Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 6, No.1, Januari 2021
KEBUTUHAN FAMILY CAREGIVER PENDERITA GAGAL JANTUNG POST
HOSPITALISASI DI
KABUPATEN INDRAGIRI HULU
Ardianto, Heny
Suseani Pangastuti dan Syahirul
Alim
Rumah
Sakit Umum Daerah �(RSUD) Indrasari Rengat, Riau
Departemen
Keperawatan Medikal Bedah, Universitas Gadjah Mada
Departemen
Keperawatan Dasar dan Emergensi, Universitas Gadjah Mada
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstract
This study aims to identify the needs of
family caregiver of patients
with heart failure during care in the post hospitalization stage. This type of
research is mixed methods of sequential explanatory type design involving 97
respondents and 5 participants from family caregiver of patients
with post hopitalization heart failure. This research is a non-experimental
study with mixed methods design of exoplanatorial sekuensial type.The study was
conducted for 2 months in Indragiri Hulu District. The
sampling technique used was purposive sampling and criterion sampling. The FNAT
modification instrument is used to assess the needs of the family caregiver and
is supported by an in-depth interview guide. Quantitative data were analyzed by
descriptive analysis and qualitative data using content analysis, and
integrated through a joint displays approach. The
results shoed the average value of each domain needs includes: information
needs (88,80 � 9,16), health needs (88,66 � 9,31), household
assistance (72,68 � 18,51), social support (71,55 � 13,72),
financial needs (66,39 � 10,23). Six themes found were: psychological
burden and health problems, assistance in completing household chores,
insufficient family finances, lack of information about illness and handling,
requiring support from nearby people, as well as confusion in facing
unpredictable diseases.In addition, during care of patients
with heart in the post hospitalization stage, family caregiver needs
information support, health assistance, financial assistance, household chores
assistance and socio-religious support.
Keywords: needs; family caregiver; heart failure; mixed methods; post hospitalization.
Abstrak
Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan family caregiver penderita gagal jantung selama melakukan
pengasuhan pada tahap post hospitalisasi.
Rancangan mixed methods jenis
sekuensial eksplanatori melibatkan 97 responden dan 5 partisipan dari family caregiver penderita gagal jantung
post hopitalisasi. Penelitian ini
merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan mixed methods jenis sekuensial eksplanatori. Penelitian dilakukan selama
2 bulan di Kabupaten Indragiri Hulu. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan criterion sampling. Instrumen FNAT modifikasi dipakai untuk menilai
kebutuhan family caregiver dan
didukung oleh panduan wawancara mendalam. Data kuantitatif dianalisis dengan
analisis deskriptif dan data kualitatif menggunakan content analysis, diintegrasikan melalui pendekatan joint displays. Hasil penelitian
menunjukkan nilai rata-rata dari masing-masing domain kebutuhan meliputi: kebutuhan
informasi (88,80�9,16), kebutuhan kesehatan (88,66�9,31), kebutuhan rumah
tangga (72,68�18,51), kebutuhan dukungan sosial (71,55�13,72) dan kebutuhan
finansial (66,39�10,23). Enam tema yang ditemukan adalah: beban psikologis dan
gangguan kesehatan, bantuan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, keuangan
keluarga tidak mencukupi, kurang informasi tentang penyakit dan penanganannya,
membutuhkan dukungan dari orang terdekat, serta kebingungan menghadapi penyakit
yang tidak dapat diprediksi. Disimpulkan bahwa selama merawat penderita gagal
jantung pada tahap post hospitalisasi,
family caregiver membutuhkan dukungan informasi, bantuan kesehatan, bantuan
finansial, bantuan pekerjaan rumah tangga, serta dukungan sosial keagamaan.
Kata kunci: kebutuhan;
family caregiver;
gagal jantung; mixed
methods; post
hospitalisasi.
Coresponden
Author
Email:
[email protected]
Artikel dengan
akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Gagal jantung merupakan
penyebab kematian utama dari kelompok penyakit tidak menular yang prevalensinya
meningkat setiap tahun (Indonesia, MBOI, Manusia, & Syamsudin, 2014);(Savarese & Lund, 2017). Diperkirakan
15 juta orang di Eropa dan lebih dari 5,8 juta orang di Amerika menderita gagal
jantung, dan hampir 500.000 laporan kasus baru pertahunnya (Pressler, S.J., Pizlo, I.G, Chubinski, S.D, Smith, G,
Wheeler, 2013)� Tahun 2013, prevalensi gagal jantung di
Indonesia sebesar 0,13% atau sekitar 229.696 orang, 0,12% (4.292 orang)
diantaranya berada di Provinsi Riau (Indonesia
et al., 2014).
Gagal jantung memiliki
masalah yang kompleks bahkan tidak dapat diprediksi (Pressler, S.J., Pizlo, I.G, Chubinski, S.D, Smith, G,
Wheeler, 2013). Penderita mengalami penurunan kualitas
hidup (McMurray, J.J,
Adamopoulos, S, Anker, S.D, Auricchio, A. Bohm, 2012) Oleh sebab itu, diperlukan peran anggota keluarga untuk membantu
perawatan penderita yang dikenal dengan istilah family caregiver (Pressler, S.J., Pizlo,
I.G, Chubinski, S.D, Smith, G, Wheeler, 2013);(Etemadifar, Bahrami,
Shahriari, & Farsani, 2014).
Caregiver
memiliki tanggung jawab yang berat dan dapat menyebabkan stress, penurunan
kesehatan fisik, penurunan kualitas hidup (Norup, Siert, &
Lykke Mortensen, 2010); (Pressler,
S.J., Pizlo, I.G, Chubinski, S.D, Smith, G, Wheeler, 2013),
konflik keluarga, gangguan fungsi sosial, serta masalah finansial (Coy et
al., 2013); (Cameron, Naglie, Silver, &
Gignac, 2013)
Mengingat banyaknya
masalah yang muncul selama melakukan pengasuhan, tidak mengherankan jika caregiver memiliki kebutuhan yang
penting namun sering tidak tersampaikan (Rivera et al., 2013). Tahap post hospitalisasi merupakan masa
terberat bagi caregiver (Kane et
al., 1994), sebab
sebagian besar tanggung jawab perawatan berpindah kepada caregiver (Blum &
Sherman, 2010). Studi menunjukkan bahwa
ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi, family
caregiver dapat mengalami tekanan emosional yang lebih banyak lagi sehingga
berpengaruh terhadap perawatan dan rehabilitasi penderita (Coy et
al., 2013).�
Peneliti belum menemukan
penelitian terkait dengan kebutuhan family
caregiver penderita gagal jantung yang dilakukan di Indonesia khususnya
pada tahap post hospitalisasi. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan family caregiver penderita gagal jantung selama melakukan
pengasuhan pada tahap post hospitalisasi.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian non eksperimental dengan rancangan mixed methods jenis sekuensial eksplanatori. Penelitian dilakukan
selama 2 bulan di Kabupaten Indragiri Hulu. Diawali dengan penelitian kuantitatif
dan dilanjutkan dengan penelitian kualitatif.
Pemilihan subjek
penelitian menggunakan teknik purposive
sampling dengan kriteria: 1) anggota keluarga yang sebagian besar waktunya
merawat penderita gagal jantung kronik ≥2-8 minggu post hospitalisasi dengan NYHA
kelas II-IV yang ditegakkan saat hospitalisasi;
2) tinggal serumah; 3) berusia ≥18 tahun. Kriteria eksklusi adalah tidak
bersedia berpartisipasi. Terdapat 97 family
caregiver memenuhi kriteria berpartisipasi dalam penelitian. Selanjutnya
dilakukan wawancara terhadap 5 caregiver yang
memiliki jawaban ekstrim tinggi atau rendah (criterion
sampling) dari analisis kuantitatif sebelumnya.
Penelitian menggunakan Family Need Assessment Tool (FNAT) yang
telah melewati proses cross cultural adaptation ke dalam Bahasa
Indonesia dengan Skala Likert rentang nilai 1-5. Terdiri dari 11 item pernyataan dari 5 domain yang dinilai meliputi kebutuhan
informasi, kebutuhan rumah tangga, kebutuhan finansial, kebutuhan kesehatan,
serta kebutuhan dukungan sosial. Rentang nilai validitas sebesar r= 0,363-0,737serta
nilai koefisien alpha cronbach reliabilitas
total item sebesar α= 0,828. Penelitian ini juga menggunakan pedoman
wawancara yang disusun berdasarkan hasil analsisis penelitian kuantitatif.
Penelitian ini telah disetujui
oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta dengan surat persetujuan Ref: KE/FK/0342/EC/2018 tanggal 16 April
2018. Alur penelitian tergambar pada Bagan 1.
Analisis deskriptif
digunakan untuk menganalisis data kuantitatif, dan data kualitatif menggunakan content analysis. Integrasi hasil
penelitian kuantitatif dan kualitatif dilakukan melalui pendekatan joint displays
Hasil dan Pembahasan
A. Karakteristik
Responden
Sembilan
puluh tujuh family caregiver
penderita gagal jantung post
hospitalisasi yang memenuhi kriteria inklusi terlibat dalam penelitian ini.
Terdiri dari 34 (35,1%) laki-laki dan 63 (64,9%) perempuan, usia rata-rata 44
tahun. Caregiver adalah� isteri 32 (33%) dan suami 18 (18,6%), anak
penderita 40 (41,2%). Sebagian besar responden beragama Islam 88(90,7%), 39
(40,4%) diantaranya suku Melayu. Ibu rumah tangga merupakan pekerjaan terbanyak
44 (45,4%) dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah pendidikan rendah,
sekolah dasar 25 (25,8%) dan SMP sederajat 23 (23,7%) responden. Ada 70 (72,2%)
penderita menggunakan asuransi BPJS untuk pembiayaan kesehatan. Sebanyak 72
(74,2%) caregiver telah merawat
penderita >3 bulan post hospitalisasi,
dan klasifikasi NYHA terbanyak adalah
Kelas IV 51(52,6%) penderita (Tabel 1).
Karakteristik
5 partisipan untuk rancangan kualitatif meliputi 2 orang laki-laki dan 3 orang
perempuan, umur antara 39-53 tahun. Tingkat pendidikan bervariasi dari sekolah
dasar hingga sarjana. Hubungan dengan penderita adalah pasangan (suami/istri)
dan anak. Masa post hospitalisasi<1
bulan-8 bulan. Kelas NYHA yang diasuh
adalah III dan IV.
Proses
penelitian kuantitatif Populasi:
Family caregiver penderita gagal
jantung (N=106) Pemilihan
sampel dengan teknik purposive
sampling (n=97) Pengambilan
data kuantitatif dengan kuesioner FNAT Analisis
data kuantitatif Hasil
penelitian kuantitatif Menyusun sampling frame dengan memilih partisipan berdasarkan hasil
analisis kuantitatif responden dengan nilai ekstrim tinggi atau rendah
sebanyak 12 orang� (Connecting) Membuat
instrumen pedoman wawancara berdasarkan hasil penelitian kuantitatif (Building) Setelah
dilakukan wawancara mendalam kepada 5 partisipan, tidak ditemukan lagi data
dan informasi baru (saturated data) Membuat
laporan hasil penelitian: 1. Hasil
penelitian kuantitatif. 2. Hasil
penelitian kualitatif. 3. Hasil
integrasi penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan joint displays. Analisis
data kualitatif dengan content
analysis Proses
penelitian kualitatif
Bagan 1
Alur Penelitian
Tabel 1
Distribusi Karakteristik Family Caregiver Penderita Gagal Jantung
Post
Hospitalisasi (n=97)
Karakteristik
Responden |
Frekuensi |
Persentasi (%) |
Min-Max Mean/Median (�SD) |
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan |
34 63 |
35,1 64,9 |
|
Umur <25
tahun 25-45
tahun >45
tahun |
5 42 50 |
5,2 43,3 51,5 |
18-73 (tahun) 44,35 (�11,848) |
Hubungan dengan
penderita Isteri Suami Anak Orang
tua Saudara Lainnya |
32 18 40 2 2 3 |
33,0 18,6 41,2 2,1 2,1 3,1 |
|
Agama Islam Kristen Katholik |
88 7 2 |
90,7 7,2 2,1 |
|
Suku Melayu Minang Jawa Batak Lainnya |
39 6 36 11 5 |
40,2 6,2 37,1 11,3 5,2 |
|
Pekerjaan PNS Petani Wiraswasta Pegawai
swasta Ibu
rumah tangga Lainnya |
5 18 18 4 44 8 |
5,2 18,6 18,6 4,1 45,4 8,2 |
|
Pendidikan
Terakhir Tidak
tamat SD Lulus
SD sederajat SMP
sederajat SMA
sederajat Diploma S1 |
8 25 23 32 4 5 |
8,2 25,8 23,7 33 4,1 5,2 |
|
Lama merawat post hospitalisasi <1
bulan 1-3
bulan >3
bulan |
7 18 72 |
7,2 18,6 74,2 |
1-8 (bulan) 5,00 (�2,055) |
Asuransi
Kesehatan BPJS Tidak
ada asuransi Lainnya |
70 15 12 |
72,2 15,5 12,4 |
|
Kelas NYHA II III IV |
4 42 51 |
4,1 43,3 52,6 |
|
1. Analisis Kuantitatif
Gambaran
kebutuhan family caregiver penderita
gagal jantung post hospitalisasi di
Kabupaten Indragiri Hulu tergambar pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2
Persentase Kebutuhan Family Caregiver Penderita Gagal Jantung Post Hospitalisasi Berdasarkan Domain (n=97)
Item Perdomain |
Sangat Tidak
Setuju |
Tidak Setuju |
Tidak Tahu |
Setuju |
Sangat Setuju |
Mean (�SD) |
Kebutuhan
informasi 1. Perlu
informasi lengkap tentang penyakit. 2. Perlu
bertukar pikiran. 3. Perlu
informasi khusus. |
|
1,0 |
|
50,5 58,8 55,7 |
49,5 41,2 43,3 |
88,80 (�9,16) |
Kebutuhan
kesehatan 1. Merasa tidak
sehat selama merawat. 2. Merasa tidak
nyaman selama merawat. |
|
1,0 |
|
54,6 55,7 |
45,4 43,3 |
88,66 (�9,31) |
Kebutuhan
dukungan sosial 1. Butuh
dukungan dari lingkungan keagamaan. 2. Mendapat
bantuan dari organisasi masyarakat. |
1,0 1,0 |
1,0 48,5 |
|
82,5 45,4 |
15,5 5,2 |
71,55 (�13,72) |
Kebutuhan
finansial 1. Butuh
bantuan keuangan keluarga. 2. Cukup
uang untuk kebutuhan sehari-hari. |
|
23,7 56,7 |
|
54,6 36,1 |
21,6 6,2 |
66,39 (�10,23) |
Kebutuhan
rumah tangga 1. Butuh
bantuan menyiapkan makanan. 2. Butuh
bantuan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. |
|
25,8 28,9 |
|
52,6 56,7 |
2,6 14,4 |
72,68 (�18,51) |
Nilai
mean menunjukkan besaran nilai kebutuhan family caregiver selama
memberikan pengasuhan. Informasi merupakan kebutuhan yang paling diharapkan
selama memberikan pengasuhan, sebesar 88,80 (�9,16), 100% caregiver membutuhkan informasi lengkap tentang penyakit serta
perlu bertukar pikiran tentang sakit penderita. Kebutuhan terhadap bantuan kesehatan
sebesar 88,66 (�9,31). Selanjutnya, kebutuhan finansial sebesar 66,39 (�10,23),
56,7% diantaranya tidak cukup uang untuk kebutuhan sehari-hari. Sekitar 48,5% caregiver tidak mendapatkan dukungan
sosial, 82,5% diantara mereka mengharapkan dukungan dari lingkungan keagamaan.
Kebutuhan rumah tangga yang tidak terpenuhi meliputi menyiapkan makanan 52,6%
dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga 56,7%.
2.
Analisis Kualitatif
Analisis
keseluruhan data hasil wawancara mendalam menghasilkan 6 tema dan 14 kategori
terkait kebutuhan caregiver selama
melakukan pengasuhan tergambar pada Tabel 3.
Tabel 3
Perspektif Kebutuhan Family Caregiver dalam Merawat Penderita
Gagal Jantung Post Hospitalisasi
Tema |
Kategori |
Beban
psikologis dan gangguan kesehatan. |
� Beban
psikis; � Kurang
tidur dan mengalami gangguan kesehatan. |
Bantuan
mengerjakan pekerjaan rumah tangga. |
� Tidak
mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga; � Pekerjaan
terganggu: � Membutuhkan
bantuan menjaga penderita selama bekerja. |
Keuangan
keluarga tidak mencukupi. |
� Penghasilan
tidak mencukupi kebutuhan; � Membutuhkan
biaya tambahan tak terduga. |
Kurang
informasi tentang penyakit dan penanganannya. |
� Ketidaktahuan
tentang penyakit dan penanganannya; � Kurang
informasi dari tim kesehatan; � Perawatan
di rumah dengan pengetahuan sederhana. |
Membutuhkan
dukungan dari orang terdekat. |
� Merasa
bahagia jika dikunjungi; � Bertukar
pikiran dengan orang terdekat. |
Kebingungan
menghadapi penyakit yang tidak dapat diprediksi. |
� Sifat
penyakit tidak stabil; � Penyakit
yang mengancam jiwa. |
Tema 1. Beban psikologis dan gangguan
kesehatan.
Sebagian besar
partisipan mengungkapkan mengalami beban psikis seperti, cemas, khawatir, dan
kesedihan selama memberikan pengasuhan. Namun demikian, bagi mereka melakukan
pengasuhan kepada anggota keluarga yang sakit sudah merupakan suatu kewajiban. Kondisi
tersebut tergambar sebagai berikut:
�... ada sedihnya... khawatir, pokoknya
bercampur-campurlah perasaan tu... cemas� (P1, 53 tahun).
�Ya bagaimanalah ya, namanya kewajiban...
was-was, cemas tetap ada� (P2, 50 tahun).
Partisipan
menyatakan mereka kurang tidur selama melakukan pengasuhan, sebab mereka harus
siap siaga mendampingi penderita saat keluhan muncul sering pada malam hari
yang berimbas pada kurang tidur dan sakit kepala seperti yang diungkapkan
responden berikut ini:
�Kalau malam tu bapak ni pasti kesakitan.
Kadang sampai tiga kali empat kali semalam. Subuh tu baru dia bisa tidur. Jadi
malam tu kita kurang tidur, subuh itulah kita baru tidur... siang yo kerja...
kepala pusing-pusing...� (P3, 47 tahun).
Tema 2. Bantuan mengerjakan
pekerjaan rumah tangga.
Partisipan
mengungkapkan tidak mampu mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri sehingga
membutuhkan bantuan dari orang lain. Ungkapan ini tergambar sebagai berikut:
�Yo...Gimana,
ya?... kami itukan di... di s... jadi penjaga sekolah. Semua aktivitasnya saya
stop semua. Ndak boleh kerja, jadi cari pembantu, ho o... ya cari pembantu� (P2, 50
tahun).
�... butuh ada
yang nolong, ntah itu ngurusin pakaian beliau, loundry, urusan makan...� (P5, 39
tahun).
Selama
melakukan pengasuhan, sebagian besar partisipan menyatakan waktu untuk mereka
bekerja terganggu. Mereka membagi waktu antara pekerjaan dan harus merawat
penderita di rumah. Kondisi tersebut tergambar sebagai berikut:
�...nanti kalau sakitnya apa (kambuh)...
yo anakku manggil suruh pulang dulu...Mamak pulang dulu... itu bapak kesakitan.
Pulang kita kan... lalu balik lagi (ke tempat kerja)...� (P3, 47
tahun).
Beberapa
partisipan bekerja dan juga berganti peran menjadi tulang punggung keluarga,
sehingga mereka membutuhkan bantuan untuk menjaga penderita selama mereka
bekerja.
�... kadang minta
tolong anak suruh ke rumah nunggu bapak, awak kan kerja kan...� (P3, 47
tahun).
Tema
3. Keuangan keluarga tidak mencukupi.
Partisipan
menyatakan bahwa penghasilan mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari keluarga. Kondisi ini tergambar pada beberapa pernyataan partisipan
berikut ini:
��... Ibu kebun tak ada, punya emas
angsur-angsur dijual... jual... jual... habis. Kebutuhan ndak mencukupi...
Belum lagi 2 anak kuliah, yang satu di Pekanbaru, satu lagi di Medan ambik
kebidanan. Tahulahkan besar biaya kuliah di kesehatan tu... sebentar-sebentar
lah minta dikirim duit� (P1, 53 tahun).
Sebagian partisipan menyatakan
membutuhkan biaya tak terduga setiap bulannya seperti yang diungkapkan berikut
ini:
�... walau bapak
BPJS, kalau di Pekanbaru obat cuma dikasih sedikit, kita banyak lagi nebusnya.
Ongkos bolak-balik sampai 3 kali kontrol, tambah biaya lagi, kan...� (P1, 53
tahun).
Tema
4. Kurang informasi tentang penyakit dan penanganannya.
Sebagian besar
partisipan menyatakan tidak memahami tentang penyakit gagal jantung seperti
pencetus, perkembangan penyakit dan bagaimana pengelolaannya. Beberapa
pernyataan partisipan terkait hal tersebut, sebagai berikut:
�Sementara ini saya belum begitu tahu apa
yang perlu dipantang, apa yang boleh dimakan.... saya perlu penjelasan masalah
ini... anu... penyebab awal dari penyakit ini, ... kemudian untuk tindak
lanjut...� (P2,
50 tahun).
Partisipan
menyatakan tidak mendapatkan penjelasan dari dokter dan tim kesehatan lainnya
tentang penyakit yang diderita pada saat berobat dan dirawat sebagaimana
tergambar berikut ini:
�... cuman dikasih obat, lalu balik gitu
aja, kami keluarga ndak puas� (P2, 50 tahun).
Seluruh
partisipan menyatakan memberikan perawatan pada penderita di rumah berdasarkan
pengalamannya saja dan bersifat tradisional. Kondisi tersebut tergambar sebagai
berikut:
�Pakai air panas kalau kumatnya, kan
direbus air....Ya itulah... suruh kasih air panas,
dikerokin, suruh ngasih balsem... air panas di botol itu lho..., taruh di
perut. Bapak tidak bisa tidur baring, tidur di kursi (menangis)� (P3, 47
tahun).
Tema 5. Membutuhkan dukungan dari
orang terdekat.
Sebagian
besar partisipan menyatakan senang mendapat kunjungan dari orang-orang terdekat
selama melakukan pengasuhan, tergambar pada pernyataan berikut ini:
�... kalau anggota keluarga lain dan
tetangga datang bersilaturrahmi, beliaunya bahagia... Ooo begitu juga saya,
karena melihat beliau bahagia, cerah... tentunya saya senang.� (P5, 39 tahun).
Partisipan
mengharapkan dapat bertukar pikiran tentang penyakit penderita dengan
orang-orang terdekat mereka. Kondisi tersebut tergambar dari pernyataan
berikut:
�... butuh teman, jadi dengan adanya teman
komunikasi, itukan tereliminisir gitu...� (P5, 39 tahun).
Namun 1 partisipan menyatakan bahwa mereka
tidak mendapat dukungan dari tetangga, bahkan merasa dihakimi oleh
lingkungannya sebagaimana pernyataannya berikut ini:
�...Tetangga malah pada nyalahkan, Pak
(menangis)... apa... orang sakit-sakit kok diobatkan lagi.. gitu.. wong saya
berobat ga minta sama tetangga kok (menangis)...� Jadi kalau ada apa-apa yo cerita sama anakku
itu aja...� (P3,
47 tahun).
Tema 6. Kebingungan menghadapi
penyakit yang tidak dapat diprediksi.
Sebagian
besar partisipan mengkhawatirkan kondisi sakit penderita yang tidak stabil dan
tidak kunjung sembuh. Kekhawatiran tersebut tergambar dari pernyataan berikut
ini:
�... tapi kayaknya semakin kesini...
kayaknya tambah ape... (menangis)... Bapak ni ndak stabil, kadang tiba-tiba aja
sesaknya...� (P1,
53 tahun).
Partisipan
menyatakan kekhawatirannya terhadap penyakit yang diderita penderita yang sewaktu-waktu
dapat mengancam nyawa seperti tergambar dari pernyataan berikut ini:
�... maklumlahkan...
jantung, salah-salah...� (P2, 50 tahun).
Joint Displays
Integrasi hasil penelitian kuantitatif dan kualitatif
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4
Integrasi Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif tentang Kebutuhan Family
Caregiver Penderita Gagal Jantung Post
Hospitalisasi
|
Hasil Penelitian
Kuantitatif |
Hasil
Penelitian Kualitatif |
||
|
Kebutuhan
informasi dengan nilai mean dan standar deviasi 88,80 (�9,16). |
Tema: Kurang
informasi tentang penyakit dan penanganannya. Kategori:
Ketidaktahuan tentang penyakit dan penanganannya. �... kita bukan
dari kalangan kesehatan, maunya tau oo... penanganan pertama, lalu informasi
mengenai penyakit ini, ntah itu risiko terburuknya, ntah itu sistemiknya...� (P5, 39
tahun). Kategori:
kurang informasi dari tim kesehatan. �... cuman dikasih pengobatan, lalu
balik gitu aja, kami keluarga ndak puas� (P2, 50 tahun). Kategori:
Perawatan di rumah dengan pengetahuan sederhana �Pakai air panas kalau kumatnya kan,
direbus air....Ya itulah... suruh kasih air panas,
dikerokin, suruh ngasih balsem... air panas di botol itu lho ..., taruh di
perut. Bapak tidak bisa tidur baring, tidur di kursi (menangis)� (P3, 47
tahun). Tema: Kebingungan menghadapi penyakit
yang tidak dapat diprediksi. Kategori:
Sifat penyakit tidak stabil. �... tapi kayaknya semakin kesini...
kayaknya tambah ape... (menangis)... Bapak ni ndak stabil, kadang tiba-tiba
aja sesaknya...� (P1, 53 tahun). Kategori:
penyakit yang mengancam jiwa. �... maklumlahkan jantung,
salah-salah...� (P2, 50 tahun). �Bapak tu kesakitan, dah
pucat,� kayak sudah tak ada
lagi...(menangis).� (P3, 47 tahun). |
||
|
Kebutuhan
rumah tangga dengan nilai mean dan standar deviasi 72,68 (�18,51). |
Tema:
Bantuan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Kategori:
Tidak mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. �Yo...Gimana,
ya?... kami itukan di... di s... jadi penjaga sekolah. Semua aktivitasnya
saya stop semua. Ndak boleh kerja, jadi cari pembantu, ho o... ya cari
pembantu� (P2,
50 tahun). ��... butuh ada yang nolong, ntah itu
ngurusin pakaian beliau, loundry, urusan makan...� (P5, 39 tahun). Kategori: Pekerjaan terganggu. �...
yang terganggu itu dari tempat kerja... mereka harus memaklumi karena saya
harus banyak absen...� (P5, 39 tahun). Kategori: Membutuhkan bantuan menjaga
penderita selama bekerja. �...
kadang minta tolong anak suruh ke rumah nunggu bapak, awak kan kerja kan...� (P3, 47
tahun) |
||
Kebutuhan
dukungan sosial dengan nilai mean dan standar deviasi 71,55 (�13,72). |
Tema:
Membutuhkan dukungan dari orang terdekat. Kategori:
Merasa bahagia bila dikunjungi. �... kalau anggota keluarga lain dan
tetangga datang bersilaturrahmi, beliaunya bahagia... Ooo begitu juga saya,
karena melihat beliau bahagia, cerah... tentunya saya senang.� (P5, 39 tahun). Kategori:
Bertukar pikiran dengan orang terdekat. �... kadang saya nelpon sama adik orang
tua yang bungsu, selalu dia kasih nasehat...� (P1, 53 tahun). |
|
||
Kebutuhan
finansial dengan nilai mean dan standar deviasi sebesar� 66,39 (�10,23). |
Tema: Keuangan
keluarga tidak mencukupi. Kategori:
Penghasilan tidak mencukupi kebutuhan. �... namanya buruh cuci, Pak. Saya
sendiri yang kerja sekarang, dari yang lain ndak ada. Gaji ya untuk makan, �itu aja...� (P3, 47 tahun). �... Ibu kebun tak ada, punya emas
angsur-angsur dijual... jual... jual... habis. Kebutuhan ndak mencukupi...
Belum lagi 2 anak kuliah, yang satu di Pekanbaru, satu lagi di Medan ambik
kebidanan. Tahulahkan besar biaya kuliah di kesehatan tu... sebentar-sebentar
lah minta dikirim duit� (P1, 53 tahun). Kategori:
Membutuhkan biaya tambahan tidak teduga. �... walau bapak BPJS, kalau di
Pekanbaru obat cuma dikasih sedikit, kita banyak lagi nebusnya. Ongkos
bolak-balik sampai 3 kali kontrol, tambah biaya lagi, kan...� (P1, 53
tahun). |
|
||
Kebutuhan
kesehatan dengan nilai mean dan standar deviasi 88,66 (�9,31). |
Tema: Beban
psikologis dan gangguan kesehatan. Kategori:
Beban psikis. �... ada sedihnya... khawatir, pokoknya
bercampur-campurlah perasaan tu... cemas� (P1, 53 tahun). Kategori:
Kurang tidur dan mengalami gangguan kesehatan. ��Kalau malam tu bapak ni pasti kesakitan.
Kadang sampai tiga kali empat kali semalam. Subuh tu baru dia bisa tidur.
Jadi malam tu kita kurang tidur, subuh itulah kita baru tidur... siang yo
kerja... kepala pusing-pusing...� (P3, 47 tahun). |
|
||
Informasi merupakan
kebutuhan paling utama caregiver
selama melakukan pengasuhan. Seluruh responden mengharapkan informasi lengkap
tentang penyakit termasuk bagaimana penanganannya. Mereka mengaku tidak
memahami tentang penyakit gagal jantung dan bagaimana perawatannya. Kurangnya
informasi dari tim kesehatan berkaitan dengan rendahnya pengetahuan caregiver. Mereka tidak mendapatkan
penjelasan dari dokter ketika berobat dan saat dirawat di rumah sakit.
Informasi tentang penyakit gagal jantung dan bagaimana penanganannya hanya
mereka peroleh dari teman yang memiliki pengalaman yang sama sebelumnya,
sehingga informasi tersebut kurang akurat. Kondisi ini dibuktikan dengan cara
mereka melakukan pengasuhan di rumah dengan merawat penderita berdasarkan
pengetahuan sederhana/tradisional seperti memijat, mengerok, serta mengoleskan
balsem. Hasil ini mirip dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Wingham et al., 2015) dan (Etemadifar
et al., 2014) yang menyatakan bahwa caregiver membutuhkan dukungan untuk
memahami kondisi penyakit gagal jantung ini terkait penyebab, tipe,
harapan/prognosis dan bagaimana perawatannya. Senada dengan (Salehitali, Dehkordi, Hafshejani, & Jafarei,
2009) dan (Etemadifar
et al., 2014)menyebutkan
bahwa sedikit sekali akses informasi yang diperoleh disamping minimnya
bimbingan yang didapatkan caregiver dari
tim kesehatan.
Menurut (Pressler,
S.J., Pizlo, I.G, Chubinski, S.D, Smith, G, Wheeler, 2013),
penyakit gagal jantung menyebabkan masalah yang kompleks bahkan tidak dapat
diprediksi, karena penyakit ini memiliki periode stabil, eksaserbasi bahkan
kematian yang tiba-tiba. Bila caregiver
kurang mendapatkan informasi, mereka akan merasa kebingungan menghadapinya (Etemadifar et al.,
2014). Kondisi tersebut tergambar dalam
penelitian ini bahwa timbul kebingungan saat
menghadapi penyakit penderita yang tidak stabil dan tidak ada kepastian, hal
ini disebabkan oleh kurangnya informasi dan interaksi dengan tim kesehatan. Menurut
(Wingham et al., 2015), kebingungan akibat kondisi ketidakpastian ini
terutama terjadi pada caregiver yang
baru saja menjalankan peran barunya, serta mereka yang belum mengikuti program
rehabilitasi.
Kurangnya program edukasi
yang rutin serta didukung dengan pendidikan formal yang rendah, menjadi sumber
masalah bagi family caregiver selama
merawat penderita penyakit kronik yang berkepanjangan (Etemadifar et al., 2014). Terbukti dalam penelitian ini bahwa
dengan tingkat pendidikan yang rendah, mereka tidak memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang cukup untuk merawat penderita di rumah. Oleh sebab itu, edukasi
saat persiapan pemulangan dari rumah sakit, serta pemberian dukungan edukasi
dalam sebuah kelompok dapat meningkatkan kemampuan dan
kepercayaan family caregiver saat
pengasuhan di rumah (Etemadifar et al., 2014).
Penggunaan teknologi
informasi seperti media online dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi kesehatan selama melakukan pengasuhan.
Namun kelemahannya, tidak semua orang dapat
mengakses atau mampu menggunakan komputer atau perangkat seluler (Wolff, Darer, & Larsen,
2016), selain
itu, tidak semua wilayah di daerah dapat terjangkau akses internet.
Temuan kedua dari
penelitian ini adalah 56,7% responden menyatakan membutuhkan bantuan untuk mengerjakankan
pekerjaan rumah tangga seperti mengurus pakaian dan loundry, 52,6% diantaranya dalam hal bantuan menyiapkan makanan untuk
keluarga dan penderita. Disamping melakukan pengasuhan, caregiver juga berperan sebagai pencari nafkah keluarga sehingga
harus berbagi waktu antara bekerja di luar dan melakukan pengasuhan di rumah.
Kondisi ini paling dirasakan oleh caregiver
dengan masa pengasuhan kurang dari 1 bulan yang merupakan masa awal-awal
pemulangan dari rumah sakit. Hasil penelitian ini memiliki kemiripan dengan
penelitian (Abu Bakar, Weatherley,
Omar, Abdullah, & Mohamad Aun, 2014) yang menyatakan bahwa
selama melakukan pengasuhan, caregiver berperan
dalam memberikan makan serta mengelola pakaian penderita.
Membutuhkan dukungan dari
orang-orang terdekat merupakan temuan ketiga dari penelitian ini. Rata-rata
71,55 caregiver menyatakan membutuhkan
dukungan sosial, 82,5% diantaranya dari lingkungan keagamaan seperti majelis
ta�lim. Menurut caregiver, semenjak
melakukan pengasuhan mereka jarang melakukan aktivitas sosial di luar
sebagaimana yang mereka lakukan sebelumnya. Namun demikian, mereka mengharapkan
mendapat kunjungan dari anggota keluarga, tetangga, anggota ta�lim dan
teman-teman penderita, sebab dengan kunjungan tersebut memberikan efek positif
terhadap suasana hati penderita dan caregiver.
Adanya teman komunikasi untuk bertukar pikiran serta dukungan semangat dari
orang-orang terdekat dapat meminimalisir beban pikiran.
Menurut (Wittenberg-Lyles, Washington, Demiris, Oliver, &
Shaunfield, 2014) caregiver membutuhkan
dukungan sosial dan dukungan emosional dalam pengambilan keputusan. Caregiver
yang memperoleh dukungan sosial dari anggota masyarakat cenderung dapat
mengurangi beban fisik dan psikologis selama pengasuhan (Abu Bakar
et al., 2014).
Kondisi berbeda ditemukan pada penelitian ini, dimana 1 orang caregiver menyatakan tidak mendapatkan
dukungan dari lingkungan tetangganya bahkan cenderung menyudutkannya. Hal ini
berdampak buruk pada hubungan sosial dan kondisi psikologis caregiver dan
penderita itu sendiri seperti merasa dikucilkan dan tidak dihargai.
Kebutuhan finansial
merupakan temuan lain dalam penelitian ini. Sebanyak 54,6% membutuhkan bantuan
keuangan untuk memenuhi kebutuhan dan 56,7% menyatakan mereka tidak memiliki
cukup uang untuk memenuhi kebutuhan saat ini. Hal ini diperkuat oleh pernyataan
salah satu caregiver bahwa
penghasilannya sebagai buruh cuci tidak mencukupi kebutuhan keluarga mereka
sehari-hari, termasuk biaya pendidikan anak, dan ditambah lagi dengan
pengeluaran yang tidak terduga baik untuk kebutuhan harian ataupun untuk
tambahan biaya pengobatan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS
Kesehatan) di Indonesia belum sepenuhnya menjamin biaya pengobatan peserta. Sebagai
peserta, mereka tetap harus mengeluarkan biaya tambahan berobat akibat tidak
semua obat yang diresepkan ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
Menurut (Wingham et al., 2015) dan (Etemadifar
et al., 2014),
berperan sebagai caregiver dalam
keluarga secara tidak langsung mempengaruhi finansial keluarga. Sebagian dari
mereka terpaksa berganti peran sebagai pencari nafkah utama keluarga. Dampak
buruknya adalah menurunnya pendapatan keluarga. Hasil yang sama ditunjukkan
oleh (Abu Bakar et al., 2014) yang menyebutkan bahwa
ketika individu berubah peran menjadi caregiver
dan melakukan pengasuhan dalam jangka waktu yang lama akan memberikan dampak
negatif terhadap finansial keluarga baik secara langsung ataupun tidak
langsung.
Melakukan pengasuhan pada
orang sakit dapat menambah beban caregiver,
diantara beban ekonomi, emosi dan penurunan kesehatan bahkan penyakit yang
mengancam nyawa (Blum &
Sherman, 2010). Hal
ini tergambar pada temuan terakhir dalam penelitian ini. Walaupun secara
kuantitatif mereka percaya diri dan puas memberikan pengasuhan (88,66), namun
hasil berbeda ditunjukkan oleh hasil penelitian kualitatif yang menggambarkan
sebagian besar caregiver mengalami
beban psikologis dan gangguan kesehatan selama melakukan pengasuhan. Mereka
mengaku cemas, khawatir, was-was dan sedih. Selain itu mereka mengalami kurang
tidur, sakit kepala, dan gangguan lambung. Menurut mereka dengan cukup beristirahat
keluhan kesehatan mereka dapat teratasi.
Gangguan kesehatan dan
psikologis caregiver dalam penelitian
ini dapat dikaitkan dengan beban dan tingkat ketergantungan penderita yang
diasuh. Sebanyak 52,6% dari penderita yang diasuh adalah penderita gagal jantung
NYHA kelas IV dan 43,3% lainnya NYHA kelas III. Menurut (Yancy et al., 2013) dan (Janssen,
Franssen, Wouters, Schols, & Spruit, 2011), penderita gagal jantung
kronik mengalami batasan aktivitas, terutama klasifikasi NYHA kelas III dan IV yang cenderung mengalami ketergantungan total
dan berkelanjutan. Semakin tinggi tingkat
ketergantungan penderita menyebabkan tingginya beban caregiver (Etemadifar
et al., 2014).
Merawat anggota keluarga
yang sakit merupakan tanggung jawab keluarga dalam hal fungsi perawatan
kesehatan keluarga (Mubarrak, 2010), tergambar dari hasil penelitian ini bahwa
mereka yang menjadi caregiver adalah
isteri 33%, suami 18,6%, anak 41,2%, orang tua dan saudara 2,1%. Seluruh
responden menyatakan bahagia melakukan pengasuhan. Hal ini berkaitan dengan
keyakinan dan nilai-nilai agama yang dianut. Sebanyak 90,7% responden beragama
Islam. Dalam keyakinannya, sakit adalah musibah dan harus sabar menghadapinya.
Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan (Abu Bakar
et al., 2014).
Dalam penelitiannya, masyarakat Melayu yang menjadi caregiver di Malaysia yang beragama Islam meyakini bahwa mereka
sedang diuji dengan takdir buruk dari Allah dan wajib meyakininya.
Kesimpulan
Dukungan terhadap
pemenuhan kebutuhan family caregiver selama
merawat penderita gagal jantung post
hospitalisasi penting diberikan, sebab keberlangsungan perawatan penderita
bergantung pada kesiapan dari caregiver. Kebutuhan family caregiver tersebut mencakup: 1) informasi tentang penyakit
dan perawatannya; 2) , bantuan pemeliharaan kesehatan; 3) bantuan keuangan harian
keluarga; 4) bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, serta; 5)
dukungan sosial dari orang-orang terdekat dan kelompok sosial keagamaan.
BIBLIOGRAFI
Abu Bakar, Siti Hajar, Weatherley, Richard, Omar,
Noralina, Abdullah, Fatimah, & Mohamad Aun, Nur Saadah. (2014). Projecting Social
Support Needs Of Informal Caregivers In Malaysia. Health & Social Care
in the Community, 22(2), 144�154.
Blum, Kay, & Sherman, Deborah W. (2010). Understanding The Experience
Of Caregivers: A Focus On Transitions. Seminars in Oncology Nursing, 26(4),
243�258. Elsevier.
Cameron, Jill I., Naglie, Gary, Silver, Frank L., & Gignac, Monique A.
M. (2013). Stroke Family Caregivers� Support Needs Change Across The Care
Continuum: A Qualitative Study Using The Timing It Right Framework. Disability
and Rehabilitation, 35(4), 315�324.
Coy, Anthony E., Perrin, Paul B., Stevens, Lillian F., Hubbard, Rebecca,
Sosa, Dulce Mar�a D�az, Jove, Irma Guadalupe Espinosa, & Arango-Lasprilla,
Juan Carlos. (2013). Moderated Mediation Path Analysis Of Mexican Traumatic
Brain Injury Patient Social Functioning, Family Functioning, And Caregiver
Mental Health. Archives of Physical Medicine and Rehabilitation, 94(2),
362�368.
Etemadifar, Shahram, Bahrami, Masoud, Shahriari, Mohsen, & Farsani,
Alireza Khosravi. (2014). The Effectiveness Of A Supportive Educative Group
Intervention On Family Caregiver Burden Of Patients With Heart Failure. Iranian
Journal of Nursing and Midwifery Research, 19(3), 217.
Indonesia, Republik, MBOI, Nafsiah, Manusia, Mhdanhak, & Syamsudin,
AMIR. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. Jakarta: Kemenkes.
Janssen, Daisy J. A., Franssen, Frits M. E., Wouters, Emiel F. M., Schols,
Jos M. G. A., & Spruit, Martijn A. (2011). Impaired health status and care
dependency in patients with advanced COPD or chronic heart failure. Quality
of Life Research, 20(10), 1679�1688.
Kane, Robert L., Finch, Michael, Chen, Qing, Blewett, Lynn, Burns, Risa,
& Moskowitz, Mark. (1994). Post-hospital home health care for Medicare
patients. Health Care Financing Review, 16(1), 131.
McMurray, J.J, Adamopoulos, S, Anker, S.D, Auricchio, A. Bohm, M. et al.
(2012). ESC guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic
heart failure 2012: The task force for the diagnosis and treatment of acute and
chronic heart failure 2012 of The European Society of Cardiology. Developed in
collaboration with The Heart. European Heart Journal, 33(14),
1787�1847.
Mubarrak, Wahit I. (2010). lmu Keperawatan Komunitas,
Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Norup, Anne, Siert, Lars, & Lykke Mortensen, Erik. (2010). Emotional
distress and quality of life in relatives of patients with severe brain injury:
the first month after injury. Brain Injury, 24(2), 81�88.
Pressler, S.J., Pizlo, I.G, Chubinski, S.D, Smith, G, Wheeler, S. et al.
(2013). Family caregiver of patients with heart failure: a longitudinal study. Journal
of Cardiovascular Nursing, 5(28), 417�428.
Rivera, Diego, Perrin, Paul B., Senra, Hugo, De los Reyes, Carlos Jos�,
Olivera, Silvia Leonor, Villase�or, Teresita, Moreno, Alexander, &
Arango-Lasprilla, Juan Carlos. (2013). Development of the family needs
assessment tool for caregivers of individuals with neurological conditions in
Latin America. Psicolog�a Desde El Caribe, 30(1), 1�20.
Salehitali, S. H., Dehkordi, A. Hasanpour, Hafshejani, S. M., &
Jafarei, A. (2009). The Effect of Continuous Home Visits and Health Education
on the Rate of Readmissions, referrals, and Health Care Costs among Discharged
Patients with Heart Failure. Hayat, 15(4).
Savarese, Gianluigi, & Lund, Lars H. (2017). Global public health
burden of heart failure. Cardiac Failure Review, 3(1), 7.
Wingham, Jennifer, Frost, Julia, Britten, Nicky, Jolly, Kate, Greaves,
Colin, Abraham, Charles, & Dalal, Hayes. (2015). Needs of caregivers in
heart failure management: A qualitative study. Chronic Illness, 11(4),
304�319.
Wittenberg-Lyles, Elaine, Washington, Karla, Demiris, George, Oliver,
Debra Parker, & Shaunfield, Sara. (2014). Understanding social support
burden among family caregivers. Health Communication, 29(9),
901�910.
Wolff, Jennifer L., Darer, Jonathan D., & Larsen, Kevin L. (2016).
Family caregivers and consumer health information technology. Journal of
General Internal Medicine, 31(1), 117�121.
Yancy, Clyde W., Jessup, Mariell, Bozkurt, Biykem, Butler, Javed, Casey,
Donald E., Drazner, Mark H., Fonarow, Gregg C., Geraci, Stephen A., Horwich,
Tamara, & Januzzi, James L. (2013). 2013 ACCF/AHA guideline for the
management of heart failure: a report of the American College of Cardiology
Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines. Journal
of the American College of Cardiology, 62(16), e147�e239.