Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 12,
Desember 2022
ANALISIS
KECUKUPAN AIR DOMESTIK �(STUDI KASUS KOTA DEPOK, JAWA BARAT)
Enni
Dwi Wahjunie, Latief Mahir Rahman, Nurul Rahmalia, Sri
Malahayati Yusuf, Yayat Hidayat
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, IPB University, Bogor, Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
[email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Dampak pertumbuhan penduduk, perekonomian, urbanisasi, dan perubahan
iklim dapat berpeluang terhadap ancaman kecukupan air bersih di masa yang akan datang. Kota Depok merupakan daerah
urban di dekat metropolitan Jakarta.�
Untuk itu perlu adanya studi tentang analisis kecukupan air di kota Depok. Analisis kecukupan air dapat diperhitungkan
berdasar SNI 6728.1:2015 (Penyusunan Neraca Sumberdaya Air) dan SNI 6738.1:2015
(Perhitungan Debit Andalan Sungai), dengan asumsi seluruh masyarakat kota Depok hanya menggunakan air permukaan dari sungai
Ciliwung sebagai pemenuhan kebutuhan air domestiknya. Menurut metode SNI
6728.1:2015, potensi ketersediaan air Kota Depok dapat diprediksi dari Debit
Andalan 90 % pintu air Katulampa Bogor dan Panus Depok, serta debit PDAM kota Depok tahun 2020. Prediksi kebutuhan air domestik� diperhitungkan
dari prediksi jumlah penduduk dan SNI 6728.1:2015. hasil
penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan data jumlah penduduk� tahun 2010 -2020, laju pertumbuhan penduduk
kota Depok sebesar 1,75 %. Potensial ketersediaan air dari Debit Andalan 90% di
pintu air Katulampa sebesar 4,96 m3/detik,� tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kota
Depok sejak tahun 2020. Potensi ketersediaan air dari Debit Andalan 90%� di pintu air Panus
sebesar 16,61 m3/detik,� masih surplus
hingga tahun 2050. Namun PDAM kota Depok hingga tahun 2020 hanya mampu
berproduksi 0,63 m3/detik; sehingga mulai tahun 2025
sudah terjadi defisit. Untuk memenuhi kebutuhan air domestik Kota Depok di
waktu yang akan datang, peningkatan debit PDAM maupun pemanfaatan air tanah� harus
dilakukan.
Kata
kunci: Kebutuhan Air Domestik, Ketersediaan Air, Neraca Air.
Abstract
The impact
of population growth, the economy, urbanization, and climate change may
potentially threaten the adequacy of clean water in the future.� Depok City is an urban area near the
metropolitan city of Jakarta. For this reason, it is necessary to have a study
on the analysis of water adequacy in the city of Depok. Analysis of the water
adequacy can be calculated based on SNI 6728.1:2015 (National Standard of
Calculating Spatial Water Balance) and SNI 6738.1:2015 (National Standard of
Calculation the Mainstream Discharge).�
This study used the assumption that� all people in Depok city only use the
surface water from the Ciliwung river to supply the domestic water requirement.
According to the regulation in SNI 6728.1:2015,�
the availability of water in Depok City�
was� predicted from the 90%
mainstay discharge from� Katulampa Bogor
and Panus Depok river weir, as well as Regional Water Company (PDAM) Depok city
discharge in 2020. This results showed that� based on the� population data in 2010-2020, the population
growth rate was 1.75%, while the potential water availability supllied from
Katulampa� was 4.96 m3/second. This water
availabilty�� was not enough to fulfill� the water
demand in Depok City since in 2020. The potential water availability from the
90%� mainstay
discharge at the Panus river weir� was
16.61 m3/second, still in surplus until 2050. However, PDAM Depok city since� 2020 has
been� only capable of producing 0.63
m3/second. Based on this data,� the water supply from PDAM Depok city
will be a deficit in 2025. In order to supply the domestic water requirement
from Depok City in the future, PDAM should� increase� its�
production� and� the utilization of ground water.
Keywords: Domestic
Water Demand, Water Availability, Water Balance.
Pendahuluan
Sumberdaya air merupakan salah satu sumberdaya
alam yang sangat dibutuhkan dalam berbagai aktivitas kehidupan manusia,
sehingga mempengaruhi perkembangan perekonomiannya. Perkembangan perekonomian di suatu wilayah sangat
ditentukan oleh kecukupan airnya.�
Dampak pertumbuhan jumlah penduduk, perekonomian, urbanisasi dan
perubahan iklim dapat berpeluang terhadap ancaman kecukupan air bersih di masa
yang akan datang (Zodrow et al., 2017). Untuk itu perlu adanya studi tentang analisis kecukupan air, dengan kota Depok sebagai contoh kajian. Kota
Depok merupakan daerah urban di dekat metropolitan Jakarta.
Kecukupan air suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan
dan� kebutuhannya.
Ketersediaan air yang jumlahnya tetap, dapat dipenuhi dari
air permukaan dan air tanah, yang sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim dan
sifat lahan sebagai penyimpan air yang berpengaruh dalam siklus hidrologi.
Namun tingkat kebutuhan air� sangat
dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang memungkinkan suatu saat kecukupannya
akan mengalami deficit (Said & Widayat, 2014).� Berbagai
kajian terhadap ketersediaan dan kebutuhan air wilayah telah dilakukan oleh
berberapa peneliti. (Raharjo et al., 2016) telah melakukan prediksi pasokan dan kebutuhan air
wilayah aliran sungai Ciliwung dari pintu air Katulampa Bogor hingga Panus
Depok. Ketersediaan air diprediksi dengan menggunakan
model HEC-HMS untuk mendapatkan data debit.� Prediksinya menghasilkan debit andalan� sungai
Ciliwung ruas Bendung Katulampa Bogor-Jembatan Panus Depok antara 0.012
m3/detik hingga 13,31 m3/detik. Hingga tahun 2022,
ketersediaan air dari prediksi debit andalan 80% nya masih mencukupi kebutuhan,
tetapi pada musim kemarau terjadi defisit.� (Suheri et al., 2019) telah membuat model kebutuhan air bersih berdasarkan jumlah penduduk
di kawasan Perkotaan Sentul City; dan� (Yofyan, 2017) telah melakukan analisis kecukupan air dari debit sungai Gayo untuk
memenuhi kebutuhan penduduk kota Padang.
Salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) tentang lingkungan
hidup adalah pada tahun 2030 seluruh masyarakat dapat memperoleh akses
universal air bersih dan sanitasi (Bappenas, 2017).� Dengan
demikian diharapkan bahwa kebutuhan air bersih masyarakat dapat terpenuhi.
Debit andalan 90% sungai sebagai penyedia air domestik (BSN, 2015) untuk kota Depok dapat diprediksi dari data debit pintu air
Katulampa dan pintu air Panus.� Debit
yang terukur di pintu air Katulampa menjelaskan tentang ketersediaan air dari daerah
tangkapan air sungai Ciliwung wilayah hulu. Aliran sungai Ciliwung dari
Katulampa menuju pintu air Panus mengalami penambahan dari beberapa sungai
kecil yang masuk ke sungai Ciliwung (Pemda Depok. 2022). Debit andalan 90% yang
ada di pintu air Panus merupakan penyedia bagi Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) kota Depok. Dengan demikian, ketersediaan air
bagi wilayah Depok sangat tergantung pada debit aliran sungai baik yang terekam
di pintu air Katulampa maupun Panus. Prediksi kecukupan air kota Bogor dan
Depok� yang telah dilakukan oleh� (Raharjo et al., 2016) menggunakan data debit hasil perhitungan menggunakan model, hanya
sampai tahun 2022� Untuk itu, prediksi
kecukupan air kota Depok dalam jangka waktu yang lebih panjang dengan
menggunakan data debit andalan 90% (BSN, 2015) sebagai penyedia air, perlu
dilakukan.�
Selain harus memenuhi kuantitasnya, ketersediaan
air untuk mencukupi kebutuhan domestik masyarakat harus memenuhi standart kualitas
air seperti tertuang dalam PP 82 Tahun 2001 tentang Mutu Air (Anonim, 2001). Untuk mencapai ketersediaan air dengan kualitas yang memenuhi
kebutuhan domestik, antara lain dengan penyediaan air melalui PDAM. Oleh karena
itu, kemampuan produksi PDAM dalam menyediakan kebutuhan penduduk� yang�
jumlahnya terus meningkat, perlu dievaluasi. Jika debit produksi PDAM kota Depok tetap, kecukupannya hingga tahun 2050 perlu
diprediksi.
Atas kondisi tersebut di atas, penelitian ini ingin mengkaji sampai
sejauh mana tingkat kecukupan air sungai Ciliwung maupun produksi PDAM dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat kota Depok dalam jangka
panjang.
Metode
Penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota
Depok, yang dimulai sejak bulan Januari hingga Juni 2022.� Analisis kecukupan air dilakukan
berdasar data debit andalan 90% dari pos duga air (PDA)
Katulampa Bogor, PDA Panus Depok, dan kemampuan produksi PDAM Kota Depok yang
berasal dari sungai Ciliwung PDA Panus, Depok.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data
sekunder berupa data debit, jumlah penduduk,
dan data produksi PDAM kota Depok, seperti disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1.
Data Sekunder untuk analisis kecukupan air
Jenis Data |
Sumber Data |
Data Debit sungai Ciliwung Hulu di pos duga air Katulampa, Bogor
tahun 2001-2020 |
Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung-Cisadane |
Data Debit sub DAS Ciliwung tengah di Pos Duga Air Panus, Depok
tahun 2011-2020 |
Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung-Cisadane |
Data Debit air baku dan debit air produksi PDAM Kota Depok |
PDAM Tirta Asasta, Depok |
Jumlah penduduk kota Depok |
Badan
Pusat Statistik (BPS) Kota Depok |
1. Analisis Ketersediaan air
Analisis ketersediaan air dilakukan
berdasar data debit Sungai Ciliwung Hulu yang merupakan daerah tangkapan air
DAS Ciliwung, debit Sungai Ciliwung Tengah yang merupakan sumber produksi PDAM
Kota Depok, dan kemampuan produksi PDAM Kota Depok.�� Data debit Sungai Ciliwung Hulu diambil dari
pos duga air Katulampa Bogor, data debit Sungai Ciliwung Tengah dan sumber air
untuk PDAM Kota Depok dari pos duga air�
Panus Depok. Sungai Ciliwung merupakan pemasok bagi PDAM kota Depok (Republika, 2021).
Berdasarkan SNI 6738.1:2015 (BSN 2015), ketersediaan air
untuk memenuhi kebutuhan domestik perkotaan diprediksi dari debit andalan
90%.� Debit andalan adalah debit aliran sungai dengan nilai tertentu dapat� terjadi dengan probabilitas atau periode ulang tertentu.�
Perhitungan nilai probabilitas
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
P����������� : Probabilitas (%)
m ���������� : Nomor urut data debit dari yang terbesar ke yang
terkecil
n ����������� : Jumlah data
Debit
Andalan 90% dari data PDA Katulampa Bogor diperhitungkan dari data debit harian
selama 20 tahun, yaitu tahun 2001-2020. Debit Andalan 90% dari data PDA Panus
Depok diperhitungkan dari data debit harian selama 10 tahun, yaitu tahun
2010-2020. Ketersediaan air sungai sebagai kebutuhan air baku PDAM Kota Depok diperhitungkan dari
PDA Panus Depok. Data debit� PDAM kota Depok diperhitungkan dari data tahun
2020 dan diasumsikan tetap untuk periode yang akan datang.
2.
Analisis Kebutuhan air
Kebutuhan air
domestik diperhitungkan dari pertumbuhan penduduk
sampai tahun 2050 menggunakan data jumlah penduduk
Kota Depok dari tahun 2010-2020 (BPS, 2020). Perhitungan proyeksi jumlah penduduk
sampai tahun 2050 menggunakan metode geometrik (BPS, 2010) seperti pada Persamaan 2. Kebutuhan air domestik dihitung menggunakan Persamaan 3. Kebutuhan air non-domestik ditentukan dengan Persamaan 4, dan perhitungan total kebutuhan air� ditentukan dengan Persamaan 5.
������� atau���� |
(2) |
|
(3) |
|
(4) |
|
(5) |
Keterangan:
Pt���������� :
Jumlah penduduk pada tahun ke-n (jiwa)
Po��������� : Jumlah
penduduk pada tahun sebelumnya (jiwa)
r ����������������������� ����������� : Laju pertumbuhan penduduk
t ����������������������� ����������� : Jangka waktu (tahun)
Qd�������� :
Kebutuhan air domestik
Rk��������� : Angka
konsumsi air bersih berdasarkan kategori kota
Qn��������� :
Kebutuhan air non-domestik
Qt��������� : Total
Kebutuhan air
m ���������� : 30% dari
kebutuhan air domestik
SNI 6728.1:2015 (BSN, 2015)
3.
Neraca Air
Perhitungan neraca air
dilakukan untuk menentukan surplus-defisit menggunakan Persamaan 6.� Neraca air yang merupakan perimbangan antara masukan (input) dan keluaran (output) air di suatu wilayah pada periode tertentu ditujukan untuk mengetahui jumlah netto air yang
diperoleh agar dapat dimanfaatkan
sebaik mungkin. Neraca air ditetapkan atas ketersediaan debit andalan 90 % sungai
Ciliwung PDA Katulampa, Panus, dan produksi PDAM Tirta Asasta Depok dikurangi
dengan kebutuhan air domestik kota Depok tahun 2020 hingga 2050.
|
(6) |
Analisis data dilakukan terhadap Neraca Air Kota
Depok, yaitu perbandingan/selisih antara Ketersediaan dan Kebutuhan Air sejak
tahun 2020 hingga 2050.
Asumsi Penelitian
Analisis kecukupan air di kota
Depok ini menggunakan asumsi bahwa:
1. Ketersediaan air
hanya diperhitungkan berdasarkan Debit Andalan 90% (Debit�� Andalan untuk ketersediaan air perkotaan
berdasar SNI 6738.1:2015; BSN, 2015).
2. Kebutuhan air� yang
diperhitungkan hanya kebutuhan air perkotaan domestik dan non domestik.
Kebutuhan air non domestik sebesar 30% (berdasar SNI� 6728.1:2015;
BSN, 2015)
3. Kebutuhan air PDAM
Kota Depok hanya berasal dari sungai Ciliwung.
4. Laju pertumbuhan penduduk
dianggap tetap, berdasar laju pertumbuhan tahun 2011-�� 2020.
5. Kota Depok masih
mampu mendukung jumlah penduduk hingga tahun 2050
Hasil dan Pembahasan
A. Kondisi Umum Kota Depok
Kota
Depok merupakan salah satu Kota di Jawa Barat yang mempunyai luas wilayah
200.29 Ha terdiri atas 11 kecamatan dan 63 kelurahan (BPS, 2020). Secara
administratif, Kota Depok berbatasan dengan DKI Jakarta di sebelah utara,
dengan Kabupaten Bogor di bagian timur, selatan, dan barat.� Bentang lahan/landskap kota Depok merupakan
daerah dataran rendah hingga perbukitan yang sedikit bergelombang,
dengan elevasi antara 50 � 140 meter di atas permukaan laut dan kemiringan
lerengnya kurang dari 15% (Pemda Depok, 2022).
Iklim
di kota Depok adalah tropis dengan dua musim yaitu
penghujan dan kemarau. Musim hujan� terjadi pada bulan September-Februari
dan musim kemarau terjadi pada bulan Maret-Agustus. Iklim tropis yang ada
dengan angin bertiup dari arah utara ke selatan dengan kecepatan 15 km/jam dan
curah hujan rata-rata 3.000 mm/tahun (BLH Kota Depok, 2009).
Kota Depok dilewati
3 (tiga) sungai utama dan 24 sungai kecil yang mengalir dari Selatan ke Utara. Ketiga sungai besar tersebut berperan
sebagai induk bagi sungai kecil yang tercakup dalam Daerah Aliran Sungai (DAS)
masing-masing. Tiga wilayah sungai utama tersebut adalah Daerah Aliran Sungai (DAS)
Angke Pesanggrahan, DAS Cikeas Cileungsi dan DAS Ciliwung. DAS Ciliwung
memiliki daerah cakupan aliran sungai yang paling besar dibandingkan dengan DAS
lainnya� (Pemda
Depok, 2009).
Ketersediaan air bersih PDAM Kota Depok berasal
dari sungai Ciliwung (Sub DAS Ciliwung Tengah).� Sungai
Ciliwung bermata air dari Gunung Gede dan gunung Pangrango di Jawa Barat, yang
mengalir kearah Jakarta melalui Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok dan
bermuara di Teluk Jakarta (Hendrawan, 2008).
B. Ketersediaan Air berdasar Pos Duga Air Katulampa Bogor.
Ketersediaan
air berdasar debit andalan sebesar 90% menunjukkan bahwa debit tersebut
memiliki peluang terjadi sebesar 90% dan kegagalan (peluang tidak terjadi)
sebesar 10 %.� Debit aliran sungai di PDA
Katulampa Bogor dipertimbangkan atas dasar potensi air dari daerah tangkapan
air sungai Ciliwung bagian hulu, yang menyumbangkan aliran airnya ke sungai
Ciliwung bagian Tengah, yaitu PDA Panus di kota Depok. Hasil
perhitungan ketersediaan air di tiga lokasi ditampilkan di Tabel 2.
Berdasar data debit selama 20 tahun (2001-2020), debit andalan 90% untuk PDA
Katulampa adalah 4,96 m3/detik atau 156.418.560 m3/tahun.�
Tabel 2.
Ketersediaan Air untuk Kota Depok
Lokasi Pengukuran |
Debit ( m3/detik)*) |
Ketersediaan Air (m3/tahun) |
PDA Katulampa,
Bogor |
4,96 |
156.418.560 |
PDA Panus,
Depok |
16,61 |
523.812.960 |
PDAM Kota� Depok |
0,63 |
192,756,231 |
Keterangan:
Debit di pos duga air merupakan debit andalan 90%
�
Debit produksi PDAM
Depok dengan rata-rata kehilangan 2,98%
������ Debit aliran air di PDA Panus Depok
merupakan sumber air untuk produksi PDAM Kota Depok. Debit andalan 90% berdasar
data debit tahun 2011-2020 di PDA Panus adalah 16,61 m3/detik
atau 523.812.960 m3/tahun. Angka ini merupakan potensi ketersediaan air untuk
produksi PDAM kota Depok dengan peluang terjadi 90%.
Debit produksi PDAM kota Depok hingga tahun 2020 adalah 630 liter/detik (Radar Depok, 2020) atau 198.676.800 m3/tahun. Dengan rata-rata
kehilangan sebesar 2,98%, maka produksi bersih air
PDAM kota Depok sebesar 192,756,231 m3/tahun.
Debit andalan 90% dari data debit jangka panjang pintu air Katulampa dan Panus
ini lebih besar dibanding debit andalan hasil model dari (Raharjo et al., 2016).
C. Kebutuhan Air Kota
Depok
Kebutuhan air kota Depok
diperhitungkan dari jumlah penduduk.� Untuk memprediksi kebutuhan air hingga tahun 2050, terlebih dahulu
diprediksi jumlah penduduk hingga tahun 2050. Proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk Kota Depok dilakukan menggunakan metode Geometri (BPS, 2010).� Berdasarkan� data�penduduk kota Depok tahun 2011-2020 (BPS,
2020), laju pertumbuhan penduduk kota Depok sebesar 1,75%.� Hasil
perhitungan prediksi jumlah penduduk dan kebutuhan air kota
Depok tahun 2020 hingga tahun 2050 ditampilkan di Tabel 3.
Tabel 3.
Proyeksi jumlah penduduk dan kebutuhan
air kota Depok
|
Tahun |
Jumlah penduduk (jiwa) |
Kebutuhan air domestik (m3/tahun) |
Kebutuhan
air non-domestik (m3/tahun) |
Kebutuhan air total (m3/tahun) |
|
2020 |
2.484.186 |
136.009.184 |
40.802.755 |
176.811.939 |
||
2021 |
2.527.680 |
138.390.481 |
41.517.144 |
179.907.625 |
||
2025 |
2.756.843 |
150.937.148 |
45.281.144 |
196.218.292 |
||
2030 |
3.006.782 |
164.621.313 |
49.386.394 |
214.007.707 |
||
2035 |
3.279.381 |
179.546.103 |
53.863.831 |
233.409.934 |
||
2040 |
3.576.694 |
195.823.994 |
58.747.198 |
254.571.192 |
||
2045 |
3.900.962 |
213.577.661 |
64.073.298 |
277.650.959 |
||
2050 |
4.254.628 |
232.940.899 |
69.882.270 |
302.823.169 |
||
�Jumlah penduduk
pada tahun 2020 sebesar 2.484.186�jiwa, diprediksi meningkat menjadi 4.254.628�jiwa pada tahun 2050. Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi
jumlah penduduk, kebutuhan air bersih total di Kota Depok pada tahun 2020
sebesar 176.811.939�m3 per tahun, kebutuhan domestik sebesar 136.009.184�m3
per tahun dan untuk kebutuhan non-domestik sebesar 40.802.755�m3 per tahun. Kebutuhan
air bersih total di Kota Depok pada tahun 2050 sebesar 302.823.169�m3
per tahun, kebutuhan domestik sebesar 232.940.899�m3
per tahun dan untuk kebutuhan non-domestik sebesar 69.882.270�m3 per tahun.� Peningkatan jumlah penduduk
dari tahun 2020 ke tahun 2050, telah meningkatkan kebutuhan air.
Kebutuhan air kota Depok tahun 2050 hampir dua kali
kebutuhan air tahun 2020.
Imbangan antara ketersediaan air berdasar� pos duga air
maupun produksi PDAM dengan kebutuhan air domestik kota Depok dapat dilihat di
Tabel 2 dan 3 serta Gambar 1 dan 2.�
Sejak tahun 2020, ketersediaan air berdasar debit andalan 90% pintu air
Katulampa tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan domestik kota Depok (sudah
terjadi defisit) (Tabel 2,3, dan Gambar 1). Ketidakcukupan ketersediaan air
dari debit andalan�
Ciliwung Hulu, menunjukkan bahwa sumbangan debit dari Ciliwung
Hulu sangat kecil terhadap ketersediaan air ke wilayah Depok.� Hal ini juga menunjukkan bahwa debit andalan
sungai Ciliwung dari pintu air Katulampa menuju pintu air Panus Depok hanya
tersedia untuk pemeliharaan sungai dan kelestarian ekosistem sungai.
Ketersediaan air berdasar debit andalan 90%
pintu air Panus masih mencukupi untuk kebutuhan domestik hingga tahun 2050
(Tabel 2,3, dan Gambar 2).� Hal ini menunjukkan ada
tambahan aliran air dari sungai-sungai kecil ke arah sungai Ciliwung di Wilayah
Depok. Ketersediaan air permukaan dari aliran sungai ini sangat potensi
sebagai penyedia air PDAM kota Depok.
Neraca air kota Depok berdasar ketersediaan PDAM Kota Depok dapat
dilihat pada Gambar 3.� Ketersediaan air
dari produksi PDAM pada tahun 2020 sebesar 192,756,231 m3/tahun dengan debit 0,63 m3/detik dan kehilangan sebesar 2,98%.� Neraca Air ini menunjukkan defisit sejak� tahun 2025
(Tabel 2,3, dan Gambar 3). Pada tahun 2050, dapat diprediksi
ketersediaan air PDAM�� hanya dapat
mencukupi 64% jumlah penduduk.�
Untuk mengatasi hal ini, perlu diupayakan peningkatan instalasi untuk
produksi air bersih PDAM guna mengimbangi kebutuhan air perkotaan di waktu yang
akan datang. Defisit kebutuhan air
bersih, selain dapat diatasi dengan peningkatan debit PDAM juga dapat dilakukan
dengan pemanfaatan air tanah.
Untuk menjaga dan/
atau meningkatkan ketersediaan air tanah, perlu disarankan beberapa hal seperti
penggunaan air yang disesuaikan dengan kebutuhan (Kim
et al., 2007).�� Untuk menjaga ketersediaan air tanah,
beberapa teknik konservasi tanah dan air di wilayah perkotaan perlu disarankan
seperti: pembuatan situ/waduk penampung hujan lebih/pemanenan air, sumur
resapan, bioretensi, saluran berperesapan di kawasan pertanian, dan lubang
resapan biopori di taman-taman dan ruang terbuka hijau. Pemanenan air hujan
dapat dilakukan dengan cara�
mengumpulkan air hujan yang berasal dari atap bangunan, permukaan
tanah, jalan atau cekungan. Air ini bermanfaat untuk meningkatkan ketersediaan air permukaan
yang�dapat dimanfaatkan sebagai
salah satu sumber untuk suplai air bersih (Abdulla dan Al-Shareef 2009).
Sebetulnya pemanenan air hujan sering dilakukan di daerah
kering, tetapi di daerah lembab seperti Depok juga sangat baik dilakukan untuk
menampung aliran permukaan dan menghindari banjir. (Mulyadi & Suprayogi, 2019)�telah menerapkan
pemanenan air hujan untuk penyediaan air domestik secara berkelanjutan di pulau
Merbau, Riau.
����������������������� Sumur resapan merupakan sistem resapan buatan yang dapat menampung
air hujan melalui atap bangunan atau aliran permukaan yang tidak terserap oleh
permukaan tanah.� Sumur resapan
merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan peresapan air dan sekaligus
dapat menambah cadangan air tanah (Fetter, 1994).� Kelebihan dari sumur
resapan yaitu dapat mengurangi volume dan kecepatan aliran permukaan dan dapat
dibangun dibawah garasi mobil atau halaman rumah yang tidak membutuhkan lahan
yang luas. Kajian sumur resapan telah banyak dilakukan oleh para
peneliti, antara lain (Muntaha et al., 2022) telah menerapkan
sumur resapan yang ditambah lubang resapan biopori di dasar sumur, telah dapat
efektif untuk konservasi air di daerah dengan permeabilitas tanah rendah.
Bioretensi merupakan daerah cekungan tempat limpasan air mengalir dan
mengumpul, serta meresap ke dalam tanah, sehingga dapat meningkatkan
penangkapan polutan.� Pembuatan
bioretensi sangat cocok untuk pengelolaan air daerah perkotaan, karena
teknologi bioretensi dapat diaplikasikan di halaman rumah, selokan, trotoar, taman ataupun tempat parkir sekaligus ada dalam rancangan
lanskap taman. Bioretensi dibuat dengan struktur berupa bagian atas sebagai
media tanam, lapisan kedua berupa pasir dan lapisan ketiga berupa lapisan
geotekstil yang dapat memisahkan lapisan pasir dan lapisan kerikil pada lapisan
keempat (Handayani, 2016).� Penerapan teknologi
bioretensi adalah gabungan dari unsur air dan unsur tanaman. Air limpasan yang tertangkap oleh bioretensi biasanya mengandung
polutan. Polutan padatan seperti sedimen akan
disaring oleh pasir dan kerikil, sedangkan polutan berupa bahan kimia akan
disaring oleh tanaman. Lapisan permukaan yang bervegetasi dapat mengurangi
kecepatan limpasan dan menangkap sedimen (DeBusk & Wynn, 2011). Menurut (Scott, 2009), kriteria tekstur
tanah yang digunakan harus lempung berpasir, pasir berlempung, atau lempung.
Kandungan liat maksimum 5%, campuran tanah harus pasir 50-60%, kompos daun
20-30% dan topsoil 20-30%. Hal ini disebabkan sistem
bioretensi bertujuan untuk meresapkan air lebih cepat dan meretensi kandungan
polutan yang dibawa oleh air hujan dan air permukaan. (Ayu & Andajani, 2022)�telah merancang
konsep bioretensi dan kolam retensi untuk mecegah banjir dengan� Konsep Zero Delta Run-Off.�
����������������������� Embung (reservoir) merupakan wadah yang dapat menampung aliran
air permukaan yang datang dari areal lahan di bagian hulu.�Penggunaan embung
dimaksudkan untuk menampung air hujan pada musim hujan dan mengairi tanaman
pada musim kemarau. (Gazali, 2020)�telah mengkaji
potensi embung Rantau Baru untuk irigasi di Sub DAS sungai Tapin.
Kesimpulan
����������� Dari� hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa potensi ketersediaan air total di kota Depok masih
mampu memenuhi kebutuhan air total Kota Depok hingga tahun 2050. Ketersediaan
air total pada tahun 2050 diperkirakan sebesar 523.812.960 m3 /tahun, sedangkan
hasil analisis kebutuhan air total Kota Depok untuk tahun 2050 diperkiraan
sebesar 302 823 169 m3/tahun. Dengan demikian, berdasarkan hasil perhitungan
neraca air, Kota Depok pada tahun 2050 masih mengalami surplus sebesar 220 989
791 m3/tahun.� Namun
ketersediaan air PDAM telah mengalami defisit sejak tahun 2025. Untuk mencukupi
kebutuhan air bersih di masa yang akan datang dapat
dicukupi dari air tanah, peningkatan produksi PDAM, dan penambahan air
pemukaan.�� Untuk itu perlu direkomendasikan� adanya
beberapa teknik konservasi tanah dan air, agar menjamin ketersediaan air tanah.
Peningkatan ketersediaan air tanah dapat dilakukan dengan
sumur resapan, bioretensi, dan lubang resapan biopori. Metode pemanenan air hujan dan pembuatan embung, dan waduk untuk
meningkatkan ketersediaan air permukaan.
Ayu, A. W., & Andajani, S. (2022). Penerapan Konsep Zero
Delta Run-Off pada Perumahan Tataka Puri, Kabupaten Tangerang. RekaRacana:
Jurnal Teknil Sipil, 8(1), 1.
Bappenas. (2017). Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals). https//sdgs.bappenas.go.id.
BLH
Kota Depok. 2009. Informasi Status Kerusakan Lahan dan/atau Tanah untuk
Produksi Biomassa di Kota Depok 2009. Depok (ID): Badan Lingkuhan Hidup
Kota Depok.
BPS. Badan Pusat Statistik. 2010. Laju Pertumbuhan Penduduk. https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/indikator/86.
BPS.
Badan Pusat Statistik. 2019. Kota Depok Dalam Angka 2020. Badan Pusat
Statistik kota Depok. https://depokkota.bps.go.id.
BSN.
Badan Standarisasi Nasional. 2015. Penyusunan Neraca Spasial� Sumberdaya Alam- Bagian 1: Sumberdaya Air. Standar
Nasional Indonesia nomor 6728.1:2015. Jakarta (ID): Badan Standarisasi
Nasional.
BSN.
Badan Standarisasi Nasional. 2015. Perhitungan Debit Andalan Sungai dengan
Kurva Durasi Debit. Standar Nasional Indonesia nomor 6738.1:2015. Jakarta ����������� (ID): Badan Standarisasi Nasional.
DeBusk, K. M., & Wynn, T. M. (2011). Storm-water
bioretention for runoff quality and quantity mitigation. Journal of
Environmental Engineering, 137(9), 800�808.
Fetter, C. W. (1994). Applied Hydrogeology: MacMillan College
Publishing Co. New York, NY, 691p.
Gazali, A. (2020). Kajian Potensi Ketersediaan Air Pada Embung
Rantau Baru Guna Kebutuhan Air Irigasi Di Sub Daerah Aliran Sungai Tapin. Jurnal
Kacapuri: Jurnal Keilmuan Teknik Sipil, 2(2), 11�23.
Handayani, D. (2016). Kajian bioretensi sebagai salah satu
eco-drainase. Jurnal Tekno Efisien, 1(3), 250�260.
Hendrawan, D. (2008). Kualitas air Sungai Ciliwung ditinjau
dari parameter minyak dan lemak. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan Dan Perikanan
Indonesia, 15(2), 85�93.
Kim, R.-H., Lee, S., Jeong, J., Lee, J.-H., & Kim, Y.-K.
(2007). Reuse of greywater and rainwater using fiber filter media and metal
membrane. Desalination, 202(1�3), 326�332.
Mulyadi, A., & Suprayogi, I. (2019). Application of
rainwater harvesting technology to supply sustainable domestic water. International
Journal of Electrical, Energy and Power System Engineering, 2(1),
10�14.
Muntaha, Y., Prayogo, T. B., & Yuliani, E. (2022).
Permodelan Sumur Resapan Inovatif untuk Konservasi Air Tanah Permeabilitas
Rendah Daerah Kota Malang. Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water
Resources Engineering, 13(1), 36�47.
Pemda Depok. (2022). Geografi: Pemerintah Kota Depok.
Radar Depok. (2020). PDAM Tirta Asasta Depok Produksi 620
Liter per Detik.
Raharjo, S. R., Suprapto, M., & Muttaqien, A. Y. (2016).
Prediksi Pasok Dan Kebutuhan Air Sungai Ciliwung Ruas Bendung
Katulampa-Jembatan Panus Depok. Matriks Teknik Sipil, 4(2).
Republika. (2021). Penyediaan Air Bersih PDAM Depok
Tergantung Sungai Ciliwung.
http://www.republika.co.id/berita/qq1399430/penyediaaan-air-bersih-pdam-depok-tergantung-sungai-ciliwung.
Said, I. N., & Widayat, W. (2014). Pengisian Air Tanah
Buatan Pemanenan Air Hujan dan Teknologi Pengolahan Air Hujan.
Scott, T. E. (2009). Bioretention.
http://www.bioretention.com/What is.htm.
Suheri, A., Kusmana, C., Purwanto, M. Y. J., & Setiawan,
Y. (2019). Model prediksi kebutuhan air bersih berdasarkan jumlah penduduk di
kawasan perkotaan Sentul City. Jurnal Teknik Sipil Dan Lingkungan, 4(3),
207�218.
Yofyan, S. (2017). Analisa Ketersediaan Air Bersih untuk
Kebutuhan Penduduk di Kecamatan Pauh Kota Padang. Proceedings of the Seminar
Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur Ke-3 (SPI-3).
Zodrow, K. R., Li, Q., Buono, R. M., Chen, W., Daigger, G.,
Dueñas-Osorio, L., Elimelech, M., Huang, X., Jiang, G., & Kim, J.-H.
(2017). Advanced materials, technologies, and complex systems analyses:
emerging opportunities to enhance urban water security. ACS Publications.
Copyright holder: Enni Dwi Wahjunie, Latief Mahir Rahman, Nurul
Rahmalia, Sri Malahayati Yusuf, Yayat Hidayat (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |