Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN :
2548-1398
Vol. 5, No. 4 April 2020
�
REPRESENTASI NILAI-NILAI BUDAYA JAWA
PADA FILM (STUDI SEMIOTIKA
REPRESENTASI NILAI-NILAI BUDAYA JAWA PADA FILM �MANTAN
MANTEN� KARYA FARISHAD LATJUBA)
Muhammad
Sulthan Tazakka, Rama Purba Dewa� dan
Ananda A�raaf Putro
Universitas
Pembangunan Nasional �Veteran�
Jawa Timur
Email
: �[email protected],
[email protected]
dan [email protected]
Abstract
Film is
one of the effective and popular media in learning culture, both local or even
foreign cultures. The film used as a research object by researchers is the film
"Former Manten". This film is a quite interesting study material
because it explains how the Javanese culture which will be more focused on the
marriage culture of the Javanese culture.The formulation of the problem in this
research is how the Representation of Javanese Cultural Values
displayed in the film Mantan Manten and what the meaning of
Javanese cultural values contained in the film Mantan Manten.
This study uses a descriptive qualitative research method, with an interpretive
analysis of Roland's semiotic models. This research directly collects
information obtained from the research object, namely the film Mantan Manten,
analyzes aspects that surround the belief system, social system, language, arts
and so on, trying to obtain a picture or understanding that is general and
relatively comprehensive covering the issues under study.While the scientific
approach used is cinematography, body language, and culture to analyze the
relationship between elements (visual, verbal and non-verbal) including,
setting / attributes, ceremonial costumes and so on. So that at the end of the
study can provide an understanding that Javanese cultural values
can be represented in a film and provide understanding to the
public about the meaning of Javanese cultural values displayed in
the film.
Keywords: Film,
Representation, Values, Culture
Abstrak
Film
merupakan salah satu media yang efektif dan populer dalam pembelajaran budaya,
baik lokal atau bahkan budaya asing. Film yang dijadikan objek peneletian oleh
peneliti adalah film "Mantan Manten". Film ini menjadi bahan kajian
yang cukup menarik karena di dalamnya menjelaskan tentang bagaimana budaya
masyarakat Jawa yang mana akan lebih difokuskan tentang budaya pernikahan
masyarakat budaya Jawa. Rumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimana
Representasi Nilai-nilai Budaya Jawa yang ditampilkan dalam film Mantan Manten
dan apa makna nilai-nilai budaya Jawa yang terkandung dalam film Mantan Manten.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, dengan
analisis interpretatif semiotika model Roland. Penelitian ini secara langsung
mengumpulkan informasi yang didapat dari objek penelitian yakni film Mantan
Manten, menganalisa aspek-aspek yang melingkupi sistem kepercayaan, sistem sosial,
bahasa, kesenian dan sebagainya, berupaya memperoleh gambaran atau pengertian
yang bersifat umum dan relatif menyeluruh mencakup permasalahan yang diteliti. Sedangkan
pendekatan keilmuan yang digunakan adalah sinematografi, bahasa tubuh, dan
budaya untuk menganalisis hubungan antara unsur-unsur (visual, verbal maupun
non verbal) meliputi, setting/atribut, kostum upacara dan sebagainya. Sehingga
pada akhir penelitian dapat memberikan pemahaman bahwa nilai-nilai budaya Jawa
dapat direpresentasikan dalam sebuah film dan memberikan pemahaman pada
masyarakat mengenai pemaknaan dari nilai-nilai budaya Jawa yang ditampilkan
dalam film tersebut.
Kata kunci:
Film,
Representasi, Nilai-nilai, Budaya
Pendahuluan
Peristiwa
politik selalu menarik media massa sebagai bahan liputan. Hal ini terjadi
karena dua faktor yang sering berkaitan. Pertama, dewasa ini politik berada di era
mediasi yakni media massa, sehingga hampir mustahil kehidupan politik
dipisahkan dari media massa. Malahan para aktor politik senantiasa berusaha menarik
perhatian wartawan agar aktivitas politknya memperoleh liputan dari media.
Kedua, peristiwa politik dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan para aktor
politik lazimnya selalu mempunyai nilai berita sekalipun peristiwa politik itu
bersifat rutin belaka. Seumpamanya rapat partai atau pertemuan seorang tokoh
politik dengan para pendukungnya. Apalagi jika peristiwa politik itu bersifat
luar biasa seperti pergantian presiden di tengah masa jabatan dan pembubaran
parlemen. Alhasil, liputan politik senantiasa menghiasi berbagai media setiap harinya (Jaenudin,
2019).
Media
massa merupakan suatu alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan menggunakan
alat komunikasi mekanis dari sumber pesan ke penerima pesan atau khalayak umum (Cangara,
2002).
Alat mekanis komunikasi yang dimaksud adalah berbagai media massa yang ada di
masyarakat seperti surat kabar, majalah, televisi, radio dan film.
Film menjadi salah satu media yang
digemari oleh masyrakat. Film adalah suatu bentuk komunikasi massa elektronik
yang berupa media audio visual yang mampu menampilkan kata-kata, bunyi, citra,
dan kombinasinya. Film juga merupakan salah satu bentuk komunikasi modern yang
kedua muncul di dunia (Sobur,
2001).
Film
dapat digunakan sebagai media untuk merefleksikan realita yang ada di
masyarakat ataupun membentuk realita yang diinginkan oleh produser film. Selain
sebagai media komunikasi film juga sebagai media seni untuk berkomunikasi.
Dalam sebuah film tedapat pesan yang disampaikan oleh produser film kepada
penonton secara tersirat maupun tersurat.
Film mengandung unsur tema, cerita
dari tokoh yang dikemas dalam format audio visual yang pada akhirnya
mengkomunikasikan sebuah pesan baik secara tersirat maupun tersurat. Film juga
merupakan salah satu media terefektif dan terpopuler dalam pembelajaran budaya
oleh masyarakat. Dalam film kita bisa mempelajari budaya yang hidup di sekitar
kita bahkan budaya asing yang belum pernah bersinggungan dengan kita. Film
merupakan ekspresi budaya yang digarap dengan menggunakan kaidah sinematografi
dan mencerminkan budaya pembuatnya (Irwanto,
Schmidt, Pawandenat, & Hardtke, 2004). Konsep budaya atau
kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan.Konsep budaya juga dapat dihadirkan dalam suatu produksi film,
yang menggambarkan cerita atau skenario budaya tertentu yang ada dalam
masyarakat.
Unsur unsur budaya yang ditunjukkan
dalam sebuah film bisa terinspirasi dari budaya yang benar adanya maupun
menciptakan budaya baru dalam pembuatan film tersebut.
�Lingkungan
tiruan yang dibentuk media memberitahu apa yang harus dapat lakukan�(Littlejohn
& Foss, 2009). Lingkungan ini
membentuk selera, pilihan, kesukaan, dan kebutuhan masyarakat. Oleh sebab itu, nilai
nilai dan perilaku sebagian besar orang sangat dibatasi oleh �realitas� yang disimulasikan
dalam media.Kebanyakan orang mengira bahwa kebutuhan pribadinya terpenuhi,
tetapi kebutuhan itu sebenarnya adalah kebutuhan yang disamakan yang dibentuk
oleh penggunaan tanda-tanda dalam media. Film�
tidak disajikan sebagai realita aslinya melainkan disajikan sebagai second
hand reality, artinya film tersebut sudah dikontruksi oleh si pembuat film
sedangkan first hand reality merupakan keyataan yang sebenarnya ada di
masyarakat. Hal tersebut disebabkan oleh sentuhan dan cara pandang dari sang
sutradara dalam menjadikan film tersebut (Littlejohn
& Foss, 2009).
Terdapat banyak film yang
menggambarkan tentang budaya, salah satunya adalah film �mantan manten�. Film
ini menceritakan Yasnina seorang wanita karir dalam bidang investasi yang
memiliki jasa besar pada perusahaan Arifin Iskandar yang merupakan ayah dari
tunangannya yang bernama surya Iskandar. Namun suatu hari Arifin Iskandar
berhianat kepadanya yasnina dan mengakibatkan semua harta yasnina ludes
seketika.
Satu satunya cara yang bisa
dilakukan yasnina untuk mengembalikan hartanya dan melawan Arifin Putra adalah dengan
menggunakan satu-satunya
aset yang dia miliki yakni sebuah rumah yang adda di Tawangmangun. Di
Tawangmangun ini Yasnina menemui seorang pemaes pengantin terhormat di solo
yang tidak memiliki penerus bernama maryanti. Di sini Yasnina harus menjadi
asisten pemaes Maryanti agar dia bisa mendapatkan asset untuk melawan Arifin
Iskandar. Akhirnya Yasnina gagal dalam mendapat kembali hartanya serta kalah
dalam melawan Arifin Iskandar dan tidak dapat menikah dengan Surya Iskandar,
Namun akhirnya dia menemukan arti dari sebuah keikhlasan dan menjadi seorang
pemaes melanjukan Masyanti.
Berdasarkan penjelasan latar
belakang tersebut dapat dirumuskan masalah dalam penelitian meliputi, bagaimana
representasi nilai-nilai budaya Jawa serta makna yang ditampilkan dalam film �Mantan Manten�. Agar permasalahan
yang akan diteliti tidak meluas dan lebih spesifik, maka dengan ini penelitian
dibatasi dari tahap mendeskripsikan, menganalisa kemudian memaknai nilai-nilai
budaya Jawa pada proses pernikahan yang terdapat dalam film �Mantan Manten�.
Adapun Tujuan dari penelitian ini
adalah mendeskripsikan representasi nilai-nilai budaya Jawa yang ditampilkan
dalam film �Mantan
Manten� serta mengungkap dan
memahami makna yang terkandung dalam nilai-nilai
prosesi pernikahan budaya Jawa tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan
kedepannya mampu memberikan kontribusi pada ilmu budaya (pemaknaan unsur-unsur
budaya secara umum) yang nantinya dapat dikaitkan dengan ilmu Komunikasi� sehingga hasil-hasil yang didapatkan
bermanfaat khususnya bagi mahasiswa, sesama peneliti dan tenaga pengajar serta
masyarakat secara luas.
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif, dengan analisis interpretatif semiotika model
Roland Barthes yang mengemukakan gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order significations), yakni
denotasi dan konotasi. Penelitian ini secara langsung mengumpulkan informasi
yang didapat dari objek penelitian yakni film Mantan Manten, berupaya memperoleh
gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relatif menyeluruh mencakup
permasalahan yang diteliti.
Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan keilmuan mengenai sinematografi, bahasa tubuh, dan
budaya untuk menganalisis hubungan antara unsur-unsur meliputi,
setting/atribut, kostum upacara dll,�
yang terdapat dalam film�Mantan
Manten� baik visual, verbal
maupun non verbal. Sehingga pada akhir penelitian dapat memberikan pemahaman
bahwa nilai-nilai prosesi nikah budaya Jawa dapat direpresentasikan dalam
sebuah film dan memberikan pemaknaan nilai-nilai budaya Jawa tersebut pada
masyarakat khususnya penonton film �Mantan
Manten�.
Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif, dengan analisis interpretatif semiotika model
Roland Barthes yang mengemukakan gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order significations), yakni
denotasi dan konotasi. Penelitian ini secara langsung mengumpulkan informasi
yang didapat dari objek penelitian yakni film Mantan Manten, berupaya
memperoleh gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relatif menyeluruh
mencakup permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini tidak diajukan
hipotesa sebab jenis penelitian deskriptif hanya mengembangkan, menghimpun
fakta, kemudian menganalisanya tetapi tidak melakukan uji hipotesa.
Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan keilmuan mengenai sinematografi, bahasa tubuh,
dan budaya untuk menganalisis hubungan antara unsur-unsur meliputi,
setting/atribut, kostum upacara dll, yang terdapat dalam film �Mantan
Manten� baik visual, verbal
maupun non verbal. Sehingga pada akhir penelitian dapat memberikan pemahaman
bahwa nilai-nilai budaya Jawa dapat direpresentasikan dalam sebuah film dan
memberikan pemaknaan nilai-nilai budaya Jawa tersebut pada masyarakat khususnya
penonton film �Mantan
Manten�. Metode pengumpulan
data observasi dan dokumentasi.
Hasil dan Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah
mendeskripsikan representasi nilai-nilai budaya Jawa yang ditampilkan dalam
film �Mantan Manten� serta mengungkap dan
memahami makna yang terkandung dalam nilai-nilai
budaya Jawa tersebut. Untuk mencapai tujuan ini, adapun hasil yang telah
dicapai selama berlangsungnya kegiatan penelitian adalah sebagai berikut :
A.
Data Objek Penelitian
�
Judul film : Mantan
Manten
�
Genre : Drama
�
Aktor : Tio Pakusadewo,
Arifin Putra, Atiqah Hasiholan, Tutie Kirana, Marthino Lio, Oxcerila Paryana,
Dodit Mulyanto, Ria Irawan
�
Sutradara : Farishad
Latjuba
�
Produser : Anggia
Kharisma,� Kori Adyaning
�
Penulis : Farishad
Latjuba,� Jenny jusuf
�
Produksi : Visinema Pictures
�
Tanggal rilis : 04
April 2019
�
Durasi : 116 menit
�
Tio Pakusadewo sebagai
Arifin Iskandar�
�
Arifin Putra sebagai
Surya Iskandar
�
Atiqah Hasiholan
sebagai� Yasnina
�
Tutie Kirana sebagai
Marjanti�
�
Marthino Lio sebagai
Ardy�
�
Oxcerila Paryana
sebagai Salma
�
Dodit Mulyanto sebagai
Darto�
�
Ria irawan sebagai
Imelda
�
Arswendi Nasution
sebagai Sugeng
�
Jenny Zhang sebagai
Rani
�
Aimee Saras sebagai Ayu
�
Prit Timothy sebagai
Ayah Ayu
�
Indrawati sebagai Ibu
Ayu
�
Asri Welas sebagai
Pengacara
Yasnina
seorang pengusaha investasi sukses yang bekerja di perusahaan milik ayah dari
tunangannya yakni Surya Iskandar. Suatu hari Surya Iskandar melamar Yasnina
disaat sebelum acara pemilihan investor terbaik. Dalam acara tersebut Yasnina
selalu memenangkan penghargaan pada beberapa tahun sebelumnya. Namun tahun ini
dia tidak mendapatkan penghargaan tersebut. Sehari setelah acara penghargaan
terdapat isu beredar mengenai Yasnina bahwa dia tela memalsukan investasi perusahaan,
Yasnina yang merasa tertekan oleeh hal tersebut memutuskan untuk bercerita
kepada atasannya yang merupakan ayah dari tunangannya sendiri yakni Arifin
Iskandar. Arifin meyakinkan yasnina jika segalanya akan berjalan dengan baik
jika dia mengikuti perintah dari Arifin Iskandar. Arifin memerintahkan Yasnina
untuk pergi ke Singapura dengan Surya untuk menemui seseorang yang bisa
membantunya dalam kasus ini.
Keesokan
paginya Yasnina berangkat menuju bandara untuk pergi ke Singapura. Yasnina selalu
menghubungi Surya yang tidak memberi kabar sama sekali selama dalam perjalanan.
Dalam perjalanan dia ditelfon oleh Arifin Iskandar dan disuruh untuk segera ke
kantor. Sesampainya di kantor dia ditempatkan di ruang rapat di hadapan para
petinggi perusahaan yang lainnya. Yasnina dituduh oleh Arifin Iskandar telah
berusaha melarikan diri dan dianggap tidak bertanggung jawab terhadap
perusahaan. Saat itu pula Yasnina sadar jika dia telah dijebak oleh� Arifin Iskandar dan semua hartanya pun hangus, setelah itu Yasnina
pun kembali pulang ke sebuah panti asuhan. Di panti asuhan tersebut yasnina
tinggal sementara waktu. Pagi harinya Surya Iskandar tunangan dari Yasnina
mendatangi Yasnina untuk membantunya dalam melawan Arifin Iskandar dan
mengembalikan semua hartanya. Surya memberi Yasnina uang dan mengajaknya ke
seorang pengacara untuk membantunya menyelesaikan kasus yang sedang dia hadapi
ini. Pada saat bertemu dengan sang pengacara surya memberitahu jika Yasnina
masi memiliki suatu aset yang dapat digunakan untuk melawan Arifin Iskandar di
dalam persidangan. Tapi sang pengacara mengingatkan Yasnina jika yang dihadapi
adalah orang yang kuat. Setelah itu Yasnina dan Surya berbicara di dalam mobil
dan Surya meyakinkan Yasnina jika dia akan membantunya.
Keesokan
harinya yasnina pergi menuju Tawangmangu untuk mengambil asetnya. Sesampainya
di sana Yasnina menghampiri rumah yang sesuai dengan alamat dimana asetnya
berada namun tidak ada seseorang di dalam rumah tersebut. Yasnina yang menunggu
di depan rumah dihampiri oleh seorang pemuda desa bernama Darto yang merupakan
tetangga dari sang pemilik rumah. Darto mengatakan jika sang pemilik rumah yang
bernama ibu Marjanti sedang menjadi perias pernikahan di sebuah pernikahan.
Bersama dengan Darto Yasnina pergima ke rumah seorang warga desa yang sedang
mengadapak pernikahan. Yasnina mengikuti darto ke sebuah ruangan dan bertemu
dengan Marjanti yang sedang melakukan ritual sebagai perias pernikahan. Setelah
prosesi sebagai perias pernikahan atau yang lebih familiar disebut dukun paes
penganten selesai Yasnina menemui bu Marjanti dan meminta tanda tangan dari
maryanti sebagai tanda jika asetnya sudah sepenuhnya berpindah tangan ke
Yasnina. Ibu Marjanti menolak dan meminta Yasnina untuk kembali lagi.
Keesokan
harinya Yasnina bertemu dengan ibu Marjanti di depan rumah ibu Marjanti yang
akan diambil alih oleh Yasnina. Ibu Marjanti tidak ingin rumah itu dijual
karena merasa pihak bank dimana dia meminjam uang telah melelang rumah tersebut
terlebih dahulu sebelum adanya pemberitahuan lebih lanjut kepada ibu Marjanti.
Setelah melewati tawar menawar yang alot akhirnya bu marjanti meemutuskan akan
memberikan tanda tangan asetnya kepada Yasnina jika dia mau menjadi asisten
pemaes bu Marjanti selama tiga bulan. kemudian Yasnina menghubungi Surya dan
mengatakan jika dia harus menjadi asisten dari ibu Marjanti. lalu tiba-tiba
darto datang ketika yasnina sedang berbicara dengan surya melalui handphone,
dan darto berkata bahwa pacarnya yasnina ganteng tapi tidak menghibur, lalu
pergi begitu saja dengan membawa sayur. Keesokan paginya darto membangunkan
yasnina lalu ibu maryanti mengajak yasnina pergi kepasar untuk membeli bahan
yang akan dibuat sesajen untuk pernikahan,�
setelah pulang dari pasar yasnina diajarkan bagaimana cara menjadi pemaes
yang benar.
Setelah
selesai berlatih, yasnina dan ibu maryanti saling bercakapan tentang paes yang
merupakan suatu kewajiban yang sudah dilakukan secara turun-temurun.
Disela-sela percakapan yasnina juga bercerita bahwa yasnina memiliki tunangan yaitu
surya iskandar, yang merupakan sahabat dekat dari almarhum suami yasnina, dan
dari situlah surya selalu ada untuk yasnina. Akan tetapi yasnina saat
bercerita, ia mengungkapkan keresahannya yakni bercerita bisakah menikah dengan
anak dari seorang bos yang sudah membuat yasnina menjadi menderita.� Yasnina bercerita panjang lebar dengan bu
maryanti dan berkata bahwa rumah yang dibelinya akan dijadikan amunisi untuk
balas dendam dengan bos nya.
Ibu
Marjanti pun berkata bahwa besoknya adalah wetonnya yasnina, dan ibu Marjanti
menyarankan yasnina untuk mutih. Akan tetapi bu maryanti tidak menjelaskan
secara benar apa itu mutih,� lalu
tiba-tiba darto datang dan menjelaskan bahwa muteh adalah puasa untuk mencapai
kesuksesan yang caranya harus makan makanan serba putih. Pada malam harinya
datang satu keluarga beserta calon pengantin baru yang meminta tolong kepada bu
maryanti untuk menjadi pemaes diacara pernikahannya dan bu maryanti mau jadi
pemaesnya.
Keesokan
harinya pada waktu pernikahan tiba terjadi permasalahan dimana seorang mempelai
wanita menangis dan meminta untuk membatalkan pernikahannya karena berpikiran
masalah ekonomi, lalu yasnina pun mengajak mempelai wanita itu berbicara dan
mulai memberikan saran dan pada akhirnya si mempelai wanita mau melanjutkan
prosesi pernikahan. Dan akhirnya pernikahan berjalan dengan lancar. Keesokan
harinya dimana Ibu
maryanti diundang oleh arifin iskandar yang merupakan bos dari yasnina. Arifin
iskandar bercerita bahwa anaknya sudah menemukan pasangannya yakni anak dari
sahabatnya yang merupakan keluarga kraton dan berencana menikahkan anaknya
secepatnya.� Akan tetapi bu maryanti
menolaknya,� dan memberi tahu bahwa yang
akan jadi pemaes diacara pernikahan anak arifin iskandar adalah penerusnya.
Lalu
pada saat diamalam hari yasnina dan bu Marjanti mengalami mimpi yang sama,
dimana dalam mimpi tersebut menemui wanita kecil yang tersesat. Ketika
terbangun dari mimpi bu maryanti lalu mengambil surat dan menandatangani surat
tentang kepemilikan rumah yang diminta oleh yasnina untuk menandatangani, lalu
diberikan kepada yasnina. Yasnina pun berkata akan kembali ke solo untuk
menemui surya dan setelah rumah tersebut terjual, yasnina akan mentransfer 25%
hasil penjualan rumah kepada ibu marjanti, dan bercerita bahwa pasti akan rindu
dengan suasana ketika bersama ibu marjanti.
Keesokan
harinya sahabat dari ayah surya pun datang untuk membhasa tentang
pernikahannya.� Disana arifin iskandar
berbincang dengan anaknya yaitu surya, arifin iskandar pun berkata akan
menikahkan surya dengan anak dari sahabatnya, dan suryapun langsung tertekan.
Lalu tiba dimana yasnina dan surya sudah janjian untuk bertemu, akan tetapi
sampai malam haripun surya tak kunjung datang menemui yasnina karena merasa
tertekan dan akhirnya yang menemui yasnina adalah ardy yaitu mantan asisten
pribadinya. Yasninapun merasa sangat sedih dan kecewa karena surya tak menemui
yasnina. Lalu pada malam itu ardy pun membantu mengantar yasnina kembali ke
tawangmangu, dan setibanya disana yasnina bercerita kepada bu maryanti tentang
kesedihan yang dialaminya ketika tiba di Solo.
Ibu
Marjanti memberikan ajaran sambil duduk santai serta pengetahuan tentang
pengalamannya saat menjadi pemaes waktu dirumah Ibu Marjanti. Lalu ibu Marjanti
memberikan baju kebaya kepada nina untuk menjadi generasi penerus ibu Marjanti.
Esok harinya calon pasangan surya dengan ibunya mendatangi rumah ibu Marjanti
untuk bersilaturahim dan membicarakan soal persiapan pernikahan nantinya
dengan� ibu Marjanti dengan Nina. Setelah
itu Nina menemani calon pengantin Surya mencari kebaya di Solo untuk persiapan pernikahan
nantinya. Lalu sambil dia mencari toko batik selama perjalanan calon pengantin
bercerita tentang tunangannya. Sampai di tempat toko batik calon pengantin
bercerita dan meminta pendapat kepada Nina soal tunangannya yang dijodohkan
sama ibunya sambil mencoba dan memilih batik yang akan dibelinya. Dari cerita
calon pengantin Surya membuat Nina kangen waktu masa � masa dia tinggal di
Jakarta. Setelah Nina dengan calon istri surya sudah selesai belanja baju batik
untuk pernikahan dia berdua lanjut jalan�jalan sambil si calon istri surya ini
bercerita dan pada akhirnya si calon istri surya ini bilang kalau dia mau
ngajak Nina ke Jakarta untuk di kenalkan dengan keluarganya dan calon suaminya
yaitu Surya yang itu mantan dari Nina, lalu seketika itu Nina langsung berkecil
hati yang merasa ditusuk dari belakang. Setelah itu Nina pulang kerumah ibu
Mariyanti dengan rasa kecewa dan memarahi ibu Mariyanti karena Nina merasa
kalau ibu Mariyanti menyembunyikan semua hal tentang pernikahan
surya dengan calon istrinya. Namun ibu Maryanti masih menunggu waktu yang tepat
untuk membicarakan soal itu (sambil ibu Mariyanti merasa salah dan
menangis). Dan malam itu juga Nina membawa semua bajunya untuk keluar dari rumah
ibu Mariyanti, lalu Nina pergi ke Hotel dan cepat�cepat dia menghubungi
sahabatnya. seketika itu sahabatnya datang menemui Nina dan melihat Nina dengan
keadaan sedih dan gelisah sambil dia bertanya kepada Nina tentang rencana
berikutnya lalu Nina memberikan penjelasan bahwa Surya kabur dari ibu mariyanti
dan sahabatnya itu juga membesarkan hatinya Nina. Malam itu Nina mimpi kalau
ibu mariyanti diajak almarhum suaminya bali diisini maksutnya kalau ibu
mariyanti akan meninggalkan dunia umtuk selamanya dan Nina juga melihat ada
buku di sampaing ibu mariyanti.
Keesokan
harinya Nina mendatangi rumah ibu Marjanti dengan memanggil ibu marjanti akan
tetapi tidak ada jawaban, Nina langsung memasuki rumahnya dan dia langsung
menuju kamar ibu Mariyanti lalu Nina teriak dan menangis� setelah mengetahui kalau ibu mariyanti
meninggal dunia. Keesokan
pagi harinya pak Iskandar ayah dari Surya datang ke rumah ibu Mariyanti dan
menemui Nina lalu bercerita tentang sosok ibu Marjanti sebagai pemaes yang
mempunyai kerabat Keraton turun menurun akan tetapi sayangnya ibu mariyanti
tidak mempunyai keturunan. Nina yang dipercaya ibu Marjanti sebagai penerus,
akan tetapi Nina meminta kepada pak Iskandar untuk mencari pemaes lain, lalu
pak Iskandar mengingatkan kepada Nina kalau pernikahan sudah tinggal sepuluh
hari lagi dan pak Iskandar meminta tolong kepada Nina sebagai pengganti ibu
Marjanti.
Pada
malam harinya nina menemukan buku yang berisi tulisan tangan dari ibu Marjanti
yang isinya bercerita bahwa pemaes tidak bisa lenyap begitu saja dan ibu marjanti
juga menuliskan waktu beliau bertemu dengan Nina di hutan. Ibu Marjanti merasa
iklhas dan cocok bahwa Nina yang ingin jadi pemaes penerusnya. lalu ibu Marjanti
mengira apa dia (Nina) penerusnya. Pagi harinya Nina pergi ke Jakarta untuk meneruskan
ibu Mariyanti sebagai pemaes dalam pernikahan budaya adat Jawa. Pada saat
persiapan pernikahan berlangsung nina merapikan konde dengan menjulurkan kedua
tangannya pada konde manten perempuan. Lalu, manten duduk di bawah nina dengan
menatap senyuman pada nina dan nina juga memberikan senyuman kepadanya, nina
langsung merias manten perempuan menggunakan kuas dengan lues. Nina juga lalu
memberikan bros atau accesoris pada konde�
dengan menancapkannya di konde manten.
Selesai
nina merias calon manten perempuan, nina langsung mendatangi ruang ganti surya
dan seketika nina datang nina langsung memegang baju surya sambil merapikannya
, nina juga langsung menutup pintu ruang ganti, lalu surya berkata kepada nina �nin, I know you very
well� akan tetapi nina tidak
langsung merespon perkataan surya. Sambil mengambil air minum surya pun tetap
berkata �ini pernikahanku nin� dengan ekspresi
sedikit marah. Lalu nina memberikan ekspresi senyum kepada surya sambil
memberikan air minum pada surya dan surya pun langsung meminumnya. Nina
menyuruh melepas baju surya sambil nina ikut membantu melepaskan baju manten
surya. Setelah itu nina membawa bajunya dan memberikan asap rokok pada baju
manten surya.� Selesai itu, nina
memasangkan baju pada surya kembali serta merapikannya. Surya menatap nina dan
sebaliknya juga nina menatap surya dengan senyuman. Selesai itu nina keluar
dari kamar ganti lalu pindah ke kamar ganti calon pengantin perempuan untuk
merapikan kembali pakaian dari calon manten perempuan.
Pernikahan
berlangsung dan kirab dimulai. Kedua pasangan pengantin saling melemparkan
bunga dan nina disitu sebagai pemaes nina juga memimpin jalannya pernikahan.
Setelah itu pengantin laki- laki menginjakkan kakinya pada telor sehigga telor
tersebut pecah lalu pengantin perempuan mencuci dan membersihkannya. Lalu pada pengantin
perempuan diberikan kain dan juga pada pengantin laki-laki diberikan kain
yang berisi uang lalu pengantin laki-laki
menuangkan uang tersebut pada kain yang ada pada pengantin perempuan lalu pengantin
perempuan mengikatnya. Lanjut pada prosesi dulangan setelah itu pengantin
meminta restu kepada kedua orang tua. Setelah prosesi semua terlaksana
pengantin diserhkan kepada keluarga lalu nina sebagai pemaes dan pembawa acara
meninggalkan tempat. Setelah itu nina memilih menjadi seorang pemaes dan mengikhlaskan
Surya.��
B.
Kriteria Analisis Scene
Film Manten Manten
Seperti
yang diketahui, setiap detik pada tayangan film terdapat scene dan mengetahui
scene mana yang pantas untuk diteliti. Maka dari itu untuk menentukan scene
mana yang tepat diperlukan beberapa kriteria diantaranya sebagai berikut :
a.
Kriteria
dari scene yang mengungkapkan hubungan antara latar dengan property adalah
scene-scene yang menampilkan
pemeran serta memperlihatkan latar dan properti yang diharap dapat memberikan
pesan secara tersirat.
b.
Kriteria dari scene
yang mengungkapkan hubungan antara pemeran baik pemeran utama, pemeran pembantu
dan pemeran figuran yang terdapat dalam film �Mantan Manten� (kostum, tatanan
rambut, riasan).
c.
Kriteria dari scene
yang akan mengungkap hubungan antara sudut pengambilan gambar (camera angle)
dengan ukuran shot (gambar) adalah scene-scene yang menampilkan dengan jelas
pemeran film dari camera angle dan ukuran shot yang berbeda-beda sehingga dapat
memperjelas maksud serta motif dibalik penggunaan teknik tersebut.
Setelah
mendeskripsikan data yang diperoleh dari masing-masing scene, selanjutnya
scene dalam film tersebut akan dianalisis dengan menggunakan analisis Roland
Barthes dengan mengidentifikasi denotasi dan konotasi dari unsur visual,
verbal, dan non verbal serta hubungan antara unsur-unsur tersebut,berupaya
untuk mengetahui nilai budaya Jawa khususnya pernikahan adat Jawa yang
ditampilkan dalam film �Mantan
Manten� serta mengungkap dan
memahami makna yang terkandung dalam nilai-nilai
budaya Jawa.
C.
Story board film �Mantan Manten�
Setelah
melewati proses pemilihan scene berdasarkan kriteria-kriteria scene yang layak
dipilih , yang telah dijelaskan dari durasi film sepanjang 01.46.58 detik maka
dapat dihasilkan (capture) sebanyak 19 scene Sebagai berikut diantaranya
Tampilan visual
scene :
�
��� 1.
(00.23.02) ���������������������������������������������� ����2.
(00.25.10
�
������ ��������3. (00.26.37) ����������������������������������������������� ������4.
(00.26.51)
�
����������������������� � 5.
(00.50.07) ������������������������������������ ����������� 6.
(00.50.21)
�
����������������������� �7.
(00.50.28) ������������������������������������������������� 8.
(00.50.32)���������������
�
����������������������� �9.
(00.51.00) ������������������������������������������������� 10.
(01.30.24)
�
����������������������� 11. (01.36.07) ������������������������������������������������ 12.
(01.36.25)
�
����������������������� 13. (01.36.32) ������������������������������������������������ 14.
(01.37.14)
�
����������������������� 15. (01.37.23) ������������������������������������������������ 16. (01.38.11)
�
����������������������� 17.(01.38.33) ������������������������������������������������� 18.
(01.38.53)
19. (01.39.07)
D. Analisis
Denotasi dan Konotasi antara unsur-unsur
dalam film �Mantan
Manten�
Visual Scene
�
Scene
1. (00.23.02) ��������������������������������������� Scene
19. (01.39.07)
Denotasi
Scene 1
Sebuah rumah yang dihiasi dengan daun palem yang di
model sedimikian rupa, buah pisang, dan daun- daun penghias.
Scene 19
Pintu dan jendela yang ada di belakang pengantin dan
menjadi latar dari acara pernikahan tersebut, lalu hiasan bunga yang berada di
panggung pelaminan.
Konotasi
Scene 1
����������� Berdasarkan
denotasi pada scene 1 tersebut kita bisa melihat daun palem atau janur kuning
oleh masayarakat jawa yang dibentuk sedemikian rupa. Menurut budaya jawa janur
berasal dari Bahasa Arab yang artinya cahaya dari surga. Sedangkan kuning
diambil dari Bahasa Jawa yang berarti suci. Dengan begitu menurut masyarakat
Jawa janur memiliki makna bahwa manusia membutuhkan cahaya dari tuhan yang Maha
Esa untuk dapat melihat jelas hal yang baik dan buruk. Bagi kedua mempelai yang
menikah diharap dalam mengarungi rumah tangga selalu mendapatkan cahaya dan
bantuan dari tuhan dan dihindarkan dari segenap mara bahaya.
����������� Dalam
tradisi Jawa juga dianggap adanya janur sebagai lambang kebahagiaan yang mana
kedua mempelai hidup dengan bahagia. Janur bisa dibentuk menjadi beragam bentuk
dan fungsi dan misalnya dibentuk bulat semacam bokor dan umbul-umbul yang berfungsi sebagai
penanda atau penunjuk. Lalu, adapula janur yang dirangkai menjadi kembang
mayang, yaitu sepasang hiasan dekoratif yang dikenakan sejak prosesi Midodareni
sampai proses Panggih. Kembang mayang sebagai symbol sebagai penyatuan dari dua
individu dalam kehidupan rumah tangga. Sementara warna keputih- putihan pada
janur merupakan simbol doa agar cinta dan kasih saying diantara mempelai selalu
awet mudah layaknya janur. Dalam tradisi pernikahan Jawa juga ada dua tandan pisang
yang itu mempunyai arti sebagai harapan pasangan yang akan segerah menikah.
Diharapkan calon pengantin memperoleh keturunan yang sehat, berbudi baik,
berkecukupan dan selalu Bahagia. Pada scene 1 janur dan pisang memiliki makna konotasi
bukan hanya sebagai hiasan untuk mempercantik lokasi pernikahan & sebagai
property biasa melainkan juga sebagai pelambangan atas berbagai doa yang
terdapat di dalam kedua property tersebut dalam budaya pernikahan Jawa.
Scene 19
����������� Pada
scene 19 dibelakang kedua mempelai dan keluarganya terdapat property yang
berbentuk seperti pintu dan jendela. Pembuat film ingin menunjukkan keberadaan
ornament tersebut dalam pernikahan Jawa. Dalam adat Jawa ornament tersebut
diberi nama gebyok, yakni papan besar yang berfungsi sebagai penyekat ruangan
pada awalnya, biasanya gebyok terbuat dari kayu jati yang berkualitas yang
dihiasi dengan ukiran untuk menambah kesan menarik. Gebyok menampilkan replica
dari dua pintu yang memiliki makna bahwa kedua mempelai akan memasuki pintu
atau dunia baru yang berbeda dengan kehidupan sebelumnya. Sedangkan ukiran yang
terdapat dalam gebyok disimbolkan sebagai tujuan hidup manusia, keharmonisan
hidup dengan alam, kesejahteraan dan kedamaian. Hiasan bunga atau Tuwuhan melambangkan
isi alam semesta, lalu makna tuwuhan dalam budaya Jawa sendiri untuk
mengharapkam akan kemakmuran, harapan agar hidup kedua mempelai berkembang
menuju kebahagiaan dan keharmonisan serta keindahan hidup berkeluarga. Makna
konotasi dalam scene 19 ini menunjukkan bahwa gebyok yang merupakan latar dari
acara pernikahan dan tuwuhan yang terdapat di panggung memiliki makna dan
perlambangan atas harapan dari kedua mempelai dan keluarga.
��
����������������������� 18. (01.38.53)������������������������������������� ����������� � 16. (01.38.33)
17. (01.38.33)
Denotasi
:
Scene
18
����������� Memperlihatkan kedua mempelai
menunduk dan mencium tangan dari orang tua mempelai.
����������� Scene
16
����������� Mempelai pria menuangkan uang koin
kepada pengantin perempuan dan mempelai perempuan menerima uang koin tersebut
dan membungkusnya dengan kain.
Scene
17
Kedua
mempelai saling menyuapi potongan tumpeng satu sama lain
Konotasi :
����������� Scene 18 ��������
����������������������� Pada scene 18
menunjukkan dalam budaya Jawa menjelaskan bahwa mencium tangan kedua orang tua
atau yang dalam adat Jawa disebut dengan Sungkeman. Sebagai salah satu
adat pernikahan sutradara menunjukkan bahwa sungkeman memiliki makna sebagai
ungkapan bakti kepada orang tua, meminta doa restu meminta maaf serta berterimakasih
kepada orang tua karena sudah dirawat dari lahir hingga lepas dari orang tua
atau menikah. Makna lain dari sungkeman sendiri yakni sebagai ritual penyadar
diri melalui sungkeman, setiap mempelai pengantin diwajibkan untuk
memperlakukan orangtuanya dengan hormat. Makna konotasi yang terdapat dalam
scene tersebut menyiratkan rasa hormat dari kedua mempelai yang akan melakukan
pernikahan kepada kedua orangtua yang sudah menrawat sejak dari kecil hingga
menikah.
Scene 16
����������������������� Pada scene 16 memiliki
makna konotasi yang tersirat berupa seorang suami harus menafkahi
istri dan istri harus bisa mengelola dengan baik serta menjaga Bersama dengan suami. Dalam adat Jawa, hal tersebut
disebut dengan Kacar Kucur. Kacar Kucur merupakan suatu ritual yang cukup unik.
Pada proses ini penganting pria menuangkan uang koin kepada perempuan, pengantin
perempuan menerima dengan menengadahkan tangannya dengan sapu tangan besar
dipangkuannya. Hal ini memberi makna bahwa pengantin pria akan memberikan
nafkah guna kaya dan jerih payahnya kepada pengantin putri. Sedangkan pengantin
putri menerima nafkah tersebut dan mengelolanya dengan baik. Lalu, di ikat
kemudian diberikan kepada ibu pengantin putri. Hal ini memiliki makna tersirat
yang ingin disampaikan bahwa pasangan suami istri diharapkan bisa kompak dalam
menjalin rumah tangga.
Scene 17
����������������������� Pada
scene 17 Menjelaskan bahwa prosesi dulangan menyiratkan tanggung jawab suami
untuk memberi kecukupan nafkah pada sang istri. Hal ini merupakan simbol
seksual dan memadu kasih antara suami dan istri. Dalam dulangan makanan yang
disuapkan biasanya berupa nasi tumpeng. Tumpeng sendiri melambangkan nasehat-
nasehat adiluhung (tutur adilinuwih). Tumpeng-tumpeng
itu diantaranya adalah adalah tumpeng kesawa, yang berarti nasehat agar rajin
bekerja. Pada pernikahan jawa, dulangan menjadi petuah penting bagi kedua
mempelai untuk mengarungi kehidupan drumah tangga, khususnya saat pasangan
mempelai mengalami konflik yang membutuhkan kedwasaan untuk menyelesaikannya. Dulangan memberi makna pasangan yang menikah
haruslah bekerjasama agar hubungan pernikahan langgeng. Selain itu, dulangan
mengisyaratkan kekompakan, sehingga kedua mempelai juga memliki rasa kebersamaan
dan saling berbagi. Hal ini juga menjadi symbol saling tolong menolong dan kerukunan,
yang diharapkan dapat berlangsung hingga usia senja bahkan menutup mata.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada hasil yang
dicapai pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa scene-scene yang
terpilih dan telah di capture adalah scene-scene yang dimana saat pemeran dalam
film� Mantan Manten� tersebut berada di lokasi/setting di Jawa,
scene-scene tersebut sudah memenuhi kriteria yang layak untuk dianalisis karena
secara visual mengandung nilai-nilai budaya Pernikahan Jawa. Pada lima
scene� yang di analisis denotasi dan
konotasi, terdapat nilai-nilai budaya Jawa, seperti rasa hormat dari seorang
anak kepada kedua orang tuanya melalui scene sungkem, rasa tanggung jawab dari
seorang suami kepada keluarganya melalui dulangan, nilai kekeluargaan yang harus
dijaga oleh istri, nilai raya syukur kepada nikmat yang diberikan oleh tuhan.
Kesemuanya ditujukan untuk menjaga hubungan rumah tangga dan menjadikannya
keluarga yang harmonis.
BIBLIOGRAFI
Cangara,
H. (2002). Pengantar Ilmu Komunikasi (Cetakan Keempat). Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Irwanto,
B., Schmidt, R., Pawandenat, D., & Hardtke, H.-J. (2004). Finite Element Model
Updating in the Vibration of Bladed Disk: Shaft Assemblies. ASME Turbo Expo
2004: Power for Land, Sea, and Air, 217�225. American Society of Mechanical
Engineers Digital Collection.
Jaenudin,
N. (2019). Kartelisasi Media Massa Dalam Membangun Sentimen Keagamaan Pada
Pemilukada DKI Jakarta Tahun 2012. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia,
4(9), 94�112.
Littlejohn,
S. W., & Foss, K. A. (2009). Encyclopedia of communication theory
(Vol. 1). Sage.
Sobur, A.
(2001). Analisis teks media: suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis
semiotik dan analisis framing. Remaja Rosdakarya.