Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
8, No. 1, Januari
2023
PROFIL
MIKROBA PATOGEN DAN UJI KEPEKAAN ANTIBIOTIK DARI KASUS ULKUS KAKI DIABETIK YANG
DI RAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2019 HINGGA
31 DESEMBER 2021
Riani
Inabah, Dadan Gardea, Niken Puspa Kuspriyanti
Fakultas
Kedokteran Universitas Pasundan, Indonesia
Email:
[email protected]
ABSTRAK
Ulkus kaki diabetik adalah komplikasi dari diabetes melitus yang banyak
ditemukan di Indonesia. Faktor penting dalam insiden ulkus kaki diabetik adalah
infeksi bakteri. Dengan penelitian ini, peneliti berharap dapat mengetahui
profil mikroba patogen dan uji kepekaan terhadap pemberian obat anti-bakteri
kepada pasien kaki diabetik dengan ulkus di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota
Bandung periode 1 Januari 2019 hingga 31 Desember 2021. Pengamatan dilakukan
dengan menggunakan metode deskriptif retrospektif dengan mengolah 62 data rekam
medis pasien. Bakteri terbanyak yang ditemukan berdasarkan hasil kultur pasien
ulkus diabetikum dalam penelitian ini yaitu Enterococcus faecalis ditemukan
sebanyak 15 isolat bakteri (24%), Staphylococcus aureus ditemukan sebanyak 6
isolat bakteri (10%) dan Klebsiella pneumoniae ssp pneumoniae ditemukan
sebanyak 5 isolat (8%).� Berdasarkan uji
kepekaan terhadap antibiotik Enterococcus faecalis memiliki sensitivitas tinggi
terhadap penggunaan amoxicillin (87%), amoxicillin-clavulanate (87%) dan
ciprofloxacin (87%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh International Working Group on the Diabetic Foot (IWGDF) bahwa
kejadian ulkus kaki diabetik dipengaruhi oleh kejadian infeksi akibat mikroba
komensal yang kemudian menjadi patogen, seperti 2 mikroba terbanyak yang
ditemukan dalam penelitian ini yaitu Enterococcus faecalis dan Staphylococcus
aureus dimana keduanya merupakan mikroba residen yang terdapat pada tubuh
manusia.
Kata
Kunci:
Ulkus Diabetik; Ulkus Kaki Diabetik; Pola Bakteri; Tes Sensitivitas; Antibiotik.
Abstract
Diabetic foot
ulcers are complications of diabetes mellitus that is commonly found in
Indonesia. An important factor in diabetic foot ulcers is bacterial invasion.
In this research, researchers hope to find out the profile of pathogenic
microbes and the sensitivity test to antibiotic administration in patients with
diabetic foot ulcers at the Bandung Regional General Hospital (RSUD) for the
period January 1 2019 to December 31 2021. This study used a retrospective
descriptive method, finally getting 62 patients� medical record data. The
bacteria found on the culture of diabetic ulcer patients in this study are
Enterococcus faecalis found in 15 bacterial isolates (24%), Staphylococcus
aureus found in 6 bacterial isolates (10%), and Klebsiella pneumonia ssp
pneumonia found in 5 isolates (8%). Based on the sensitivity test to
antibiotics Enterococcus faecalis has a high sensitivity to the use of
amoxicillin (87%), amoxicillin-clavulanate (87%), and ciprofloxacin (87%).
These results align with the previous theory mentioned by the International
Working Group on the Diabetic Foot (IWGDF) that the incidence of diabetic foot
ulcers is influenced by the incidence of infection due to commensal microbes which
then become pathogens, such as the 2 most common microbes found in this study,
Enterococcus faecalis and Staphylococcus aureus, both of which are resident
microbes found in the human body.
Keywords: Diabetic Ulcer;
Diabetic Foot Ulce; Bacterial Pattern; Sensitivity Test; Antibiotic.
Pendahuluan
Diabetes melitus
merupakan sekelompok gejala yang mengacu pada kejadian metabolisme yang
abnormal, hal ini ditunjukkan dengan kadar gula yang tinggi dalam darah atau
hiperglikemia (Maharani et al., 2022). Pada tahun 2021,
International Diabetes Federation (IDF) menaksirkan bahwa prevalensi kejadian
diabetes secara global mencapai 537 juta kasus pada usia 20-79 tahun. Indonesia
menempati posisi ke 5 dari 10 negeri dengan kejadian diabetes yang tinggi,
yaitu sekitar 19,5 juta kasus (Thambas et al., 2021).
Komplikasi terhadap organ
lain dapat muncul akibat dari diabetes yang tidak terkontrol (Khairani, 2019). Komplikasi
terbagi menjadi komplikasi melibatkan pembuluh darah (vaskular) dan tidak
melibatkan pembuluh darah (non-vaskular). Komplikasi vaskular terdiri dari
mikrovaskular meliputi penyakit mata, neuropati, dan nefropati serta komplikasi
makrovaskular yang berupa penyakit arteri koroner, penyakit vaskular perifer,
dan permasalahan cerebrovaskular. Permasalahan non-vaskular terdiri dari
infeksi, perubahan kulit, dan kehilangan pendengaran (Maharani et al., 2022). Pusat Data dan
Informasi Kesehatan Republik Indonesia menjelaskan bahwa diabetik neuropati
dengan manifestasi ulkus kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes
melitus dengan jumlah kasus yang banyak di Indonesia (Khairani, 2019); (Yusuf, 2022) Kejadian ulkus
kaki diabetik diawali dengan gejala perubahan elastisitas kulit, perubahan
tulang yang lebih menonjol, dan munculnya rasa kesemutan di sekitar kaki (Maharani et al., 2022); (Hulfah et al., 2021) Terjadinya
degradasi kulit dan tingginya kadar glukosa dalam darah akan membuat bakteri
bertumbuh dengan baik dan kemudian menyebabkan infeksi (Hulfah et al., 2021); (Radzieta et al., 2021).
Angka komplikasi ulkus
diabetik saat ini di Indonesia yaitu 15% dari total penderita diabetes mellitus
dengan komplikasi, sebanyak 30% pasien diamputasi, sedangkan kematian pada
pasien diabetik dengan permasalahan ulkus kaki diabetik mencapai 32% dan
sebanyak 80% pasien diabetik melakukan pengobatan di pelayanan Kesehatan (Kalan et al., 2019);(Nurhanifah, 2017).
IWGDF menyebutkan bahwa
kejadian ulkus kaki diabetik akibat�
infeksi dari mikroba komensal yang kemudian menjadi pathogen (Schaper et al., 2020). Sutjahjo dalam
penelitianya menyebutkan bahwa, bakteri yang berperan dalam kejadian ulkus kaki
diabetik terbanyak meliputi Pseudomonas sp. (20,3%), Streptococcus (15,25%),
Klebsiella sp. (13,9%), Eschericia coli (12,6%), Proteus sp (12,6%), dan
Staphylococcus sp. (11,3%) (A, 2016). Perjalanan
penyakit ulkus kaki diabetik secara umum disebabkan oleh 3 faktor penyebab
(iskemik, neuropati dan infeksi). Hiperglikemia terjadi pada pasien diabetes
yang tidak pernah atau jarang melakukan pemeriksaan, kemudian terjadi kelainan
pada arteri dan neuropati yang menyebabkan berkurangnya sensasi nyeri pada saat
terjadi trauma (Kartika, 2017);(Putri et al., 2017);(Wertiningtyas, 2020).
Berdasarkan penelitian
Sari dkk, upaya penanganan infeksi akibat bakteri pada pasien ulkus kaki
diabetik dapat dilakukan dengan memberikan antibiotik yang sesuai. Jenis
antibiotik empiris seperti antibiotik golongan sephalosporin, siprofloksasin
dan seftriakson yang diberikan kepada pasien ulkus kaki diabetik dapat
menyebabkan terjadinya resistensi bakteri (Jnana et al., 2020);(Sari et al., 2018) Pengobatan pada
pasien ulkus kaki diabetik harus dilakukan secara adekuat dengan mengenali
kuman yang menjadi penyebab infeksi, guna mengurangi Length of Stay (LOS),
menurunkan morbiditas dan mortalitas serta menurunkan beban ekonomi yang harus
ditanggung oleh pasien dan pemerintah. Di Indonesia biaya pengobatan pasien
kaki diabetik berkisar antara Rp. 1.300.000,00 - Rp. 1.600.000,00 perbulan dan
Rp. 43.500.000 pertahun untuk pengobatan seorang penderita.8,9 Besarnya
permasalahan yang terjadi pada penderita diabetes disertai komplikasi ulkus
kaki diabetik membuat peneliti tertarik untuk mengemukakan profil mikroba
patogen pada penderita kaki diabetik�
dengan ulkus menggunakan antibiotik terpilih.�
Metode Penelitian
�������� Pengamatan
non-eksperimental yang bersifat deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan
pendekatan retrospektif menggunakan data rekam medis pasien, dengan tujuan
untuk mengetahui gambaran profil mikroba patogen dan uji kepekaan terhadap
antibiotik pada pasien ulkus kaki diabetik di RSUD Kota Bandung Periode 1
Januari 2019 hingga 31 Desember 2021. Sampel yang digunakan merupakan seluruh
penderita diabetik melitus dengan permasalahan ulkus kaki diabetik yang
memenuhi kriteria serta tercatat dalam rekam medis RSUD Kota Bandung periode 1
Januari 2019 hingga 31 Desember 2021.
Hasil dan Pembahasan
Dalam
Periode 1 Januari 2019 � 31 Desember 2021, terdapat 104 data hasil kultur
bakteri pada pasien, kemudian dilakukan penilaian berdasarkan kriteria inklusi
yang telah ditentukan yaitu pasien ulkus kaki diabetik� dengan derajat infeksi ulkus diabetik �derajat 2, 3, dan 4 berdasarkan klasifikasi
Wagner-Meggit dan pada rekam mediknya memiliki identitas lengkap, serta
memiliki hasil uji kultur dan uji kepekaan antibiotik pada mikroba patogen
penyebab infeksi yang didapatkan melalui tindakan operasi. Kemudian didapatkan
data akhir yang sesuai sebanyak 62 data. Dari data akhir yang diolah dalam
penelitian ini terdapat 22 penderita dengan jenis kelamin pria dan 40 penderita
dengan jenis kelamin wanita. (Tabel I).
Tabel I.
Persebaran Berdasarkan Gender
Gender |
Jumlah (N) |
Persentase (%) |
Pria |
22 |
35% |
Wanita |
40 |
65% |
Jumlah |
62 |
100% |
Pada penelitian yang telah dilakukan
ditemukan 62 isolat bakteri dengan 19 spesies bakteri. Enterococcus faecalis
merupakan isolat terbanyak yang ditemukan yaitu sebanyak 15 isolat (24%) dari
total temuan bakteri. Bakteri dengan temuan terbanyak berikutnya adalah isolat
bakteri Staphylococcus aureus yaitu sebanyak 6 isolat atau sekitar 10%
dan bakteri ketiga terbanyak yaitu Klebsiella pneumoniae ssp pneumoniae sebanyak
5 isolat (8%). Berikut tabel persebaran dan persentase temuan bakteri dalam
penelitian yang telah dilakukan (Tabel II dan III).
Tabel 2
Persentase Temuan
Bakteri
Pengobatan pasien ulkus
kaki diabetik akibat dari infeksi bakteri dilakukan pengobatan dengan pemberian
antibiotik, variasi dalam penggunaan antibiotik yang akan dipilih harus
mempertimbangkan macam bakteri yang menyebabkan infeksi, hal ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya kegagalan terapi, dan resistensi antibiotik. (Tabel
IV & V)
Tabel IV. Sensitivitas
Penggunaan Antibiotik Terhadap Bakteri dari Hasil Kultur Pasien Ulkus Kaki
Diabetik di RSUD Kota Bandung Periode 1 Januari 2019 � 31 Desember 2021. Tabel
ini menunjukkan tingginya sensitivitas penggunaan antibiotik jenis amoxicillin,
amoxicillin-clavulanate dan ciprofloxacin pada infeksi akibat mikroba
Enterococcus faecalis.
Tabel V. Tabel Lanjutan
Sensitivitas Penggunaan Antibiotik Terhadap Bakteri dari Hasil Kultur Pasien
Ulkus Kaki Diabetik di RSUD Kota Bandung Periode 1 Januari 2019 � 31 Desember
2021. Tabel ini menunjukkan tingginya sensitivitas penggunaan antibiotik jenis
imipenem, levofloxacin, dan linezolid pada infeksi akibat mikroba Enterococcus
faecalis dan Staphylococcus aureus. Kemudian penggunaan antibiotik meropenem
dinilai cukup efektif dalam mengatasi infeksi akibat 7 jenis mikroba terbanyak
yang ditemukan dalam penelitian ini.
Hasil temuan bakteri yang
menginfeksi pasien ulkus kaki diabetik�
berdasarkan pengamatan yang telah dijalankan di RSUD Kota Bandung
menunjukkan adanya kesesuaian dengan panduan dari IWGDF yang menyebutkan bahwa
penyebab kejadian kaki diabetik� dengan
ulkus merupakan akibat dari infeksi bakteri komensal yang kemudian menjadi
patogen.10 Dua bakteri terbanyak yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu
Enterococcus faecalis dan Staphylococcus aureus dimana bakteri tersebut
merupakan mikroba residen yang hidup di tubuh manusia.� Hasil penelitian ini sedikit kontras dengan
hasil penelitian yang dilakukan Sutjahjo di RS Soetomo Surabaya, yang
menyebutkan bahwa bakteri yang berperan dalam kejadian ulkus kaki diabetik
terbanyak meliputi Pseudomonas sp. (20,3%), Streptococcus (15,25%), Klebsiella
sp. (13,9%), Eschericia coli (12,6%), Proteus sp (12,6%), dan Staphylococcus
sp.11 Hal ini menunjukkan adanya perbedaan profil mikroba patogen antara satu
lokasi dengan lokasi lainya. Kemudian perbedaan hasil yang didapatkan juga
dapat diakibatkan adanya perbedaan waktu dan derajat ulkus kaki diabetik. Dengan
demikian, diperlukanya penelitian secara berelanjutan terkait profil mikroba
penyebab ulkus kaki diabetik serta hasil uji kepekaan mikroba tersebut terhadap
penggunaan antibiotik yang diberikan.
Dari hasil uji
sensitivitas yang telah dilakukan diketahui bahwa�� Enterococcus faecalis memiliki sensitivitas
tinggi terhadap penggunaan amoxicillin (87%), amoxicillin-clavulanate (87%) dan
ciprofloxacin (87%). Penelitian ini kolateral dengan penelitian terdahulu yang
mengungkapkan bahwa pengobatan ulkus kaki diabeti kakibat infeksi bakteri dalam
pemberian antibiotik dapat didasarkan terhadap derajat keparahan dari infeksi
pada kaki diabetik� dengan ulkus, pada
infeksi kaki diabetik� dengan
permasalahan ulkus derajat ringan tanpa komplikasi dilakukan pemberian antibiotik
secara oral (menggunakan generasi pertama cephalosporin, ampicillin/sulbactam,
amoxicillin / clavulanate, clindamycin) (Sari et al., 2018);(Kwon & Armstrong, 2018)� Pada bakteri Staphylococcus aureus memiliki
sensitivitas yang cukup banyak terhadap penggunaan antibiotik seperti
amoxicillin-clav (67%), ciprofloxacin (67%), clindamycin (67%), cefprozil
(67%), cefotaxime (67%), cefepime (67%), erythromycin (67%), gentamicin (67%),
imipenem levofloxacin (67%), linezolidmoxifloxacin (67%). Dan pada bakteri
Klebsiella pneumoniae ssp pneumoniae dimana merupakan bakteri peringkat tiga terbanyak
yang ditemukan dalam penelitian ini, memliki sesnsitivitas yang tinggi terhadap
penggunaan antibiotik seperti amikacin (80%), ertapenem (80%), gentamicin
(80%), meropenem (80%).
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan
dapat ditarik kesimpulan yaitu: sebanyak 62 data perolehan kultur panda
penderita kaki diabetik dengan permasalahan ulkus yang terdapat di Laboratorium
RSUD Kota Bandung.� Dimana dari 62 isolat
bakteri yang ditemukan terdapat 19 pesies bakteri yang berbeda.� Tiga bekteri terbanyak yang ditemukan dalam
penelitian ini meliputi Enterococcus faecalis (24%), Staphylococcus aureus
(10%), dan Klebsiella pneumoniae ssp pneumoniae (8%). Dari ketiga bakteri
terbanyak dalam penelitian ini dimana Enterococcus faecalis dan Staphylococcus
aureus memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap penggunaan
amoxicillin-clavulanate dan ciprofloxacin, sedangkan untuk Klebsiella
pneumoniae ssp pneumoniae sensitif terhadap penggunaan amikacin, ertapenem,
gentamicin dan meropenem. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan dan pemilihan
antibiotik pada penderita kaki diabetik dengan komplikasi ulkus yang dilakukan
perawatan di RSUD Kota Bandung sudah sesuai dengan jenis bakteri yang
menginfeksi pasien.
A, S. (2016). Kuman Dan
Uji Kepekaan Antibiotik Di Kaki Diabetik. Kuman Dan Uji Kepekaan Antibiotik
Di Kaki Diabetik, 20(1), 20.
Https://Doi.Org/10.24293/Ijcpml.V20i1.439
Hulfah, M., Liani, F. N.,
Pratiwi, D. I. N., Fajari, N. M., & Rosida, A. (2021). Literature Review:
Hubungan Kadar Trigliserida Terhadap Kejadian Kaki Diabeteshulfah, M., Liani,
F. N., Pratiwi, D. I. N., Fajari, N. M., & Rosida, A. (2021). Literature
Review: Hubungan Kadar Trigliserida Terhadap Kejadian Kaki Diabetes.
Homeostasis, 4(3. Homeostasis, 4(3), 669�674.
Jnana, A., Muthuraman,
V., Varghese, V. K., Chakrabarty, S., Murali, T. S., Ramachandra, L., Shenoy,
K. R., Rodrigues, G. S., Prasad, S. S., & Dendukuri, D. (2020). Microbial
Community Distribution And Core Microbiome In Successive Wound Grades Of
Individuals With Diabetic Foot Ulcers. Applied And Environmental
Microbiology, 86(6), E02608-19.
Kalan, L. R., Meisel, J.
S., Loesche, M. A., Horwinski, J., Soaita, I., Chen, X., Uberoi, A., Gardner,
S. E., & Grice, E. A. (2019). Strain- And Species-Level Variation In The
Microbiome Of Diabetic Wounds Is Associated With Clinical Outcomes And
Therapeutic Efficacy. Cell Host And Microbe, 25(5), 641-655.E5.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Chom.2019.03.006
Kartika, R. W. (2017).
Pengelolaan Gangren Kaki Diabetik. Continuing Medical Education - Cardiology,
44(1), 18�22.
Khairani. (2019). Hari
Diabetes Sedunia Tahun 2018. Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan
Ri, 1�8.
Kwon, K. T., &
Armstrong, D. G. (2018). Microbiology And Antimicrobial Therapy For Diabetic
Foot Infections. Infection And Chemotherapy, 50(1), 11�20.
Https://Doi.Org/10.3947/Ic.2018.50.1.11
Maharani, I., Dwi, B.,
& Janes, C. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetus Mellitus
Dengan Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Type Ii Di Rumah Sakit Prof
Dr. Soekandar Mojokerto. Perpustakaan Universitas Bina Sehat.
Nurhanifah, D. (2017).
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Ulkus Kaki Diabetik Di Poliklinik Kaki Diabetik.
Healthy-Mu Journal, 1(1), 32.
Https://Doi.Org/10.35747/Hmj.V1i1.67
Putri, L. K., Karimi, J.,
& Nugraha, D. P. (2017). Profil Pengendalian Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Poliklinik Penyakit Dalam Rsud Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal Ilmu
Kedokteran (Journal Of Medical Science), 8(1), 18�24.
Radzieta, M.,
Sadeghpour-Heravi, F., Peters, T. J., Hu, H., Vickery, K., Jeffries, T.,
Dickson, H. G., Schwarzer, S., Jensen, S. O., & Malone, M. (2021). A
Multiomics Approach To Identify Host-Microbe Alterations Associated With
Infection Severity In Diabetic Foot Infections: A Pilot Study. Npj Biofilms
And Microbiomes, 7(1). Https://Doi.Org/10.1038/S41522-021-00202-X
Sari, Y. O., Almasdy, D.,
& Fatimah, A. (2018). Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Ulkus Diabetikum
Di Instalasi Rawat Inap (Irna) Penyakit Dalam Rsup Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Sains Farmasi & Klinis, 5(2), 102.
Https://Doi.Org/10.25077/Jsfk.5.2.102-111.2018
Schaper, N. C., Van
Netten, J. J., Apelqvist, J., Bus, S. A., Hinchliffe, R. J., Lipsky, B. A.,
& Board, I. E. (2020). Practical Guidelines On The Prevention And
Management Of Diabetic Foot Disease (Iwgdf 2019 Update). Diabetes/Metabolism
Research And Reviews, 36, E3266.
Thambas, A. T., Lalenoh,
D. C., & Kambey, B. I. (2021). Gambaran Pasien Stroke Iskemik Akut Dengan
Covid-19 Yang Masuk Ruang Perawatan Intensif. E-Clinic, 9(1).
Wertiningtyas, P. W. D.
(2020). Dukungan Keluarga Terhadap Kualitas Hidup Pasien Ulkus Diabetikum Di
Kota Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Yusuf, A. R. (2022). Karakteristik
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Penyakit Jantung Koroner Di Rsup. Dr.
Wahidin Sudirohusodo Periode September 2020�Maret 2021= Characteristic Of Type
2 Diabetes Mellitus With Coronary Heart Disease Patients At Dr. Wahidin
Sudirohusodo General Hospital During The Period Of September 2020�March 2021.
Universitas Hasanuddin.
Copyright holder: Riani Inabah, Dadan Gardea, Niken Puspa
Kuspriyanti (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |