����������� ����������������������� ������ Syntax Literate
: Jurnal
Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541 0849
������������������������������������������ e-ISSN
: 2548-1398
������������������������������������������ Vol. 2,
No 6 Juni 2017
PENGARUH
RENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI DESA PAKUSAMBEN
KECAMATAN BABAKAN KABUPATEN CIREBON
Endang
Subandi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKes) Cirebon
Abstrak
Pertambahan
umur menyebabkan perubahan dalam tahapan tidur. Lansia yang
berusia diatas 65 tahun yang tinggal di rumah mengalami gangguan tidur sebesar
50%. Lansia mengalami penurunan efektifitas tidur pada malam hari sebesar
70-80% sehingga banyak lansia mengeluh bahwa mereka terbangun tanpa rasa segar
dan mengalami kelelahan pada siang hari. Terapi
merendam kaki dengan air hangat merupakan
salah satu teknik relaksasi untuk mengurangi efek insomnia, berendam air hangat
bisa membantu menghilangkan stres dan membuat kita tidur lebih mudah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya pengaruh merendam kaki
dengan air hangat terhadap kualitas tidur lansia di desa Pakusamben Kecamatan Babakan
Kabupaten Cirebon.Jenis penelitian ini menggunakan desain quasi experiment
dengan rancangan one group pre test post test. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik total sampling dengan jumlah 34 responden. Intervensi di
berikan selama 3 hari berturut-turut. Pengukuran kualitas tidur menggunakan
kuesioner PSQI (Pittsburg Sleep Quality Index). Analisa data dilakukan dengan
menggunakan Paired Sampel Test.Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa hasil pre test didapatkan hasil bahwa sebagian
besar dengan kualitas tidur buruk yaitu 28 orang (82,4%) dan sangat buruk 2 orang
(5,9%). Hasil post test didapatkan hasil bahwa sebagian besar dengan kualitas
tidur baik yaitu 18 orang (52,9%). Berdasarkan analisa statistik didapatkan
perbedaan rata-rata kualitas tidur lansia sebelum
rendam kaki dengan air hangat sebesar 10,12 dan sesudah rendam kaki dengan air
hangat sebesar 7,85 dengan thitung�
21,356 > ttabel 2,035.
Serta nilai probabilitas (ρ = 0,000) , maka H0 ditolak dan Ha diterima
artinya ada pengaruh�
rendam kaki dengan air hangat terhadap kualitas tidur lansia.
Kata
Kunci:Kualitas tidur lansia, Rendam
kaki dengan air hangat
Pendahuluan
Secara
sederhana lansia (Lanjut Usia) adalah individu yang
berusia di atas 60 tahun (Maryam, dkk: 2008). Sedangkan menurut pendapat lain,
lanjut usia atau lansia dikatakan apabila seseorang sudah
berada usia 65 tahun ke atas. Secara umum lansia
sendiri bukanlah suatu penyakit yang harus disembuhkan dan dihindari, melainkan
sebuah tahapan hidup yang ditandai dengan penurunan fungsi beberapa bagian
tubuh hingga gagalnya seseorang dalam menjaga keseimbangan atas kondisi stress.
Menurut
WHO total lansia di kawasan Asia Tenggara berjumlah
8% dari total populasi penduduk Asia Tenggara. Jika ditotal, maka jumlah lansia di Asia Tenggara berjumlah 142 juta jiwa (Pradipta:Tanpa
Tahun).Untuk ukuran Indonesia sendiri penduduk lansia
berjumlah 20,4 juta jiwa atau sekitar 8% dari total keseluruhan penduduk
Indonesia (Prananto: 2016). Penyebaran lansia
di Indonesia sendiri terbilang luas dan melimpah. Hampir setiap daerah memiliki
penduduk dengan kategori lansia. Tidak terkecuali
dengan Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon. Kecamatan Babakan merupakan
kecamatan dengan 14 desa. Dari 14 desa tersebut Kecamatan Babakan memiliki
sedikitnya 5.826 penduduk dengan rentang usia di atas 60 tahun (Badan Pusat
Statistik: 2014).
Menurut
Efendi (2009) Kegagalan-kegagalan yang terjadi umumnya diakibatkan oleh
turunnya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual.
Kondisi yang sama juga terjadi pada lansia
yang berada di Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon. Bahkan pada kondisi yang
lebih kronis lansia-lansia
di kecamatan tersebut mengaku memiliki gangguan tidur. Gangguan tidur yang
dialami lansia di Kecamatan Babakan tidak lain
diakibatkan oleh penurunan fungsi tubuh, stress, serta gangguan kesehatan.
Penanganan gangguan tidur sendiri dapat dilakukan
dengan dua cara, yakni farmakologi dan non farmakologi. Farmakologi adalah cara
yang digunakan dengan menggunakan media obat-obatan untuk merangsang penderita
untuk dapat tidur. Namun cara ini cenderung tidak efektif jika diterapkan di
kalangan lansia sehingga satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
gangguan ini adalah dengan non farmakologi. Non farmakologi adalah cara
alternatif yang tidak menggunakan menggunakan obat sebagai media penyembuhan.
Pada pelaksanaannya farmakologi dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai
dari terapi, olahraga, senam, sehingga terapi relaksasi.
Terapi relaksasi yang umum digunakan untuk mengatasi
gangguan tidur adalah dengan merendam kaki pada air hangat. Menurut Dinkes
dalam Gilang Permady (2015) berendam dengan air hangat dapat menimbulkan rasa
nyaman, tenang, releks, meringankan rasa sakit, dan melancarkan peredaran
darah. Di samping memiliki khasiat seperti yang disebutkan dalam uraian di
atas, berendam dengan air hangat juga dapat mengurangi stress dan tekanan
mental yang dialami seseorang. Pada tahap lanjut kondisi tubuh yang relaxserta terbebas dari stress akan
memungkin seseorang untuk dapat tidur dengan pulas dan tenang sehingga
mengurangi resiko insomnia atau gangguan tidur.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dyah
Kristyarini dan Erva Elli Kritianti (2011) rendam kaki secara baik dapat
meningkatkan kualitas tidur kalangan lansia. Menurut penelitian tersebut lansia
yang belum menjalani terapi rendam kaki hanya memiliki waktu tidur efektif
sekitar 4,88 jam. Namun setelah dilakukan terapi rendam kaki kuantitas waktu
tidur lansia kemudian bertambah menjadi 6,20 jam.
Merujuk pada kasus dan penelitian tersebut penulis
kemudian tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang pengaruh rendam kaki
terhadap kualitas tidur lansia, yang pada tahap lanjut, ketertarikan tersebut
kemudian mendorong penulis untuk melakukan penelitian bertajuk pengaruh rendam
kaki dengan air hangat terhadap kualitas tidur lansia di Desa Pakusaben
Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon.
Metodologi Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan eksperimen semu (quasai experiment) untuk menguji
pengaruh merendam kaki dengan air hangat terhadap kualitas tidur lansia di Desa
Pakusamben Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon. Desain penelitian quasai experiment yang digunakan disini
adalah desain one group pretest posttest.Pada
desain ini peneliti hanya menggunakan satu kelompok tunggal tanpa ada kelompok
pembanding. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan pretest (O1), yakni pengukuran kualitas tidur yang dilakukan
sebelum dilakukan terapi rendam kaki dan posttest
(O2) yakni pengukuran kualitas tidur yang dilakukan sesudah melakukan
terapi rendam kaki.
Adapun desain penelitian secara lengkap dapat dilihat
dari bagan di bawah ini:
Bagan 1
Desain Penelitian
Pre tes ������������ Perlakuan ������� Post
tes O1������������������
Keterangan:
O1������ = Pengukuran kualitas
tidur sebelum dilakukan terapi
X�������� = Pelaksanaan terapi air
hangat
O2������ = Pengukurang kualitas
tdiur sesudah dilakukan terapi
����������� Pada karya tulis ilmiah
ini penulis mencatat beberapa komponen penelitian seperti variabel babas dan
terikat, populasi, serta sampel.Pada penelitian ini terdapat variabel bebas
berupa terapi rendam kaki dan variabel terikat berupa kualitas tidur lansia di
Desa Pakusamben Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon.Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang ada di Desa Pakusamben
Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon yang berjumlah 34 orang. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sama dengan populasi yang digunakan, yakni 34
orang. Hal tersebut terjadi akibat teknik sampling
yang digunakan oleh peneliti adalah teknik total sampling. Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel yang
menggunakan keseluruhan populasi.
����������� Di samping menggunakan
komponen penelitian seperti yang disampaikan di atas, peneliti juga menggunakan
instrumen penelitian berupa lembar kuoesioner PSQI
(Pittsburg Sleep Quality Index).Lembar kuesioner tersebut terdiri dari 7 skor yang
dimana masing-masing skor digunakan sebagai parameter pengukuran kualitas,
durasi, latensi, kebiasaan, gangguan, penggunaan obat tidur, serta disfungsi
siang hari selama 1 bulan penuh.Pada tahap lanjut ketujuh skor tersebut
kemudian dijumlahkan untuk mendapat skor global yang memiliki jangkauan 0
hingga 21 poin. Skor 0 merupakan kriteria skor untuk kualitas tidur yang sangat
baik, 1 � 7 kualitas tidur baik, 8 � 14 kualitas tidur buruk, 15 � 21 kualitas
sangat buruk.
����������� Guna mendapatkan data terbaik
data-data dalam penelitian ini diuji menggunakan dua teknik pengujian yang
berbeda. Pengujian tersebut antara lain uji validitas dan reliabilitas.
Validitas sendiri merupakan indeks yang digunakan untuk menunjukan apakah
sebuah alat ukur mampu mengukur objek yang diukur atau tidak (Notoatmodjo:
2012). Dalam penelitian ini kualitas tidur lansia diukur menggunakan lembar
kuesioner PSQI. Namun, merujuk pada penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya
�yakni skripsi Gilang Gumilar Permady (2005)� peneliti tidak melakukan uji
validitasPSQI karena sudah teruji pada penelitian yang dilakukan oleh
penelitian sebelumnya. Tidak jauh berbeda dengan pengujian validitas. Pengujian
reliabilitas dianggap sudah dilakukan dan alat ukur dianggap reliabel karena
sudah teruji pada penelitian sebelumnya, yakni penelitian yang dilakukan Gilang
Gumilar Permady (2005) yang bertajuk pengaruh
merendam kaki dengan air hangat terhadap kualitas tidur lansia di wilayah kerja
puskesmas Astanalanggar Kecamatan Losari Cirebon Jawa Barat.
Pada penelitian ini peneliti memberlakukan pengelolaan
data, mulai dari pengambilan hingga analisis data.Untuk pengambilan data
dilakukan dengan metode pengambilan data primer.Pada metode ini peneliti
mengambil data dengan terjun langsung ke lapangan/masyarakat untuk meneliti
kualitas tidur lansia yang berada di Desa Pakusamben Kecamatan Babakan
Kabupaten Cirebon.Di samping pengambilan data primer peneliti juga melakukan
pengambilan data dengan metode pengambilan data skunder. Pengambilan data
skunder sendiri dilakukan dengan mengambil data-data yang berasal dari sumber
lain seperti buku, majalah, hasil statistic dari lembaga terkait, atau sumber
lain yang berstatus sebagai sumber literature yang ideal untuk dijadikan
sebagai sumber data. Setelah data berhasil terkumpul, peneliti kemudian
mengolah data menggunakan empat tahapan yang berbeda.Tahap pertama adalah
tahappenyuntingan atau editing.Pada
tahap ini data diteliti dan dicek statusnya. Apabila ada data yang kurang tepat
atau perlu ada perbaikan peneliti akan langsung melakukan tindak lanjut guna
memperbaiki data tersebut. Setelah editing
tahap pengolahan data dilanjutkan dengan tahap coding.Tahap coding adalah
tahap dimana peneliti mengubah bentuk data yang awalnya adalah huruf atau
kalimat menjadi angka atau bilangan. Pada tahap lanjutan peneliti akan
melakukan tahap ketiga, yakni entry data.
Entry data adalah tahap dimana peneliti memasukan jawaban dan/atau hasil
kuesioner yang didapat ke dalam sistem computer yang sudah disiapkan.Adapun
sistem komputer yang sudah disiapkan disini adalah SPSS
(Statistical Product and Service Solution).Setelah memasukan data peneliti kemudian melanjutkan
pengolahan data dengan melakukan pembersihan atau cleaning.Pada tahap cleaning
peneliti wajib mengecek kembali setiap data yang telah selesai di-input.Jika kemudian terdapat kesalahan
peneliti diharuskan untuk segera memperbaiki data yang salah.Untuk analisis
data peneliti menggunakan dua teknik analisis yang berbeda.Teknik analisis
pertama adalah teknik analisis univariate.Teknik analisis ini adalah teknik
analisis yang digunakan untuk mengenalisis setiap variabel yang diteliti.Teknik
analisis kedua adalah analisis bivariate.Teknik ini dilakukan untuk melihat
seberapa baik hubungan antara kedua variabel yang diduga berhubungan atau
berkorelasi.Dalam pelaksanaannya teknik ini dilakukan dengan beberapa tahapan
pengujian. Pengujian pertama adalah pengujian normalitas apabila sampel yang
digunakan dalam penelitian ini ≤ 50(Nursalam: 2013).
Untuk melakukan uji normalitas dan pengujian tahap
lanjut pada analisis bivariat dapat dilakukan dengan beberapa rumus seperti
berikut:
�����������
Keterangan :
D�������� =
berdasarkan rumus di bawah
a��������� =
koefisient test Shapiro Wilk
Xn-i+1 = angka ke n-i+1 pada data
Xi�������� =
angka ke i pada data
Keterangan :
Xi�������� = angka ke i pada data yang
Keterangan
:
G�������������������� = identik dengan nilai Z
distribusi normal
T3�������������������������� = berdasarkan
rumus di atas
bn,
cn, dn���������� =
konversi statistik shapiro-wilk pendekatan distribusi normal
Adapun
uji bivariat yang dipakai karena data terdistribusi normal adalah dengan
menggunakan Uji t-test untuk membandingkan perbedaan kualitas tidur lansia sebelum
dan sesudah dilakukan rendam kaki dengan air hangat. Untuk menganalisis hasil
penelitian menggunakan pre-test dan post-test one group design, maka
rumusnya:
t =
Keterangan :
Md������ =
mean dari perbedaan pre test dengan post test
Xd������ =
deviasi masing-masing subjek (d-Md)
∑x2d��� = jumlah kuadrat deviasi
N�������� =
subjek pada sampel
Pada
penelitian ini analisa data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS.
Uji t-test tersebut akan diperoleh nilai ρ, yaitu nilai yang menyatakan
besarnya peluang hasil penelitian (misal adanya perbedaan mean). Kesimpulan
hasilnya diinterpretasikan dengan membandingkan nilai ρ dan nilai alpha
(α = 0,05).
Bila
nilai ρ ≤ α, maka keputusannya adalah H0 ditolak
sedangkan bila nilai ρ ≥ α, maka keputusannya adalah Ha
diterima(Sumantri: 2011).
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil Penelitian
1. Karakteristik
Responden
a.
Usia Responden
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Usia Responden
No |
Usia |
Frekuensi |
Porsentase % |
1 2 3 |
68 � 70 71 � 79 >80 |
11 19 4 |
32,4% 55,9% 11,8% |
|
Total |
34 |
100% |
Tabel
1 menunjukan bahwa Desa Pakusamben memiliki lansia usia 68 � 70 sebanyak 11
orang, usia 71 � 79 berjumlah 19 orang dan usia >80 berjumlah 4 orang.
b.
Jenis Kelamin
Responden
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden
No |
Jenis Kelamin |
Frekuensi |
Porsentase % |
1 2 |
Laki-laki Perempuan |
9 25 |
26,5% 73,5% |
|
Total |
34 |
100% |
Tabel
dua menunjukan bahwa Desa Pakusamben memiliki lansia dengan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 9 orang dan lansia dengan jenis perempuan sebanyak 25 orang.
2. Analisis
Univariat
Tabel 3
Distribusi
Frekuensi Kualitas Tidur Lansia Sebelum Dilakukan Rendam Kaki Dengan Air Hangat
No |
Kualitas Tidur |
Frekuensi |
Porsentase % |
1 2 3 4 |
Sangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk |
0 4 28 2 |
0% 11,8% 82,4% 5,9% |
|
Total |
34 |
100% |
Data di atas
menunjukan bahwa sebelum dilakukan perawatan dan/atau terapi rendam kaki dengan
air hangat, rata-rata kualitas tidur lansia di desa Pakusamben cenderung kurang
baik.Hal tersebut terlihat dari jumlah kualitas tidur dengan kategori baik yang
sangat kecil, yakni 4 orang.Jumlah tertinggi dipegang oleh kualitas tidur
dengan kategori buruk, yakni 28 orang kemudian kualitas tidur sangat buruk
dengan jumlah 2 orang.
Tabel 4
Distribusi
Frekuensi Kualitas Tidur Lansia Sesudah Dilakukan Rendam Kaki Dengan Air
Hangat
No |
Kualitas Tidur |
Frekuensi |
Porsentase % |
1 2 3 4 |
Sangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk |
0 18 16 0 |
0% 52,9% 47,1% 0% |
|
Total |
34 |
100% |
Tabel 4 menunjukan perkembangan yang cukup baik
terhadap perkembangan kualitas tidur lansia Desa Pakusamben setelah dilakukan
terapi rendam kaki dengan air hangat.Tabel di atas menunjukan peningkatan
kualitas tidur baik. Sebelum menerapkan terapi rendam kaki dengan air hangat
kualitas tidur dengan kategori baik hanya berjumlah 4 orang, kemudian meningkat
menjadi 18 setelah menerapkan terapi rendam kaki dengan air hangat. Tidak hanya
terjadi pada peningkatan seperti yang tadi disebutkan,.Kondisi yang baik juga
terjadi pada kualitas tidur dengan kategori buruk. Dimana sebelum penerapan
terapi rendam kaki kualitas tidur dengan kualitas buruk memiliki frekuensi
sebanyak 28 orang, namun berkurang menjadi 16 setelah diterapkannya terapi
rendam kaki dengan air hangat.
3. Uji
Bivariar
a.
Uji Normalitas
Tabel 5
Uji Normalitas Data
|
Kolmogorov-Smirnova |
Shapiro-Wilk |
||||
Statistic |
Df |
Sig. |
Statistic |
Df |
Sig. |
|
Pretes
Kualitas Tidur |
,187 |
34 |
,004 |
,957 |
34 |
,196 |
Posttes
Kualitas Tidur |
,197 |
34 |
,002 |
,943 |
34 |
,077 |
Berdasarkan
tabel diatas diketahui bahwa nilai probabilitas dari Shapiro-Wilk
ρ > 0,05.Merujuk pada hal
tersebut maka dapat dinyatakan bahwa data penelitian pada sebelum dan sesudah
pelaksanaan terapi rendam air hangat dinyatakan normal.
b.
Analisis
Tabel 6
Pengaruh� Rendam Kaki dengan Air Hangat terhadap
Kualitas Tidur Lansia
Paired Sample Test |
||||||||
|
Paired Difference |
t |
df |
Sig. (2-tailed) |
||||
|
Mean |
Std. Deviation |
Std. Error Mean |
95% Confidence Interval of
the Difference |
||||
Lower |
Upper |
|||||||
Pre-test kuali-tas tidur �Pos-ttest kua-litas tidur |
2,265 |
,618 |
,106 |
2,049 |
2,480 |
21,356 |
33 |
,000 |
Berdasarkan
tabel diatas dapat dilihat rata-rata kualitas tidur pretest dan posttest
adalah 2,265. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada
perbedaan bermakna pada kualitas tidur pada lansia sebelum dan sesudah
dilakukan rendam kaki dengan air hangat. Hal ini dapat dilihat dari uji t
diperoleh nilai t sebesar 21,356 dan nilai probabilitas (sig) korelasi antara
kualitas tidur pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan rendam kaki dengan air
hangat sebesar 0,000 < 0,05 menunjukkan hubungan yang signifikan.
Perhitungan dengan menggunakan uji 2 sisi, dimana angka
probabilitas/2 < 0,025. Angka probabilitas 0,000 < 0,025 yang
mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima
atau ada pengaruh�
rendam kaki dengan air hangat terhadap kualitas tidur lansia di
Desa Pakusamben Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon tahun 2017.
B. Pembahasan
1.
Karakteristik Responden
a.
Usia
Pada
penelitian ini, sebagian besar responden (32,4%)
berumur 68-70 tahun, (55,9%) responden berumur 71-79, sedangkan (11,8%)
responden lainnya berumur > 80 tahun. Hasil penelitian tersebut membuktikan
bahwa� usia memiliki pengaruh terhadap
kualitas tidur seseorang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Azizah (2011) yang
menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kualitas tidur salah satunya adalah
usia.
b.
Jenis Kelamin
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dari sekian
banyak responden dengan jenis kelamin yang berbeda, jenis kelamin perempuan
merupakan jenis kelamin yang mendominasi tabel.Frekuensi lansia penderita
gangguan tidur dengan jenis kelamin perempuan lebih tinggi dari laki-laki.
Lansia penderita gangguan tidur di Desa Pakusamen berjumlah 25 orang untuk
perempuan dan 9 orang untuk laki-laki (Versayanti: tanpa tahun).
2. Kualitas
Tidur Lansia Sebelum Diterapkan Terapi Rendam Kaki dengan Air Hangat
Dari hasil penelitian ini didapati 4� orang (11,8%)�
memiliki kualitas yang baik,� 28
orang (82,4%) memiliki kualitas tidur yang buruk, dan 2 orang lansia (5,9%)
memiliki kualitas tidur yang sangat buruk. Buruknya kualitas tidur lansia
disini diakibatkan oleh beberapa salah.Salah satunya adalah lansia. Menurut
data yang dihimpun dari penelitian yang sama, peneliti mendapati bahwa seluruh
responden memiliki usia di atas dan/atau sama dengan 68 tahun. Menurut Azizah
(2011)semakin tinggi usia seseorang, semakin tinggi pula resiko terkena
gangguan tidur.
Terapi rendam kaki dengan air hangat adalah salah satu
terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan gangguan tidur.Terapi
ini dapat dilakukan dengan merendam kaki pada air dengan suhu 37 � 39o
C.Dyah Kristyarini
dan Erva Elli Kritianti (2011) menerangkan bahwa dengan merendamkan kaki ke
dalam air hangat selama beberapa menit dapat meningkatkan kualitas tidur.
Peningkatan kualitas tidur ini terjadi akibat kondisi tubuh yang lebih tenang
dan relax. Kondisi ini kemudian
membuat seseorang dapat tidur dengan nyaman dan nyanyak.
Kaitannya tingkatan kualitas
tidur dengan rendam kaki pada lansia Desa Pakusamben adalah lansia di desa
tersebut belum melakukan terapi rendam kaki untuk meningkatkan kualitas tidurnya.Sehingga,
pada kondisi yang lebih lanjut, lansia di desa tersebut memiliki kualitas tidur
yang kurang begitu baik.
3. Kualitas
Tidur Lansia Sesudah Diterapkannya Terapi Rendam Kaki dengan Air Hangat
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kualitas tidur
lansia di Desa Pakusamben mengalami peningkatan pasca diterapkannya terapi
rendam kaki dengan air hangat. Jika sebelum menerapkan terapi lansia dengan
kualitas tidur baik berjumlah 4 orang atau 11,8% dari total keseluruhan, maka
setelah diterapkan terapi jumlah tersebut meningkatkan menjadi 18 lansia atau
52,9% dari keseluruhan. Perbaikan kondisi tidak hanya terjadi pada peningkatan
lansia dengan kualitas tidur baik.Hasil dari penelitian ini juga menunjukan
penurunan frekuensi lansia dengan kualitas tidur buruk dan menghilangkan lansia
dengan kualitas tidur sangat buruk. Lansia dengan kualitas tidur buruk sebelum
diterapkan terapi rendam kaki berjumlah 28 lansia atau sekitar 82,4% dari total
keseluruhan. Namun setelah melakukan terapi frekuensi lansia dengan kualitas
tidur buruk kemudian berkurang menjadi 16 lansia atau hanya 47,1% dari total
keseluruhan.
Dyah Kristyarini dan rekan (2011) telah menerangkan
bahwa terapi rendam kaki dengan air hangat dengan suhu 37 � 39o C
dapat meningkatkan kualitas tidur seseorang. Peningkatan kualitas tidur sendiri
tidak lepas dari kondisi tubuh yang semakin tenang dan relax. Kondisi tenang dan relaxpada
tubuh pada tahap lanjut akan membuat seseorang menjadi mudah untuk tidur dengan
nyaman, tenang, dan nyenyak. Dengan pemaparan tersebut, sudah menjadi hal wajar
jika penggunaan terapi rendam kaki dapat meningkatkan kualitas tidur lansia.
4. Pengaruh
Rendam Kaki dengan Air Hangat Terhadap Kualitas Tidur Lansi di Desa Pakusamben
Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon
Pada
penelitian ini peneliti melakukan terapi air hangat dengan cara merendam kaki
sebelum tidur selama 10 menit menggunakan � suhu 37-39o C untuk
mengatasi kualitas tidur yang buruk yang dialami oleh lansia yang berada di
desa Pakusamben Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon.
Berdasarkan
hasil penelitian setelah diberikan intervensi rendam kaki dengan air hangat
pada kondisi awal (pretest) di
dapatkan nilai rata-rata kualitas tidur 10,12 (SD= 2,293). Setelah dilakukan
intervensi rendam kaki dengan air hangat di dapatkan nilai rata-rata menjadi
7,85 (SD= 1,971). Berdasarkan uji t-test,
diketahui bahwa thitung� 21,356 > ttabel 2,035.
Perhitungan dengan menggunakan uji 2 sisi, dimana angka
probabilitas/2 < 0,025. Angka probabilitas 0,000 < 0,025 yang
mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima
atau ada pengaruh�
rendam kaki dengan air hangat terhadap kualitas tidur lansia di
desa Pakusamben Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon tahun 2017.
Penelitian
terkait juga menunjukkan pengaruh rendam kaki dengan air hangat terhadap
kualitas tidur lansia seperti penelitian yang dilakukan oleh Andrian Edy
Prananto (2016) yang meneliti pengaruh masase kaki dan rendam air hangat pada
kaki terhadap penurunan insomnia pada lansia, penelitian ini menyimpulkan bahwa
hasil uji paired sample t-test tidak
terdapat perbedaan rata-rata insomnia pre
test dan post test pada kelompok
kontrol (p-value = 0,104), dan
terdapat perbedaan rata-rata insomnia pre
test dan post test pada kelompok
eksperimen (p-value = 0,001). Hasil
uji independen sample t-test diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan
rata-rata insomnia pre test antara
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol (p-value = 0,621) dan terdapat perbedaan rata-rata insomnia post test antara kelompok eksperimen
dengan kelompok kontrol (p-value =
0,001) (Andrian Edy
Prananto: 2016).
Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa 2 responden mengalami kualitas tidur sangat
buruk, 28 responden mengalami kualitas tidur buruk sebelum melakukan rendam
kaki dengan air hangat, dan 18 responden diantaranya sudah memiliki kualitas
tidur baik setelah melakukan rendam kaki dengan air hangat. Penelitian ini
menandakan bahwa adanya pengaruh rendam kaki terhadap kualitas tidur lansia karena
jumlah lansia yang mengalami kualitas tidur buruk sudah berkurang.
Kesimpulan
Dari hasil yang telah dilakukan terhadap 34 responden dalam penelitian
yang bertajuk Pengaruh Rendam
Kaki Dengan Air Hangat Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Desa Pakusamben
Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebondi atas peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan, seperti:
1.
Sebelum dilakukan terapi rendam kaki dengan air hangat terdapat 4 lansia
yang memiliki kualitas tidur baik, 28 lansia memiliki kualitas tidur buruk dan
2 lansia dengan kualitas tidur sangat buruk
2.
Setelah dilakukan terapi jumlah lansia dengan kualitas tidur baik
meningkat menjadi 18 lansia (52,9%).
3.
Hasil uji statistik Paired Sampel Tesdiperoleh thitung� 21,356 > ttabel
2,035. Serta nilai probabilitas 0,000 maka Ho ditolak
dan Ha diterima artinya ada pengaruh rendam kaki dengan air hangat terhadap
kualitas tidur� pada lansia di desa
Pakusamben Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon
BIBLIOGRAFI
Andrian Edy Prananto.2016.Pengaruh Masase Kaki Dan
Rendam Air Hangat Pada Kaki Terhadap Penurunan Insomnia Pada Lansia. Surakarta: Naskah Publikasi.
Azizah, Lilik M. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu;
2011
Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten Cirebon Dalam
Angka Cirebon Regency In Figure 2014. Cirebon: BPS
Dyah Kristyarini dan Erva Elli Kristanti.2011.Pengarh Rendam Air Hangat Pada Kaki Terhadap Kuantitas Tidur Pada
Lansia Yang Mengalami Gaangguan Tidur Di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri. Bojonegoro: LPPMAkes
Rajekwesi Bojonegoro
Ferry, Efendi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Gilang Gumilar Permady. 2015. Pengaruh Merendam Kaki
Dengan Air Hangat Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas
Astanalanggar Kecamatan Losari Cirebon Jawa Barat.
Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012.
Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. 2013. Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika
Pradipta Dwi A. Tanpa Tahun. PDF (BAB I). �). Disudur
dari http://Eprints.UMS.ac.id/padatanggal 29 November 2016
Sumantri, Arif. Metodelogi Penelitian Kesehatan Edisi Pertama.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group; 2011
Versayanti, S. Tanpa Tahun.Insomnia Pada Orang Tua.Disudur dari Http://Www.Webmd.Com/pada tanggal 07 April 2017