Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 2, Februari 2024
MENJALIN KERJASAMA DENGAN ORANG TUA SISWA
DALAM PENGELOLAAN KELAS
Maria
Genoveva Mau, Prihantini
Program
Pasca Sarjana Program Magister Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas
Pendidikan Indonesia, Indonesia
Email:
[email protected], [email protected]
Abstrak
Pengelolaan
kelas merupakan upaya yang dilakukan oleh guru dalam menyiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan pembelajaran , sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif
di dalam kelas. Mengapa kelas harus dikelola? Agar tercipta lingkungan belajar yang
nyaman untuk memperoleh hasil pembelajaran yang efektif. Dalam arti yang lebih
popular, pengelolaan kelas sebenarnya adalah penciptaan lingkungan belajar
dengan mengatur tingkah laku peserta didik agar suasana belajarnya menjadi
optimal. Masalah-masalah dalam penglolaan kelas biasanya berupa tingkah laku siswa yang dapat
mempengaruhi efektivitas pembelajaran. Hal inilah yang harus diatasi. Cara
mengatasi hal ini dengan menjalin kerjasama antara Guru dan orang tua siswa, karena peran orang tua sangat penting bagi pertumbunah dan
perkembangan serta pendidikan anak. Ditinjau dari segi waktu, lebih banyak
waktu anak di rumah bersama
orang tua dari pada waktu
anak di sekolah. Tujuan penelitian ini yaitu: untuk mendeskripsikan dan
menganalisis upaya-upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan pengelolaan
kelas demi tercapainya hasil pembelajaran yang optimal bagi bagi peserta didik di Sekolah Dasar Santa Angela dan mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi
dalam proses belajar mengajar di kelas. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif, yaitu; wawancara dan observasi.
Subjek penelitian Kepala Sekolah, Guru dan Orang Tua peserta didik
Sekolah Dasar Santa
Angela Bandung. Masalah yang akan diteliti antara lain: (1) Masalah yang timbul
dalam dalam pengelolaan kelas. 2) Hambatan dalam pengelolaan kelas. 3) Pihak
yang dilibatkan dalam pengelolaan kelas, 4) Bentuk-bentuk kerjasama dalam meningkatkan
pengelolaan kelas.
Kata Kunci: Kerjasama,
Guru, Orang tua, Pengelolaan Kelas.
Abstract
Pengelolaan
kelas merupakan upaya yang dilakukan guru dalam menyiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan pembelajaran , sehingga tercipta
suasana belajar yang kondusif di dalam kelas. Mengapa kelas harus dikelola?
Agar tercipta lingkungan belajar yang nyaman untuk memperoleh hasil
pembelajaran yang efektif. Dalam arti yang lebih populer, pengelolaan kelas
sebenarnya adalah penciptaan lingkungan belajar dengan mengatur tingkah laku
peserta didik agar suasana belajarnya menjadi optimal. Masalah-masalah dalam
penglolaan kelas biasanya berupa tingkah laku siswa yang dapat mempengaruhi
efektifitas pembelajaran. Hal inilah yang harus diatasi. Cara mengatasi hal ini
dengan menjalin kerjasama antara Guru dan orang tua siswa, karena peran orang
tua sangat penting bagi perkembangan dan perkembangan serta pendidikan anak.
Ditinjau dari segi waktu, lebih banyak waktu anak di rumah bersama orang tua
dari pada waktu anak di sekolah. Tujuan penelitian ini yaitu: untuk
mendeskripsikan dan menganalisis upaya-upaya yang dilakukan guru dalam
meningkatkan pengelolaan kelas demi tercapainya hasil belajar yang optimal bagi
peserta didik di Sekolah Dasar Santa Angela dan mengatasi hambatan-hambatan
yang terjadi dalam proses belajar mengajar di kelas. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif, yaitu; wawancara dan observasi. Subjek penelitian Kepala
Sekolah, Guru dan Orang Tua peserta didik Sekolah Dasar Santa Angela Bandung.
Masalah yang akan diteliti antara lain: (1) Masalah yang timbul dalam
pengelolaan kelas. 2) Hambatan dalam pengelolaan kelas. 3) Pihak-pihak yang
termasuk dalam pengelolaan kelas, 4) Bentuk-bentuk kerjasama dalam meningkatkan
pengelolaan kelas.
Keywords:
Kerjasama, Guru, Orang Tua, Pengelolaan Kelas.
Pendahuluan
Pengelolaan
kelas secara sistematis kata pengelolaan
yang umum digunakan saat ini berasal dari kata kerja “to manage” yang
berarti mengurus, mengatur, mengendalikan, menangani, mengelola,
menyelenggarakan, menjalankan, melaksanakan dan memimpin (Hidayat & Machali, 2012).
Manajeman berasal dari bahasa latin, yaitu dari asal manus yang berarti tanggan
dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata kerja itu di gabungkan menjadi kata
kerja managere yang artinya menangani. Managere di terjemahkan ke dalam bahasa
inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management dan
manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajeman. Akhirnya management
diterjemahkan kedalam bahasa indonesia menjadi manajeman atau pengelola. Dengan
demikian manajeman merupakan kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki
oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara perorangan ataupun
bersama orang lain atau melalui orang lain dalam upaya mencapai tujuan
organisasi secara produktif, efektif dan efisien.
Pengelolaan kelas
adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar. Sedangkan pengertian kelas, dalam kamus besar bahasa indonesia kelas
didefinisikan sebagai ruang tempat belajar disekolah. (Yuliani & Kristiawan, 2017)
mendefinisikan sekelompok siswa yang belajar bersama atau suatu wahana ketika
kelompok itu menjalani proses pembelajaran pada tempat dan waktu yang diformat
secara formal. (Cooper, 2013)
dalam bukunya Classroom Teaching Sklills, manajeman kelas merupakan seperangkat
kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang
efektif. Dalam kaitan ini tugas guru adalah menciptakan dan memelihara
ketertiban suasana kelas. Sedangkan menurut (Alam et al., 2018)
bahwa manajeman kelas adalah rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan
mempertahankan organisasi kelas yang efektif yaitu meliputi: Pengaturan waktu,
pengaturan ruangan (fasilitas), dan pengelompokan siswa dalam belajar.
Dari
pengertian pengelolaan dan kelas dapat simpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah
segala usaha yang dilakukan
untuk menghasikan suasana pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan dan dapat memotivasi siswa
untuk belajar serta mengembangkan kemampuannya. Pengelolaan kelas pada umumnya bertujuan untuk
meningkatkan efektifitas untuk
pencapaian tujuan pembelajaran. Tujuan pengelolaan kelas menurut Dirjen PUOD dan Dirjen
Dikdasmen adalah sebagai berikut: a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik
sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan
siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin. b. Menghilangkan
berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran c.
Menyediakan dan mengatur fasilitas serta vasilitas belajar yang mendukung siswa
agar belajar
sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual siswa di dalam
kelas.
Untuk
mewujudkan semuanya
supaya tercapai tujuan
pengelolaan kelas dan berhasil sesuai
dengan harapan, oleh karena itu guru perlu melibatkan orang tua dalam proses
pengelolaan kelas. Ketelibatan orang tua dirasa sangat penting karena, keluarga
merupakan tempat pendidikan pertama dan utama yang bersifat alamiah. Dalam lingkungan keluarga, seorang anak
mulai mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya. Dalam keluargalah anak
dipersiapkan mengalami tingkatan-tingkatan perkembangannya untuk memasuki dunia lainnya seperti
dunia anak, remaja dan dewasa.
Pendampingan keluarga yang baik bagi anak akan berdampak
pada karakter anak. Oleh karena itu guru
harus bekerjasama dengan orang tua dalan mengajar dan mendidik anak agar
tercapai apa yang menjadi harapan sekolah maupun orang tua terhadap masa depan
anak. Jika seorang anak terbiasa belajar dengan tekun, rajin, sopan, santun di
rumah, kebiasaan itu akan terbawa ke sekolah karena sudah menjadi suatu habits
baginya. Dengan demikian pada saat pembelajaran berlangsung guru tidak
mengalami kesulitan
dalam pengelolaan kelas. Kerjasama guru dan orang tua bertujuan
untuk menciptakan adanya perhatian yang optimal terhadap pemenuhan kebutuhan
siswa guna meningkatkan hasil belajar. Dengan adanya jalinan kerjasama antara kedua belah pihak ini akan
menciptakan kesadaran serta pandangan yang lebih luas terhadap hasil belajar.
Kegiatan
menjalin kerjasama antara orang tua peserta didik dan guru memang sangat
bermanfaat. Supaya hal itu dapat berjalan lancar maka kedua pihak harus
memahami manfaat dari
kerjasama tersebut.
Adapun
cara yang bisa
dilakukan yaitu dengan menjelaskan maksud dan manfaat dari kegiatan tersebut
dengan dikemas dalam bentuk diskusi, seminar. Kegiatan tersebut akan menambah
wawasan guru dan orang tua. Guru lebih mudah dalam menentukan program yang
cocok dalam menjalin kerjasama dengan orang tua. Dan orang tua paham tentang pentingnya
terlibat dalam pembelajaran anak. Dengan begitu orang tuapun memiliki
tanggungjawab terhadap anak. Meskipun orang tua telah mempercayakan pendidikan
anak-anak mereka ke sekolah, namun orangtua tetap bertanggunjawab dalam proses
pembelajarananak.
Kerjasama
antara orang tua dan guru diperlukan di semua tingkat pendidikan, khususnya di
lembaga pendidikan sekolah dasar. Karena menurut menurut (Mansur, 2005)
pada level ini, anak-anak baru saja mulai mengembangkan karakter mereka melalui
perkembangan sikap, moral, sosial, emosi dan karakteristik keagamaan.
Pengembangan nilai-nilai ini dapat dicapai dengan optimal jika adanya
keharmonisan antara pendidikan anak-anak di rumah dan di sekolah, yang tentu
saja tidak dapat dipisahkan dari peran orang tua dan peran guru. Seperti yang
diungkapkan oleh (Mansur, 2005),
orang tua memiliki tanggung jawab terhadap anak-anak sejak akal pikirannya
belum sempurna hingga mereka dapat mengambil tanggung jawab atas tindakan yang
mereka lakukan. Selain itu, keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak juga
tercantum dalam Undang-Undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 7 ayat 1 yang berbunyi “orang tua berhak berperan serta dalam
memilih satuan pendidikn dan memperoleh informasi tentang perkembangan
anaknya”. Oleh sebab itu, sangat penting untuk menjalin kerjasama antara orang
tua dan guru sejak dini.
Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis, mendeskripsikan dan mengetahui
masalah-masalah pengelolaan kelas yang
dilakukan oleh guru di sekolah. Mengetahui cara mengatasi hambatan dalam
pengelolaan kelas. Mengetahui pihak yang dilibatkan sekolah dalam pengelolaan
kelas dan mengetahui bentuk-bentuk kerjasama yang dilakukan.
Metode Penelitian
Penelitian
ini merupakn jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Metode penelitian kualitatif menurut (Sugiyono, 2018)
yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah. Metode kualitatif digunakan untuk memperoleh data terperinci dan data
yang mengandung makna.
Peneliti
dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis kerjasama orang tua dan guru
dalam pengelolaan kelas di SD Santa
Angela Bandung. (Sugiyono, 2012)
mengutarakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang memaparkan
hasil penelitian berupa kata-kata yang tertulis, sehingga objek penelitian
menjadi jelas. Lokasi penelitian yang dipilih adalah SD Santa Angela Jln.
Merdeka No. 24 Bandung. Sumber data atau subjek dalam penelitian ini yaitu guru kelas dan orang tua siswa.
Langkah
penting yang digunakan pada penelitian yaitu teknik pengumpulan data. Karena
pada umumnya teknik pengumpuln data digunakan untuk mengambil data yang akan
diolah atau yang akan dianalisis pada penelitian agar penelitian dapat
dipercaya oleh pihak lain, serta agar menjadi penelitian yang valid. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara,
observasi.
Teknik
analisis data menurut (Hasyim, 1982)
adalah serangkaian kegiatan di mana data yang dikumpulkan di lapangan diproses
baik dalam bentuk penemuan baru, atau dalam bentuk hipotesis jujur untuk
menghasilkan serangkaian hasil. Tujuan dari analisis data adalah untuk
menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisi
data model interaktif. Model ini terdiri atas empat komponen yang meliputi
akuisisi data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Dalam
penelitian ini dalam analisis data langkah yang pertama yaitu reduksi data.
Yakni memilih hal-hal yang perlu dan memfokuskan pada hal-hal yang penting
terhadap isi data yang telah didapat dilapangan. Kemudian data disajikan dalam
secara sederhana dalam bentuk kata-kata, kalimat dan naratif. Setelah itu,
penarikan kesimpulan atau verifikasi data yang merupakah langkah terakhir.
Untuk
mendapatkan jaminan kepercayaan dan agar terhindar dari adanya subjektivitas
maka diperlukannya pengecekan atau pemeriksaan keabsahan data. Menurut Lincoln
dan Guba dalam (Riyanto, 2007)
terdapat empat kriteria utama yang digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data
yaitu kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan data wawancara dengan kepala sekolah,
guru wali kelas. Agatha maria Susi, S.Pd ( wali kelas I), Angela Entris T,
S.Pd.Wali Kelas II) Romlah Tresna Dewi, S.Pd.( Wali kelas III), Aditya Sidarta, S.Psi, S.Pd ( Wali kelas IV),
Vony Octaviani, S.Pd Maria Dewi Ramawati, S.Pd (wali kelas VI), dan observasi
maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel
1. Data Hasil Observasi
No. |
Aspek Yang Dikaji |
Masalah |
Keterangan |
1. |
Masaah-masalah yang
dihadapi guru dalam pengelolaan kelas di sekolah. |
Anak
mudah menyerah dengan pelajaran, kurang focus dengan pelajaran, emosi kurang
terkontrol, kesuitan mengelola waktu, mengganggu teman, pasif dalam
berbicara, menyendiri, sulit adaptasi dalam kerja kelompok. |
Wawancara |
2. |
Cara yang digunakan
guru untuk mengatasi
hambatan-hambatan dalam pengelolaan
kelas. |
gurusecara
terusmenerusmenyadarkan anak untuk menyelesaiakan tugas baik secara individu
atau kelompok, menginformasikankan pentingnya kerjasama dalam kelompok, guru
mrnginformasikan, pentingnya kerjasama dalam kelompok, |
Wawancara |
3. |
Pihak yang
dilibatkan sekolah dalam pengelolaan kelas. |
Guru menjalin kerja
sama dengan orang tua agar mendukung anaknya. |
Wawancara |
4. |
Bentuk-bentuk
kerjasama |
|
Wawancara |
Masaah-masalah
yang dihadapi guru dalam pengelolaan kelas di sekolah
Pengelolaan
kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar. Sedangkan
menurut Arikunto dalam (Zain & Djamarah,
2013) berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar-belajar atau
membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimis sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar-mengajar seperti yang diharap.
Menurut (Mulyasa, 2015) pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan
oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran dengan maksud agar tercapai kondisi
optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar sebagaimana yang diharapkan.
Pengelolaan kelas (classroom management) berdasarkan pendekatannya menurut
Weber (WordPress: 2011) diklasifikasikan kedalam tiga pengertian, yaitu
berdasarkan pendekatan otoriter (autorityapproach), pendekatan permisif
(permissive approach) dan pendekatan modifikasi tingkah laku. Menurut (Sudarsana, 2016) pengertian pengelolaan kelas adalah ketrampilan
guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar
(Rohani, 2016) mengatakan masalah pengelolaan kelas dapat
diklasifikasikanke dalam tiga kategori yaitu: (a) masalah yang ada dalam
wewenang guru (b) masalah yang ada dalam wewenang sekolah. c. masalah yang ada
dalam kewenagan orang tua. Oleh karena itu orang tua punya peran penting dalam
kerja sama untuk mengoptimalkan pengelolaan kelas.
Dalam pengelolaan kelas ada bermacam-macam masalah
yang dihadapi guru antara lain:
1.
Masalah
Perorangan
Penggolongan
masalah perorangan didasarkan kepada anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia
mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar
untuk memiliki dan merasa dirinya berguna. Jika individu gagal mengembangkan
rasa ingin memiliki dan rasa dirinya berharga, maka ia akan bertingkah laku
menyimpang. Terdapat empat jenis penyimpangan perilaku perorangan di kelas,
yaitu tingkah laku menarik perhatian orang lain, mencari kekuasaan, menuntut
balas dan memperlihatkan ketidakmampuan. Keempat tingkah laku ini diurutkan
makin lama makin berat. Misalnya, seorang anak yang gagal menarik perhatian
orang lain boleh jadi menjadi anak yang mengejar kekuasaan. Masalah perorangan
ini mengacu pada masalah psikologis anak/jiwa anak.
a).
Menarik perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif (mengganggu ketenangan)
pencari perhatian yang aktif dapat dijumpai pada siswa yang suka pamer,
suka melawak, membikin onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya,
tingkatnya rewel. Tingkah laku perhatian yang pasif dijumpai pada siswa yang
malas, terus menerus meminta bantuan orang lain. b).Mencari kekuasaan. Tingkah
laku pencari kekuasaan hampir mirip dengan siswa pencari perhatian tetapi lebih
mendalam. Siswa pencari kekuasaan yang aktif: suka mendekat, berbohong,
menampilkan adanya pertentangan, tidak mau melaksanakan tugas dan menunjukkan
sikap tidak patuh secara terbuka. Siswa pencari kekuasaan yang pasif tampak
pada siswa yang amat menonjolkan kemalasannya, sehingga tidak melakukan apa-apa
sama sekali, tipe seperti ini amat pelupa, keras kepala, dan secara pasif
memperlihatkan ketidakpatuhan. c) .Menuntut Balas
Siswa ini ditandai dengan frustasi yang amat mendalam dan tidak menyadari bahwa
ia sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Perilaku
siswanya ditunjukkan dengan : keganasan, penyerangan
secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap sesama siswa petugas
atau penguasa ataupun terhadap binatang. Siswa penuntut balasan yang aktif
sering disebut siswa yang ganas dan kejam, sedangkan siswa penuntut balas pasif
dikenal sebagai siswa yang pencemberut atau suka menentang. d). Memperlihatkan Ketidakmampuan. Siswa yang
berperilaku merasa amat tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang
dikehendakinya atau rasa memiliki, dan bersikap menyerah terhadap tangtangan
yang menghadangnya, anggapan lain yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang
terus menerus. Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong lagi ini biasanya
diikuti dengan perilaku mengundurkan diri atau memencilkan diri (isolasi diri),
akhirnya siswa tersebut menjadi rendah diri.
2.
Masalah
Kelompok
Terdapat
tujuh masalah kelompok yang sering muncul dikelas, yang berakibat terhadap pelaksanaan manajemen kelas.
a.) Kekurangan kekompakan. Kekurangan
kekompakan ditandai dengan adanya kekurang cocokan diantara para anggota kelompok. Konflik antara siswa
dari yang berjenis kelamin atau suku berbeda termasuk kedalam kategori kekurang
kompakan. Siswa yang berada di kelas jenis ini, siswa nya tidak saling membantu
dan siswa tidak tertarik dengan kelas yang mereka tempati b). Kekurang mampuan mengikuti peraturan
kelompok. Perilaku kelas ini muncul apabila siswa tidak lagi mematuhi aturan
atau tata tertib kelasnya. Contoh perilakunya :
berisik, dorong mendorong dan sebagainya. c). Reaksi negatif terhadap sesame
anggota kelompok. Perilaku ini terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar
dilontarkan terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu,
anggota kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok, aggota kelompok yang
menghambat kegiatan kelompok, biasanya dibarengi dengan unsure pemaksaan oleh
kelompok. d). Penerimaan kelompok atas
perilaku menyimpang.
Perilaku
ini terjadi apabila kelompok mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok
yang berperilaku menyimpang dari norma-norma social pada umumnya. Contoh : perbuatan memperolok-olokkan atau membuat lawakan lucu
dengan cara menggambar “lucu” tentang guru. e) Kelompok mudah terganggu dalam
kelancaran kegiatannya. Kelompok mereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal
yang sebenarnya tidak berarti atau bahkan memanfaatkan hal-hal kecil untuk
mengganggu kegiatan kelompok itu. Contoh: siswa menolak untuk melakukan karena
beranggapan guru kurang adil.
f).Kelompok protes tidak mau melakukan kegiatan. Perilaku kelompok ini
tergolong yang paling rumit, baik pernyataannya dinyatakan secara terbuka,
ataupun secara terselubung. Contoh: permintaan penjelasan yang terus menerus
tentang suatu tugas, kehilangan pensil, lupa mengerjakan pekerjaan rumah. g.)
Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Perilaku ini terjadi apabila kelompok
mereaksi secara tidak wajar terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan,
penggantian guru, penggantian anggota kelompok, dan lain-lain. Siswa menganggap
perubahan yang terjadi sebagai ancaman terhadap keutuhan kelompok.
Cara Guru
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam pengelolaan kelas.
Tindakan mengatasi masalah dalam pengelolaan kelas
adalah tindakan yang dilakukan oleh guru dalam rangka
penyediaan kondisi yang
optimal agar proses
belajar-mengajar berlangsung efektif.
Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan yaitu dengan
jalan menyediakan kondisi
baik fisik maupun
kondisi sosio-emosional sehingga
terasa benar oleh siswa rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar. Tindakan
lain dapat berupa tindakan korektif terhadap tingkah laku siswa yang
menyimpang dan merusak
kondisi optimal bagi
proses belajar-mengajar yang
sedang berlangsung.
Dimensi korektif dapat terbagi dua yaitu tindakan
yang seharusnya segera diambil guru pada
saat terjadi gangguan
(dimensi tindakan) dan
tindakan penyembuhan terhadap tingkah laku yang menyimpang yang
terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-larut.
Dimensi
pencegahan dapat
merupakan tindakan guru
dalam mengatur lingkungan
belajar, mengatur peralatan dan lingkungan sosio-emosional. a). Kondisifisik. Lingkungan fisik yang
menguntungkan dan memenuhi syarat minimal
mendukung meningkatnya intensitas
proses pembuatan belajar siswa
dan mempunyai pengaruh
positif terhadap pencapaian
tujuan pengajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi: ruangan tempat
belajar, pengaturan tempat duduk, ventilasi dan pengaturan cahaya,
pengaturan penyimpanan barang-barang dll.
b) Kondisi
sosio-emosiona.l Suasana sosio-emosional dalam kelas
akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar-mengajar,
kegairahan siswa dalam belajar dan efektifitas tercapainya tujuan pengajaran.
Suasana sosio-emosional ini meliputi tipe kepemimpinan guru, sikap guru, suara
guru, dll.
Pihak yang
dilibatkan Guru Dalam
Pengelolaan Kelas.
Hubungan kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang per-
orangan atau kelompok untuk mecapai tujuan bersama. Hubungan kerja sama
merupakan interaksi yang paling penting karena pada hakekatnya manusia tidaklah
bisa hidup sendiri tanpa orang lain sehingga ia senantiasa membutuhkan orang lain. Hubungan kerja
sama dapat berlangsung mana kala individu-individu yang ber- sangkutan memiliki
kepentingan yang sama dan memiliki kesadaran untuk bekerja sama guna mencapai
kepen- tingan mereka. Hubungan kerja sama orang tua dengan guru adalah suatu
usaha atau kegiatan bersama anatara orang tua dengan guru dalam mecapai tujuan
bersama yaitu meningkatkan dan mengembangkan akademik siswa sehingga akan
berakibat pada pendidikan dan perkembangan peserta didik.
Menurut Slament PH, hubungan kerja sama merupakan
suatu usaha atau kegiatan bersama yang dilakukan oleh kedua bela pihak dalam
rangka untuk mencapai tujuan bersama. Lebih lanjut Epstein dan Sheldon
menyatakan bahwa hubungan kerja sama sekolah, keluarga dan masyarakat merupakan
konsep yang multidimensional dimana keluarga, guru, pengelola dan anggota
masyarakat bersama-sama bertanggungjawab. tanggung jawab untuk mening- katkan
dan mengembangkan akademik siswa sehingga akan berakibat pada pendidikan dan
perkembangan anak. Multidimensional berarti hubungan kerja sama dilakukan dalam
berbagai hal atau dimensi. Hubungan kerja sama lebih sekedar pertemuan orang
tua dan guru
dalam pembagian laporan tahunan, namun mengiku tsertakan orang tua dalam
berbagai peran sepanjang waktu.
Bentuk-Bentuk Kerjasama
antara Guru dan Orang tua.
Kerjasama antara guru dan orang tua merupakan hal
yang penting untuk meningkatkn hasil belajar peserta didik. Untuk membangun
hubungan kerja sama yang baik dengan orang tua, sekolah harus mengupayakankan
berbagai bentuk kerja sama .
Bentuk-bentuk kerjasama yang dilakukan di SD Santa
Angela mengacu pada pendapat Epstein (Coleman, 2012) bahwa ada enam bentuk kerjasama antara orang tua
dan guru yaitu, Semimar, parenting education, komunikasi, volunteer,
keterlibatan orang tua pada pembelajaran anak di rumah, pengembilan keputusan
dan kolaborasi dengan kelompok masyarakat. Karena pada dasarnya pemilihan
bentuk-bentuk kerjasama tersebut menyesuaikan latar belakang guru, orang tua
dan masyarakat sekitar. Meski dirasa cocok namun ada saja kendala yang dihadapi
dalam penerapannya. Status ekonomi, status sosial dan juga tingkat pendidikan
memang sangat mempengaruhi dalam terlaksanakannya kerjasama tersebut.
Sebagaimana telah terpapar diatas bahwa hambata-hambatan itu muncul dari dalam
(pihak sekolah atau guru) dan juga dari luar (pihak orang tua peserta didik).
Namun, pihak sekolah sangat sigap dalam mengatasi hamabatn-hambatan yang ada.
Upaya-upaya pun dilakukan oleh pihak sekolah agar kerjasama antara orang tua
dan guru tetap dapat berlangsung.
Adapun bentuk kegiatan kerjasama yang diterapkan oleh SD Santa Angela
yaitu a) Seminar. Memberikan pemahaman kepada guru dan orang tua mengenai kerjasama, dikemas
dalam bentuk seminar . Dengan adanya kegiatan seminar bersama akan menambah wawasan baik kepada guru
maupun orang tua, tentang pentingnya
kerjasama dalam mendampingi anak untuk proses pertumbuhan dan perkembangan
terutama membantu guru dalam pengelolaan kelas. Melibatkan orang tua dalam
perencanaan program. Dengan mengikutsertakan orang tua dalam penyusunan program maka program itu akan
terlaksana sesuai yang diharapkan. Karena orang tua menjadi bagian dari
perencanaan sekaligus pelaksananya. b).Parenting education adalah kegiatan
edukasi yang diselenggarakan oleh sekolah untuk para orang tua peserta didik.
Kegiatan ini dirancang untuk membantu orang tua menciptakan lingkungan keluarga
yang mendukung pembelajaran anak-anak. Selain itu, pengetahuan orang tua
tentang kesehatan, gizi, keamanan, penanaman dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan perkembangan anak dapat di perluas. Narasumber dalam kegiatan
parenting education yaitu tenaga ahli seperti dokter, psikiater, Namun orang
tua tidak hanya dapat berperan sebagai penerima materi tetapi juga bisa
berperan sebagai narasumber berdasarkan keahlian dan keterampilan yang mereka
miliki. Atau bisa juga orang tua dan guru dapat saling berbagi pengalaman dan
pengetahuan tentang anak bedasarkan pengetahuan mereka masing-masing. Untuk
materi parenting education diberikan kepada orang tua dalam bentuk hardcopy dan
disampaikan langsung oleh narasumber. Dalam kegiatan parenting education orang
tua diberikan kesempatan untuk bertanya, sharing, dan mendiskusikan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi yang berkaitan dengan anak.
Adanya kegiatan parenting education ini orang tua
bisa lebih faham dan mengerti tentang bagaimana cara mengasuh dan mendidik anak
yang baik dan benar. Dengan begitu, orang tua dapat menunjang dalam proses
pembelajaran anak, orang tua dapat menciptakan pembelajaran yang berkualitas
untuk anak di rumah. c). komunikasi. Bentuk kerjasama yang kedua yaitu
komunikasi. Melakukan dua jenis komunikasi dalam menjalin kerjasama dengan
orang tua yaitu komunikasi jenis formal dan komunikasi jenis nonformal.
Komunikasi jenis formal yaitu dalam bentuk surat menyurat, buku penghubung,
pertemuan wali dan rapor. Sedangkan komunikasi nonformal yaitu melalui grup
whatsapp, kunjungan rumah, sms/telepon, melalui papan pengumuman sekolah dan
ketika orang tua mengantar atau menjemput anaknya.
Komunikasi yang terbangun antara orang tua dan guru
secara teratur dapat menciptakan keharmonisan antar keduanya sehingga
pembelajaran anak bisa selaras antara di rumah dan di sekolah. Pembelajaran
yang selaras tersebut dapat menjadikan anak lebih mudah memahami pelajaran yang
didapat, memahami aturan, mandiri, dan lebih tepant. d). Keterlibatan orang tua
di rumah. Orang tua siswa
SD Santa Angela terlibat dalam pembelajaran anak ketika di rumah
yaitu mengulang atau memberikan pengayaan materi pada anak tentang apa yang
telah diberikan oleh guru ketika di sekolah. Orang tua dapat mengetahui
materinya dari buku penghubung. Menyatukan harapan dan kepentingan ini (Suriansyah, 2014).
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan mengenai Menjalin Kerjasama dengan Orang Tua
Siswa dalam Pengelolaan Kelas maka dapat disimpulkan bahwa, pengelolaan kelas
yang dilakukan oleh guru pada proses pembelajaran bukanlah hal yang mudah oleh
karerena itu perlu melibatkan orang tua dalam usaha mendampingi anak di rumah
agar dampaknya bisa dirasakan di sekolah saat pengelolaan kelas. Pertumbuhan
dan perkembangan anak dalam pendidikan membutuhkan pendampingan secara intensif
baik dari guru maupun orang tua. Dengan demikian siswa dapat mencapai hasil
belajar yang maksimal sesuai dengan harapan dan tujuan bersama.
Tingkatan jalinan kerja sama anatara guru dan orang tua dalam
pengelolaan kelas untuk mendampingi anak
selama masa pendidikan. Dengan adanya kerjasama dapat menyamakan persepsi dalam
mendidik, membimbing, dan mengasuh anak sehingga anak juga tidak bingung dalam
menerapkan apa yang diajarkan. Sebab, jika antara guru dan orang tua memiliki
cara yang berbeda-beda dalam mendidik, membimbing, dan mengasuh anak, maka akan
terjadi ketidaksesuaian diantara keduanya yang menimbilkan kebingungan bagi
anak dan berdampak pada tumbuh kembang anak yang menjadi tidak maksimal.
Kerjasama yang baik membantu anak untuk bertumbuh berkembanga secara holistic.
BIBLIOGRAFI
Alam, S.,
Zakaria, Z., & Aliman, A. (2018). Manajemen Kelas Berbasis Pendidikan
Karakter untuk Memperbaiki Perilaku Siswa yang Menyimpang (Studi Deskriptif
Kualitatif di SMP Negeri 3 Lubuklinggau). Universitas Bengkulu.
Coleman,
M. (2012). Empowering family-teacher partnerships: Building connections
within diverse communities. Sage publications.
Cooper,
J. M. (2013). Classroom Teaching Skills. Cengage Learning.
Hasyim,
M. (1982). Penuntun Dasar Kearah Penelitian Masyarakat (Vol. 89).
Surabaya: Bina Ilmu.
Hidayat,
A., & Machali, I. (2012). Pengelolaan pendidikan: konsep, prinsip, dan
aplikasi dalam mengelola sekolah dan madrasah. Kaukaba.
Mansur,
L. (2005). Pendidikan anak usia dini dalam islam. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Mulyasa,
E. (2015). Menjadi guru profesional, menciptakan pembelajaran kreatif dan
menyenangkan. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.
Riyanto,
Y. (2007). Metodologi penelitian pendidikan kualitatif dan kuantitatif.
Surabaya: Unesa university press.
Rohani.
(2016). Pengelolaan Pembelajaran Sebuah Pengantar Munuju Guru Profesional.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sudarsana,
I. K. (2016). Peningkatan mutu pendidikan luar sekolah dalam upayapembangunan
sumber daya manusia. Jurnal Penjaminan Mutu, 1(1), 1–14.
Sugiyono.
(2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Afabeta.
Sugiyono.
(2018). Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Alfabeta.
Suriansyah.
(2014). Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat: dalam Rangka
Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.
Yuliani,
T., & Kristiawan, M. (2017). Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
Membina Kompetensi Sosial (Pelayanan Prima) Tenaga Administrasi Sekolah. JMKSP
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, Dan Supervisi Pendidikan), 1(2),
122–132. https://doi.org/10.31851/jmksp.v1i2.1013.
Zain,
A., & Djamarah, S. B. (2013). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Copyright holder: Maria Genoveva Mau, Prihantini (2024) |
First publication right: Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |