������������������������� ��� Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia � ISSN : 2541 0849
��������������������������� e-ISSN : 2548-1398
��������������������������� Vol. 2,
No 5 Mei 2017
PENGARUH� SUBJECT SPECIFIC PEDAGOGY �(SSP) TEMATIK
INTEGRATIF TERHADAP PENINGKATAN KARAKTER KEJUJURAN DAN KEPEDULIAN SISWA KELAS II SDN KARET 1 SEPATAN TANGERANG
Sri Haryati
Universitas
Muhammad Tangerang
sri��[email protected]
Abstrak
Tujuan dari penelitian berikut merupakan untuk mengungkapkan
pengaruh SSP
tematik integratif atas peningkatan yang terjadi pada: 1)karakter kejujuran, dan
2) karakter
kepedulian di siswa kelas II SDN Karet 1 Sepatan Tangerang. Secara penggunaan metodelogi
penelitian ini berorientasi pada penelitian kusi eksperimen dengan rancangan
penelitian yang berorientasi pada nonequivalent-groups
pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini merupakan siswa
kelas II SDN Karet 1 Sepatan Tangerang yang terdiri dari empat rombongan
belajar. Sampel penelitian ini sebanyak tiga kelas yang ditentukan
menggunakan simple cluster random
teknik. Dari penelitian ini peneliti berhasil mendapat beberapa hasil
seperti berikut, (1) proses pembelajaran yang memanfaatkan� SSP tematik integratif memiliki hasil yang
cenderung positif dan signifikan, terlebih jika dibandingkan dengan pengajaran
yang tanpa pemanfaatan SSP. Dari penerapan tersebut peneliti mendapati
peningkatan karakter kejujuran siswa SD (Sig.= 0,000 < 0,05). Rata-rata peningkatan
karakter kejujuran siswa yang diajarkan dengan pembelajaran SSP tematik
integratif lebih besar daripada yang diajarkan dengan pembelajaran tanpa
menggunakan SSP tematik integratif. (2) Pembelajaran menggunakan SSP tematik
integratif berpengaruh positif dan signifikan. Pada pelaksanaannya pembelajaran
yang memanfaatkan SSP memiliki hasil yang lebih memuaskan dibandingkan
pembelajaran yang tidak menggunakan SSP. Pada tahap lanjut siswa SD yang
menerapkan pembelajaran tersebut mengalami peningkatan karakter kepedulian
(Sig.= 0,000 < 0,05). Secara tidak langsung hasil dan uraian di atas
menyatakan bahwa pembelajaran yang menggunakan SSP cenderung lebih baik dengan
peningkatan karakter kepedulian siswa yang juga baik. Berbeda dengan
pembelajaran yang tidak menggunakan tematik integratif, model pembelajaran yang
menggunakan tematik integratif memiliki peningkatan karakter kepedulian siswa
yang relatif lebih tinggi, sehingga tepat jika digunakan untuk upaya
peningkatan karakter kepedulian siswa melalui pembelajaran.�
Kata Kunci: SSP
tematik integratif, karakter kejujuran, karakter kepedulian
Pendahuluan
Pendidikan merupakan hal sangat yang penting untuk pertumbuhan sumber daya
manusia pada suatu bangsa. John Dewey (1978) menyatakan bahwa pendidikan adalah
sesuatu yang bersamaan dengan pertumbuhan. Sama halnya dengan ungkapan penulis
pada kalimat pertama, menurut pemahaman John Dewey, pendidikan ialah suatu hal
yang memiliki hubungan erat dengan pertumbuhan. Adapun hubungannya dengan
kehidupan berbangsa dan bernegara, peran pendidikan dalam kasus ini adalah
sebagai program pembentukan mental, ideologi, karakter, dan keterampilan
masyarakat. Berdasarkan hal demikian peran pendidikan dalam pelaksanaan
kehidupan berbangsa dan bernegara sangatlah besar. Di samping mencerdaskan
masyarakat, peran pendidikan juga dapat mendorong beberapa sektor vital seperti
ekonomi, sosial, budaya, politik, bahkan teknologi.
����� Tidak berbeda dengan Jhon Dewey
yang menyebutkan pendidikan merupakan suatu hal yang bersamaan (beriringan) dengan
pertumbuhan, menurut pandangannya, Lickona (1991: 6) berspekulasi bahwa pada
dasarnya pendidikan mempunyai dua tujuan. Tujuan pertama dari suatu pendidikan
adalah mencerdaskan peserta didik, yang dalam hal ini adalah masyarakat yang
mengikuti proses pendidikan. Sedangkan tujuan kedua dari pendidikan adalah
menjadikan siswa sebagai pribadi yang baik.
����� Pentingnya pendidikan
mengharuskan pemerintah pusat, daerah, maupun terkait berpartisipasi langsung
dalam peningkatan mutu pendidikan nasional. Mutu pendidikan nasional sendiri
merupakan parameter dari pelaksanaan pendidikan bangsa. Lebih jauh, mutu
pendidikan yang dinilai baik akan menciptakan manusia-manusia yang lebih
terdidik. Sumber daya manusia yang terdidik adalah akar utama dari proses
pembangunan bangsa. Saat suatu bangsa memiliki SDM yang lebih terdidik, dengan
rentang waktu yang tidak begitu lama, bangsa tersebut akan menjadi bangsa yang
besar dan mengusai berbagai aspek penting dalam hal kehidupan berbangsa dan
bernegara. Di samping tujuan di atas, peningkatan mutu serta kualitas
pendidikan juga dilatarbelakangi oleh adanya UU Nomor� 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan.
Pendidikan nasional memiliki fungsi untuk meningkatkan dan/atau mengembangkan
kemampuan juga watak serta peradaban bangsa yang memiliki martabat dan hal
mencerdaskan kehidupan bangsa, memiliki tujuan untuk meningkatkan potensi siswa
supaya menjadi pribadi yang beriman, bertakwa, sehat, berilmu, berakhlak mulia,
kreatif, mandiri,� dan tanggung jawab
sebagai bentuk pelaksanaan tugas dan peran sebagai warga negara yang
bertanggung jawab.
����� Peningkatan mutu sendiri tidak
hanya memiliki kecenderungan pada peningkatan kualitras SDM yang terlibat saja,
namun juga pada sistem serta perangkat yang dipergunakan guna peningkatan mutu.
Kurikulum 2013 adalah salah satu perangkat yang dapat dipergunakan� untuk meningkatkan peningkatan mutu dan
kualitas pendidikan di Indonesia. Dalam kurikulum 2013 terdapat rangkaian
pembelajaran yang memiliki kecenderungan pada proses yang lebih menyenangkan,
holistik, interaktif, serta bermakna. Poerwati (2013) menerangkan bahwa
kurikulum 2013 memiliki banyak manfaat, satu dari sekian banyak contoh yang
dapat diambil adalah kemungkinan masing-masing sekolah untuk menitikberatkan
pelajaran yang dapat diterima oleh peserta didik. Artinya cara ini akan
memudahkan siswa atau peserta didik untuk dapat mengembangkan kemampuan
dan/atau pengetahuan pada diri masing-masing.
����� Pada beberapa kasus kemampuan
siswa kerap dipengaruhi untuk pola pengajaran. Di sisi lain pola pengajaran
cenderung dipengaruhi oleh usia guna memaksimalkan proses diterimanya materi
pengajaran. Dalam konteks pendidikan dasar seperti SD atau Mi, pola pengajaran
sangat berorientasi pada usia peserta didik. Usia siswa pada ranah pendidikan
dasar sangat mempengaruhi daya tangkap. Menurut Piaget dalam bukunya Bybee dan
Sund (1982) menerangkan bahwa berdasarkan perkembangan kognitif anak pada usia
sekolah dasar dibagi ke dalam beberapa kelompok, sensorimotor untuk anak dengan usia 0 � 2 tahun, preoperational untuk anak dengan usia 3
� 7 tahun, concreate operational untuk
anak dengan usia 8 � 11, formal
operational untuk anak dengan usia 12 � 15�
tahun. Jika dikerucutkan usia anak sekolah dasar masuk pada kategori
operasional konkrit.
Anak usia sekolah dasar �khususnya pada tingkat II SD� memiliki keaktivan
yang baik, keingintahuan yang juga baik, serta pemikiran yang cenderung
kongkrit. Hal ini menerangkan bahwa siswa yang berada pada kelas II SD
cenderung lebih aktif dan memahami sesuatu berdasarkan apa yang diindrainya.
Pada fase ini pola pikir siswa cenderung pada kesan integratif, holistik, serta
tidak mampu menelah garis besar dari sebuah ilmu. Dengan keterangan tersebut
peneliti kemudian memanfaatkan model pembelajaran tematik integratif sebagai desain
pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran tematik integratif berupakan pendekatan proses pembelajaran,
yang dimana pendekatan tersebut memiliki integrasi pada berbagai macam
kompetensi dari berbagai macam materi pelajaran ke berbagai tema (kemendiknas:
2010).� Di samping hal tersebut, pola
pengajaran tematik integratif juga mengedepankan proses pengajaran yang lebih
bermakna, menyenangkan, dan melatih siswa untuk menumbuhkan sikap sosialnya.
Sikap sosial usia SD kelas II pada dasarnya belum terlihat seperti halnya orang
dewasa. Tidak hanya sikap sosial, karakter anak SD kelas II juga cenderung
tertutup dan belum begitu terlihat. Pembelajaran tematik integratif sendiri
merupakan desain pembelajaran yang mampu memberi solusi atas permasalahan
tersebut. Dengan pola pembelajaran yang dinilai menyenangkan, bermakna, serta
berorientasi pada pembentukan dan/atau pengolahan karakter kepedulian,
pembelajaran tersebut diharapkan mampu mendompleng peningkatan sikap sosial dan
karakter anak.
Namun demikian, penggunaan pembelajaran tematik saja tidak cukup maksimal
untuk mengatasi permasalahan ini, sehingga dibutuhkan pola khusus guna
memaksimalkan peran pembelajaran tematik dalam hal pembentukan karakter
kepedulian dan sikap sosial. Pola yang dimaksud bukanlah menambah tipe
pembelajaran baru atau mengganti pola pembelajaran tepatif integratif. Adapun
pola khusus yang diperhatikan adalah penggunaan instrumen pembelajaran meliputi
RPP, silabus, LKS, bahan ajar, dan lembar penilaian. Instrumen-instrumen
tersebut tidak hanya sekedar instrumen sebagaimana pembelajaran biasa,
melainkan harus memiliki kecenderungan terhadap�
subject spesific pedagogy (SSP).
SSP dalam penerapan ini ialah SSP yang mengandung penguatan karakter dan sikap
sosial. Sehingga pada proses pelaksanaannya peserta didik diharapkan tidak
hanya memiliki intelegensi yang baik, melainkan juga sikap sosial dan karakter
yang juga baik.
SDN Karet 1 Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang adalah contoh kasus yang
melibatkan masalah yang sama. SDN Karet 1 adalah sekolah dasar yang telah
menerapkan kurikulum 2013. Penerapan tersebut merupakan ketentuan yang telah
disahkan oleh lembaga pusat. Namun demikian, menurut hasil wawancara yang
peneliti lakukan pada kepala SDN Karet 1, sekolah tersebut masih belum maksimal
dalam menerapkan kurikulum 2013. Menurut pengakuan Ibu Tintin selaku kepala
dari sekolah dasar tersebut, dari 24 kelas yang tersedia, 1 kelas diantaranya
telah menerapkan kurikulum 2013 sejak bulan Juli. Namun demikian, kendati telah
diterapkan, proses penerapan yang dilakukan tidaklah sepenuhnya sama dengan apa
yang telah diharapkan. Pihak sekolah merasa ada yang kurang dalam penerapan.
Hal tersebut terlihat karena adanya ketidakmaksimalan hasil dengan penerapan
pembelajaran yang dilakukan. Menurut pengamatan peneliti, karakter dan sikap
sosial siswa SDN Karet 1 masih jauh dari apa yang dicita-citakan. Menurut
pengamatan peneliti, pelaksanaan kurikulum 2013 yang dilakukan oleh SDN Karet 1
masih belum maksimal dengan adanya indikasi tidak adanya silabus, RPP, LKS,
bahan ajar dan penilaian yang digunakan tidak berorientasi pada� subject
spesific pedagogy (SSP).
Berdasarkan analisis masalah di SDN Karet 1 kecamatan Sepatan Kabupaten
Tangertang, peneliti bermaksud menguji pengaruh SSP
Tematik atas �peningkatan yang terjadi pada karakter kejujuran dan
kepedulian siswa� SD kelas II. Dari
kondisi di atas, peneliti ingin lebih memfokuskan untuk menguji pengaruh SSP
tematik integratif karena pada
dasarnya konsep pembelajaran yang dikembangkan
tidak akan bermanfaat atau bernilai dalam pembelajaran apabila tidak memiliki
efek yang signifikan terhadap karakter
siswa
Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode quasi-experimental atau eksperimen semu yang bertujuan untuk
membandingkan dua perlakuan yang berlainan
kepada subjek penelitian.
Penelitian
ini bertujuan mengetahui pengaruh SSP tematik terhadap karakter peserta didik.
Metode Penelitian
����������� Dalam penelitian ini peneliti menggunakan nonequivalent groups
pretest-posttest control group design. McMilan&
Schumacher (2010) mengungkapkan bahwa nonequivalent
groups pretest-posttest control group design merupakan desain penelitian
yang sangat umum dan tepat digunakan untuk penelitian dengan basic pendidikan. Untuk lebih jelas
mengenal desain penelitian nonequivalent
groups pretest-posttest control group design, berikut peneliti paparkan
visualisasi desain penelitian tersebut:
Gambar
1
Visualisasi
Desain Penelitian
Kelas Sampel |
Perlakuan |
||
Observasi Awal |
Perlakuan |
Observasi Akhir |
|
KE-1 |
Y1 |
X1 |
Y1.1 |
KE-2 |
Y2 |
X2 |
Y2.1 |
KK |
Y3 |
X3 |
Y3.1 |
Keterangan:
KE-1� =
kelas eksperimen 1
KE-2� =
kelas eksperimen 2
KK����� =
kelas kontrol
Y1�������� =
ObservasiAwal pada kelas eksperimen 1
Y2�������� =
ObservasiAwal pada kelas eksperimen 2
Y3������ = Observasi Awal pada
kelas kontrol
X1�������� = perlakuan pada kelas eksperimen 1 dengan
diterapkan SSP Tematik
X2������ = perlakuan pada kelas eksperimen 2 dengan diterapkan SSP
Tematik
X3������ = perlakukan pada kelas kontrol dengan tidak menggunkan SSP tematik
����������� �
integratif
Y1.1����� = Observasi Akhir pada
kelas eksperimen 1
Y2.1����� = Observasi Akhir pada
kelas eksperimen 2
Y3.1 ���= Observasi
Akhir� pada kelas kontrol
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SDN
Karet Kecamata Sepatan Kabupaten Tangerang tahun pelajaran 2013/2014. Dalam
kelas tersebut terdapat 4 kelas dengan total peserta didik sejumlah 196 orang.
Untuk pengambilan sampel peneliti menggunakan metode purposive sampling dan menghasilkan sampel dengan total 1 kelas
kontrol, 1 kelas untuk eksperimen 1, dan 1 kelas untuk eksperimen 2. Untuk
pengumpulan data, teknik yang digunakan peneliti adalah pengamatan dan
penyebaran angket. Sedangkan untuk instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah check list pelaksanaan
pembelajaran rating scale karakter
kejujuran dan kepedulian. Adapun untuk instrumen angket peneliti menggunakan
angket yang ditujukan pada guru. Di samping menggunakan kedua onstrumen
tersebut peneliti juga menggunakan komputer microsoft excel dan SPSS 7 for Windows.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis data berbasis berbasis
statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah model analisis yang digunakan
untuk membantu peneliti dalam menyajikan data dalam bentuk tabel yang berasal
dari observasi atau angket. Pasca observasi dan pengolahan data, hasil yang
diperoleh kemudian dikonversi ke dalam empat bentuk rumusan sebagaimana tabel
berikut:
Tabel 1
Kategori Karakter Siswa
Rentang Skor |
Nilai |
Kategori |
|
A |
Sudah Membudaya (SM) |
X
≥ |
||
|
B |
Mulai Berkembang (MB) |
< |
||
|
C |
Mulai Terlihat (MT) |
X
< |
||
|
D |
Belum Terlihat (BT) |
< |
Keterangan:
x ������� = skor yang dicapai
�Analisis
peningkatankaraktersiswa dengan menggunakan gain
standar. Pemakaian teknik gain
standart didasarkan pada kenyataan bahwa menaikkan skor siswa yang sudah
tinggi lebih sulit daripada menaikkan skor siswa yang masih rendah. Di lapangan
sering juga dijumpai kesalahan dalam menentukan siswa mana yang kenaikan
skornya lebih tinggi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini teknik gain standart lebih tepat untuk
digunakan. Gain standart dihitung
dengan persamaan berikut� (Bao, 2006:
917)
Uji prasyarat
analisis yang dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.Uji normalitas data
menggunakan uji kolmogorov-smirnov danuji
homogenitas menggunakan uji Levene. Tahap pengujian hipotesis menggunakan Uji Anava kemudian
lanjut dengan uji tukey.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Berikut adalah hasil yang peneliti himpun dan disampaikan
melalui beberapa tabel berikut ini:
Tabel
1
Rerata
Peningkatan Karakter Kejujuran
Statistik |
Eksperimen I |
||
Awal |
Akhir |
Gain |
|
Rerata |
9,91 |
13,02 |
0,31 |
Standardeviasi |
1,33 |
1,22 |
0,08 |
Maksimum |
13,00 |
15,50 |
0,50 |
Mimimum |
7,50 |
11,00 |
0,13 |
Dari
tabel 2 dapat dapat dilihat bahwa skor maksimum pada observasi awal karakter
kejujuran adalah 13,00 sedangkan skor minimum yaitu yaitu 7,50. Adapun rerata
hasil observasi awal karakter kejujuran yaitu 9,91 dengan nilai standar deviasi
adalah 1,33.
Data
hasil observasi akhir pada kelas eksperimen I dapat dilihat bahwa skor maksimum
pada observasi akhir karakter kejujuran adalah 15,50 sedangkan skor minimum
yaitu yaitu 11,00. Adapun rerata hasil observasi awal karakter kejujuran yaitu
13,02 dengan nilai standar deviasi adalah 1,22.
Tabel 2
Rerata Peningkatan
Karakter� Kejujuran Siswa
Statistik |
Eksperimen II |
||
Awal |
Akhir |
Gain |
|
Rerata |
9,53 |
12,93 |
0,32 |
Standar deviasi |
1,05 |
1,09 |
0,07 |
Maksimum |
12,00 |
15,50 |
0,48 |
Mimimum |
7,00 |
10,50 |
0,20 |
Dari tabel di atas dapat dapat dilihat
bahwa skor maksimum pada observasi awal karakter kejujuran adalah 12,00
sedangkan skor minimum yaitu yaitu 7,00. Adapun rerata hasil observasi awal
karakter kejujuran yaitu 9,53 dengan nilai standar deviasi adalah 1,05.
Data hasil observasi akhir pada kelas
eksperimen II dapat dilihat bahwa skor maksimum pada observasi akhir karakter
kejujuran adalah 15,50 sedangkan skor minimum yaitu yaitu 10,50. Adapun rerata
hasil observasi awal karakter kejujuran yaitu 12,93 dengan nilai standar
deviasi adalah 1,09.
Tabel
3
Rerata
Peningkatan Karakter Kejujuran Siswa
Statistik |
Kontrol |
||
Awal |
Akhir |
Gain |
|
Rerata |
10,25 |
11,68 |
0,14 |
Standar deviasi |
1,23 |
1,09 |
0,06 |
Maksimum |
13,50 |
14,50 |
0,27 |
Mimimum |
8,50 |
10,00 |
0,00 |
Dari tabel di atas dapat dapat dilihat
bahwa skor maksimum pada observasi awal karakter kejujuran adalah 13,50
sedangkan skor minimum yaitu yaitu 8,50. Adapun rerata hasil observasi awal
karakter kejujuran yaitu 10,25 dengan nilai standar deviasi adalah 1,23.
Data hasil observasi akhir pada kelas
kontrol dapat dilihat bahwa skor maksimum pada observasi akhir karakter
kejujuran adalah 14,50 sedangkan skor minimum yaitu yaitu 10,00. Adapun rerata
hasil observasi awal karakter kejujuran yaitu 11,25 dengan nilai standar
deviasi adalah 1,09.
Tabel 4
Rerata Peningkatan
Kepedulian Siswa
Statistik |
Eksperimen I |
||
Awal |
Akhir |
Gain |
|
Rerata |
16,36 |
21,02 |
0,30 |
Standar
deviasi |
1,57 |
1,83 |
0,08 |
Maksimum |
21,00 |
26,50 |
0,52 |
Mimimum |
13,00 |
18,00 |
0,15 |
Dari tabel di atas dapat dapat dilihat
bahwa skor maksimum pada observasi awal karakter kepedulian adalah 21,00
sedangkan skor minimum yaitu yaitu 13,00. Adapun rerata hasil observasi awal
karakter kepedulian yaitu 16,36 dengan nilai standar deviasi adalah 1,57.
Data hasil observasi akhir pada kelas
kontrol dapat dilihat bahwa skor maksimum pada observasi akhir karakter
kepedulian adalah 26,50 sedangkan skor minimum yaitu yaitu 18,00. Adapun rerata
hasil observasi awal karakter kepedulian yaitu 21,02 dengan nilai standar
deviasi adalah 1,83.
Tabel
5
Rerata
Peningkatan Kepedulian Siswa
Statistik |
Eksperimen II |
||
Awal |
Akhir |
Gain |
|
Rerata |
16,55 |
21,67 |
0,33 |
Standar deviasi |
1,66 |
1,70 |
0,07 |
Maksimum |
20,50 |
25,50 |
0,48 |
Mimimum |
13,00 |
18,00 |
0,19 |
Dari tabel 6 dapat dapat dilihat bahwa
skor maksimum pada observasi awal karakter kepedulian adalah 21,50 sedangkan
skor minimum yaitu yaitu 13,00. Adapun rerata hasil observasi awal karakter
kepedulian yaitu 16,55 dengan nilai standar deviasi adalah 1,66.
Data hasil observasi akhir pada kelas
kontrol dapat dilihat bahwa skor maksimum pada observasi akhir karakter
kepedulian adalah 25,50 sedangkan skor minimum yaitu yaitu 18,00. Adapun rerata
hasil observasi awal karakter kepedulian yaitu 21,67 dengan nilai standar
deviasi adalah 1,70.
Tabel
6
Rerata
Peningkatan kepedulian Siswa
Statistik |
Kontrol |
||
Awal |
Akhir |
Gain |
|
Rerata |
17,00 |
19,16 |
0,14 |
Standar deviasi |
1,77 |
1,19 |
0,08 |
Maksimum |
21,00 |
21,50 |
0,29 |
Mimimum |
14,00 |
17,00 |
-0,05 |
Dari tabel 7 dapat dapat dilihat bahwa
skor maksimum pada observasi awal karakter kepedulian adalah 21,00 sedangkan
skor minimum yaitu yaitu 14,00. Adapun rerata hasil observasi awal karakter
kepedulian yaitu 17,00 dengan nilai standar deviasi adalah 1,77.
Data hasil observasi akhir pada kelas
kontrol dapat dilihat bahwa skor maksimum pada observasi akhir karakter
kepedulian adalah 21,50 sedangkan skor minimum yaitu yaitu 17,00. Adapun rerata
hasil observasi awal karakter kepedulian yaitu 19,16 dengan nilai standar
deviasi adalah 1,19.
Tabel
7
Hasil Uji ANAVA
Karakter |
Sum of Squares |
Df |
Mean Square |
F |
Sig. |
Kejujuran |
0,941 |
2 |
0,470 |
84,479 |
0,000 |
Kepedulian |
1,028 |
2 |
0,514 |
88,306 |
0,000 |
Berdasarkan hasil uji anava karakter
kejujuran dan kepedulian di atas diperoleh sebagai berikut. Nilai signifikansi
karakter kejujuran 0,000 < 0,05 sehingga H0ditolak atau terima H1.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rerata peningkatan
karakter kejujuran siswa yang mengikuti pembelajaran pada kelas eksperimen I,
kelas eksperimen II, dan kelas kontrol.Nilai signifikansi karakter kepedulian
0,000 < 0,05 sehingga H0 ditolak atau terima H1. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rerata peningkatan
karakter kepedulian siswa yang mengikuti pembelajaran pada kelas eksperimen I,
kelas eksperimen II, dan kelas control.
1.
Hasil keterlaksanaan
pembelajaran
Lembar keterlaksanaan pembelajaran
digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan SSP tematik integratifdalam proses
pembelajaran. Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran terdapat pada
lampiran 13 halaman 173.
Rerata dan persentase keterlaksanaan pembelajaran ditunjukkan pada tabel 9.
Tabel
8
Rerata
dan persentase keterlaksanaan pembelajaran
Eksperimen
I |
Eksperimen
II |
|||
X |
Rerata
|
Persentse
|
Rerata
|
Persentse
|
1 |
21,5 |
86% |
20,5 |
82% |
8 |
22 |
88% |
22,5 |
90% |
16 |
24 |
96% |
21 |
84% |
24 |
23 |
92% |
21,5 |
86% |
Secara umum berdasarkan hasil observasi
keterlaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa proses pembelajaran telah
berlangsung dengan sangat baik sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
direncanakan. Tahap-tahap pembelajaran telah berjalan sesuai dengan tahap
pembelajaran yang menerapkan pendekatan scientific.
Hampir semua siswa merespon pembelajaran dengan SSP tematik integratif secara
positif. Semua siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2.
Hasil angket guru
Angket guru digunakan untuk mengetahui
perubahan perilaku karakter siswa yang dapat dilihat oleh guru sebelum dan
sesudah menggunakan SSP Tematik. Hasil angket guru terdapat pada lampiran 14
halaman 189. Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada guru setelah
menerapkan SSP tematik integratif, guru berpendapat bahwa SSP tematik
integratif dapat meningkatkan karakter kejujuran dan kepedulian siswa.
B.
Pembahasan
Berdasarkan hasil uji observasi awal
dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal karakter kejujuran siswa pada ketiga
kelas yaitu dua kelas eksperimen dan satu kelas kontrol adalah sama yaitu
dengan kriteria Mulai Terlihat (MT). Berdasarkan hasil observasi akhir terhadap
karakter kejujuran, siswa yang mendapatkan perlakuan eksperimen yaitu dengan
menggunakan SSP tematik integratif lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol
yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional. Hal ini dapat dilihat dari
perbedaan (gain) dari ketiga kelas
dimana kelas eksperimen I memperoleh rata-rata gain sebesar 0,31, pada kelas
eksperimen II memperoleh rata-rata gain sebesar 0,32, sedangkan kelas kontrol
hanya sebesar 0,14 Secara sekilas sudah dapat terlihat bahwa penggunaan SSP
Tematik Integratif memberikan pengaruh lebih baik bila dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional. Untuk membuktikan lebih jauh secara statistik maka dilakukan
uji hipotesis menggunakan ANAVA.
Dari hasil perhitungan menggunakan ANAVA diperoleh nilai signifikansi karakter
kejujuran 0,000 < 0,05 sehingga H0 ditolak atau terima H1.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rerata peningkatan
karakter kejujuran siswa yang mengikuti pembelajaran pada kelas eksperimen I,
kelas eksperimen II, dan kelas kontrol.
Berdasarkan hasil uji homogenitas
observasi awal karakter kepedulian baik pada dua kelas eksperimen maupun satu
kelas kontrol di dapatkan kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan tentang karakter kepedulian baik pada kedua kelas eksperimen I,
kelas eksperimen II dan satu kelas kontrol. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa ketiga kelas memiliki kemampuan yang sama. Berdasarkan hasil analisis
observasi akhir karakter siswa pada kedua kelas eksperimen dan satu kelas
kontrol diperoleh nilai rata-rata gain pada kelas eksperimen I yaitu 0,30 dan
rata-rata gain pada kelas eksperimen II sebesar 0,33 sedangkan untuk rata-rata
gain pada kelas kontrol yaitu 0,14. Perbedaan ini menujukkan bahwa terdapat
perbedaan pengaruh pembelajaran menggunakan SSP Tematik Integratifdan
pembelajaran konvensional terhdap karakter kepedulian siswa. Pengujian
selanjutnya menggunakan teknik uji ANAVA untuk mengetahui bagaimana pengaruh
SSP Tematik Integratif terhadap karakter kepedulian siswa. Hasil pengujian
dengan teknik ANAVA menghasilkannilai signifikansi gain karakter kepedulian
0,000 < 0,05, sehingga H0 ditolak atau H1
diterima.� Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan rerata peningkatan karakter kepedulian
siswayang mengikuti pembelajaran pada kelas eksperimen II dan kelas kontrol.
Berdasarkan hasil perhitungan hasil kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II� yang menggunakan SSP Tematik Integratif dan
kelas kontrol yang menggunakan model konvensional, ketiganya menunjukkan
peningkatan karakter, namun untuk kekas eksperimen I dan kelas eksperimen II
menunjukkan bahwa peningkatan yang ditunjukkan lebih signifikan jika dibandingkan
dengan peningkatan yang ditunjukkan oleh kelompok kontrol.�
Dengan kata lain hasil temuan dari
penelitian ini dan dukungan dari fakta empiris menyatakan bahwa pembelajaran
dengan SSP tematik integratif memberikan pengaruh yang lebih baik dan secara signifikan
meningkatkan karakter kejujuran dan kepedulian siswa sekolah dasar. Penelitian
ini dapat menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan SSP Tematik
Integratif menghasilkan peningkatan karakter kejujuran serta karakter
kepedulian yang lebih tinggi pada tema �Merawat Hewan dan Tumbuhan� jika
dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model konvensional. Dengan
demikian penggunaan SSP Temaik integratif dapat meningkatkan karakter siswa
karena SSP tematik integratif merupakan perangkat pembelajaran yang mendidik
yang mengintegrasikan karakter kepedulian.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis data dan pembahasan, diperoleh simpulan sebagai berikut. Subject Specific Pedagogy (SSP) tematik
integrative berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan karakter
kejujuran siswa SD kelas II� di SDN Karet
1 Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang dibanding dengan kelas yang menerapkan
pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi
karakter kejujuran 0,000 < 0,05 sehingga H0ditolak atau terima H1.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rerata peningkatan
karakter kejujuran siswa yang mengikuti pembelajaran pada kelas eksperimen I, kelas
eksperimen II, dan kelas kontrol.
Subject
Specific Pedagogy (SSP) tematik integratif
berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan karakter kepedulian
siswa SD kelas II� di SDN Karet 1
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang dibanding dengan kelas yang menerapkan
pembelajaran konvensional.hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi
karakter kepedulian 0,000 < 0,05 sehingga H0 ditolak atau terima
H1. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
rerata peningkatan karakter kepedulian siswa yang mengikuti pembelajaran pada
kelas eksperimen I, kelas eksperimen II, dan kelas kontrol
Berdasarkan
simpulan dan implikasi tersebut di atas, saran yang dapat disampaikan adalah
sebagai berikut:Guru sebaiknya menggunakan SSP Tematik dalam pendekatan scientific approach meliputi: observing, questing, associating,
experimenting serta communicating mengingat SSP tematik integratif dapat
meningkatkan karakter kejujuran dan kepedulian siswa, guru sebaiknya membuat
SSP Tematik sendiri agar dapat selaras dengan potensi, karakterisitik siswa,
kebutuhan siswa dan memudahkan guru dalam memngaja dan perlu persiapan yang
lebih baik dan matang sebelum melaksanakan pembelajaran menggunakan SSP Tematik
Integratif agar hasil dan proses pembelajran semakin meningkat.
BIBLIOGRAFI
Dewey, John. 1978. Democracy and Education. _____: Courier Corporation
Lickona, T. 1991.Educating for
character: How our schools can teach respect and responsibility. New York:
Bantam Books.
Kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Mengenai Sistem Pendidikan Nasional
Poerwati, L.B., & Sofan, A. 2013. Kurikulum 2013. Jakarta: PT
PrestasiPustaka
Kemendiknas. 2010. Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Jakarta: Pusat
Kurikulum Balitbang Kemdiknas
McMillan, J.H., &
Schumacher, S. 2010. Research
in education: Evidence-based inquiry. 7thed.
New York: Person Education. Inc.
�