�������������������������� � Syntax Literate : Jurnal
Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541 0849
��������������������������� e-ISSN : 2548-1398
��������������������������� Vol. 2,
No 5 Mei 2017
PENDEKATAN BEYOND CENTRES CIRCLES TIME (BCCT) DALAM
MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI RAUDHATUL ATHFAL PERSATUAN ISLAM NO. 69
MANBA�UL HUDA JALAN CIJAWURA BANDUNG
Anie Rohaeni
Universitas
Islam Nusantara Bandung
Abstrak
Anak usia dini merupakan kelompok usia
yang dengan aktivitas belajar dan mendengar yang relatif tinggi. Pada umumnya kelompok usia ini
akan mempelajari berbagai macam hal melalui menyimak dan mendengar apapun di
sekitarnya. Kemampuan berbicara merupakandan menyimak merupakan kemampuan
ilmiah yang dapat dimiliki via pembiasaan. Namun demikian, kendati dapat
diperoleh dengan metode tersebut, rangsangan akan sangat memudahkan proses
pemantapan kemampuan bericara dan menyimak. BCCt tau Beyond centres circles
time merupakan rangsangan yang dapat diterapkan untuk memberi peningkatan pada
skill atau berbicara dan menyimak. Namun demikian, pada penerapannya,
pendekatan pola pengajaran �yang
cenderung sulit diterapkan. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus
mengenai penerapan BCCT yang dilakukan di RS Persis no. 69� Manba�ul Huda Jalan Cijawura Bandung. Penelitian
ini menggunakan observasi serta wawancara sebagai teknik pengumpulan informasi
dan data yang digunakan. Dari kedua hal tersebut peneliti menemui beberapa
kendala pendidik dalam menerapkan BCCT. Ketidaktahuan pendidik menjadi dasar
utama kenapa BCCT belum dapat diterapkan secara maksimal pada RA Persis No 69
Manba�ul Huda.
Kata Kunci: Beyond Centres Circles Time, BCCT
Pendahuluan
Pendidikan anak
usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan dan/atau pengajaran yang diterapkan
untuk anak di rentang usia 0 hingga 6 tahun. Dimana pendidikan ini ditujukan
untuk memberikan rangsangan pada pengembangan jasmani pada rohani anak ( UU 20 Tahun 2003). Pemberian rangsangan ini dilakukan
untuk menyiapkan kesiapan anak untuk jenjang pendidikan lanjutan, yakni
pendidikan dasar (SD).
Penanaman pola
pembelajaran yang diterapkan pada jenjang PAUD adalah pembelajaran yang memiliki
orientasi pada penyesuaian usia. Anak usia 0 � 6 tahun merupakan kelompok usia
muda yang cenderung aktif dan mampu menyerap pembelajaran dengan mudah pada
ranah visual dan audio. Namun jika disinggung perilah derajat keefektifannya
metode yang memiliki orientasi pada praktek lebih mengena dibanding dua metode
di atas. Sebab, jika dirujuk dari pola pemikiran dan kegiatannya, pola pengajaran
yang memiliki orientasi pada praktek akan selaras dengan kesukaan anak dalam
kategori PAUD. Adapun contoh dari pola pengajaran yang demikian adalah
pembelajaran Beyond Centres Circles Time (BCCT).
BCCT sendiri
merupakan pengajaran yang memiliki orientasi pada �praktek lapangan. Secara umum BCCT ialah
pengajaran yang memiliki landasan pada persepsi bahwa anak usia dini adalah
kelompok individu yang menggemari bermain, dan mempelahari banyak objek dari
bermain. Di sisi lain, melalui bermain anak juga berinteraksi dengan objek
sekitar yang membuatnya jadi lebih aktif belajar (Ace Suryadi: 2006). Lanjut
Acem, pola dan pengalaman bermain yang baik akan membantu merangsang
pertumbuhan pada anak, baik dalam sektor emosional, sosial, kognisi, maupun
fisik.
����������� BCCT
ialah pola pengajaran dimana pendidik menyajikan dunia yang riil dalam kelas
dan mendorong siswa untuk membuat hubugan antara ilmu yang didapat dengan
kondisi riil yang ditemui di dunia nyata. Sistem yang gagal memang tidak begitu
ekstrim, pembelajaran yang memiliki kecenderungan pada orientasi pada target
penguasaan materi terbukti sukses dalam kompetensi mengingat. Namun kemampuan
tersebut hanya berlaku untuk skill jangka
pendek sehingga gagal dalam mengatasi permasalahan yang memiliki pertalian
dengan kemampuan berbicara dan mengingat jangka panjang siswa� PAUD. Model pembelajaran BCCT memiliki
orientasi pada penerapan konsep tiga jenis main, yakni main sensori motoric,
peran mikro dan makro, dan main pembangunan cair yang lebih terkonsep dan
terstruktur, densitas dan intensitas bermain anak, dan scaffolding (pijakan) pendidik dalam proses bermain anak. �
����������� Pada proses pelaksanaannya,
pendekatan pembelajaran BCCT adalah pendekatan yang mengharuskan pendidik untuk
memiliki peranan lebih serta mampu membawa peserta didiknya untuk masuk dalam dunia
yang terterksan riil ke dalam kelas. Saat peserta didik tidak sanggup untuk
melakukannya, bukan tidak mungkin pendekatan pembelajaran BCCT tidak akan
terealisasikan.
����������� Pada proses pelaksanaannya model
pembelajaran BBCT awal disosialisasikan pada 2004 hingga 2008 yang diberlakukan
oleh direktorat PAUD. Pelaksanaan sosialisasi tersebut berkolaborasi dengan
HIMPAUDI dan Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BPPLSP).
Adapun tujuan diadakannya sosialisasi ini ialah untuk memberi pandangan dan
gambaran mengenai penerapan pola pembelajaran BCCT pada pengajar yang bergerak
pada PAUD. Dengan demikian diharapkan pengajar atau guru pada instansi PAUD �mampu menerapkan pola pengajaran BCCT dengan
baik sehingga tujuan dari BBCT akan terwujud dikemudian hari.
����������� Kendati demikian kondisi di lapangan menunjukan bahwa penyelenggaraan
PAUD masih belum mengacu betul dengan tahap-tahap perkembangan anak. Pada dasarnya
pola penyelenggaraannya befokus pada peningkatan skill akademik, baik dalam ranah halapan namun kemampuan baca,
tulis, dan hitung, yang dimana proses pelaksanaannya kerap tidak mengindahkan
prosedur perkembangan anak. Penggunaan pola pendekatan BCCT dan/atau pendekatan
sentra lingkaran yang disudur dari Creative
Center for Chilhood Research and Training (CCCRT) yang memiliki kedudukan
di wilayah Florida, Amerika Serikat dimaksudkan guna menaikan kualitas praktik
penyelenggaraan PAUD yang masih banyak terjadi salah kaprah tersebut.
����������� Berdasarkan hasil observasi awal di RA Persis No. 69
Manba�ul Huda Jl. Cijawura Bandung, pada umumnya guru belum memahami secara maksimal
dalam pelaksanaan pendekatan BCCT sehingga berdampak negatif terhadap
peningkatan mutu pembelajaran, baik ditelaah dari sisi proses atau hasil
belajar. Oleh karenanya, melalui penelitian ini, peneliti melakukan observasi
dan pengamatan, dimana pada tahap lanjut pengamatan ini akan dijadikan rujukan
pendidik atau pengajar untuk kasus yang sama.
Metodologi Penelitian
����������� Penelitian ini menerapkan studi kasus sebagai metode
penelitian. Menilik dari apa itu studi kasus, metode penelitian tersebut
dinilai tepat mengingat penelitian ini berorientasi pada bagaimana pola BCCT
tersebut diterapkan. Lebih jauh, studi kasus sendiri ialah penelitian yang
dilaksanakan secara mendalam dan terperinci pada kejadian yang dialami oleh
suatu lembaga atau organisasi (Arikunto: 2010). Sedangkan menurut Narbuko
(2002) studi kasus adalah model penelitian yang dilaksanakan melalui �pembelajaran dan/atau pengamatan secara masif
tentang latar belakang masalah, posisi, serta�
kondisi yang sedang berlangsung, serta interaksi unit sosial yang
terjadi akibatnya dengan pola apa adanya.
����������� Untuk pemilihan subjek serta objek pada penelitian ini,
peneliti melakukan beberapa pertimbangan, seperti: (1) seorang subjek harus
cukup lama dan aktif dalam melakukan tindakan dan proses aktivitas yang sedang
diteliti, (2) subjek terlibat penuh dalam jalannya kegiatan tersebut, (3)
subjek memiliki cukup waktu untuk dimintai data mengenai permasalaha� yang sedang dihadapi (Arikunto: 2008). Adapun
untuk pemilihan subjek sendiri peneliti menjatuhkan pilihan pada guru yang
bertugas di RA Persis nomor 69 Manba�ul Huda Jalan Cijawura
Bandung. Sedangkan untuk objek yang diteliti adalah kemampuan penerapan guru
terhadap pendekatan pembelajaran BCCT.
����������� Data-data dari penelitian ini bersumber dari segala
dokumen yang memiliki pertalian dengan pola penerapan pendekatan pembelajaran
BCCT serta pendangan dan/atau informasi yang diberikan guru pada peneliti atas
penerapan yang dilakukannya pada pendekatan pembelajaran BBCT.�
����������� Tempat yang diperunakan untuk penelitian ini adalah RA
Persis No. 69 Jalan Cijawura Bandung. Tempat tersebut ialah tempat dimana pola
pendekatan pembelajaran tersebut diterapkan. Di sisi lain, tempat tersebut
merupakan sekolah yang dinilai cukup ideal untuk dilakukan penelitian mengingat
sekolah tersebut memiliki guru dengan waktu yang realitif luang untuk dimintai informasi
mengenai hal-hal yang bertalian dengan kegiatan penelitian.
Untuk permasalahan data,
peneliti menggunakan observasi, wawancara, serta studi dokumentasi untuk
mengumpulkan data. Dinilai dari efektivitasnya, ketiga teknik ini merupakan
teknik yang dinilai cukup efektif dan cukup ideal untuk digunakan. Pasca
data-data tersebut terkumpul, peneliti kemudian melakukan analisa data. Analisa
data �yang dipergunakan untuk saat ini
adalah analisa kualitatif. Sebab, jika disinggungkan dengan pola dan modal data
yang digunakan, analisis tersebut dinilai ideal karena memiliki karakteristik yang
sama, yakni data kualitatif. Menurut Miles dna Huberman (1984) analisa data
yang demikian dilakukan dengan beberapa tahapan, yakni pengumpulan informasi
dan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi
data.� Berdasarkan uraian di atas, maka
secara umum analisis data disini dilakukan melalui pentahapan sebagai berikut:
1.
Mencatat
semua temuan di lapangan yang dilakukan melalui pengamatan, wawancara, dan
dokumentasi dalam bentuk catatan lapangan;
2.
Menelaah
kembali catatan hasil pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi, serta
memisahkan data yang dianggap penting dan tidak penting. Pekerjaan ini diulang
kembali untuk memeriksa kemungkinan kesalahan dalam klasifikasi;
3.
Mendeskripsikan
informasi dan data yang telah melalui tahap�
klasifikasi untuk kepentingan penelaahan lebih jauh melalui pemerhatian
fokus dan tujuan penelitian.
4.
Merangkai
analisis akhir dalam bentuk penulisan tesis.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
����������� Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan didapat
beberapa data khusus, seperti:
Tabel 1
Jumlah Siswa PAUD Tahun 2013 � 2014
Kelompok |
Jumlah Siswa |
||
Laki-laki |
Perempuan |
Jumlah |
|
A |
22 |
15 |
38 |
B |
18 |
22 |
40 |
|
Jumlah Total |
77 |
Tabel 2
Jumlah Guru PAUD Tahun 2013 - 2014
No |
Nama |
TTL |
Alamat |
Pend. |
Jabatan |
Tanggal Mulai Tugas |
1 |
Hj Neneng Laela Qodariyah, S.Psi |
Bdg, 4-10-1975 |
Cijawura Girang |
S1 |
Kepala |
19 Juli 1998 |
2 |
Hj Ely Malia, Sm. Hk |
Bdg, 6-6-1963 |
Cijawura Girang |
D3 |
Tata Usaha |
19 Juli 1998 |
3 |
Hj Tia Rahmatia S.Pd.I |
Bdg, 8-5-1970 |
Cijawura Girang |
S1 |
Guru |
19 Juli 1998 |
4 |
SofaMarwah,S.Pd.I |
Bdg,29-4-1977 |
Kubang Beureum |
S1 |
Guru |
19 Juli 1998 |
5 |
ImasNani Mulyani, S.Pd.I |
Bdg,8-11-1984 |
Cijawura Girang |
S1 |
Guru |
21 Juli 2003 |
6 |
MinaArafah, S.Pd.I |
Bdg,13-5-1981 |
Cijawura Girang |
S1 |
Guru |
24 Juli 2006 |
7 |
Ani Sri Haryani S.Pd.I |
Bdg,17-8-1982 |
Cijawura Girang |
S1 |
Guru |
17 Juli 2006 |
8 |
Luthfi Utami, S.Pd |
Bdg,19-1-1988 |
Gumuruh |
S1 |
Guru |
17 Juli 2007 |
9 |
RatihYulianti, S.Pd.I |
�Bdg,19-6-1989 |
Cijawura Girang |
S1 |
Guru |
18 Juli 2011 |
10 |
Ai Nurhayati |
Bdg,15-9-1988 |
Gumuruh |
S1 |
Guru |
16 Juli 2012 |
����������������������� Pada
proses penerapannya pendekatan pembelajaran ini memiliki beberapa tahapan yang
harus dilakukan, yakni perencanaan yang memiliki kaitan dengan peremusan tujuan
pembelajaran, mempersiapkan bahan untuk kegiatan belajar mengajar, menentukan
metode pembelajaran yang digunakan, menentukan media pembelajaran, setelahnya
menentukan format penilaian. Setelah tahap perencanaan dilakukan, peneliti
kemudian melanjutkan ke tahap pelaksanaan. Dalam tahap pelaksanaan terdapat
kegiatan awal dan inti, setelah itu evaluasi pembelajaran. Setelah hal ini
dilakukan peneliti kemudian melanjutkan penelitian dengan melakukan penilaian
atas penerapan BCCT yang dilakukan.
B. Pembahasan
1.
Perencanaan Penerapan Pendekatan BCCT
Rencana pembelajaran disusun sebagai langkah awal dalam memulai proses kegiatan belajar dan mengajar sebagai dasar acuan dan pedoman bagi guru sehingga kegiatan proses pembelajaran berjalan cukup lancar serta selaras dengan apa yang dituju pada awal perencanaan pembelajaran. Penyusunan rencana pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu faktor yang sangat penting bagi guru, karena penyusunan rencana ini dapat memberikan arah dan tujuan yang jelas terhadap pelaksaan proses pembelajaran.
Kegiatan penyusunan agenda pembelajaran oleh pendidik RA yang ada di
RA Persis No 69 Manba�ul Huda meliputi kegiatan perumusan
arah dan tujuan pembelajaran, menyiapkan bahan/materi pembelajaran, menetapkan
metode pembelajaran, dan menetapkan media yang tepat.
a)
Kegiatan merumuskan tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran
merupakan komponen yang paling penting dalam sebuah kegiatan pembelajaran,
sehingga dapat diterapkan sebagai dasar acuan dan arah dalam kegiatan
pembelajaran tersebut. Dengan demikian, maka tujuan pembelajaran perlu untuk
dirumuskan sehingga kegiatan pembelajaran akan jelas dan mudah untuk dilakukan
evaluasi.
Berdasar kondisi di
lapangan, bahwa dalam perumusan tujuan pembelajaran terlihat tujuan
pembelajaran dirumuskan cukup jelas. Kejelasan rumusan bertujuan pembelajaran
dituliskan dengan menggunakan kata kerja operasional, sehingga memudahkan untuk
dilakukan evaluasi terhadap keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan
oleh siswa dan guru.
Menurut Guru RA Persis
No 69 Manba�ul Huda dikatakan bahwa pentingnya tujuan pembelajaran dirumuskan
secara jelas adalah supaya memudahkan untuk dilakukan evaluasi terhadap
keberhasilan proses pembelajaran, disamping dapat dijadikan pedoman dan panduan
kegiatan guru dan siswa, juga dapat membantu guru dalam mendesain kegiatan
proses pembelajaran
b) Mempersiapkan
Bahan Untuk Kegiatan Belajar Mengajar
Proses pembelajaran pada
dasarnya merupakan kegiatan mempelajari materi/bahan pembelajaran sesuai dengan
tingkat dan jenjang pendidikan yang sedang dilaksanakan, tanpa adanya
materi/bahan pembelajaran kemungkinan proses pembelajaran tidak dapat dilakukan
secara optimal.
Menurut Guru RA Persis
No 69 manba�ul Huda dalam menyiapkan materi/bahan ajar, ada beberapa hal yang
menjadi pertimbangan diantaranya :
(1) Membuat materi/bahan ajar yang sesuai dengan
kurikulum dan kebutuhan peserta didik.
(2) Sebagai alternatif dalam membantu siswa untuk
memperoleh materi/bahan pembelajaran, apalagi buku teks yang terkadang sulit
untuk didapatkan, atau harganya tidak terjangkau oleh peserta didik.
(3) Memudahkan bagi guru dalam menyampaikan
materi/bahan pembelajaran kepada peserta didik
Pernyataan Guru RA Persis No 69 manba�ul Huda
dipertegas oleh Kepala Sekolah dengan menyatakan bahwa di sekolah ini, para
guru kelas dan guru bantu diwajibkan untuk membuat dan menyusun materi/bahan
ajar, untuk memperlancar kegiatan proses pembelajaran
c)
Menetapkan Metode Pembelajaran
Metode merupakan teknik yang dipakai oleh guru
dalam menyampaikan materi/bahan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa metode pembelajaran
memiliki fungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan, oleh karena itu keberadaan
metode pembelajaran merupakan komponen yang sangat penting, sehingga seorang
guru tidak akan dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan baik apabila tanpa
dan tidak menguasai metode pembelajaran.
Menurut guru RA Persis No 69 Manba�ul Huda
menyatakan bahwa metode pembelajaran dipilih selain disesuaikan dengan
karakteristik materi/bahjan pembelajaran, juga disesuaikan dengan karakteristik
siswa, sehingga di dalam pelaksaan proses pembelajaran tidak terpaku pada salah
satu metode pembelajaran, bahkan mungkin digunakan pola belajar yang
bervariasi.
Pencapaian tujuan pembelajaran, lanjut beliau, sangat tergantung pada penggunaan metode pembelajaran, oleh karenanya setiap guru RA Persis No 69 manba�ul Huda harus memahami permasalahan yang berkaitan dengan metode pembelajaran, baik dari aspek konsep maupun aspek implementasinya.
d)
Menetapkan Media atau Alat Pembelajaran
Media merupakan alat bantu yang digunakan guru
dalam penyampaian materi/bahan pembelajaran, sehingga siswa tidak verbalistis.
Menurut Guru RA Persis No 69 Manba�ul Huda dijelaskan bahwa penggunaan media
dalam proses pemebelajaran merupakan bagian dari upaya guru untuk memberikan
kemudahan dalam penyampaian materi/bahan pembelajaran, di samping itu proses
pembelajaran berjalan lebih menarik dan interaktif, waktu dan tenaga lebih
efisien, dan yang lebih penting guru dapat lebih produktif dan kreatif.
Pemilihan media sebagai alat bantu pembelajaran,
dipilih dan dipilah sesuai dengan kriteria. Menurut Guru RA Persis No 69
Manba�ul Huda, dalam pemilihan media sebagai alat bantu pembelajaran
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi/bahan pembelajaran, karakteristik
siswa, kesesuaian dengan teori atau konsep, juga disesuaikan dengan gaya
belajar siswa.
Berdasar pendapat diatas, Kepala Sekolah
menambahkan bahwa dalam pemilihan media pembelajaran, tentunya disesuaikan
dengan lingkungan dan terutama disesuaikan dengan media yang tersedia di
sekolah.
e)
Menetapkan Metode Penilaian Yang Tepat
Kegiatan penilaian merupakan upaya yang
dilakukan oleh setiap guru untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan pelaksanaan
kegiatan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa. Menurut
Guru RA Persis No 69 Manba�ul Huda, proses penilaian dilaksanakan untuk
mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran, sehingga dapat dijadikan sebagai
umpan balik bagi guru dalam rangka memperbaiki kinerja dan proses pembelajaran
sebagai bahan dalam penyusunan laporan perkembangan siswa dalam kegiatan proses
pembelajaran.
Guru� RA
Persis No 69 Manba�ul Huda menambahkan bahwa tujuan dilaksanakannya penilaian
supaya dapat diketahui kekurangan dan keberhasilan siswa dan guru di dalam
pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran sehingga dapat diupayakan tindak
lanjut sebagai bentuk pertanggungjawaban lembaga sekolah kepada pihak-pihak
yang memiliki kepentingan atas hasil evaluasi tersebut.
2.
Pelaksanaan Penerapan Pendekatan BCCT
a)
Kegiatan Awal
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam kelas merupakan kegiatan inti dalam proses pembelajaran, sehingga keberhasilannya sangat tergantung kepada guru dalam melakukan kreasi dan inovasi dalam proses pembelajaran. Kreatifitas guru dalam melakukan inovasi dalam proses pembelajaran, termasuk didalamnya adalah mengembangkan kegiatan awal atau pendahuluan sebagai upaya untuk mengarahkan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam upaya mengarahkan siswa untuk belajar diantaranya adalah orientasi pengenalan, melakukan presensi, menyampaikan tujuan pembelajaran, kemampuan menumbuhkan minat dan motivasi siswa, kemampuan dalam mengembangkan kegiatan appersepsi, serta kemampuan melaksanakan pretest.
Kegiatan pendahuluan dalam proses pembelajaran merupakan kegiatan yang sangat penting sehingga kita dapat mengetahui kesiapan siswa-siswi untuk mengikuti proses pembelajaran. Langkah pertama yang dilakukan saat masuk kelas sebelum proses pembelajaran dimulai adalah menanyakan kabar dan kesehatan siswa, serta kegiatan siswa yang dilakukan di rumah setelah pulang sekolah, kemudian menanyakan kesiapan siswa untuk belajar materi tentang tema hari ini, yang dilanjutkan dengan menanyakan siswa-siswi yang tidak masuk kelas dengan alasannya. Kegiatan selanjutnya adalah menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa-siswi dengan cara menuliskannya di papan tulis sebagai upaya untuk menumbuhkan minat dan perhatian siswa-siswi untuk belajar materi tentang tema hari ini. Sebelum lebih jauh menjelaskan materi pembelajaran, Saya selalu menanyakan kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari bersama sesuai dengan tujuan yang telah ditulis tadi, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa sudah memahami materi yang akan dipelajari.
b)
Kegiatan Inti
Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang disengaja dan direncanakan supaya siswa mengalami perubahan, baik dari aspek kognitif, afektif maupun aspek psikomotorik sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya.
Penerapan pendekatan pembelajaran BCCT yang ditekankan dalam meningkatkan mutu pembelajaran di RA, terlihat dalam pelaksanaannya dapat berkembang dan kondisi pembelajaran berjalan secara kondusif. Penerapan pendekatan bcct dalam pembelajaran di RA tidak sulit jika kita memahami dengan baik tentang pendekatan bcct, Penerapan pendekatan bcct dalam proses pembelajaran yang saya lakukan, sebelumnya siswa sudah diberi tugas untuk mempelajari materi pembelajaran, sehingga siswa memiliki bahan dalam pembelajaran.
Langkah pengamatan (Observing) dilakukan dengan cara bahwa sebelumnya siswa dibagai dalam beberapa kelompok kecil, dan setiap kelompok diberi tugas untuk mengamati aktivitas, dan siswa berusaha untuk melakukan semua aktivitas tersebut dari awal sampai akhir.
Langkah bertanya (questioning) dilakukan kepada siswa dengan melakukan wawancara perihal aktivitas yang dilakukan dalam menjepit biji-bijian termasuk menjepit biji-bijian untuk dikelompokkan untuk� menguatkan terhadap aktivitas tersebut.
Langkah menalar (assosiating) dilakukan siswa dengan cara menjepit biji-bijian sesuai dengan jumlahnya, kemudian mendiskusikan di dalam kelompok belajarnya, kemudian dilakukan percobaan (experimenting) selanjutnya disimpulkan.
Langkah mengkomunikasikan (networking) dilakukan siswa dengan cara mempresentasikan kesimpulan di depan kelas oleh setiap kelompok.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa
penerapan pendekatan bcct yang ditekankan dalam meningkatkan mutu pembelajaran
di RA Persis No 69 Manba�ul Huda dilaksanakan dengan
5 (lima) langkah pendekatan, yaitu pengamatan (observing), bertanya (questioning),
menalar (assosiating), mencoba (experimenting), dan mengkomunikasikan (networking).
3.
Penilaian Penerapan Pendekatan BCCT
Kegiatan penilaian dalam penerapan pendekatan bcct untuk
meningkatkan mutu pembelajaran� di RA Persis No 69 Manba�ul Huda dilakukan melalui dua cara,
yaitu penilaian proses pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran. Penilaian
proses pembelajaran dilakukan dengan menekankan pada aspek afektif dan
psikomotorik, yaitu dengan memberi catatan mengenai aktivitas siswa selama
proses pembelajaran, keaktifan siswa dalam bertanya (questioning) dan menjawab pertanyaan (networking), maupun ketepatan siswa dalam mengumpulkan tugas dan
menalar (assosiating), serta pada
saat siswa melakukan percobaan (experimenting)
dan observasi (observing).
Sedangkan penilaian hasil belajar dilakukan
setelah siswa melakukan kegiatan proses pembelajaran yang menekankan pada aspek
kognitif, guru menilai tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi
pembelajaran dengan cara memberikan postest
atau ulangan, baik dalam bentuk objektif test
maupun essay.
Tujuan dilakukannya kegiatan penilaian adalah
supaya dapat diketahui kekurangan dan kelemahan yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung sebagai bahan perbaikan dan tindak lanjut terhadap
semua komponen pembelajaran serta supaya dapat diketahui berbagai faktor yang
menjadi hambatan dan dukungan di dalam pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran,
baik yang datangnya dari guru maupun dari siswa.
Kesimpulan
Penelitian Ini
berjudul �Pendekatan Beyond Centers
Circles Time (BCCT) dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Raudhatul
Athfal Persatuan Islam No.69 Manba�ul Huda Jl. Cijawura Bandung�.� Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan
pembahasan hasil penelitian seperti yang telah diuraikan pada bab IV, maka
kesimpulan yang dapat penulis gambarkan adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan
Perencanaan
Rencana pembelajaran disusun sebagai
langkah awal dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sebagai landasan dasar
bagi guru sehingga proses pembelajaran berjalan selaras dengan tujuan
pembelajaran. Penyusunan rencana pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu
faktor yang cukup vital bagi guru, karena penyusunan rencana ini dapat
memberikan arah dan tujuan yang lebih jelas atas pelaksanaan proses
pembelajaran.
Kegiatan penyusunan rencana pembelajaran
oleh guru yang ada di RA Persis No.69 Manba�ul Huda meliputi :
a.
Kegiatan merumuskan tujuan
pembelajaran
b.
Menyiapkan bahan
pembelajaran
c.
Menetapkan metode
pembelajaran
d.
Menetapkan media atau
alat pembelajaran
e.
Menetapkan metode
penilaian yang tepat
2. Kegiatan
Pelaksanaan
a.
Kegiatan Awal
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam
kelas merupakan kegiatan inti dalam proses pembelajaran, sehingga
keberhasilannya sangat tergantung kepada guru dalam melakukan kreasi dan
inovasi dalam proses pembelajaran. Kreatifitas guru dalam melakukan inovasi
dalam proses pembelajaran, termasuk di dalamnya adalah mengembangkan kegiatan
awal atau pendahuluan sebagai upaya untuk mengarahkan siswa dalam melakukan
kegiatan pembelajaran.
Kegiatan yang dilakukan guru di RA
Persis No.69 Manba�ul Huda dalam upaya mengarahkan siswa untuk belajar
diantaranya adalah melakukan orientasi pengenalan, melakukan presensi,
menyampaikan tujuan pembelajaran, kemampuan menumbuhkan minat dan motivasi
siswa, kemampuan dalam mengembangkan kegiatan appersepsi, serta kemampuan melaksanakan pretest.
b.
Kegiatan Inti
Penerapan Pendekatan BCCT di RA Persis
No.69 Manba�ul Huda pada mata pelajaran di RA, terlihat bahwa para guru RA
Persis No 69 Manba�ul Huda berusaha untuk menerapkan komponen-komponen
pendekatan bcct dalam proses pembelajaran, seperti mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (assosiation), mencoba (experimenting), dan mengkomunikasikan/
mempresentasikan (networking).
c.
�Kegiatan Akhir
Kegiatan
akhir merupakan kegiatan yang dilakukan guru dalam rangka memberikan penegasan
dan penguatan dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan bersama siswa.
Kegiatan yang dilakukan oleh guru RA di RA Persis No.69 Manba�ul Huda dalam
kegiatan akhir adalah dengan melakukan Post
Test dan kegiatan pemberian tugas.
3. Kegiatan
Penilaian
Kegiatan
penilaian dalam penerapan pendekatan bcct untuk meningkatkan mutu
pembelajaran� di RA Persis No 69 Manba�ul Huda dilakukan melalui dua cara,
yaitu penilaian proses pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran.
Adapun tujuan dari penilaian ini adalah untuk:
a.
Mendeskripsikan
kecakapan peserta didik sehingga diketahui kekurangan dan kelebihannya dalam
mengikuti proses pembelajaran dalam semua mata pelajaran.
b.
Mengetahui
keberhasilan kegiatan pembelajaran siswa di sekolah, baik dari sisi proses
maupun hasil belajar.
c.
Melakukan
tindak lanjut dari hasil penilaian yang berupa perbaikan dan penyempurnaan
program pembelajaran.
d.
Memberikan
pertanggungjawaban (accountability)
dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan,� baik pemerintah, orang tua, maupun
masyarakat.
BIBLIOGRAFI
Arikunto,
Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto,
Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Cholid,
Narbuko. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta:
Bumi Aksara
Indonesia. Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional. UU Nomor 20 Tahun 2003
Suryadi
Ace� (2006), Pedoman Penerapan Pendekatan : � Beyond Centers and Circle Times. Jakarta
Miles, M.B& Huberman, A.M. 1984. Qualitative Data Analysis
(Analisis Data Kualitatif).
Alih bahasa Tjetjep Rohendi Rohidi.
Jakarta: Universitas Indonesia.