Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 12,
Desember 2022
PENERAPAN
ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR PADA BANGUNAN RESORT SEBAGAI DAYA TARIK WISATAWAN
(STUDI KASUS TRIKORA BEACH CLUB AND RESORT)
Rafif
Nizam Aryarangga1, Fairuz Mutia2
1Mahasiswa Program Studi Sarjana
Arsitektur, UPN �Veteran� Jawa Timur, Indonesia
Email:
[email protected], [email protected]
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Dengan sekian
banyak pulau tersebut Indonesia memiliki potensi untuk menjadi destinasi
wisata, daya Tarik wisata alam dan budaya Indonesia merupakan modal utama untuk
mengembangkan industri pariwisata. Salah satu hal penting yang perlu
diperhatikan ialah fasilitas penginapan berupa hotel dan resort, hotel memiliki
5 klasifikasi bintang semakin tinggi bintang yang dimiliki semakin lengkap pula
fasilitas di dalamnya, yang membedakan hotel biasa dengan hotel resort ialah
resort dibangun di tempat yang memiliki pemandangan yang indah seperti pantai
ataupun pegunungan yang bernuansa rekreatif dan eksotis. Fasilitas minimal yang
dimiliki resort yakni kamar, restoran, kolam renang, dan spa. Selain itu resort
mewah biasanya memiliki fasilitas olahraga dan fasilitas bermain anak, hal itu
berguna agar pengunjung dapat melakukan berbagai hal menarik, Dalam segi
arsitektur, biasanya resort juga lebih menonjolkan sisi seni budaya dan
tradisional Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut arsitektur neo vernakular
merupakan langgam yang berusaha mengangkat kearifan lokal dari suatu daerah
tetapi tidak meninggalkan unsur modernnya, Sehingga para wisatawan dapat
mengenali ciri khas daerah tersebut dan dapat memperkenalkan kesenian atau
kearifan lokal daerah tersebut ke para wisatawan. Tujuan dari penelitian ini
ialah untuk mengetahui bagaimana penerapan Arsitektur Neo Vernakular terhadap
minat wisatawan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif
dengan pendekatan studi pustaka, observasi, dan analisis data. Data yang
diperoleh diolah dan disusun sehingga diperoleh suatu rancangan desain hotel
resort dengan mengangkat kearifan lokal di daerah tersebut
Kata
Kunci:
Pariwisata; Hotel; Resort; Neo Vernakular.
Abstract
Indonesia is the
biggest archipelago country in the world. With so many islands, Indonesia has
the potential to become a tourist destination, Indonesia's natural and cultural
tourist attractions are the main capital to develop the tourism industry. One
of the important things to note is the lodging facilities in the form of hotels
and resorts, the hotel has 5star classifications, the higher the star, the more
complete the facilities in it, what distinguishes ordinary hotels from resort
hotels is that resorts are built in places that have beautiful views such as
beaches or mountains that have recreational and exotic nuances. The minimum
facilities owned by the resort are rooms, restaurant, swimming pool, and spa. In
addition, luxury resorts usually have sports facilities and children's play
facilities, this is useful so that visitors can do various interesting things.
In terms of architecture, usually resorts also highlight the artistic and
cultural aspects of Indonesia. In connection with this, neo vernacular
architecture is a style that seeks to elevate local wisdom from an area but
does not leave its modern elements, so that tourists can recognize the
characteristics of the area and can introduce the arts or local wisdom of the
area to tourists. The purpose of this study is to find out how the application
of Neo Vernacular Architecture to tourist interest. The method used in this
research is a qualitative method with a literature study approach, observation,
and data analysis. The data obtained is processed and compiled so that a resort
hotel design is obtained by raising local wisdom in the area.
Keywords:
Tourist; Hotel; Resorts; Neo Vernacular.
Pendahuluan
Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Dengan sekian banyak pulau
tersebut Indonesia memiliki potensi untuk menjadi destinasi wisata, daya Tarik
wisata alam dan budaya Indonesia merupakan modal utama untuk mengembangkan
industri pariwisata (Bahiyah
et al., 2018). Sektor
pariwisata merupakan salah satu sektor yang sedang dikembangkan oleh
pemerintah, karena sektor pariwisata dianggap mempunyai peran yang sangat
penting dalam pembangunan Indonesia khususnya dalam sektor penggerak
perekonomian, karena pariwisata dianggap mampu mengurangi angka pengangguran di
Indonesia, dan dalam perekonomian nasional sektor pariwisata diharapkan mempu
meningkatkan pendapatan negara melalui penerimaan devisa negara (Yakup,
2019).
Membahas mengenai pariwisata salah
satu hal penting yang perlu diperhatikan ialah fasilitas penginapan, dan bentuk
tampilan bangunan hotel atau resort dapat berpengaruh pada minat wisatawan di
Indonesia selain itu, kurang menarik nya tampilan hotel atau resort menjadi
salah satu kurang nya minat wisatawan berkunjung untuk jangka waktu yang lebih
lama (Utaminingtyas,
2020). Hotel memiliki 5 klasifikasi bintang
semakin tinggi bintang yang dimiliki semakin lengkap pula fasilitas di
dalamnya, yang membedakan hotel biasa dengan hotel resort ialah resort dibangun
di tempat yang memiliki pemandangan yang indah seperti pantai ataupun
pegunungan yang bernuansa rekreatif dan eksotis (ADRIANI,
2016). Fasilitas minimal yang dimiliki
resort yakni kamar, restoran, kolam renang, dan spa. Selain itu resort mewah
biasanya memiliki fasilitas olahraga dan fasilitas bermain anak, hal itu
berguna agar pengunjung dapat melakukan berbagai hal menarik, Dalam segi
arsitektur, biasanya resort juga lebih menonjolkan sisi
seni budaya dan tradisional Indonesia.
Arsitektur neo vernakular berasal
dari kata �Vernakular� yang memiliki arti Bahasa setempat, dan kata �Neo� yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti baru, Sehingga
Neo-Vernakular dapat diartikan sebagai sebagai Bahasa setempat yang diucapkan
dengan cara yang baru (Rahayu et al., 2019). Arsitektur vernakular yang berada pada masa arsitektur modern awal yang
selanjutnya akan berkembang menjadi Arsitektur neo vernakular pada masa modern
akhir setelah adanya kritikan terhadap arsitektur modern (Syah et al., 2021), maka muncul kriteria yang mempengaruhi arsitektur neo vernakular yaitu
sebagai berikut:
1.
Bentuk-bentuk
yang menerapkan unsur budaya dan lingkungan, termasuk iklim setempat, yang
diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur
dan ornamen)
2.
Tidak
hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen
nonfisik seperti budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada
makro kosmos dan lainnya.
3.
Produk
pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular
melainkan menghasilkan karya yang baru (mengutamakan penampilan visualnya).
Metode
Penelitian
Metode yang digunakan
dalam penelitian kali ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi
pustaka atau document studies. Metode Studi pustaka merupakan salah suatu dari
jenis metode penelitian kualitatif yang sumber datanya dapat diperoleh dengan
mencari studi literatur berupa dokumen, buku, arsip, gambar, dan lain
sejenisnya yang berhubungan dengan objek penelitian (Barrir Ibrahim, 2019).
Pengambilan data dalam
penelitian ini menggunakan review literature yang bersumber pada literatur digital
dari internet, dengan mengambil objek Trikora Beach Club and Resort, lalu objek
akan dianalisis apakah penggunaan langgam pada resort tersebut menerapkan
Arsitektur Neo-Vernakular.
Hasil dan Pembahasan
1.
Objek Studi Kasus
Gambar 1
View Trikora Beach Club
and Resort
���������
Objek studi kasus yang diangkat ialah
Trikora Beach Club and Resort yang berada di
Jl. Pemuklman, Tlk. Bakau, Kec. Gn. Kijang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.
Yang memiliki filosofi untuk memberikan tamu pengalaman kehidupan pulau yang
alami dan sehat, dan memiliki fasilitas berupa spa, infinity pool outdoor,
kolam renang anak-anak, dan area pantai pribadi, serta restoran tepi pantai
yang menyediakan santapan sepanjang hari. Hotel berbintang 4 ini memiliki 3
tipe kamar yakni Beachfront Villa, Garden Villa, dan Deluxe Room.
2.
Arsitektur Tradisional
Gambar 2
Rumah Adat Kepulauan Riau
Melayu Atap Limas
Rumah adat Kepulauan Riau merupakan
tempat tinggal bagi masyarakat kepulauan riau pada masa lalu, rumah adat
Kepulauan Riau memiliki beberapa variasi bentuk yang berbeda � beda (Sutrisno
& Sidabutar, 2022). Melihat dari asal usulnya kata
�Riau� berasal dari kata riuh yang berarti keramaian, hal ini didasari pada
zaman dahulu Riau adalah tempat yang ramai dikarenakan transaksi
perdagangannya, dikarenakan Sebagian besar penduduknya merupakan suku melayu
maka kekentalan budaya melayu sangat terasa.
Salah satu hal yang bisa dilihat
yakni dari rumah adat di kepulauan riau yang merupakan rumah adat melayu, Tidak
hanya bentuk bangunan yang khas, namun juga nilai-nilai adat istiadat yang
tinggi terangkum dalam detail rumah adat di Kepulauan Riau (Dewita
et al., 2019). Dalam filosofis Melayu Riau, yang
dikutip dari (Sutrisno
& Sidabutar, 2022), rumah dimaknai sebagai cahaya hidup
di bumi, tempat beradat berketurunan, tempat berlabuh kaum kerabat, tempat
singgah dagang lalu, dan hutang orang tua kepada anaknya. Sementara itu, ciri
khas rumah yang berada di kepulauan riau sebagai berikut:
a.
Bertiang
dan bertangga.
b.
Beratap
miring untuk menampung hujan dan menahan panas.
c.
Berdinding
sebagai penghambat angin dan tempias.
d.
Berselasar
dan berpelatar.
e.
Beruang
besar dan berbilik dalam.
f.
Berpenanggah
dan bertepian.
Sedangkan berdasarkan variasi bentuk
unsur-unsur rumah tradisional di atas, ada 9 jenis rumah adat kepulauan Riau,
antara lain:
1)
Rumah
Adat Kepulauan Riau Selaso Jatuh Kembar
2)
Rumah
Adat Kepulauan Riau Melayu Atap Limas
3)
Rumah
Adat Kepulauan Riau Lontiak Melayu Majo
4)
Rumah
Adat Kepulauan Riau Belah Bubung
5)
Rumah
Adat Kepulauan Riau Ampar Labu
6)
Rumah
Adat Kepulauan Riau Lipat Pandan
7)
Rumah
Adat Kepulauan Riau Lipat Kajang
8)
Rumah
Adat Kepulauan Riau Perabung Panjang
9)
Rumah Adat Kepulauan Riau
Perabung Melintang
Gambar 3
Rumah Adat Atap Limas menggunakan Konsep Rumah
Panggung
yang dibuat Lebih Tinggi di Tanah
Diantara ke Sembilan jenis itu, jenis
rumah yang paling sering digunakan sebagai tempat tinggal yakni rumah adat
Kepulauan Riau Atap Limas seperti halnya rumah khas melayu, rumah ini
menggunakan konsep rumah panggung. Ciri khas dari rumah ini adalah bentuk atap
yang menyerupai limas. Rumah limas ini biasanya terbuat dari kayu.
3.
Penerapan dan Prinsip Arsitektur Neo Vernakular
Arsitektur Neo Vernakular adalah
arsitektur yang menerapkan elemen-elemen arsitektur yang telah ada baik fisik
maupun non-fisik yang bertujuan untuk melestarikan unsur lokal yang ada pada
suatu daerah yang kemudian mengalami pembaruan menjadi suatu karya yang lebih
maju atau modern tanpa melupakan nilai-nilai tradisional setempat (Prayogi,
2021). Mengutip dari pernyataan (Pienathan,
2020) menyebutkan bahwa arsitektur
neo-vernakular adalah arsitektur yang menggunakan batu bata, keramik dan
material tradisional lainnya dan juga bentuk vernacular adalah sebuah reaksi
untuk melawan arsitektur international modern pada 1960-an dan 1970-an. Dari
gagasan tersebut bisa dipaparkan ciri-ciri dari Arsitektur Neo Vernakular
seperti berikut:
1) Selalu menggunakan bentuk atap
bubungan;
2) Penggunaan material lokal;
3)
Mengadopsi
bentuk-bentuk tradisional;
4)
Kesatuan
antara Interior terbuka dengan ruang terbuka di luar;
5)
Warna-warna
yang kontras.
4.
Analisis Penerapan Arsitektur Neo Vernakular Pada Trikora
Beach Club and Resort
Untuk mengetahui kesesuaian penerapan
langgam pada bangunan resort �Trikora Beach Club and Resort�
terhadap langgam Neo-Vernakular maka dilakukan analisis guna menilai apakah Trikora
Beach Club and Resort ini masuk dalam kategori langgam Neo-Vernakular yang
didasari dengan pernyataan Charles Jencks dalam bukunya yang berjudul �language
of Post-Modern Architecture (1990)�, sebagai berikut:
5.
Selalu menggunakan bentuk atap bubungan
Atap bumbungan merupakan penutup sisi
antara pertemuan 2 bidang atap atau puncak atap, bubungan atap biasanya
terdapat pada jenis atap yang miring dengan sudut kemiringan berkisar antara 30o
� 40o yang cocok dengan karakteristik iklim tropis di Indonesia,
Gambar
4. Analisis bentuk atap (sumber: penulis)
Pada
bangunan � bangunan di Trikora Beach Club and Resort ini menggunakan
bumbungan atap pada puncak dan sudut � sudut atapnya.
6.
Penggunaan material lokal
Menurut (Ervianto
et al., 2012), material lokal merupakan bahan
material yang mudah ditemukan di area tertentu pada waktu tertentu dalam jumlah
yang besar. Material tersebut dapat berlimpah di beberapa daerah dan juga dapat
tidak tersedia di tempat lain, Sehingga material lokal identic dengan ciri khas
tradisional dari suatu daerah.
Gambar
5. Analisis material bangunan (sumber: penulis)
Baik
pada eksterior maupun interior bangunan memanfaatkan material setempat seperti
pada atap memanfaatkan daun kelapa yang sudah kering danjuga penggunaan kayu �
kayu sisa untuk furniturenya (WIJAYA et al., 2015).
7.
Mengadopsi bentuk-bentuk tradisional
Bentuk
� bentuk tradisional pada tiap daerah memiliki ciri khas tertentu pada setiap
daerah yang sudah ada sejak jaman dahulu yang kian berkembang. Seiring
berkembangnya jaman maka seringkali bentuk � bentuk tersebut diadopsi ciri
khasnya ke beberapa bangunan guna memberika elemen tradisional pada bangunan
tersebut yang menandai daerah tempat bangunan tersebut di dirikan.
Gambar 6. Analisa Tipografi Bentuk Bangunan (Sumber: Peulis)
Baik
pada eksterior maupun interior bangunan memanfaatkan material setempat seperti
pada atap memanfaatkan daun kelapa yang sudah kering danjuga penggunaan kayu �
kayu sisa untuk furniturenya.
8.
Kesatuan antara Interior terbuka dengan ruang terbuka di luar
Konsep interior terbuka pada suatu
bangunan ialah minimnya sekat pemisah antar ruang sehingga fungsionalitas ruang
dapat dibedakan dari furniture yang ada dalam suatu bangunan, jadi suatu
kesatuan antara interior dan ruang terbuka di luar yang hanya dipisahkan oleh
suatu pemisah tanpa menghalangi pandangan (Nugroho,
2018).
Gambar
7. Analisa Interior (Sumber: Peulis)
Interior
yang sengaja dibuat berwarna cerah dipadukan dengan warna pastel sehingga
terkesan menyatu dengan area luar yang berpasir putih.
9.
Warna-warna yang kontras.
Warna kontras merupakan satu dari banyak
jenis kombinasi warna. Warna kontras memiliki warnanya tersendiri, yang berarti
jika warna kontras disandingkan dengan warna lain untuk memahaminya sangatlah
mudah. Seperti halnya penggunaan warna kontras pada bangunan yang juga memiliki
tujuan agar bangunan tersebut menonjol dibandingkan bangunan disekitarnya.
Gambar
8 Analisa pewarnaan (sumber: peulis)
Pada eksterior warna yang dipakai cukup
kontras untuk menandai penginapan dengan wilayah sekitar baik menggunakan warna
coklat tua maupun warna putih tanpa menghilangkan kesatuan antara bangunan dan
lingkungan luar (Agustin, 2020).
Gambar 9. Diagram Tingkat Kepuasan Pengunjung Trikora
Beach Club and Resort
Tingkat kepuasan pengunjung dapat
dilihat dari review � review pengunjung yang sudah pernah berkunjung dan
menginap di Trikora Beach Club and Resort, untuk itu penggunaan data
review sangat penting untuk menilai apakah resort ini layak dan bagus guna
dikunjungi oleh para wisatawan. Menurut Google tingkat kepuasan pengunjung yang
memberikan bintang 5 mencapai angka 64% setelah mengunjungi Trikora Beach Club and Resort, mayoritas
pengunjung yang memeberikan bintang 5 memuji pemandangan, fasilitas, dan
kenyamanan yang ada di Trikora Beach Club and Resort.
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan
diatas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Trikora Beach Club and Resort
memiliki bentuk fasad yang mengambil bentuk trasdisional suku melayu yang
digabungkan dengan material yang ada di sekitar daerah tersebut, hal ini dapat
dilihat dari tipologi atap yang mengambil referensi gaya atap rumah adat
kepulauan riau melayu atap limas. Namun yang menjadi daya Tarik para wisatawan
menurut Google review ialah pemandangan pantai yang bersih, serta fasilitas
yang memberikan kenyamanan pada para tamu/pengunjung, sehingga penerapan
arsitektural neo vernakular pada Trikora Beach Club and Resort tidak menjadi
perhatian utama bagi pengunjung yang dating dan berkunjung. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bawa tidak hanya fasad bangunan yang menjadi perhatian utama
para pengunjung melainkan pemandangan, fasilitas, dan suasana yang diberikan
oleh sebuah resort yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi para
tamu/pengunjung.
Penulis mengucapkan
terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan serta kesehatan
bagi penulis untuk melakukan dan menyelesaikan kegiatan penelitian ini.
Kemudian tidak lupa untuk seluruh pihak yang telah mendukung dan memberikan
andil dalam penulisan artikel ilmiah ini, baik orang tua, dosen pembimbing, dan
seluruh pihak yang telah mendukung penulis sehingga penelitiak kali ini dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
Adriani, E. N. (2016). Landasan
Konseptual Perencanaan Dan Perancangan Candi Ijo Resort Hotel Di Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Sleman, Di Yogyakarta. Uajy.
Agustin, D. (2020). Bukuagustin,
D. (2020). Buku Ajar Interior Azas Lingkungan Dalam. Indomedia Pustaka. Ajar
Interior Azas Lingkungan Dalam. Indomedia Pustaka.
Bahiyah, C., Riyanto, W.
H., & Sudarti, S. (2018). Strategi Pengembangan Potensi Pariwisata Di
Pantai Duta Kabupaten Probolinggo. Jurnal Ilmu Ekonomi Jie, 2(1),
95�103.
Barrir Ibrahim, B.
(2019). Peranan Kh Abdul Wahid Hasjim Dalam Perkembangan Partai Masyumi Tahun
1943-1953. Universitas Siliwangi.
Dewita, A., Mujib, A.,
& Siregar, H. (2019). Studi Etnomatematika Tentang Bagas Godang Sebagai
Unsur Budaya Mandailing Di Sumatera Utara. Mosharafa: Jurnal Pendidikan
Matematika, 8(1), 1�12.
Ervianto, W. I., Soemardi,
B. W., & Abduh, M. (2012). Kajian Reuse Material Bangunan Dalam Konsep
Sustainable Construction Di Indonesia. Jurnal Teknik Sipil, 12(1),
18�27.
Nugroho, H. (2018). Desain
Interior Vulcan Gaming Cafe Dengan Tema Futuristik Kontemporer. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Pienathan, D. (2020). Landasan
Konseptual Perencanaan Dan Perancangan Arsitektur Pusat Seni Rupa Di Yogyakarta
Dengan Pendekatan Arsitektur Neo Vernakuler. Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
Prayogi, L. (2021).
Konsep Arsitektur Neo Vernakular Pada Bandar Udara Soekarno Hatta Dan Bandar
Udara Juanda. Konsep Arsitektur Neo Vernakular Pada Bandar Udara Soekarno
Hatta Dan Bandar Udara Juanda, 4(1), 36�42.
Rahayu, M. K.,
Widjajanti, W. W., & Sulistyo, B. W. (2019). Rancangan Kompleks Taman
Budaya Kalimantan Timur Dengan Langgam Neo Vernacular Di Kota Samarinda. Prosiding
Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Terapan, 1(1), 341�348.
Sutrisno, T., &
Sidabutar, Y. F. D. (2022). Desain Pengembangan Kampung Melayu Nongsa Sebagai
Identitas Wisata Pesisir Kota Batam. Jurnal Potensi, 2(1), 1�17.
Syah, F., Ramadhani, S.,
& Poedjioetami, E. (2021). Arsitektur Neo Vernakular Pada Gedung
Pertunjukan Seni Tari Tradisional Suku Dayak Di Samarinda. Tekstur (Jurnal
Arsitektur), 2(2), 159�166.
Utaminingtyas, B. M.
(2020). Landasan Konseptual Perencanaan Dan Perancangan Arsitektur
Pengembangan Wisma Kaliurang Menjadi Hotel Resort Menggunakan Konservasi
Arsitektur Di Kaliurang, Sleman, Diy. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Wijaya, J. H., Yuwono, E.
C., & Soewito, B. M. (2015). Perancangan Desain Kemasan Makanan Khas
Kabupaten Ngawi Keripik Tempe Rico. Jurnal Dkv Adiwarna, 1(6),
12.
Yakup, A. P. (2019). Pengaruh
Sektor Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia. Universitas
Airlangga.
Copyright holder: Rafif Nizam Aryarangga, Fairuz Mutia (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |