Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 12, Desember 2022

 

PENERAPAN SISTEM POINT OF SALES BERBASIS WEBSITE PADA FOOD AND BEVERAGE TERINTEGRASI

 

Adelri Muhammad

Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Sistem Point of Sales sudah banyak berkembang dan digunakan pada restoran atau kafe. Namun masih banyak diantara kafe-kafe tersebut masih belum sempurna dalam menerapkan sistem point of sales nya. Berdasarkan data yang didapatkan masih terdapat masalah-masalah yang terjadi dalam kegiatan operasional sebuah kafe, seperti kesalahan pengantaran pesanan, pembayaran yang harus dipisah dalam satu meja yang sama jadi karyawan kasir harus memeriksa pesanan satu per satu sebelum pelanggan melakukan pembayaran, kemudian ketika pesanan yang dipesan tidak tersedia staff kasir harus memberitahu pelanggan jika pesanan sudah habis sehingga harus melakukan pemesanan ulang. Setelah itu ketika membayar pesanan secara tunai pernah terjadi kesalahan dalam mencatat pembayaran pelanggan sehingga harus ada penyesuaian kembali antara bill dan pesanan yang terjual. Maka dari itu Chawaa Cafe memerlukan pengembangan pada sistem food and beverages terintegrasi. pada perusahaannya dengan modul point of sales, keuangan, dan gudang. Modul yang difokuskan pada laporan ini yaitu sistem point of sales dengan fitur pencatan pesanan dapur yang berfungsi untuk meminimalisir kesalahan dalam memasak pesanan pelanggan. Terdapat fitur tambah pesanan pada meja yang sama agar pihak kafe tidak perlu memeriksa bill pesanan untuk mengetahui jumlah pesanan yang harus di bayar oleh pelanggan secara keseluruhan. Pada pembangunan sistem ini berbasis website dibangun dengan menggunakan metode Rapid Application Development dengan menggunakan framework Laravel. Menggunakan metode pengujian aplikasi Black-box Testing. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini berupa hasil aplikasi yang sudah dibangun serta hasil pengujian yang sudah sesuai dengan kebutuhan pihak Chawaa Cafe.

 

Kata Kunci: Sistem Point of Sales, Rapid Application Development, Website.

 

Abstract

The Point of Sales system has been widely developed and used in restaurants or cafes. But there are still many of these cafes that are still not perfect in implementing their point of sales system. Based on the data obtained, there are still problems that occur in the operational activities of a cafe, such as order delivery errors, payments that must be separated at the same table, so cashier employees must check orders one by one before the customer makes a payment, then when the order is ordered not available cashier staff must notify customers if the order is out of stock so they have to reorder. After that, when paying for orders in cash, there was an error in recording customer payments so that there had to be a readjustment between the bill and the orders sold. Therefore Chawaa Cafe requires development of an integrated food and beverage system. in the company with point of sales, finance, and warehouse modules. The module focused on in this report is a point of sales system with a kitchen order recording feature that serves to minimize mistakes in cooking customer orders. There is an additional order feature at the same table so that the cafe does not need to check the order bill to find out the total number of orders that must be paid by the customer as a whole. In developing this website-based system, it was built using the Rapid Application Development method using the Laravel framework. Using the Black-box Testing application testing method. The results obtained from this study are in the form of application results that have been built and test results that are in accordance with the needs of Chawaa Cafe.

 

Keywords: Point of Sales System, Rapid Application Development, Website.

 

Pendahuluan

Menurut (Wisesa & Qomariah, 2021) Bisnis makanan adalah salah satu bisnis yang digemari saat ini. beberapa bisnis makanan yang diminati oleh orang-orang yaitu rumah makan, warung, dan kafe. Kafe adalah sebuah restoran yang mengutamakan penyajian tempat yang nyaman untuk berbincang-bincang dengan orang lain atau untuk beristirahat sembari menikmati hidangan yang telah dipilih (Puspoyo & Setiawan, 2015).

Menurut survey dari Google Trend sejak tahun 2011 tren kafe di Indonesia selalu mengalami peningkatan. Seringnya kafe digunakan sebagai tempat berkumpul oleh para pemuda menyebabkan peluang bisnis ini mengalami perkembangan setiap tahunnya. Mulai dari kafe yang mengusung konsep tradisional, hingga kafe modern yang sudah terintegrasi dengan sistem. Tren kafe ini pernah mengalami penurun pada tahun 2020 dan 2021 hal ini disebabkan oleh merebaknya virus Covid-19 di dunia sehingga pemerintah mulai menerapkan PPKM yang membatasi kegiatan masyarakat di luar rumah. Setelah aturan dilonggarkan tren kafe mulai naik kembali.

Menurut (Christian, 2019) berdasarakan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia untuk usaha mikro dan kecil pada tahun 2016-2017 menunjukkan angka yang meningkat. Peningkatan ini memiliki arti bahwa� orang masih sangat tertarik untuk memulai usaha, terutama usaha kecil di Indonesia. Munculnya restoran dengan konsep baru sebagai akibat dari tren makanan dan minuman yang� berkembang seperti ekonomi kolaboratif yang memaksimalkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam bentuk aplikasi telah membantu membentuk� bisnis grosir yang berkembang di Indonesia (Faqihuddin, 2016).

Dari jurnal yang ditulis oleh (Yuliarto et al., 2021) Point of Sales system sangat bermanfaat untuk restoran atau kafe diantanya yaitu, dengan adanya sistem POS pihak restoran dapat mendata secara rinci seluruh kegiatan transaksi. Selain itu dengan adanya sistem POS pihak pengelola restoran mendapatkan laporan singkat jika dibutuhkan dalam periode tertentu. Selain itu sistem POS juga dapat mempersingkat waktu transaksi dengan pelanggan. Dengan adanya sistem POS kegiatan menjadi lebih terawasi sehingga dapat mengurangi tingkat kecurangan yang dilakukan oleh karyawan.

Dengan semakin berkembangnya teknologi, cukup marak kafe yang mulai menerapkan atau memanfaatkan sebuah sistem yang terintegrasi dengan aplikasi digital. Baik itu untuk kegiatan internal kafe maupun operasional. Rinto (2021) seorang manajer operasional di Chawaa Cafe mengatakan bahwa Chawaa Cafe adalah sebuah tempat makan dengan konsep caf� dan resto yang sudah berdiri di Bandung pada tanggal 10 September 2019. Meskipun proses pencatatan kafe tersebut sudah menggunakan Microsoft Excel namun masih terdapat beberapa kendala yang dialami oleh kafe tersebut. Kemudian pegawai yang bekerja di Chawaa Cafe terdapat delapan orang yang mengurus operasional sehari-hari kafe seperti kasir, dapur, gudang, dan bar. Selain itu terdapat satu orang yang mengurus keuangan dan satu orang sebagai manajer.�

Dari keterangan yang diberikan oleh Rinto (2021), ada beberapa masalah yang pernah dialami Ketika melakukan kegiatan opersional diantaranya yaitu masalah pemesanan. Pembayaran di Chawaa Caf� masih terpisah-pisah pada pemesanan di meja yang sama. Selain itu ketika memesan menu makanan, pelayan harus menginformasikan ke pelanggan mengenai menu yang sudah habis. Selanjutnya sering terjadi kesalahan pengiriman menu makanan ke pelanggan.� Kemudian ketika membayar pesanan secara tunai pernah terjadi kesalahan dalam mencatat pembayaran pelanggan sehingga harus ada penyesuaian kembali antara bill dan pesanan yang terjual.

Dari Jurnal yang ditulis oleh (Damayanti et al., 2020) merekomendasikan kepada UMKM dari bidang kuliner dan industri pelayanan untuk menggunakan sistem point of sales karena sebagian besar responden lebih memilih menggunakan sistem point of sales dalam bisnis mereka. Pengadopsian sistem point of sales disarankan diadopsi pada saat tahap pengembangan bisnis sekitar 1 sampai 5 tahun. peneliti merekomendasikan untuk UMKM mulai menggunakan sistem point of sales pada tahap small-sized business karena pendapatan perusahaan lebih stabil dan tidak terlalu menganggu profit dari bisnis.

Dari Jurnal yang dilakukan oleh (Yuliarto et al., 2021) Dengan menggunakan aplikasi MOKA POS dinilai dapat meningkatkan kinerja karyawan terutama dalam bidan pelayanan. Pelayanan terhadap pelanggan menjadi lebih cepat, selain itu dengan diterapkannya MOKA POS dapat memantau kinerja karyawan sehingga menjadi disiplin dalam pengerjaan tugasnya.

Pada Jurnal yang dilakukan oleh (Tran et al., 2017) sudah sangat jelas jika sebuah restoran harus dapat memantau semua proses pada kegiatan opersional. Hal itu termasuk data pelanggan, pesanan pelanggan, dan bahan makanan yang digunakan pada suatu menu. Pada tempat penelitian yang dilakukan mereka sudah menerapkan hal-hal tersebut dengan sangat baik dengan menggunakan sistem point of sales yang telah disesuaikan dengan kebuthan restoran dan kebutuhan pelanggan. Selain itu fitur pemberitahuan kepada staff sangatlah bermanfaat dan dapat dijadikan standar.

Dari Jurnal yang ditulis oleh (Alt, 2021) mengenai pengembangan dan implikasi transformasi digital pada industry restoran mengatakan jika layanan digital sudah merambah ke industry restoran. Layanan digital dapat digunakan oleh restoran yang sudah besar ataupun masih kecil. Layanan digital memiliki banya penwaran yang sangat mendukung area front of house yaitu melayani pelanggan dan back of house yang berarti mengurusi masalah dapur dan manajemen restoran.

Berdasarkan data yang berhasil didapat (Iarpi, n.d) dan (Hugaf, n.d) mengenai jasa pengembangan aplikasi sistem point of sales. perusahaan mengeluarkan biaya 4 juta - 200 juta tergantung dari tingkat kerumitan aplikasi yang dibuat. Untuk fitur dasar yang diperoleh ketika menggunakan jasa pembuatan aplikasi untuk point of sales diantaranya Mencatat Penjualan Harian, Kelola Inventory, Kelola penjualan dengan banyak outlet, dan cetak struk. Selain itu, biaya jasa pembuatan aplikasi restoran berkisar diantara $2.000-$8.000 atau setara dengan 30-120 juta rupiah untuk fitur dasar seperti pesan online (Muzammil et al., 2021). jika keperluannya untuk perusahaan multinasional yang memiliki banyak cabang biaya pengembangannya berkisar diantara $20.000-$40.000 atau setara dengan 300 juta-600 juta rupiah dengan tambahan fitur seperti daftar harga, jam buka, reservasi secara daring, dan tambahan lainnya.

Dengan hasil yang didapatkan maka dapat dikatakan harga yang ditawarkan oleh jasa pengembang aplikasi kepada pelaku usaha Chawaa Cafe cukup mahal. Maka dari itu tugas akhir ini dibuat untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi.

Dengan hasil dari data yang didapatkan dapat dikatakan jika membuat sistem point of sales di Chawaa caf� diharapkan dapat dilakukan untuk mengatasi atau masalah-masalah yang terjadi.

 

Tabel� 1.

Penelitian Terdahulu

Judul Penelitian

Penulis

Tahun

Permasalahan

Hasil Penelitian

Development of Cashier Information System

(Wahdiniwaty & Taliasih, 2020)

2020

Penerapan Teknologi Informasi (TI) dalam suatu organisasi atau perusahaan memiliki tujuan untuk meningkatkan efektifitas proses, efisiensi waktu, dan keunggulan bersaing suatu perusahaan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, kasir sistem informasi berguna untuk kelancaran transaksi penjualan.

Menyatakan Dalam setiap proses yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sistem dapat meningkatan efektivitas dan efisiensi dari performa kasir dalam menghitung dan membuat faktur. Jadi antrean pelanggan dapat diselesaikan dengan cepat. Untuk tambahan sistem membantu kasir untuk membuat laporan penjualan. Selain itu pihak perusahaan dapat dengan mudah untuk memantau finansial karena laporan penjualan.

Point of Sales System in InHome Caf� Website using Agile Methodology

(Dewi et al., 2021)

2021

Di InHome Caf� Subang, data pengelolaan, pengolahan data, dan pengolahan transaksi penjualan masih menggunakan manual sistem dengan catatan berbasis kertas yang terbuka terhadap risiko dalam pengelolaan data dan keamanan data. Masalah lain adalah bahwa mesin kasir dulu bekerja dengan tidak benar, menyebabkan sering kesalahan manusia.

Kesimpulannya adalah sistem POS di InHome Caf� sukses dibuat dengan metode agile dengan black-box testing dengan tingkat keberhasilan sistem 96.15%. Sistem POS dibuat dengan mengikuti desain flowcharts, use cases, dan sequence diagram. Fungsi yang terdapat di sistem POS dapat berjalan berdasarkan desain.

The determinants of point of sales system adoption perceived by micro small medium enterprises in West Java, Indonesia

 

(Damayanti et al., 2020)

2020

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi UMKM dalam mengadopsi pos. Dengan demikian, penelitian ini berharap dapat berkontribusi pada hasil yang berkelanjutan untuk UKM. Dalam hipotesis faktor yang mempengaruhi, para peneliti telah mengadopsi modifikasi dari: model penerimaan teknologi 2 (TAM 2) dari studi sebelumnya oleh Olubunmi dan Dahunsi (2015). Studi, di mana set sampel adalah UMKM di Nigeria, menentukan bahwa organisasi bisnis (ditandai dengan ukuran dalam hal pendapatan dan aset, dan usia dalam hal jumlah tahun perusahaan telah berdiri operasi), citra, dan manfaat yang dirasakan memiliki pengaruh negatif terhadap adopsi POS, sedangkan norma subjektif dan persepsi kemudahan penggunaan memiliki pengaruh positif pada POS

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat 4 faktor hipotesis yang dapat diambil. 2 faktor memiliki efek yang sangat siginifikan terhadap adopsi sistem point of sales di perusahaan kecil sampai menengah. 2 faktor yang sangat mempengaruhi tersebut adalah faktor image dan perceived usefulness. Sedangkan factor subjective norms dan perceived ease of use tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap pengadopsian teknologi tertentu. Faktor yang sangat mempengaruhi dapat memberikan dampak yang sangat bagus kepada pengadopsi dalam hal fungsionalitas dan memberikan efek positif kepada perusahan atau organisasi di beberapa industry. Faktor subjective norms tidak memiliki dampak yang signifikan ke implementasi sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasinya cenderung muncul dari gagasan internal perusahaan daripada pengaruh sosial. Kemudahan teknologi juga tidak berdampak signifikan terhadap adopsi teknologi. Hal ini dapat dikarenakan oleh interface yang kompleks dan pemrosesan data yang rumit karena sebagian besar responden UMKM yang melakukannya tidak memiliki software sistem point of sales yang sama. Sehingga standarisasi pada sistem point of sales yang sama pada saat sedang diteliti sebaiknya dibatasi ruang lingkupnya.

Analysis and Design of Sales and Inventory Management System for Yochang General Merchandise

(Acosta et al., 2020)

2020

Untuk mengungkap masalah lebih lanjut mengenai manajemen persediaan dengan cara manual, Untuk memahami metode dan pendekatan saat ini yang digunakan dalam melakukan transaksi penjualan harian oleh para staf, dan Untuk mengidentifikasi fitur atau fungsi utama yang akan diintegrasikan ke dalam prototipe proyek.

Pada penelitian lainnya menurut hasil studi yang telah dilakukan sistem point of sales memiliki efficiency rate of resources sebesar 80% dan percentage of improvements sebesar 60% dalam penerapan di Yochang General Merchandise. Selain itu sistem yang telah dibuat memiliki beberapa keunggulan diantaranya memiliki interface yang user-friendly, akses cepat ke database, error yang lebih sedikit, penyimpanan yang lebih besar, memiliki fasilitas pencari, mencari lebih nyaman, transaksi yang cepat. Tetapi itu terdapat beberapa kelemahan yaitu kerusakan sistem dan pencurian informasi.

Designing Web-based Food Ordering Information System in

Restaurant

(Warlina & Noersidik, 2018)

2018

Tujuan dari penelitan yang dilakukan oleh L Warilana dan S M Noersidik yaitu menyediakan aplikasi berbasis web yang membantu pelanggan untuk memesan di restoran.

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan, dengan melalui metode penelitian yang telah digunakan berhasil dibuat sebuah sistem informasi pemesanan makanan berbasis web untuk diterapkan di restoran. Aplikasi pemesanan berbasis web sangat berguna bagi pelanggan yang ingin memesan tanpa harus mengantri.

Smart Food Ordering System For Restaurant

(Singh et al., 2020)

2020

Sering terjadi kesalahan dalam kegiatan operasional sehari-hari dengan mungganakan metode tradisional yang dipakai oleh restoran

Dari hasil penelitian sistem akan mengurangi jumlah karyawan di bagian belakang konter. Selain itu sistem membantu mengurangi biaya dan kesalahan tenaga kerja. selain itu dengan adanya sistem ini dapat mengurangi panjang antrian di konter.

 

Kelima jurnal diatas dapat dijadikan acuan untuk pembuatan Tugas Akhir dengan alasan sebagai berikut:

1.    Pada penelitan yang dilakukan oleh Rahma Wahdiniwaty dan Nurihkmah Taliasih pada tahun 2020, yaitu tentang pengembangan sistem informasi kasir. Masalah yang terdapat pada penelitian tersebut yaitu sebuah perusahaan ingin meningkatkan efektifitas proses, efisiensi waktu, dan keunggulan bersaing dengan perusahaan lainnya. Dengan hasil penelitan yang dilakukan maka dapat dikatakan jika penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk pembuatan Tugas Akhir.

2.    Pada penelitan yang dilakukan oleh Irma Amelia Dewi, Yusup Miftahuddin, Muhammad Assidiq Fattah, Cikal Bingah Palenda, dan Syahrul Fathurrahman Erawan pada tahun 2021, tentang pembuatan sistem point of sales di InHome Caf� menggunakan metodologi agile. Dengan menggunakan metode agile dalam pembuatan sistem maka dapat dikatan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk tugas akhir.

3.    Pada penelitian yang dilakukan oleh Sylviana Maya Damayanti, Tarindra Raditya, Indra Yudha Mambea dan Arinda Mentari Putri� pada tahun 2020 mengenai Faktor-faktor penentu adopsi sistem point of sales yang dirasakan oleh usaha mikro kecil menengah di Jawa Barat, Indonesia. Dari hasil penelitan yang dilakukan dapat disimpulkan jika, penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk pembuatan tugas akhir.

4.    Pada penelitan yang dilakukan oleh Dianne S. Acosta1, Maria Lavelle R. Alquizar, Cj Alexes Junio, Dyrien Cris Talara, dan Mark Van Buladaco pada tahun 2020 mengenai desain dan analisis penjualan dan manajemen penyimpanan di Yochang General Merchandiese. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk pembuatan tugas akhir.

5.    Pada penelitian yang dilakukan oleh L Warlina dan S M Noersidik pada tahun 2018 mengenai sistem informasi pemesanan makanan dalam bentuk web. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk pembuatan tugas akhir.

6.    Pada penelitan yang dilakukan oleh Pragati Singh dkk. Pada tahun 2020 mengenai sistem pemesanan pintar untuk restoran. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk pembuatan tugas akhir.

 

 

Metode Penelitian

1.    Pengembangan Model Konseptual

Pengembangan model yang akan digunakan adalah design science (Hevner et al., 2004). Tujuan model konseptual design science yaitu untuk menciptakan dan mengevaluasi artefak TI dengan tujuan memecahkan masalah organisasi yang telah diidentifikasi. Artefak tersebut dapat direpresentasikan dalam bentuk yang terstruktur seperti perangkat lunak, matematika, logika formal, dan deskripsi bahasa alami yang informal.

 

Gambar 1. Metode Konspetual

 

Pada gambar 1. adalah model konseptual yang akan dilakukan dalam penelitian. Pada lingkungan terbagi menjadi tiga yaitu orang, organisasi, dan teknologi. Orang yang akan terlibat pada pemakaian sistem yaitu admin, karyawan, dan pelanggan. Organisasi yang akan digunakan sebagai penelitian yaitu Chawaa Caf�. Teknologi yang akan digunakan pada penelitian ini diantaranya framework laravel, database MySQL, dan Client-Server.

Aplikasi ini akan menggunakan dasar ilmu bahasa pemrograman PHP, selain itu menggunakan salah satu metode pengembangan aplikasi yang bersifat agile yaitu Rapid Application Development (RAD). Metode pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara dengan manajer Chawaa Caf� dan melakukan observasi dilingkungan Chawaa Caf�. Pengujian yang digunakan yaitu black box testing.

Hasil yang didapatkan yaitu membangun rancangan website yang terdiri dari 3 modul yaitu point of sales, keuangan, dan gudang. Laporan ini terfokus pada modul point of sales.

2.    Sistematika Penyelesaian Masalah

Berikut adalah sistematika penyelesaian masalah yang telah dibuat berdasarkan Metode rapid application development.

 

Gambar 2. Sistematika Penyelesaian Masalah

 

a.    Tahap Pendahuluan

Pada tahap ini dilakukan identifikasi pembuatan laporan yang berisi menetukan latar belakang masalah. Kemudian menentukan rumusan masalah dari penelitian, menentukan tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

b.    Tahap Pengembangan Sistem

Pada tahap ini terdapat 4 fase yang dijadikan acuan untuk melakukan metode pengembangan sistem RAD yang terdiri dari Requirement Planning, User Design, dan Construction.

1)   Requirement Planning

Pada tahap ini terdapat dua aktivitas yang dilakukan, yaitu melakukan wawancara dan melakukan identifikasi masalah. Wawancara dilakukan dengan mewawancarai manajer kafe untuk mengetahui masalah yang dialami ketika menjalankan bisnis. Selain itu juga wawancara ini diperlukan untuk menentukan kebutuhan pengguna untuk membangung sistem di Chawaa Cafe.

Pada tahap identifikasi masalah dilakukan analisis dari hasil wawancara bersama manajer Chawa Cafe untuk menentukan fitur apa saja yang perlu ada untuk pengembangan sistem.

2)   User Design

Pada tahap user design dilakukan perancangan dari sistem yaitu membuat identifikasi kebutuhan sistem yang membuat data kebutuhan fungsional dan non-fungisonal.

Ditahap selanjutnya melakukan identifikasi kebutuhan user dengan sistem yang menghasilkan Use Case Diagram. Kemudian melakukan analisis proses sistem yang menghasilkan use case scenario, activity diagram, class diagram, dan sequence diagram.

Selanjutnya membuat perancangan database. Data yang dibuat untuk melakukan perancangan database yaitu entity relationship diagram dan tabel relational.

3)   Construction

Pada tahap ini dilakukan pengembangan sistem. Tahap ini dilakukan secara berulang hingga semua kebutuhan terpenuhi. Tahap pertama yang dilakukan membangun sistem berdasarkan hasil dari user design. Kemudian melakukan testing yang diakhiri dengan menerima feedback dari pihak Chawaa Cafe dan Dosen Pembimbing.

4)   Implementation

Pada tahap ini melakukan coding aplikasi versi akhir. kemudian dilanjutkan dengan pengujian aplikasi dengan menggunakan black box testing dan survei kepuasan pengguna.

c.    Tahap Evaluasi

Membuat kesimpulan dan saran dari pengembangan sistem yang telah dilakukan.

3.    Pengembangan Produk / Artifak

Pada tahap requirement planning terdapat hasil wawancara yang telah dilakukan dengan manajer Chawaa Cafe. Selain itu terdapat hasil analisis dari wawancara yang dilakukan dengan manajer Chawaa Caf�.

Pada tahap user design melakukan identifikasi kebutuhan sistem. Pada tahap ini menghasilkan artefak IT functional requirement dan non-functional requirement. berikutnya pada tahap identifikasi kebutuhan user terdapat artefak use case diagram. Pada analisis proses sistem menghasilkan 3 artefak yaitu use case scenario, activity diagram, class diagram, sequence diagram. Pada perancangan database terdapat 2 artefak yaitu entity relationship diagram dan tabel relasional.

Pada tahap construction dilakukan pembangunan sistem yang dilanjutkan dengan melakukan testing dan menerima feedback. Hal ini dilakukan secara berulang hingga kebutuhan terpenuhi.

Pada tahap Implementation melakukan pengerjaan hasil akhir dari aplikasi yang dibuat, kemudian melakukan pengujian dengan menggunakan black-box testing.

Pada tahap evaluasi terdapat data berupa kesimpulan dari pembuatan aplikasi dan saran yang dapat diberikan untuk pengembangan selanjutnya.

4.    Metode Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan untuk sistem yang telah dibuat adalah dengan menggunakan metode black-box testing. Hal ini dilakukan untuk memeriksa aplikasi apakah layak digunakan atau tidak.

5.    Alasan Pemilihan Metode

Alasan pemilihan Metode Rapid Application Development karena bersifat agile, selain itu dengan metedologi RAD cukup cepat untuk pengembangan sistem sehingga aplikasi dapat dibuat dengan waktu sebentar. Penggunaan metode pengujian black-box testing yaitu untuk memeriksa kelayakan aplikasi

 

Hasil dan Pembahasan

Pada bab ini menjelaskan tahapan rapid application development yaitu implementasi. Pada tahap implementasi menghasilkan hasil akhir dari sistem point of sales yang telah dibuat. Selain itu menjelaskan hasil pengujian yang dilakukan pada sistem point of sales dengan menguji fungsionalitas pada fitur yang telah dibuat dengan menggunakan black box testing.

A.  Hasil Akhir Aplikasi

�Hasil akhir aplikasi dilakukan di deploy dengan menggunakan layanan cloud web server Heroku. Pada Heroku menggunakan tambahan layanan berupa ClearDB MySQL yang berfungsi sebagai database dari aplikasi. Berikut adalah spesifikasi ketika melakukan deployment di Heroku.

 

Deployment Server

No

Criteria

Limit

Unit

1

Max. RAM Usage

512

MB

2

Max. Processes/Threads

256

Processes/threads

3

Max. Slug Size

500

MB

4

HTTP Timeouts

30

seconds

5

HTTP Buffer

1

MB

Database

No

Criteria

Limit

Unit

1

Max. Utilization

10

Connections

2

Max. Storage Size

5

MB

 

Berikut adalah hasil akhir dari aplikasi pada modul point of sales yang telah dibuat.

1.    Login

Berikut adalah tampilan halaman login yang berisi Email dan Password.

 

Gambar 1. Halaman Login

 

2.    Lupa Kata Sandi

Berikut adalah tampilan dari lupa kata sandi

a.    Halaman Forget Password

Berikut adalah halaman forgot password

 

Gambar 2. Halaman Forgot Password

 

b.    Halaman Reset Password

Berikut adalah halaman reset password

 

Gambar 3. Halaman Reset Password

 

3.    Membuat Kategori dan Menghapus Kategori

Berikut adalah tampilan membuat dan menghapus kategori.� Pada membuat kategori terdapat sebuah textfield dan button submit yang berfungsi untuk menambah kategori baru. Kemudian terdapat tabel daftar kategori yang berisi list kategori yang sudah dibuat dan tombol hapus untuk menghapus kategori.

 

Gambar 4. Halaman Kategori

 

4.    Halaman Menu Editor

Berikut adalah tampilan menu editor yang berisi menu, tombol tambah menu, tambah kategori, hapus dan edit.

 

Gambar 5. Halaman Menu Editor

 

5.    Membuat Menu

Berikut adalah tampilan form tambah menu yang berisi nama menu, bahan-bahan, catatan, kategori yang datanya diambil dari pembuatan kategori, harga, dan foto. Selanjutnya ada tombol submit create menu.

 

Gambar 6. Halaman Membuat Menu

 

6.    Update Menu

Pada formulir update menu tampilan mirip dengan formuli membuat menu. Yang membedakan jika update menu terdapat autofill. Kemudian terdapat tombol submit update menu.

 

Gambar 7. Halaman Update Menu

 

7.    Hapus Menu

Berikut tampilan hapus menu pada bagian setiap menu.

 

Gambar 8. Halaman Hapus Menu

 

8.    Pemesanan

Berikut adalah tampilan pemesanan yang berisi menu, total jumlah pesanan yang bisa ditambah dan kurang. Kemudian terdapat texfield nomor meja dan nama pemesan yang wajib diisi. Selanjutnya ada tombol pesan menu untuk mensubmit pesanannya.

 

Gambar 9.� Halaman Pemesanan

 

9.    Konfirmasi Pesanan

Berisi menu yang dipesan. Kemudian terdapat 3 button yaitu bayar sekarang, batal, dan nanti. Kemudian terdapat tombol tambah pesanan yang berada di sisi kanan atas.

 

Gambar 10. Halaman Konfirmasi Pesanan

 

10.     Metode Pembayaran

Memilih metode pembayaran yaitu QRIS dan cash

 

Gambar 11. Halaman Metode Pembayaran

 

11.     Halaman Tambah Pesanan

Berikut adalah tampilan untuk halaman tambah pesanan:

 

 

12.     Halaman List Pembayaran

Berisi List Pembayaran dari pesanan yang belum dibayar.

 

Gambar 13. Halaman List Pembayaran

 

13.     Halaman Pembayaran Berhasil

Berisi list pembayaran yang sudah diselesaikan.

 

Gambar 14. Halaman List Pembayaran Berhasil

 

14.     Struk Pembayaran

Berikut adalah hasil dari struk yang dapat diunduh.

 

Gambar 15. Struk Pembayaran

 

15.     Catatan Pesanan

Berisi catatan pesanan yang berisi menu yang dipesan oleh pelanggan. Terdapat tombol done yang berfungsi untuk menyelesaikan pesanan agar dapat diantar.

 

Gambar 16. Halaman Catatan Pesanan

 

B.  Pengujian

Pada tahap ini dilakukan dengan dua pengujian. Pengujian pertama yaitu black box testing yang digunakan untuk menguji fungsionalitas sistem yang telah dikembangan. Setelah black box testing selesai penguji melakukan mengisi data survei kepuasan pengguna. Hal itu bertujuan untuk mengetahui kepuasan karyawan Chawaa Cafe dalam menggunakan sistem yang telah dikembangkan. Pengujian ini diuji oleh 4 karyawan Chawaa Cafe yaitu pemilik, manajer keuangan, manajer operasional, dan kasir.

1.    Black box Testing�

Untuk memastikan bahwa kebutuhan requirement telah dipenuhi. Maka dilakukan pengujian aplikasi dengan menggunakan black box testing. Pengujian ini selain untuk memastikan terbutuhinya kebutuhan requirement juga bertujuan untuk menerima umpan balik dari pegawai Chawaa Caf� mengenai kepuasan pengguna terhadap sistem yang telah dikembangkan. Berikut hasil dair pengujian black box testing.

 

Tabel 2. Pengujian Black-Box Testing

No

Fitur

Deskripsi

Skenario Pengujian

Output yang Diharapkan

Bukti

Kesimpulan

1

Login

Aktor melakukan login dengan email dan password benar

Aktor memasukkan email dan password dengan benar Kemudian menekan tombol login

Memasuki halaman awal dari aplikasi

 

 

 Lampiran 1 dan 2

Berhasil

 

Aktor melakukan login dengan email atau password salah

Aktor memasukkan email atau password dengan salah Kemudian menekan tombol login

Menampilkan pesan error di halaman login

 Lampiran 3 dan 4

Berhasil

 

2

Memesan Menu

Aktor memasukkan pesanan dengan memasukkan jumlah menu.

Aktor Memasukkan menu dan jumlah menu yang ingin dipesan. Kemudian pilih tombol pesan makanan.

Menampilkan halaman konfirmasi pesanan

 Lampiran 5 dan 6

Berhasil

 

Aktor memasuki halaman pembayaran.

Aktor memilih tombol bayar sekarang

Menampilkan halaman pembayaran

 Lampiran 7

Berhasil

Aktor membatalkan pesanan

Aktor Memilih tombol batal

menampilkandikembalikan ke halaman pemesanan

 Lampiran 8

Berhasil

Aktor membayar pesanan nanti.

Aktor memilih tombol bayar nanti. Kemudian akan dikembalikan ke halaman pemesanan. Aktor mengakses halaman list pembayaran dan memilih tombol detail pada salah satu nomor meja. Selanjutnya memilih tombol bayar sekarang

Menampilkan list pembayaran dan halaman pembayaran

 Lampiran 9 dan 10

Berhasil

3

Tambah pesanan

Menambah pesanan baru untuk nomor meja yang sudah ada

Aktor memilih tombol pesanan di halaman konfirmasi pesanan, menambahkan menu makanan baru. Pilih tombol pesan menu

Menampilkan halaman konfirmasi pesanan dengan pesanan tambahan

Lampiran 11, 12, dan 13

Berhasil

4

Melakukan Pembayaran

Aktor Melakukan Pembayaran dengan cash

Aktor memilih pembayaran cash. Kemudian memilih tombol bayar. Selanjutnya memasukkan nominal uang. Klik tombol hitung kembalian. Klik tombol bayar

Pembayaran berhasil, menampilkan halaman list pembayaran

 Lampiran 14,15,16,17, dan 19

Berhasil

Aktor Melakukan Pembayaran Cashless

Aktor memilih metode pembayaran cashless, dan memilih tombol bayar

Pembayaran berhasil, menampilkan halaman list pembayaran

Lampiran 18 dan 19

Berhasil

5

Mengakses Halaman Pembayaran Berhasil

Aktor Mengakses Halaman Pembayaran Berhasil

Memasuki halaman list pembayaran. Kemudian memilih tombol pembayaran berhasil

Pembayaran berhasil, menampilkan halaman list pembayaran berhasil

Lampiran 19

Berhasil

6

Menambah Menu

Aktor Menambah menu yang dijual di perusahaan.

Memasuki halaman menu editor. Klik tombol tambah menu. Mengisi form yang tersedia. Memilih tombol create menu

Menu Berhasil ditambahkan

 Lampiran 24,25, dan 26

Berhasil

7

Mengupdate Menu

Aktor mengupdate menu yang dijual oleh perusahaan

Memasuki halaman menu editor. Klik tombol edit pada salah satu menu. Mengisi form yang tersedia. Memilih tombol update menu

Menu Berhasil diupdate

Lampiran 27, 28, dan 29

Berhasil

8

Mengupdate status menu (Habis atau Tersedia)

Aktor membuat status pesanan jadi habis

Memasuki halaman menu editor, pilih tombol stok tersedia atau stok habis pada salah satu menu.

Pemberitahuan status menu

30 dan 31

Berhasil

9

Menghapus Menu

Menghapus menu yang dijual perusahaan

Memasuki halaman menu editor, klik tombol hapus.

Menu berhasil dihapus

 Lampiran 32 dan 33

Berhasil

10

Menambah Kategori

Aktor Menambahkan Kategori

Memasuki halaman menu editor. Klik tombol tambah kategori.� Mengisi form kategori.

Kategori berhasil ditambahkan

 Lampiran 20 dan 21

Berhasil

11

Menghapus Kategori

Aktor Menghapus Kategori

Memasuki halaman menu editor. Klik tombol tambah kategori.� Klik hapus pada salah satu kategori

Kategori berhasil dihapus

 Lampiran 22 dan 23

Berhasil

12

Catatan Pesanan

Aktor menyelesaikan pesanan pelanggan

Memasuki halaman catatan dapur klik done pada salah satu menu yang sudah dimasak

pesanan terhapus dari dashboard.

 Lampiran 34 dan 35

Berhasil

13

Logout

Aktor melakukan logout

Memilih tombol Klik yang berada di sisi side bar.

Keluar dari akun dan kembali ke halaman login

Lampiran 36 dan 37

Berhasil

 

Dari hasil pengujian menggunakan black box testing dapat disimpulkan jika fungsionalitas fitur pada sistem point of sales terintegrasi sudah berjalan dengan baik.� Untuk detail pengujian bisa diperiksa di lampiran 38 sampai 41.

2.    Survei Kepuasan Pengguna

�Pada tahap ini penguji diberikan kuisoner setelah melakukan black-box testing. Tujuan diberikannya pengujian ini untuk mengetahui tingkat kepuasan pengguna setelah mencoba sistem point of sales.

Berdasarkan hasil survei kepuasan pengguna yang tertulis di lampiran 42 dapat disimpulkan bahwa:

a.    Pengoperasian modul point of sales sudah berjalan dengan baik,

b.    Proses pada modul point of sales sudah berjalan dengan mudah,

c.    Pengoperasian modul keuangan berjalan dengan baik,

d.   Proses pada modul keuangan berjalan dengan mudah,

e.    Pengoperasian pada modul manajemen gudang sudah berjalan dengan baik,

f.     Proses pada modul manaemen gudang berjalan dengan mudah.

 

Kesimpulan

Membuat fitur catatan pesanan yang dapat membantu karyawan dapur untuk mengurangi kesalahan pada pesanan yang salah atau tidak tepat sasaran. Jadi karyawan dapur hanya perlu memasak menu yang tersedia di halaman catatan pesanan. Jika sudah selesai karyawan dapat memilih tombol done agar pesanan hilang dari dashboard catatan pesanan,

Telah dibuat fitur pemesanan dengan tambahan nomor meja dan nama pelanggan untuk menghindari kesalahan dalam kesalahan pengiriman pesanan. Membuat fitur tambah pesanan baru pada saat proses pemesanan di halaman konfirmasi yang dapat membantu karyawan sehingga tidak perlu membuat input pesanan baru di meja yang sama. Cukup memasukkan pesanan tambahan di nomor meja dan nama pemesan sebelumnya. Sehingga pembayaran tidak perlu dipisah.

BIBLIOGRAFI

 

Acosta, D., Alquizar, M. L., Junio, C. J., Talara, D. C., & Buladaco, M. Van. (2020). Analysis and Design of Sales and Inventory Management System for Yochang General Merchandise. Dyrien Cris and Buladaco, Mark Van, Analysis and Design of Sales and Inventory Management System for Yochang General Merchandise (June 29, 2020). https://doi.org/10.2139/ssrn.3643181.

 

Alt, R. (2021). Digital transformation in the restaurant industry: Current developments and implications. Journal of Smart Tourism, 1(1), 69�74. https://doi.org/10.52255/smarttourism.2021.1.1.9.

 

Christian, M. (2019). Dampak Penggunaan Teknologi Berbasis Aplikasi Pada Usaha Restoran Berskala Mikro & Kecil. Journal of Business & Applied Management, 12(2), 131�140. https://doi.org/10.30813/jbam.v12i2.1822.

 

Damayanti, S. M., Raditya, T., Mambea, I. Y., & Putri, A. M. (2020). The determinants of point of sales system adoption perceived by micro small medium enterprises in West Java, Indonesia. International Journal of Economic Policy in Emerging Economies, 13(5), 483�495.

 

Dewi, I. A., Miftahuddin, Y., Fattah, M. A., Palenda, C. B., & Erawan, S. F. (2021). Point of Sales System in InHome Caf� Website using Agile Methodology. Journal of Innovation and Community Engagement, 1(1), 1�19. https://doi.org/10.28932/jice.v1i1.3321.

 

Faqihuddin, M. I. (2016). Penataan Koridor Jalan Arif Rahman Hakim Surabaya Berbasis Livable Street Dan Caf� Society. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

 

Hevner, A. R., March, S. T., Park, J., & Ram, S. (2004). Design science in information systems research. MIS Quarterly, 75�105.

 

Muzammil, M., Rachma, N., & Rizal, M. (2021). Pengaruh Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality, Brand Loyalty Terhadap Keputusan Pembelian Iphone (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang). Jurnal Ilmiah Riset Manajemen, 10(06).

 

Puspoyo, A. C., & Setiawan, A. P. (2015). Perancangan Interior Kafe Dan Resto The Historic Of Blitar. Intra, 3(2), 80�91.

 

Singh, P., Tembhekar, N., Gurve, K., & Rahate, M. (2020). Smart Food Ordering System For Restaurant. International Research Journal of Engineering and Technology (IRJET).

 

Tran, J., Hol, A., Nguyen, Q. V., & Simoff, S. J. (2017). Fine Dining Restaurant Framework Development and Survey. ICE-B, 83�90. https://doi.org/10.5220/0006417800830090.

 

Wahdiniwaty, R., & Taliasih, N. (2020). Development of cashier information system. Journal of Engineering Science and Technology (JESTEC), 15, 88�96.

 

Warlina, L., & Noersidik, S. M. (2018). Designing web-based food ordering information system in restaurant. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 407(1), 12029. https://doi.org/10.1088/1757-899X/407/1/012029.

 

Wisesa, W. M., & Qomariah, N. (2021). Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Brand, dan Trust terhadap Kepuasan Konsumen pada Kafe Kolong Jember Analysis of The Impact of Quality of Service, Brand, and Trust on Customer Satisfaction In Kolong Cafe Jember. Universitas Muhammadiyah Jember.

 

Yuliarto, F. A., Mahsuni, A. W., & Junaidi, J. (2021). Efektivitas Aplikasi Moka Pos dalam Menunjang Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada Coffee Shop Kota Madiun). Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi, 10(11).

 

Copyright holder:

Adelri Muhammad (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: