������������������������� ���� Syntax Literate : Jurnal
Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541 0849
��������������������������� e-ISSN : 2548-1398
��������������������������� Vol. 2,
No 5 Mei 2017
PENGARUH
MOBILISASI DINI TERHADAP TINGKAT NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA
DI RUANG MELATI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON TAHUN
2017
Endang
Subandi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Cirebon
Abstrak
Mobilisasi
dini ialah cara
untuk menurunkan tingkat nyeri post operasi sectio caesarea. Tujuan penelitian
ini adalah mengetahui dampak
mobilisasi dini atas �tingkatan nyeri pasien post operasi sectio
caesarea di ruang melati RSUD gunung jati kota Cirebon. Rancangan penelitian
menggunakan metode quasi experiment design melalui pola pendekatan one group pre test - post test design. Sampel
penelitian adalah 32 ibu post operasi sectio caesarea yang berada
di ruang melati
RSUD gunung jati kota Cirebon, dengan teknik sampling menggunakan purposive
sampling. Analisa data yang dipergunakan disini ialah
analisa
univariat dan bivariat. Menurut penelitian yang telah dilakukan pada
fase pre
test sebagian besar nyerinya ada di tingkat sedang ada17 orang (53.1%) serta nyeri�
berat terkontrol yaitu 15 orang (46,9%). Berdasarkan hasil
post test sebagian besar
nyeri berada pada tingkat ringan yaitu 29 orang (90,6%).
Rata-rata �tingkatan rasa nyeri pada pasien �sebelum meneapkan mobilisasi dini sebesar 6,00 dan setelah menerapkan mobilisasi dini sebesar 3.44 dengan t hitung� 13,475 > t table 2,040.
Perhitungan dilakukan melalui
uji 2 sisi. Dimana angka probabilitas /2 < 0,025. angka probabilitas 0,000
yang mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima
atau apanila terdapat dampak mobilisasi dini atas tingkatan rasa �nyeri post operasi sectio caesarea pada pasien
yang berada di
ruang melati RSUD Gunung Jati kota Cirebon tahun 2017.
Kata
Kunci: Mobilasi Dini,
Tingkat Nyeri, Post Operasi Sectio Caesarea
Pendahuluan
Persalinan ialah tahapan final dalam siklus kehamilan. Pada proses ini banyak kalangan ibu
yang khawatir, cemas, bahkan takut. Tapi terlepas daripada itu proses
persalinan merupakan tahapan
penting yang harus dilalui oleh ibu hamil. Menurut pandangan lain tahapan persalinan
dan/atau kelahiran merupakan kodrat semua
kalangan wanita, dimana pada prosesnya setiap wanita berharap melahirkan normal
�serta diiringi dengan
kondisi bayi serta ibu yang juga sehat. Di samping itu, menurut Wirakusumah,
dkk (2009) persalinan dan/atau melahirkan ialah tahapan
dimana terjadi pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan dan/atau belum cukup
bulan yang disusul dengan keluarnya plasenta serta selaput dari tubuh.
Merujuk
pada anggapan di atas penulis dapat berpandangan bahwa fase kehamilan
dan melahirkan merupakan proses yang terikat satu dengan yang lain. Secara garis besar fase
hamil dan melahirkan ialah dua fase yang tidak dapat dipisahkan. Proses persalinan sendiri adalah proses yang terbilang berat karena berkaitan dengan proses
pengeluaran bayi dari tubuh melalui organ kewanitaan. Pada penerapannya proses
persalinan sendiri dibagi menjadi beberapa jenis, yakni proses bersalin yang dilakukan
secara normal
dan pembedahan. Secara medis
pembedahan diartikan sebagai proses pengoabatan atau penanganan dengan cara invasive atau membuka dan menampilkan
organ yang akan ditangani (Sjamsuhidajat dan Jong: 2015). Persalinan yang
dilakukan dengan cara pembedahan yang dilakukan oleh tim medis disebut sectio caesarea. Pada prakteknya
pembedahan caesarea dilakukan dengan
cara membuat irisan pada perut dan rahim ibu hamil guna membantu proses
keluarnya bayi dari dalam rahim (Lammarisi: 2015).
Proses
persalinan caesarea merupakan metode bersalin dinilai aman untuk beberapa kalangan.
Namun demikian jika diteluri lebih jauh proses kelahiran sesar bukanlah pilihan
terbaik untuk segala kondisi. Para pasien caesarea
umumnya tidak begitu saja bebas setelah melakukan operasi tersebut. Para
pasien umumnya harus menyesuaikan diri dengan
segala perubahan tubuh yang mungkin terjadi pasca nifas. Selain itu proses kelahiran caesarea juga mengharuskan pasien beradaptasi dengan rasa sakit pada bagi
perut akibat pembedahan. Lebih lanjut, semua kelemahan di atas membuat pasien
memiliki mobilitas yang relatif lemah, khususnya dalam kegiatan merawat dan
mengasuh bayi pasca pembedahan. Bahkan jika dibandingkan dengan proses kehaliran
normal, proses kelahiran caesaresa memiliki
rentang waktu penyembuhan yang relatif lebih lama dibanding proses kelahiran
normal (Tris Booth: 2004). Di samping kelemahan tersebut Sectio caesarea juga
memungkinkan terjadinya komplikasi paska operasi seperti peningkatan
rasa sakit yang signifikan,
infeksi, pendarahan, sakit punggung, kelelahan berlebihan, gangguan tidur dan psikologi, serta sembelit karena
kehilangan kesempatan untuk berinteraksi dengan bayi dan merawatnya (Winarsih:
2013). Berikut adalah hal-hal
yang harus diperhatikan dalam
perawatan post operasi sectio caesarea
yaitu perawatan luka insisi, Terapi cairan dan makanan, diit, mobilisasi dini,
Fungsi usus
dan kandung kemih,
pemberian obat-obatan (Yulianti: 2011). Klien post operasi akan merasakan nyeri saat klien sadar dari
anestesinya. Nyeri akan timbul sebelum pasien sadar.
nyeri akibat insisi menyebabkan klien gelisah dan mungkin nyeri ini dapat
mempengaruhi tanda-tanda vital (Pristahayuningtyas: 2015).
Nyeri
merupakan perasaan tidak nyaman yang timbul oleh suatu
hal, yang pada penerapannya hanya subjek penderita nyerilah yang dapat menjelaskan asal muasal dan/atau
tempat dimana rasa nyeri itu timbul.
Secara
umum nyeri merupaan perasaan tidak nyaman yang umumnya memiliki kaitan dengan
kerusakan jaringan tubuh atau faktor lain. untuk
mengkaji dan mengidentifikasi nyeri klien, maka digunakan skala nyeri. Salah
satu skala nyeri diantaranya menggunkan Numeric
Rating Scale (NRS) (Pristahayuningtyas:
2015).
Numeric
Rating Scale (NRS) yaitu Skala penilaian nyeri
numerik (Numerical Rating Scales, NRS) yang padasarnya
kerap dimanfaatkan sebagai pengganti alat pendeskripsi
kata. Skala yang
ada umumnya berupa angka, dari angka 0 - 10
direkomendasikan 1 cm. sehingga dapat menggunakan patokan 10 cm. NRS lebih
bermanfaat untuk digunakan pada fase post operasi. NRS sangat mudah digunakan dan
merupakan skala ukur yang sudah valid. Penatalaksanaan nyeri ada dua yakni nyeri
menurut
farmakologi dan non farmakologi.
Penatalaksanaan farmakologis dengan Obat � obatan sedangkan nonfarmakologi
sangat beragam seperti teknik relaksasi dan distraksi (aktivitas atau
mobilisasi dini) (Sari: 2015).
Pada
prosesnya, persalinan sesar sejatinya memiliki syarat khusus apabila akan
ditempuh. Adapun sayarat-syarat yang dimaksud adalah apabila ada faktor
janin (bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman gawat janin atau fetal distress, janin abnormal, faktor
plasenta, dan kelainan tali pusat) dan faktor ibu (usia, cephalopelvic disproportion, persalinan sebelumnya dengan operasi
sesar, ketuban pecah dini, dan rasa takut kesakitan) (Kasdu: 2003). Namun pada pelaksanaannya banyak
kalangan ibu yang memilih untuk menjalani proses persalinan sesar karena
dinilai lebih mudah dan cepat dibandingkan persalinan normal.
Menurut data yang penulis himpun, WHO (World
Health Organization) menetapkan standar rata-rata sectio caesarea disebuah Negara yaitu sekitar 5 - 15 % per 1.000 kelahiran yang ada di dunia. Rumah sakit
pemerintah kira �kira 11% sedang rumah sakit dengan
label swasta dapat
lebih dari 30 %. Menurut WHO peningkatan proses
bersalin caesar di seluruh negeri selama tahun
2007 - 2008 mencapai 110.000 per kelahiran
diseluruh asia (Sumeleng: 2014).
Di Indonesia
sendiri total kasus caesar
mengalami pelonjakan
pada tahun 2000. Pada tahun tersebut total jumlah ibu hal
yang menjalani persalinan
dengan sectio caesarea
mencapai 47,22%. Setahun setelahnya �yakni tahun 2001� menurun
di angka 45, 19 %, setahun
kemudian kembali naik dan mencapai
angka 47,13%. Pada
tahun 2003 angka
persalinan Caesar
kembali turun dan ada di angka
46,87%,
setelah itu kenaikan terjadi fluktuatif menjadi
53,2% di tahun 2004,
51,59% di tahun
2005, dan 53,68%
di tahun 2006. Berdasarkan data
RISKESDAS (2010), jumlah
proses bersalin dengan metode caesar di
Indonesia mencapai
15,3 % dari
20.591
ibu yang dijadikan sampel. Pada proses pelaksanaannya ibu-ibu yang dijadikan sampel merupakan ibu-ibu yang menjalani proses bersalin pada kurun waktu 5 tahun
terakhir di 33 provinsi.
Dari pengambilan data tersebut diketahui bahwa terdapat faktor
resiko ibu saat operasi caesar sebesar 13,4 %, 5,49% untuk ketuban
pecah, 5,14% untuk pre
eklampsia, 4,40% untuk perdarahan, dan 2,3% untuk jalan
lahir yang tertutup (Suryati:
2012).
Mobilisasi dini
merupakan upaya untuk menjaga
kemandirian melalui
cara membimbing penderita guna mempertahankan fungsi fisiologis
(NK Hutapea: tidak ada tahun) Mobilisasi dini post sectio caesarea sebaiknya
diterapkan dengan mengikuti tahapan yang telah ada.
Tahapan mobilisasi dini sendiri dimulai
pada 6 jam pertama pasca proses persalinan. Pada tahap tersebut pasien dianjurkan untuk segera tirah
berbaring sembari menggerakkan tangan, kaki, serta ujung kaki dengan pergerakan yang konstan. Selain melakukan pergerakkan sebagaimana yang dianjurkan di atas, pasien dianjurkan
untuk memposisikan tubuhnya dalam keadaan miring ke kiri maupun kanan
setelah 6 - 10 jam. Proses ini dilakukan guna mencegah thrombosis dan thromboemboli.
�Pada proses lanjutan �yakni 24 jam pasca melahirkan� dianjurkan untuk belajar duduk. Setelah pasien dapat duduk dengan kondisi tersebut, pasien kemudian diajarkan untuk berdiri namun dengan
menyesuaikan kondisi tubuh pasien itu
sendiri.(Aprilandini:
tidak ada tahun).
Secara umum membuat
pasien lebih
sehat dan kuat melalui
early ambulation. Dengan melakukan
pergerakan, bagian
otot perut serta punggung akan mengalami perbaikan dan cenderung
kembali ke kondisi normal. Dengan demikian otot pada
bagian perut akan menjadi
lebih kuat. Kondisi ini memungkinkan
pasien mengurangi rasa nyeri akibat)
post operasi sectio caesarea melalui
tahapan yang telah disebutkan di atas.
Mobilisasi adalah faktor yang cenderung menonjola dalam mempercepat pemulihan post sectio caesarea. Mobilisasi bisa
mencegah timbulnya
thrombosis juga tromboemboli,
selain itu mobilisasi juga akan
mengurangi resiko kekakuan
otot serta sendi. Dengan kondisi
demikian rasa nyeri akan lebih
terhindarkan, peredaran
darah akan lebih terjamin, sistem imun akan
lebih terperbaiki, serta kerja fisiologis beberapa
organ vital akan lebih diperbaharui (Handayani: 2015).
Mobilisasi dini sendiri memiliki peran yang cukup vital dalam mengurangi nyeri melalui penjauhan
konsentrasi pasien dari titik nyeri
dan/atau daerah operasi, mengurangi
kegiatan
mediator bersifat kimia �pada proses peradangan yang memberi
peningkatan pada
respon nyeri dan memperkecil transmisi
saraf nyeri ke arah
saraf pusat. Melalui mekanisme tersebut mobilisasi efektif menurunkan tingkat
nyeri paska operasi (Sari: 2015).
Berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya yang diterapkan
oleh Sri Handayani mengenai dampak mobilisasi dini atas intensitas
nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD DR. Moewardi
Surakarta, yang menjelaskan bahwa intensitas
rasa nyeri
untuk �post operasi sectio caesarea sebelum diterapkan
mobilisasi dini pada pasien sebagian besar dalam kriteria sedang, sedangkan intensitas
nyeri untuk post
operasi sectio
caesarea sesudah mobilisasi dini pada pasien sebagian besar
dalam kriteria
ringan, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat dampak
mobilisasi dini atas intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD DR. Moewawardi
Surakarta (Handayani: 2015)
Berdasarkan Studi Pendahuluan di atas, didapatkan data jumlah
pasien yang melahirkan
dengan operasi caesar pada bulan september
sebanyak 44 pasien, oktober sebanyak 56 pasien, dan November 44 pasien.
Sehingga jumlah pasien yang melakukan operasi
caesar
di ruang Melati RSUD Gunung Jati Kota Cirebon pada bulan September sampai
November 2016 sebesar 144 pasien.
Menurut hasil wawancara yang dilakukan dengan
kepala ruangan di ruang melati bahwa terapi non farmakologi yang umumnya
diterapkan guna mengurangi
nyeri pasien post SC adalah dengan
melakukan mobilisisasi dini. Mobilisasi dini di ruang Melati RSUD Gunung Jati
Kota Cirebon selalu dilakukan pada pasien post
sectio caesarea dan mulai bisa menggerakan ekstremitas dilakukan setelah 6
jam post operasi Sectio Caesarea, tetapi untuk terapi
dengan pola gerakan yang mengharuskan pasien miring ke kiri serta ke
kanan baru bisa dilakukan
setelah 24 jam perawatan untuk mencegah trauma tulang punggung karena pasien
menggunakan anastesi spinal. Pada umumnya pasien post sectio caesarea melakukan terapi
ini selama 3 hari.
Berdasarkan studi
pendahuluan, peneliti kemudian tertarik untuk mengadakan penelitian
mengenai tindakan mobilisasi dini terhadap pasien post operasi sectio caesarea dan pengaruhnya terhadap perubahan tingkat nyeri,
dengan mengambil judul ���pengaruh
mobilisasi dini terhadap tingkat nyeri pada pasien post operasi sectio caesarea
di Ruang Melati RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun 2017�.
Metodologi
Penelitian
���� Penelitian
ini menggunakan rancangan quasi experiment
design (eksperimen semu) dengan metode one
group pre test - post test
design, yakni rancangan yang tidak memiliki kelompok pembanding (kontrol), tetapi
paling tidak telah dilaksanakan pengamatan pertama yang memiliki kecenderungan untuk menguji perubahan-perubahan
yang terjadi pasca dilakukannya
eksperimen (program) (Notoatmodjo: 2012). Adapun bentuk rancangan
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Bagan
1
one group
pre test - post test design
������������������������� ��������
Pre test�������������� ������� Perlakuan����������������������� Post test
01������������������������������������������ X�������������������������������������� 02
Keterangan
:
01 : Pre
Test
02 � : Post Test
X �� : Perlakuan
����������� Dalam penelitian ini terdapat 1
variabel bebas yakni mobilisasi dini dan 1 variabel terikat yakni tingkat nyeri
post pasien sectio caesare. Sedangkan untuk populasi sendiri penelitian ini memanfaatkan
144 pasien sectio caesarea yang
terdapat pada Ruang Melati RSUD Gunung Jati Cirebon. Adapun untuk jumlah sampel
penelitian ini hanya menggunakan 32 pasien. Penentuan jumlah sampel sendiri
tidak dilakukan secara random melainkan
melalui rumus solvin. Adapun rumus yang dimaksud disini adalah sebagai berikut:
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
d2 =� Presisi (Ditetapkan 10% Dengan Tingkat
Kepercayaan 95%)
��
��
��
��������� ��
��������� ��
����������� Dalam penelitian ini peneliti memanfaatkan
instrument penelitian seperti
kuesioner,
formulir observasi, dan instrumen lainnya.
Metode pengumpulan informasi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
pengumpulan data primer. Pengumpulan data primer sendiri berorientasi pada
observasi langsung dengan runtutan tahapan berupa tahap perencanaan� dan tahap pelaksanaan. Pada tahap perencanaan
peneliti mengajukan surat perizinan penelitian pada RSUD Gunung Jati Cirebon,
sedangkan pada tahap pelaksanaan peneliti menjelaskan maksud dan tujuan
penelitian, melakukan kunjungan ke ruangan, melakukan pre test, melakukan intervensi pada ruangan, dan pengambilan data.
Penelitian
ini dilakukan pada 31 Januari
hingga 19 Februari 2017. Sedangkan untuk tempat penelitian sendiri dilakukan
pada Ruang Melati RSUD Gunung Jati Kota Cirebon. Untuk analisis data peneliti
menggunakan 2 tipe analisis, yakni analisis univariat dan analisis bivariat. Analisa
univariat memiliki tujuan guna
menjelaskan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada dasarnya bentuk
analisis univariat umumnya tergantung dari jenis
datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar
deviasi. Pada dasarnya analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel
(Notoatmodjo: 2012). Analisa univariat pada penelitian ini adalah
perubahan tingkat nyeri pada pasien yang telah
melakukan operasi caear, dengan variabel: pre
mobilisasi dini dan post mobilisasi
dini. Sedangkan analisa Bivariat ialah analisa yang dilaksanakan
atas dua variabel yang
diduga ada hubungan atau korelasi (Notoatmodjo: 2012). Analisa bivariat ini
berfungsi untuk untuk mengetahui perubahan tingkat nyeri pada
pasien yang telah melakukan operasi caesar
pada sebelum juga sesudah penerapan
terapi mobilisasi dini. Uji normalitas untuk
dipenelitian dilakukan dengan uji Shapiro
Wilk karena sampel pada penelitian ini ≤ 50 (Sugiyono: 2007).
Keterangan :
D��������� = berdasarkan rumus di bawah
a���������� = koefisient test Shapiro Wilk
Xn-i+1 = angka ke n-i+1 pada data
Xi�������� = angka ke i pada data
Keterangan :
Xi�������� =
angka ke i pada data yang
Keterangan
:
G��������������������� = identik dengan nilai Z
distribusi normal
T3��������������������������� = berdasarkan
rumus di atas ���
bn, cn,
dn���������� = konversi
statistik shapiro-wilk pendekatan distribusi normal
Adapun
uji bivariat yang dipakai jika data terdistribusi normal adalah dengan
menggunakan Uji t-test untuk mengetahui perubahan tingkat nyeri pada
pasien pasca caesar pada sebelum
dan sesudah dilaksanakannya terapi mobilisasi
dini. Untuk menganalisis
hasil penelitian menggunakan one grup pre
test - post test design, maka rumusnya:
t =
Keterangan :
Md = mean dari
perbedaan pre test dengan post test
xd = deviasi
masing-masing subjek (d-Md)
∑x2d
= jumlah kuadrat deviasi
N
= subjek pada sampel
Analisa
pada penelitian ini dibantu dengan
pemanfaatan program SPSS.
Uji t-test tersebut akan diperoleh nilai ρ, yaitu nilai yang menyatakan tingginya peluang hasil
penelitian (misal adanya perbedaan mean).
Kesimpulan hasilnya kemudian diinterpretasikan melalui
perbandingan nilai ρ
dan nilai alpha (α = 0,05).
Bila
nilai ρ ≤ α, maka putusannya
adalah H0 ditolak sedangkan bila nilai ρ ≥ α, maka putusannya
adalah Ha diterima (Sugiyono: 2007).
Dan jika analisa
data tidak terdistribusi normal menggunakan uji wilcoxon dengan rumus:
Keterangan
:
Z
�������� = Nilai hasil pengujian statistik
uji peringkat bertanda
T
�������� = Jumlah tanda peringkat negatif
�������� = Probabilitas untuk memperoleh tanda
(+) dan (-) = 0,5 karena nilai krisis 5%
Bila
nilai Z yang diperoleh dalam hitungan adalah lebih besar dari pada nilai kritis
Ztabel 5% (Zh > Zt) maka keputusannya H0 ditolak dan Ha diterima
(Sugiyono: 2007).
Penelitian
ini dilakukan pada 31 Januari hingga 19 Februari 2017, dengan tempat penelitian
yang dipilih adalah Ruang Melati RSUD Gunung Jati Kota Cirebon. Pemilihan
tempat penelitian dilakukan berdasarkan pertimbangan dan data pasien sectio �caesarea yang
ada. Berdasarkan data yang penulis himpun, rumah sakit dan ruang tersebut
merupakan tempat yang ideal untuk dilakukan penelitian karena memiliki jumlah
pasien sectio caesarea yang memenuhi
ekspektasi peneliti.
Hasil
dan Pembahasan
A.
Hasil
Penelitian
����������� Sebelum melakukan analisis peneliti
terlebih dahulu menerapkan observasi guna mendapatkan data berupa karakteristik
responden. Dari kegiatan tersebut peneliti mendapati data yang dijelaskan
melalui tabel-tabel berikuty:�
Tabel
1
Distribusi Usia Pasien
No |
Usia |
Frekuensi |
Presentase
(%) |
1 |
<� 23 |
10 |
31,3% |
2 |
24-26 |
16 |
50,0% |
3 |
< 27 |
6 |
18,8% |
|
Total |
32 |
100% |
Tabel
2
Distribusi Pendidikan Pasien
No |
Pendidikan |
Frekuensi |
Presentasi (%) |
1 |
SD |
2 |
6,30% |
2 |
SMP |
10 |
31,30% |
3 |
SMA |
20 |
62,50% |
4 |
Perguruan Tinggi |
0 |
0% |
|
Total |
32 |
100% |
Tabel
3
Distribusi
Pekerjaan Pasien
No |
Pekerjaan |
Frekuensi |
Presentase (%) |
1 |
Bekerja |
10 |
31,30% |
2 |
Tidak Bekerja |
22 |
68,80% |
|
Total |
32 |
100% |
Dari ketiga tabel di atas diketahui
bahwa dari 32 responden mayoritas diantaranya berusia 24 � 26, berpendidikian SMA,
dan tidak bekerja. Sedangkan sisanya merupakan responden dengan keterangan di
luar daripada itu.
����������������������� Setelah
diketahui karakteristik khas dari responden, peneliti kemudian melanjutkan
penelitian dengan menerapkan analisis Univariat. Analisis Univariat dilakukukan
peneliti guna mendapatkan gambaran mengenai distribusi tingkatan nyeri pasien sectio caesarea di Ruangan Melati RSUD
Gunung Jati Kota Cirebon pada sebelum dan sesudah penerapan mobilisasi dini
pasca persalinan. Guna mengetahui gambaran yang dimaksud penulis kemudian
menyajikan data distribusi tingkatan nyeri pada sebelum dan sesudah mobilisasi.
Tabel
4
Distribusi
Frekuensi Tingkat Nyeri
Pasien Post operasi Sectio Caesarea Sebelum Dilakukannya Mobilisasi Dini
No |
Tingkat Nyeri |
Frekuensi |
Presentase (%) |
1 |
Tidak nyeri |
0 |
0% |
2 |
Nyeri ringan |
0 |
0% |
3 |
Nyeri Sedang |
17 |
53,10% |
4 |
Nyeri berat terkontrol |
15 |
46,90% |
5 |
Nyeri berat tidak terkontrol |
0 |
0% |
|
Total |
32 |
100% |
����������������������� Menurut
tabel di atas penulis dapat beranggapan bahwa pasca persalinan sesar pasien
cenderung mengalami nyeri sedang hingga berat. Kondisi ini sendiri terjadi pada
32 pasien, dimana 17 pasien mengalami nyeri sedangdan 15 lainnya mengalami
nyeri berat terkontrol. Dari kedua kondisi tersebut penulis mendapati dominasi
kondisi nyeri sedang dimana kondisi ini mencakup 53,1% pasien yang ada di Ruang
Melati RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.
Tabel 5
Distribusi
Frekuensi Tingkat Nyeri
Pasien Post operasi Sectio Caesarea Sebelum Dilakukannya Mobilisasi Dini
No |
Tingkat
Nyeri |
Frekuensi |
Presentase
(%) |
1 |
Tidak
nyeri |
1 |
3,1% |
2 |
Nyeri
ringan |
29 |
90,6% |
3 |
Nyeri
Sedang |
2 |
6,3% |
4 |
Nyeri
berat terkontrol |
0 |
0% |
5 |
Nyeri
berat tidak terkontrol |
0 |
0% |
|
Total |
32 |
100% |
Menurut tabel di atas penulis dapat
berkesimpulan bahwa penerapan mobilisasi dini pasca persalinan caesarea menyebabkan penurunan kondisi.
Dimana pada pra penerapan didapati lebih 50% mengalami nyeri sedang dan lebih
dari 40% lainnya mengalami nyeri berat terkontrol, pada pasca penerapan,
kondisi tersebut berubah drastis. Pada pasca penerapan, peneliti mendapati 2
kondisi pasien dengan nyeri sedang, 29 pasien dengan kondisi nyeri ringan, dan
1 sisanya sama sekali tidak merasa nyeri.
Pasca
penerapan analisis Univariat peneliti kemudian melanjutkan penelitian dengan
melakukan analisis Bivariat. Analisis Bivariat ini penulis lakukan guna menguji
normalitas data. Data yang diperoleh pada penelitian ini tidak dapat dianalisis
apabila belum melalui uji prasyarat, yakni uji normalitas. Pada uji normalitas
data dikatakan bedistribusi normal apabila p = < 0,05. Pada penelitian ini
uji normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 6
Test
Normality Pada Kelompok
Intervensi
|
Kolmogorov-Smirnova |
Shapiro-Wilk |
||||
Statistic |
Df |
Sig |
Statistic |
df |
Sig |
|
pre test tingkat nyeri |
.132 |
32 |
.170 |
.958 |
32 |
.237 |
post test tingkat nyeri |
.162 |
32 |
.031 |
.941 |
32 |
.080 |
Berdasarkan
tabel diatas diketahui bahwa nilai probabilitas dari Shapiro Wilk p > 0,05.
Dapat disimpulkan bahwa data penelitian sebelum dan sesudah dilakukan
mobilisasi dini dinyatakan normal.
���� Pasca uji normalitas peneliti kemudian
melakukan analisis data penelitian. Dari analisis tersebut peneliti mendapati
hasil pretest dan posttest tingkat nyeri pada pasien post operasi sectio caesarea di Ruang Melati RSUD Gunung Jati Kota Cirebon
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7
Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap
Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Sectio Caesarea
|
Paired Differences |
T |
df |
Sig. (2-tailed) |
||||
Mean |
Std. Deviation |
Std. Error Mean |
95% Confidence Interval of the Difference |
|||||
Lower |
Upper |
|||||||
pretest tingkat nyeri � |
2.563 |
1.076 |
.190 |
2.175 |
2.950 |
13.475 |
31 |
.000 |
postest tingkat nyeri |
Berdasarkan tabel diatas dapat
dilihat rata-rata perbedaan pre test
tingkat nyeri dan post test tingkat
nyeri adalah 2.563. hal tersebut menunjukan bahwa ada perbedaan bermakna
rata-rata tingkat nyeri sebelum dan sesudah dilakukan mobilisasi dini. hal ini dapat
dilihat dari uji t diperoleh sebesar 13.475 dan nilai probabilitas (sig)
korelasi antara tingkat nyeri sebelum dan sesudah dilakukan mobilisasi dini
sebesar 0,000 < 0,05.
Perhitungan dengan menggunakan uji
dua sisi, dimana angka probabilitas /2 < 0,025. Angka probabilitas 0,000
< 0,025 yang mengindikasikan H0 ditolak dan Ha diterima atau ada pengaruh
pemberian mobilisasi dini terhadap tingkat nyeri pada pasien post operasi sectio caesarea di ruang
melati RSUD Gunung jati kota Cirebon tahun 2017.
B.
Pembahasan
Usia merupakan faktor terpenting
dalam mengadapi persalinan, khususnya persalinan sesar. Usia matang untuk
melahirkan sendiri adalah 23 tahun ke atas. Saat ibu hamil berusia di bawah 23
tahun �terlebih usia 20 tahun� kondisi panggul dan rahim masih dalam tahap
perkembangan, sehingga tidak terlalu baik untuk melakukan proses persalinan.
Begitu pula dengan usia 35 tahun atau lebih. Pada usia tersebut kondisi rahim
berada pada kondisi lemah dan tidak memungkinkan untuk melakukan kehaliran.
Menurut data pada uraian di atas, mayoritas ibu berada pada usia 24 � 26 tahun
dengan total pasien sebanyak 16 orang (50,3%). Dengan kata lain mayoritas
pasien di Ruang Melati RSUD Gunung Jati masuk dalam kategori baik dan aman
untuk melakukan proses melahirkan.
Pendidikan merupakan tolak ukur
penting dalam hidup. Saat seseorang memiliki pendidikan yang tinggi, maka
pengetahuan akan banyak hal sangat mudah didapatkan, termasuk mengenai masalah
kesehatan dan kelahiran. Pada kasus ini mayoritas pasien berpendidikan SMP dan
SMA dengan jumlah 10 orang (31,3%) untuk SMP dan 20 orang (62,5%) untuk SMA.
Dengan kata lain, pasien di Ruang Melati sangat mudah memiliki, mendapat
dan/atau diberikan informasi mengenai kesehatan dan proses kelahiran.
Proses kelahiran sesar sendiri merupakan
kelahiran yang bisa direncanakan waktu dan tanggalnya. Pasien yang bekerja
sangat dengan mudah mengatur tanggal kelahiran dan operasi guna menyesuaikan
dengan jadwal pekerjaan yang dimiliki. Pada kasus ini terdapat 10 orang (31.3%)
memiliki pekerjaan tetap sedangkan 22 lainnya (68,7%) berprofesi sebagai ibu
rumah tangga (tidak bekerja).�
�������������� Terlepas dari karakteristik di
atas, peneliti mendapati tingkat nyeri pasien post sectio caesarea sebelum dilakukan mobilisasi dini mayoritas
responden mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 17 responden (53,1%).
Terjadinya nyeri diakibatkan oleh proses sectio
caesarea, dimana sectio caesarea merupakan
jenis kelahiran yang mudah dan cepat, namun memiliki banyak sekali kekurangan.
Adapun kekurangan sectio caesarea
adalah timbulnya komplikasi seperti rasa sakit (nyeri), perdarahan, infeksi,
kelelahan, sakit punggung, sembelit, gangguan tidur dan masalah psikologis
karena kehilangan kesempatan untuk berinteraksi dengan bayi dan merawatnya. Di
samping akibat ketidaktahuan pasien tentang mobilisasi dini juga membuat rasa
nyeri pasien tidak tertangani dan bertambah parah. Tapi setelah dipaparkan
informasi mengenai fungsi dan manfaat mobilisasi dini, serta ditrerapkanya pada
setiap pasien, total tingkatan nyeri pada pasien Ruang Melati mengalami
penurunan.
�������������� Penurnan sediri terjadi pada
setiap kriteria rasa nyeri yang dialami pasien. Pada sebelum diterapkannya
mobilisasi dini jumlah pasien dengan kategori nyeri sedang sejumlah 17
responden dan 15 lainnya masuk dalam kategori nyeri berat terkontrol. Setelah
penerapan mobilisasi dini jumlah responden dengan rasa nyeri sedang menurun
hingga 2 responden, 29 responden lain mengalami nyeri ringan dan 1 lainnya
tidak merasa nyeri.
������� Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, pengujian menggunakan paired sample t test diperoleh rata-rata tingkat nyeri pasien post sectio caesarea sebelum (pre test) melakukan mobilisasi dini
sebesar 6,00 (SD=1.437), dan sesudah (post
test) melakukan mobilisasi dini sebesar 3.44(SD=1.343)� dengan t hitung� 13,475 > t table 2,040.
Perhitungan dengan menggunakan uji 2 sisi, dimana angka probabilitas /2 <
0.025. angka probabilitas 0,000 < 0,025 yang mengindikasikan bahwa H0 ditolak
dan Ha diterima atau ada pengaruh mobilisasi dini terhadap tingkat
nyeri post operasi sectio caesarea di ruang melati RSUD
Gunung Jati kota Cirebon tahun 2017. Hal ini sesuai dengan data tingkatan nyeri
pada sebelum dan sesudah penerapan mobilisasi dini. Dimana sebelum mobilisasi
dini responden mayoritas mengalami nyeri sedang dan berat, sedangkan setelah
menerapkan mobilisasi dini mayoritas responden mengaku hanya mengalami nyeri
ringan, bahkan salah satu diantaranya mengaku tidak mengalami nyeri sama
sekali.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan pada 32 responden yaitu pada pasien post sectio caesarea di ruang melati
RSUD Gunung jati kota Cirebon pada� tahun
2017 dengan kesimpulan sebagai berikut :
1. Distribusi
frekuensi tingkat nyeri pada pasien post
sectio caesarea di ruang melati RSUD Gunung Jati kota Cirebon tahun 2017
sebelum dilakukannya mobilisasi dini mayoritas responden� mengalami nyeri sedang yaitu 17 responden
(53,1%).
2.
Distribusi frekuensi
tingkat nyeri pada pasien post sectio
caesarea di ruang melati RSUD Gunung Jati kota Cirebon tahun 2017 setelah
dilakukannya mobilisasi dini� yaitu
mayoritas responden mengalami nyeri ringan yaitu sebesar 29 responden (90,6%).
3. Hasil
uji statistik paired sample t test
diperoleh t hitung� 13,475
> t table 2,040. Serta nilai probabilitas 0,000 maka H0 ditolak
dan Ha diterima artinya ada pengaruh mobilisasi dini terhadap
tingkat nyeri post operasi sectio caesarea di ruang melati RSUD
Gunung Jati kota Cirebon tahun 2017.
BIBLIOGRAFI
Aprilandini,
DD.___. PDF (Bab I): (diunduh tanggal
28 november 2016) tersedia dari http://Thesis.umy.ac.id.
Handayani,
S. 2015. Pengaruh Mobilisasi Dini
Terhadap Intensitas Nyeri Post Operasi Sectio Caesarea Di RSUD DR. Moewardi
Surakarta. Skripsi. Surakarta: Program Studi S-1 Keperawatan� Stikes Kusuma Husada Surakarta
Kasdu, D. 2003. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara
Lammarisi,
E. 2015. Klinik Keperawatan &
Kebidanan. Yogyakarta: Bhafana Publising.
Nk
Hutapea.___. PDF (Bab II): (diunduh 2
desember 2016). Tersedia dari http.//Repository.usu.ac.id/
Notoatmodjo,
Sukidjo. 2012. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pristahayuningtyas,
CY. 2015. Pengaruh Mobilisasi Dini
Terhadap Petrubahan Tingkat Nyeri Klien Post Operasi Apendektomi Diruang Bedah
Mawar Rumah Sakit Baladhika Husada Kabupaten Jember .Skripsi.
Jember:Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Sari,
NN. 2015. Pemberian Tindakan Ambulasi
Dini Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Asuhan Keperawatan Tn. S Dengan
Post Laparatomi Diruang HCU Bedah Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Karya
Tulis Ilmiah. Surakarta: Program Studi D III Keperawatan. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
Sjamsuhidajat, R & Jong, WD.� 2015. Buku
Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV ALFABETA.
Sumelung
Veibymiaty, dkk. 2014. Faktor-faktor� yang Berperan Meningkatnya Angka Kejadian
Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Liun Kendage Tahuna. Ejournal Keperawatan
(e-Kp) Volume2, Nomor 1. Febuari 2014.1-7
Suryati,
T. 2012. (Analisis lanjut data riskesdas
2010) Presentase Operasi Caesarea Di Indonesia Melebihi Standart Apakah Sesuai
Indikasi Medis?. Bulletin Penelitian sistem Kesehatan Vol.15 No 4 Oktober
2012.331-338. (diunduh dari http://Journal.litbang.depkes.go.id)
Tris
Booth, MA, ICCE, FACCE. 2004. Tanya Jawab
Seputar Kehamilan. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Winarsih, K. 2013. Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Klien
Seksio Sesarea. Jurnal Keperawatan Vol.1 No.1 November 2013.77-88
Wirakusumah, FF. dkk.� 2009. Obstetri
Fisiologi: Ilmu Kesehatan Reproduksi. Ed 2. Jakarta: EGC.
Yuliati.
2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Mobilisasi Dini Diruang Melati RSUD Saras Husada Purworejo.
SKRIPSI.� Purworejo; Program Studi Ilmu
Keperawatan Stikes Muhamadiyah Gombong.