Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia �p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 11, November 2022
SISTEM HIDROPONIK MENGGUNAKAN NUTRIENT FILM
TECHNIQUE UNTUK PRODUKSI DAN HASIL TANAMAN �SELADA (Lactuca sativa L.)
Chiska Nova Harsela
Universitas Swadaya Gunung Jati, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Sistem
hidroponik telah menjadi alternatif yang populer untuk budidaya tanaman di
daerah perkotaan dengan lahan terbatas. Nutrient Film Technique (NFT) adalah
salah satu teknik hidroponik yang banyak digunakan. Selada merupakan salah satu
tanaman yang cocok untuk dibudidayakan dengan menggunakan sistem hidroponik
karena memiliki siklus hidup pendek dan tumbuh dengan baik dalam kondisi
lingkungan yang terkontrol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui produksi
selada dalam sistem hidroponik NFT.� Penelitian
ini dilakukan melalui metode penelitian kualitatif. Data diperoleh melalui
wawancara dan studi kepustakaan dengan mengeksplorasi jurnal, buku, dan
informasi lainnya yang relevan dengan penelitian melalui Google Scholar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa produksi selada dalam sistem hidroponik NFT
meliputi persiapan alat dan bahan, penyiapan bibit dan media tanam, penanaman
bibit, perawatan, pemamenan selada. Penggunaan sistem hidroponik memiliki
beberapa keunggulan seperti penghematan air dan pupuk, pengurangan risiko
serangan hama dan penyakit, serta penghematan lahan. Namun, perlu diperhatikan
juga bahwa pengoperasian sistem hidroponik membutuhkan biaya awal yang cukup
tinggi dan memerlukan pemahaman yang baik mengenai teknik dan pengaturan
nutrisi. Secara keseluruhan, sistem hidroponik menggunakan teknik nutrient film
technique dapat dijadikan sebagai pilihan alternatif dalam produksi selada
dengan hasil yang optimal.
Kata kunci: Hidroponik, Nutrient Film Technique, Selada.
Abstract
Hydroponic
systems have become a popular alternative for plant cultivation in urban areas
with limited land. Nutrient Film Technique (NFT) is one of the widely used
hydroponic techniques. Lettuce is one of the plants suitable for cultivation
using hydroponic systems because it has a short life cycle and grows well in
controlled environmental conditions. The purpose of this study was to determine
the production of lettuce in the NFT hydroponic system.� This research was conducted through
qualitative research methods. Data was obtained through interviews and
literature study by exploring journals, books, and other information relevant
to the research through Google Scholar. The results showed that the production
of lettuce in the NFT hydroponic system includes the preparation of tools and
materials, preparation of seeds and planting media, planting seeds, care, and
harvesting lettuce. The use of hydroponic systems has several advantages such
as saving water and fertilizer, reducing the risk of pest and disease attacks,
and saving land. However, it should also be noted that operating a hydroponic
system requires a high initial cost and requires a good understanding of the
techniques and nutrient management. Overall, a hydroponic system using nutrient
film technique can be used as an alternative option in lettuce production with
optimal results.
Keywords: Hidroponik, Teknik Film
Nutrisi, Selada.
Permintaan
akan produk-produk organik semakin meningkat di kalangan masyarakat, dan
hidroponik adalah salah satu cara untuk memenuhi permintaan tersebut. Sistem
hidroponik telah menjadi alternatif yang populer untuk budidaya tanaman di
daerah perkotaan dengan lahan terbatas (Romalasari
& Sobari, 2019). Sistem
hidroponik dapat menghasilkan produk yang lebih sehat, lebih cepat dan lebih
efisien jika dibandingkan dengan metode budidaya tanaman konvensional yang
menggunakan tanah (Setiawan,
2017). Selain
itu, hidroponik juga dapat dijalankan dalam skala kecil dengan menggunakan
wadah yang tersedia di rumah (Nurdin,
2017). Oleh
karena itu, pengoptimalan sistem hidroponik menjadi penting untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas produksi tanaman hidroponik, seperti pada penelitian
yang mengoptimalkan sistem hidroponik dengan menggunakan teknik Nutrient Film
Technique untuk produksi selada.
Nutrient
Film Technique (NFT) adalah salah satu sistem hidroponik yang mengalirkan
larutan nutrisi pada akar tanaman melalui sebuah saluran dangkal dan miring,
sehingga membentuk lapisan tipis film nutrisi. Tanaman ditanam pada wadah yang
terletak di atas saluran tersebut dan akar tanaman berada di dalam film nutrisi
yang mengalir secara kontinu (Kridhianto,
2016).
Selada
(Lactuca sativa) adalah tanaman sayuran yang termasuk dalam keluarga Asteraceae
atau Compositae (Manurung,
2022). Tanaman
ini biasanya dimanfaatkan daunnya sebagai sayuran. Selada umumnya ditanam di
daerah beriklim sedang atau dingin, tetapi juga dapat ditanam di daerah tropis
dengan perlakuan khusus (Rahayu,
2020). Selada
memiliki banyak jenis, seperti selada hijau, selada romaine, selada iceberg,
selada endive, selada lollo, dan sebagainya (Novianti,
2019). Selada
mengandung banyak nutrisi, seperti vitamin C, vitamin K, vitamin A, folat, dan
serat, sehingga banyak dikonsumsi sebagai bagian dari diet sehat (Hendra
& Andoko, 2014).
Gambar 1
Selada Hidroponik
Sumber:
(Amida, 2020)
Selada
merupakan salah satu tanaman yang cocok untuk dibudidayakan dengan menggunakan
sistem hidroponik karena memiliki siklus hidup pendek dan tumbuh dengan baik
dalam kondisi lingkungan yang terkontrol (Setiawan,
2017). NFT
memiliki kelebihan karena membutuhkan sedikit media tanam, meminimalisir
kelebihan air, dan memaksimalkan pemanfaatan nutrisi oleh tanaman. Selain itu,
sistem NFT juga memudahkan pengontrolan nutrisi dan pH dalam lingkungan tumbuh
tanaman (Sutanto,
2015). Oleh
karena itu, sistem NFT sering digunakan untuk budidaya tanaman sayuran yang
membutuhkan konsistensi nutrisi dan kondisi lingkungan yang stabil. Besarnya
manfaat yang diperoleh dari penanaman dengan teknik NFT ini membuat peneliti
tertarik untuk mengetahui proses� dan
melakukan penelitian dengan judul �Sistem Hidroponik Menggunakan Nutrient
Film Technique Untuk Produksi Selada�.
Asal-usul
kata "Hidroponik" berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata
"hydro" yang berarti air, dan "ponos" yang berarti daya.
Istilah "Hidroponik" merujuk pada teknik budidaya tanaman tanpa
menggunakan media tanah, yang juga dikenal dengan sebutan "soilless
culture" (Harsela
& TP, 2020). Hidroponik
adalah sebuah metode bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media
tanam. Dalam sistem hidroponik, tanaman ditanam dalam air yang mengandung
nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Nutrisi ini disuplai ke tanaman melalui
air, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik meskipun tidak ada tanah sebagai
media tanam (Purbajanti
et al., 2017).
Metode
hidroponik digunakan untuk memaksimalkan pertumbuhan dan produksi tanaman,
karena dengan sistem ini, nutrisi dapat disuplai secara terkontrol dan tepat.
Selain itu, karena tidak menggunakan tanah, maka resiko terjadinya serangan
hama dan penyakit juga lebih rendah (Mas�udah,
2022).
Hidroponik
biasanya dilakukan dalam ruangan atau greenhouse, karena sistem hidroponik
membutuhkan kontrol suhu, kelembaban, dan cahaya yang baik agar tanaman dapat
tumbuh dengan baik. Metode hidroponik dapat digunakan untuk menanam berbagai
jenis tanaman, seperti sayuran, buah-buahan, dan bunga (Istiqomah,
2007).
Nutrient Film
Technique (NFT) adalah metode hidroponik yang memanfaatkan air yang mengalir
dengan kecepatan rendah dalam suatu saluran yang tipis dan dangkal, sehingga
membentuk lapisan film air yang menyelimuti permukaan akar tanaman. Nutrisi
yang dibutuhkan tanaman disuplai melalui larutan nutrisi yang terus-menerus
mengalir pada permukaan akar tersebut. Metode ini memungkinkan penggunaan air
dan nutrisi yang lebih efisien, serta meminimalkan resiko kelebihan atau
kekurangan nutrisi pada tanaman (Alviani,
2015).
Pada sistem
NFT, saluran tempat tanaman ditanam biasanya memiliki kemiringan sekitar 3-5
derajat, sehingga air dan nutrisi dapat mengalir dengan lancar dan tidak
tergenang pada satu titik. Akar tanaman akan tumbuh ke arah air yang mengalir
dan menyerap nutrisi yang dibutuhkan. Sistem ini cocok untuk menanam tanaman
yang memiliki akar dangkal seperti selada, bayam, dan beberapa jenis tanaman
lainnya. Nutrient Film Technique memerlukan perawatan yang teratur dan
membutuhkan pengawasan yang cermat terhadap pH dan konsentrasi nutrisi dalam
larutan, agar tanaman dapat tumbuh secara optimal (Maulido et
al., 2016).
Penelitian
ini dilakukan melalui metode penelitian kualitatif. Metode penelitian
kualitatif adalah suatu metode penelitian ilmiah yang digunakan untuk memahami
dan menjelaskan fenomena atau masalah yang terjadi di dalam kehidupan manusia,
baik dari sudut pandang sosial, budaya, psikologis, maupun sejarah (Nugrahani
& Hum, 2014).
Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan studi kepustakaan. Teknik pengumpulan
data wawancara dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada informan yang
terkait dengan penelitian, yakni petani selada Hidroponik. Sedangkan Teknik
pengumpulan data studi kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan
dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian yang diperoleh melalui Google
Scholar.
Selada
dapat dibudidayakan dalam sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) yang
merupakan teknik budidaya tanaman dengan memanfaatkan larutan nutrisi sebagai
pengganti media tanam. Tanaman selada dalam sistem NFT dapat tumbuh dengan
cepat karena akar dapat dengan mudah menyerap nutrisi yang dibutuhkan. Selain
itu, sistem ini juga memungkinkan pengaturan nutrisi dan air dengan lebih mudah
dan terkontrol, sehingga dapat menghasilkan kualitas dan jumlah produksi yang
lebih baik. Pemberian nutrisi sangat penting apabila menggunakan sistem
hidroponik karena dalam medianya tidak terkandung zat hara yang dibutuhkan
tanaman, berbeda dengan ditanah (Harsela et
al., 2020). Proses
penanaman selada hidroponik dengan NFT (Nutrient Film Technique) meliputi
beberapa tahapan sebagai berikut:
Persiapan
alat dan bahan
Persiapan
alat dan bahan pada penanaman selada hidroponik dengan NFT (Nutrient Film
Technique) meliputi beberapa tahapan. Pertama-tama, alat dan bahan yang
diperlukan harus disiapkan terlebih dahulu. Alat yang dibutuhkan adalah pipa
PVC dengan diameter 4 inch, penyangga pipa, pompa air, selang air, penampung
nutrisi, dan timer. Bahan yang diperlukan meliputi bibit selada, media tanam (rockwool),
nutrisi hidroponik, dan air bersih. Setelah semua alat dan bahan disiapkan,
langkah selanjutnya adalah mempersiapkan pipa PVC dengan cara memotongnya
menjadi beberapa bagian dengan panjang yang sama, dan kemudian menggabungkan
bagian-bagian tersebut dengan penyangga pipa. Selanjutnya, pasang pompa air
pada penampung nutrisi, dan sambungkan pompa dengan selang air. Tempatkan
rockwool pada pipa PVC, dan masukkan bibit selada ke dalam rockwool tersebut.
Setelah
itu, campurkan nutrisi hidroponik dengan air bersih sesuai dengan dosis yang
direkomendasikan. Tuang larutan nutrisi tersebut ke dalam penampung nutrisi dan
nyalakan pompa air. Nutrisi akan mengalir dari penampung melalui selang air ke
pipa PVC, dan kemudian akan membentuk lapisan tipis di atas media tanam
rockwool. Selanjutnya, atur interval waktu penyiraman dan jangka waktu
pemakaian pompa air menggunakan timer. Dengan mempersiapkan alat dan bahan
dengan baik serta mengikuti proses penanaman yang benar, maka sistem hidroponik
NFT dapat membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman selada.
Penyiapan
bibit selada dan media tanam
Penyiapan
bibit selada dan media tanam merupakan salah satu tahap penting dalam
penelitian penanaman selada hidroponik dengan NFT. Bibit selada dapat dibeli di
toko pertanian terdekat atau dapat juga ditanam dari biji selada yang sudah
diambil dari buah yang matang. Setelah itu, bibit selada harus disiapkan untuk
ditanam dengan membersihkan akar dan daun yang rusak dan dipotong sesuai ukuran
yang dibutuhkan.
Selanjutnya,
media tanam yang digunakan adalah rockwool, yaitu bahan yang terbuat dari serat
batu vulkanik yang dicetak menjadi potongan-potongan kecil. Sebelum digunakan,
rockwool harus direndam dalam air selama 24 jam untuk menghilangkan kotoran dan
partikel halus yang terdapat pada permukaannya. Setelah itu, rockwool harus
dibiarkan mengering selama beberapa jam sebelum digunakan.
Penanaman
bibit selada
Setelah
persiapan bibit selada dan media tanam selesai dilakukan, langkah selanjutnya
dalam penanaman selada hidroponik dengan NFT adalah menanam bibit selada pada
media tanam. Pertama, siapkan bibit selada dengan memilih bibit yang sehat dan
berukuran seragam. Kemudian, bibit selada ditanam pada media tanam yang telah
dipersiapkan sebelumnya, yaitu rockwool atau sponge foam.
Pada
penanaman selada hidroponik dengan NFT, bibit selada yang telah ditanam pada
media tanam kemudian ditempatkan pada channel NFT. Pastikan bibit selada berada
pada posisi yang stabil dan tidak mudah tergeser. Selanjutnya, tutup channel
NFT dengan penutup yang telah disediakan. Setelah itu, nyalakan pompa air untuk
mengalirkan nutrisi pada akar bibit selada. Pastikan air nutrisi dapat mengalir
pada media tanam dan akar bibit selada dengan lancar.
Proses
penanaman bibit selada pada media tanam dan channel NFT harus dilakukan dengan
hati-hati dan higienis untuk menghindari kontaminasi yang dapat mengganggu
pertumbuhan selada. Selain itu, perhatikan juga faktor lingkungan seperti suhu
dan kelembaban udara yang dapat mempengaruhi pertumbuhan selada. Dalam kondisi
optimal, bibit selada akan tumbuh subur dan siap untuk dipanen setelah beberapa
minggu masa tanam.
Perawatan
selada
Selama
masa pertumbuhan, selada perlu dipantau dengan intensitas yang cukup. Perawatan
yang perlu dilakukan seperti memperhatikan pH dan konsentrasi nutrisi dalam
larutan nutrisi, menjaga kebersihan sistem NFT dari kotoran dan alga, serta
menjaga suhu dan cahaya yang diterima oleh selada agar tetap optimal. Kebutuhan nutrisi merupakan
hal yang paling berpengaruh didalam budidaya hidroponik terhadap pertumbuhan
tanaman. Bercocok tanam sistem hidroponik mutlak memerlukan pupuk sebagai
sumber nutrisi bagi tanaman. Pupuk diberikan dalam bentuk larutan yang
mengandung unsur makro dan mikro didalamnya (Rizal,
2017). �Berdasarkan
hasil penelitian Ariananda (2020) menunjukkan bahwa perlakuan
perbandingan nutrisi AB MIX memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi
tanaman, lebar daun dan berat basah tanaman selada yang menggunakan sistem wick
(sistem sumbu), namun tidak berbeda nyata terhadap jumlah daun. Penelitian ini
menghasilkan tinggi tanaman 28,33 cm, jumlah daun 8,22 helai, lebar daun 11,89
cm dan berat basah tanaman 27,78 gram dengan perlakuan terbaik terdapat pada
perlakuan N5 (7 ml larutan A + 3 ml larutan B untuk 1 liter larutan pakai).
Kondisi
lingkungan yang tidak optimal, seperti pH yang terlalu rendah atau tinggi,
dapat mempengaruhi absorbsi nutrisi oleh tanaman dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan. Selain itu, konsentrasi nutrisi yang tidak tepat juga dapat
menghambat pertumbuhan dan menyebabkan masalah seperti pemanjangan batang
tanaman atau kekuningan pada daun. Menurut data di BBP2TP, rentang nutrisi yang baik
untuk tanaman selada adalah 560-840 ppm dan rentang pH untuk tanamanselada
adalah 6,0 sampai 7,0. Ketika nilai pH berada di bawah 6,0 atau diatas
7,0 maka petani harus menambahkan larutan untuk menurukan pH (pH down) atau
larutan untuk menaikan pH (pH up) agar pH kembali normal yaitu 6,0 sampai
7,0. Jika nilai ppm nutrisi berada dibawah 560 hingga 840 ppm maka petani harus
menambahkan larutan nutrisi Mix A dan Mix B agar air nutrisi berada pada batas
normal atau batas yang telah ditentukan yaitu 560 sampai 840 ppm (Wati &
Sholihah, 2021). Oleh
karena itu, monitoring pH dan konsentrasi nutrisi secara teratur dan melakukan
penyesuaian jika diperlukan sangat penting untuk memastikan produksi yang
optimal pada sistem hidroponik NFT.
Pemanenan
selada
Pemanenan
selada pada penelitian penanaman selada hidroponik dengan NFT (Nutrient Film
Technique) biasanya dilakukan pada saat tanaman sudah mencapai umur panen yang
optimal. Untuk selada, umur panen yang optimal adalah sekitar 4-6 minggu
setelah penanaman. Pada saat panen, tanaman selada dipotong menggunakan gunting
steril di atas permukaan media tanam. Setelah dipotong, tanaman selada segera
dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran atau media tanam yang
menempel pada tanaman. Setelah dicuci, selada dibiarkan mengering sebentar
sebelum siap untuk dipakai. Selada yang telah dipanen kemudian dapat disimpan
dalam wadah tertutup dalam lemari pendingin untuk menjaga kesegaran dan
kelembapan selada. Selada dapat bertahan hingga beberapa hari jika disimpan
dalam kondisi yang baik.
Sistem
hidroponik NFT memiliki beberapa kelebihan dalam penanaman selada. Pertama,
sistem ini memungkinkan tanaman untuk mendapatkan nutrisi yang lebih seimbang
dan optimal, sehingga pertumbuhan tanaman dapat ditingkatkan. Selain itu,
sistem ini juga lebih efisien dalam penggunaan air dan pupuk, karena nutrisi
dapat disuplai langsung ke akar tanaman dengan cara yang lebih efektif.
Namun,
ada juga beberapa kekurangan dalam menggunakan sistem hidroponik NFT dalam
penanaman selada. Pertama, biaya awal untuk membangun sistem NFT mungkin cukup
mahal, terutama jika ingin membangun sistem yang besar untuk produksi yang
lebih besar. Selain itu, sistem NFT juga membutuhkan perawatan yang intensif
dan pemantauan yang lebih ketat untuk menjaga kualitas nutrisi dan air, serta
mencegah pertumbuhan alga yang tidak diinginkan.
Tantangan
lain yang dihadapi dalam penanaman selada menggunakan sistem hidroponik NFT
adalah masalah teknis seperti penyumbatan sistem dan kerusakan pompa air, yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Selain itu, keterbatasan dalam variasi
jenis tanaman yang dapat ditanam dengan sistem ini juga menjadi tantangan,
karena tidak semua tanaman cocok dengan metode hidroponik NFT dan memerlukan
sistem yang berbeda. Meskipun demikian, kelebihan dari sistem hidroponik NFT
dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi selada dapat menjadi
alternatif yang menarik dalam pengembangan pertanian modern.
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sistem
hidroponik menggunakan teknik nutrient film technique dapat dijadikan sebagai
alternatif dalam produksi selada dengan hasil yang optimal. Hal ini ditunjukkan
oleh pertumbuhan tanaman yang sehat dan cepat, serta kualitas hasil produksi
yang baik. Dengan menggunakan formula nutrisi yang tepat dan pengaturan pH yang
baik, tanaman selada dapat tumbuh dengan baik pada sistem hidroponik ini.
Selain itu, penggunaan sistem hidroponik juga memiliki beberapa keunggulan
seperti penghematan air dan pupuk, pengurangan risiko serangan hama dan
penyakit, serta penghematan lahan. Namun, perlu diperhatikan juga bahwa
pengoperasian sistem hidroponik membutuhkan biaya awal yang cukup tinggi dan
memerlukan pemahaman yang baik mengenai teknik dan pengaturan nutrisi. Secara
keseluruhan, sistem hidroponik menggunakan teknik nutrient film technique dapat
dijadikan sebagai pilihan alternatif dalam produksi selada dengan hasil yang
optimal dan memiliki keunggulan dalam penghematan sumber daya.
Alviani, P. (2015). Bertanam
hidroponik untuk pemula. Bibit publisher.
Ariananda, B., Nopsagiarti,
T., & Mashadi, M. (2020). Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi larutan
nutrisi AB mix terhadap pertumbuhan dan produksi selada (Lactuca sativa L.)
hidroponik sistem floating. Green Swarnadwipa: Jurnal Pengembangan Ilmu
Pertanian, 9(2), 185�195.
Harsela, C. N., Sumarni,
E., & Wijaya, K. (2020). Pertumbuhan pakcoy (Brassica rapa L) yang ditanam
dengan floating hydroponics system dan non hidroponik. Jurnal Pertanian
Indonesia, 1(2), 56�63.
Harsela, C. N., & TP,
S. (2020). Kiat Sukses Bertani Hidroponik. Syntax Computama.
Hendra, H. A., &
Andoko, A. (2014). Bertanam sayuran hidroponik ala paktani hydrofarm.
AgroMedia.
Istiqomah, S. (2007). Menanam
hidroponik. Ganeca Exact.
Kridhianto, R. (2016). Pengaruh
Macam Media Tanam dan Kemiringan Talang terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bayam
Merah (Amarantus tricolor L.) pada Sistem Hidroponik NFT. Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo.
Manurung, A. E. (2022). Pengaruh
Konsentrasi Eco Enzyme dan Dosis Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Selada (Lactuca sativa L.).
Mas�udah, K. W. (2022).
Penerapan Budikdamber Dan Aquaponik Kampung Ahong Untuk Wujudkan Ketahanan
Pangan Pada Masa Pandemi Covid-19. Bunga Rampai Bela Negara Dalam Berbagai
Perspektif, 154.
Maulido, R. N., Tobing, O.
L., & Adimihardja, S. A. (2016). Pengaruh Kemiringan Pipa Pada Hidroponik
Sistem NFT Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.). Jurnal
Agronida, 2(2), 62�68.
Novianti, F. D. (2019). Analisis
Risiko Produksi Selada Hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur)
Pamulang, Tangerang Selatan. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas islam
negeri syarif hidayatullah.
Nugrahani, F., & Hum,
M. (2014). Metode penelitian kualitatif. Solo: Cakra Books.
Nurdin, S. Q. (2017). Mempercepat
Panen Sayuran Hidroponik. Agromedia.
Purbajanti, E. D., Slamet,
W., & Kusmiyati, F. (2017). Hidroponic bertanam tanpa tanah. EF
Press Digimedia.
Rahayu, S. (2020). Pengaruh
Substitusi Nutrisi Ab Mix Oleh Biourin Kelinci Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Selada Merah (Lactuca Sativa L. Var. Red Rapid) Pada Hidroponik Sistem
Sumbu. Universitas Siliwangi.
Rizal, S. (2017). pengaruh
nutrisi terhadap perrumbuhan tanaman sawi pakcoy (Brasicca rapa L.) yang di
tanam secara hidroponik. Sainmatika, 14(1), 38�44.
Romalasari, A., &
Sobari, E. (2019). Produksi Selada (Lactuca sativa L.) Menggunakan Sistem
Hidroponik Dengan Perbedaan Sumber Nutrisi. Agriprima : Journal of
Applied Agricultural Sciences, 3(1), 36�41.
https://doi.org/10.25047/agriprima.v3i1.158
Setiawan, H. (2017). Kiat
Sukses Budidaya Cabai Hidroponik. Bio Genesis.
Sutanto, T. (2015). Rahasia
sukses budidaya tanaman dengan metode hidroponik. Bibit Publisher.
Wati, D. R., &
Sholihah, W. (2021). Pengontrol pH dan Nutrisi Tanaman Selada pada Hidroponik
Sistem NFT Berbasis Arduino. Teknik Komputer, Sekolah Vokasi, IPB University,
7(1), 12�21.
Copyright holder: Chiska
Nova Harsela (2022) |
First publication right: Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |