Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 12, Desember 2022
UJI
SITOTOKSIK EKSTRAK KEMBANG KOL (BRASSICA OLERACEA VAR. BOTRYTIS) TERHADAP
VIABILITAS KANKER KOLON WIDR
Hijral
Aswad, Ade Irma
Universitas Megarezky, Makassar, Indonesia
Email:
[email protected], [email protected]
ABSTRAK
Sistem pencernaan manusia merupakan suatu sistem yang tersusun dari
berbagai organ baik struktural maupun fungsional yang tergabung menjadi satu
kesatuan kompleks yang bekerja secara sinergis untuk menunjang kehidupan
manusia. Bagian dari system pencernaan yang berperan dalam membuang sisa
pencernaan adalah usus besar atau disebut juga kolon. Bahan-bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kembang kol Var. Botrytis, Etanol
absolute, alkohol 70%, aquades ddH2O, medium DMEM, amphotericin B,
Penisilin-Streptomycin, FBS (Fetal Bovine Serum), Tripsin EDTA 0,25%, MTT Kit
(Roche), kertas Saring, tissue kasar, tissue halus dan kertas label.Sel line
kanker WiDr adalah salah satu jenis sel yang banyak digunakan untuk penelitian
laboratorium secara in vitro. Jenis sel ini telah lama digunakan untuk
menganalisis perkembangan karsinogenesis pada sel kanker usus besar dan
membantu pencarian senyawa yang dapat digunakan sebagai sel anti kanker yang
dapat direpresentasikan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
ditemukan adanya penghambatan pertumbuhan terhadap sel kanker WiDr pada
konsentrasi tertinggi dengan nilai persentase inhibisi adalah 47,36%. Meskipun
nilai IC50 belum memberikan efek sitotoksik terhadap pertumbuhan sel kanker
WiDr dengan nilai IC50 88,65 �g/ml, namun menunjukkan efek sitotoksik yang jauh
lebih baik daripada pemakaian obat kemoterapi kanker kolon Fluorouracil 5FU
sebagai pembanding.
Kata
Kunci:
Uji Sitotoksik Ekstrak; Kembang Kol; Viabilitas Kanker Kolon Widr.
�
Abstract
The human
digestive system is a system composed of various organs both structurally and
functionally combined into a complex unit that works synergistically to support
human life. The part of the digestive system that plays a role in removing
digestive residues is the large intestine or also called the colon. The
ingredients used in this study were Cauliflower Var. Botrytis, Ethanol
absolute, 70% alcohol, ddH2O distilled water, DMEM medium, amphotericin B,
Penicillin-Streptomycin, FBS (Fetal Bovine Serum), Trypsin EDTA 0.25%, MTT Kit
(Roche), filter paper, rough tissue, soft tissue and paper labels. The WiDr
cancer cell line is one of the cell types that is widely used for in vitro
laboratory studies. This cell type has long been used to analyze the
development of carcinogenesis in colon cancer cells and to help search for
compounds that can be used as representative anti-cancer cells. Based on the
results of the research that has been done, it was found that there was growth
inhibition of WiDr cancer cells at the highest concentration with an inhibition
proportion value of 47.36%. Although the IC50 value did not have a cytotoxic
effect on the growth of WiDr cancer cells with an IC50 value of 88.65 �g/ml, it
showed a much better cytotoxic effect than the use of the colon cancer
chemotherapy drug Fluorouracil 5FU as a comparison.
Keywords: Extract Cytotoxic Test; Cauliflower;
Colon Cancer Viability Widr.
Pendahuluan
Sistem pencernaan manusia merupakan suatu sistem yang tersusun
dari berbagai organ baik struktural maupun fungsional yang tergabung menjadi
satu kesatuan kompleks yang bekerja secara sinergis untuk menunjang kehidupan
manusia. Bagian dari system pencernaan yang berperan dalam membuang sisa
pencernaan adalah usus besar atau disebut juga kolon (Sari & Bintang, 2023). Produk pencernaan yang tersisa mengalami penyerapan air sebelum
dikeluarkan sebagai feses melalui saluran anus. Oleh karena itu, kombinasi gaya
hidup tidak sehat dan faktor genetik yang terkait dengan sistem pencernaan,
terutama konsumsi alkohol, dapat berkontribusi pada pembentukan kelainan pada
tahap pembelahan sel yang mengarah pada perkembangan kanker (Cho et al., 2019). Salah satu kanker pembunuh utama pria dan wanita di seluruh
dunia adalah kanker usus besar atau kanker kolon (Pratiwi, 2022). Kanker usus besar muncul karena pembelahan sel yang tidak
terkendali, yang dapat menyebabkan kelainan struktural yang dapat mempengaruhi
kesehatan manusia.
Salah satu pemicu kelainan usus besar adalah pola makan yang tidak
sehat dengan mengonsumsi makanan tinggi lemak dan rendah serat (Yoeantafara & Martini, 2017). Serat makanan ditemukan dalam berbagai macam sayuran dan
buah-buahan, beberapa di antaranya juga mengandung antioksidan. Serat pangan
dalam makanan memiliki efek protektif terhadap kesehatan usus (Wahyuni & Syauqy, 2015). Hal disebabkan kandungan dalam serat pangan mampu memfasilitasi
kontak karsinogen dengan usus besar selama proses pembentukan feses sehingga
meminimalkan aktivitas karsinogen di saluran cerna.
Kanker usus besar merupakan jenis kanker ketiga terbanyak di
Indonesia. Pada tahun 2008, angka prevalensi di Indonesia adalah berkisar 17,2
per 100.000 sehingga menjadi peringkat keempat di antara negara-negara ASEAN,
dan angka ini diperkirakan akan meningkat dari tahun ke tahun. Studi
epidemiologi sebelumnya menunjukkan bahwa pasien kanker kolorektal di Indonesia
memiliki usia yang lebih muda dibandingkan di negara maju. Lebih dari 30% kasus
terjadi pada pasien di bawah usia 40 tahun, sedangkan di negara maju hanya 2-8%
kasus terjadi pada pasien di bawah usia 50 tahun (Sayuti & Nouva, 2019). Epidemi kejadian kanker di seluruh dunia khususnya di Indonesia,
telah mendorong berbagai upaya untuk memeranginya. Insiden kanker kolorektal
sangat bervariasi, dengan lebih dari dua pertiga dari semua kasus dan sekitar
60% dari semua kematian terjadi di negara-negara dengan indeks jumlah penduduk
yang tinggi. Kanker kolorektal dianggap sebagai salah satu jenis kanker yang
paling umum, memiliki penanda migrasi kanker yang berbeda, dan biasanya ditemukan
di negara-negara yang mengalami perubahan sosial dan ekonomi yang cepat (Arnold et al., 2017).
Berbagai metode baik
dalam pengobatan modern, tradisional, dan melalui pembedahan telah dilakukan
untuk mencegah kanker menyebar ke seluruh bagian organ tubuh pasien. Salah satu
pengobatan modern adalah penggunaan obat kemoterapi (Hasanah & Widowati, 2016). Kemoterapi
adalah pengobatan yang banyak digunakan untuk mengobati pasien kanker. Namun,
respon tubuh setiap pasien terhadap reaksi yang disebabkan oleh kemoterapi obat
berbeda, bahkan ketika dosis obat yang sama digunakan dapat menimbulkan dampak
yang luas. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi kemoterapi antara
lain jenis kelamin, usia, gaya hidup, lingkungan, dan gen yang terlibat dalam
metabolisme obat yang digunakan dalam kemoterapi (Yudhani, 2014). Mengingat
luasnya efek samping yang kemungkinan besar disebabkan oleh penggunaan obat
kemoterapi dan mahalnya biaya pengobatan modern, maka pengobatan konvensional
dapat digantikan dengan bahan-bahan yang lebih alami dan dengan biaya yang
lebih rendah dalam usaha pencegahan dan pengobatan pasien kanker. Hal ini juga
telah dilaporkan dalam ulasan penelitian tentang efek antikanker tanaman
herbal, menunjukkan bahwa beberapa tanaman herbal memiliki efek menguntungkan
dalam menghambat perkembangan sel kanker menjadi tumor ganas, adapun efeknya
adalah mencegah pembelahan sel kanker, menyebabkan penghancuran sel kanker, dan
menghambat sel kanker menyebar ke bagian tubuh pasien tanpa berdampak parah
pada pasien yang menjalani pengobatan dengan bahan alami (Aulia, 2017).
Penerapan bahan-bahan
alami bersumber dari tanaman sebagai bagian dalam pengobatan tradisional telah
banyak di aplikasikan dalam kehidupan masyarakat sehingga menjadi dasar
dilakukannya berbagai riset antikanker untuk mendeskripsikan kadungannya secara
ilmiah yang mana bahan herbal ini dapat digunakan dalam bentuk ekstrak utuh
tanaman atau senyawa aktif tunggal yang diisolasi dari tanaman dan diharapkan
memiliki efek samping yang minim terhadap penderita kanker ataupun dapat
digunakan dalam usaha pencegahan timbulnya penyakit kanker (Arofik, 2022). Adapun beberapa
tanaman yang telah dilaporkan memiliki senyawa aktif antikanker seperti bawang
putih, ginseng, kunyit, teh hijau dan berbagai tanaman lainnya telah di uji
coba melalui serangkaian penelitian di bidang farmakologi (Tanjung, 2021).
Sebuah penelitian lain
menunjukkan bahwa adanya senyawa antikanker sulfolan dan indole pada tanaman
kembang kol telah mampu menurunkan risiko kanker payudara sekitar 20-40% (Sunarti, 2017). Berdasarkan hal
ini, peneliti menggunakan model sel line WiDr dalam usaha pengembangan
pengujian efektifitas ekstrak utuh kembang kol varietas Borytris terhadap
perkembangan sel kanker khususnya kanker kolon atau kanker usus besar yang juga
memiliki metastasi yang cukup tinggi menurut angka kejadiannya dalam tubuh
manusia.
Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui efek sitotoksik ekstrak tanaman kembang
kol (Brassica oleracea Va. Botrytis) terhadap sel kanker kolon WiDr dan untuk
menentukan konsentrasi ekstrak tepat guna yang berpengaruh terhadap viabilitas
sel kanker WiDr.
Metode Penelitian
A. Alat-Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah oven, rotavapor, timbangan analitik, Bio Savety Cabinet
(BSC) Level 2, Inkubator CO2, Sentrifus, mikroskop Inverted, toples kaca, cawan
keramik, Flask25, Well Plate 96, tabung sentrifus 50 ml, tabung sentrifus 25 ml
dan mikropipet.
B. Bahan-Bahan Penelitian
�Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kembang kol Var. Botrytis, Etanol absolute, alkohol 70%, aquades
ddH2O, medium DMEM, amphotericin B, Penisilin-Streptomycin, FBS (Fetal Bovine
Serum), Tripsin EDTA 0,25%, MTT Kit (Roche), kertas Saring, tissue kasar,
tissue halus dan kertas label.
C.
Pembuatan Ekstrak Kembang Kol
Pembuatan
ekstrak dimulai dengan membuat simplasia tanaman. Adapun cara pembuatan
simplasia adalah dengan mencuci bersih tanaman kembang kol, lalu di kering
anginkan. Selanjutnya tanamn kembang kol di potong menjadi bagian yang kecil-kecil
dan membuang bagian tangkai dan daunnya. Selanjutnya hasil pemotongan kembang
kol dimasukkan dalam oven dengan suhu 40�C selama kurang lebih 3 hari untuk
menghilangkan kaandungan air pada kembang kol. Simplasia yang telah jadi,
dimaserasi dengan penambahan ethanol absolute lalu� di inkubasi selama 2-3 hari pada suhu ruang,
sesekali di aduk dan di terhindar dari cahaya. Kemudian larutan hasil maserasi
di saring menggunakan kertas saring ke dalam wadah kaca yang steril.
Selanjutnya larutan hasil maserasi di uapkan menggunakan rotary evaporator pada
suhu 45�C untuk menghasilkan ekstrak kental kembang kol. Selanjutnya dikering
anginkan kembali untuk mendapatkan ekstrak kering.
D.
Pembuatan Kultur Sel
Penelitian
ini menggunakan sel line WiDr yang dapat ditumbuhan dalam medium DMEM yang
ditambahkan dengan penisilin-streptomycin (1%), amphotericin B sebanyak
(1%)� dan FBS (Fetal Bovine serum) (10%).
Selanjutnya sel line WiDr ditumbuhkan dalam inkubator CO2 dengan aliran CO2
sebanyak 5% suhu 37�C. Sel Widr di panen untuk uji sitotoksik saat confluent
dengan kerapatan pertumbuhan sel sekitar 70-80% dengan melakukan penambahan
tripsin EDTA.
E.
Uji Sitotoksik
Sebanyak
100 �l suspensi sel kanker WiDr (105 sel/ml) dimasukkan kedalam Wellplate-96
dan diinkubasi semalamam dalam inkubator CO2 suhu 37�C. Inkubasi ini bertujuan
untuk memberikan waktu agar sel dapat melekat pada dasar wellplate-96. Ekstrak
utuh kembang kol selanjutnya dilarutkan dalam dimetil sulfoksida (DMSO),
selanjutnya diencerkan menggunakan medium�
hingga diperoleh seri konsentrasi 7,81; 15,63; 31,25;
62,50;125,00:250,00 dan 500,00 ppm.� Obat
doxorubicin di encerkan pula� menggunakan
konsentrasi 0,5; 1; 2; 4; 6; 8; dan 10 ppm.�
Sedangkan obat fluorouracil (5FU) dibuat dengan seri konsentrasi yang
lebih tinggi yaitu 10; 20; 60: 80; 100; 120 dan 140 ppm. Selanjutnya sel WiDr
dalam wellplate-96 di cuci dengan PBS ph 7,4 sebelum di tambahkan masing-masing
seri konsentrasi dari ekstrak kembang kol var. Botrytis, obat doxorubicin dan
fluorouracil (5FU) sebanyak 100 �l per sumur dan diinkubasi dalam inkubator CO2
suhu 37�C selama 24 jam. Selanjutnya sel ditambahkan 10 �l reagen MTT (Roche)
selanjutnya di inkubasi kembali selama 4 jam hingga terbentuk Formazan. Setelah
4 jam sel di tambahkan 100 �l Solubilization buffer dan di inkubasi kembali
semalaman. Nilai absorbansi diukur dengan nilai lambda 620 nm.
Hasil dan Pembahasan
Uji sitotoksik ini menggunakan
ekstrak utuh kembang kol var. Botrytis dan melakukan perbandingan
efektifitasnya dengan dua jenis obat kanker yang telah umum di gunakan dalam
kemoterapi, yaitu Doxorubicin dan Fluorouracil-5FU. Adapun nilai
perbandingannya dapat dilihat pada table dan grafik berikut:
Tabel 1. Perbandingan
Efektifitas Ekstrak Kembang Kol Var. Botrytis dan Obat-Obat Kanker (Doxorubicin
dan Fluorouracil-5FU) Terhadap Viabilitas Sel Line WiDr.
Konsentrasi |
Ekstrak Kembang Kol |
Obat Doxorubicin |
Obat Curacil 5FU |
Kontrol Medium |
0,06 |
0,06 |
0,06 |
Kontrol Sel |
0,91 |
0,91 |
0,91 |
1 |
0,93 |
0,51 |
0,76 |
2 |
0,88 |
0,53 |
0,76 |
3 |
0,87 |
0,51 |
0,69 |
4 |
0,83 |
0,46 |
0,68 |
5 |
0,85 |
0,47 |
0,71 |
6 |
0,81 |
0,44 |
0,75 |
7 |
0,84 |
0,44 |
0,71 |
8 |
0,5 |
|
|
Gambar 1. Grafik perbandingan
efektifiktas ekstrak tanaman kembang kol, obat Doxorubicin dan Fluorouracil 5FU
terhadap viabilitas Sel Line WiDr
Efek sitotoksik suatu senyawa
atau ekstrak dinyatakan sebagai IC50. IC50 merupakan nilai yang menunjukkan
kemampuan suatu ekstrak atau senyawa dalam menghambat proliferasi sel kanker
sebesar 50% �(Widiyastuti et al., 2019). Hasil penelitian ini menunjukkan nilai persentase inhibisi
tertinggi pada konsentrasi tertinggi yaitu 47,46% terhadap viabilitas sel
kanker WiDr, meskipun nilai IC50 untuk keseluruhan konsentrasi ektraks kembang
kol var. Botrytis belum menunjukkan efek sitotoksik yaitu 88,65 �g/ml.
Kembang kol varietas Botrytis
dilaporkan memiliki kandungan utama berupa Glukosinolat (GSL) dan memilik
berbagai kandungan metabolik sekunder berupa polifenol, vitamin dan mineral.
Selain pemanfaatan nilai gizi dari tanaman kembang kol, telah dilaporkan pula
dalam berbagai penelitian berkaitan dengan efek aktifitas antioksidan,
antibakteri dan anti inflamasi yang sangat bermanfaat menunjang kesehatan dalam
mencegah berbagai penyakit termasuk sebagai antikanker (Hasrianda & Setiarto, 2022).
A. Persentase
Inhibisi dan Nilai IC50
a. Ekstrak
Utuh Kembang Kol Var. Botrytis
Konsentrasi (ppm) |
LN Konsentrasi |
Absorbansi Sampel
(Triplo) |
Mean |
Abs Sampel |
% Inhibisi |
IC50 |
||
I |
II |
III |
||||||
7,81 |
2,06 |
0,97 |
0,90 |
0,92 |
0,93 |
0,87 |
-3,19 |
88,65
�g/ml |
15,62 |
2,75 |
0,89 |
0,91 |
0,86 |
0,88 |
0,82 |
2,64 |
|
31,25 |
3,44 |
0,90 |
0,87 |
0,84 |
0,87 |
0,81 |
4,24 |
|
62,5 |
4,14 |
0,83 |
0,84 |
0,81 |
0,83 |
0,77 |
9,38 |
|
125 |
4,83 |
0,85 |
0,83 |
0,87 |
0,85 |
0,79 |
6,40 |
|
250 |
5,52 |
0,83 |
0,81 |
0,81 |
0,81 |
0,75 |
10,81 |
|
500 |
6,21 |
0,87 |
0,82 |
0,85 |
0,84 |
0,79 |
7,25 |
|
1000 |
6,91 |
0,52 |
0,47 |
0,52 |
0,50 |
0,45 |
47,36 |
Grafik 2. Hubungan Log Konsentrasi dan Persentase Inhibisi Ekstrak Tanaman
Kembang Kol Var. Botrytis Terhadap Sel Line WiDr
Selanjutnya dilakukan
perbandingan efek sitotoksik ekstrak kembang kol dan obat-obat kemoterapi yang
telah umum digunakan dalam pengobatan antikanker, maka di temukan nilai yang
berbeda yaitu Doxorubicin 2,02 �g/ml yang menunjukkan adanya efek sitotoksik.
Sedangkan pada obat Fluorouracil-5FU ditemukan nilai IC50 yang jauh di atas
normal. Hal ini dapat dilihat pada tabel hubungan antara persentase inhibisi
dan kenaikan konsentrasi obat serta nilai IC50 masing-masing obat kemoterapi
terhadap viabilitas sel.
B. Obat Doxorubicin
Konsentrasi (ppm) |
LN Konsentrasi |
Absorbansi Sampel (Triplo) |
Mean |
Abs Sampel |
% Inhibisi |
IC50 |
||
I |
II |
III |
||||||
0,5 |
- 0,69 |
0,49 |
0,52 |
0,52 |
0,51 |
0,45 |
46,69 |
2,02
�g/ml |
1 |
- |
0,53 |
0,55 |
0,52 |
0,53 |
0,47 |
43,91 |
|
2 |
0,69 |
0,50 |
0,52 |
0,52 |
0,51 |
0,46 |
46,17 |
|
4 |
1,39 |
0,46 |
0,45 |
0,49 |
0,46 |
0,40 |
52,18 |
|
6 |
1,79 |
0,43 |
0,47 |
0,51 |
0,47 |
0,41 |
51,46 |
|
8 |
2,08 |
0,44 |
0,42 |
0,45 |
0,44 |
0,38 |
55,46 |
|
10 |
2,30 |
0,43 |
0,43 |
0,45 |
0,44 |
0,38 |
55,26 |
Gambar
3. Hubungan Log Konsentrasi dan Persentase Inhibisi Obat Doxorubicin terhadap
Sel Line WiDr
C.
Fluorouracil 5FU
Konsentrasi (ppm) |
LN Konsentrasi |
Absorbansi Sampel (Triplo) |
Mean |
Abs Sampel |
% Inhibisi |
IC50 |
||
I |
II |
III |
||||||
10 |
2,30 |
0,75 |
0,78 |
0,74 |
0,76 |
0,70 |
17,39 |
15651350,95 �g/ml |
20 |
3,00 |
0,71 |
0,79 |
0,78 |
0,76 |
0,70 |
17,35 |
|
60 |
4,09 |
0,73 |
0,67 |
0,66 |
0,69 |
0,63 |
25,97 |
|
80 |
4,38 |
0,66 |
0,69 |
0,71 |
0,68 |
0,63 |
26,06 |
|
100 |
4,61 |
0,78 |
0,65 |
0,70 |
0,71 |
0,65 |
23,18 |
|
120 |
4,79 |
0,75 |
0,76 |
0,74 |
0,75 |
0,69 |
18,58 |
|
140 |
4,90 |
0,72 |
0,76 |
0,66 |
0,71 |
0,65 |
22,94 |
Gambar 4. Hubungan
Log Konsentrasi dan Persentase Inhibisi Obat Fluorouracil 5FU terhadap Sel Line
WiDr
Sel line kanker WiDr adalah salah satu jenis sel yang
banyak digunakan untuk penelitian laboratorium secara in vitro. Jenis sel ini
telah lama digunakan untuk menganalisis perkembangan karsinogenesis pada sel
kanker usus besar dan membantu pencarian senyawa yang dapat digunakan sebagai
sel anti kanker yang dapat direpresentasikan. Adapun morfologi sel line kanker
WiDr dapat mewakili keadaan jaringan epitel usus besar. Sel-sel ini diciptakan
dalam proses yang lengkap dengan mengisolasi sel-sel dari usus besar seorang
wanita berusia 44 tahun dengan adenokarsinoma kolorektal. Sel line kanker WiDr
secara molekuler terkait dengan sel HT-29 (ATCC HTB-38), di mana semua jenis
sel line kanker kolon telah digunakan dalam berbagai penelitian untuk menguji
efek toksik dari berbagai senyawa antikanker.
Insiden kanker usus besar yang tidak bergantung pada
usia dan jenis kelamin penderita telah mendorong berbagai tindakan pencegahan
dan terapi yang mungkin dilakukan dengan metode modern berbasis obat-obatan
kemoterapi dan metode tradisional dengan pemanfaatan bahan-bahan herbal. Adapun
dalam penelitian ini, di gunakan ekstrak utuh tanaman kembang kol (Brassica
oleracea Var. Botrytis) dengan membandingkan efektifitas sitotoksik 8 parameter
konsentrasi ekstrak tanaman yang berbeda-beda yaitu 7.81 ppm, 15.62 ppm, 31.25
ppm, 62.5 ppm, 125 ppm, 250 ppm, 500 ppm dan 1000 ppm. Walaupun secara
keseluruhan konsentrasi, tidak menunjukkan efek sitotoksik dengan nilai IC50
88,65 �g/ml, namun dari grafik hubungan persentase inhibisi ekstrak terhadap
viabilitas sel kanker WiDr menunjukkan adanya kenaikan persentase penghambatan
terhadap pertumbuhan sel kanker kolon WiDr seiring pertambahan konsentrasi
ekstrak. Sehingga menunjukkan kemungkinan adanya senyawa penghambat dalam
kandungan ekstrak utuh kembang kol (Brassica oleracea Var. Botrytis).
Dalam penelitian ini, kami membandingkan
sitotoksisitas ekstrak kembang kol (Brassica oleracea Varietas Botrytis) dengan
viabilitas sel kanker WiDr, juga menggunakan dua bahan kimia yang dilaporkan
secara luas sebagai agen antikanker. Obat antikanker yang digunakan adalah
doxorubicin dan fluorouracil (5FU). Doxorubicin adalah jenis obat antikanker
yang banyak digunakan dalam kemoterapi untuk berbagai jenis kanker, termasuk
leukemia akut, kanker payudara, kanker tulang, dan kanker ovarium. Obat ini
bekerja dengan mengganggu proses replikasi dan transkripsi DNA dalam sel
kanker, sehingga mencegah sel kanker berkembang. Obat fluorouracil (5FU), kelas
obat yang banyak digunakan sebagai agen antikanker, merupakan turunan dari
urasil dan telah digunakan untuk mengobati kanker usus besar dan kanker
payudara.7 Menurut Gill et al. 2007 Obat fluorouracil (5FU) adalah salah satu
obat utama yang digunakan dalam pengobatan kanker kolorektal, dan berbagai
kombinasi obat yang berbeda seperti leucovorin dan levamisol digunakan untuk
meningkatkan toksisitas obat terhadap karsinogenesis sel kanker.5
Kesimpulan
BIBLIOGRAFI
Arnold, M., Sierra, M.
S., Laversanne, M., Soerjomataram, I., Jemal, A., & Bray, F. (2017). Global
patterns and trends in colorectal cancer incidence and mortality. Gut, 66(4),
683�691.
Arofik, H. N. (2022). Etnobotani
dan profil Fitokimia tumbuhan obat oleh masyarakat kawasan Gunung Wilis
Kabupaten Tulungagung. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Aulia, N. (2017). NOVIA
AULIA 13. IK. 318 Dukungan peran suami dalam peningkatan kualitas hidup pada
pasien kanker serviks akibat kemoterapi di ruang edelweis rsud ulin banjarmasin
(studi kualitatif).
Cho, Y. A., Lee, J., Oh,
J. H., Chang, H. J., Sohn, D. K., Shin, A., & Kim, J. (2019). Genetic risk
score, combined lifestyle factors and risk of colorectal cancer. Cancer Research
and Treatment: Official Journal of Korean Cancer Association, 51(3),
1033�1040.
Hasanah, S. N., &
Widowati, L. (2016). Jamu pada pasien tumor/kanker sebagai terapi komplementer.
Jurnal Kefarmasian Indonesia, 49�59.
Hasrianda, E. F., &
Setiarto, R. H. B. (2022). Potensi Rekayasa Genetik Bawang Putih terhadap
Kandungan Senyawa Komponen Bioaktif Allicin dan Kajian Sifat Fungsionalnya. JURNAL
PANGAN, 31(2), 167�190.
Pratiwi, R. (2022). Gambaran
Prevalensi Tindakan Kolostomi di Ruang Bedah Digestif Lontara II RSUP dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2021=�Overview of the Prevalence of
Colostomy Actions at Lontara II Digestive Surgery Room, Dr Wahidin Sudirohusodo
Hospital, Makassar Period 2021.� Universitas Hasanuddin.
Sari, L. N., &
Bintang, P. (2023). Konsep Sistem Pencernaan pada Manusia berdasarkan Al-quran
dan Hadits. Jurnal Penelitian, Pendidikan Dan Pengajaran: JPPP, 3(3),
248�255.
Sayuti, M., & Nouva,
N. (2019). Kanker Kolorektal. AVERROUS: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan
Malikussaleh, 5(2), 76�88.
Sunarti, S. (2017).
Pengamatan hama dan penyakit penting tanaman kubis bunga (brassica oleracea
var. Botritys l.) dataran rendah. Jurnal Agroqua: Media Informasi Agronomi
Dan Budidaya Perairan, 13(2), 74�80.
Tanjung, O. (2021). Sistem
Pakar Tanaman Herbal Untuk Pengobatan Penyakit Menggunakan Metode Case Based
Reasoning. Universitas Islam Riau.
Wahyuni, P. T., &
Syauqy, A. (2015). Pengaruh pemberian pisang kepok (Musa paradisiaca forma
typical) terhadap kadar glukosa darah puasa pada tikus sprague dawley pra
sindrom metabolik. Journal of Nutrition College, 4(4), 547�556.
Widiyastuti, Y.,
Sholikhah, I. Y. M., & Haryanti, S. (2019). Efek sitotoksik formula jamu
daun sirsak, buah takokak, dan umbi bidara upas terhadap sel kanker payudara
MCF-7. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 140�149.
Yoeantafara, A., &
Martini, S. (2017). Pengaruh Pola Makan Terhadap Kadar Kolesteroltotal. Jurnal
Mkmi, 13(4), 304�309.
Yudhani, R. D. (2014).
Farmakogenomik dan Terapi Kanker. Cermin Dunia Kedokteran, 41(6),
412�415.
�
Copyright holder: Hijral Aswad, Ade Irma (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |