kuesioner reliabel
karena r11=0,646>0,6. Kuesioner Skala Kelelahan FACIT versi Indonesia valid
dan reliabel dalam mengukur tingkat kelelahan pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis rutin di Indonesia. Analisa bivariat yaitu
analisa menggunakan uji chisquare. Untuk melihat hasil perhitungan statistik
menggunakan batas kemaknaan 0,05 sehingga jika P value <0,05 maka hasil statistik bermakna berhubungan dan jika
P value >0,05 maka hasil statistik bermakna tidak berhubungan.
Hasil
dan Pembahasan
A. Hasil
Variabel univariat
meliputi : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, jenis dukungan, anemia,
lama menjalani hemodialisis, riwayat penyakit, tingkat fatigue.
Tabel
1
Distribusi
Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Jenis Dukungan,
Anemia, Lama Menjalani Hemodialisis, Riwayat Penyakit, Tingkat fatigue�
Pada Pasien Hemodialisis Di Rumah Sakit Daerah Gunung Jati Cirebon Tahun
2019 (n=119)
Kategori |
Jumlah |
Presentase |
Usia a.
<40 Tahun b.
≥40 Tahun |
25 94 |
21,0 79,0 |
Jenis
Kelamin a.
Laki-laki b.
Perempuan |
119 62 57 |
100 52,1 47,9 |
Pendidikan a.
Rendah b.
Tinggi |
119 59 60 |
100 49,6 50,4 |
Pekerjaan a.
Bekerja b.
Tidak Bekerja |
119 50 69 |
100 42,0 58,0 |
Jenis
Dukungan a.
Anak b.
Suami c.
Istri d.
Orang Tua |
119 30 33 44 12 |
100 25,2 27,7 37,0 10,1 |
Anemia a.
Ya Anemia b.
Tidak Anemia |
119 109 10 |
100 91,6 8,4 |
Lama
Menjalani Hemodialis a.
<5Tahun b.
≥5 Tahun |
119 107 12 |
100 89,9 10,1 |
|
119 |
100 |
Riwayat
Penyakit a.
Hipertensi b.
DM c.
Batu Ginjal d.
Tumor Ginjal e.
Gagal Ginjal |
42 16 12 1 48 |
35,3 13,5 10,1 0,8 40,3 |
Tingkat
Fatigue a.
Sedang b.
Berat |
119 96 23 119 |
100 80,7 19,3 100 |
Pada
tabel 1 diatas diketahui usia responden terbanyak adalah usia ≥40 tahun
79%. Responden laki-laki lebih banyak 52,1% dibanding responden perempuan sebanyak
47,9%. Responden berpendidikan tinggi (SMA dan PT) lebih banyak 50,4%.
Responden terbanyak tidak bekerja sebanyak 58%. Responden terbanyak mendapat
dukungan dari pasangan (suami/istri) sebesar 64,7%. Responden yang mengalami
anemia sebanyak 91,59%. Berdasarkan lamanya menjalani hemodialisis terbanyak
<5 tahun sebesar 89,9%. Responden yang mempunyai riwayat gagal ginjal akut
terbanyak sebesar 40,3%. Responden yang mengalami fatigue tingkat sedang lebih
banyak sebesar 80,7% dibanding fatigue tingkat berat.
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Faktor
Demografi, Fisiologis, Situasional Terhadap Terjadinya Fatigue pada Pasien Hemodialisis di Rumah Sakit Daerah Gunung Jati
Cirebon Tahun 2019 (n=119)
Variabel |
Fatigue |
P value |
|||
Sedang |
Berat |
||||
n |
% |
n |
% |
||
Usia <40 tahun ≥ 10 tahun |
24 72 |
96,0 76,6 |
1 22 |
4,0 23,4 |
0,043 |
Jenis
Kelamin Laki-Laki Perempuan |
53 43 |
85,5 75,4 |
9 14 |
14,5 24,6 |
0,245 |
Pendidikan Rendah Tinggi |
41 55 |
69,5 91,7 |
18 5 |
30,5 8,3 |
0,002 |
Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja |
45 51 |
90 73,9 |
5 18 |
10 26,1 |
0,035 |
Jenis
Dukungan Anak Suami Istri Orang Tua |
17 28 39 1 |
56,6 84,8 88,6 100 |
13 5 5 0 |
43,4 15,2 11,4 0 |
0,001 |
Anemia Ya Anemia Tidak Anemia |
86 10 |
78,9 100 |
23 0 |
21,1 0 |
0,034 0 |
Lama
Menjalani Hemodialisis <5 tahun ≥5 tahun |
84 12 |
78,5 100 |
23 0 |
21,5 0,0 |
0,12 |
Riwayat
Penyakit Hipertensi DM Batu Ginjal Tumor Ginjal Gagal Ginjal Akut |
33 12 11 1 39 |
78,6 75 91,7 100 81,3 |
9 4 1 0 9 |
21,4 25,0 8,3 0 18,7 |
0,804 |
Berdasarkan tabel 2 diperoleh hasil analisis bivariat
ada hubungan antara usia (P=0,043), pendidikan (p=0,002), pekerjaan (0,035),
Jenis dukungan (0,001), anemia (0,034) dengan tingkat fatigue pada pasien
hemodialisis. �Tidak ada hubungan antara
jenis kelamin (P=,245), lama menjalani hemodialisis (P=0,120), riwayat penyakit
(P=0,804) dengan tingkat fatigue pada pasien hemodialisis.
B. Pembahasan
1. Fatigue
Berdasarkan
hasil penelitian ini diperoleh responden yang menjalani hemodialisis sebagian
besar mengalami fatigue tingkat sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian (Suparti & Nurjanah, 2018)
bahwa sebagian besar responden mengalami tingkat fatigue sedang (67%) diikuti
fatigue ringan dan berat (16,5%). Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian
sebelumnya yang menyebutkan bahwa tingkat fatigue
yang dialami pasien hemodialisis dari tingkat ringan sampai berat, namun lebih
didominasi sedang dan berat (Jhamb et al., 2011)
2. Faktor Demografi
Berdasarkan
hasil penelitian ini diperoleh responden yang menjalani hemodialisis sebagian
besar usia ≥40 tahun. Hal ini sesuai dengan Report of Indonesian Renal
Registry (2012) usia pasien hemodialisis terbanyak adalah kelompok usia 45-64
tahun, baik pasien baru maupun pasien aktif. Menurut (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2012) seseorang dengan usia
sesudah 40
tahun akan terjadi penurunan laju
filtrasi
glomerulus secara progresif hingga
usia
70 tahun sebanyak kurang lebih 50%
dari
normalnya. Penambahan usia mengakibatkan berkurangnya fungsi organ. ada
hubungan yang signifikan antara usia dengan terjadinya fatigue. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian (Mollaoglu, 2009), (Jhamb et al., 2011) yang menemukan adanya
hubungan antara usia dengan tingkat fatigue.
Menurut UU No. 13 Pasal 1 ayat (2) tentang kesehatan seseorang yang usianya
diatas 60 tahun dikatakan lansia. Keadaan lansia cukup rentan terjadi berbagai
kondisi tidak menyenangkan seperti mudah terkena penyakit degeneratif, mudah
stres, mudah lelah hingga penurunan kemampuan fisik dalam melakukan pekerjaan
dibanding usia muda (Darmojo, 2011). Menurut (Maryam, Ekasari, & Rosidawati, n.d.) lansia juga mengalami
keluhan mudah lelah (fatigue), suatu
kondisi dimana terdapat perasaan kepayahan atau ketidakmampuan fisik dalam
melakukan aktifitas. Menurut (Mauludi, 2010) salah satu faktor yang
menyebabkan kelelahan adalah usia. Sehingga dalam penelitian ini dengan semakin
bertambahnya usia pasien yang menjalani hemodialisis maka akan cenderung
terjadinya peningkatan tingkat fatigue.
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh
responden yang menjalani hemodialisis jenis kelamin laki-laki lebih banyak� dibanding jenis kelamin wanita. Hal ini
sesuai dengan penelitian� yang dilakukan
sulaiman ternyata jumlah laki-laki menjalani
hemodialisis berjumlah lebih banyak yaitu 70,2%. Hal ini juga diungkapkan (Michishita et al.,
2008) yaitu 63,4% pasien yang menjalani hemodialisis
adalah laki-laki. Berdasarkan
hasil penelitian ini terlihat bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin
dengan terjadinya fatigue. Hal
tersebut sesuai dengan hasil peneltian (Suparti & Nurjanah, 2018) bahwa tidak ada
hubungan antara jenis kelamin dengan terjadinya fatigue (P=0,89). Artinya ketika kondisi sudah mengalami �penurunan tidak membedakan jenis kelamin semuanya mempunyai
dampak yang sama mengalami fatigue ketika
sudah menjalani hemodialisis.
Berdasarkan
hasil penelitian ini diperoleh responden yang menjalani hemodialisis sebagian
besar berpendidikan tinggi. Menurut
(Mollaoglu, 2009) pasien yang
tingkat pendidikan
tinggi memiliki kesadaran yang baik untuk memeriksakan kesehatannya sedangkan
pendidikan yang rendah kemungkinan keterbatasan pengetahuan, sehingga mereka
takut untuk dilakukan hemodialisis. Pada penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan terjadinya fatigue pada pasien hemodialisis. Hasil
penelitain ini sejalan dengan penelitian (Sulistini et al.,
2012), bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan
terjadinya fatigue. Penelitian (Mollaoglu, 2009) juga menemukan ada hubungan antara
pendidikan dengan terjadinya fatigue
bahwa Pasien dengan pendidikan rendah tidak mampu memperlihatkan koping adaptif
dalam mengatasi fatigue sementara
orang yang berpendidikan tinggi mampu mengelola fatigue yang dialaminya.
Berdasarkan
hasil penelitian ini diperoleh responden yang menjalani hemodialisis lebih
banyak yang tidak bekerja dibanding yang bekerja. Hal ini sesuai dengan
penelitian (Suparti & Nurjanah, 2018) Secara umum sebagian
besar responden tidak bekerja (79,6%). Hasil penelitian ini mendukung penelitian
sebelumnya yang menyebutkan bahwa sebagian besar pasien hemodialisis tidak bekerja
yaitu sekitar 70% (Sulistyaningsih, Sugiyo, & Sedyawati, 2011) Pada
penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara pekerjaan dengan terjadinya
fatigue pada pasien hemodialisis. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
oleh (Shapiro &
Teukolsky, 2008) bahwa status pekerjaan mempengaruhi
tingkat fatigue pada pasien
hemodialisis, menggambarkan bahwa pasien dialisis yang bekerja lebih kelihatan
sehat dan lebih energi dari pada pasien hemodialisis
yang tidak bekerja karena dengan bekerja membuat mereka merasa lebih baik. Pasien
hemodialisis dengan aktivitas yang lebih tinggi seperti pada pasien yang masih
bekerja berpengaruh terhadap perbaikan fatigue.
Pasien hemodialisis tanpa aktivitas dan hanya tinggal dirumah, mengalami
penurunan aktivitas cenderung mempunyai tingkat fatigue yang lebih berat� (Mollaoglu, 2009).
Berdasarkan
hasil penelitian ini diperoleh responden yang menjalani hemodialisis
mendapatkan dukungan terbesar adalah dari pasangan (suami atau istri). Pada penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara jenis dukungan dengan terjadinya fatigue pada pasien hemodialisis. Hal
tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (TAVALAEI et al.,
2009) menyatakan bahwa yang mengalami kelelahan secara
psikologis sebenarnya karena perubahan fungsi keluarga dengan pasangan ERSD.
Perubahan fungsi terjadi berhubungan dengan distress psikologis dan kegagalan
dalam penyesuaian. Hal inilah yang membuat dukungan dan partisipasi aktif dari
keluarga sangatlah penting untuk membantu mengontrol kelelahan yang dialami
pasien.
3.
Faktor Fisiologis
Berdasarkan
hasil penelitian ini diperoleh responden yang menjalani hemodialisis hampir seluruhnya
mengalami anemia Hb <10 g/dl dengan rata-rata Hb 8,7 g/dl. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Sodikin dan Sri Suparti
diperoleh� nilai kadar hemoglobin
sebagian besar (79.6%) kurang dari 10 g/dl. Pasien yang sudah lama menjalani hemodialisis akan
memiliki kadar ureum dan kreatinin yang tinggi. Ureum yang tinggi akan
mengganggu produksi hormon eritropoietin. Akibatnya jumlah sel darah merah
menurun atau yang disebut anemia akibatnya pasien akan mengalami lelah, �letih,
lesu yang merupakan gejala fatigue (Sullivan, Salazar,
Buchbinder, & Sanchez, 2009). Hasil
penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara
anemia dengan terjadinya fatigue pada
pasien hemodialisis. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Sulistini et al., 2012), menunjukkan tingkat
fatigue akan berkurang 0,04, bila terjadi peningkatan hemoglobin 1 mg/dl. Hal
senada juga� penelitian (Mollaoglu, 2009) menyatakan adanya
hubungan antara kadar hemoglobin yang rendah dengan fatigue. Anemia dapat menggambarkan adanya fatigue secara fisiologis disamping keadaan fisik lain. Pasien akan
mulai merasakan fatigue jika kadar
hemoglobin sebesar 10 gr/dL (Rosenthal, Majeroni, Pretorious, & Malik, 2008)
4. Faktor Situasional
Berdasarkan
hasil penelitian ini diperoleh responden yang menjalani hemodialisis sebagian
besar <5 tahun. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan (Karlina, 2016) didapatkan hasil bahwa sebagian besar
klien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis <3 tahun sebanyak
(82.93%). Penelitian yang dilakukan (Cheok, Salman, &
Sulaiman, 2014) lama hemodialisis >24 bulan
sebanyak� 68,3%. Hasil penelitian ini
menunjukan tidak ada hubungan antara lama menjalani hemodialisis dengan
terjadinya fatigue pada pasien
hemodialisis. Penelitian yang dilakukan (Krishan et al.,
2014) menyatakan bahwa fatigue
mulai dialami pasien yang menjalani dialisis rata � rata 6 sampai dengan 8
bulan pertama dan fatigue akan menurun
diakhir kunjungan dialysis. Kelelahan berat dialami pada bulan pertama
menjalani hemodialisis. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Krishan et al.,
2014) memperlihatkan bahwa fatigue mulai dialami pasien�
dialisis rata-rata 6-8 bulan pertama lalu menurun secara tidak
signifikan dibulan berikutnya. Kelelahan sangat berat dialami dalam enam bulan
pertama menjalani hemodialisis. Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa fase
awal menjalani hemodialisis pasien�
mengalami peningkatan fatigue.
Artinya semakin lama pasien menjalani hemodialisis maka akan semakin turun
tingkat fatigue karena sudah mengalami
fase penyesuaian.
Berdasarkan hasil penelitian ini
diperoleh responden yang menjalani hemodialisis sebagian besar dengan riwayat
gagal ginjal akut. Berdasarkan Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012,
riwayat penyakit pasien yang menjalani hemodialisis yang menjadi penyebab
penyakit gagal ginjal kronis yang dialami, penyebab terbesar adalah nefropati
diabetik 52%, hipertensi 24%, kelainan bawaan 6%, asam urat 1%, penyakit lupus
1%. Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering
terhadap proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% ( Price & Wilson, 2010). Hasil penelitian ini
menunjukkan tidak ada hubungan antara riwayat penyakit dengan terjadinya fatigue pada pasien hemodialisis. Hal
tersebut sesuai dengan hasil penelitian (Sulistini et al.,
2012), bahwa tidak ada hubungan antara riwayat penyakit
dengan terjadinya fatigue (P=0,42).
Riwayat penyakit merupakan kondisi pasien dimasa lalu yang menyebabkan
kondisinya saat ini, tetapi kondisi saat ini merupakan dampak perjalanan
penyakit saat ini dari komplikasi yang ditimbulkan dari tindakkan hemodialisis.
Kesimpulan
Faktor-faktor yang berhubungan
dengan terjadinya fatigue pada
penelitian ini adalah: usia, pendidikan, pekerjaan, Jenis dukungan, anemia.
Faktor yang tidak berhubungan dengan terjadinya fatigue pada penelitian ini adalah:
Jenis kelamin, lama menjalani hemodialisis �dan riwayat penyakit.
Faktor yang paling dominan terjadinya fatigue pada penelitian ini adalah: �Jenis dukungan.
Hasil penelitian
ini menjadi dasar dalam memberikan edukasi kepada pasien yang menjalani
hemodialisis, bahwa pendidikan atau pengetahuan yang dimiliki,
pekerjaan/kegiatan fisik pasien, anemia dapat berhubungan dengan tingkat fatique pada pasien hemodialisis. Pasien
diberikan edukasi bagaimana cara untuk dapat menurunkan tingkat fatigue.
Perlu dilakukan
pengkajian secara berkala tentang tingkat fatigue
pasien sehingga perawat mengetahui tingkat fatigue
pasien dan dapat melakukan intervensi yang tepat.
Perlu melibatkan
peran keluarga sebagai support sistem bagi pasien karena jenis dukungan suami,
istri, anak, orang tua sangat berhubungan dengan penurunan tingkat fatigue pasien yang menjalani hemodia.
Melakukan evaluasi
terus menerus terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan yang sudah dilaksanakan
serta pemaparan� ilmu-ilmu baru untuk
meningkatkan motivasi melakukan riset di ruang hemodialisis.
BIBLIOGRAFI
Arif, M., & Kumala, S. (2011). Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Bennett, P. N., Daly, R. M., Fraser, S. F., Haines, T.,
Barnard, R., Ockerby, C., & Kent, B. (2013). The impact of an exercise
physiologist coordinated resistance exercise program on the physical function
of people receiving hemodialysis: a stepped wedge randomised control study. BMC
Nephrology, 14(1), 204.
Bonner, A., Wellard, S., & Caltabiano, M. (2010). The
impact of fatigue on daily activity in people with chronic kidney disease. Journal
of Clinical Nursing, 19(21‐22), 3006�3015.
Cheok, C. Y., Salman, H. A. K., & Sulaiman, R. (2014).
Extraction and quantification of saponins: A review. Food Research
International, 59, 16�40.
Darmojo, R. B. (2011). Teori proses menua. dalam: Martono HH,
Pranarka K, pengarang. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geratri. Edisi Ke-4. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 3�12.
Jhamb, M., Pike, F., Ramer, S., Argyropoulos, C., Steel, J.,
Dew, M. A., � Unruh, M. (2011). Impact of fatigue on outcomes in the hemodialysis
(HEMO) study. American Journal of Nephrology, 33(6), 515�523.
Karlina, E. (2016). Penerapan Model Problem Based Learning
Untuk Meningkatkan Kerja Sama Dan Hasil Belajar Siswa Kelas Iv Sdn Bhakti
Winaya Bandung Pada Subtema Kebersamaan Dalam Keberagaman. Fkip UnpaS.
Krishan, R., Paqu�, F., Ossareh, A., Kishen, A., Dao, T.,
& Friedman, S. (2014). Impacts of conservative endodontic cavity on root
canal instrumentation efficacy and resistance to fracture assessed in incisors,
premolars, and molars. Journal of Endodontics, 40(8), 1160�1166.
Maryam, R. S., Ekasari, M. F., & Rosidawati, J. (n.d.).
A., Batubara, I.(2011). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya.
Mauludi, M. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kelelahan pada pekerja di proses produksi kantong semen PBD (paper bag
division) Pt. Indocement tunggal prakarsa TBK Citeureup-Bogor tahun 2010.
Michishita, E., McCord, R. A., Berber, E., Kioi, M.,
Padilla-Nash, H., Damian, M., � Barrett, J. C. (2008). SIRT6 is a histone H3
lysine 9 deacetylase that modulates telomeric chromatin. Nature, 452(7186),
492�496.
Mollaoglu, M. (2009). Fatigue in people undergoing
hemodialysis. Dialysis & Transplantation, 38(6), 216�220.
Nuryawati, L. S., & Munawir, M. (2017). Hubungan Antara
Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Dengan Pengetahuan Dan Pola
Asuh Ibu Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Puskesmas Bantarkalong Kabupaten
Tasikmalaya. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(4), 95�104.
Rosenthal, T. C., Majeroni, B. A., Pretorious, R., &
Malik, K. (2008). Fatigue: an overview. American Family Physician, 78(10),
1173�1179.
Shapiro, S. L., & Teukolsky, S. A. (2008). Black
holes, white dwarfs, and neutron stars: The physics of compact objects.
John Wiley & Sons.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever,
K. H. (2012). Tratado de Enfermagem M�dico-Cir�rgica. Rio de Janeiro: Ed.
Guanabara Koogan.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.,
& Setiati, S. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam.
Suharyanto, T., & Madjid, A. (2009). Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan, Jakarta: Trans Info
Media. Hal.
Sulistini, R., Yetti, K., & Hariyati, R. T. S. (2012).
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Fatigue Pada Pasien yang Menjalani
Hemodialisis. Jurnal Keperawatan Indonesia, 15(2), 75�82.
Sulistyaningsih, T., Sugiyo, W., & Sedyawati, S. M. R.
(2011). Pemurnian garam dapur melalui metode kristalisasi air tua dengan bahan
pengikat pengotor Na2C2O4�NaHCO3 dan Na2C2O4�Na2CO3. Sainteknol: Jurnal
Sains Dan Teknologi, 8(1).
Sullivan, P. S., Salazar, L., Buchbinder, S., & Sanchez,
T. H. (2009). Estimating the proportion of HIV transmissions from main sex
partners among men who have sex with men in five US cities. Aids, 23(9),
1153�1162.
Suparti, S., & Nurjanah, S. (2018). Hubungan Depresi
dengan Fatigue pada Pasien Hemodialisis. Ejournal Unisa Yogya, 2(01).
Tavalaei, S. A., Nemati, E., Khodami, V. H. R., Azizabadi, F.
M., Moghani, L. M., & ASARI, S. H. (2009). Marital adjustment in patients
on long-term hemodialysis a case-control study.