Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 12, Desember 2022

 

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBUDAYAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI SMA NEGERI 1 PEMENANG KABUPATEN LOMBOK UTARA

 

Iwan Suyadi

Fakultas Manajemen Pendidikan Islam, Universitas Islam Negeri Mataram, Indonesia

E-mail: [email protected]

 

ABSTRAK

Tesis ini membahas kepemimpinan kepala sekolah dalam pembudayaan kerukunan umat beragama di SMAN 1 Pemenang. Tujuan penelitian, untuk mengetahui tipologi kepemimpinan kepala sekolah dalam pembudayaan umat beragama di SMA Negeri 1 Pemenang, Untuk mengetahui bentuk dan strategi pembudayaan umat beragam bagi siswa SMA Negeri 1 Pemenang, untuk mengetahui budaya kerukunan beragama siswa SMAN 1 Pemenang. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Adapun pengumpulan data yang dilakukan melalui tehnik observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah SMAN 1 Pemenang sampai saat ini rata-rata masih mempertahankan tardisi kerukunan, strategi yang ditempuh kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas budaya kerukunan yaitu menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif, mendorong semangat pendidik agar terus meningkatkan budaya kerukunan. Implikasi penelitian ini adalah kepada kepala sekolah agar senantiasa berusaha meningkatkan strategi kepemimpinan, memperbaiki manajemen strategi untuk terus meningkatkan kualitas pendidik agar pendidik menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya dalam proses pembelajaran, sehingga dapat tercapai budaya kerukunan yang selalu menjaga keharmonisan antar umat beragama di SMAN 1 Pemenang.

 

Kata Kunci: Kepemimpinan; Kepala Sekolah; Kerukunan Umat Beragama.

 

Abstract

This thesis discusses the leadership of the principal in cultivating religious harmony at SMAN 1 Pemenang. The purpose of the study was to find out the typology of the principal's leadership in civilizing religious communities at SMA Negeri 1 Pemenang, to find out the forms and strategies of civilizing diverse communities for students at SMA Negeri 1 Pemenang, to find out the culture of religious harmony for SMAN 1 Pemenang students. The research method used in this research is to use a qualitative approach with the type of case study research. The data collection was carried out through observation, interviews and documentation techniques. The results showed that the principal of SMAN 1 Pemenang until now on average still maintains the harmony tradition, the strategy adopted by the principal in improving the quality of the culture of harmony is creating conducive situations and conditions, encouraging the spirit of educators to continue to improve the culture of harmony. The implication of this research is for school principals to always try to improve leadership strategies, improve strategic management to continue to improve the quality of educators so that educators carry out their duties as well as possible in the learning process, so that a culture of harmony can be achieved that always maintains harmony between religious communities at SMAN 1 Pemenang.

 

Keywords: Leadership, Principal, Religious Harmony

 

Pendahuluan

Suatu kenyataan sosiologis bahwa bangsa Indonesia terdiri dari masyarakat multikultural yang harus dijunjung tinggi, dihormati, dan terus dipertahankan. Justru karena adanya pengakuan atas beragama inilah bangsa Indonesia terbentuk (Harjianto et al., 2020). Salah satu bentuk beragama yang terdapat di Indonesia adalah persoalan Agama. Indonesia bukan negara sekuler, bukan pula negara Agama, akan tetapi pengakuan terhadap Agama oleh negara hanya meliputi enam Agama saja, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu (Marhaeni, 2017). Apabila dilihat dari sisi jaminan kebebasan beragama yang ada dalam konstitusi, sesungguhnya apa yang ditentukan oleh negara ini bertentangan, karena negara justru memberikan pembatasan dengan menentukan jumlah tertentu dari Agama yang boleh dipeluk, dengan kata lain Agama selain yang ditentukan itu tak boleh hidup di Indonesia (Arliman, 2018).

Upaya mengikis eksklusivisme negatif di masyarakat merupakan tuntutan yang mendesak. Dalam masyarakat yang plural, diperlukan pemikiran dan sikap inklusif yang berpandangan bahwa diluar Agama yang dianutnya juga terdapat kebenaran, meskipun tidak seutuh dan sesempurna Agama yang dianutnya (Tiyan, 2017). Pandangan seperti ini perlu ditumbuhkan dalam masyarakat, dan bila ditinjau dari kebenaran ajaran masing-masing, pandangan inklusivisme tidaklah bertentangan karena seseorang masih tetap meyakini bahwa Agamanyalah yang paling baik dan benar (Janah, 2016). Namun, dalam waktu yang sama mereka memiliki sikap toleran dan persahabatan degan pemeluk Agama lain. Guna mewujudkan pandangan inklusif dalam masyarakat diperlukan kerja keras dengan melibatkan banyak faktor baik politik, ekonomi, sosial maupun budaya (Hadi & Bayu, 2021). Upaya ini dapat terwujud apabila dilandasi oleh niat yang tulus. Berkaitan dengan ini pemikiran Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tentang pandangan hidup beragama yang inkluisif dan toleran dapat dicermati; dia adalah tokoh intelektual muslim Indonseia yang secara giat menyuarakan seruan hidup berdampingan secara damai dalam sosial umat beragama di Indonseia.

Secara spesifik jika dikaitkan dengan dunia pendidik tentu tidak terlepas dari pentingnya sebuah toleransi karena dalam pendidikan yang formal tentu yang menjadi siswa tidak dari kalangan satu Agama tetapi berbeda-beda Agama, budaya, suku dan ras. Karena itu kepala sekolah sebgai pimpinan mempunyai peran penting, karena peran yang dikemukakan (Sirojuddin et al., 2021) �sebagai komunikator sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dan pengembanngan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, dan sebagai orang yang menguasai bahan yang diajarkan.Sebagaimana yang termuat dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, yaitu: �Mendidik siswa agar menjadi manusia berkebudayaan dan berperadaban. Dengan demikian, sudah saatnya dunia pendidikan mengarahkan perhatiannya kepada realitas kebudayaan yang beragam dan pemikiran terhadap perkembangan hidup kemanusiaan secara universal�. Adapun kepala sekolah memiliki tempat tersendiri dalam menumbuhkan sikap kerukunan antar umat beragama siswa karena kepala sekolah dan guru-guru inilah yang menjadi mediator untuk menterjemahkan nilai-nilai toleransi kepada siswa sehingga mereka dapat berperan aktif dalam mentransformasikan kesadaran toleransi secara lebih intensif dan massif (Nopitasari, 2020).

SMA Negeri 1 Pemenang dalam menjaga kerukunan terhadap siswa-siswi kepala sekolah berusaha memberikan pengertian tentang pentingnya menjaga toleransi agar tidak ada pertengkaran tentang perbedaan yang mengakibatkan budaya kerukunan antar Agama tidak menjadi harmonis, disamping itu guru-guru juga memberikan contoh kepada siswa-siswi dan selalu mengingatkan di setiap pelajran sedang berlngsung maupun di acara-acara beragama agar selalu menjaga budaya toleransi. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik dan perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang �Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pembudayaa Kerukunan Umat Beragama di SMA Negeri 1 Pemenang�.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tipologi kepemimpinan kepala sekolah dalam pembudayaan beragama di sma negeri 1 pemenang, untuk mengetahui bentuk dan strategi pembudayaan beragama bagi siswa sma negeri 1 pemenang, untuk mengetahui budaya kerukunan beragama siswa sman 1 pemenang

 

Metode Penelitian

Jenis penelitian merupakan studi kasus, yaitu untuk memahami fenomena yang ada pada subjek penelitian, antara lain yang berkaitan dengan perilaku, motivasi maupun persepsi dalam bentuk kata-kata untuk mendapatkan data hasil penelitian. Pendekatan penelitian adalah menggunakan pendekatan kualitatif, dimana pendekatan kualitatif yaitu suatu kegiatan penelitian untuk mengemukakan keadaan atau kondisi dilapangan . Penelitian kualitatif merupakan suatu bentuk penelitian yang dilakukan secara alami sesuai dengan fenomena yang terjadi dilapangan. Selain itu, penelitian kualitatif mampu menghasilkan data baik secara tertulis maupun secara lisan langsung dari informan serta perilaku yang dapat diamati pada lokasi penelitian (Sidiq et al., 2019).

 

Hasil dan Pembahasan

A.    Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pembudayaan Kerukunan Umat Beragama Di Sma Negeri 1 Pemenang

�Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dengan rasa bersemangat demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan. Kepemimpinan adalah faktor manusia yang mengikat suatu kelompok secara bersama- sama dan mendorong mereka ke suatu tujuan� (Ungirwalu, 2013). Atas dasar itu dapatlah kiranya disusun definisi kepemimpinan yang mudah di pahami yaitu rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu, agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Prabowo, 2019).

Kepala sekolah yang baik adalah kepala sekolah yang berkualitas. Kualitas yang tersebut adalah yang mampu membawa dan meningkatkan semua potensi yang ada, serta kepala sekolah yang benarbenar memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman yang cukup dan dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi di sekolah dengan baik (Mukhtar, 2015). Kepala sekolah yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang ada dilembaga tersebut benar-benar berfungsi dengan baik.

Dari hasil temuan menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar dalam membuat lingkungan sekolah menjadi lingkungan yang toleransi agar dapat menjalankan aktifitas belajar yang kondusif dan jauh dari perpecahan antar Agama di dalam lingkungan sekolah (Wandasari, 2017).

B.     Bentuk Dan Strategi Pembudayaan Kerukunan Uamat Beragama Bagi Siswa Sma Negeri 1 Pemenang

Potret beragama di SMAN 1 Pemenang memiliki pondasi yang kuat untuk memberikan pendidikan toleransi beragama sesuai dengan di SMAN 1 Pemenang. Semua warga sekolah bekerjasama menjalankan pendidikan tanpa melihat perbedaan Agama, ras, dan budaya. Menciptakan suasana damai dan harmonis dengan saling menghormati dan menghargai satu sama lain antar warga sekolah sehingga pendidikan dapat berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan yang ada di SMAN 1 Pemenang yang dicanangkan oleh pemerintah melalui program pendidikan Nasional (Anwar, 2015).

Kepala Sekolah yang baik adalah mereka yang mampu memberikan ruang kepada guru-guru menjalankan tugasnya sebagai pendidik untuk mampu membina, mengarahkan siswa ke arah yang lebih baik (Ajmain & Marzuki, 2019). Kepala sekolah hendaknya dapat menciptakan suasana kebebasan berfikir dan pertukaran gagasan yang sehat dan bebas, sehingga para guru-guru dan tenaga kependidikan merasa senang mendiskusikan masalah atau persoalan yang menjadi kepentingan sekolah.

Strategi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam pembinaan budaya kerukunan di SMA Negeri 1 Pemenang dalam hal ini perspektif manajemen yang sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian terhadap program yang dijalankan. Strategi kepala sekolah dalam membina budaya kerukunan di SMA Negeri 1 Pemenang berdasarkan pengamatan peneliti mengemukakan bahwa terdapat pembinaan budaya kerukunan di SMA Negeri 1 Pemenang hal tersebut dibuktikan dengan adanya kegiatan-kegiatan yang meliputi: salat duhur secara berjamaah, salat duha, dan Agama lain diberikan ruang tersendiri untuk melakukan kegiatan beragama sebelum memulai proses belajar mengajar.

Dalam membina kerukunan antar siswa kepala sekolah memberikan hak dan kewajiban menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan dan Agama masing dan memberikan ruang sebebaskan kepada semua siswa yang ada di SMAN 1 Pemenang. Menghormati Agama orang lain berarti kita tidak memaksa, menganggu bahkan mencemooh peribadatan Agama lain, tetapi memberikan kesempatan yang sama untuk beribadah sesuai dengan ajaran Agama yang dianutnya.

C.    Kerukunan Beragama Siswa Sman 1 Pemenang

Faktor Pendukung Pendidikan Toleransi Beragama di SMAN 1 Pemenang, Setiap kegiatan pasti mempunyai faktor pendukung yang dapat menjadi kekuatan pada waktu pelaksanaannya. Begitu juga pendidikan toleransi Agama di SMAN 1 Pemenang yang mempunyai beberapa faktor pendukung untuk pelaksanaannya. Faktor pendukung yang utama dalam pendidikan toleransi adalah beragama Agama yang dimiliki oleh warga sekolah SMAN 1 Pemenang. Dari beragama di atas menghasilkan perbedaan-perbedaan yang ada di SMAN 1 Pemenang, akan tetapi agar tidak terjadi konflik antar pemeluk Agama di SMAN 1 Pemenang. SMAN 1 Pemenang memiliki kebijakan di dalam memberikan kurikulum untuk peserta didik. Kurikulum yang diberikan di SMAN 1 Pemenang yaitu pendidikan Agama. Dengan adanya pendidikan Agama di SMAN 1 Pemenang peserta didik memiliki sikap toleransi antar umat beragama berlandaskan Agama yang dianutnya.

Dari temuan dapat diketahu bahwa faktor pendukung untuk memberikan pendidikan toleransi Agama di SMAN 1 Pemenang yaitu kerAgamaan yang ada di SMAN 1 Pemenang khususnya beragama Agama yang ada di SMAN 1 Pemenang. Kebebasan beragama yang diberikan oleh sekolah kepada warga sekolah khususnya peserta didik menjadi faktor pendukung karena siswa-siswi dapat beribadah sesuai Agama yang dianutnya tanpa ada paksaan atau intimidasi dari kaum mayoritas, kaum minoritas dapat beribadah dengan rasa aman dan nyaman. Kebijakan pendidikan Agama yaitu memberikan hak pembelajaran Agama untuk semua peserta didik sesuai dengan Agama yang dianutnya. Meskipun fasilitas yang disediakan masih untuk peserta didik dengan mayoritas pemeluk Agama. Sikap dan hubungan yang dimiliki warga sekolah khususnya peserta didik juga menjadi faktor pendukung keberhasilan pendidikan toleransi beragama di SMAN 1 Pemenang. Kerukunan yang diciptakan warga sekolah, khususnya pertemanan yang terjalin diantara peserta didik tanpa melihat perbedaan Agama, ras, dan budaya, tetapi tidak melupakan ajaran-ajaran Agama yang dianutnya. Peran guru dalam memberikan pembelajaran pendidikan toleransi juga menjadi salah satu faktor pendukung pendidikan toleransi. Guru memberikan perhatian kepada siswa-siswi agar dapat memahami pembelajaran dengan baik. Selain itu guru juga memberikan contoh secara langsung pendidikan toleransi Agama, agar pendidikan toleransi beragama dapat diamalkan oleh siswa-siswi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu tujuan dari pendidikan toleransi beragama di SMAN 1 Pemenang dapat tercapai.

Faktor Penghambat Pendidikan Toleransi beragama di SMAN 1 Pemenang, di dalam memberikan pendidikan toleransi di SMAN 1 Pemenang selain memiliki faktor pendukung juga faktor penghambat dalam pelaksanaannya. Faktor penghambat yang ditemukan di SMAN 1 Pemenang dalam memberikan pendidikan toleransi yaitu peserta didik atau siswanya.

Dari pemaparan data di atas dapat diketahui bahwa faktor penghambat pendidikan toleransi beragama di SMAN 1 Pemenang yaitu bebarapa peserta didik yang belum memiliki minat belajar kurikulum Agama. Beberapa siswa ini dapat menjadi penghambat bagi pendidikan toleransi karena dapat mempengaruhi siswa-siswi yang lain yang mengikuti pembelajaran Agama. Sikap beberapa siswa ini juga dapat menimbulkan permasalahan di antara warga sekolah khususnya peserta didik.�

Kurangnya inisiatif siswa non muslim untuk menyampaikan pendapat dan sarannya untuk perbaikan fasilitas beragama yang diterima oleh siswa non muslim. Siswa-siswi non muslim kurang memberikan perhatian di dalam bidang beragama yang ada di sekolah. Siswa-siswi non muslim sebagai kaum minoritas lebih banyak mengikuti kurikulum dan ekstrakurikuler yang bersifat umum yang tidak mengandung unsur beragama (Harun, 2019). Siswa-siswi lebih memilih mengikuti beragama pada saat berada di luar sekolah.

 

Kesimpulan

Sikap toleransi yang ada di SMAN 1 Pemenang diterapkan oleh warga sekolah tidak hanya dalam lingkungan sekolah saja, tetapi juga di kehidupan sehari-hari warga sekolah di kehidupan sosial bermasyarakat. Pendidikan toleransi yang ada di SMAN 1 Pemenang secara umum mencerminkan kondisi pendidikaan toleransi di sekolah yang ada di Kecamatan Pemenang khususnya untuk sekolah-sekolah umum yang tidak mencerminkan Agama di dalam lembaga pendidikannya.

Kepala sekolah di SMAN 1 Pemenang sudah melaksanakan kepemimpinannya dengan baik, meskipun belum semuanya berjalan secara maksimal. Kepala sekolah menggunakan perannya sebagai leader dengan baik, dimana beliau mampu memberikan bimbingan, arahan, instruksi sesuai dengan bidangnya masing-masing dan memberikan kesempatan mempercayai tenaga pendidik dalam menjalankan tupoksinya masingmasing. Sebagai kepala sekolah beliau menggunakan perannya sebagai supervisor cukup efektif, beliau melihat, memantau dan mengavaluasi setiap proses pelaksanaan kerukunan karena di sekolah siswa bergaul tidak dengan satu teman saja, tapi banyak teman. Masing-masing siswa berasal dari daerah yang berbeda, suku yang berbeda, dan kelompok Agama yang berbeda. Sikap toleransi penting diterapkan untuk meningatkan rasa persaudaraan sehingga dapat menghindarkan perpecahan.

Diharapkan pihak sekolah tetap mempertahankan program beragama yang sudah ada serta bersama-sama warga sekolah selalu meningkatkan kegiatan budaya kerukunan. Membangun sikap toleransi beragama merupakan suatu tantangan bagi sekolah dalam menjaga ketentraman dan kedamaian dilingkungan sekolah. Sikap toleransi beragama merupakan wadah dalam melakukan interaksi antar berbeda Agama, maka dari itu peran sekolah khususnya pimpinan sekolah dan para lebih jeli lagi dalam memantau situasi dan kondisi yang ada lingkungan sekolah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Ajmain, A., & Marzuki, M. (2019). Peran Guru Dan Kepala Sekolah Dalam Pendidikan Karakter Siswa Di Sma Negeri 3 Yogyakarta. Socia: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, 16(1), 109�123.Goole Scholar

 

Anwar, S. (2015). Strategi Pendidikan Agama Islam Dalam Mewujudkan Lingkungan Sekolah Yang Religius Di Sman 3 Bandung. Edukasi: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Dan Keagamaan. Goole Scholar

 

Arliman, L. (2018). Memperkuat Kearifan Lokal Untuk Menangkal Intoleransi Umat Beragama Di Indonesia. Ensiklopedia Of Journal, 1(1), 85�90. Goole Scholar

 

Hadi, S., & Bayu, Y. (2021). Membangun Kerukunan Umat Beragama Melalui Model Pembelajaran Pai Berbasis Kearifan Lokal Pada Penguruan Tinggi. Tarbiyah Wa Ta�lim: Jurnal Penelitian Pendidikan Dan Pembelajaran, 23�36. Goole Scholar

 

Harjianto, H., Mukaromah, I. D., & Permana, B. I. (2020). Kehidupan Masyarakat Multi Agama Desa Bulurejo Purwoharjo Banyuwangi Dalam Membangun Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(1), 168�173. Goole Scholar

 

Harun, H. (2019). Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Pendidikan Berbasis Multikultural Di Smk Negeri 3 Seluma. Iain Bengkulu. Goole Scholar

 

Janah, N. (2016). Merumuskan Kembali Teologi Hubungan Lintas Agama Di Tengah Pengalaman Kemajemukan (Sebuah Pendekatan Terhadap Ayat Makkiyyah Dan Madaniyyah). Jurnal Tarbiyatuna, 7(1), 119�143. Goole Scholar

 

Marhaeni, S. S. (2017). Hubungan Pancasila Dan Agama Islam Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jppkn (Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan), 2(1). Goole Scholar

 

Mukhtar, M. (2015). Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pada Smp Negeri Di Kecamatan Masjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Unsyiah, 3(3), 93917. Goole Scholar

 

Nopitasari, W. (2020). Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Penanaman Nilai-Nilai Pluralisme Agama Pada Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 11 Kota Bengkulu. Iain Bengkulu. Goole Scholar

 

Prabowo, T. R. Y. S. (2019). Pengaruh Kepemimpinan Seorang Perwira Dalam Mengoptimalkan Fungsi Alat Keselamatan Kerja Di Mv. Glovis Desire. Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang. Goole Scholar

 

Sidiq, U., Choiri, M., & Mujahidin, A. (2019). Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan. Journal Of Chemical Information And Modeling, 53(9), 1�228. Goole Scholar

 

Sirojuddin, A., Aprilianto, A., & Zahari, N. E. (2021). Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pendidikan Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru. Chalim Journal Of Teaching And Learning (Cjotl), 1(2), 159�168. Goole Scholar

 

Tiyan, A. S. (2017). Pemikiran Nurcholish Madjid Tentang Dakwah Inklusif. Al-Qolam: Jurnal Dakwah Dan Pemberdayaan Masyarakat, 1(1), 27�57. Goole Scholar

 

Ungirwalu, S. M. (2013). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Kampung Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan (Studi Di Kampung Wasur Distrik Merauke). Jurnal Ilmu Administrasi Dan Sosial �Societas�, Issn. Goole Scholar

 

Wandasari, Y. (2017). Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (Gls) Sebagai Pembentuk Pendidikan Berkarakter. Jmksp (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, Dan Supervisi Pendidikan), 2(2), 325�342. Goole Scholar

 

Copyright holder:

Iwan Suyadi (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: