Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 2, Februari 2024
UJI PERMETHRIN TERHADAP HAMA RAYAP
(Coptotermes curvignathus Holmgren) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
Jojon
Soesatrijo
Program
Studi Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit, Politeknik Kelapa Sawit
Citra
Widya Edukasi, Indonesia
Email:
[email protected]
Abstrak
Penelitian
tentang uji bahan aktif permethrin terhadap pengendalian hama rayap pada
tanaman kelapa sawit dilakukan di areal kebun kelapa sawit kampung Karapyak,
Cintamekar Serangpanjang, Subang, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui tingkat mortalitas hama rayap, kecepatan mati hama rayap,
tingkah laku rayap dan analisa biaya. Rancangan penelitian yang digunakan
adalah rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri atas 4 taraf
perlakuan, setiap perlakuan terdiri atas tiga ulangan. Setiap perlakuan dan
ulangan menggunakan 20 ekor rayap pekerja, dengan demikian jumlah seluruh rayap
yang digunakan sebanyak 240 ekor rayap pekerja. Perlakuan yang diujikan adalah
P1 = 0,5 ml permethrin per liter air, P2 = 0,75 ml permethrin per liter air, P3
= 1 ml permethrin per liter air dan P4 = 1,25 ml permethrin per liter air.
Parameter yang diamati adalah tingkat mortalitas hama rayap, kecepatan mati
rayap, tingkah laku morfologi rayap, dan analisa biaya. Analisis data di hitung
dengan menggunakan analisa statistika sidik ragam pada taraf 0,05. Jika
terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji DMRT (duncan multiple range
test). Perhitungan dilakukan dengan menggunakan SAS (statistika analisis
system). Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji bahan aktif permethrin dengan
memberikan konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat
mortalitas hama rayap dan waktu kematian hama rayap.
Kata Kunci: Permethrin,
Rayap, Tanaman Kelapa Sawit
Abstract
Research
on testing the active ingredient permethrin on termite pest control in oil palm
was carried out in the area of oil palm plantations in Karapyak Village,
Cintamekar Serangpanjang, Subang, West Java Province. This research was
conducted to determine the mortality rate of termites, the death rate of
termites, termite behavior and cost analysis. The research design used was a
non-factorial completely randomized design (CRD) consisting of 4 treatment
levels, each treatment consisting of three replications. Each treatment and
replication used 20 worker termites, thus the total number of termites used was
240 worker termites. The treatments tested were P1 = 0.5 ml permethrin per
liter of water, P2 = 0.75 ml permethrin per liter of water, P3 = 1 ml permethrin
per liter of water and P4 = 1.25 ml permethrin per liter of water. Parameters
observed were termite mortality, termite death rate, termite morphological
behavior, and cost analysis. Data analysis was calculated using statistical
analysis of variance at the 0.05 level. If there is a significant effect then
proceed with the DMRT test (Duncan multiple range test). Calculations are
performed using SAS (statistical analysis system). The results showed that
testing the active ingredient permethrin by giving different concentrations had
a significant effect on the mortality rate of termites and the time of death of
termites.
Keywords:
Permethrin, Termites, Oil Palm Plants.
Pendahuluan
Kelapa
sawit adalah penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena minyak yang
dihasilkan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan minyak yang
dihasilkan oleh tanaman lain. Pemeliharaan sangat mempengaruhi peningkatan
produksi kelapa sawit. Peningkatan produksi perlu dilakukan demi mencapai
peningkatan pendapatan sebagai penentu keberhasilan suatu usaha tani perkebunan
(Badan Pusat Statistik Indonesia, 2011).
Budidaya
kelapa sawit dalam mencapai produksi yang maksimal sering menghadapi berbagai
gangguan hama dan penyakit. Jenis hama yang sering di jumpai ialah rayap tanah
(Coptotermes curvignathus Holmgren). Rayap merupakan hama yang seringkali juga
merusak kayu sebagai bagian dari konstruksi bangunan dan material berselulosa
lainnya didalam bangunan gedung atau menyerang pohon dan tanaman hidup sehingga
menjadi hama yang potensial, terutama di areal perkebunan kelapa sawit, karet
dan tanaman hutan industri seperti pinus, eukaliptus, dan lain-lain (Subekti et al., 2008).
Rayap
dapat menimbulkan masalah di perkebunan kelapa sawit terutama pada areal baru
bekas hutan. Ada dua jenis yang menyerang kelapa sawit, yakni Coptotermes
curvignathus Holmgren dan Macrotermes gilvus Hagen, yang menyerang akar, batang
dan pelepah daun, baik jaringan yang masih hidup maupun jaringan yang mati (Semangun & Mangoensoekarjo, 2008).
Keberadaan
rayap berawal dari pembukaan lahan yang kurang bersih sehingga ketika lahan
ditanami kelapa sawit, rayap menjadi hama yang sangat merusak. Rayap menyerang
kelapa sawit dari dalam tanah langsung mengebor bagian tengah pangkal batang
hingga terbentuk rongga dan bersarang di dalamnya. Serangan ringan ditandai
dengan adanya terowongan pada permukaan batang.
Hama
ini dapat menimbulkan kerusakan fisik secara langsung pada tanaman dan
menyebabkan terjadinya penurunan hasil, sehingga menimbulkan kerugian ekonomis
yang cukup besar. Hal ini disebabkan rayap dapat menyerang akar dan batang
tanaman sehingga translokasi air dan zat hara dari tanah terganggu dan akhirnya
tanaman mati (Nandika et al., 2003).
Salah
satu cara untuk mengendalikan hama rayap dapat digunakan dengan memanfaatkan
bahan kimia salah satunya adalah insektisida dengan bahan aktif permethrin.
Permethrin banyak dimanfaatkan sebagai bahan insektisida atau bahan anti
serangga dan akarisida yang efektif sebagai racun kontak yang bekerja di bagian
saluran pencernaan.
Penelitian
ini bertujuan mengetahui pengaruh bahan aktif permethrin dengan konsentrasi
yang berbeda terhadap pengendalian hama rayap tanah (Coptotermes curvignathus
Holmgren), mengetahui penggunaan bahan aktif permethrin pada konsentrasi yang
tepat terhadap pengendalian hama rayap tanah (Coptotermes curvignathus
Holmgren) dan mengetahui tingkat keberhasilan mortalitas rayap tanah
(Coptotermes curvignathus Holmgren).
Metode Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di areal kebun kelapa sawit kampung Karapyak, Cintamekar
Serangpanjang, Subang, Provinsi Jawa Barat. Alat yang digunakan dalam
penelitian hama rayap yaitu:
1. Ember,
wadah untuk campuran permethrin
2. Gelas
ukur 1 liter, wadah pencampuran larutan
3. Pipet
ukur pyrex untuk alat mengukur volume bahan aktif
4. Wadah
plastik ukuran 30 cm, tempat rayap
5. Cangkul,
alat untuk membongkar sarang rayap
6. Kalkulator,
alat penghitung
7. Kamera,
alat dokumentasi
8. Stopwatch,
alat kalibrasi waktu
9. Alat
tulis, alat pencatatan data
10. Laptop,
alat menyusun laporan
11. Hand
sprayer, alat penyemprot rayap
12. Cottonbut,
alat pemindahan rayap ke plastic
Bahan
yang digunakan untuk pengendalian hama rayap yaitu:
1. Insektisida
perkill 50 EC (permethrin), bahan pengendalian rayap
2. Air,
bahan pelarut perkill 50 EC
3. Rayap
sampel perlakuan
Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial
dengan data statistika yang bersifat homogen yang terdiri dari 4 perlakuan
dengan 3 ulangan. Setiap sampel percobaan terdapat 20 ekor rayap kastya
pekerja, sehingga jumlah rayap yang digunakan adalah 240 ekor rayap.
1. P1
: 0,5 ml/ l (0,5 ml permethrin dalam pelarut air sebanyak 1 liter)
2. P2
: 0,75 ml/ l (0,75 ml permethrin dalam pelarut air sebanyak 1 liter)
3. P3
: 1 ml/ l (1 ml permethrin dalam pelarut air sebanyak 1 liter)
4. P4 : 1,25 ml/ l (1,25 ml permethrin dalam pelarut air
sebanyak 1 liter)
5.
Pelaksanaan
Penelitian
Pelaksanaan
penelitian terdiri dari persiapan areal hingga persiapan alat dan bahan,
pencampuran bahan aktif permethrin, dan aplikasi bahan aktif permethrin.
Persiapan
Spot Areal Yang Terserang Rayap
Survey
areal yang dilakukan dengan mencari sarang rayap pada areal kebun kelapa sawit
serta melakukan pengamatan secara langsung di lapangan, pengambilan sarang
rayap ke lapangan, dan dibawa untuk uji bahan aktif permethrin dengan
konsentrasi yang berbeda.
Persiapan
Bahan Rayap
Persiapan
bahan rayap diawali dengan menentukan letak sarang rayap. Pembongkaran sarang
rayap menggunakan cangkul dilakukan setelah ditemukan sarang rayap. Hasil
bongkahan sarang tersebut dikumpulkan kedalam ember. Pemisahan antara bongkahan
rayap dengan rayap pekerja menggunakan cottonbut sebanyak 20 ekor rayap pekerja
setiap perlakuan pada tiap ulangan diatas wadah plastik putih.
Pembuatan
Larutan Permethrin
1. Pencampuran
larutan dengan bahan aktif permethrin dengan menggunakan gelas ukur.
2. Pengukuran
masing-masing konsentrasi 0,5 ml, 0,75 ml, 1 ml, 1,25 ml dengan pipet ukur
pyrex.
3. Ditambahkan
air sebanyak 1 liter air kedalam masing- masing konsenrasi permethrin.
4. Diaduk
larutan permethrin dengan menggunakan batang pengaduk sampai dengan terlarut.
5. Dimasukan
larutan permethrin yang sudah dilarutkan kedalam semprot tangan (hand sprayer).
6. Insektisida
permethrin siap diaplikasikan.
Aplikasi Insektisida
Permethrin.
Aplikasi
insektisida permethrin dilakukan dengan sistem semprot menggunakan hand
sprayer. Nozel hand sprayer mengeluarkan 1 ml setiap satu kali semprot pada
rayap yang tersedia di wadah plastik putih. Aplikasi hand sprayer digunakan
pada ketinggian 20 cm. Penyemprotan insektisida permethrin dilakukan dengan
menyemprotkan ke seluruh bagian dari arah atas wadah.
Parameter Pengamatan
Tingkat mortalitas hama
rayap
Mortalitas
rayap merupakan persentase tingkat kematian rayap yang diamati selama 10 menit
setiap perlakuan. Pengamatan terhadap mortalitas berdasarkan waktu yang telah
ditentukan diperoleh dari rumus sebagai berikut : Σ Σ
Kecepatan mati rayap
Total
waktu kematian rayap merupakan parameter yang diamati dalam menghitung waktu
reaksi bahan aktif permethrin terhadap kematian rayap secara total.
Tingkah laku morfologi
rayap
Perubahan
tingkah laku rayap dapat dilihat setelah di semprotkan permethrin yang terlihat
adalah aktifitas rayap menurun, pergerakan rayap menjadi lambat, tubuh rayap menjadi
kaku dan kemudian mati.
Analisis biaya
Analisis
biaya merupakan jumlah anggaran terhadap biaya dengan mempertimbangkan kualitas
suatu penelitian.
Analisis data
Analisis
data di hitung dengan menggunakan analisa statistika sidik ragam pada taraf
0,05. Jika terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji DMRT (duncan
multiple range test). Perhitungan dilakukan dengan menggunakan SAS (statistika
analisis system) dan menggunakan aplikasi microsoft excel.
Hasil dan Pembahasan
Tingkat Mortalitas Hama Rayap
Pemberian bahan aktif permethrin menunjukkan
pengaruh nyata terhadap mortalitas rayap tanah. Pada perlakuan P1 memiliki
nilai mortalitas yang rendah namun pada perlakuan P4 memiliki nilai mortalitas
yang tinggi.
Tabel 1. Pengaruh bahan aktif permethrin terhadap tingkat
mortalitas hama
rayap
Perlakuan |
Konsentrasi (Ml) |
Mortalitas (%) |
P1 |
0,5 |
0,56 C |
P2 |
0,75 |
0,80 C |
P3 |
1 |
1,20 B |
P4 |
1,25 |
1,76 A |
Keterangan: Rerata perlakuan yang diikuti huruf yang
sama menunjukkan tidak ada beda nyata menurut uji jarak berganda duncan dengan
jenjang taraf 5%.
Mortalitas rayap bertujuan untuk mengetahui pengaruh
bahan aktif permethrin. Perlakuan P4 dengan konsentrasi tertinggi mampu
mengendalikan rayap dengan nilai mortalitas paling tinggi.
Penelitian ini sejalan dengan pendapat (Hartatik &
Widowati, 2015) yang menyatakan bahwa makin tinggi konsentrasi yang
diberikan, maka persentase mortalitas hama juga tinggi, dan konsentrasi yang
rendah memerlukan waktu lama untuk mengendalikan hama pengganggu. Selain itu,
bahan aktif permethrin yang bersifat kontak melekat pada bagian kulit rayap
yang dapat mengikis bagian permukan sehingga rayap tersebut terkena racun (Hasan, 2017).
Hama ini tergolong berbahaya bagi tanaman budidaya, termasuk tanaman kelapa
sawit karena selalu terus menerus terlibat dalam mendapatkan makanan demi populasi dan koloni
nya (Khan et al., 2020). Apabila
tanaman yang diserang mati, biasanya rayap akan memindahkan koloninya ke
tanaman yang sehat (Herlinda et al.,
2010).
Total Waktu Kematian Rayap
Waktu mortalitas merupakan lamanya kematian rayap
dalam jumlah yang sama. Pengaruh bahan aktif permethrin terhadap waktu
mortalitas rayap, perlakuan P4 dengan konsentrasi 1,25 ml/ l membutuhkan waktu
yang cepat untuk mengendalikan rayap.
Tabel
2. Pengaruh bahan aktif permethrin terhadap kecepatan mati hama rayap
Perlakuan |
Konsentrasi (ml) |
Waktu mortalitas (menit) |
P1 |
0,5 |
48 a |
P2 |
0,75 |
43 b |
P3 |
1 |
39 c |
P4 |
1,25 |
28 d |
Keterangan: Rerata perlakuan yang diikuti huruf yang
sama menunjukkan tidak ada beda nyata menurut uji jarak berganda duncan dengan
jenjang taraf 5%.
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan P4
dengan konsentrasi 1,25 ml memberikan waktu mortalitas tertinggi yaitu 28 menit
dengan persentase mortalitas rayap 100%. Berbeda nyata dengan perlakuan P3
dengan konsentrasi 1 ml memberikan waktu mortalitas 39 menit, perlakuan P2
dengan konsentrasi 0,75 ml dengan waktu mortalitas 43 menit dan perlakuan P1
0,5 ml waktu mortalitas rayap 48 menit pada tabel 2. Hal ini disebabkan karena
konsentrasi perlakuan P4 sangat tinggi dibandingkan dengan perlakuan P1, P2,
dan P3. Artinya konsentrasi sangat mempengaruhi waktu mortalitas.
Konsentrasi insektisida yang lebih tinggi maka
pengaruh yang ditimbulkan semakin tinggi, disamping itu daya kerja suatu
senyawa sangat ditentukan oleh besarnya konsentrasi (Hasnah, 2009).
Perubahan Tingkah Laku Morfologi Rayap
Perubahan tingkah laku rayap setelah di semprotkan
permethrin yang terlihat adalah aktifitas rayap menurun, pergerakan rayap menjadi
lambat, tubuh rayap menjadi kaku dan kemudian mati. Warna tubuh rayap berubah
dari berwarna pucat menjadi warna kehitaman, hal ini disebabkan karena efek
toksik pada permethrin.
Mekanisme kerja dari senyawa ini yaitu sebagai racun
kontak dan racun saraf, racun kontak masuk kedalam tubuh rayap melalui lubang-
lubang alami atau langsung masuk melalui mulut bersamaan dengan bahan makanan
yang dimakan, kemudian senyawa ini akan masuk ke organ pencernaan dan diserap
oleh dinding usus selanjutnya ditranslokasikan menuju ke pusat saraf. Saraf
rayap yang terganggu akan mempengaruhi keseimbangan ion-ion yang ada dalam sel
saraf sehingga menyebabkan kematian pada rayap (Tarumingkeng, 2009).
Perubahan tingkah laku setelah diaplikasikan
permethrin 0,5 ml adalah menurun nya aktivitas, yaitu gerakan yang pada awalnya
bergerak aktif menjadi terlihat lemas dan langsung mati. Perubahan morfologi
rayap tanah terlihat setelah 58 menit setelah aplikasi perlakuan. Perubahan
yang terjadi adalah warna tubuh dan bentuk tubuh. Warna tubuh berubah dari
warna putih pucat menjadi coklat kehitaman dan bentuk tubuh kaku kemudian
menjadi keriput.
Hal ini disebabkan insektisida yang bekerja masuk
kedalam tubuh rayap melalui lubang-lubang alami atau langsung masuk melalui
mulut bersamaan dengan bahan makanan yang dimakan, kemudian senyawa ini akan
masuk ke organ pencernaan dan diserap oleh dinding usus selanjutnya
ditranslokasikan menuju ke pusat saraf. Saraf rayap yang terganggu akan
mempengaruhi keseimbangan ion-ion yang ada dalam sel saraf sehingga menyebabkan
kematian pada rayap (Hutabarat et al.,
2015).
Analisa Biaya
Pengamatan
Analisa biaya pengamatan dengan perbandingan biaya
salah satu cara untuk mengetahui selisih biaya yang akan dibutuhkan untuk
kegiatan dengan membandingkan metode yang satu dengan metode yang lainnya.
Adapun perincian biaya dalam pengendalian hama rayap dengan menggunakan bahan
aktif permethrin.
Harga 1 Botol perkill 50 Ec isi 100 ml = Rp 50.000,00
1.
Perlakuan
P1 konsentrasi 0,5 ml = 0,5 ml/ 100
ml x Rp 50.000,00 = Rp 250,00
2.
Perlakuan
P2 konsentrasi 0,75 ml = 0,75/ 100
ml x Rp 50.000,00 = Rp 375,00
3.
Perlakuan
P3 konsentrasi 1 ml = 1/100 ml x Rp
50.000,00 = Rp 500,00
4.
Perlakuan
P4 konsentrasi 1,25 ml = 1,25/ 100
ml x Rp 50.000,00 = Rp 625,00
Dari perbandingan biaya setiap perlakuan aplikasi
permethrin bahwa perlakuan P1 dengan konsentrasi 0,5 ml lebih efesien digunakan
untuk mengendalikan rayap tanah, meskipun dari data diatas bahwa perlakuan P1
lambat dalam mengendalikan rayap tanah namun terdapat 100% mortalitas rayap
dalam waktu 48 menit untuk mencapai total mortalitas rayap. Berbeda nyata
dengan perlakuan 2, perlakuan 3, dan perlakuan 4 walaupun cepat mengendalikan mortalitas
rayap namun dari segi efesiensi biaya lebih mahal di banding perlakuan P1.
Kesimpulan
Berdasarakan
hasil penelitian, kesimpulan yang didapatkan adalah; (1) penggunaan bahan aktif
permethrin dengan konsentrasi berbeda dapat menyebabkan perbedaan waktu
mortalitas hama rayap dengan ditunjukan adanya perubahan warna tubuh rayap dari
warna putih pucat berubah menjadi coklat kegelapan, aktivitas tubuh yang
melambat kemudian bagian tubuh rayap menjadi kaku, (2) penggunaan bahan aktif
permethrin dengan pencapaian waktu mortalitas yang singkat terdapat pada
perlakuan P4 konsentrasi 1,25 ml dengan mortalitas rayap 1,76% dalam waktu
mortalitas 28 menit, dan (3) penggunaan bahan aktif permethrin dengan jumlah
anggaran terhadap biaya lebih hemat terdapat pada perlakuan P1 konsentrasi
rayap 0,5 ml dengan mortalitas rayap 0,56%.
Badan Pusat
Statistik Indonesia. (2011). Peningkatan produksi perkebunan kelapa sawit di
Indonesia. Jakarta: BPS Indonesia.
Hartatik,
W., & Widowati, L. R. (2015). Pengaruh pupuk majemuk NPKS dan NPK
terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah pada Inceptisol. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Hasan.
(2017). Efek Paparan Insektisida Permethrin pada Hama Rayap. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Hasnah,
H. (2009). Efektivitas ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia l.) terhadap
mortalitas Plutella xylostella L. pada tanaman sawi. Jurnal Floratek, 4(1),
29–40.
Herlinda,
S., Septiana, R., Irsan, C., Adam, T., & Thalib, R. (2010). Populasi Dan
Serangan Rayap (Coptotermes curvignathus) Pada Pertanaman Karet Di Sumatera
Selatan.
Hutabarat,
N. K., Oemry, S., & Pinem, M. I. (2015). Uji Efektivitas Termitisida Nabati
Terhadap Mortaliatas Rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren)(Isoptera:
Rhinotermitidae) di Laboratorium The Effectiveness of Botanical Termiticides on
Mortality of Termites (Coptotermes Curvinagthus Holmgren)(Isopte. Jurnal
Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 3(1), 102626.
Khan,
S., Uddin, M. N., Rizwan, M., Khan, W., Farooq, M., Shah, A. S., Subhan, F.,
Aziz, F., Rahman, K. U., & Khan, A. (2020). Mechanism of Insecticide
Resistance in Insects/Pests. Polish Journal of Environmental Studies, 29(3).
Nandika,
D., Rismayadi, Y., & Diba, F. (2003). Rayap: Biologi dan pengendaliannya.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Semangun,
H., & Mangoensoekarjo, S. (2008). Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.
Yogyakarta: Gadja Mada Universitas Press
Subekti,
N., Duryadi, D., Nandika, D., Surjokusumo, S., & Anwar, S. (2008). Sebaran
dan Karakter Morfologi Rayap Tanah Macrotermes gilvus Hagen di Habitat Hutan
Alam (Distribution and Morphology Characteristic of Macrotermes gilvus Hagen in
The Natural Habitat). Jurnal Ilmu Dan Teknologi Hasil Hutan, 1(1),
27–33.
Tarumingkeng.
(2009). Biologi dan Pengendalian Rayap Hama Tanah (Coptotermes curvignathus
Holmgren). Jakarta: PT. Gramedia.
Copyright holder: Jojon Soesatrijo (2024) |
First publication right: Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |