����������� ����������������������� ����� Syntax Literate
: Jurnal
Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541 0849
����������������������������������������� e-ISSN : 2548-1398
������������������������������������������ Vol. 2,
No.6 Juni 2017
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KELAS XII
MIPA 3 SMA NEGERI 3 CIREBON TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PADA MATERI KONVERSI
PUISI DI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
Lastini
SMA Negeri 3 Cirebon
Abstrak
Konversi teks bacaan ke
dalam bentuk puisi adalah salah satu pembelajaran yang digunakan untuk mata
pelajaran bahasa Indonesia kelas XII SMA. Sebagaimana
namanya, materi ini mengharuskan peserta didik untuk mampu meramu dan
mengonversi suatu jenis bacaan ke dalam bentuk puisi.Dalam penerapannya materi
ini cukup menyulitkan peserta didik.Sebagai contoh kasus, siswa kelas XII MIPA
3 adalah siswa dengan nilai rata-rata yang relatif rendah untuk materi konversi
teks bacaan ke dalam bentuk puisi. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan
model Pembelajaran Berbasis Proyek pada materi konversi teks bacaan ke dalam
bentuk puisi. Sebelum model pembelajaran baru diterapkan
siswa kelas XII MIPA 3 memiliki nilai rata-rata sebesar 70. Setelah
diterapkan model pembelajaran baru nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 78,2 di siklus I dan kembali meningkat menjadi 87,4 di siklus
II. Tidak hanya meningkatkan nilai rata-rata, model Pembelajaran Berbasis
Proyek juga meningkatkan beberapa aspek sepeti nilai tertinggi, terendah, dan
kuantitas siswa dengan nilai di atas dan/atau sama
dengan 80. Dengan hasil tersebut peneliti menyimpulkan bahwa model Pembelajaran
Berbasis Proyek mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII MIPA 3 SMA
Negeri 3 Cirebin tahun pelajaran 2016/2017.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Berbasis Proyek, Hasil Belajar
Pendahuluan
Bahasa
merupakan unsur penting dalam suatu komunikasi.Peran vital membuat keberadaan
bahasa menjadi sangat penting untuk memaksimalkan komunikasi yang dilakukan
oleh komunikator pada komunikan.Bahasa sendiri merupakan suatu ungkapan yang
disampaikan komunikator pada komunikan dengan tujuan tertentu.Selaras dengan
hal tersebut Chaer dan Agustina (1995: 14)mengungkapkan bahwa bahasa merupakan
alat komunikasi.Sedangkan Soeparno (1993: 5) mengungkapkan bahwa bahasa secara
umum memiliki fungsi sebagai alat komunikasi sosial.Sosiolingistik memandang
bahasa sebagai tingkah laku sosial yang digunakan dalam komunikasi sosial.
Peran
bahasa sebagai alat komunikasi tidak diungkapkan oleh Soeparno, Chaer dan
Agustina saja, namun juga oleh ahli yang lain. Menurut Suwarna (2002: 4) bahasa
merupakan alat utama yang digunakan manusia untuk melaksanakan komunikasi dalam
kehidupan sehari-hari.Lebih lanjut Suwarna juga mengatakan bahwa komunikasi
yang dilakukan disini tidak hanya berhenti pada komunikasi individu, namun juga
komunikasi kolektif maupun kelompok.Di samping Suwarna (2002: 4) Kridalakana
(dalam bukunya Aminuddin, 1985: 28 � 29) juga mengemukakan hal yang tidak jauh
berbeda. Menurutnya bahasa merupakan sistem lambang arbitrer yang menggunakan
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, serta
mengidentifikasi diri.
Merujuk pada pengertian dan fungsi bahasa sebagaimana
yang dipaparkan di atas, bahasa sebagai alat komunikasi memang memiliki peran
yang sangat penting.
Penyampaian bahasa yang baik akan memungkinkan
informasi terserap dengan baik. Begitu pun sebaliknya, saat
suatu bahasa tidak tersampaikan dengan baik, bukan tidak mungkin suatu
informasi tidak dapat tersebut dengan maksimal. Ketidakmaksimalan
penyerapan informasi bukan hanya bermasalah pada proses penyampaian informasi
itu sendiri. Pada beberapa kasus ketidakmaksimalan penyerapan informasi dapat
membuat komunikator dan komunikan mengalami miss
communication yang selanjutnya� berujung pada ketidaksepahaman
antarkeduanya. Berlandaskan hal tersebut maka� penggunaan bahasa menjadi sesuatu yang
harus diperhatikan. Sebab jika bahasa tidak dipergunakan dengan baik bukan
tidak mungkin suatu komunikasi akan berjalan dengan
baik.
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang berlaku
dari Sabang hingga Merauke.
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia harus
memiliki kedudukan yang tinggi di atas bahasa lain. Dalam
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 bahasa ditetapkan sebagai bahasa yang dijunjung
tinggi oleh segenap putra putri bangsa kala itu. Bersumber dari hal
tersebut kedudukan bahasa Indonesia sebagai suatu
bahasa semakin meninggi.
Pendidikan
bahasa Indonesia merupakan cara untuk meningkatkan
kualitas berbahasa peserta didik. Dalam pendidikan bahasa
Indonesia terdapat beragam materi yang diperuntukkan untuk meningkatkan
kualitas bahasa peserta didik. Salah satu materi yang umum diajarkan dalam
pedidikan bahasa Indonesia adalah puisi. Secara umum puisi merupakan hasil penafsiran penyair terhadap
kehidupan (Aisyah, 2007: 2).Namun secara bebas puisi diartikan sebagai suatu
karangan yang singkat, padat, dan pekat (Suroto, 1989: 40). Sedangkan
menurut pendapat lain puisi merupakan bentuk atau
produk sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna (Kosasih, 2012:
97). Secara luas puisi adalah produk sastra yang tercipta
karena kemampuan bahasa dan sastra yang baik. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia puisi dipelajari untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa dan sastra peserta didik.�
Secara
umum pendidikan bahasa Indonesia untuk materi puisi
dilakukan dengan mengarahkan peserta didik untuk membuat dan merangkai puisi
menurut keinginannya. Kendati baik, hal ini dianggap kurang maksimal untuk
peningkatan kemampuan berbahasa siswa, sehingga dibutuhkan pola pembelajaran
baru untuk meningkatkan kemampuan berbahasa� siswa.
Kelas
XII MIPA 3 SMA Negeri 3 Cirebon tahun pelajaran 2016/2017 adalah contoh kasus
dari ketidakmaksimalan pola belajar siswa atas materi puisi.Pada kelas tersebut
siswa diarahkan untuk membuat puisi tanpa bimbingan dan arahan yang pasti.Dalam
hal ini pendidik hanya mengarahkan siswa untuk membuat puisi dengan tidak
menentukan tema dan topik yang menantang.Ketiadaan tema yang menantang kemudian
menyebabkan siswa terpuruk dan tidak dapat menampilkan sisi kreativitasnya. Pada
tahap lanjut kondisi ini�
berujung pada penurunan hasil belajar bahasa Indonesia pada
materi puisi.
Menurut
pengamatan peneliti, hasil belajar siswa untuk mata pelajaran bahasa Indonesia di materi puisi tergolong buruk. Jika
dirata-ratakan hasil belajar siswa kelas XII MIPA 3 untuk mata pelajaran bahasa
Indonesia ada di angka 69,9 dengan nilai tertinggi berada di angka 84 sedang
nilai terendah di angka 60. Kondisi ini tentu tidak baik meningat kriteria
ketentasan minimum untuk bahasa Indonesia adalah 80. Dengan
kata lain rata-rata hasil belajar di kelas XII MIPA 3 pada mata pelajaran bahasa Indonesia untuk materi puisi masih berada di bawah
kriteria ketuntasan minimum dan harus diperbaiki menggunakan penanganan tahap
lanjut.
Penanganan untuk kondisi di atas hanya dapat dilakukan
dengan merubah pola pembelajaran yang diterapkan oleh siswa.Jika pada pola awal
siswa tidak dituntut untuk menunjukan sisi kreativitasnya, pada pola lanjutan
siswa harus diarahkan untuk mampu menunjukan sisi kreatif dan kemampuannya
dalam berbahasa.
Model
pembelajaran berbasis projek adalah salah satu alternatif cara
yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan atas ketidakmaksimalan
proses pembelajaran siswa. Pembelajaran berbasis projek atau project based Learning adalah model
pembelajaran melibatkan siswa dalam proses pemecahan masalah dan memberi
peluang siswa bekerja secara otonom mengontruksikan belajar mereka sendiri.
Pada tahap lanjut pola pembelajaran ini akan membuat
siswa lebih berorientasi pada pembuatan produk dari hasil pembelajaran
(Trianto: 2014).Di samping pendapat tersebut project based learning juga diartikan sebagai model pembelajaran
yang menggunakan proyek sebagai pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
Merujuk dari karakteristik di atas dapat dikatakan
bahwa model pembelajaran ini lebih memunculkan sisi kreativitas siswa.Dalam
model pembelajaran ini siswa diarahkan untuk mampu memproyeksikan pembelajaran
secara mandiri. Di sini lain model pembelajaran ini juga memungkinkan siswa untuk
dapat bertanggung jawab atas proses pembelajaran yang dilaluinya. Pada tahap
lanjut model pembelajaran ini�
memungkinkan peserta didik untuk menciptakan produk dari
pembelajaran yang telah dilalui.
Berdasarkan
latar belakang tersebut model pembelajaran berbasis proyek menjadi salah satu
alternatif untuk mewujudkan pola pembelajaran yang aktif, komunikatif, serta
kreatif guna meningkatkan hasil belajar bahasa
Indonesia untuk materi puisi di kelas XII MIPA 3 SMA Negeri 3 Cirebon tahun
ajaran 2016/2017. Namun untuk menjawab apakah model pembelajaran berbasis
proyek dapat efektif diterapkan atau tidak, peneliti selanjutnya meneliti model
pembelajaran berbasis proyek atau project
based learning.
Metode Penelitian:
Bentuk
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pendekatan deskriptif
analisis.Metode deskriptif analisis adalah metode
yang digunakan untuk menggambarkan suatu hasil penelitian guna membuat
kesimpulan (Sugiyono: 2005). Berbeda
dengan Sugiyono, Nazir (1988) mengungkapkan bahwa metode penelitian deskriptif
adalah metode yang digunakan untuk meneliti suatu objek, sekelompok manusia,
set pemikiran, kondisi, maupun peristiwa di masa sekarang untuk keperluan
penggambaran atas objek yang diteliti pada penelitian.
Penelitian
ini dilakukan selama 2 bulan penuh.Adapun bulan yang dipilih untuk dijadikan
waktu penelitian adalah bulan Oktober dan November.Dalam dua bulan tersebut
peneliti melakukan penelitian dengan 3 siklus atau tahapan, yakni pra siklus,
siklus I, dan siklus II.Masing-masing siklus digunakan untuk mengambil data
yang berkaitan dengan penelitian. Pada pra siklus peneliti hanya mengambil data
awal berupa hasil belajar siswa tanpa pengembangan model Pembelajaran Berbasis
Proyek. Setelah itu peneliti melanjutkan penelitian dengan
menerapkan siklus I dan II. Pada kedua siklus tersebut peneliti
mengembangkan model Pembelajaran Berbasis Proyek.
Pelaksanaan ketiga siklus di atas dilakukan dengan 4
tahapan yang serupa, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Perencanaan adalah tahap dimana peneliti dan pendidik
melakukan perencanaan dan/atau persiapan sebelum dilakukannya penelitian dan
proses pembelajaran. Tahap pelaksanaan adalah tahap dimana peneliti dan guru
melaksanakan penelitian dan proses bersamaan secara utuh. Tahap pengamatan atau
observasi adalah tahap dimana peneliti mengamati proses pembelajaran yang
sedang berlangsung. Sedangkan tahap refleksi adalah tahap
dimana peneliti dan guru menemukan simpulan atas setiap siklus yang telah
dilalui.
Tempat yang dipilih untuk dijadikan setting penelitian adalah kelas XII MIPA
3 SMA Negeri 3 Cirebon tahun pelajaran 2016/2017.Alasan peneliti memilih kelas
tersebut adalah karena masalah nilai dan hasil belajar yang kurang maksimal di
mata pelajaran bahasa Indonesia.
Dengan pengembangan model Pembelajaran Berbasis Proyek peneliti berharap siswa
kelas XII MIPA 3 memiliki nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimum yang telah
ditetapkan.
Populasi
yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh kelas XII MIPa 3 SMA Negeri 3
Cirebon tahun pelajaran 2016/2017.Adapun untuk sampelnya sendiri peneliti
menggunakan seluruh siswa kelas sebagai sampel penelitian.Alasan peneliti
menggunakan seluruh siswa adalah karena kebutuhan penelitian.Mengingat
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka sudah suatu
kewajiban jika seluruh siswa kelas dilibatkan sebagai sampel penelitian.Di luar
daripada itu, penentuan sampel yang dimaksud memiliki rujukan pada teori purposive sample.Secara sederhana purposive sampling diartikan sebagai
teknik pengambilan sampel dengan berorientasi pada pertimbangan tertentu
(Sugiyono: 2010).
Teknik pengambilan data yang digunakan pada penelitian
ini adalah observasi dan tes tulis.Kedua teknik tersebut memungkinkan peneliti
mendapat data berkarakter kualitatif dan kuantitatif. Pada tahap lebih lanjut, data-data yang sudah
terkumpul melalui teknik pengambilan data kemudian diolah melalui dua cara yang berbeda, yakni pencarian rata-rata dan prosentase.
Pencarian rata-rata dilakukan untuk mencari rata-rata
hasil belajar siswa pada suatu siklus. Adapun cara untuk mendapat nilai rata-rata
tersebut dapat dilakukan menggunakan rumus berikut:
X = �∑� X
Keterangan:
X�������� = rata-rata nilai akhir belajar
N�������� = Banyaknya siswa
∑� X ��� =
Jumlah skor seluruh siswa
Rata-rata hasil
belajar yang didapat dari perhitungan akan dikategorikan sebagaimana tabel di
bawah ini:
Tabel 1
Kriteria Pengelompokan Nilai
Nilai |
Kriteria |
Keterangan |
80≤X≤100 |
A |
Baik Sekali |
70≤X≤80 |
B |
Baik |
60≤X≤70 |
C |
Cukup |
50≤X≤60 |
D |
Kurang |
0≤X≤50 |
E |
Kurang Sekali |
Pada prosesnya nilai rata-rata hasil belajar secara otomatis telah
terhitung dalam absensi siswa. Dengan kata lain perhitungan sebagaimana
pemaparan di atas tidak terlalu dibutuhkan.
Prosentase peningkatan hasil belajar adalah prosentase yang digunakan untuk
mengetahui sejauh mana peningkatan yang terjadi dalam suatu Penelitian Tindakan
Kelas. Untuk mengetahui prosentase tersebut dilakukan perhitungan dengan rumus
sebagai berikut:
Prosentase = aX 100%
Keterangan:
a = selisih
skor rata-rata hasil belajar siswa pada dua siklus
b = skor
rata-rata siswa pada siklus sebelumnya
hasil dan Pembahasan
A.
Hasil
1. Pra
Siklus
Pra siklus adalah pembelajaran normal yang dilakukan
sebelum terdapat penerapan model pembelajaran baru. Pada proses ini peneliti
dan guru mengambil data berupa hasil belajar pra penerapan.
Dari hasil pengamatan dan pengambilan data seperti yang
dimaksudkan, peneliti mendapat rangkuman data melalui tabel berikut:
Tabel 2
Hasil Belajar Siswa
Pra Siklus
Nilai |
≥ 80 |
KKM Kelas
X Semester I |
|
Jumlah |
% |
||
Jumlah
Siswa dengan Nilai ≥80 |
6 |
15% |
80 |
Jumlah
Siswa dengan Nilai <80 |
34 |
75% |
|
Nilai
Tertinggi |
84 |
||
Nilai
Terendah |
60 |
||
Nilai
Rata-Rata |
70 |
Dari
tabel di atas peneliti mendapati kelas XII MIPA 3 memiliki rata-rata nilai di
bawah Kriteria Ketuntasan Minimum. Jika dikaitkan dengan kategori nilai seperti
pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata siswa kelas XII MIPA 3
tergolong cukup namun di bawah kriteria ketuntasan minimum.
2. Siklus
I
Siklus I adalah tahap dimana peneliti mulai menerapkan
model pembelajaran baru. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan serta
pengambilan data berbentuk hasil belajar siswa.
Dari hasil pengamatan dan pengambilan data seperti yang
dimaksudkan, peneliti mendapat rangkuman data sebagaimana yang terdapat dalam
tabel di bawah ini:
Tabel 3
Hasil Belajar Siswa Siklus I
Nilai |
≥ 80 |
KKM Kelas
X Semester I |
|
Jumlah |
% |
||
Jumlah
Siswa dengan Nilai ≥80 |
21 |
52% |
80 |
Jumlah
Siswa dengan Nilai <80 |
19 |
48% |
|
Nilai
Tertinggi |
86 |
||
Nilai
Terendah |
70 |
||
Nilai
Rata-Rata |
78,2 |
Jika merujuk pada tabel di atas peneliti mendapati
peningkatan yang cukup signifikan. Hal tersebut terlihat analisis rata-rata dan
prosentase berikut:
a.
Rata-rata
Nilai
rata-rata kelas XII MIPA 3 untuk materi konversi teks bacaan ke dalam teks
puisi pada mata pelajaran bahasa Indonesia adalah 78,2. Jika diklasifikasikan
ke dalam klasifikasi nilai, nilai rata-rata kelas XII MIPA 3 masuk� ke dalam nilai B atau baik. Namun dengan
nilai 78,2 kelas XII MIPA 3 masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimum
yang telah ditetapkan.
b.
Prosentase
Jika
dihitung dengan perhitungan prosentase sebagaimana pemaparan di atas, maka
didapat perhitungan sebagaimana berikut:
�Prosentase = aX
100%
����������������������� �Prosentase = (78,2 �
70) x 100%
Prosentase = 11,7%
Merujuk dari hasil perhitungan di atas peneliti dapat
menyimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar dari pra siklus ke siklus I� sebesar 11,7%.
3. Siklus II
Siklus II adalah tahap lanjutan akibat hasil siklus I
yang kurang maksimal. Pada tahap ini peneliti kembali menerapkan model
pembelajaran baru. Pada siklus yang sama peneliti juga mengamati proses belajar
mengajar dan mengambil data berbentuk hasil belajar siswa.
Dari hasil pengamatan dan pengambilan data seperti yang
dimaksudkan, peneliti mendapat rangkuman data sebagaimana yang terdapat dalam
tabel di bawah ini:
Tabel 4
Hasil Belajar Siswa
Siklus II
Nilai |
≥ 80 |
KKM Kelas
X Semester I |
|
Jumlah |
% |
||
Jumlah
Siswa dengan Nilai ≥80 |
40 |
100% |
80 |
Jumlah
Siswa dengan Nilai <80 |
0 |
0% |
|
Nilai
Tertinggi |
96 |
||
Nilai
Terendah |
80 |
||
Nilai
Rata-Rata |
87,4 |
Jika merujuk pada tabel di atas peneliti mendapati
peningkatan yang cukup signifikan. Hal tersebut terlihat analisis rata-rata dan
prosentase berikut:
a.
Rata-rata
Nilai
rata-rata kelas XII MIPA 3� untuk materi
konversi teks bacaan ke puisi pada siklus II adalah 87,4. Jika diklasifikasikan
ke dalam klasifikasi nilai, nilai rata-rata kelas XII MIPA 3 masuk� ke dalam nilai A atau baik sekali. Di samping
masuk dalam klasifikasi nilai A, nilai rata-rata kelas XII MIPA 3 juga telah
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum.
b.
Prosentase
Jika
dihitung melalui prosentase sebagaimana pemaparan di atas, maka didapat hasil
sebagai berikut:
�Prosentase = aX
100%
����������������������� �Prosentase = (87,4 �
78,2) x 100%
����������������������� �Prosentase = 11,7%
Merujuk dari hasil
perhitungan di atas peneliti dapat� menyimpulkan bahwa peningkatan hasil
belajar dari pra siklus ke siklus I�
sebesar 11,7%.
B.
Pembahasan
Mode
Pembelajaran Berbasis Proyek adalah model pembelajaran yang cukup disukai
peserta didik. Hal tersebut
terlihat dari meningkatnya antusiasme peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung. Lebih lanjut, proses Pembelajaran
Berbasis Proyek juga cukup menyenangkan, sehingga menjadi suatu hal yang wajar
jika banyak peserta didik yang menyukai model pembelajaran ini.
Menurut hasil observasi dan pengolahan data di atas,
peneliti mendapati banyak peningkatan yang terjadi setelah penerapan model
Pembelajaran Berbasis Proyek diterapkan. Diantara peningkatan
yang dimaksud peneliti adalah nilai rata-rata kelas. Jika pada pra
siklus nilai rata-rata kelas XII MIPA 3 hanya berada di angka 70, pada siklus I
nilai rata-rata tersebut meningkat menjadi 78,2 dan
kembali naik menjadi 87,4 di siklus II.
Peningkatan sendiri tidak hanya terjadi pada nilai
rata-rata.Menurut data yang peneliti himpun, nilai teringgi kelas XII MIPA 3
untuk materi konversi teks bacaan ke puisi juga mengalami peningkatan.Jika pada
pra siklus nilai tertinggi berada di angka 84, nilai tersebut meningkat menjadi
86 di siklus I dan 96 di siklus II. Selain nilai tertinggi peningkatan juga
terjadi pada sektor lain, salah satunya adalah nilai
terendah. Jika pada pra siklus nilai terendah siswa kelas XII MIPA 3 berada di
angka 60, angka tersebut naik menjadi 70 di siklus I dan menjadi 80 di siklus II.Merujuk
pada nilai terendah tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa seluruh siswa pada
siklus II telah berhasil mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum yang berada
di angka 80.
Melihat dari hasil dan pembahasan di atas peneliti
mendapati model Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki dampak baik dalam
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII MIPA 3 tahun pelajaran 2016/2017.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan di kelas XII MIPA 3 SMA Negeri 3 Cirebon tahun pelajaran
2016/2017,
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa model Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning memiliki dampak
signifikan bagi peningkatan hasil belajar materi konversi teks bacaan ke dalam
teks puisi pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas tersebut.
BIBLIOGRAFI
Aisyah, N, L. 2007. Panduan Apresiasi Puisi dan Pembelajarannya.Bandung: Rumput Merah.
Al � Tabany, Trianto Ibnu
Badar. 2014. Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan Kontekstual. Jakarta:
Prenadamedia Group
Aminuddin. 1985. Semantik: Pengantar Studi
Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru
Chaer, Abdul dan Leoni
Agustina. 1995. Sosiolinguistik:
Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.
E. Kosasih. 2012. Dasar-Dasar
Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya
Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pringgawidagda, Suwarna. 2002. Strategi Penguasaan Bahasa. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Soeparno. 1993. Dasar-Dasar Linguistik. Yogyakarta:
Mitra Gama Widya����
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: Alfabeta.
Suroto.1989. Apresiasi
Sastra Indonesia.Jakarta: Erlangga.