Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN :
2548-1398
Vol. 5, No. 5 Mei 2020
PENGARUH EDUKASI DENGAN METODE PEER GROUP TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TEKANAN DARAH
PADA LANSIA DI UPTD PUSKESMAS SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA
Tresna Komalasari1, Tria
Astika Endah Permatasari2 dan Nana Supriyatna3
Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta1,3
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta2
Email: [email protected], [email protected] dan [email protected]
Abstract
This
study aims to influence the education of peer group methods on changes in
knowledge, attitudes and blood pressure in the elderly at UPTD Puskesmas Sukahaji, Majalengka Regency. This type of research used in this
study is quasy experimental research
(quasi-experimental) with one group pretest-posttest design. The number of
samples in this study were 60 elderly in UPTD Puskesmas
Sukahaji, Majalengka
Regency. When this research was conducted in January-June 2019. The results
showed that blood pressure before the implementation of education obtained an
average of 167.1 and after the implementation of education obtained an average
of 162.3. Knowledge before the implementation of education obtained an average
of 64.7 and after the implementation of education obtained an average of 76.8.
The average attitude before the implementation of education is 75.8 and the
attitude after the implementation of education is obtained on average by 83.9.
There is an influence of education by the peer group method to change the
knowledge of the elderly in UPTD Puskesmas Sukahaji, Majalengka Regency.
There is an influence of education with peer group methods on the changing
attitudes of the elderly in UPTD Puskesmas Sukahaji, Majalengka Regency.
There is an effect of education with peer group methods on changes in elderly
blood pressure in UPTD Puskesmas Sukahaji,
Majalengka Regency. The UPTD Puskesmas
Sukahaji can implement peer group education on
hypertension to increase knowledge and build a positive attitude so that the
elderly can play an active role in efforts to improve the health status of the
elderly, especially to prevent hypertension.
Keywords: Education, Peer
group, Knowledge, Attitude, Hypertension dan Ederly
Penelitian ini bertujuan untuk pengaruh edukasi dengan metode peer group terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan tekanan darah pada lansia di UPTD Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian quasy eksperiment (eksperimen semu) dengan desain one group pretest-posttest
design. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 60 lansia di UPTD Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka. Waktu penelitian ini memerlukan waktu dilaksanakan pada bulan Januari-Juni 2019. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tekanan darah sebelum
pelaksanaan edukasi diperoleh rata-rata sebesar 167.1
dan sesudah pelaksanaan edukasi diperoleh rata-rata sebesar 162.3. Pengetahuan sebelum pelaksanaan edukasi diperoleh rata-rata sebesar 64.7 dan setelah pelaksanaan edukasi diperoleh rata-rata sebesar 76.8.
Rata-rata sikap sebelum pelaksanaan edukasi sebesar 75.8 dan sikap setelah pelaksanaan edukasi diperoleh rata-rata sebesar 83.9. Ada pengaruh edukasi dengan metode peer group terhadap perubahan pengetahuan lansia di UPTD Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka. Ada pengaruh edukasi dengan metode peer group terhadap perubahan sikap lansia di UPTD Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka. Ada pengaruh edukasi dengan metode peer group terhadap perubahan tekanan darah lansia di UPTD Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka. Pihak UPTD Puskesmas Sukahaji dapat menerapkan edukasi dengan metode peer group tentang hipertensi untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun sikap yang positif agar lansia berperan aktif dalam upaya
peningkatan derajat kesehatan pada lansis khususnya untuk mencegah penyakit hipertensi.
Kata kunci: Edukasi, Peer Group, Pengetahuan,
Sikap, Hipertensi, Lansia
Pengaruh era globalisasi dalam berbagai bidang, perkembangan teknologi dan industri
mengakibatkan perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi
lingkungan.� Hal ini dapat dilihat dari
adanya perubahan pola konsumsi makanan yang serba instan, serta perkembangan
dunia teknologi dan komunikasi yang semakin meninggi membuat manusia seakan
enggan untuk bergerak dan berolahraga (Subandi, 2017). Kondisi
ini juga berpengaruh terhadap munculnya berbagai masalah pada lansia yang ada kaitannya dengan aspek medis, ekonomi,
psikologis juga sosial yang menuntut
perlunya peningkatan pelayanan kesehatan pada lanjut usia.� Intervensi kesehatan tersebut tepat diberikan sejak periode sebelumnya
yaitu mulai 1000 Hari Pertama Kehidupan hingga dewasa. Intervensi yang tepat pada setiap siklus kehidupan
merupakan kunci lansia yang sehat, produktif dan mandiri (Kemenkes, 2017).
Status gizi lansia dimulai sejak awal kehidupan,
yaitu mulai dari sejak periode
kehamilan. Pertumbuhan janin yang optimal dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusif dan kecukupan gizi pada masa bayi dan balita menentukan kesehatan pada masa selanjutnya, dimana intensi dan peran ibu dalam
memberikan gizi berdampak terhadap status gizi balita, dan selanjutnya secara berkesinambungan menentukan
status gizi dan kesehatan
pada periode selanjutnya (Permatasari dan Syafruddin, 2016; Permatasari, et
al., 2018; Permatasari dan Chadirin, 2020).� Penerapan gizi seimbang untuk
mencegah terjadinya berbagai masalah gizi dan kesehatan terutama penyakit yang umum terjadi pada lansia seperti osteoporosis dan hipertensi perlu dilakukan. (Permatasari, 2011; Permatasari 2016).
�Selain itu, imunitas tubuh
yang terbentuk sejak periode awal kehidupan
dan terkait dengan berbagai penyakit infeksi seperti Tubercullosis memengaruhi kesehatan lansia ((Ginanjar, Permatasari,
Supriyatna, 2019; Pendit, Permatasari, Supriyatna, 2019).
Oleh karena itu, upaya pembinaan terhadap mengenai faktor risiko
yang harus dihindari dan faktor protektif yang dapat dilakukan untuk mencegah hipertensi
menjadi priotitas
dalam peningkatan kesehatan lansia (Kemenkes, 2017).�
�
Laporan United
Nations tahun 2017, mencatat
jumlah penduduk yang berusia 60 tahun atau lebih atau
lansia pada tahun 2017 berjumlah 962 juta.� Jumlah ini dua kali lebih
besar dibanding tahun 1980, yaitu sebanyak 382 juta. Diprediksikan pada tahun 2050, jumlah lansia diperkirakan
akan berlipat ganda mencapai hampir 2,1 miliar dan sebesar 79% populasi dunia yang berusia 60 atau lebih akan tinggal
di daerah berkembang.� Peningkatan jumlah lansia paling tinggi terjadi di Afrika, di mana
populasi lansia meningkat lebih dari tiga kali lipat antara tahun
2017 hingga tahun 2050, dari 69 menjadi 226 juta. Kemudian diikuti oleh Amerika Latin dan Karibia,
meningkat lebih dari dua kali lipat
antara 2017 dan 2050, dari
76 menjadi 198 juta. Asia juga
diperkirakan akan mengalami peningkatan lansia dua kali lipat, yang diproyeksikan meningkat dari 549 juta pada 2017 menjadi hampir 1,3 miliar pada 2050 (Nations,
2017).
Pengertian lansia atau lanjut usia
yaitu seseorang yang sudah mencapai usia 60 tahun atau
lebih (UU Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia). Dengan bertambahnya
umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak
muncul pada lanjut usia (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Proses penuaan merupakan proses yang mengakibatkan perubahan-perubahan
meliputi fisik, fisiologis dan psikososial. Pada perubahan fisiologis terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi
gangguan dari dalam maupun luar
tubuh. Salah satu gangguan kesehatan yang paling banyak dialami oleh lansia adalah pada sistem kardiovaskuler (Organization
2016).
World Health Organization (WHO) pada tahun
2016, melaporkan bahwa secara global penyakit kardiovaskuler menyebabkan 17 juta kematian pertahun.
Dari jumlah tersebut 9,4 juta diantaranya disebabkan oleh komplikasi hipertensi. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke (Organization
2016). Di Indonesia, hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi
di Indonesia sebesar 34,1%, meningkat dibanding hasil riskesdas tauhn 2016
sebesar 25,8%. Berdasarkan Riskesdas 2018, Provinsi dengan prevalensi
hipertensi tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 44,1% dan
terendar Papua sebesar 22,2%. Sedangkan Provinsi Jawa Barat sebesar kedua tertinggi
setelah Kalimantan Selatan yaitu sebesar 42,8% (Kementerian
Kesehatan RI, 2018).
Jumlah penduduk
di Kabupaten Majalengka
pada tahun 2017 dengan kategori lansia sebanyak 181.020 orang. Jumlah tersebut terbagi ke dalam kelompok
pra lansia (45-59 tahun) sebanyak 71.847 orang, lansia usia 60-64 tahun sebanyak 48.349 orang, lansia usia 65-69 tahun sebanyak 35.403 orang dan lansia usia > 70 tahun sebanyak 25.421 orang.
Adapun jumlah penduduk lansia pada tahun 2017 yang mengalami hipertensi diketahui sebanyak 137.857 orang (76,15%).
Salah satu
puskesmas dengan jumlah penduduk hipertensi paling banyak di Kabupaten Majalengka terdapat di UPTD Puskesmas Sukahaji yaitu sebanyak 1.184 orang. Adapun penelitian
ini dilakukan di Posbindu di UPTD Puskesmas Sukahaji dikarenakan lansianya aktif mengikuti kegiatan di Posbindu yang terletak di 3 desa yaitu Desa
Cikeusik, Desa Jayi dan Desa Padahanten.� Prevalensi kejadian hipertensi di UPTD Puskesmas Sukahaji pada lansia pada tahun 2018 yaitu sebesar 59,6%, prevalensi ini mengalami sedikit penurunan dibanding tahun 2017 yaitu sebesar 60,5%. Gaya hidup lansia di UPTD Puskesmas Sukahaji merupakan faktor yang berperan penting terhadap kejadian beberapa penyakit kronik seperti hipertensi. Perubahan gaya hidup ini tidak
lepas dari bergesernya kebiasaan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari di perkotaan, kecenderungan untuk melakukan aktifitas fisik, kebiasaan merokok, mengkonsumsi makanan siap saji sudah
sangat tinggi. Hal ini dapat berpengaruh
terhadap sistem kardiovaskuler sehingga dapat menyebabkan penyakit hipertensi.
Salah��� satu����� upaya�� penanganan pada hipertensi dengan non farmakologis yaitu dengan metode
peer group. Dukungan
kelompok sesama penderita atau peer group dapat
merubah respon psikologis maladaptif menjadi respon psikologis yang adaptif. Di
negara maju, peer
group diterapkan sebagai
salah satu bentuk terapi pada sekelompok penderita. �Metode ini dilakukan
oleh Maria (2014) dan menunjukkan bahwa
dapat membantu pasien hipertensi dan hasil penelitiannya bahwa dengan memberikan
perlakuan peer
group, dapat meningkatkan
kepatuhan pasien hipertensi terhadap manajemen gaya hidup dan penggunaan obat. Perubahan perilaku ini akan
berdampak pada penurunan tekanan darah karena
terjadi perubahan gaya hidup pada pasien hipertensi tersebut (Maria
2014).
Hasil penelitian lainnya juga �menunjukkan
bahwa perlakuan peer group atau
kelompok sebaya ternnyata dapat mengubah respons psikologis maladaptif menjadi
respons psikologis adaptif pada wanita yang menderita kanker payudara, hal ini berarti bahwa dengan perlakuan peer group
akan merubah kondisi psikologis seseorang
dan dampaknya diantaranya dapat merubah psikologis maladaptrif menjadi adaptif. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Edukasi dengan Metode Peer Group Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Tekanan Darah Pada Lansia di Uptd
Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka.
(Ilkafah
2016)
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah penelitian quasy eksperiment (eksperimen semu) dengan desain one group pretest-posttest design.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang aktif berkunjung ke Posbindu di wilayah UPTD Puskesmas Sukahaji
Kabupaten Majalengka sebanyak 60 orang. Proses edukasi dilakukan sebanyak 1
minggu 1 kali sebanyak 3 kali di tiga posbindu dengan jumlah
responden sebanyak 60 orang. Pengumpulan data dilakukan dua kali yaitu sebelum
dilaksanakan edukasi (pretest) dan sesudah dilaksanakan edukasi (postest) dan
waktu pengumpulan data dilaksanakan mulai tanggal 8 Mei 2019 sampai dengan 28
Mei 2019. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis
bivariat menggunakan uji t berpasangan. Analisis ini digunakan untuk melihat
perbedaan pretest dengan posttest pada kelompok intervensi. Pada analisis ini
digunakan uji beda 2 mean dependen.
A. Hasil
Penelitian
1.
Uji Normalitas
Tabel
1
Hasil Uji Normalitas Pengetahuan, Sikap dan Tekanan
Darah Sebelum dan
Sesudah Edukasi dengan Kolmogorv Sminorv test
Variabel |
Statistic |
KolmogorovSmirnov |
Sig. |
Df |
|||
Pengetahuan (pretest) |
0.082 |
60 |
0.200 |
Pengetahuan (postest) |
0.093 |
60 |
0.200 |
Sikap (pretest) |
0.080 |
60 |
0.200 |
Sikap (Postest) |
0.092 |
60 |
0.200 |
TD Sistole (pretest) |
.173 |
60 |
.060 |
TD Diastole (pretest) |
.264 |
60 |
.070 |
TD Sistole (postest) |
.153 |
60 |
.081 |
TD Diastole (postest) |
.241 |
60 |
.090 |
Berdasarkan
hasil uji normalitas, menunjukkan bahwa data
pengetahuan dan sikap baik
sebelum dan sesudah edukasi menghasilkan
p
value masing-masing
sebesar 0,200. Hal
ini berarti p
value kedua
data yang diuji > 0,05 sehingga
pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah edukasi dinyatakan berdistribusi normal
dan dapat dilanjutkan dengan uji t berpasangan untuk mengetahui pengaruh edukasi dengan metode peer group terhadap perubahan pengetahuan
lansia. Sedangkan data tekanan darah sebelum
edukasi menghasilkan p
value masing-masing
sebesar 0,060 (sistole) dan
0,070 (diastole). Sedangkan tekanan
darah sesudah edukasi menghasilkan p
value masing-masing
sebesar 0,081 (sistole) dan
0,090 (diastole). Hal ini berarti
p
value data yang diuji
> 0,05 sehingga tekanan darah sebelum dan sesudah edukasi dinyatakan berdistribusi normal
dan dapat dilanjutkan dengan uji t berpasangan untuk mengetahui pengaruh edukasi dengan metode peer group terhadap
tekanan darah lansia.
2.
Analisis Univariat
a.
Gambaran Pengetahuan
Lansia Sebelum dan Sesudah Edukasi dengan Metode Peer Group
Tabel
2
Distribusi
Frekuensi Pengetahuan dan Sikap Lansia Sebelum
dan Sesudah
Edukasi
dengan Metode Peer Group
Variabeel |
Pengukuran |
Mean |
Min-Max |
SD |
95%CI |
Pengetahuan Lansia |
Pretest |
64.7 |
31.6-94.7 |
14.636 |
60.9-68.5 |
Postest |
76.8 |
36.8-100 |
13.701 |
73.2-80.3 |
|
Sikap Lansia |
Pretest |
75.8 |
58.3-90.7 |
8.200 |
73.6-77.9 |
Postest |
83.9 |
63.0-94.4 |
7.007 |
82.1-85.7 |
Berdasarkan
tabel 2, menunjukkan bahwa pengetahuan sebelum pelaksanaan edukasi diperoleh rata-rata sebesar 64.7. Berdasarkan nilai 95% CI sebesar 60.9-68.5,
yang artinya bahwa 95% diyakini pengetahuan lansia sebelum edukasi dengan metode peer group berada pada level 60.9-68.5.
Adapun pengetahuan setelah pelaksanaan edukasi diperoleh rata-rata sebesar 76.8.
Berdasarkan nilai 95% CI sebesar 73.2-80.3, yang artinya bahwa 95% diyakini pengetahuan lansia sesudah edukasi dengan metode peer group berada
pada level 73.2-80.3. Sementara sikap
sebelum pelaksanaan edukasi diperoleh rata-rata sebesar 75.8. Berdasarkan nilai 95% CI sebesar 73.6-77.9
yang artinya bahwa 95% diyakini sikap lansia sebelum edukasi dengan metode peer group di
berada pada level
73.6-77.9. Adapun sikap setelah
pelaksanaan edukasi diperoleh rata-rata sebesar 83.9.
Berdasarkan nilai 95% CI sebesar 82.1-85.7, yang artinya bahwa 95% diyakini sikap lansia sesudah
edukasi dengan metode peer group berada
pada level 82.1-85.7.
b. Gambaran Tekanan
Darah Lansia Sebelum dan Sesudah Edukasi dengan Metode Peer Group
Tabel
3
Distribusi
Frekuensi Tekanan Darah Lansia Sebelum Edukasi dengan Metode Peer Group
Tekanan
Darah Lansia |
Pengukuran |
Mean (Rata- rata) |
Minimun Maksimum |
S.D |
Pretest |
Sistole |
167,1 |
150-190 |
12.086 |
Diastole |
167,1 |
90-120 |
8.401 |
|
Postest |
Sistole |
162,3 |
140-190 |
13.195 |
Diastole |
97.8 |
90-120 |
7.831 |
Berdasarkan
tabel 3, menunjukkan bahwa tekanan darah sistole sebelum pelaksanaan edukasi
diperoleh rata-rata sebesar 167.1 dengan nilai paling rendah adalah 150 dan
paling tinggi 190 serta nilai standar deviasinya sebesar 12.086. Sedangkan
tekanan darah diastole sebelum pelaksanaan edukasi diperoleh rata-rata sebesar
106.5 dengan nilai paling rendah adalah 90 dan paling tinggi 120 serta nilai
standar deviasinya sebesar 8.401. Tekanan darah sistole sesudah pelaksanaan
edukasi diperoleh rata-rata sebesar 162.3 dengan nilai paling rendah adalah 140
dan paling tinggi 190 serta nilai standar deviasinya sebesar 13.195. Sedangkan
tekanan darah diastole sesudah pelaksanaan edukasi diperoleh rata-rata ssebesar
97.8 dengan nilai paling rendah adalah 90 dan paling tinggi 120 serta nilai standar deviasinya sebesar 7.831.
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Jenis Kelamin dan Usia Responden
No |
Variabel |
F |
% |
1 |
Laki-laki |
18 |
30.0 |
2 |
Perempuan |
42 |
70.0 |
1 |
<
rata-rata (64,2 tahun) |
35 |
58.3 |
2 |
>
rata-rata� (64,2
tahun) |
25 |
41.7 |
Berdasarkan tabel 4, menunjukkan
bahwa sebagian besar responden di UPTD Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka
berjenis kelamin perempuan (70%) dan sebagian besar responden di UPTD Puskesmas
Sukahaji Kabupaten Majalengka berusia < rata-rata (65 tahun).
3.
Analisis Bivariat
Tabel 5
Pengaruh Edukasi dengan
Metode Peer Group Terhadap Perubahan Pengetahuan Lansia
Variabel |
N |
Mean |
Std. Dev. |
p value |
|
Pengetahuan Lansia |
Pretest |
60 |
64.73 |
14.63 |
�0.000 |
Postest |
60 |
76.83 |
13.70 |
||
Sikap Lansia |
Pretest |
60 |
75.8 |
8.200 |
�0.000 |
Postest |
60 |
83.9 |
7.007 |
Berdasarkan tabel 5, menunjukkan bahwa secara statistik
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna, dari hasil uji statistik diperoleh p value
= 0,000 yang berarti p value < α
(0,05) sehingga hipotesis nol ditolak. Sehingga
edukasi dengan metode peer group berpengaruh terhadap perubahan pengetahuan dan sikap lansia di UPTD Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka
Tabel
6
Pengaruh
Edukasi dengan Metode Peer Group
Terhadap Perubahan Tekanan Darah Lansia di UPTD Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka
Tekanan
Darah Lansia |
N |
Mean |
�
Std. Dev. |
p
value |
|
Sistole |
Pretest |
60 |
167.1 |
12.086 |
0,000 |
Postest |
60 |
162.3 |
13.195 |
||
Diastole |
Pretest |
60 |
106.5 |
8.401 |
0,000 |
Postest |
60 |
97.8 |
7.831 |
Berdasarkan tabel 6, menunjukkan bahwa secara
statistik dengan uji t berpasangan, diperoleh value =
0,000 yang berarti p value < α (0,05) sehingga hipotesis nol ditolak. Dengan demikian maka secara statistik bahwa
edukasi dengan metode peer group berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah
lansia (sistole dan diastole) di UPTD Puskesmas
Sukahaji Kabupaten Majalengka.
B.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa edukasi dengan metode peer
group berpengaruh terhadap perubahan pengetahuan lansia di UPTD Puskesmas
Sukahaji Kabupaten Majalengka. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori (Ridwan Maulana, Opdenakker, and Bosker 2014) melalui edukasi dapat menjembatani kesenjangan antara pengetahuan,
sikap dan tingkah laku kesehatan dan pendidikan kesehatan memotivasi seseorang
untuk menerima informasi kesehatan serta berbuat sesuai dengan informasi tersebut
agar mereka menjadi lebih tahu dan bersikap lebih positif.
Menurut (Liliweri 2014) bahwa edukasi dilaksanakan dapat mengembangkan pesan maupun memilih media yang lebih tepat
sehingga informasi yang diterima dapat dimengerti.
Melalui edukasi tidak hanya merubah seseorang menjadi tahu dari tidak tahu
tetapi lebih pada merubah suatu prinsip yang sebelumnya tidak diketahui benar
atau salah. Sehingga memberikan keyakinan lebih kekal pengetahuannya.
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa edukasi dengan metode peer
group berpengaruh terhadap perubahan sikap lansia di UPTD Puskesmas
Sukahaji Kabupaten Majalengka. Hasil penelitian ini
sejalan dengan teori Mozes (2015), melalui penyebaran edukasi terbukti efektif
dalam meningkatkan pengetahuan serta mempengaruhi� sikap.�� Sedangkan menurut (Imron 2015) bahwa
edukasi atan dapat menghasilkan perubahan perilaku pada individu dengan cara
memodifikasi pengetahuan, sikap,
keyakinan, atau perilaku seseorang.
Sikap seseorang tidak dapat berubah
begitu saja tanpa ada proses yang mendasarinya.
Melalui edukasi akan terjadi proses perubahan cara berfikir seseorang karena
terjadi dialog atau diskusi terbuka untukmengeluarkan pendapatnya masing-masing. Menurut (Ridwan Maulana, Opdenakker, and Bosker 2014) bahwa sikap merupakan
perbuatan yang didasari oleh keyakinan berdasarkan norma-norma yang ada di
masyarakat dan biasanya norma agama. Namun demikian perbuatan yang akan
dilakukan manusia biasanya tergantung pada apa permasalahannya serta
benar-benar berdasarkan keyakinan atau kepercayaannya masing-masing.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa edukasi dengan metode peer group
berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah lansia di UPTD Puskesmas Sukahaji
Kabupaten Majalengka. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Yoani (Aty 2014) yang menyatakan bahwa
dukungan kelompok sebaya adalah salah satu
metode promosi kesehatan yang efektif dalam meningkatkan perilaku hidup sehat dan menekan rasa sakit.
Peer
group adalah
sekelompok individu
pada usia relatif sama, yang merupakan kelompok sosial yang mengatur langkah untuk bersosialisasi. Pada banyak remaja, bagaimana mereka dipandang oleh teman sebaya merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan mereka (Santrock 2003).
Menurut����� Sunarto, pengertian���� peer
group adalah teman bermain yang terdiri
atas kerabat untuk belajar nilai-nilai. Sedangkan
menurut Riyanti, Peer
group adalah salah satu ciri perilaku social dimana perilaku kelompok
tersebut dapat mempengaruhi perilaku serta nilai individu yang menjadi
anggotanya dan nilai yang baru yang gilirannya akan menggantikan nilai dan
perilaku sebelumnya.
Ciri-ciri mendasar peer group adalah jumlah anggota relatif
kecil, adanya kepentingan yang bersifat umum dan
dibagi secara langsung, terjadi kerja sama dalam
suatu kepentingan yang diharapkan, adanya pengertian pribadi, serta saling hubungan yang tinggi antar anggota
dalam kelompok (Rifal Maulana 2015).
Berbagai penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa metode ini juga secara
signifikan tidak hanya mampu meningkatkan pengetahuan,
sikap, perilaku ataupun keterampilan responden yang
diberikan intervensi dengan metode peer group, namun juga mampu memberikan
kepuasan sehingga mudah untuk diterima dan diterapkan
oleh responden (Syafruddin dan Permatasari, 2015; Syafruddin, dan Permatasari, 2016).
Metode ini bersifat interaktif dan menyenangkan bagi lansia sehingga dapat mengurangi stress yang berperan dalam pencegahan hipertensi.
Berdasarkan
hasil penelitian ini maka edukasi
dengan metode peer group
mempunyai dampai yang positif terhadap perubahan tekanan darah lansia
di UPTD Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka. Maka dari itu
edukasi dengan metode peer group
dapat dijadikan sebagai alternatif bagi petugas kesehatan
untuk meningkatkan kesadaran dan tindakan lansia dalam mengontrol
tekanan darah dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi yang lebih parah.
Tekanan darah sebelum pelaksanaan edukasi
diperoleh rata-rata sebesar 167.1 dan sesudah pelaksanaan edukasi diperoleh
rata-rata sebesar 162.3 yang berarti telah terjadi sedikit penurunan tekanan
darah pada lansia di lokasi penelitian setelah dilaksanakan 3x edukasi dengan
metode peer group sebesar 4,8.
Pengetahuan sebelum pelaksanaan edukasi
diperoleh rata-rata sebesar 64.7 dan setelah pelaksanaan edukasi diperoleh
rata-rata sebesar 76.8 sehingga telah terjadi peningkatan pengetahuan setelah
dilaksanakan 3x edukasi dengan metode peer
group sebesar 21,1.
Rata-rata sikap
sebelum pelaksanaan edukasi sebesar 75.8 dan sikap setelah pelaksanaan edukasi
diperoleh rata-rata sebesar 83.9 sehingga telah terjadi peningkatan sikap
setelah dilaksanakan 3x edukasi dengan metode peer group sebesar 8.1.
Ada pengaruh edukasi dengan metode peer group terhadap perubahan
pengetahuan lansia di UPTD Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka. Ada pengaruh
edukasi dengan metode peer group
terhadap perubahan sikap lansia di UPTD Puskesmas Sukahaji Kabupaten
Majalengka.
Ada pengaruh
edukasi dengan metode peer group
terhadap perubahan tekanan darah lansia di UPTD Puskesmas Sukahaji
Kabupaten Majalengka.
BIBLIOGRAFI
Aty, Yoani Maria Vianney Bita. (2014). The Influence of Peer
Group Support on the Compliance of Life-style Management and Drug Taking in Mild
Hypertensive Patients Using Pre-experiment Health Promotion Model in Community
Health Center, Ruteng. Jurnal Info Kesehatan, 12(1), 566�584.
Ginanjar, Y., Permatasari, TAE., Supriyatna, N. (2019). Analisis
Pengaruh Psikososial dan Faktor Resiko Lainya Terhadap Kejadian TB MDR. Bina
Generasi: Jurnal Kesehatan. Vol. 11 (1), p. �46-54. https://ejurnal.biges.ac.id/index.php/kesehatan/article/view/134/79.
Ilkafah, Ilkafah. (2016). The Effect of Peer Group Support to
Psychological Response of Patient With Breast Cancer: A Quasy Experiment. Indonesian
Contemporary Nursing Journal, 1(1), 24�30.
Imron, Ali. (2015). Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Semarang:
CV. Karya Abadi Jaya.
Kemenkes, R. I. (2017). Profil kesehatan Republik Indonesia
tahun 2017. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
Kementrian kesehatan RI. (2018). Hasil utama riskesdas
2018. 61. https://doi.org/1 Desember 2013
Liliweri, Alo. (2014). Sosiologi dan komunikasi organisasi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Maria. (2014). The Influence Of Peer Group Support On The
Compliance Of Life-Style Management And Drug Taking In Mild Hypertensive
Patients Using Pre-Experiment Health Promotion Model In Community Health
Center,Ruteng . Jurnal Info Kesehatan, Vol. 12, N.
Maulana, Ridwan, Opdenakker, Marie‐Christine, &
Bosker, Roel. (2014). Teacher�student interpersonal relationships do change and
affect academic motivation: A multilevel growth curve modelling. British
Journal of Educational Psychology, 84(3), 459�482.
Maulana, Rifal. (2015). Pengaruh Konsep Diri terhadap
Keberhasilan Belajar Mahasiswa Pai Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin
Makassar. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Nations, United. (2017). World population prospects: the 2017
revision, key findings and advance tables. United Nations, New York.
Organization, World Health. (2016). World health
statistics 2016: monitoring health for the SDGs sustainable development goals.
World Health Organization.
Pendit, SA., Permatasari, TAE., Supriyatna
N. (2019). Analisis Pengaruh Dukungan Keluarga, dan Faktor Lainnya Terhadap
Pemberian Imunisasi MR pada Balita. Jurnal
Keperawatan Silampari. Volume 3(1),p. 322-331.. DOI: https://doi.org/10.31539/jks.v3i1.848. https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/view/848
Santrock, John W. (2003). Adolescence perkembangan remaja. Jakarta:
Erlangga, 422�424.
Subandi, Endang. (2017). Pengaruh Senam Diabetes Perhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Upt Puskesmas Mundu
Kabupaten Cirebon Tahun 2017. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(7),
53�68.
Syafruddin, A., Permatasari, TAE. (2015). The Effectiveness
of Peer Learning Method in Developing Logical Clinical Skills on Medical
Students. Journal of Health, Medicine and Nursing. Vol.17.p.113-117. https://iiste.org/Journals/index.php/JHMN/article/view/25387/26010
Syafruddin A., Permatasari, TAE. (2016). Peer Learning Methode Effectively Improve The Logical Clinical
Skills And Student Satisfaction Among Medical Student: A Mix Methode Study.
Proceedings of The 2nd International Multidisciplinary Conference,
Universitas Muhammadiyah Jakarta. Vol.1(1). p.520-525. https://jurnal.umj.ac.id/index.php/IMC/article/view/1239/1115
Permatasari, TAE. (2011). Hubungan Asupan Kalsium dan Faktor
Risiko Lainnya dengan Kejadian Osteoporisis pada Kelompok Dewasa Awal di
Wilayah Ciputat-Tangerang Selatan. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol.7(2).
p.100-111.
Permatasari, TAE.,
Syafruddin, A. (2016). Early Initiation ff Breastfeeding
Related to Exclusive Breastfeeding and Breastfeeding Duration in Rural and
Urban Areas in Subang, West Java, Indonesia. Journal of Health Research, 30(5),
p.337-45. DOI: 10.14456/jhr.2016.46.http://www.jhealthres.org/upload/journal/915/30%285%29_tria_p337-345.pdf
(doi: 10.14456/jhr.2016.46)
Permatasari, TAE., Sartika, RAD., Achadi EL., et al. (2018).
Exclusive Breastfeeding Intention among Pregnant Women. Kesmas: National Public
Health Journal. Vol. 12(3), p.134-141. DOI:10.21109/kesmas.v12i3.1446.
http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/1446/685