Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 11, November 2022

 

ANALISIS POLA KOMUNIKASI �KOMUNITAS RELAWAN SIAGA CERDAS � WASPADA SCAMMER CINTA (RSC-WSC)� DALAM MENANGANI KORBAN ONLINE LOVE SCAM DI AWAL HUBUNGAN

 

Rika Natalia, Diah Agung Esfandari

Fakultas Komunikasi Dan Bisnis, Universitas Telkom, Indonesia

E-mail: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Komunitas Relawan Siaga Cerdas � Waspada Scammer Cinta (RSC-WSC) merupakan sebuah komunitas yang melaksanakan tugas untuk mencegah dan memberantas kejahatan percintaan. Dalam menangani korban diperlukan pola komunkasi yang sesuai, bagaimana komunitas dan korban saling berkomunikasi di awal hubungan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan paradigma konstruktivis. Dalam pengumpulan datanya, penulis menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi. Data yang telah peneliti dapatkan selanjutnya diolah dan dianalisis, sehingga peneliti dapat menjelaskan pola komunikasi yang digunakan komunitas dengan korban di awal hubungan. Teknologi komunikasi sangat berperan penting dalam menangani korban online love scam.Ini berarti bahwa teknologi adalah wadah dalam proses komunikasi awal. Pola komunikasi pada awal hubungan komunitas RSC-WSC dengan korban yaitu termasuk tipe struktur Y dengan impersonal, interpersonal, dan hyperpersonal. Melalui ahli di komunitas RSC-WSC akan lebih mudah korban terbuka Korban cenderung santai dan terbuka dan adanya solusi kedepannya, dibutuhkan semua anggota mampu menguasai kemampuan tersebut dalam menjalankan pola komunikasi terhadap para korban bahkan calon korban. Pihak komunitas harus lebih mengembangkan dari keterampilan komunikasi dengan pihak korban online love scam.

 

Kata Kunci: Teknologi Komunikasi, Pola Komunikasi, Online Love Scam, Komunitas RSC-WSC.

Abstract

Komunitas Relawan Siaga Cerdas � Waspada Scammer Cinta (RSC-WSC) is a community that carries out the task of preventing and eradicating love crimes. In dealing with victims, appropriate communication patterns are needed, how the community and victims communicate with each other at the beginning of the relationship. In this study, the authors used qualitative methods with a constructivist paradigm. In collecting the data, the writer uses observation, interview, documentation, and triangulation techniques. The data that the researcher has obtained is then processed and analyzed, so that the researcher can explain the communication pattern used by the community with the victim at the beginning of the relationship. Communication technology plays an important role in dealing with online love scam victims. This means that technology is a vessel in the initial communication process. The pattern of communication at the beginning of the relationship between the RSC-WSC community and the victims included the Y structure type with impersonal, interpersonal and hyperpersonal. Through experts in the RSC-WSC community it will be easier for victims to open up Victims tend to be relaxed and open and there are solutions going forward, all members are required to be able to master this ability in carrying out communication patterns with victims and even potential victims. The community must further develop their communication skills with victims of online love scams.

 

Keywords: Communication Technology, Communication Patterns, Online Love Scam, Komunitas RSC-WSC.

 

Pendahuluan

Saat ini, pengembangan teknologi komunikasi� sangat cepat dan pemikiran manusia perlu diubah, berdasarkan (Wuryan et al., 2022), karena manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, maka dari itu perkembangan teknologi komunikasi tidak akan pernah bisa berhenti dan sudah terjadi dari zaman dahulu hingga sekarang, sejarah perkembangan teknologi komunikasi dimulai dari masa prasejarah dimana pada masa tersebut komunikasi yang digunakan melalui suara dengusan, isyarat tangan, alat yang dibuat dari hewan, asap dan lainnya, hingga akhirnya terciptanya berbagai teknologi canggih seperti internet pada saat ini.

Sejak 2014 hingga 2022 pengguna media sosial di Indonesia terus meningkat, hal tersebut menunjukan bahwa banyak orang yang menggunakan media sosial,� karena tidak dapat dipungkiri internet dan media sosial banyak memberikan dampak poitif dan kemudahan bagi hidup manusia, namun tentunya terdapat juga efek negatif dari adanya internet dan media sosial. Pengguna media sosial harus sadar saat berinteraksi dan menerima pertemanan online dari orang-orang asing yang sama sekali belum pernah bertemu secara langsung, seseorang yang merasa kesepian dapat membangun relasi dengan orang lain melalui media sosial dan menjadi tempat untuk berbagi cerita dan pengalaman (Nawafi et al., 2022).

Laki-laki dan perempuan yang memikat yang meminta pertemanan pada media sosial bisa memungkinkan bahwa mereka adalah scammer cinta. Online love scam merupakan sebuah penipuan yang berpura-pura menjadi cinta atau pasangan seperti pacar, penipuan seperti ini menyebar melalui internet, media sosial, situs kencan online (Huang et al., 2015).

Salah satu mode kejahatan dunia maya yang paling umum adalah penipuan romansa atau love scams, terutama bagi wanita. Ini adalah tindakan untuk menemukan teman sampai akhirnya menjadi pasangan di ruang cyber yang namun pada akhirnya menjadi sebuah kasus penipuan. Korban biasanya tidak mendengarkan peringatan tentang bahaya penipuan. Scammers biasanya menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk meyakinkan mereka bahwa mereka dapat membangun hubungan melalui Internet. Setelah berhasil membujuk, scammer mulai menuntut uang (Harnia et al., 2021).

Sejak 2011, online love scam telah merajalela di Indonesia, dan sampai saat ini jumlah korban masih cukup besar. Dikatakan bahwa jumlah korban jauh lebih tinggi, tetapi banyak korban memilih untuk mengakhiri pertemuan karena kasus itu memalukan. (Retnowati, 2015) mengatakan bahwa Badan hukum hanya menerima sedikit pengakuan pasti, banyak korban jarang mengeluh dan melapor karena mereka merasa malu setelah mereka ditipu atau tidak menyadari bahwa mereka telah ditipu.

Aktivitas komunikasi di dunia maya kini makin luas dengan hadirnya berbagai� jejaring sosial yang semakin memudahkan setiap orang untuk saling berkomunikasi secara personal melalui internet. Realitas komunikasi personal melalui internet saat ini sudah merupakan aktivitas rutin sehari-hari kebanyakan orang.Namun semakin maraknya penggunaan internet untuk berkomunikasi secara personal, juga melahirkan cara berinteraksi dan berkomunikasi yang baru. Orang-orang yang jauh secara fisik akan menjadi dekat hanya dengan berkomunikasi dengan orang lain melalui internet. Tetapi sebaliknya justru orang yang terdekat secara fisik mulai jarang terlibat komunikasi, orang asing yang hanya dikenal melalui internet (jejaring sosial, email, dan sebagainya) begitu mudah dipercaya sehingga tanpa sadar banyak pengguna diperdaya oleh pelaku kejahatan di dunia maya (Purbohastuti, 2017).

Pola-pola komunikasi yang dilancarkan oleh pelaku cybercrime ini yang lebih dipercaya oleh para korbannya, dibanding orang dikenal dekat yang berkomunikasi secara langsung. Pola komunikasi dalam kejahatan cinta melalaui komunikasi Impersonal merupakan hubungan antar pribadi yang awalnya belum mengenal satu sama lain dengan baik. Komunikasi ini merupakan interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antar individu. Kedua Interpersonal Komunikasi ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Ketiga Hyperpersonal terjadi ketika individu menemukan bahwa mereka lebih baik dapat mengekspresikan diri mereka sendiri pada lingkungan mediasi dimana mereka berhadaphadapan secara langsung dalam berinteraksi (Juditha, 2015).

Pada masa pandemi banyak ditemukan modus tindak pidana yang dilakukan secara online. Kejahatan yang terjadi antara lain adalah tindak pidana penipuan melalui media sosial dengan modus Sex Scams atau Love Scams dengan kerugian tahun 2020 sd 2021 mencapai milyaran Rupiah dengan korban sebagian besar wanita yang berlokasi di luar negeri. Pada umumnya wanita-wanita yang menjadi korban berusia separuh baya dan berstatus lajang (Dian Ediana Rae, 2022).

Banyak sekali aplikasi percintaan dengan berbagai fitur yang berbeda yang bisa orang-orang gunakan dengan mudah dengan hanya mengunduhnya melalui playstore atau media lainnya di handphone. Aplikasi jodoh hampir memiliki fitur yang sama dengan aplikasi media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan lainnya, namun yang membedakannya adalah aplikasi tersebut memang diciptakan khusus untuk pencarian jodoh bagi orang yang lajang atau ingin berkenalan secara online (Tania, 2019).

Berdasarkan informasi yang didapatkan dalam website idntimes.com bahwa berkenalan secara online atau kencan secara online tentunya dapat memberikan efek positif dan negatif bagi kehidupan. Dampak positif yang pertama dalam berkenalan dan kencan online yaitu jangkauan pertemanannya lebih luas, karena dengan adanya internet dan aplikasi-aplikasi penunjangnya tentunya dapat memudahkan orang-orang untuk saling terhubung satu sama lain, yang kedua yaitu menghemat biaya, waktu, dan tenaga, karena untuk sebagian orang yang sibuk dengan kehidupannya tentunya akan sangat sulit untuk membagi waktu berkencan, maka dari itu kencan online bisa menjadi solusi untuk orang-orang tersebut, yang ketiga yaitu dapat menentukan berbagai kriteria, karena dalam kencan online kita dapat melihat banyak sekali orang dengan berbagai kriterianya (Hijrah�di Bogor, 2022).

Dampak negatif mencari pasangan secara online yang pertama yaitu terjadinya penipuan yaitu online love scam yang bisa menguras uang yang awalnya bermula dari perkenalan secara online, efek negatif yang kedua� yaitu profil yang menipu, banyak sekali orang yang menggunakan identitas palsu dengan tujuan untuk menarik perhatian, yang ketiga yaitu dipermainkan, karena banyak orang yang berkenalan secara online hanya untuk senang-senang bukan untuk mencari pasangan untuk serius (Avezahra & Puteri, 2017).

Pelaku profesional yang melakukan tindakan direncanakan secara sistematis, setiap tindakan tidak lebih dari satu korban dan tentunya mereka mempunyai kaki tangan lain dalam tindakan penipuan cinta. Jika pelaku mengambil tindakan pada komputernya, ia sebenarnya dapat dengan mudah menghapus jejak dibandingkan dengan melakukan tindakan pada ponselnya.� Sangat jarang pelaku seperti itu ditangkap dan korban tidak banyak yang� akan melapor ke polisi (Sari et al., 2020).

Sebagai bukti penipuan cinta di mana pelaku membuat surat palsu untuk membujuk korban, gambar di atas adalah surat cuti untuk bertemu dengan korban, dan korban memperhatikan dokumen tersebut. Jika tidak melihat keaslian dan legalitas dokumenakan segera percaya.� Jelas bahwa surat ini adalah surat yang dipindai yang diedit dan ditulis ulang menggunakan Photoshop atau aplikasi lainnya.� Inilah yang banyak membuat korban tertipu dan tidak terpikirkan.� Bahkan jika para pelaku dari luar negeri mereka dapat meminta biaya untuk bisa datang ke Indonesia dengan alasan setelah tiba di Indonesia, mereka akan menggantikan uang yang dipinjam (Frada, 2019).

Fenomena lainnya adalah di mana pelaku harus dapat menemukan langkah-langkah yang mereka ambil ketika melakukan tindakan mereka, misalnya menggunakan slip gaji palsu. Sering banyak digunakan pelaku dengan memperlihatkan gaji besar pebulannya, siapa yang tidak mau mempunyai pasangan gaji per bulan 20 juta. Namun sayangnya semua itu hanya halusinasi dan buatan manusia akan pemalsuannya demi membuat korban percaya. Penting sekali ketelitian dalam mengambil tindakan dan mengecek ciri-diri yang asli dan palsu. Logikanya tidak semudah itu orang mengasih tau besaran gajinya jika tidak ada yang diinginkan. Identifikasi love scam dilihat dari gaya bahasa pelaku, misalnya menggunakan bahasa inggris tentu saja memerlukan bahasa yang tepat, acuannya jika dengan bahasa inggris maka ditinjau dari segi gramarnya jika tidak sesuai maka diidentifikasikan terjadinya penipuan berkedok percintaan atau online love scam.

Pada bulan Januari 2020 kerugian sudah begitu besar, kerugian tersebut hanya yang melapor kepada Komunitas RSC - WSC belum banyak lagi diluar sana yang enggan melapor. Kerugian finansial seperti ini yang harus mendapat perhatian khusus untuk tim cyber di Indonesia akan kejahatan seperti ini. Sudah banyak korban namun tetap saja banyak yang tertipu daya oleh pelaku love scam. Maka dari itu dibutuhkan ilmu dan komunikasi untuk memberikan edukasi kepada orang-orang yang masih awam mengenai online love scam ini diantaranya melalui komunitas RS.

Secara keseluruhan data yang telah didapatkan oleh �Komunitas Relawan Siaga Cerdas Waspada Scammer Cinta (RSC-WSC)� di tahun 2021 selama 12 bulan terdapat 132 korban dari kasus online love scam, dengan kerugian materil 107 orang dan non materil 25 orang, total dari kerugian online love scam tersebut mencapai� Rp. 4,920,936,500.

Dengan banyaknya orang yang terkena penipuan online love scam, tentunya diperlukan cara untuk menangani para korban yang sudah terkena penipuan tersebut, karena selain rugi secara materi tentu saja online love scam dapat mempengaruhi aspek psikologis korban. Menurut pernyataan Diah Esfandari dalam (Zein, 2019) aspek psikologis korban sering menjadi sasaran para pelaku, para korban bukanlan orang yang bodoh namun memiliki hati yangmudah luluh ketika diberi perhatian, dan dari perhatian tersebut bisa mempengaruhi psikologis mereka yang membuat korban bertindak di luar nalar.

Pola komunikasi menurut (Juditha, 2015)� merupakan pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan sehingga pesan dapat dipahami dengan mudah, maka dari itu pola komunikasi penting untuk dilakukan dalam menangani korban online love scam salah satunya melalui �Komunitas Relawan Siaga Cerdas � Waspada Scammer Cinta (RSC-WSC)� yang merupakan sebuah komunitas yang menangani korban online love scam.

Berdasarkan beberapa kejadian kasus online love scam� di atas memberikan kerugikan secara finansial terhadap korban, namun selain itu secara psikis korban sangat terganggu akan penyesalan yang telah terjadi. Melalui kejadan kasus-kasus di atas membuktikan telah terjadi komunikasi antara korban dengan �Komunitas RSC-WSC�. Dimana melalui kasus tersebut pihak komunitas akan mendapatkan informasi penting mengenai motif kejahatan, sehingga komunitas mampu mengambil strategi dalam mengkomunikasikan informasi pada semua masyarakat atau calon korban. Maka dari itu dibutuhkan komunitas yang bisa membantu para korban atau calon korban sebagai media informasi. Adapun program yang telah berjalan adalah website �Komunitas RSC-WSC� dengan domain : https://rsc-wsc.org/about-us/.

Selanjutnya perekrutan dan pelatihan Relawan pada acara pembuatan Support Centre RSC-WSC 2021 & bekerja sama dengan indorelawan.org. Marsya nurmaranti (Executive Director Indorelawan.owg) sebagai perwakilan dari indorelawan & pembicara pada webinar Perekrutan dan pelatihan Relawan pada acara pembuatan Support Centre RSC-WSC 2021. Untuk mencapai tujuan dalam menuntaskan kasus online love scam maka �RSC-WSC� membuka program recruitment untuk para kader dalam melakukan teknis sosialisasi dilapangan secara online. Merujuk dengan diadakannya recruitment relawan selanjutnya Komunitas �RSC-WSC� melakukan acara seminar sebagai media komunikasi secara global, dimana informasi akan tersampaikan dengan cepat. Melalui seminar tersebut dibutuhkan cara komunikasi yang mudah dimenegerti. Love Scam sendiri merupakan targeted crimes yaitu kejahatan yang terencana dan bisa disasar dengan tujuan keuntungan berupa manipulasi, maka dari itu dibutuhkan seminar secara jelas mengenai asal mula kejadian kejahatan tersebut. Selanjutnya Acara milad & pelatihan RSC oleh pemateri mental health practinioner, founder rsc, dan relawan

Melalui acara tersebut akan lebih mengenal apa itu RSC-WSC secara mendalam, dimana masih banyak yang belum mengetahui akan komunitas tersebut, maka dari itu harus diperkenalkan dengan jelas. Pelatihan dilakukan guna� mempercepat penyebaran informasi mengenai langkah mengidentifikasi� online love scam melalui pola komunikasi dari setiap program yang dibuat. Terakhir adalah Program acara Marcell Bicara Hukum � TVRI Nasional mengenai online love scam.

Melalui program acara ini dimana �RSC-WSC� mampu mengkomunikasikan secara global mengenai hal yang berhubungan dengan informasi yang harus disampaikan bagi para korban maupun masyarakat mengenai online love scam. Melalui program ini akan mudah informasi tersampaikan secara menyeluruh. Melalui penelitian ini ditujukan sebagai langkah mengetahui cara komunikasi pihak �RSC-WSC� baik relawan maupun strukturalnya dalam berkomunikasi dengan para calon korban maupun korban sekalipun. Tentu saja adanya keterhambatan dalam hal keterbukaan calon korban maupun korban, maka dari itu di fokus penelitian ini ditekankan pola komunikasi yang dilakukan oleh �RSC-WSC� terhadap para korban.

Berdasarkan fenomena tersebut penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dalam hal menggali pola komunikasi �Komunitas RSC-WSC� dalam menangani korban online love scam di awal hubungan� Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan metode kualitatif deskriptif yang merupakan penelitian yang dilakukan pada variabel independen, yaitu tidak terhubung dengan perbandingan atau variabel lainnya.� Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk menemukan teori di bidang menafsirkan fenomena nyata atau sosial menggunakan pemikiran induktif. Karena penelitian ini secara induktif, penyajian data yang dilakukan adalah dalam bentuk kata dan gambar, bukan angka.� Data diperoleh dari hasil yang terdokumentasi dalam bentuk manuskrip, dokumen foto, dan catatan pribadi (Meolong, 2014). Aspek-aspek yang akan diteliti berupa fakta dilapangan dari hasil wawancara dan dokumentasi penelitian.�

Berdasarkan konsep yang telah peneliti jabarkan diatas, maka judul dari penelitian ini adalah �Analisis Pola Komunikasi Komunitas Relawan Siaga Cerdas � Waspada Scammer Cinta (RSC-WSC) Dalam Menangani Korban Online Love Scam di Awal Hubungan�.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dimana metode ini sering digunakan oleh sekelompok peneliti dalam ilmu sosial dan ilmu komunikasi. metode kualitatif merupakan aspek demokratis dimana info partisipan menjadi sumber data yang krusial.Paradigma penelitian menggunakan Paradigma konstruktivisme yang merupakan pa radigmayang menganggap bahwa kebenaran suatu realitas sosial dapat dilihatsebagai hasil konstruksi sosial, dan kebenaran suatu realitas sosial itu bersifat relatif.

Subjek dalam penelitian ini adalah Komunitas Relawan Siaga Cerdas � Waspada Scammer Cinta (RSC-WSC) dan korban online love Scam Objek pada penelitian ini adalah Pola Komunikasi Komunitas Relawan Siaga Cerdas � Waspada Scammer Cinta (RSC-WSC) Dalam Menangani Korban Online Love Scam di Awal Hubungan

Lokasi penelitian dilakukan secara online, penulis melakukan penelitian di rumah masing-masing melalui aplikasi Whatsapp. Unit analisis adalah salah satu komponen penelitian kualitatif. Pada dasarnya, unit analisis terkait dengan masalah menentukan apa arti kasus dalam penelitian. unit analisis dalam penelitian ini adalah

Analisis Pola Komunikasi Komunitas Relawan Siaga Cerdas � Waspada Scammer Cinta (RSC-WSC) Dalam Menangani Korban Online Love Scam di Awal Hubungan.

Menurut (Sugiyono, 2017) teknik pengumpulan data adalah langkah paling strategis di penelitian, karena pengumpulan data adalah tujuan awal dalam penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, wawancara, Dokumentasi, dan Triangulasi.

Dalam penelitian dibutuhkan pemeriksaan terhadap keabsahan data, salah satunya menggunakan metode triangulasi. Triangulasi adalah metode untuk memvalidasi data penelitian menggunakan data yang terkait dengan penelitian. Peneliti menggunakan teknik keabsahan Tringulasi Sumber adalah triangulasi yang mengarahkan sumber penelitian untuk menjadi informan penelitian, dan semakin baik informan penelitian, semakin baik informasi yang didapat untuk menguji kebenaran penelitian.

 

Hasil dan Pembahasan

A.  Perkembangan Teknologi Komunikasi

Awal pembentukan Komunitas RSC-WSC dimulai dengan komunikasi dengan para korban, di sana korban memberikan informasi tentang insiden online love scam. Dalam awal berkomunikasi tentunya harus melalui tahapan pendekatan untuk menggali informasi. Teknologi komunikasi sangat berperan penting dalam menangani korban, berarti bahwa teknologi adalah wadah dalam proses komunikasi awal.

1.      Online love scam

Korban Online Love scam cenderung menjadi target karena terlalu percaya dengan identitas pelaku tanpa mencari tahu terlebih dahulu kebenarannya. Korban kebanyakan perempuan, untuk itu perlu analisa terlebih dahulu sebelum memutuskan, dimana melalui pencarian informasi, konsultasi dengan teman atau bisa melalui Komunitas RSC-WSC

2.      Pola Komunikasi.

Pola komunikasi pada awal hubungan komunitas RSC-WSC dengan korban yaitu termasuk tipe struktur Y dimana komunikasi yang dilakukan komunitas dengan korban dilakukan dengan pengurus komunitas yang memiliki peran tertentu (sebagai contoh sebagai penasihat). Pada penelitian ini terdapat pula komunikasi impersonal yang merupakan pendekatan awal antara komunitas dengan korban agar lebih dekat lagi sehingga informasi dan penanganan yang dilakukan dapat dilakukan dan diterima dengan baik, setelah dilakukannya pendekatan yaitu karena karakter korban berbeda-beda ada yang dapat menerima informasi dengan baik adapun yang sebaliknya, namun pihak komunitas tetap memberikan hak seluas-luasnya kepada korban untuk curhat dan bertanya, komunikasi tersebut yaitu termasuk komunikasi interpersonal, kemudian terdapat juga korban yang pada akhirnya memahami tentang bahaya online love scam, korban merasakan lebih baik, kuat, dan pintar dari sebelumnya setelah melakukan konseling dengan pihak komunitas dan banyak dari mereka yang menjad turut serta menjadi relawan untuk menyadarkan/mengkampanyekan tentang online love scam maka hal tersebut udah termasuk dalam komunikasi hyperpersonal.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa teknologi komunikasi sangat berperan penting dalam penanganan korban online love scam, bahwa teknologi adalah wadah dari proses awal komunikasi. Pola komunikasi antara komunitas RSC-WSC dengan korban online love scam di awal hubungan yaitu termasuk pada struktur Y. Karakter dari korban jelas berbeda-beda, ada kalanya pola komunikasi yang digunakan harus ketiganya misal dilakukan secara impersonal, maupun interpersonal bahkan hypersonal. Melalui ahli di komunitas RSC-WSC akan lebih mudah korban untuk terbuka. Korban cenderung santai dan terbuka dan adanya solusi kedepannya, dibutuhkan semua anggota mampu untuk menguasai kemampuan tersebut dalam menjalankan pola komunikasi terhadap para korban bahkan calon korban. Relawan cenderung masih kurang khususnya yang ahli dalam hal masalah tersebut, jelas jika anggota biasa banyak namun yang ahlinya paling satu atau dua. Seharusnya pihak komunitas harus lebih mengembangkan dari keterampilan komunikasi dengan pihak korban.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Avezahra, M. H., & Puteri, N. A. (2017). Penipuan Cinta Online. Riset-Riset Cyberpsychology, 207.

 

Dian Ediana Rae. (2022). Hati-Hati Modus Penipuan Love Scam.

 

Frada, K. (2019). Tinjauan Yuridis Putusan Bebas Terhadap Pelaku Perdagangan Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri (Studi Putusan No. 49PID. SUS2018PN. SMG).

 

Harnia, N. T., Meliasanti, F., & Setiawan, H. (2021). Analisis Framing Berita Perundungan pada Media Online Detik. Com dan Tribunnews. Com sebagai Bahan Ajar Teks Berita di SMP. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(5), 3145�3153.

 

Hijrah�di Bogor, A. K. (2022). Konstruksi Hijrah. Gagasan Komunikasi Untuk Negeri, 253.

 

Huang, J., Stringhini, G., & Yong, P. (2015). Quit playing games with my heart: Understanding online dating scams. International Conference on Detection of Intrusions and Malware, and Vulnerability Assessment, 216�236.

 

Juditha, C. (2015). Communication Patterns in Cybercrime (Love Scams Case). Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Komunikasi Dan Informatika, 6(2).

 

Meolong. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Karya.

 

Nawafi, H., Furqany, S., & Chairawati, F. (2022). Manajemen Pemasaran Online Get Latela Melalui Media Sosial Instagram. Al-Idarah: Jurnal Manajemen Dan Administrasi Islam, 4(1), 82�98.

 

Purbohastuti, A. W. (2017). Efektivitas Media Sosial Sebagai Media Promosi. Tirtayasa Ekonomika, 12(2), 212�231.

 

Retnowati, Y. (2015). Love Scammer: Komodifikasi Cinta Dan Kesepian Di Dunia Maya. KOMUNIKOLOGI: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 12(2).

 

Sari, D. C., Effendy, F., Sudarso, A., Abdillah, L. A., Fadhillah, Y., Fajrillah, F., Setiawan, Y. B., Simarmata, J., Watrianthos, R., & Jamaludin, J. (2020). Perdagangan Elektronik: Berjualan di Internet. Yayasan Kita Menulis.

 

Sugiyono, F. X. (2017). Instrumen Pengendalian Moneter: Operasi Pasar Terbuka (Vol. 10). Pusat Pendidikan Dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia.

 

Tania, G. (2019). Analisis Isi Pesan Dakwah Ustadz Hanan Attaki di Media Sosial Instagram. UIN Raden Intan Lampung.

 

Wuryan, S., Mustofa, M. B., Rachmy, R. M., Indriyani, S. N. L., Putri, S. J., & Sari, T. Y. D. (2022). Social Impact Analysis Of Mass Communication On Community In The Society 5.0 Era. Komunike, 14(1), 19�32.

 

Zein, M. F. (2019). Panduan Menggunakan Media Sosial untuk Generasi Emas Milenial. Mohamad Fadhilah Zein.

 

Copyright holder:

Rika Natalia, Diah Agung Esfandari (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: