Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
8, No. 1, Januari
2023
MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM TERPADU SEBAGAI SOLUSI PROBLEMA PENDIDIKAN MASA KINI
Akhmad
Alim, Ahmad Sastra, M. Ikbar Muhyi Maulani
Universitas Ibn Khaldun Bogor, Indonesia
Email:
[email protected], [email protected] dan
[email protected]
Abstrak
Istilah manajemen
pendidikan Islam sudah banyak diketahui bahwa pembahasannya tidak akan jauh
dari istilah manajemen pendidikan, pemaparannya di setiap referensi terkait
manajemen pendidikan Islam pada akhirnya akan berujung di penjabaran manajemen
pendidikan secara umum. Akan sulit jika menjelaskan tentang manajemen Pendidikan
Islam tanpa melihat referensi dari bahasan umum dari manajemen pendidikan itu
sendiri. Begitupun jika disambungkan dengan ruang lingkup manajemen pendidikan
Islam sudah bisa dipastikan akan berkaitan erat secara umum dengan ruang
lingkup manajemen pendidikan. Ruang lingkup tersebut dapat dimaknai dengan
batasan objek yang menjadi tujuan bagi pengelola lembaga pendidikan Islam dalam
melakukan pengelolaan lembaganya. Oleh karena itu dirasa sangat penting dan
dipandang perlu untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup manajemen
pendidikan Islam secara menyeluruh dan menjadi suatu pengetahuan yang
bermanfaat untuk kepentingan umat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa
lembaga-lembaga pendidikan yang melakukan pengelolaan dengan menggunakan manajemen
pendidikan Islam. Dalam pelaksanaannya apakah sudah berjalan dengan maksimal
atau masih banyak yang harus dibenahi. Tentunya dibatasi pada runag lingkup
manajemen Pendidikan Islam. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian
dengan metode kajian pustaka yang disajikan dengan berdasarkan fakta-fakta di
lapangan. Menjadi konsekuensi yang logis jika sistem Pendidikan yang dijalankan
sebagai Pendidikan Islam Terpadu akan memaksa menggunakan manajemen khusus
terpadu pula. Manajemen Pendidikan yang efektif dan efisien yaitu dengan cara
manajemen kolektif, dilakukan dengan semangat kolektifitas.
Kata
Kunci:
Manajemen; Manajemen Pendidikan Islam; Pendidikan Masa Kini.
Abstract
The term Islamic
education management is widely known that the discussion will not be far from
the term education management, its presentation in every reference related to
Islamic education management will eventually lead to the elaboration of
education management in general. It would be difficult to explain about the
management of Islamic education without looking at references from the general
discussion of education management itself. Likewise, if it is connected to the
scope of Islamic education management, it is certain that it will be closely
related in general to the scope of education management. This scope can be
interpreted as the object limitation that is the goal for managers of Islamic
educational institutions in managing their institutions. Therefore, it is
considered very important and deemed necessary to know and understand the scope
of Islamic education management as a whole and become a useful knowledge for
the benefit of the ummah. This writing aims to analyze educational institutions
that manage using Islamic education management. In its implementation, has it
been running optimally or is there still a lot that needs to be addressed? Of
course, it is limited to the scope of Islamic education management. In this
paper, the author uses a writing method with a literature review method which
is presented based on the facts in the field. It is a logical consequence if
the education system that is run as an integrated Islamic education will force
the use of special integrated management as well. Effective and efficient
Education Management, namely by means of collective management, carried out in
the spirit of collectivity.
Keywords: Management;
Islamic Education Management; Modern Education.
Pendahuluan
Tidak bisa dipungkiri
bahwa pendidikan merupakn aspek vital bagi semua umat manusia (Nadziroh et al., 2018). Pendidikan juga
menjadi sumber tumpuan harapan bagi yang memperjuangkannya dalam rangka
pengembangan individu dan masyarakat (Sari et al., 2020). Sebagai media
dalam memajukan peradaban, pengembangan masyarakat dan mencetak generasi yang
memiliki keahlian untuk kepentingan umum (Asmar, 2020).
Tujuan daripada
pendidikan harus bersinergi dengan apa yang menjadi tujuan hidup bangsa, yakni
menciptakan individu, keluarga dan masyarakat yang shalih, dan mengembangkan
konsep-konsep yang senada dengan budaya, peradaban, dan menjadi warisan umat
serta mejadi pandangan hidup seorang muslim (Islamic worldview) (Priestnall et al., 2020). Posisi
pendidikan tidak berada dalam ruang yang hampa, maknanya bahwa pendidikan itu
selalu di atas konteks. Sebagai wahana, alat ukur, sarana dan proses,
pendidikan menjadi media transfer warisan umat dari nenek moyang kepada
generasi penerusnya (Agustina, 2019).
Dalam prosesnya,
peradaban dikembangkan oleh pendidikan melalui perkembangan ilmu dan
pengetahuan iptak dan ipteknya secara continue
(berkesinambungan/terus-menerus) searah dengan apa yang menjadi visi dan misi
hidup umat (Setiadi, 2017). Pendidikan
mendedikasikan sahamnya untuk setiap permasalahan dalam dunia pendidikan,
masalah soaial kontemporer, dengan mendidik kaum generasi muda sebagai golden
age, untuk berpikir lebih jernih, sehat dan kritis terhadap perkembangan jaman.
Metode tersebut sangat membutuhkan manajemen pendidikan yang menawarkan garansi
jati diri dan kepribadian umat, termasuk dalam bingkai pendidikan Islam (Hidayat et al., 2018). Sebagai kunci
sukses dari pendidikan, manajemen pendidikan menentukan berbagai cara dalam
kelancaran kinerja organisasi lembaga pendidikan yang terkait. Artinya dalam
perubahan sosial akan tetap menuju arah yang jauh lebih baik lagi, setiap
masalah dan hambatan selalu dihadapi dan dilewati dengan bijak, serta
ketersandungan dan lompatan yang menyimpang, jauh tidak akan terjadi sesuatu
yang tidak diharapkan (Fitrah, 2017).
Lahirnya ilmu manajemen
pada pertengahan abad 19, kemudian saat ini menjadi tumbuh berkembang dewasa
nan amat popular, bahkan banyak yang menganggap sebagai kunci keberhasilan di
setiap lembaga organisasi, lembaga pendidikan Islam atau lembaga pendidikan
pada umumnya (Tambak, 2014). Adapula yang
berpendapat bahwa manajemen pendidikan Islam menjadi simbol dari lembaga-lembaga
pendidikan Islam modern masa kini, keberadaannya sangat diharapakan agar
menjadi tolak ukur perkembangan dan faktor keberhasilan (Aminuddin, 2019).
Islam tidak sedikitpun
menghambat kemajuan dan peradaban, justru sebaliknya Islam selalu dinamis dan
relate dengan kehidupan jaman. Islam selalu menjadi solusi untuk segala
permasalahan yang terjadi saat ini. Termasuk dalam tatanan Pendidikan, Islam
sangat mendukung segala bentuk Pendidikan yang bertujuan untuk mecerdaskan
kehidupan bangsa (Sapari, 2018).
Strategi manajemen adalah
sesuatu yang niscaya. Islam telah mendidik umatnya sedari dulu untuk mengatur
setiap tupoksi dengan sebaik-baiknya. Rasulullaah SAW, telah mengajarkan
manajemen di dalam Islam untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,
bahkan nabi-nabi terdahulu sebelumnya sudah melakukannya, yang kemudian untuk
dijadikan sebagai ibroh (pembelajaran) untuk umatnya di kemudian hari (Wahid, 2015). Dibentuknya
tugas-tugas untuk dibagikan (dakwah). Meski Rasulullah SAW pribadi tidak pernah
mengungkapkan bahwa hal ini adalah merupakan sebuah proses manajemen, tapi
elemen-elemen dalam dalam manajemen sudah mulai dipraktekkan.
Salah satu ilmu yang
banyak mempengaruhi adalah ilmu manajemen dan bahkan jika diteliti lebih dalam,
maka akan dapat ditemukan hampir seluruh aspek kehidupan manusia berkaitan
dengan manajemen (Syah, 2013). Sebagai petunjuk
arah, manajemen dapat mengenali kemampuan, kelebihan atau kekurangan dari diri
sendiri. Dengan ilmu manajemen, segala bentuk pekerjaan dapat dilakukan dengan
cara yang lebih efektif dan efisien yang bertujuan untuk mendapatkan hasil yang
sesuai target yang akan dicapai (Harahap, 2017).
Hadirnya manajemen
pendidikan Islam sangat berpengaruh serta memberi arah yang terukur terhadap
berprosesnya pengelolaan di lembaga pendidikan Islam yang dalam pelaksanaannya
melibatkan sumber daya manusia dalam pergerakannya untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dari pendidikan Islam itu sendiri secara lebih efektif dan efisien.
Bahasan manajemen pendidikan Islam menjadi komplek dan diperhitungkan untuk
dijadikan sebagai bahan ketika kaidah-kaidahnya akan dirumuskan (Jemani, 2020). Setiap elemen
akan diintegrasikan agar terwujudnya manajemen pendidikan yang memiliki
kekhasan (ciri khas) nuansa Islam. Term dalam islam yang sangat erat pada kata
manajemen biasanya berupa wahyu dan budaya (Listiana, 2020).
Al-qur�an dan
hadist-hadist nabi (hadist nabawi maupun hadist qudsi) menjadi sumber wahyu
dalam Islam. Berbeda dengan islam budaya yang melewati jalur sahabat nabi,
pemahaman para ulama, pemahaman para cendikiawan muslim dan budaya umat Islam (Listiana, 2020). Di dalam
manajemen pendidikan Islam, kata Islam menjadi identitas yang dimaksudkan
mencakup makna keduanya, yaitu Islam sebagai wahyu dan Islam sebagai budaya.
Maka di dalam pembahasan manajemen pendidikan Islam selalu terlibatnya antara
wahyu dan budaya umat Islam yang didukung dengan kaidah-kaidah manajemen
pendidikan Islam pada umumnya (Maya & Lesmana, 2018).
Penelitian sebelumnya
banyak yang memaparkan kajian manajemen pendidikan islam secara umum dan
konseptual seperti yang sudah dikaryakan oleh Sugeng Kurniawan dalam
penelitiannya yang berjudul �Konsep Manajemen Pendidikan Islam Perspektif Al
Qur�an dan Hadist (Studi tentang perencanaan)�. Isi dari penelitiannnya adalah
menjelaskan tentang konsep dalam manajemen pendidikan Islam. Sedangkan pada
penelitian ini lebih sedikit berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya
yakni lebih ke penelitian di lapangan secara langsung dan berdasarkan
fakta-fakta dan data kasus di lembaga Pendidikan.
Berharap dari penelitian
penelitian ini, semua lembaga pendidikan yang telah, sedang dan akan melakukan
perencanaan manajemen pendidikan islam bisa dengan baik melakukan suatu
perencanaan manajemen pendidkan islam. Tentunya dengan berprinsip kepada
nilai-nilai keislaman yang kaffah. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya
menjadi penting sebagai unsur kebaruan (novelty) dari sebuah jurnal ilmiah.
Maka peneliti berinisiatif untuk menambahkan beberapa perbedaan pandangan dalam
hal ini adalah data data dan referensi. Prinsip-prinsip dalam islam harus
diimplementasikan dengan pemahaman yang baik dan benar. Terutama dalam prinsip
merencanakan manajemen pendidikan Islam.
Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dan studi literatur (library research)
yang pada prosesnya menekankan untuk menghimpun banyak fakta dan menganalisa data
. Menelaah jurnal-jurnal ilmiah yang sesuai dengan judul penelitian, fokusnya
dalam manajemen pendidikan islam untuk meningkatkan kualitas lembaga-lembaga
pendidikan islam. Selain itu juga tidak terlewatkan mengkaji artikel, buku dan
sumber lainnya seperti internet dan e-book. Semua jurnal yang diriview
bersumber dari Google Cendikia (Scholar Google).
Riset kualitatif memiliki
tinjauan pustaka yang bertujuan utama untuk mengkonfirmasi para rider (pembaca)
hasil riset lain yang bersinggungan erat dengan penelitian yang akan dilakukan
saat ini, sinkronisasi riset sebelumnya dengan literatur yang ada dan
melengkapi celah kosong yang masih belum sempurna.
Selanjutnya dibahas
secara mendalam pada bagian yang berjudul �Pustaka Terkait� (�Related
Literature�) atau Kajian pustaka (�Review of Literature�), sebagai dasar
perumusan hipotesis dan selanjutnya akan menjadi dasar untuk melakukan
perbandingan dengan hasil atau temuan-temuan yang terungkap dalam penelitian,
(Ali & Limakrisna, 2013).
Hasil dan Pembahasan
A.
Temuan Penelitian
1.
Ayat-Ayat Al-Qur�an Tentang Konsep Dasar
Manajemen Pendidikan Islam
Sungguh telah sempurna di dalam agama Islam �al
Yauma akmaltu��. Al Qur�an menjadi sumber pengetahuan utama dan sumber
keilmuan dengan penuh hikmah yang selalu membimbing umatnya dalam jalan yang
diridhoi-Nya. Pada jaman Nabi Muhammad saw masih berdakwah, apa yang menjadi
inti dari saripati Al Qur�an telah diamalkan Nabi Muhammad saw dan diajarkannya
kepada para sahabatnya. Bukan hanya al qur�an, baik perkataan, sikap tingkah
polah Nabi Muhammad saw juga dijadikan sebagai contoh dalam menjalankan
aktivitas kehidupan sehari-hari seorang muslim, baik hablum minallah
(hubungan dengan Allah) maupun hablum minan Nas (hubungan dengan
manusia) dan dengan alam lingkungan sekitar yang biasa disebut hadist.
Telah diyakini bahwa al qur�an dan hadist memiliki
keutamaan dasar terkait dengan selururh aspek kehidupan umat manusia. Perlu
adanya tafsiran atas al qur�an dan hadist itu sendiri. Kenapa itu dipandang
perlu? Karena fase kenabian sudah putus dan berakhir akan tetapi di sisi lain
situasi dan kondisi jaman terus berkembang dan mengalami banyak perubahan yang
signifikan, terutama perubahan pemikiran umat manusia yang tetap mutlak
perlunya suatu hidayah (petunjuk) yang lurus dan benar bagi mereka (manusia).
Pendidikan Islam telah menjadikan al qur�an sebagai
sumber atau rujukan. Ataupun ilmu-ilmu selainnya seperti ilmu manajemen
Pendidikan Islam dikarenakan al qur�an banyak terdapat nilai yang absolut atau
mutlak kebenarannya yang telah Allah turunkan langsung kepada nabiNya. Telah
Allah ciptakan manusia dan Allah pulalah yang mendidiknya, hingga semua
kandungan terkait Pendidikan sudah tertulis dalam wahyuNya. Sulit dipungkiri
bahwa tidak ada satupun persoalan yang termasuk di dalamnya ada manajemen
Pendidikan Islam, itu tidaklah luput dari jangkauan kandungan al qur�an itu
sendiri. Allah Swt dalam firmanNya di Surat Al-An�am/6 ayat 38 yang berbunyi:
مَا فَرَّطْنَا
فِى الْكِتٰبِ
مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ
اِلٰى رَبِّهِمْ
يُحْشَرُوْنَ
Artinya: �Tidaklah kami alpakan sesuatu di dalam Al
Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan�.
Kemudian Allah swt berfirman di surat yang lain yaitu
dalam qur�an surat An-Nahl/16 ayat 89 yang berbunyi:
وَنَزَّلْنَا
عَلَيْكَ الْكِتٰبَ
تِبْيَانًا لِّكُلِّ
شَيْءٍ وَّهُدًى
وَّرَحْمَةً وَّبُشْرٰى
لِلْمُسْلِمِيْنَࣖ
Artinya: �Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (AL
Qur�an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri�.
Dari kedua ayat di atas telah diterangkah bahwa
Pendidikan Islam cukuplah hanya dapat ditelaah dari segala sumber yang sangat
autentik yaitu al qur�an. Substansinya dari nilai-nilai qur�ani itu akan
selamanya kekal dan selalu relate (berhubungan) dan relevan (sesuai
perkembangan) di setiap waktu dan tak lekam jaman, tanpa adany aperubahan
apapun sama sekali. Hanya ada kemungkinan perubahan dalam aspek interpretasi
manusia dalam memahami dan menafsirkan al qur�an dan juga interpretasi mengenai
nilai-nilai yang instrumental dan terkait masalah Teknik perasional saja.
Idealnya, Pendidikan Islam harus bermuara kepada sumbernya yakni al qur�ann itu
sendiri tanpa terkecuali. nilai normatifny apendidikan Islam yang dimaksud
berdiri atas tiga pilar yang utama yaitu:
a.
I�tiqodiyah, yaitu tentang pendidikan keimanan (tauhid), seperti percaya kepada
Allah (iman kepada Allah), iman kepada para malaikat, iman kepada rasul, iman
kepada kitab Allah, iman kepada hari kiamat dan iman kepada qodo dan qodar
(takdir), dengan bertujuan untuk menumbuhkan dan menata kepercayaan individual
manusia kepada Rabbnya.
b.
Khuluqiyah, yaitu terkait pendidikan etika, dengan bertujuan untuk membersihkan
diri (tazkiyatun nafs) dari perilaku rendah dan menghiasi diri dengan
perilaku terpuji.
c.
Amaliyah, yang
berkaitan dengan pendidikan tingkah laku sehari-hari, baik yang berhubungan
dengan pendidikan ibadah dan pendidikan muamalah (bersosial).
Alquran juga mengungkapkan secara normatif atas lima
aspek pendidikan dalam dimensi-dimensi kehidupan manusia, yang meliputi:
a.
Hifdzud Din (Pendidikan menjaga Agama), yang mampu menjaga eksistensi agamanya;
memahami dan melaksanakan ajaran agama secara konsekuen dan konsisten;
mengembangkan, meramaikan, mendakwahkan, dan menyiarkan agama. Dalam Alquran
QS. Al-Mumtahanah: 12, al-Baqarah: 191, al-Maidah: 54, at-Taubah: 73, dan
Al-Furqan: 52.
b.
Hifdzun Nafs (Pendidikan menjaga Jiwa), yang memenuhi hak dan kelangsungan hidup
diri sendiri dan masing-masing anggota masyarakat, karenanya perlu diterapkan
hukum qishash (pidana Islam) bagi melanggarnya, seperti hukumman mati. Dalam
Al-Qur�an QS. Al-Maidah: 32, an-Nisa�: 93, al-Isra�: 31, al-An�am: 151, dan
al-Baqarah: 178-179.
c.
Hifdzul �Aql (Pendidikan menjaga Akal), yang menggunakan akal pikirannya untuk
memahami tanda-tanda kebesaran Allah dan hukumhukum-Nya; menghindari perbuatan
yang merusak akalnya dengan minum khamar atau zat adiktif, yang karenya
diberlakukan had (sanksi), seperti cambuk. Dalam Al-Qur�an QS. Al-Maidah: 90,
Yasin: 60-62, al- Qashash: 60, Yusuf: 109, al-A�raf: 169, al-Anbiya�: 66-67, Hud:
51, al- Mu�minun: 80, ar-Rum: 24 dan 28, al-Ankabut: 34-35, ar-Ra�d: 3-4, dan
al-Baqarah: 44, 164, dan 219.
d.
Hifdzun Nasb (Pendidikan menjaga Keturunan), yang mampu menjaga dan melestarikan
generasi muslim yang tangguh dan berkualitas; menghindari perilaku seks
menyimpang, seperti free sex, kumpul kebo, homoseksual, lesbian, sodomi, yang
karenya diundang-undangkan huku rajam (lempar batu) atau campuk. Dalam
Al-Qur�an QS. An-Nisa�: 3-4,9,25, an-Nur: 2-9, al-Isra�: 32, al-Ahzab: 49,
ath-Thalaq: 1-7, dan al-Baqarah: 221-237.
e.
Hifdul Maal wal Irdh (Pendidikan menjaga Amal dan Kehormatan), yang mampu mempertahankan
hidup melalui pencarian rezeki yang halal; menjaga kehormatan diri dari
pencurian, penipuan, perampokan, pencekalan, riba dan kezaliman. Dalam
Al-Qur�an QS. An-Nur: 19-21, 27- 29, al-Hujurat: 11-12, al-Maidah: 38-39,
an-Nisa�: 29-32, ali Imran: 130, dan al-Baqarah: 188, 275-284.
Fungsi dari al qur�anul karim sebagai kitab suci dan
pedoman bagi setiap muslim, diantaranya sebagai petunjuk (hudan), agar manusia
diarahkan menjadi makhluk (yang dicipta) yang tunduk kepada khaliq (sang
pencipta) untuk dijadikan sebagai wali Allah (khalifah fil Ardh) yang baik
sesuai tuntunan al qur�an dan as sunnah. Untuk meraih gelar waliyul Allah yang
mendapatkan hudan (petunjuk) maka diperlukan adanya kajian literasi terhadap al
qur�an itu sendiri, sehingga umat Islam sungguh-sungguh dapat mengambil faedah
(keutamaan) yang sebesar-besarnya dan sebanyak-banyaknya akan kandungan
ayat-ayat al qur�an yang di dalamnya sangat kompleks membahas ayat-ayat yang
terkait persoalan-persoalan yang sudah terjadi, yang sedang terjadi dan bahkan
yang akan terjadi nanti di kemudian setelah hari akhir. Segala sesuatu yang
bersinggungan dengan aspek kehidupan manusia, ataupun keberadaanya alam semesta
sudah tertuangkan dalam kitab suci al qur�anul karim. Dari awal kejadian
penciptaan manusia, sampai pada aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada
umumny adlam hal ini adalah manajemen Pendidikan Islam, tentunya hal itu semua
sudah tertera dalam kitab suci al qur�an.
Secara Bahasa manajemen bermakna pemimpin, direktur,
pengurus, pengelola, yang diambil dari akar kata �to manage� yang bermakna
mengemudikan, mengurus, mengatur, dan memerintahkan. Manajemen adalah
penggunaan sumber daya (resource) secara efektif dan efisien untuk menggapai
sasaran yang dituju (Harmonika, 2017). Menurut (Riyadi, 2016), manajemen adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manajer dalam
memanage organisasi, lembaga, maupun perusahaan. Sedangkan manajemen pendidikan
Islam merupakan aktifitas untuk memobilisasi dan memadukan segala sumber daya
pendidikan Islam dalam rangka untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Perpaduan sumber daya yang fasilitasi untuk menggapai
tujuan dari Pendidikan tentunya harus melewati yang sering disebut 3 M (man,
money, dan material) itu semua tidak hanya terbatas yang ada di
sekolah/madrasar atau para pimpinan di sebuah universitas/perguruan tinggi
Islam. Proses manajemen sangat dibantu oleh proses komunikasi yang baik dan
kerjasama tim yang solid dari berbagai pihak terkait baik internal dan
eksternal.
Semua aspek yang terungkap di atas untuk
mengimplementasikannya tentunya dibutuhkan manajemen. Sedangkan al qur�an
sendiri sudah menjelaskannya dengan rinci terkait manajemen. Dalam memahami dan
menganalisis aspek yang ada bahawa manajemen itu adalah untuk mengetahui ke
arah mana akan dibawa untuk mencapai tujuan, halangan dan rintangan apa yang
harus dilewati, kekuatan dan keajaiban apa yang harus diikhtiarkan dan
bagaimana mengendalikannya agar tetap aman dan nyaman berada di jalur yang
tepat dan bukan kebalikannya.
Bagaimanapun akal manusia itu sangat terbatas utnuk
memahami dan menganalisa al qur�an. Segala sesuatu yang disandarkan kepada
akal, maka harus siap dengan segala kemungkinan konsekuensi yang akan terjadi
dan tentunya tidak akan pernah menjadi sesuatu yang mutlak. Pada akhirnya
segala persoalan akal dan kapasitasnya dalam menghasilkan kualitas
berinterpretasi terhadap al qur�an akan dipengaruhi oleh kemampuan akal itu
sendiri dalam memahami konteks tertentu. Maka daipada itulah dalam pembahasan
ini peneliti mencoba mensinergiskan dan mengungkap secara langsung bahwa
manajemen pendidikan Islam itu sesungguhnya dapat dikaji dan diinterpretasikan
dengan Al qur�an, jika akal berpikir. Karena sesungguhnya Al qur�an sendiri
menjelaskan tentang hal itu.
2.
Pengertian Manajemen dan Manajemen
Pendidikan Islam
Akar kata manajemen berasal dari Bahasa latin yang
berasal dari kata �manus� yang bermakna tangan dan �agere� yang
artinya melakukan. Kedua kata tersebut digabungkan menjadi satu kata menjadi
kata �manager� yang bermakna menangani atau mengatur. Sedangkan dalam
Bahasa Arab, manajemen berarti �idaarah� yang berakar kata �adaara�
yakni mengatur (Siahaan et al., 2019). Dalam kamus Inggris-Indonesia yang dikarang John M. Echols dan Hasan
Shadily �management� berawal dari akar kata �to manage� yang berarti
mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan (Adzkiyaunuha, 2022). Dari beberpa kata tersebut munculah kata management dan manager bagi
orang yang melakukan aktivitas manajemen. Dan akhirnya management diterjemahkan
ke dalam Bahasa Indonesia menjadi kata manajemen atau pengelolaan. Sedangkan
dalam kamus besar Bahasa Indonesia, manajemen diartikan dengan proses pemakaian
sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan atau
penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang dituju (Winarsih et al., 2018).
Menurut Parker, pengertian manajemen ialah seni
melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang. Adapun pengertian manajemen dalam
arti luas adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian
(P4) sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Farida & Jamilah, 2019). Ramayulis menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat
manajemen adalah al-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata
dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al qur�an seperti firman Allah
Swt qur�an surat 32 As Sajdah ayat 5:
يُدَبِّرُ
الْاَمْرَ مِنَ
السَّمَاۤءِ اِلَى
الْاَرْضِ ثُمَّ
يَعْرُجُ اِلَيْهِ
فِيْ يَوْمٍ كَانَ
مِقْدَارُهٗٓ
اَلْفَ سَنَةٍ
مِّمَّا تَعُدُّوْنَ
Artinya: "Dia mengatur segala urusan dari
langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang
kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu".
Kandungan dari ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah
swt sebagai pengatur alam semesta (Al Mudabbir/Manager). Pengaturan alam raya
ini merupakan suatu kebesaran Allah yang didak mungkin bisa dipungkiri. Akan
tetapi karena manusia telah Allah ciptakan untuk menjadi wali Allah di bumi,
maka manusia mau tidak mau, suka tidak suka harus mengatur dan mengelola bumi
dengan sebaik-baiknya pengelolaan sebagaimana Allah telah mengatur bumi ini
dengan sempurna.
Sesungguhnya istilah manajemen itu mengarah kepada
proses kegiatan atau aktivitas yang disusun dan diselesaikan secara efektif dan
efisien dengan pendayagunaan keterlibatan orang lain. Terry telah memberikan
defenisi: �management is a distinct process consisting of planning,
organizing, actuating and controlling, performed to determine and accomplish
stated objectives by the use of human beings and other resources�(Nurfaiqah et al., 2022). Bahwa manajemen sebagai suatu proses yang jelas terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian
yang dilaksanakan untuk menentukan serta melaksanakan sasaran/tujuan yang telah
ditentukan dengan menggunakan sumber daya dan sumber-sumber lainnya. Beberapa
pengertian manajemen di atas pada dasarnya memilki titik tolak yang sama,
sehinggga dapat disimpulkan ke dalam beberapa hal yaitu:
a.
Manajemen merupakan suatu usaha atau
tindakan ke arah pencapain tujuan melalui suatu proses.
b.
Manajemen merupakan suatu sistem kerja sama
dengan pembagian peran yang jelas.
c.
Manajemen melibatkan secara optimal
kontribusi orang-orang, dana, fisik, dan sumber�sumber lainnya secara efektif
dan efisien.
d.
Sedangkan pendidikan Islam adalah usaha untuk mengubah tingkah laku
individu dalam kehidupannya, kemasyarakatannya maupun alam sekitarnya yang
berlandaskan Islam (Priatmoko, 2018). Menurut Syah Muhammad An Naqaib Al
Atas dalam bukunya Konsep Pendidikan Dalam Islam, menyebutkan bahwa
Pendidikan Islam adalah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk
pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dan segala sesuatu didalam
tatanan penciptaan sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan akan
tempat Tuhan yang tepat didalam tatanan wujud dan kepribadian. Disisi lain
Ahmad D. Mariamba mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidikan terhadap perkembangan jasmani dan rohani
peserta didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama (insan kamil) (Siddik, 2016).
3.
Prinsip Dasar Manajemen Pendidikan Islam
Prinsip umum yang dikandung manajemen Pendidikan Islam
itu fleksibel, makai a dapat mengikuti perkembangan jaman seiring perkembangnya
waktu. Prinsip-prinsip inilah yang membedakan manajemen Pendidikan dengan
manajemen Pendidikan Islam. Para pakar penggiat manajemen Pendidikan Islam
banyak yang berpendapat, salah satunya adalah Ramayulis menyimpulkan bahwa pada
prinsip manajemen Pendidikan Islam ada delapan aspek yaitu: ikhlas, jujur,
amanah, adil, tanggungjawab, dinamis, praktis, dan fleksibel (Salma et al., 2018). Sedangkan Langgulung berpendapat bahwa prinsip manajemen pendidikan
Islam ada tujuh, yaitu: iman dan akhlak, keadilan dan persamaan, musyawarah,
pembagian kerja dan tugas, berpegang pada fungsi manajemen, pergaulan dan
keiklasan (Aziz et al., 2022).
Mengarah kepada salah satu pendapat di atas, maka
secara terperinci beberapa diantara prinsip dasar manajemen pendidikan Islam
jika diterapkan dalam konteks persekolahan/madrasah dapat diuraikan sebagai
berikut:
a.
Ikhlas
Hakikatnya mengelola sekolah/madrasah adalah sebuah trush
(kepercayaan) dan amanah dari Allah swt. Faktanya dalam mengemban amanah
tersebut sering terjadi memikul beban yang tak sebanding dengan materi yang
didapatkan. Bvukan berarti materialistis, tetapi profesionalisme itu tidak ada
kaitan dengan keikhlasan dan tidak selalu hitung-hitungan pengorbanan dengan
apa yang diperoleh. Perlunya ikhlas sebagai prinsip hidup seorang muslim
sejati, agar selalu senantiasa bekerja ikhlas sepenuh hati tanpa megharap ridho
selain dari Allah, karena jika merasa sebagai muslim yang taat dan selalu
berniat untuk semata-mata menggapai ridho Allah dan beribadah kepadaNya, maka
itu semua kaan dilakukan dengan sukarela. Allah swt berfirman dalam Al qur�an
yang berbunyi:
وَاَقِيْمُوْا
وُجُوْهَكُمْ
عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ
وَّادْعُوْهُ
مُخْلِصِيْنَ
لَهُ الدِّيْنَ
ەۗ كَمَا بَدَاَكُمْ
تَعُوْدُوْنَۗ
Artinya: Dan (katakanlah): �Luruskanlah muka (diri)
mu setiap shalat dan senbahlah Allahdengan mengikhlaskan ketaatanmu
kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian
pulalah) kamu akan kembali kepada-Nya�. (QS. Al-A�raf: 29).
Dengan ayat tersebut, manusia telah diajarkan oleh al
qur�an bahwa manusia harus senantiasa mengikhlaskan segala sesuatu tentang
peribadatan kita semata-mata karena Allah swt dan tentunya harus husnudzon
(berprasangka baik) kepada Allah bahwa Allah senantiasa membalas semua perilaku
kebajikan dan tidak mungkin Allah salah memberikan rezeki kepada hambaNya. Jika
seorang manager memimpin sebuah sekolah dengan berprinsip ikhlas karena Allah,
maka yang akan terjadi adalah perlakuan manajerial yang terbaik, tentunya hal
demikian akan berdampak pada kualitas dari sekolah tersebut di masa yang akan
datang.�
b.
Jujur
Rasulullah saw tentunya memiliki sifat yang jujur.
Jujur sudah menjadi identitas nabi yang begitu melekat kepadanya yang
menjadikannya popular di kalangan bangsa Arab di masa itu. Sebagi ummatnya nabi
Muhammad saw, tentu patut kita jadikan uswah hasanah. Kejujuran ibarat
mata uang, menjadi modal utama dalam memimpin ummat. Di era 4.0 ini sangat
dipandang perlu dan penting bahwa keujujuran itu sangat mahal harganya.
Merebaknya kasus KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) di tanah air kita,
khususnya di kalangan pejabat negeri ini bahkan sampai ke level yang di dunia
pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi, itu sebagai signal bahwa
kejujuran sudah mulai memudar. Pastilah KKN itu terjadi akibat abai dari sikap
kejujuran. Beberapa ayat Al qur�an yang membicarakan tentang kejujuran adalah sebagai
berikut:
لِيَجْزِيَ
اللّٰهُ الصّٰدِقِيْنَ
بِصِدْقِهِمْ
وَيُعَذِّبَ الْمُنٰفِقِيْنَ
اِنْ شَاۤءَ اَوْ
يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ
ۗاِنَّ اللّٰهَ
كَانَ غَفُوْرًا
رَّحِيْمًاۚ
Artinya: �Supaya Allah memberikan balasan kepada
orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang
munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.� (QS. Al-Ahzab: 24).
Ataupun di ayat yang lain Allah telah berfirman:
وَالَّذِيْ
جَاۤءَ بِالصِّدْقِ
وَصَدَّقَ بِهٖٓ
اُولٰۤىِٕكَ هُمُ
الْمُتَّقُوْنَ
Artinya: �Orang yang membawa kebenaran (Muhammad)
dan yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.�
(QS. Al-Zumr: 33).
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوا
اتَّقُوا اللّٰهَ
وَكُوْنُوْا مَعَ
الصّٰدِقِيْنَ
Artinya: �Hai orang-orang yang beriman
bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur�
(QS. At-Taubah: 119).
فَاِذَا
عَزَمَ الْاَمْرُۗ
فَلَوْ صَدَقُوا
اللّٰهَ لَكَانَ
خَيْرًا لَّهُمْۚ
Artinya: �Jikalau mereka jujur kepada Alloh,
niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka� (QS: Muhammad: 21).
Jika konteksnya di dunia Pendidikan seperti
sekolah/madrasah, maka kejujuran itu harus dijadikan prinsip, tentunya prinsip
yang sangat pending untuk dimiliki oleh seorang pemimpin madrasah/sekolah.
Kepala sekolah di sekolah menjadi sosok sentral dan memiliki legitimasi untuk
banyak mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang sangat penting, termasuk kebijakan
dalam anggaran, sistem dan lain-lain. Pada konteks ini, peluang kepala sekolah
untuk merekayasa data dan melakukan kecurangan sangatlah berpeluang besar
sekali. Akan tetapi jika kepala sekolahnya berintegritas dan memiliki sikap
kejujuran maka tentunya sebesar dan selebar apapun peluang untuk bermain
curang, melakukan prilaku kebohongan, pastilah tidak akan pernah dilakukannya.
Sudah barang tentu jika pimpinan sekolahnya berprilaku jujur maka sekolah itu
akan mendapatkan hak sesuai dengan peruntukan yang diberikan kepadanya.
Program-program pemerintah yang saat ini banyak berpihak kepada pengembangan
kualitas sekolah tentu akan tepat sasaran dan peningkatan kualitas pendidikan
yang diharapkan akan menjadi sebuah keniscayaan dan tidak akan banyak mengalami
kebocoran dana atau penyalahgunaan wewenang.
c.
Amanah
Dalam Islam, suatu jabatan adalah sebuah amanah yang
harus dijaga dan dipertanggungjawabkan. Tanggungjawabnya di dunia dan di
akhirat pula sudah pasti akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah swt.
Amanah itu kepercayaan yang harus dijaga, maka orang yang diberikan amanah
adalah orang yang diberikan kepercayaan untuk memegang suatu beban tugas
tertentu dari sang pemberi amanah. Allah Swt dalam firmannya di Alquran:
اِنَّ اللّٰهَ
يَأْمُرُكُمْ
اَنْ تُؤَدُّوا
الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى
اَهْلِهَاۙ وَاِذَا
حَكَمْتُمْ بَيْنَ
النَّاسِ اَنْ
تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ
ۗ اِنَّ اللّٰهَ
نِعِمَّا يَعِظُكُمْ
بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ
كَانَ سَمِيْعًاۢ
بَصِيْرًا
Artinya: �Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.� (QS.
An-Nisa�/4: 58).
Dari kandungan ayat di atas, dapat kita pahami bahwa
amanah itu hendaknya disampaikan atau diberikan kepada orang yang berhak
menerima amanah, yang memenuhi kriteria khusus sesuai dengan karakteristik
pekerjaan atau tugas yang akan dikerjakannya. Berikutnya, orang yang diamanahi
harus mampu mewujudkan atas amanah yang dipikulnya tersebut dan tidak melakukan
hal penyelewengan, penyimpangan atau penyalahgunaan. Dalam konteks
sekolah/madrasah jabatan pimpinan seorang kepala sekolah adalah sebuah amanah.
Seorang pemimpin sekolah atau guru yang memiliki prinsip bahwa pekerjaan atau tugasnya
itu adalah sebuah amanah, maka dia tentu akan berusaha melaksanakan kepercayaan
tersebut sesuai dengan tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.
d.
Adil
Manajemen Pendidikan Islam memiliki aspek prinsip
dasar salah satunya adalah adil. Prof. Abudin Nata berpendapat bahwa keadilan
adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan pada persamaan atau bersikap
tengah-tengah atas dua perkara (Arjuni & Fatmawati, 2022). Keadilan ini terjadi berdasarkan keputusan akal yang dikonsultasikan
dengan agama. Adil sering diartikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap
orang lain dalam memberikan hukuman, sering diartikan pula dengan persamaan dan
keseimbangan dalam memberikan hak orang lain tanpa ada yang dilebihkan atau
dikurangi. Adil juga banyak diartikan sebagai ungkapan menempatkan sesuatu pada
tempatnya.
Agama memerintahkan untuk penganutnya untuk berlaku
adil pada siapapun, dimanapun dan kapanpun. Berlaku adil sangat dianjurkan
dalam kehidupan sehari-hari, bahkan menjadi salah satu indikator ketakwaan
seseorang, firman Allah swt dalam Al qur�an surah ar- Rahman ayat 7-9:
وَالسَّماءَ
رَفَعَها وَوَضَعَ
الْمِيزانَ () أَلاَّ
تَطْغَوْا فِي
الْمِيزانِ () وَأَقِيمُوا
الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ
وَلا تُخْسِرُوا
الْمِيزانَ
Artinya: �Dan Allah telah meninggikan langit-langit
dan Dia meletakkan neraca (keadilan) suapaya kamu jangan melampaui batas neraca
itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan dengan adil dan janganlah kamu
mengurangi neraca itu�. (QS. Ar-Rahman ayat 7-9).
Di dunia Pendidikan seperti sekolah, keadilan menjadi
isu yang sangat sensitif dan amat rentan menimbulkan konflik jika keadilan
tidak diwujudkan dengan baik dan benar. Tentangf masalah penggajian (kafalah)
pegawai/guru atau tenaga kependidikan sampai pemberian tugas wewenang dan
tanggungjawab adalah merupakan bagian dari manajemen Pendidikan di sekolah yang
memiliki peluang untuk melahirkan ketidakadilan. Maka dari itu dalam manajemen
Pendidikan agama Islam, keadilan harus dijadikan sebagai prinsip dasar yang
harus dimilki baik oleh murid atau pun guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Sebuah sekolah yang memiliki pemimpin yang adil di dalamnya, akan memiliki
kultur sekolah yang kondusif bagi pengembangan kualitas di dalamnya.
e.
Tanggungjawab
Manajemen Pendidikan Islam memiki prinsip
tanggungjawab terhadap amanah yang diembankan. Itu merupakan prinsip yang
sangat penting di dalam membangun manajemen Pendidikan Islam yang positif. Lari
dari tanggungjawab atau berlepas tangan dari amanh tanggungjawab yang diberikan
maka akan menghasilkan tidak pastinya program yang akan dituju. Beberapa dalil
tentang tanggungjawab:
لَا يُكَلِّفُ
اللّٰهُ نَفْسًا
اِلَّا وُسْعَهَا
ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ
وَعَلَيْهَا مَا
اكْتَسَبَتْ ۗ
Artinya: �Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannnya.�
(QS. Al-Baqarah: 286).
Rasululah saw. bersabda:
كُلُّكُمْ
رَاعٍ فَمَسْئُولٌ
عَنْ رَعِیَّتِ
ھ, فَالأَمِیْرُ
الَّذِيْ عَلَى
النَّاسِ رَاعٍ
وَ ھُوَ مَسْئُولٌ
عَنْھُ م
Artinya: �Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap
kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Penguasa adalah pemimpin
dan akan ditanya tentang kepemimpinannya (rakyatnya),� (H.R. Bukhari dan
Muslim dari Abdullah bin Umar).
Hadis di atas adalah hadis tentang pemimpin yang
menegaskan bahwa setiap individu yang terlahir di dunia ini pada hakikatnya
adalah seorang pemimpin. Tugas kepemimpinan yang kali pertama tersemat pada
diri seseorang adalah tugas memimpin dirinya sendiri. Dalam menjalankan tugas,
ia dituntut untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab, benar, mandiri, kuat,
cerdas, dan bijak layaknya seorang pemimpin. Keberhasilan seseorang dalam
menjadikan dirinya sebagai pemimpin yang sukses dalam memimpin dirinya sendiri
kelak akan sangat berpengaruh bagi tugas kepemimpinan yang lain, yaitu ketika
ia mulai menerima tanggung jawab untuk memimpin sistem di luar dirinya, seperti
rumah tangga, keluarga, masyarakat, negara, dan agamanya.
4.
Unsur-Unsur Manajemen Pendidikan Islam
Konsep manajemen pendidikan Islam dalam perspektif Al
qur'an mengandung unsur-unsur fleksibel, efektif, effisien, terbuka, kooperatif
dan partisipatif.
a. Fleksibel
Fleksibel yang dimaksud adalah tidak kaku (lentur).
Menurut pendapat Prof. Dr. Imam Suprayogo bahwa berdasarkan hasil pengamatan
beliau walaupun sifatnya masih terbatas, menunjukkan bahwa sekolah atau
madrasah meraih prestasi unggul justru karena fleksibelitas pengelolanya dalam
menjalankan tugas-tugasnya.
Selanjutnya beliau memberikan penjelasan jika
diperlukan pengelola berani mengambil kebijakan atau memutuskan hal-hal yang
berbeda dengan tuntutan/petunjuk formal dari atas, oleh karena itu untuk
menghidupkan kreativitas para pengelola lembaga pendidikan maka perlu dikembangkan
evaluasi yang tidak semata-mata berorientasi pada proses melainkan dapat
dipahami pada produk dan hasil yang akan dicapai, jika pandangan ini dipahami,
maka manajemen dalam hal ini kinerja manajer atau pemimpin pendidikan tidak
hanya diukur dengan menggunakan telah terlaksana progam yang ada, tetapi lebih
dari itu adalah sejauh mana pelaksanaan itu melahirkan produk-produk yang
diinginkan oleh berbagai pihak.
Petunjuk Alquran mengenai fleksibelitas ini antara
lain tercantum dalam surat al-Hajj/22: 78:
وَجَاهِدُوْا
فِى اللّٰهِ حَقَّ
جِهَادِهٖۗ هُوَ
اجْتَبٰىكُمْ
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ
فِى الدِّيْنِ
مِنْ حَرَجٍۗ
Artinya: �Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan
jihad yang sebenar-benarnya. dia Telah memilih kamu dan dia sekali-kali tidak
menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan�.
b. Efektif dan Efisien
Menurut Wayan Sidarta; �pekerjaan yang efektif ialah
pekerjaan yang memberikan hasil seperti rencana semula, sedangkan pekerjaan
yang efisien adalah pekerjaan yang mengeluarkan biaya sesuai dengan rencana
semula atau lebih rendah, yang dimaksud dengan biaya adalah uang, waktu,
tenaga, orang, material, media dan sarana (Rahmawati et al., 2022).
Kedua kata efektif dan efisien selalu dipakai
bergandengan dalam manajemen akarena manajemen yang efektif saja sangat mungkin
terjadinya pemborosan, sedangkan manajemen yang efisien saja bisa berakibat tidak
tercapainya tujuan atau rencana yang telah ditetapkan. Ayat-ayat Alquran yang
dapat dijadikan acuan kedua hal tersebut adalah surat al-Kahfi/18: 103-104
(tentang efektif), berbunyi:
(103). قُلْ هَلْ
نُنَبِّئُكُمْ
بِالْأَخْسَرِينَ
أَعْمَالًا
(104). الَّذِينَ
ضَلَّ سَعْيُهُمْ
فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَهُمْ
يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ
يُحْسِنُونَ صُنْعًا
Artinya : Katakanlah: �Apakah akan Kami beritahukan
kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?� Yaitu
orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini,
sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya�.
c. Terbuka
Kata terbuka disini bukan saja bermaksud terbuka dalam
memberikan informasi yang benar tetapi juga mau memberi dan menerima
saran/pendapat orang lain, terbuka kesempatan kepada semua pihak, terutama
staff untuk mengembangkan diri sesuai dengan kemampuannya baik dalam jabatan
maupun bidang lainnya.
d. Koperatif dan Partisipasif
Dalam rangka melaksanakan tugasnya manajer pendidikan
Islam harus cooperative dan partisipasif. Hal ini disebabkan. Ada beberapa hal
yang menyebabkan mengapa manajemen pendidikan Islam harus bersofat cooperative
dan partisipasif hal ini disebabkan karena dalam kehidupan ini kita tidak bisa
melepaskan diri dari beberapa limitasi (keterbatasan) yang menurut Chester I
Bernard imitasi tersebut meliputi:
a. Limitasi Physic (alam) misalnya untuk memenuhi kebutuhan makanan ia
harus menanam dan ini sering dilakukan orang lain atau bersama orang lain.
b. Limitasi Psichologi (ilmu jiwa). Manusia akan menghargai dan
menghormatinya.
c. Limitasi Sociology. Manusia tidak akan dapat hidup tanpa orang lain.
d. Limitasi Biologis. Manusia secara biologis termasuk makhluk termasuk
makhluk yang lemah sehingga untuk memperkuat dan mempertahankan dirinya manusia
harus bekerjasama, saling memberi dan menerima bersatu dan mengadakan ikatan
dengan manusia (Yacoeb, 2013).
5.
Fungsi Manajemen Pendidikan Islam dalam
Tinjauan Al Qur�an
Berbicara masalah manajemen tentunya tidak bisa lepas
dengan empat komponen yang ada yaitu planning, organizing, actuating dan
controlling (POAC). Menurut hemat peneliti empat komponen tersebut di jelaskan
di beberapa ayat Alquran. Untuk lebih jelasnya maka akan peneliti uraikan satu
persatu sebagai berikut:
a.
Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak
melakukan pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar
tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal. Perencanaan adalah
salah satu fungsi awal dari aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan secara
efektif dan efisien. Anderson memberikan definisi perencanaan adalah pandangan
masa depan dan menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang
di masa depan.
b.
Pengorganisasian (Organizing)
Kegiatan administratif manajemen tidak berakhir
setelah perencanaan tersusun. Kegiatan selanjutnya adalah melaksanaan
perencanaan itu secara operasional. Salah satu kegiatan administratif manajemen
dalam pelaksanaan suatu rencana disebut organisasi atau pengorganisasian.
At-Tandziim atau pengorganisasian merupakan wadah tentang fungsi setiap orang,
hubunga kerja baik secara vertical maupun horizontal. Pengorganisasian adalah
proses mengatur, mengalokasiakan dan mendistribusiakan pekerjaan, wewenang dan
sumber daya diantara anggota organisasi.
c.
Penggerakan (Actuating)
Fungsi actuating merupakan bagian dari proses kelompok
atau organisasi yang tidak dapat dipisahkan. Adapun istilah yang dapat
dikelompokkan ke dalam fungsi ini adalah directing commanding, leading dan
coordinating (Syahrani, 2019). Karena tindakan actuating sebagaimana tersebut, maka proses ini juga
memberikan motivating, untuk memberikan penggerakan dan kesadaran terhadap
dasar dari pada pekerjaan yang mereka lakukan, yaitu menuju tujuan yang telah
ditetapkan, disertai dengan memberi motivasi-motivasi baru, bimbingan atau
pengarahan, sehingga mereka bisa menyadari dan timbul kemauan untuk bekerja
dengan tekun dan baik.
d.
Evaluasi (Controlling)
Ar-Riqaabah
atau evaluasi dalam konteks manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa
aktivitas yang dilaksanakan benar sesuai apa tidak dengan perencanaan
sebelumnya. Evaluasi dalam manajemen pendidikan Islam ini
mempunyai dua batasan pertama; evaluasi tersebut merupakan proses/kegiatan
untuk menentukan kemajuan pendidikan dibandingkan dengan tujuan yang telah
ditentukan, kedua; evaluasi yang dimaksud adalah usaha untuk memperoleh
informasi berupa umpan balik (feed back) dari kegiatan yang telah
dilakukan.
Kesimpulan
Segala sesuatu yang
direncanakan harus bersumber kepada al-Qur�an dan as-Sunnah (qur�an dan
hadist). Tentu al-qur�an sangat lengkap informasinya, tidaklah di dalamnya
meninggalkan sesuatu yang belum tuntas. Maka konsep manjemen Pendidikan islam
sejatinya Islam sudah lebih jauh memperhatikannya. Selain berlandaskan
al-qur�an dan sunnah Rasulillah, maka ijtihad mengikuti perkembangan sistem
yang ada, seperti halnya Undang-Undang yang berlaku.
Manajemen Pendidikan Islam juga perlu menerapkan prinsip-prinsip
manajemen Pendidikan Islam agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai
dengan koridor syariat Islam. Manajemen Pendidikan Islam perlu diawali dengan
perencanaan yang sebaik-baiknya karena perencanaan akan menjadi peta atau
pedoman jalannya sistem manajemen Pendidikan Islam.
Peneneliti menyarankan
berdasar dari kesimpulan di atas, sangat banyak solusi yang bisa ditempuh dalam
mengelola manajemen pendidikan islam untuk terwujudnya tujuan dan mutu
pendidikan. Yakin akan setiap proses yang diikhtiarkan secara optimal akan
mendapatkan hasil yang terbaik. Tidak ada kesempurnaan bagi makhluk, maka saran
penulis diperlukan kajian berikutnya yang lebih mendalam dan tajam lagi untuk
perbaikan kualitas atau mutu dari manajemen pendidikan islam.
Adzkiyaunuha, M.
(2022). Konsep Manajemen Pendidikan Islam:(Sebuah Analisis Aspek Ontologi.
Epistemologi, dan Aksiologi Konsep Manajemen Pendidikan Islam). Idaarotul
Ulum (Jurnal Prodi MPI), 4(1 Juni), 58�79.
Agustina, A. (2019). Kontribusi
Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah Dalam Perkembangan Pendidikan Islam. UIN
Raden Intan Lampung.
Aminuddin, M. Y. (2019).
Perubahan Status Kelembagaan pada Perguruan Tinggi Agama Islam dalam Menghadapi
Tantangan dan Peluang Pendidikan Islam di Indonesia. TA�LIM: Jurnal Studi
Pendidikan Islam, 2(1), 22�44.
Arjuni, M., &
Fatmawati, S. (2022). Manajemen Pendidikan Islam Dalam Upaya Pembentukan
Karakter. Tadzkirah: Jurnal Pendidikan Dasar, 54�64.
Asmar, A. (2020).
Ekspresi keberagaman online: media baru dan dakwah. Jurnal Ilmu Dakwah, 40(1),
54�64.
Aziz, A. R., Asiah, D.,
Afandi, I., Pitriyani, P., Aditya, R., & Hidayat, Y. (2022). Manajemen
Pendidikan Dalam Pandangan Al-Qur�an. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 8(13),
511�517.
Farida, S., &
Jamilah, F. (2019). Kepemimpinan Kepala Madrasah (Kompetensi Manajerial Kepala
Madrasah Dalam Perspektif Manajemen Pendidikan). Widya Balina, 4(1),
60�74.
Fitrah, M. (2017). Peran
kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Jurnal Penjaminan Mutu,
3(1), 31�42.
Harahap, S. (2017).
Implementasi Manajemen Syariah Dalam Fungsi-Fungsi Manajemen. AT-TAWASSUTH:
Jurnal Ekonomi Islam, 2(1), 211�234.
Harmonika, S. (2017).
Hadits-Hadits tentang Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM). At-Tadbir: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, 1(1), 1�14.
Hidayat, A., Bisri, C.
H., Hasanah, A., Sadiah, D., Rahman, M. T., Kafrawi, S., Sulastri, L., Meiza,
A., Mansyur, A. S., & Suhendar, D. (2018). Pendidikan Islam: Antara
harapan dan kenyataan. Madrasah Malem Reboan (MMR).
Jemani, A. (2020).
Manajemen Kepemimpinan Pendidikan Islam Berbasis Total Quality Management Di
Era Disrupsi. Fikroh: Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Islam, 13(2),
158�188.
Listiana, H. (2020). Analisis
konsep neurosain spiritual dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk
siswa Sekolah Dasar. UIN Sunan Ampel Surabaya.
Maya, R., & Lesmana,
I. (2018). Pemikiran Prof. Dr. Mujamil Qomar, M. Ag. tentang Manajemen
Pendidikan Islam. Islamic Management: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam,
1(02), 291�316.
Nadziroh, N., Chairiyah,
C., & Pratomo, W. (2018). Hak warga negara dalam memperoleh pendidikan
dasar di Indonesia. Trihayu, 4(3), 259091.
Nurfaiqah, N., Nurdin,
N., & Alhabsyi, F. (2022). Management of Al-Qur�an Learning at One Day One
Juz Palu Community. Proceeding of International Conference on Islamic and
Interdisciplinary Studies, 1, 192�195.
Priatmoko, S. (2018).
Memperkuat Eksistensi pendidikan Islam di era 4.0. TA�LIM: Jurnal Studi
Pendidikan Islam, 1(2), 221�239.
Priestnall, S. L.,
Okumbe, N., Orengo, L., Okoth, R., Gupta, S., Gupta, N. N., Gupta, N. N.,
Hidrobo, M., Kumar, N., Palermo, T., Peterman, A., Roy, S., Konig, M. F.,
Powell, M., Staedtke, V., Bai, R. Y., Thomas, D. L., Fischer, N., Huq, S., �
Chatterjee, R. (2020). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析Title. Endocrine, 9(May),
6.
Rahmawati, N. F., Fauzi,
M. R., & Anwarudin, K. (2022). Manajemen program tahfidz al-qur�an. Tarbiyatu
Wa Ta�lim: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 4(1), 1�16.
Riyadi, F. (2016).
Urgensi Manajemen dalam Bisnis Islam. BISNIS: Jurnal Bisnis Dan Manajemen
Islam, 3(1), 65�84.
Salma, S., Nenden
Herawati, S. H., MH, N. H., & SH, M. H. (2018). Manajemen Majelis Taklim
Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat Menuju Pendidikan Karakter (Studi
Terhadap Model Pengelolaan Majelis Taklim Di Sulawesi Utara). IAIN MANADO.
Sapari, A. ria. (2018). Penerapan
Model Pembelajaran Concept Attainment dalam meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas
X Pada Mata Pelajaran Fiqih Di Madrasah Aliyah Al-Fatah Palembang (Vol. 6,
Issue 1). UIN Radeng Fatah Palembang.
Sari, W., Rifki, A. M.,
& Karmila, M. (2020). Analisis kebijakan pendidikan terkait implementasi
pembelajaran jarak jauh pada masa darurat covid 19. Jurnal Mappesona, 3(2).
Setiadi, E. M. (2017). Ilmu
sosial & budaya dasar. Kencana.
Siahaan, A., Hidayat, R.,
& Rustam, R. (2019). Manajemen Lembaga Pendidikan Islam: Menuju Lembaga
Pendidikan Unggul, Kompetitif Dan Bermutu.
Siddik, H. (2016).
Hakikat Pendidikan Islam. Al-Riwayah: Jurnal Kependidikan, 8(1),
89�103.
Syah, H. (2013). Pengaruh
kompensasi finansial terhadap kepuasan kerja dan motivasi kerja karyawan pada
PT. Graha Raja Empat. Jurnal Ilmu Manajemen, 1(2), 462�471.
Syahrani, S. (2019).
Manajemen Pendidikan Dengan Literatur Qur�an. Darul Ulum: Jurnal Ilmiah
Keagamaan, Pendidikan Dan Kemasyarakatan, 191�203.
Tambak, S. (2014). Metode
ceramah: Konsep dan aplikasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal
Tarbiyah, 21(2). https://doi.org/10.30829/tar.v21i2.16
Wahid, A. H. (2015).
Perbudakan Dalam Pandangan Islam Hadith and Sirah Nabawiyyah: Textual and
Contextual Studies. Nuansa: Jurnal Studi Islam Dan Kemasyarakatan, 8(2).
Winarsih, S. S. Y.,
Safeyah, M., & Syahrial, L. (2018). Implementation of Research Results in
Preparing a Housing Planning Textbook. Nusantara Science and Technology
Proceedings, 432�441.
Yacoeb, M. (2013). Konsep
Manajemen Dalam Perspektif AL-QUR�TM AN: Suatu Analisis dalam
Bidang Administrasi Pendidikan. JURNAL ILMIAH DIDAKTIKA: Media Ilmiah
Pendidikan Dan Pengajaran, 14(1).
Copyright holder: Akhmad Alim, Ahmad Sastra, M. Ikbar Muhyi
Maulani (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |