Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 12, Desember 2022
OPTIMALISASI
LITERASI PERANGKAT DIGITAL DALAM RANGKA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN ORGANIZATIONAL
LEARNING PADA INDUSTRI FASHION DI JAWA TENGAH
Hari Susanta Nugraha, Widiartanto, Saryadi
Universitas Diponegoro, Jawa Tengah,
Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Pemanfaatan perangkat
digital merupakan hal strategis karena sudah memberikan kontribusi dalam hal pengolahan dan analisis informasi
bisnis.
Bahkan, kemampuan literasi digital yang baik mampu mempermudah pengambilan keputusan bisnis. Oleh karena
itu, perlu ada proses pengenalan dan penerapan standar
ketrampilan digital berbasis
informasi internet untuk membangun kemampuan pembelajaran. Adanya perangkat teknologi digital memungkinkan industri melakukan transaksi informasi yang update dalam waktu yang cepat, sehingga informasi didapatkan dengan biaya yang rendah. Riset menemukenali bahwa berdasarkan Indeks Literasi Digital penggunaan perangkat digital dalam membangun kapasitas pembelajaran dilakukan dengan membangun kerangka pencarian informasi, pengelolaan informasi, pemahaman informasi, dan pengembangan jejaring digital. Namun demikian, pada aspek pemahaman informasi masih relatif rendah dibandingkan dengan indeks yang lain. Rendahnya pemahaman informasi berdampak kepada pengambilan keputusan bisnis industri fashion yang belum mampu bersaing.
Secara substansi, ketrampilan digital dalam
learning capability ditunjukkan dengan
penggunaan perangkat
digital dalam proses pengambilan
keputusan bisnis bidang industri fashion.
Kata
Kunci: Ketrampilan
Digital, Kapasitas Pembelajaran,
Pengambilan Keputusan.
Abstract
Utilization
of digital devices is a strategic matter because they have contributed to the
processing and analysis of business information. In fact, good digital literacy
skills can facilitate business decision making. Therefore, there needs to be a
process of introducing and applying internet information-based digital skill
standards to build learning abilities. The existence of digital technology
devices allows the industry to transact information that is updated in a fast
time, so that information is obtained at a low cost. Research has identified
that based on the Digital Literacy Index the use of digital devices in building
learning capacity is carried out by building a framework for information
search, information management, information understanding, and developing
digital networks. However, the aspect of understanding information is still
relatively low compared to other indices. The low understanding of information
has an impact on business decision making in the fashion industry which has not
been able to compete. Substantially, digital skills in learning capability are
demonstrated by the use of digital devices in the process of making business
decisions in the fashion industry.
Keywords: Digital
Skills, Learning Capacity, Decision Making.
Pendahuluan
Pertumbuhan fashion sebagai bagian dari industri
konveksi,� merupakan salah satu motor
penggerak yang penting bagi pertumbuhan ekonomi. Bagi Provinsi Jawa Tengah,
pertumbuhan industri konveksi sangat tinggi, dilihat dari nilai produksi maupun
pertumbuhan tenaga kerja (Tulus, 2009). Terlihat, tahun 2021 sektor industri konveksi di Provinsi Jawa Tengah
mencatat sejumlah 3.624 unit usaha dan menunjukkan pertumbuhan jumlah tenaga
kerja sebesar 11.07%. Penetrasi ekonomi industri konveksi didorong penggunaan
teknologi produksi dan informasi berbasis jejaring dalam proses bisnisnya,
sehingga jejaring produsen, konsumen, dan pemangku kepentingan menjadi lebih
dinamis (Hunga & Mahatma, 2008). Namun demikian, cakupan pasar produk konveksi yang dikategorikan premium
(industri fashion) masih dalam lingkup pasar nasional. Hal ini disebabkan oleh
reputasi produk fashion yang belum baik. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya
daya serap industri fashion di pasar internasional.
Adanya perangkat teknologi digital
memungkinkan industri melakukan transaksi informasi yang update dalam waktu yang cepat, sehingga informasi didapatkan dengan
biaya yang rendah (Wardhana, 2015).� Namun demikian, permasalahan tidak
hanya muncul pada aspek biaya, justeru permasalahan pokok adalah bagaimana
perangkat digital mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam operasi
bisnis. Kemampuan literasi digital merupakan kemampuan memahami perangkat keras
dan lunak digital yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, melalui proses (Kurnianingsih et al., 2017). Memverifikasi, mengkonfirmasi, dan melakukan validadsi terhadap fakta
yang dihasilkan oleh perangkat digital. Kemampuan literasi digital
berimplementasi pada ketepatan pengambilan keputusan bisnis (Santoso et al., 2020). Untuk melakukan penetrasi pasar internasional, diperlukan perangkat
teknologi sebagai pendorong informasi dan transfer pengetahuan. Pemahaman terhadap kinerja dan fungsi, serta contains perangkat digital berperan
penting dalam membangun masyarakat berpengetahuan yang memiliki keterampilan
berselancar dimedia, melakukan komunikasi efektif, memecahkan masalah, dan
melakukan kerjasama pasar (Mu�ammar, 2019).
Literasi digital memiliki manfaat yang
penting bagi setiap individu bahkan dalam beberapa kasus literasi digital dapat
mempengaruhi kinerja organisasi (Abdillah et al., 2020). Literasi digital bagi karyawan itu sangat bermanfaat
bagi organisasi atau perusahaan karena saat ini hampir semua pekerjaan
bergantung beberapa aspek teknologi (Maulana, 2015). Proses learning organization dapat menjadi lebih
efektif ketika kehadiran perangkat digital mampu memberikan informasi yang
cepat dan bermanfaat (Liansari & Nuroh, 2018). Dengan demikian kemampuan melek digital merupakan kondisi
yang penting untuk mendorong kecepatan inovasi bisnis. Manfaat penting dari adanya literasi digital yaitu
menghemat waktu, belajar lebih cepat, menghemat uang, membuat lebih aman,
senantiasa memperoleh informasi terkini, selalu terhubung, membuat keputusan
yang lebih baik, dapat membuat selalu bekerja, membuat lebih bahagia, dan dapat
mempengaruhi dunia (Liansari & Nuroh, 2018). Elemen penting literasi digital adalah menyangkut
kemampuan apa saja yang harus dikuasai dalam pemanfaatan tekonologi informasi
dan komunikasi. Wheeler (2012) mengidentifikasi ada sembilan elemen penting
dalam dunia litersi digital seperti social networking, transliteracy,
maintaining privacy, managing identity, creating content, organising and
sharing content, reusing/repurposing content, filtering and selecting content,
serta self broadcasting (Muyassaroh et al., 2022).
Berkaitan dengan kemampuan literasi digital,
ada sejumlah keuntungan yang dapat secara implementatif mempengaruhi kinerja
personal. Pendekatan (Giovannucci et al., 2012)menyatakan bahwa manfaat secara soosial adalah kesempatan
untuk menjadi lebih informasif, dimana kemampuan menguasai informasi merupakan
nilai strategis dalam bersaing. Istilah organisasi pembelajaran sebagian
berasal dari gerakan �In Search of Excellence� dan selanjutnya digunakan oleh
Garrat (Dale, 2003).
Namun Geoffrey Holland menyatakan bahwa �Jika kita mau bertahan hidup secara
individual atau sebagai perusahaan, ataupun sebagai bangsa kita harus
menciptakan tradisi perusahaan pembelajaran� pernyataannya ini mengacu pada
usaha mencari contoh-contoh praktek terbaik sehingga organisasi pembelajaran
bisa dijiplak dan diperbanyak (Ahmed et al., 2003). Kondisi ini justru menyebabkan perusahaan-perusahaan
berusaha mencari contoh dari perusahaan yang berhasil. Dengan kata lain mereka
berusaha mencari organisasi yang paling sempurna untuk dicontoh tanpa menyadari
bahwa tidak ada bentuk organsiasi yang seperti itu.
Batasan literasi digital yaitu kemampuan
dalam menggunakan dan memahami pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi
dalam mendukung dunia ekonomi. Bisa dikatakan definisi tentang literasi digital
masih belum final. Dalam artian masih terus akan ada pengembangan-pengembangan
kedepannya. Definisi literasi digital itu bermacam-macam. Dalam hal ini dari
definisi, istilah sering saling dipertukarkan dengan arti lancar dan terampil
menggunakan perangkat. Hal ini sejalan dengan (DeBoer, 2000)
menyatakan bahwa �digital literacy was to
provide a broad understanding of software, hardware, and applications based on
automatic devices�. Artinya, literasi digital merupakan pemahaman secara
menyeluruh terhadap perngkat lunak, perangkat keras, dan aplikasi peralatan
berbasis otomatisasi.
Riset ini dilaksanakan mengelaborasi proses koordinasi
menggunakan perangkat digital dalam proses produksi sebagai hasil pembelajaran
organisasi dalam penggunaan perangkat digital untuk validasi dan verifikasi
informasi yang diperoleh dari perangkat digital termasuk perangkat lunak
aplikasinya (handphone, laptop, dan komputer), proses diskusi terhadap
substansi informasi via� perangkat
digital kemudian disusun desain produk. Hal ini disebabkan, adanya urgensi
penelitian terhadap literasi digital di wilayah Sentra Fashion Jawa Tengah
disebabkan oleh perlu adanya sistem yang menyatukan dengan mudah dan cepat
hubungan (komunikasi dan interkasi) antara perajin, konsumen, dan pemasok dalam
industri Fashion. Skema learning
organization (Senge et al., 1999)� dapat dipercepat dengan penerapan
literasi digital (DeBoer, 2000). Skema literasi digital dalam kerangka LO mendorong pengembangan model
penguatan tata kelola proses pemasaran; dan kontribusi keilmuan yang akan
diberikan pada riset ini adalah mengembangkan konsepsi kearifan lokal dan
budaya lokal sebagai bentuk modal sosial (social capital) dan menjadi
bagian integratif kreativitas manusia yang mempunyai nilai ekonomi.
Metode
Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif (Moleong, 2021). Analisis kualitatif melalui observasi langsung di obyek riset dan indepth interview terhadap sumber
informan utama, terkait dengan analisis; potensi keunikan yang dimasukkan
secara digital dalam proses pembuatan fashion dan proses delivery
(kreasi-desain, pengiriman, dan penjaminan produk) dalam industri.
Hasil dan Pembahasan
Obyek riset dalam kajian industri fashion
di Jawa Tengah mengacu kepada perusahaan konveksi dengan kinerja produk yang
merintis pasar LN. Dalam hal ini, tentu komunikasi antara pabrik, manajer,
desainer, dan para distributor secara keseluruhan sudah menggunakan teknologi
informasi. Sistem koordinasi produksi menggunakan sistem terpadu berbasis
jaringan internet di perusahaan. Penggunaan media komunikasi digital seperti
telepon seluler, laptop berbasis internet, dan PC perusahaan yang terhubung
secara sistem jejaring sudah menjadi bagian terintegrasi dari penggunaan
perangkat didigtal. Kemampuan membaca dan memahami perangkat digital sangat
menentukan hasil akhir produksi. Berdasarkan
kegiatan penggunaan teknologi informasi dalam bidang produksi dan pemasaran,
maka obyek pengamatan riset pada perusahaan menengah bidang industri fashion.
Indeks Literasi
Digital adalah
perbandingan penggunaan perangkat digital dengan perilaku penggunaan
perangkat digital yang terjadi. Berdasarkan
pengukuran literasi digital di 34 provinsi di Indonesia, responden menyatakan
akses internet semakin cepat, terjangkau dan tersebar sampai ke pelosok.
Sebagian besar masyarakat juga menggunakan internet ini untuk berkomunikasi
melalui pesan singkat, melakukan aktivitas di media sosial, serta menonton
video secara online.
Berdasarkan informasi Dirjen Aptika menekankan bahwa yang perlu diperhatikan
dalam melakukan literasi adalah kepada siapa saja harus diliterasi, apa yang
harus diberikan dan bagaimana proses literasi berlangsung. Karena tujuan
literasi bahwa ada transfer knowledge yang diberikan kepada masyarakat. Ada tiga aspek
penting yang perlu diperhatikan dalam indeks literasi digital,
yakni; (1).intensifikasi penggunaan ruang digital, (2).Adanya tujuan implementasi
perangkat digital, dan (3).adanya potensi pasar yang dilayani. Dengan literasi
digital maka perlu basic digital skill ketika masyarakat Indonesia ingin mengetahui dan ingin meningkatkan
kecakapannya untuk menggunakan ruang digital, dengan mencari informasi,
memahami informasi, memahami informasi, dan membagi informasi, serta membangun
jejaring informasi.
Tabel 1. Indeks Literasi Digital Pada Industri Fashion di Jawa Tengah
No. |
Obyek |
Mencari informasi |
Memahami Informasi |
Membagi Informasi |
Membangun Jejaring
Informasi |
1. |
SAI |
0.86 |
0.56 |
0.80 |
0.88 |
2. |
ONE |
0.87 |
0.47 |
0.77 |
0.87 |
3. |
PIN |
0.82 |
0.52 |
0.72 |
0.86 |
4. |
TUP |
0.79 |
0.69 |
0.81 |
0.91 |
5. |
GOL |
0.89 |
0.49 |
0.90 |
0.89 |
sumber: data interview key-informan,
thn.2021
Berdasarkan Indeks Literasi Digital penggunaan perangkat digital dengan sebagian besar sudah dilakukan dalam
kerangka mencari informasi, mengelola informasi, memahami informasi, dan
membangun jejaring melalui informasi. Namun demikina, pada apske memahami
informasi masih relatif rendah dibandingkan dengan indeks yang lain. Hal ini
berimplementasi kepada perilaku penggunaan perangkat digital.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis literasi digital pada industri fashion, melalui aspek mencari,
memahami, dan membagi informasi, serta membangun jejaring melalui informasi
pada perangkat didigtal, diperoleh kesimpulan bahwa, pada aspek mencari
informasi diperoleh indeks literasi digital 0.82, yang berarti ketergantungan
dalam penggunaan perangkat digital sangat tinggi. Aspek memahami informasi
diperoleh indeks literasi digital 0.76, yang berarti ketergantungan dalam
penggunaan perangkat digital tinggi. Aspek membagi informasi diperoleh indeks
literasi digital 0.86, yang berarti ketergantungan dalam penggunaan perangkat
digital sangat tinggi. Dan, pada aspek mencari membangun jejaring indeks
literasi digital 0.84, yang berarti ketergantungan dalam penggunaan perangkat
digital sangat tinggi.
Abdillah, L. A., Alwi, M. H., Simarmata, J., Bisyri, M.,
Nasrullah, N., Asmeati, A., Gusty, S., Sakir, S., Affandy, N. A., &
Bachtiar, E. (2020). Aplikasi Teknologi Informasi: Konsep dan Penerapan.
Yayasan Kita Menulis.
Ahmed, A. M., Yang, J. B., & Dale, B. G. (2003). Self-assessment
methodology: The route to business excellence. Quality Management Journal,
10(1), 43�57.
DeBoer, G. E. (2000). Scientific literacy: Another look at its historical
and contemporary meanings and its relationship to science education reform. Journal
of Research in Science Teaching: The Official Journal of the National
Association for Research in Science Teaching, 37(6), 582�601.
Giovannucci, D., Scherr, S., Nierenberg, N., Hebebrand, C., Shapiro, J.,
Milder, J., & Wheleer, K. (2012). Sustainable Development in the 21st
Century (SD21). Food and Agriculture: The Future of Sustainability.
Hunga, A. I. R., & Mahatma, T. (2008). Model Penetrasi Pasar"
Alternatif"(Fatr Trade}: Kasus Kerajinan Berbasis Sistem"
Putting-out" di Klaster Sragen, Surakarta, Klatendon So/atigo. Jurnal
Litbang Provinsi Jawa Tengah, 6(1), 104�123.
Kurnianingsih, I., Rosini, R., & Ismayati, N. (2017). Upaya
peningkatan kemampuan literasi digital bagi tenaga perpustakaan sekolah dan
guru di wilayah Jakarta pusat melalui pelatihan literasi informasi. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1), 61�76.
Liansari, V., & Nuroh, E. Z. (2018). Realitas penerapan literasi
digital bagi mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Proceedings
of the ICECRS, 1(3), v1i3-1397.
Maulana, M. (2015). Definisi, Manfaat, dan Elemen Penting Literasi
Digital. Seorang Pustakawan Blogger, 1(2).
Moleong, L. J. (2021). Metodologi penelitian kualitatif. PT Remaja
Rosdakarya.
Mu�ammar, M. A. (2019). Literasi di Era Disrupsi.
Muyassaroh, I., Arsanti, M., & Hasanudin, C. (2022). Urgensi Literasi
Digital Bagi Mahasiswa Di Era Society 5.0. Protasis: Jurnal Bahasa, Sastra,
Budaya, Dan Pengajarannya, 1(2), 81�90.
Santoso, R., Munawi, H. A., & Nevita, A. P. (2020). Analisa Perilaku Konsumen:
Strategi Memenangkan Persaingan Bisnis di Era Ekonomi Digital. Jurnal G-Tech,
4(1), 286�293.
Senge, P., Kleiner, A., Roberts, C., Ross, R., Roth, G., Smith, B., &
Guman, E. C. (1999). The dance of change: The challenges to sustaining
momentum in learning organizations. Wiley Online Library.
Tulus, T. (2009). Women entrepreneurship in Asian developing countries:
Their development and main constraints. Journal of Development and
Agricultural Economics, 1(2), 27�40.
Wardhana, A. (2015). Strategi digital marketing dan Implikasinya pada
Keunggulan Bersaing UKM di Indonesia. Seminar Nasional Keuangan Dan Bisnis
IV, 327�337.
Copyright holder: Hari Susanta Nugraha, Widiartanto, Saryadi (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |