Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol.
5, No. 5 Mei 2020
PENGARUH
DANA PIHAK KETIGA, MODAL BANK, JUMLAH
KANTOR CABANG, TINGKAT
SUKU BUNGA DAN JUMLAH
UANG BEREDAR TERHADAP JUMLAH KREDIT UMKM�
BANK BUMN
Ade Onny Siagian
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Bina Sarana Informatika
Email: ade[email protected]
Abstract
The purpose of this research is to study and analyze the influence of third party funds, bank capital, number of branch
offices, interest rates and money supply to the number of MSME credit of BUMN
banks and their implications for gross domestic product and unemployment rate.
The research was carried out 9 months from April to November 2017 including
design, conduct and report the results of the research. The results of this
study indicate that the factors of third party funds,
bank capital, number of branch offices, interest rates and the money supply
simultaneously have a significant effect on the number of MSME credit of BUMN
banks. Partially third party funds, the number of
branch offices and the money supply have a significant and positive effect on
the number of BUMN MSME loans, while capital and interest rates have a
significant and negative effect on MSME bank BUMN loans with the least squares
regression Y = 6942,054-0.402009 + 44.134081-10.828790 +39.023116. BUMN MSME
credit has a significant positive effect on gross domestic product with a
regression of Y = 1274014 + 5.542533 and a significant negative effect on the
unemployment rate with a regression of Y = 825.6549-0.00795. the government as
the majority owner of a state-owned bank in addition to dividend income, social
responsibility responsiveness, but for the government more to the multiplayer
effect of an increase in the number of MSME loans BUMN banks have an impact on
increasing gross domestic product and decreasing the unemployment rate, which
will ultimately have an impact on increasing tax revenue, growth economy, and
decreasing the poor through the expansion and expansion of business, employment
opportunities in micro, small and medium scale businesses will become major
entrepreneurs and host in their own country in the future, able to compete with
the ASEAN economic community (AEC).
Keywords: Stock Price Volatility, Dividend
Payout Ratio, Leverage Firm Size, Trading��
Volume, Earning Volatility, and Inflation.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji
dan menganalisis pengaruh dana pihak
ketiga, modal bank, jumlah kantor cabang, tingkat suku
bunga dan jumlah uang beredar terhadap jumlah kredit UMKM bank BUMN dan
implikasinya terhadap produk domestik bruto dan tingkat pengangguran.
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan 9
bulan sejak april sampai dengan november 2017 juga termasuk
didalamnya merancang, melaksanakan dan melaporkan hasil penelitian. Penelitian
ini menggunakan data sekunder yaitu data panel yakni gabungan time series dan cross section bank badan usaha milik negara (BUMN) dijadikan
penelitian selama 11 tahun dari tahun 2006 sampai dengan 2016. Metode yang
digunakan adalah explanatory research untuk
menjelaskan hubungan kasual antar variabel yang diteliti dalam suatu model,
melalui pengujian hipotesis. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi
linier berganda dan regresi linier sederhana. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa
faktor dana pihak ketiga, modal bank, jumlah kantor cabang, tingkat suku
bunga dan jumlah uang beredar secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
jumlah kredit UMKM� bank BUMN. Secara
parsial dana pihak ketiga, jumlah kantor cabang dan jumlah uang beredar
berpengaruh signifikan dan positif terhadap jumlah kredit UMKM BUMN, sedangkan
modal dan tingkat bunga berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kredit UMKM
bank BUMN dengan regresi least squares Y = 6942.054-0.402009+44.134081-10.828790+39.023116. jumlah
kredit UMKM BUMN berpengaruh signifikan positif terhdap produk domestik bruto
dengan regresi Y = 1274014+5.542533 dan berpengaruh signifikan negatif terhadap
tingkat pengangguran dengan regresi Y = 825.6549-0.00795. pemerintah sebagai
pemilik mayoritas bank BUMN disamping pendapatan deviden, conporate social responcibility, tetapi bagi pemerintah lebih
kepada multiplayer effect dari
peningkatan jumlah kredit UMKM bank BUMN berdampak pada peningkatan produk
domestik bruto dan penurunan tingkat pengangguran, yang pada akhirnya akan
berdampak pada peningkatan penerimaan pajak, pertumbuhan ekonomi, dan berkurang
orang miskin melalui pertambahan dan perluasan usaha, kesempatan kerja di udaha
mikro, kecil dan menengah naik kelas menjadi pengusaha besar dan menjadi tuan
rumah di negeri sendiri pada masa yang akan datang, mampu bersaing dengan
masyarakat ekonomi asean (MEA).
Kata
kunci: Volatilitas Harga Saham, Rasio Pembagian
Deviden, Pengaruh Ukuran Perusahaan, Volume Perdagangan,
Volatilitas Pendapatan Dan Inflansi
Bangsa Indonesia sudah merdeka lebih
dari 73 tahun,
yang �kaya raya atas: alam, fauna, bahasa, budaya,
kearifan lokal dan berbagai sumber lainnya.
Indonesia
sebagai negara maritim, Indonesia juga harus memiliki kedaulatan didepan negara
lain sebagai bentuk pengakuan atas keberadaan dan kepemilikan sumber daya yang
dimiliki (Simarmata, 2017). Akan tetapi
masih jauh dari cita-cita kemerdekaan Indonesia sebagaimana dicantumkan dalam
undang-undang dasar 1945 menuju masyarakat adil makmur serta pasal 27 ayat (2)
menyatakan bahwa: tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.
Tingkat pendapatan
rata-rata penduduk Indonesia masih tergolong rendah mengakibatkan akumulasi
modal atatu tabungan menjadi rendah;akibatnya pertumbuhan investasi menjadi
rendah karena akumulasi modal yang rendah untuk pembukaan usaha baru atau
ekspansi usaha menjadi rendah pula terutama para pengusaha mikro kecil dan
menengah (UMKM). Kebutuhan modal usaha mikro kecil dan menengah diharapkan
melalui fasilitas kredit perbankan. Guna menciptkan lapangan usaha baru, erat
kaitannya dengan fakta atau hasil penelitian kementerian koperasi dan UMKM BPS
2015 yang pada intinya menyatakan bahwa: faktor penghambat usaha mikro, kecil
dan menengah secara berurutan adalah pemodalah sebesar 51,09%, pemasaran
34,72%, bahan baku 8,59%, ketenagakerjaan 1,09%, distribusi transportasi 0,22%
dan lain-lain 3,93%. sebagaimana dapat dilihat diagram pie berikut (Manihuruk, 2018) dan dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1 Diagram Pie Porsi Faktor
Faktor Penghambat UMKM
Dilihat dari
jumlah penduduk Indonesia merupakan urutan keempat jumlah penduduk terbanyak
didunia, sekaligus merupkan pangsa pasar perbankan finansial mandiri terbesar
di dunia, namun memiliki lembaga keuangan komersial terkecil dalam ukuran,
ragam, volume dan penetrasi pasar lamban dimana jumlah UMKM yang terdaftar di
Indonesia masih kurang dari 30% dari total UMKM, sementara di filipina dan vietnam masing-masing 87 dan 98% (Hudson, Williams, Orviska, & Nadin, 2012). Hasil survei ini masih
valid adapun realisasinya pada saat ini tidak jauh berbeda.
Pembangunan
nasional indonesia
untuk mengejar ketertinggalan dan penerapan menghadapi persaingan dengan
masyarakat ekonomi asean (MEA) melalui pembangunan ekonomi dari sektor ekonomi
makro dan moneter, diperlukan: menciptakan ekspansi usaha dan produksi yang
tinggi melalui pemberian fasilitas kredit perbankan, yang didukung oleh dana
pihak ketiga, modal
bank, jumlah kantor cabang
bank yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia, tingkat bunga yang bersaing dan
jumlah uang beredar yang cukup sehingga roda perekonomian berputar dengan baik,
pada akhirnya akan meningkatkan produk domestik bruto dan penurunan tingkat
pengangguran.
Ash center harvard
Kennedy school tahun 2010 menyatakan bahwa kebijakan khusus untuk mencapai
transformasi di Indonesia. �the sum is greater than the parts� menggandakan
kemakmuran bersama di Indonesia melalui integrasi lokal dan global (Nye, 2013) membahas tujuan utama
pembangunan pemerintah Indonesia, yaitu bergabung dengan jajaran negara
berpenghasilan menengah ke atas pada tahun 2025. Penulis laporan tersebut
berpendapat bahwa kebijakan saat ini akan tetap mencapai tujuan ini tetapi mungkin
Indonesia akan gagal dalam tiga dimensi mendasar: pertumbuhan akan menjadi
pengangguran, daya saing akan menurun, dan tidaksetaraan akan meningkat. Hal
ini terjadi karena indonesia tidak maksimal memanfaatkan manfaat dari sebuah
negara besar maupun keunggulan komparatif dinamis internasionalnya. Ash center mencatat bahwa
walaupun temuan ini mengecewakan, analisis menyampaikan pandangan optimis bahwa
rekomendasi tujuan tersebut akan dapat dicapai, dalam lanskap politik yang
menantang saat ini. Penulis menegaskan bahwa Indonesia harus memilih tiga jalur
pembangunan masa depan: reaktif, proaktif, dan transformatif. Tantangan
utamanya adalah dengan serius mengejar reformasi ekonomi yang kuat dan
berkelanjutan untuk kepentingan seluruh populasi daripada individu tertentu
atau kelompok tertentu. Menurut (Meier, Barrowclough, & Donmall, 2005) menyatakan bahwa
bagaimanapun tabungan dan investas adalah kekuatan utama untuk pertumbuhan.
Pendapatan nasional yang dibelanjakan untuk barang-barang konsumsi dan seberapa
besar untuk pembentukan modal. Konsumsi masih perlu ditingkatkan karena sebagian
besar masyarakat Indonesia masih hidup dalam tingkat subsistensi, pembentukan
kapital juga perlu untuk meningkatkan produksi barang-barang konsumsi di masa
depan. Jumlah
modal bank BUMN trendnya meningkat, tahun 2005 sebesar Rp.49.490 juta terus
meningkat menjadi Rp
399.257 juta pada tahun 2016. Dalam tahun 2010 terjadi pertumbuhan modal bank
BUMN yang sangat besar 47,45% dan pada tahun 2016 bertumbuh cukup besar 22,01%.
Diketahui bahwa
CAR bank BUMN, bank umum swasta nasional (BUSN) dan bank pembangunan daerah
(BPD) dalam 11 tahun terakhir seluruh bank CAR diatas 8% atau seluruh bank
sehat. Bank BUMN terendah 13,81% tahun 2009 dan tertinggi tahun 2006 sebesar
21,20% BUSN paling rendah 14,82% tahun 2008 tertinggi 19,84% tahun 2006,
demikian juga BPD paling rendah 14,33% tahun 2011 dan CAR tertinggi 19,24%
tahun 2005. CAR yang lebih tinggi menunjukkan bahwa telah terjadi ideal modal
atau pengelolaan modal belum optimal atau kurang efektif dan kurang efisien. Dana pihak ketiga tahun
2005 semula Rp. 392.385 juta terus naik menjadi Rp. 1.943.718 juta pada tahun
2016 dan dari ketiga jenis dana tersebut yang terbesar tabungan, deposito dan
giro. Tingkat pertumbuhan 11 tahun berakhir cenderung stabil dari paling kecil
8,92% tahun 2011 yang tertinggi 23,40% tahun 2016. Jumlah kantor cabang bank
BUMN jumlahnya terus meningkat pada tahun 2005 jumlah seluruh cabang bank BUMN
sebanayak 7.131 unit dan tahun 2016 menjadi 20.390 unit layanan UMKM. Jumlah
kantor cabang bank BUMN dalam lima tahun terakhir terjadi penurunan dari 13,97%
tahun 2012 turun menjadi 3,18% pada tahun 2016.
����������� Tingkat
suku bunga SBI tahun 2005 adalah 12,75% dan pada tahun 2016 turun menjadi
4,75%. Adapun selisih bunga simpanan dengan bunga kredit terkecil 2,96% tahun
2005 dan tertinggi 7,13% tahun 2009 dan pada tahun 2016 sebesar 6,11%. Jumlah
uang beredar terus meningkat Rp. 1.203 milyar pada tahun 2005 trendnya terus
naik menjadi Rp. 5.345 milyar pada tahun 2016. Dilihat dari presentase
pertumbuhan dalam lima tahun terakhir terjadi perlambatan dari 21,05% tahun
2012 terus menurun menjadi 11,63% tahun 2016.
Tabel 1
Jumlah Kredit dan Kredit
UMKM bank BUMN tahun 2006-2016
(jutaan rupiah)
Tahun |
Kredit bank BUMN |
Kredit UMKM |
Presentasi kredit UMKM |
2006 |
281.143 |
204.180 |
72.62 |
2007 |
344.317 |
263.414 |
76.50 |
2008 |
458.021 |
308.551 |
67.37 |
2009 |
533.945 |
355.892 |
66.65 |
2010 |
630.148 |
434.217 |
68.91 |
2011 |
761.373 |
485.342 |
63.75 |
2012 |
942.253 |
559.825 |
59.41 |
2013 |
1.156.147 |
635.530 |
54.96 |
2014 |
1.289.773 |
707.562 |
54.85 |
2015 |
1.487.454 |
787.699 |
52.95 |
2016 |
1.701.786 |
868.168 |
51.01 |
Fasilitas kredit
bank BUMN trendnya terus naik pada tahun 2006 Rp. 281.143 juta terus naik
menjadi Rp. 1.701.786 juta. Kredit UMKM pada tahun 2006 Rp. 204.180 juta terus
meningkat menjadi Rp. 868.168 juta; namun secara presentasi terdapat penurunan
dari 72,62% pada tahun 2006 trendnya terus turun menjadi 51,01% pada tahun
2016. Jumlah
produk domestik bruto secara nominal rupaiah terus meningkat dimana tahun 2006
Rp. 3.338.193 juta dan tahun 2016 menjadi Rp. 12.406.809 juta. Hal ini
menunjukkan bahwa proses pembangunan di Indonesia berhasil dengan baik yang
berdampak peningkatan produk domestik bruto, namun dalam tahun 2010 terjadi
penurunan sebesar 19,76% dan dalam lima tahun terakhir terjadi pelambatan
pertumbuhan dari 10,01% tahun 2012 turun menjadi 7,50% tahun 2016.
Tabel 2
Perkembangan
Produk Domestik
Bruto
tahun 2006-2016 (jutaan rupiah)
Tahun |
Produk domestik bruto |
pertumbuhan |
% pertumbuhan |
2006 |
3.338.193 |
0 |
0 |
2007 |
3.957.403 |
619.210 |
18.54 |
2008 |
5.354.595 |
1.397.192 |
35.30 |
2009 |
6.971.749 |
1.617.154 |
30.20 |
2010 |
5.593.703 |
-1.378.046 |
-19.76 |
2011 |
7.831.725 |
2.238.022 |
40.01 |
2012 |
8.615.702 |
783.977 |
10.01 |
2013 |
9.524.735 |
909.033 |
10.55 |
2014 |
10.565.816 |
1.041.081 |
10.93 |
2015 |
11.540.789 |
974.973 |
9.22 |
2016 |
12.406.809 |
866.020 |
7.50 |
Sumber data BI
Semakin
maju dan makmur suatu negara ditandai dengan menurunnya tingkat pengangguran.
Persentase tingkat pengangguran di indonesia dalam 12 tahun terakhir cenderung
menurun, pda tahun 2006 tingkat pengangguran 10.45% secara kuantitatif terus
menurun hingga tahun 2016 menjadi 5.33%. turunnya tingkat pengangguran tersebut
membuktikan bahwa proses pembangunan Indonesia berhasil dengan baik. Lima tahun
terakhir terjadi pelambatan pertumbuhan tingkat pengangguran tahun 2012 turun
sebesar 1,1% terus cenderung menurun hingga tahun 2016 turun hanya 0.48%.
Tabel 3
Tingkat Pengangguran
tahun 2006-2016
Tahun |
Tingkat pengangguran |
Pertumbuhan tingkat pengangguran |
2006 |
10,45% |
- |
2007 |
9,11% |
(1,34) |
2008 |
8,39% |
(0.72) |
2009 |
8,14% |
(0,25) |
2010 |
7,41% |
(0,73) |
2011 |
7,48% |
0,07 |
2012 |
6,37% |
(1,11) |
2013 |
6,70% |
0,33 |
2014 |
5,94% |
(0,76) |
2015 |
5,81% |
(0,13) |
2016 |
5,33% |
(0,48) |
Sumber data BPS
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sumber
data penelitian diperoleh dari instansi/lembaga seperti: Badan
pusat statistik (BPS),
Bank
Indonesia, kementerian
koperasi dan usaha kecil dan menengah, Lembaga pengetahuan Indonesia (LPI) dan Bank BUMN.
Dalam penelitian
ini populasi adalah semua data variabel modal bank, dana pihak ketiga, jumlah
kantor cabang, jumlah kredit bank BUMN, produk domestik bruto sebelum tahun
2006 sampai dengan tahun 2016. Data sampel yang digunakan adalah data
triwulanan kedelapan variabel dimaksud dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2016
(11 tahun).
Teknik analisis data yang digunakan
menggunakan statistik inferensial, Uji normalitas, uji
heteroskedasitas, uji autokolerasi dan uji multikolinieritas, uji t dan uji F.
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil
Setelah dilakukan
pengujian dari common effect, fixed effect dan random dan uji hausman test maka
rekresi yang terbaik adalah random efect.
1.
Regresi panel least
squares random effect
Tabel 4
Regresi panel least squares random effect
Dependent
variabel: Y? |
|
|
|||||
Method:
pooled EGLS (cross-section random effects) |
|||||||
Date:
01/17/19� time: 22:14 |
|
|
|||||
Sample
(adjusted): 144 |
|
|
|||||
Included
observations: 44 after adjustments |
|||||||
Cross-section
included: 4 |
|
|
|||||
Total
pool (balanced) observations: 176 |
|
||||||
Swamy
and arora estimator of component variances |
|||||||
|
|
|
|
|
|||
variable |
Coefficient |
Std. error |
t-statistic |
Prob. |
|||
|
|
|
|
|
|||
C |
6942.054 |
3844.736 |
2.376643 |
0.0190 |
|||
X1? |
-0.402009 |
0.176393 |
-2.279053 |
0.0243 |
|||
X2? |
0.610616 |
0.043380 |
14.07599 |
0.0000 |
|||
X3? |
44.13408 |
5.458988 |
8.084664 |
0.0000 |
|||
X4? |
-10.82879 |
4.306476 |
-2.514536 |
0.0131 |
|||
X5? |
39.023116 |
3.656454 |
10.67239 |
0.0000 |
|||
Random effects (cross) |
|
|
|
|
|||
_BTN-C |
-15484.68 |
|
|
|
|||
_BNI-C |
14769.03 |
|
|
|
|||
_MANDIRI-C |
40331.12 |
|
|
|
|||
_BRI-C |
-39615.46 |
|
|
|
|||
|
Effects specification |
|
|
||||
|
|
|
S.D. |
Rho |
|||
|
|
|
|
|
|||
Cross-section
random |
3033.453 |
0.00921 |
|||||
Period
fixed (dummy variables) |
|
||||||
Idiosyncratic
random |
9522.322 |
0.9079 |
|||||
|
|
|
|
|
|||
|
Weighted statistic |
|
|
||||
r-squared |
0.954236 |
Mean dependent var |
118872.8 |
||||
Adjusted r-squared |
0.936939 |
S.D. dependent var |
80450.98 |
||||
S.E. of regression |
20202.82 |
Akaike info criterion |
22.89555 |
||||
Sum squared resid |
5.18E+10 |
Schwarz criterion |
23.77834 |
||||
Log likelihood |
-1965.809 |
Hannan-quinn criter |
23.25357 |
||||
f-statistic |
55.16853 |
Durbin-watson stat |
1.223350 |
||||
Prob(f-statistic) |
0.000000 |
|
|
|
|||
Dari
persamaan regresi berganda tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Apabila
variabel modal, dana pihak ketiga, jumlah kantor cabang, tingkat bunga dan jumlah
uang beredar tidak ada penambahan, maka jumlah kredit UMKM bank BUMN adalah
sbesar 6.942.054 juta.
2) Apabila
ada penurunan modal bank 1 juta maka jumlah kredit UMKM bank BUMN akan meingkat
40.200.900, demikian juga sebaliknya dengan tingkat elastisitas -0.114829
(kurang elastis).
3) Apabila
variabel dana pihak ketiga naik 1 juta maka jumlah kredit UMKM bank BUMN akan
naik 610.616; demikian jugas ebaliknya dengan tingkat elastisitas 0.869743
(kurang elastis).
4) Apabila
variabel jumlah kantor cabang bank BUMN bertambah 1 unit maka akan meningkat
jumlah kredit UMKM bank BUMN 44.134.080; demikian juga sebaliknya dengan
tingkat elastisitasnya 0.100184 (kurang elastis)
5) Apabila
tingkat suku bunga turun 1%, maka akan meningkat jumlah kredit UMKM bank BUMN
sebesar 10.828.790; demikian juga sebaliknya dengan tingkat elastisitas
-0.470239 (kurang elastis).
6) Apabila
jumlah uang beredar meningkat 1 juta, maka jumlah kredit UMKM bank BUMN akan
meningkat 39.023.116; demikian juga sebaliknya dengan tingkat elastisitas
0.106228 (kurang elastis).
2.
Regresi jumlah kredit
UMKM bank BUMN terhadap produk domestik bruto
Tabel 5
Pengaruh
jumlah kredit UMKM bank BUMN terhdap produk domestik bruto
Dependent variable: Z_1 |
|
|
||
Method: least squares |
|
|
||
Date: 01/29/19 time: 13:06 |
|
|
||
Sample: 1 176 |
|
|
|
|
Included observations: 176 |
|
|
||
|
|
|
|
|
variable |
coefficient |
Std. Error |
t-statistic |
Prob. |
|
|
|
|
|
C |
1274014 |
77800.91 |
16.37531 |
0.0000 |
Kredit
UMKM |
5.668830 |
0.542533 |
10.44882 |
0.0000 |
|
|
|
|
|
r-squared |
0.585545 |
Mean dependent var |
1947755 |
|
Adjusted r-squared |
0.582014 |
S.D. dependent var |
734694.0 |
|
S.E. of regression |
577558.3 |
Akaike info criterion |
29.38231 |
|
Sum squared resid |
5.80E+13 |
Schwarz criterion |
29.41833 |
|
Log likelihood |
-2583.643 |
Hannan-quinn criter |
29.39692 |
|
f-statistic |
109.1779 |
Durbin-watson stat |
0.220804 |
|
Prob(f-statistic) |
0.000000 |
|
|
|
Pengaruh
kredit UMKM terhadap produk domestik bruto cukup kuat r-squared 0.582014 prob
(f-statistic=0.0000), regresi (a) 1274014 juta coeffisien (b) 5.66830 rata-rata
1.947.755 juta dengan standar deviasi 734.694 juta pengaruhnya signifikan.
Regresi Z.1 = 1274014+5.668830. Hal
ini membuktikan bahwa setiap pertambahan kredit UMKM bank BUMN 1 juta
berpengaruh menaikkan produk domestik bruto 5.668.830 hampir elastis (0.9091).
Tabel 6
�Pengaruh jumlah kredit UMKM terhadap tingkat
pengangguran 2006-2016
Dependent variable:Z_2 |
|
|
||
Method: least squares |
|
|
||
Date: 12/28/18 time: 17:30 |
|
|
||
Sample (adjusted): 2006Q1 2049Q4 |
|
|||
Included observations: 176 after
adjusments |
|
|||
|
|
|
|
|
variable |
coefficient |
Std. error |
t-statistic |
Prob. |
|
|
|
|
|
C |
825.6549 |
19.72300 |
41.86253 |
0.0000 |
Kredit
UMKM |
-0.00795 |
0.000138 |
-5.782332 |
0.0000 |
|
|
|
|
|
r-squared |
0.66185 |
Mean dependent var |
731.1364 |
|
Adjusted r-squared |
0.656364 |
S.D. dependent var |
159.4067 |
|
S.E. of regression |
146.4145 |
Akaike info criterion |
12.82206 |
|
Sum squared resid |
3730076 |
Schwarz criterion |
12.85809 |
|
Log likelihood |
-1126.341 |
Hannan-quinn criter |
12.83667 |
|
f-statistic |
33.43537 |
Durbin-watson stat |
1.131326 |
|
Prob(f-statistic) |
0.000000 |
|
|
|
Pengaruh kredit UMKM bank
BUMN terhadap tingkat penggunaan cukup kuat r-squared 0.661185 PROB
(F-statistic = 0.0000). regresi (a) 825.65479 juta coeffisien (b) -0.00795
rata-rata 731 juta dengan standar deviasi 159 juta pengaruhnya signifikan.
Regresi Z.2=825.6549-0.00795 (jumlah kredit UMKM bank BUMN). Hal ini membuktikan bahwa
setiap pertambahan kredit UMKM bank BUMN 1 juta (1%) berpengaruh menurunkan
tingkat pengangguran 0.00795%, kurang elastis (-0.4745).
B.
Pembahasan
1. Pengaruh
dana pihak ketiga, modal
bank, jumlah kantor cabang,
tingkat bunga dan jumlah uang beredar secara simultan berpengaruh signifikan
dan positif terhadap jumlah kredit UMKM bank BUMN. Hasil uji F menunjukkan
faktor modal bank, dana pihak ketiga, jumlah kantor cabang, tingkat bunga dan
jumlah uang beredar secara simultan berpengaruh signifikan dan positif terhadap
jumlah kredit UMKM bank BUMN. Uji F dengan nilai probability sebesar 0.0000
lebih kecil -0.05. adjust r-squared 93% sisanya 7% dipengaruhi oleh
variabel-variabel lain diluar model yang diteliti. Hasil pengujian ini
menunjukkan bahwa kombinasi penagruh variabel Pengaruh modal bank, dana pihak
ketiga, jumlah kantor cabang, tingkat bunga dan jumlah uang beredar merupakan
faktor-faktor yang berkontribusi signifikan terhadap jumlah kredit UMKM bank
BUMN.
2. Pengaruh
dana pihak ketiga (X2) terhaadp jumlah kredit UMKM bank BUMN. Apabila dana pihak ketiga
naik 1 juta maka jumlah kredit UMKM bank BUMN akan naik 610.616; demikian juga
sebalinya dengan tingkat elastisitas 0.872818 (kurang elastis). Rata-rata tingkat bunga
dana pihak ketiga adalah 3%tingkat bunga bank Indonesia yang dipersamakan
dengan deposito saat ini adalah 4,75%. Pada dasarnya mereka yang emnikmati
fasilitas kredit UMKM pada suatu bank tertentu, juga akan menyimpan dana atau
tabungannya pada bank yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa dengan peningkatan
jumlah kredit UMKM bank BUMN juga secara tidak langsung dana pihak ketiga bank
BUMN juga turut serta meningkat atau dengan kata lain pihak bank sangat
diuntungkan, satu dan lain hal bahwa tingkat bunga kredit yang dibebankan
kepada nasabah tinggi 19%, dengan demikian keberlangsungan usaha bank BUMN juga
ditentukan dengan meningkatnya fasilitas kredit UMKM bank BUMN, pada sisi yang
lain tanpa susah payah dana pihak ketiga bank juga otomatis meningkat, dengan
demikian bank BUMN agar saling menguntungkan dari sisi aktiva atau kredit UMKM
mendapatkan pendapatan bunga yang tinggi dan pada sisi yang lain hal transaksi
atau mutasi keuangan akan lebih banyak menggunakan jasa bank dimaksud.
3. Pengaruh
modal bank (X.1) terhdap jumlah kredit UMKM bank BUMN
Apabila ada penurunan
modal 1 juta maka jumlah kredit UMKM bank BUMN akan meningkat 402.009; demikian
juga sebaliknya dengan tingkat elastisitas -0.114829 (kurang elastis). Pada umumnya modal
berpengaruh positif terhadap penjualan maupun tingkat keuntungan bagi badan
usaha jasa perbankan berdasarkan kepercayaan dan image masyarakat pada umumnya,
oleh karenanya faktor modal tidak menjadi pertimbangan yang berarti bagi
pelanggannya. Untuk menjamin kelancaran dan keamanan usaha perbankan pemerintah
mengeluarkan banyak regulasi. Fakta dilapangan bahwa para nasabah telah
menyimpan dananya di bank meskipun tingkat bunga dana pihak ketiga sangan
rendah, dan bagi para pengguna dana mau membayar tingkat bunga pinjaman yang
tinggi. Hal ini terbukti dari rata-rata tingkat suku bunga dana pihak ketiga 3%
atau BI rate saat ini adalah 4,75% pertahun, sementara tingkat suku bunga
kredit UMKM rata-rata 10,86% atau terdapat selisih bunga sebesar 6,11%.
Meskipun diluar biaya bunga dana pihak ketiga masih ada biaya lainnya, misalnya
biaya operasional, tentunya selisih tingkat bunga yang tinggi tersebut sangat
menguntungkan bisnis usaha perbankan, dengan bekerja biasa-biasa saja tingkat
pendapatan atau keuntungan bank sudah memadai dan dapat memberikan kontribusi
pajak, corporate social responsibility dan dividen bagi pemegang saham.
Dalam
kasus penambahan modal bank BUMN ini menjadi kontradiktif terhadap teori modal
pada badan usaha lainnya, selain selisih bunga dana pihak ketiga dan bunga
kredit sangat besar, juga terdiri karena:
a. Pertambahan
modal (equity) pertumbuhannya lebih besar dari pertumbuhan kredit
khusunya kredit UMKM, akumulasi modal terus bertambah besar
b. Secara
internasional CAR cukup 8%. Dibanyak negara dalam praktek misalnya tiongkok
tingkat bunga kredit berkisar 3%-5% dan CAR rata-rata 11% atau rata-arat lebih
tinggi 3% dari ketentuan regulasi internasional. Di Indonesia hinggas aatt ini
bank BUMN berkisar 16% hingga 21% atau kelebihan sebesar 7% hingga 12%; dengan
kata lain rata-rata kelebihan 100% dari regulasi, hal ini berarti terjadi
inefisiensi penggunaan modal bank
c. Dalam
lima tahun terakhir CAR bank BUMN cenderung meningkat dimana pada tahun 2012
sebesar 16,75% terus meningkat menjadi 20,25% pada tahun 2016, lebih tinggi
dari 16,01% turun menjadi 15,44% pada tahun 2016.
d. Secara
teoritis dan faktual jika kita menggunakan teori manajemen keuangan tentang
struktur utang atau teori leverage, jika biaya modal asing atau utang jauh
lebih kecil daripada tingkat keuntungan akan lebih efisien atau earning
persharenya lebih tinggi menggunakan utang atau dana pihak ketiga daripada
menggunakan modal sendiri.
Berdasaekan
pembahsan tersebut diatas, agar penggunaan modal bank BUMN lebih optimal
disarankan:
1) Kelebihan
modal tersebut dilakukan ekspansi kredit UMKM, satu dan lain hal bahwa kredit
macet rata-raat perbankan 3,4%, standar NPL bank dikategorikan termasuk yang
sehat oleh bank Indonesia NPL sebesar 5%
2) Modal
dana pihak ketiga pada dasarnya saling melengkapi atau bersifat komplimenter,
dana pihak ketiga karena biaya dana ini murah an harus diupayakan terus
meningkat, untuk optimalisasi pengelolaan modal, maka yang harus dikurangi
adalah akumulasi jumlah modal dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk peningkatan
kredit UMKM sehingga CAR menjadi turun mendekati CAR minimum 8% sehingga penggunaan
modal akan lebih efektif dan efisien.
3) Cara
lainnya dalam rangka optimalisasi penggunaan modal bank BUMN dengan membeli
kembali saham yang beredar di pasar sekunder atau di bursa efek Indonesia.
4) Pemerintah
menarik kelebihan modal bank BUMN sebagai modal dasar pendirian bank BUMN yang
baru; satu dan lain hal peranan bank BUMN masih kecil jika dibandingkan peran
bank asing dan bang swasta lainnya.
5) Pemerintah
menerbitkan regulasi baru tentang CAR meksimum bank BUMN, misalnya 15%, dengan
demikian kelebihan CAR atau modal dimaksud disalurkan dalam bentuk kredit.
4. Pengaruh
jumlah kantor cabang bank BUMN (x3) terhadap jumlah kredit UMKM bank BUMN
Apabila
jumlah kantor cabang bank BUMN bertambah 1 unit maka akan meningkatkan jumlah
kredit UMKM bank BUMN 31.479.800; demikian juga sebaliknya dengan tingkat
elastisitas 0.100184 (kurang elastis).
Dilihat
dari tingkat pertumbuhan kantor cabang bank BUMN dalam 5 tahun terakhir terjadi
penurunan dari 13,97% tahun 2012 turun 3,18% pada tahun 2016; teknologi saat
ini terus berkembang maju, dapat memberikan kemudahan dan lebih efektif dan
effisien operasional perbankan. Teknologi dapat menggantikan tenaga manusia
khususnya kegiatan back office berkaitan dengan birokrasi dan pencatatan
transaksi keuangan bank maupun nasabah bank sangat dimudahkan oleh teknologi
dan komputerisasi. Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga peranan
komputerisasi dan ATM bersama sangat besar manfaatnya, emngingat besarnya
risiko kredit macet dan moral hazard, tentunya penyebaran dan keberadaan kantor
cabang bank diperlukan dekat dengan para penggunanya.
Keberadaan
sebuah kantor cabang erat kaitannya dengan penambahan biaya operasional dan
logistik. Mengingat bahwa kantor cabang bank secara hirarkis terdiri dari
kantor pusat, wilayah, cabang, cabang pembantu dan kantor kas dengan fungsi dan
tugas yang berbeda sehingga dalam pendirian sebuah kantor cabank bank
diperlukan perhitungan yang matang. Terkait
dengan fsilitas kredit mikro, kecil dan menengah keberadaan sebuah kantor
cabang sebagai pengawas dan pembina usaha debitur, keberadaan kantor cabang
pembantu sangat diperlukan bagi kelangsungan usaha bank dan kelancaran
pembayaran kredit debitur.
Berdasarakan
fakta dilapangan khusus para debitur kredit mikro dan kecil sangat enggan
mendatangi sebuah kantor cabang yang besar dengan alsan:
a. Fasilitas
kredit yang mereka butuhkan relatif kecil-kecil, untuk memasuki suatu kantor
cabang yang besar dan megah merasa sungkan
b. Pada
umumnya mereka bekerja mandiri, dalam prakteknya pemberian fasilitas kredit
memerlukan banyak syarat-syarat yang bagi mereka hal itu merepotkan.
c. Belum
lagi dengan bolak-balik mengrus berbagai persyaratan administrasi ijin, akan
mengganggu kegiatan usaha mereka atau dengan kata lain selama mereka
mondar-mandir mereka menutup usahnya.
Mengingat berbagai masalah tersebut diatas
kadangkala mereka tidak melihat tingkat bunga kredit bank yang murah saja,
tetapi lebih kepada kemudahan mereka mendapatkan pinjaman kredit,
banyak diantara mereka lebih memilih yang paling mudah walaupun mahal dengan pinjam
kepada rentenir. Oleh
karenanya keberadaan kantor kas bank BUMN sangat diperlukan, dan agar saling
menguntungkan bagi bank dan para pengusaha kecil bank BUMN proaktif mendatangi
para pengusaha kecil yang dimaksud.
5. Pengaruh
tingkat bunga (X4) terhadap jumlah kredit UMKM bank BUMN
Apabila
tingkat bunga turun 1% maka akan meningkatkan kredit UMKM bank BUMN sebesar
10.828.790 demikian juga sebaliknya dengan tingkat elastisitas -0.470239 (kurang
elastis). Tingkat
bunga ini relatif besar pengaruhnya jika dibandingkan variabel lainnya, namun
tingkat bunga mempunyai arti yang sangat strategis bagi para pihak, perbankan,
masyarakat penyimpan dananya di bank, debitur dan pemerintah.
Bank
Indonesia terkait dengan kebijakan moneter erat kaitannya dengan tingkat bunga
kredit UMKM seperi saat ini, berpengaruh terhadap harga jual pokok. Ini pada
akhirnya menambah daftar �linkaran setan� yang membelit UMKM. Akibatnya, sektor
usaha ini menjadi sulit berkembang , bahkan sulit bersaing menghadapi pasar
internasional yang di negara lain tingkat bunga jauh lebih rendah.
Kebijakan
subsidi bunga, pemerintah menetapkan suku bunga UMKM mikro, kecil dan UMKM
mikro retail masing-masing dari 22% dan 14% menjadi 12% pada tahun 2015,
kemudian menjadi 9% pada tahun 2016 dan 7% pada tahun 2017. Negosiasi yang
dilakukan pemerintah dengan pihak perbankan menyepakati bahwa tingkat suku
bunga pasar untuk KUR mikro adalah 19%, sedangkan untuk KUR retail 15%. Dengan
demikian, untuk KUR mikro subsidi bunga yang ditanggung pemerintah adalah 7%
pada tahun 2015 dan 10% pada tahun 2016. Sementara itu tanggungan subsidi
pemerintah untuk KUR retail adalah 3% pada tahun 2015 dan 5,5% pada tahun 2016.
Penurunan suku bunga UMKM bisa menimbulkan dua akibat. Di satu sisi, mendorong
iklim kompetisi yang lebih fair di pasar kredit UMKM. Perbankan yang tidak mau
melakukan inovasi akan kalah dan tersisi dalam persaingan di pasar kredit UMKM.
Hal ini akan berdampak secara positif terhadap UMKM untuk mendapat pinjaman
suku bunga yang lebih murah. Di sisi lain, penurunan suku bunga juga bisa
menimbulkan crowding effect terhadap kredit-kredit UMKM yang sifatnya lebih
komersial. Hal
positif lainnya terkait dengan suku bunga bank dan UMKM dimana perbankan yang
telah berusaha membantu UMKM dengan pemberian kredit dan pembinaan manajemen
UMKM. Hal ini membentuk hubungan saling menguntungkan antara kedua belah pihak
sehingga UMKM tidak perlu lagi meminjam uang dari rentenir.
6. Pengaruh
jumlah uang beredar (X5) terhadap kredit UMKM bank BUMN
Apabila
jumlah uang beredar meningkat 1 juta, maka jumlah kredit UMKM bank BUMN akan
meningkat 39.023.116; demikian juga sebaliknya dengan tingkat elastisitas
0.106228 (kurang elastis). Dari
tahun ke tahun secara nominal terus meningkat, namun dilihat dari persentasi
pertumbuhan dalam 5 tahun terakhir terjdai pelambatan dari 21,05% tahun 2012
terus menurun menjadi 10,17% tahun 2016. Secara empiris dalam jangka panjang
uang diperlukan untuk pertukaran dan pertumbuhan ekonomi, pda sisi lain
mempunyai pengaruh yang sangat signifikan menimbulkan inflasi, oleh karena
peredaran uang harus dikelola secara baik dan sesuai kebutuhan dalam
perekonomian secara baik dan sesuai kebutuhan dalam perekonomian suatu negara.
Pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat meskipun akan
menimbulkan inflasi yang diikuti dengan kenaikan harga-harga barang dan jasa,
hal tersebut dapat diartikan pula selama inflasi terkendali dibawah dua digit
atau dibawah 10% relatif masih aman. Hal ini merupakan peluang bisnis yang
ditunggu-tunggu oleh mereka yang terlibat didalam bisnis termasuk didalamnya
UMKM, dengan adanya kenaikan harga dan jasa serta meningkatnya pendapatan
masyarakat mempunyai daya tarik yang tinggi untuk memasuki usaha baru dan bagi
mereka yang sudah berbisnis cenderung akan memperluas usaha mereka karena ada
pengharapan pendapatan akan meningkat.
Dengan
meningkatnya jumlah uang beredar, akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan
pendapatan para pengusaha UMKM pada akhirnya akan berdampak pada meningkatnya
pendapatan pemerintah dari sektor pajak yang selanjutnya dapat meningkatkan
APBN, pertumbuhan ekonomi nasional dan berlanjutnya pembangunan nasional.
7. Pengaruh
jumlah kredit UMKM bank BUMN terhadap produk domestik bruto
Hasil
penelitian ini membuktukan bahwa setiap pertambahan jumlah kredit UMKM bank
BUMN 1 juta berpengaruh menaikkan produk domestik bruto 5.668.830; hampir
elastis (0.9091).
Adapun
porsi masing-masing bank penyaluran kredit UMKM perbankan berdasarkan data
tahun 2016: bank BUMN 17,32%, BUSN 44%, Bank asing 25,23% dan BPD 13,45%. Fakta
ini membuktikan bahwa dari 124 bank BUMN porsi pembiayaan UMKM (17,32)
menempati urutan ketiga setelah bank umum swasta nasional dan asing, namun
lebih besar dari porsi BPD hanya sebesar 13,45%. Bank BUMN sebagai bank
pemerintah lebih meningkatkan lagi pertumbuhan UMKM nya sehingga dapat mengejar
bank asing dan bank swasta nasional. Produk
domestik bruto dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke
waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat. Disamping
itu juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya kontribusi berbagai sektor
perekonomian terhadap pendapatan nasional. Indonesia turut
berkomitmen dalam rangka peningkatan produk domestik bruto erat kaitannya
dengan inklusif keuangan telah menjadi isu ekonomi dunia, sejak menjadi
kesepakatan KTT G-20 pada tahun 2009 silam, para pemimpin negara terus
memperbincangkan masalah inklusif keuangan sebagai motor sustanibility
pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Adapun implementasinya saat ini
adalah keterpihakan kepada UMKM agar terus bertambah banyak dan terjadi
kenaikan kelas dari pengusaha mikro menjadi kecil, kecil menjadi usaha
menengah. Melalui fasilits kredit UMKM jumlah pengusaha Indonesia terus
bertambah untuk mengejar ketertinggalan, indonesai saat ini hanya 1,65% dari
jumlah penduduk.
Bank
BUMN memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan dan menjadi
lokomotif pembangunan ekonomi karena unggul dalam hal penyediaan layanan,
keuangan dana pihak� ketiga dan kredit,
memiliki tingkat kepercayaan yang sangat tinggi di masyarakat, kuat dalam
menelolan risiko dan produk dana pihak ketiga masyarakat dijamin oleh lembaga
penjamin simpanan (LPS) serta jaringannya sangat tersebar dan luas, sehingga
dalam hal ini pemerintah harus berupaya semaksimal mungkin mengoptimalkan bank
BUMN ini sebagai agent of development.
Pemerintah
harus lebih mendorong pertumbuhan UMKM, kontribusi UMKM dalam perekonomian
Indonesia masih belum optimal dibandingkan dengan potensi yang ada apalagi jika
kita bandingkan dengan negara lain, jumlah UMKM yang tersebar di Indonesia
masih kurang dari 30% dari total UMKM.
Berdasarkan
hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa peran bank BUMN untuk meningkatkan
produk domestik bruto sangat strategis, tidak hanya menguntungkan bagi bank
BUMN terlebih lagi bagi pemerintah terkait dengan efek multi player effect
dimana pertambahan jumlah kredit UMKM berpengaruh signifikan meningkatkan
produk domestik bruto. Dalam
hal ini pemerintah sebagai pemilik mayoritas saham bank BUMN, perlu memperhatikan
pengaruh multy player effect, daripada sekunder mengharapkan deviden dan
coorparate social responsibility (CSR) saja dan penerimaan pajak secara
nasional dan pertumbuhan ekonomi serta pemerataan pembangunan di seluruh
nusantara.
8. Pengaruh
jumlah kredit UMKM bank BUMN terhadap tingkat pengangguran
Penelitian
ini membuktikan bahwa setiap pertambahan kredit UMKM bank BUMN 1 juta (1%)
berpengaruh menurunkan tingkat pengangguran 0.00795% kurang elastis (-0.4745). Data menunjuk bahwa
tingkat pengangguran Indonesia dalam 11 tahun terakhir cenderung menurun dari
10,45% pada tahun 2006 terus menurun menjadi 5,33% pada tahun 2016; namun
secara kualitas penurunan dalam 5 tahun relatif mengecil bahkan dalam tahun
2013 terjadi kenaikan tingkat pengangguran dari 6,37% (2012) menjadi 6,70%
(2013).
Pengangguran
dan jumlah kredit UMKM bank BUMN, berdasarkan kementerian koperasi dan UMK-BPS
2015 diketahui bahwa faktor yang paling menghambat adalah permodalan 51,09%,
pemasaran 34,72%, bahan baku 8,59%, ketenaga kerjaan 1,09%, distribusi
transportasi 0,22%, lainnya 3,91%, fakta ini menyatakan bahwa kendala utama dan
yang paling kritis bagi pengurangan tingkat pengangguran melalui pertumbuhan
UMKM adalah ketiadaan atau kekurangan modal atau peningkatan fasilitas kredit perbankan. Pembiayaan mikro
dipandang cukup efektif dalam meningkatkan kapasitas keuangan masyarakat miskin
karena lebih fleksibilitas, jangka waktu pendek, agunan yang fleksibel (seperti
sosial kolateral) dapat dilakukan untuk usaha-usaha mikro berkelompok mampu
menciptakan insentif yang dinamis, meningkatkan kapasitas pembiayaan, sistem
cicilan yang teratur, serta alternatif agunan.
Kesimpulan
Secara simultan
dan parsial variabel dana pihak ketiga, modal bank, jumlah kantor cabang, tingkat bunga,
jumlah uang beredar berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kredit UMKM
bank BUMN. Secara umum badan usaha bisnis variabel modal berpengaruh positif
terhadap fasilita s
kredit, dalam penelitian ini modal bank pengaruhnya negatif karena terjadi kelebihan
modal atau penggunaan modal tidak efisien.
Dana pihak ketiga
terus meningkat merupakan kabar baik bagi usaha perbankan, karena tidak
dipungkiri bahwa maju mundurnya usaha perbankan sangat tergantung tersedianya
dana pihak ketiga, satu dan lain hal tingkat bunga dana pihak ketiga relatif
sangat rendah jika dibandingkan dengan tingkat bunga kredit.
Secara nominal
jumlah kredit UMKM bank BUMN terus meningkat, namun secara riel pertumbuhannya
atau persentasinya dalam 5 tahun terakhir porsinya terus menurun pada tahun
2006 persentasi kredit UMKM 72,62% dari total kredit bank BUMN, terus menyusut
hingga 51,01% pada tahun 2016. Jika dilihat dari tingkat pertumbuhan jumlah
kredit UMKM bank BUMN dalam 5 tahun terakhir 2012 tingkat pertumbuhan 15,35%
terus menurun hingga menjadi 10,21% tahun 2016. Jumlah kantor cabang
merupakan ujung tombak dalam melayani fasilitas kredit UMKM bank BUMN, dilihat
dari tingkat pertumbuhan kantor cabang bank BUMN dalam 5 tahun terakhir terjadi
penurunan dari 13,97% tahun 2012 turun menjadi 3,18% pada tahun 2016. Tingkat bunga dalam 11
tahun terakhir mengalami naik dan turun, namun trendnya cenderung menurun
merupakan kabar baik bagi perbankan dan debitur UMKM.
BIBLIOGRAFI
Dombusch, Rudiger. (1997). How Real is US
Prosperity?" Column reprinted in World Economic Laboratory Columns, MIT.
Ehrenberg, Ronald G., & Smith, Robert S. (2000). Modern
labor economics: Theory and policy. Addison-Wesley. New York.
Hudson, John, Williams, Colin, Orviska, Marta, & Nadin,
Sara. (2012). Evaluating the impact of the informal economy on businesses in
South East Europe: some lessons from the 2009 World Bank Enterprise Survey. South
East European Journal of Economics and Business, 7(1), 99�110.
Latumaerissa, Julius R. (2014). Manajemen bank umum. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Manihuruk, Christianus. (2018). Pengaruh Modal Bank, Alokasi
Kredit Dana Pihak Ketiga, dan Jumlah Kantor Cabang Bank BUMN Persero terhadap
Jumlah Kredit Usaha Kecil dan Implikasinya pada Tingkat Pengangguran. JURNAL
EKONOMI, 20(3), 316�335.
Meier, Petra S., Barrowclough, Christine, & Donmall,
Michael C. (2005). The role of the therapeutic alliance in the treatment of
substance misuse: a critical review of the literature. Addiction, 100(3),
304�316.
Nopirin, M. A. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Ekspor Indonesia Tahun 1988-2008. [Yogyakarta]: Universitas
Gadjah Mada.
Nye, Joseph S. (2013). What China and Russia don�t get about
soft power. Foreign Policy, 29(10).
Simarmata, Parihutantua. (2017). Hukum Zona Ekonomi Eksklusif
dan Hak Indonesia Menurut Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1983. Syntax
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(2), 108�123.
Suryana, Yuyus, & Bayu, Kartib. (2012). Kewirausahaan:
Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses Ed. 2. Kencana.
Todaro, Michael P. (2000). Economic Development. New York
University. New York.
�
������������������������������������������������������������