Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 12,
Desember 2022
KEPEMIMPINAN
KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBUDAYAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI SMA NEGERI 1
PEMENANG KABUPATEN LOMBOK UTARA
Iwan
Suyadi
Fakultas
Manajemen Pendidikan Islam, Universitas Islam Negeri Mataram, Indonesia
E-mail:
[email protected]
ABSTRAK
Tesis ini membahas kepemimpinan kepala sekolah dalam pembudayaan
kerukunan umat beragama di SMAN 1 Pemenang. Tujuan penelitian, untuk mengetahui
tipologi kepemimpinan kepala sekolah dalam pembudayaan umat beragama di SMA
Negeri 1 Pemenang, Untuk mengetahui bentuk dan strategi pembudayaan umat
beragam bagi siswa SMA Negeri 1 Pemenang, untuk mengetahui budaya kerukunan
beragama siswa SMAN 1 Pemenang. Metode penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
studi kasus. Adapun pengumpulan data yang dilakukan melalui tehnik observasi,
wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah
SMAN 1 Pemenang sampai saat ini rata-rata masih mempertahankan tardisi
kerukunan, strategi yang ditempuh kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas
budaya kerukunan yaitu menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif, mendorong
semangat pendidik agar terus meningkatkan budaya kerukunan. Implikasi
penelitian ini adalah kepada kepala sekolah agar senantiasa berusaha
meningkatkan strategi kepemimpinan, memperbaiki manajemen strategi untuk terus
meningkatkan kualitas pendidik agar pendidik menjalankan tugas dengan
sebaik-baiknya dalam proses pembelajaran, sehingga dapat tercapai budaya
kerukunan yang selalu menjaga keharmonisan antar umat beragama di SMAN 1
Pemenang.
Kata
Kunci:
Kepemimpinan; Kepala Sekolah; Kerukunan Umat Beragama.
Abstract
This thesis
discusses the leadership of the principal in cultivating religious harmony at
SMAN 1 Pemenang. The purpose of the study was to find out the typology of the
principal's leadership in civilizing religious communities at SMA Negeri 1
Pemenang, to find out the forms and strategies of civilizing diverse
communities for students at SMA Negeri 1 Pemenang, to find out the culture of
religious harmony for SMAN 1 Pemenang students. The research method used in
this research is to use a qualitative approach with the type of case study
research. The data collection was carried out through observation, interviews
and documentation techniques. The results showed that the principal of SMAN 1
Pemenang until now on average still maintains the harmony tradition, the
strategy adopted by the principal in improving the quality of the culture of
harmony is creating conducive situations and conditions, encouraging the spirit
of educators to continue to improve the culture of harmony. The implication of
this research is for school principals to always try to improve leadership
strategies, improve strategic management to continue to improve the quality of
educators so that educators carry out their duties as well as possible in the
learning process, so that a culture of harmony can be achieved that always
maintains harmony between religious communities at SMAN 1 Pemenang.
Keywords: Leadership,
Principal, Religious Harmony
Pendahuluan
Suatu kenyataan
sosiologis bahwa bangsa Indonesia terdiri dari masyarakat multikultural yang
harus dijunjung tinggi, dihormati, dan terus dipertahankan. Justru karena
adanya pengakuan atas beragama inilah bangsa Indonesia terbentuk (Harjianto et al., 2020).
Salah satu bentuk beragama yang terdapat di Indonesia adalah persoalan Agama.
Indonesia bukan negara sekuler, bukan pula negara Agama, akan tetapi pengakuan
terhadap Agama oleh negara hanya meliputi enam Agama saja, yaitu Islam, Kristen
Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu (Marhaeni, 2017).
Apabila dilihat dari sisi jaminan kebebasan beragama yang ada dalam konstitusi,
sesungguhnya apa yang ditentukan oleh negara ini bertentangan, karena negara
justru memberikan pembatasan dengan menentukan jumlah tertentu dari Agama yang
boleh dipeluk, dengan kata lain Agama selain yang ditentukan itu tak boleh
hidup di Indonesia (Arliman, 2018).
Upaya mengikis eksklusivisme
negatif di masyarakat merupakan tuntutan yang mendesak. Dalam masyarakat yang
plural, diperlukan pemikiran dan sikap inklusif yang berpandangan bahwa diluar
Agama yang dianutnya juga terdapat kebenaran, meskipun tidak seutuh dan
sesempurna Agama yang dianutnya (Tiyan, 2017).
Pandangan seperti ini perlu ditumbuhkan dalam masyarakat, dan bila ditinjau
dari kebenaran ajaran masing-masing, pandangan inklusivisme tidaklah
bertentangan karena seseorang masih tetap meyakini bahwa Agamanyalah yang
paling baik dan benar (Janah, 2016).
Namun, dalam waktu yang sama mereka memiliki sikap toleran dan persahabatan
degan pemeluk Agama lain. Guna mewujudkan pandangan inklusif dalam masyarakat
diperlukan kerja keras dengan melibatkan banyak faktor baik politik, ekonomi,
sosial maupun budaya (Hadi & Bayu, 2021).
Upaya ini dapat terwujud apabila dilandasi oleh niat yang tulus. Berkaitan
dengan ini pemikiran Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tentang pandangan hidup
beragama yang inkluisif dan toleran dapat dicermati; dia adalah tokoh
intelektual muslim Indonseia yang secara giat menyuarakan seruan hidup
berdampingan secara damai dalam sosial umat beragama di Indonseia.
Secara spesifik jika
dikaitkan dengan dunia pendidik tentu tidak terlepas dari pentingnya sebuah
toleransi karena dalam pendidikan yang formal tentu yang menjadi siswa tidak
dari kalangan satu Agama tetapi berbeda-beda Agama, budaya, suku dan ras.
Karena itu kepala sekolah sebgai pimpinan mempunyai peran penting, karena peran
yang dikemukakan (Sirojuddin et al., 2021)
�sebagai komunikator sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator
sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dan pengembanngan sikap dan
tingkah laku serta nilai-nilai, dan sebagai orang yang menguasai bahan yang
diajarkan.Sebagaimana yang termuat dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun
2003, yaitu: �Mendidik siswa agar menjadi manusia berkebudayaan dan
berperadaban. Dengan demikian, sudah saatnya dunia pendidikan mengarahkan
perhatiannya kepada realitas kebudayaan yang beragam dan pemikiran terhadap
perkembangan hidup kemanusiaan secara universal�. Adapun kepala sekolah
memiliki tempat tersendiri dalam menumbuhkan sikap kerukunan antar umat
beragama siswa karena kepala sekolah dan guru-guru inilah yang menjadi mediator
untuk menterjemahkan nilai-nilai toleransi kepada siswa sehingga mereka dapat
berperan aktif dalam mentransformasikan kesadaran toleransi secara lebih
intensif dan massif (Nopitasari, 2020).
SMA Negeri 1 Pemenang
dalam menjaga kerukunan terhadap siswa-siswi kepala sekolah berusaha memberikan
pengertian tentang pentingnya menjaga toleransi agar tidak ada pertengkaran
tentang perbedaan yang mengakibatkan budaya kerukunan antar Agama tidak menjadi
harmonis, disamping itu guru-guru juga memberikan contoh kepada siswa-siswi dan
selalu mengingatkan di setiap pelajran sedang berlngsung maupun di acara-acara
beragama agar selalu menjaga budaya toleransi. Oleh karena itu, peneliti merasa
tertarik dan perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang
�Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pembudayaa Kerukunan Umat Beragama di SMA
Negeri 1 Pemenang�.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui tipologi kepemimpinan kepala sekolah dalam pembudayaan beragama di
sma negeri 1 pemenang, untuk mengetahui bentuk dan strategi pembudayaan
beragama bagi siswa sma negeri 1 pemenang, untuk mengetahui budaya kerukunan
beragama siswa sman 1 pemenang
Metode
Penelitian
Jenis penelitian
merupakan studi kasus, yaitu untuk memahami fenomena yang ada pada subjek
penelitian, antara lain yang berkaitan dengan perilaku, motivasi maupun
persepsi dalam bentuk kata-kata untuk mendapatkan data hasil penelitian.
Pendekatan penelitian adalah menggunakan pendekatan kualitatif, dimana
pendekatan kualitatif yaitu suatu kegiatan penelitian untuk mengemukakan
keadaan atau kondisi dilapangan . Penelitian kualitatif merupakan suatu bentuk
penelitian yang dilakukan secara alami sesuai dengan fenomena yang terjadi
dilapangan. Selain itu, penelitian kualitatif mampu menghasilkan data baik
secara tertulis maupun secara lisan langsung dari informan serta perilaku yang
dapat diamati pada lokasi penelitian (Sidiq et al., 2019).
Hasil dan Pembahasan
A.
Kepemimpinan
Kepala Sekolah Dalam Pembudayaan Kerukunan Umat Beragama Di Sma Negeri 1
Pemenang
�Kepemimpinan
merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dengan rasa bersemangat demi
tercapainya tujuan yang telah ditentukan. Kepemimpinan adalah faktor manusia
yang mengikat suatu kelompok secara bersama- sama dan mendorong mereka ke suatu
tujuan� (Ungirwalu, 2013).
Atas dasar itu dapatlah kiranya disusun definisi kepemimpinan yang mudah di
pahami yaitu rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku
orang lain dalam situasi tertentu, agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Prabowo, 2019).
Kepala
sekolah yang baik adalah kepala sekolah yang berkualitas. Kualitas yang tersebut
adalah yang mampu membawa dan meningkatkan semua potensi yang ada, serta kepala
sekolah yang benarbenar memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman yang
cukup dan dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi di sekolah dengan
baik (Mukhtar, 2015).
Kepala sekolah yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang ada dilembaga
tersebut benar-benar berfungsi dengan baik.
Dari hasil
temuan menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peran dan
tanggung jawab yang besar dalam membuat lingkungan sekolah menjadi lingkungan
yang toleransi agar dapat menjalankan aktifitas belajar yang kondusif dan jauh
dari perpecahan antar Agama di dalam lingkungan sekolah (Wandasari, 2017).
B.
Bentuk Dan
Strategi Pembudayaan Kerukunan Uamat Beragama Bagi Siswa Sma Negeri 1 Pemenang
Potret
beragama di SMAN 1 Pemenang memiliki pondasi yang kuat untuk memberikan
pendidikan toleransi beragama sesuai dengan di SMAN 1 Pemenang. Semua warga
sekolah bekerjasama menjalankan pendidikan tanpa melihat perbedaan Agama, ras,
dan budaya. Menciptakan suasana damai dan harmonis dengan saling
menghormati dan menghargai satu sama lain antar warga sekolah sehingga
pendidikan dapat berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan yang ada di SMAN 1
Pemenang yang dicanangkan oleh pemerintah melalui program pendidikan Nasional (Anwar, 2015).
Kepala Sekolah yang baik adalah
mereka yang mampu memberikan ruang kepada guru-guru menjalankan tugasnya
sebagai pendidik untuk mampu membina, mengarahkan siswa ke arah yang lebih baik
(Ajmain & Marzuki, 2019).
Kepala sekolah hendaknya dapat menciptakan suasana kebebasan berfikir dan
pertukaran gagasan yang sehat dan bebas, sehingga para guru-guru dan tenaga
kependidikan merasa senang mendiskusikan masalah atau persoalan yang menjadi
kepentingan sekolah.
Strategi yang dilakukan oleh kepala
sekolah dalam pembinaan budaya kerukunan di SMA Negeri 1 Pemenang dalam hal ini
perspektif manajemen yang sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen meliputi:
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian terhadap
program yang dijalankan. Strategi kepala sekolah dalam membina budaya kerukunan
di SMA Negeri 1 Pemenang berdasarkan pengamatan peneliti mengemukakan bahwa
terdapat pembinaan budaya kerukunan di SMA Negeri 1 Pemenang hal tersebut
dibuktikan dengan adanya kegiatan-kegiatan yang meliputi: salat duhur secara
berjamaah, salat duha, dan Agama lain diberikan ruang tersendiri untuk
melakukan kegiatan beragama sebelum memulai proses belajar mengajar.
Dalam membina kerukunan antar siswa
kepala sekolah memberikan hak dan kewajiban menjalankan ibadah sesuai dengan
keyakinan dan Agama masing dan memberikan ruang sebebaskan kepada semua siswa
yang ada di SMAN 1 Pemenang. Menghormati Agama orang lain berarti kita tidak
memaksa, menganggu bahkan mencemooh peribadatan Agama lain, tetapi memberikan
kesempatan yang sama untuk beribadah sesuai dengan ajaran Agama yang dianutnya.
C. Kerukunan
Beragama Siswa Sman 1 Pemenang
Faktor Pendukung Pendidikan Toleransi
Beragama di SMAN 1 Pemenang, Setiap kegiatan pasti mempunyai faktor pendukung
yang dapat menjadi kekuatan pada waktu pelaksanaannya. Begitu juga pendidikan
toleransi Agama di SMAN 1 Pemenang yang mempunyai beberapa faktor pendukung
untuk pelaksanaannya. Faktor pendukung yang utama dalam pendidikan toleransi
adalah beragama Agama yang dimiliki oleh warga sekolah SMAN 1 Pemenang. Dari
beragama di atas menghasilkan perbedaan-perbedaan yang ada di SMAN 1 Pemenang,
akan tetapi agar tidak terjadi konflik antar pemeluk Agama di SMAN 1 Pemenang.
SMAN 1 Pemenang memiliki kebijakan di dalam memberikan kurikulum untuk peserta
didik. Kurikulum yang diberikan di SMAN 1 Pemenang yaitu pendidikan Agama.
Dengan adanya pendidikan Agama di SMAN 1 Pemenang peserta didik memiliki sikap
toleransi antar umat beragama berlandaskan Agama yang dianutnya.
Dari temuan dapat diketahu bahwa
faktor pendukung untuk memberikan pendidikan toleransi Agama di SMAN 1 Pemenang
yaitu kerAgamaan yang ada di SMAN 1 Pemenang khususnya beragama Agama yang ada
di SMAN 1 Pemenang. Kebebasan beragama yang diberikan oleh sekolah kepada warga
sekolah khususnya peserta didik menjadi faktor pendukung karena siswa-siswi
dapat beribadah sesuai Agama yang dianutnya tanpa ada paksaan atau intimidasi
dari kaum mayoritas, kaum minoritas dapat beribadah dengan rasa aman dan nyaman.
Kebijakan pendidikan Agama yaitu memberikan hak pembelajaran Agama untuk semua
peserta didik sesuai dengan Agama yang dianutnya. Meskipun fasilitas yang
disediakan masih untuk peserta didik dengan mayoritas pemeluk Agama. Sikap dan
hubungan yang dimiliki warga sekolah khususnya peserta didik juga menjadi
faktor pendukung keberhasilan pendidikan toleransi beragama di SMAN 1 Pemenang.
Kerukunan yang diciptakan warga sekolah, khususnya pertemanan yang terjalin
diantara peserta didik tanpa melihat perbedaan Agama, ras, dan budaya, tetapi
tidak melupakan ajaran-ajaran Agama yang dianutnya. Peran guru dalam memberikan
pembelajaran pendidikan toleransi juga menjadi salah satu faktor pendukung
pendidikan toleransi. Guru memberikan perhatian kepada siswa-siswi agar dapat
memahami pembelajaran dengan baik. Selain itu guru juga memberikan contoh
secara langsung pendidikan toleransi Agama, agar pendidikan toleransi beragama
dapat diamalkan oleh siswa-siswi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu
tujuan dari pendidikan toleransi beragama di SMAN 1 Pemenang dapat tercapai.
Faktor Penghambat Pendidikan
Toleransi beragama di SMAN 1 Pemenang, di dalam memberikan pendidikan toleransi
di SMAN 1 Pemenang selain memiliki faktor pendukung juga faktor penghambat
dalam pelaksanaannya. Faktor penghambat yang ditemukan di SMAN 1 Pemenang dalam
memberikan pendidikan toleransi yaitu peserta didik atau siswanya.
Dari pemaparan data di atas dapat
diketahui bahwa faktor penghambat pendidikan toleransi beragama di SMAN 1
Pemenang yaitu bebarapa peserta didik yang belum memiliki minat belajar
kurikulum Agama. Beberapa siswa ini dapat menjadi penghambat bagi pendidikan
toleransi karena dapat mempengaruhi siswa-siswi yang lain yang mengikuti
pembelajaran Agama. Sikap beberapa siswa ini juga dapat menimbulkan
permasalahan di antara warga sekolah khususnya peserta didik.�
Kurangnya inisiatif siswa non muslim
untuk menyampaikan pendapat dan sarannya untuk perbaikan fasilitas beragama
yang diterima oleh siswa non muslim. Siswa-siswi non muslim kurang memberikan
perhatian di dalam bidang beragama yang ada di sekolah. Siswa-siswi non muslim
sebagai kaum minoritas lebih banyak mengikuti kurikulum dan ekstrakurikuler
yang bersifat umum yang tidak mengandung unsur beragama (Harun, 2019).
Siswa-siswi lebih memilih mengikuti beragama pada saat berada di luar sekolah.
Kesimpulan
Sikap toleransi yang ada
di SMAN 1 Pemenang diterapkan oleh warga sekolah tidak hanya dalam lingkungan
sekolah saja, tetapi juga di kehidupan sehari-hari warga sekolah di kehidupan
sosial bermasyarakat. Pendidikan toleransi yang ada di SMAN 1 Pemenang secara
umum mencerminkan kondisi pendidikaan toleransi di sekolah yang ada di
Kecamatan Pemenang khususnya untuk sekolah-sekolah umum yang tidak mencerminkan
Agama di dalam lembaga pendidikannya.
Kepala sekolah di SMAN 1
Pemenang sudah melaksanakan kepemimpinannya dengan baik, meskipun belum
semuanya berjalan secara maksimal. Kepala sekolah menggunakan perannya sebagai
leader dengan baik, dimana beliau mampu memberikan bimbingan, arahan, instruksi
sesuai dengan bidangnya masing-masing dan memberikan kesempatan mempercayai
tenaga pendidik dalam menjalankan tupoksinya masingmasing. Sebagai kepala
sekolah beliau menggunakan perannya sebagai supervisor cukup efektif, beliau
melihat, memantau dan mengavaluasi setiap proses pelaksanaan kerukunan karena
di sekolah siswa bergaul tidak dengan satu teman saja, tapi banyak teman.
Masing-masing siswa berasal dari daerah yang berbeda, suku yang berbeda, dan
kelompok Agama yang berbeda. Sikap toleransi penting diterapkan untuk
meningatkan rasa persaudaraan sehingga dapat menghindarkan perpecahan.
Diharapkan pihak sekolah
tetap mempertahankan program beragama yang sudah ada serta bersama-sama warga
sekolah selalu meningkatkan kegiatan budaya kerukunan. Membangun sikap
toleransi beragama merupakan suatu tantangan bagi sekolah dalam menjaga
ketentraman dan kedamaian dilingkungan sekolah. Sikap toleransi beragama
merupakan wadah dalam melakukan interaksi antar berbeda Agama, maka dari itu
peran sekolah khususnya pimpinan sekolah dan para lebih jeli lagi dalam
memantau situasi dan kondisi yang ada lingkungan sekolah.
BIBLIOGRAFI
Ajmain, A., &
Marzuki, M. (2019). Peran Guru Dan Kepala Sekolah Dalam Pendidikan Karakter
Siswa Di Sma Negeri 3 Yogyakarta. Socia: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, 16(1),
109�123.Goole Scholar
Anwar, S. (2015).
Strategi Pendidikan Agama Islam Dalam Mewujudkan Lingkungan Sekolah Yang
Religius Di Sman 3 Bandung. Edukasi: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Dan
Keagamaan. Goole Scholar
Arliman, L. (2018).
Memperkuat Kearifan Lokal Untuk Menangkal Intoleransi Umat Beragama Di
Indonesia. Ensiklopedia Of Journal, 1(1), 85�90. Goole Scholar
Hadi, S., & Bayu, Y.
(2021). Membangun Kerukunan Umat Beragama Melalui Model Pembelajaran Pai
Berbasis Kearifan Lokal Pada Penguruan Tinggi. Tarbiyah Wa Ta�lim: Jurnal
Penelitian Pendidikan Dan Pembelajaran, 23�36. Goole Scholar
Harjianto, H., Mukaromah,
I. D., & Permana, B. I. (2020). Kehidupan Masyarakat Multi Agama Desa
Bulurejo Purwoharjo Banyuwangi Dalam Membangun Kerukunan Hidup Antar Umat
Beragama. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(1),
168�173. Goole Scholar
Harun, H. (2019). Strategi
Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Pendidikan Berbasis Multikultural
Di Smk Negeri 3 Seluma. Iain Bengkulu.
Goole Scholar
Janah, N. (2016).
Merumuskan Kembali Teologi Hubungan Lintas Agama Di Tengah Pengalaman
Kemajemukan (Sebuah Pendekatan Terhadap Ayat Makkiyyah Dan Madaniyyah). Jurnal
Tarbiyatuna, 7(1), 119�143.
Goole Scholar
Marhaeni, S. S. (2017).
Hubungan Pancasila Dan Agama Islam Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jppkn
(Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan), 2(1). Goole Scholar
Mukhtar, M. (2015).
Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pada Smp Negeri Di
Kecamatan Masjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Administrasi Pendidikan
Program Pascasarjana Unsyiah, 3(3), 93917. Goole Scholar
Nopitasari, W. (2020). Strategi
Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Penanaman Nilai-Nilai Pluralisme Agama Pada
Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 11 Kota Bengkulu. Iain Bengkulu. Goole Scholar
Prabowo, T. R. Y. S.
(2019). Pengaruh Kepemimpinan Seorang Perwira Dalam Mengoptimalkan Fungsi
Alat Keselamatan Kerja Di Mv. Glovis Desire. Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang. Goole Scholar
Sidiq, U., Choiri, M.,
& Mujahidin, A. (2019). Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan. Journal
Of Chemical Information And Modeling, 53(9), 1�228. Goole Scholar
Sirojuddin, A.,
Aprilianto, A., & Zahari, N. E. (2021). Peran Kepala Sekolah Sebagai
Supervisor Pendidikan Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru. Chalim
Journal Of Teaching And Learning (Cjotl), 1(2), 159�168. Goole Scholar
Tiyan, A. S. (2017).
Pemikiran Nurcholish Madjid Tentang Dakwah Inklusif. Al-Qolam: Jurnal Dakwah
Dan Pemberdayaan Masyarakat, 1(1), 27�57. Goole Scholar
Ungirwalu, S. M. (2013).
Pengaruh Kepemimpinan Kepala Kampung Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam
Pembangunan (Studi Di Kampung Wasur Distrik Merauke). Jurnal Ilmu
Administrasi Dan Sosial �Societas�, Issn. Goole Scholar
Wandasari, Y. (2017).
Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (Gls) Sebagai Pembentuk Pendidikan
Berkarakter. Jmksp (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, Dan Supervisi
Pendidikan), 2(2), 325�342.
Goole Scholar
Copyright holder: Iwan Suyadi (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |