����������� ����������������������� ����� Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541 0849

����������������������������������������� e-ISSN : 2548-1398

������������������������������������������ Vol. 2, No.6 Juni 2017

 

 


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KELAS XII MIPA 3 SMA NEGERI 3 CIREBON TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PADA MATERI KONVERSI PUISI DI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

 

Lastini

SMA Negeri 3 Cirebon

[email protected]

 

Abstrak

Konversi teks bacaan ke dalam bentuk puisi adalah salah satu pembelajaran yang digunakan untuk mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XII SMA. Sebagaimana namanya, materi ini mengharuskan peserta didik untuk mampu meramu dan mengonversi suatu jenis bacaan ke dalam bentuk puisi.Dalam penerapannya materi ini cukup menyulitkan peserta didik.Sebagai contoh kasus, siswa kelas XII MIPA 3 adalah siswa dengan nilai rata-rata yang relatif rendah untuk materi konversi teks bacaan ke dalam bentuk puisi. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan model Pembelajaran Berbasis Proyek pada materi konversi teks bacaan ke dalam bentuk puisi. Sebelum model pembelajaran baru diterapkan siswa kelas XII MIPA 3 memiliki nilai rata-rata sebesar 70. Setelah diterapkan model pembelajaran baru nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 78,2 di siklus I dan kembali meningkat menjadi 87,4 di siklus II. Tidak hanya meningkatkan nilai rata-rata, model Pembelajaran Berbasis Proyek juga meningkatkan beberapa aspek sepeti nilai tertinggi, terendah, dan kuantitas siswa dengan nilai di atas dan/atau sama dengan 80. Dengan hasil tersebut peneliti menyimpulkan bahwa model Pembelajaran Berbasis Proyek mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII MIPA 3 SMA Negeri 3 Cirebin tahun pelajaran 2016/2017.

 

Kata Kunci: Model Pembelajaran Berbasis Proyek, Hasil Belajar

 

Pendahuluan

Bahasa merupakan unsur penting dalam suatu komunikasi.Peran vital membuat keberadaan bahasa menjadi sangat penting untuk memaksimalkan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator pada komunikan.Bahasa sendiri merupakan suatu ungkapan yang disampaikan komunikator pada komunikan dengan tujuan tertentu.Selaras dengan hal tersebut Chaer dan Agustina (1995: 14)mengungkapkan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi.Sedangkan Soeparno (1993: 5) mengungkapkan bahwa bahasa secara umum memiliki fungsi sebagai alat komunikasi sosial.Sosiolingistik memandang bahasa sebagai tingkah laku sosial yang digunakan dalam komunikasi sosial.

Peran bahasa sebagai alat komunikasi tidak diungkapkan oleh Soeparno, Chaer dan Agustina saja, namun juga oleh ahli yang lain. Menurut Suwarna (2002: 4) bahasa merupakan alat utama yang digunakan manusia untuk melaksanakan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.Lebih lanjut Suwarna juga mengatakan bahwa komunikasi yang dilakukan disini tidak hanya berhenti pada komunikasi individu, namun juga komunikasi kolektif maupun kelompok.Di samping Suwarna (2002: 4) Kridalakana (dalam bukunya Aminuddin, 1985: 28 � 29) juga mengemukakan hal yang tidak jauh berbeda. Menurutnya bahasa merupakan sistem lambang arbitrer yang menggunakan masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, serta mengidentifikasi diri.

Merujuk pada pengertian dan fungsi bahasa sebagaimana yang dipaparkan di atas, bahasa sebagai alat komunikasi memang memiliki peran yang sangat penting. Penyampaian bahasa yang baik akan memungkinkan informasi terserap dengan baik. Begitu pun sebaliknya, saat suatu bahasa tidak tersampaikan dengan baik, bukan tidak mungkin suatu informasi tidak dapat tersebut dengan maksimal. Ketidakmaksimalan penyerapan informasi bukan hanya bermasalah pada proses penyampaian informasi itu sendiri. Pada beberapa kasus ketidakmaksimalan penyerapan informasi dapat membuat komunikator dan komunikan mengalami miss communication yang selanjutnyaberujung pada ketidaksepahaman antarkeduanya. Berlandaskan hal tersebut makapenggunaan bahasa menjadi sesuatu yang harus diperhatikan. Sebab jika bahasa tidak dipergunakan dengan baik bukan tidak mungkin suatu komunikasi akan berjalan dengan baik.

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang berlaku dari Sabang hingga Merauke. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia harus memiliki kedudukan yang tinggi di atas bahasa lain. Dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 bahasa ditetapkan sebagai bahasa yang dijunjung tinggi oleh segenap putra putri bangsa kala itu. Bersumber dari hal tersebut kedudukan bahasa Indonesia sebagai suatu bahasa semakin meninggi.

Pendidikan bahasa Indonesia merupakan cara untuk meningkatkan kualitas berbahasa peserta didik. Dalam pendidikan bahasa Indonesia terdapat beragam materi yang diperuntukkan untuk meningkatkan kualitas bahasa peserta didik. Salah satu materi yang umum diajarkan dalam pedidikan bahasa Indonesia adalah puisi. Secara umum puisi merupakan hasil penafsiran penyair terhadap kehidupan (Aisyah, 2007: 2).Namun secara bebas puisi diartikan sebagai suatu karangan yang singkat, padat, dan pekat (Suroto, 1989: 40). Sedangkan menurut pendapat lain puisi merupakan bentuk atau produk sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna (Kosasih, 2012: 97). Secara luas puisi adalah produk sastra yang tercipta karena kemampuan bahasa dan sastra yang baik. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia puisi dipelajari untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dan sastra peserta didik.

Secara umum pendidikan bahasa Indonesia untuk materi puisi dilakukan dengan mengarahkan peserta didik untuk membuat dan merangkai puisi menurut keinginannya. Kendati baik, hal ini dianggap kurang maksimal untuk peningkatan kemampuan berbahasa siswa, sehingga dibutuhkan pola pembelajaran baru untuk meningkatkan kemampuan berbahasasiswa.

Kelas XII MIPA 3 SMA Negeri 3 Cirebon tahun pelajaran 2016/2017 adalah contoh kasus dari ketidakmaksimalan pola belajar siswa atas materi puisi.Pada kelas tersebut siswa diarahkan untuk membuat puisi tanpa bimbingan dan arahan yang pasti.Dalam hal ini pendidik hanya mengarahkan siswa untuk membuat puisi dengan tidak menentukan tema dan topik yang menantang.Ketiadaan tema yang menantang kemudian menyebabkan siswa terpuruk dan tidak dapat menampilkan sisi kreativitasnya. Pada tahap lanjut kondisi iniberujung pada penurunan hasil belajar bahasa Indonesia pada materi puisi.

Menurut pengamatan peneliti, hasil belajar siswa untuk mata pelajaran bahasa Indonesia di materi puisi tergolong buruk. Jika dirata-ratakan hasil belajar siswa kelas XII MIPA 3 untuk mata pelajaran bahasa Indonesia ada di angka 69,9 dengan nilai tertinggi berada di angka 84 sedang nilai terendah di angka 60. Kondisi ini tentu tidak baik meningat kriteria ketentasan minimum untuk bahasa Indonesia adalah 80. Dengan kata lain rata-rata hasil belajar di kelas XII MIPA 3 pada mata pelajaran bahasa Indonesia untuk materi puisi masih berada di bawah kriteria ketuntasan minimum dan harus diperbaiki menggunakan penanganan tahap lanjut.

Penanganan untuk kondisi di atas hanya dapat dilakukan dengan merubah pola pembelajaran yang diterapkan oleh siswa.Jika pada pola awal siswa tidak dituntut untuk menunjukan sisi kreativitasnya, pada pola lanjutan siswa harus diarahkan untuk mampu menunjukan sisi kreatif dan kemampuannya dalam berbahasa.

Model pembelajaran berbasis projek adalah salah satu alternatif cara yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan atas ketidakmaksimalan proses pembelajaran siswa. Pembelajaran berbasis projek atau project based Learning adalah model pembelajaran melibatkan siswa dalam proses pemecahan masalah dan memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengontruksikan belajar mereka sendiri. Pada tahap lanjut pola pembelajaran ini akan membuat siswa lebih berorientasi pada pembuatan produk dari hasil pembelajaran (Trianto: 2014).Di samping pendapat tersebut project based learning juga diartikan sebagai model pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Merujuk dari karakteristik di atas dapat dikatakan bahwa model pembelajaran ini lebih memunculkan sisi kreativitas siswa.Dalam model pembelajaran ini siswa diarahkan untuk mampu memproyeksikan pembelajaran secara mandiri. Di sini lain model pembelajaran ini juga memungkinkan siswa untuk dapat bertanggung jawab atas proses pembelajaran yang dilaluinya. Pada tahap lanjut model pembelajaran inimemungkinkan peserta didik untuk menciptakan produk dari pembelajaran yang telah dilalui.

Berdasarkan latar belakang tersebut model pembelajaran berbasis proyek menjadi salah satu alternatif untuk mewujudkan pola pembelajaran yang aktif, komunikatif, serta kreatif guna meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia untuk materi puisi di kelas XII MIPA 3 SMA Negeri 3 Cirebon tahun ajaran 2016/2017. Namun untuk menjawab apakah model pembelajaran berbasis proyek dapat efektif diterapkan atau tidak, peneliti selanjutnya meneliti model pembelajaran berbasis proyek atau project based learning.

 

Metode Penelitian:

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pendekatan deskriptif analisis.Metode deskriptif analisis adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan suatu hasil penelitian guna membuat kesimpulan (Sugiyono: 2005). Berbeda dengan Sugiyono, Nazir (1988) mengungkapkan bahwa metode penelitian deskriptif adalah metode yang digunakan untuk meneliti suatu objek, sekelompok manusia, set pemikiran, kondisi, maupun peristiwa di masa sekarang untuk keperluan penggambaran atas objek yang diteliti pada penelitian.

Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan penuh.Adapun bulan yang dipilih untuk dijadikan waktu penelitian adalah bulan Oktober dan November.Dalam dua bulan tersebut peneliti melakukan penelitian dengan 3 siklus atau tahapan, yakni pra siklus, siklus I, dan siklus II.Masing-masing siklus digunakan untuk mengambil data yang berkaitan dengan penelitian. Pada pra siklus peneliti hanya mengambil data awal berupa hasil belajar siswa tanpa pengembangan model Pembelajaran Berbasis Proyek. Setelah itu peneliti melanjutkan penelitian dengan menerapkan siklus I dan II. Pada kedua siklus tersebut peneliti mengembangkan model Pembelajaran Berbasis Proyek.

Pelaksanaan ketiga siklus di atas dilakukan dengan 4 tahapan yang serupa, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Perencanaan adalah tahap dimana peneliti dan pendidik melakukan perencanaan dan/atau persiapan sebelum dilakukannya penelitian dan proses pembelajaran. Tahap pelaksanaan adalah tahap dimana peneliti dan guru melaksanakan penelitian dan proses bersamaan secara utuh. Tahap pengamatan atau observasi adalah tahap dimana peneliti mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Sedangkan tahap refleksi adalah tahap dimana peneliti dan guru menemukan simpulan atas setiap siklus yang telah dilalui.

Tempat yang dipilih untuk dijadikan setting penelitian adalah kelas XII MIPA 3 SMA Negeri 3 Cirebon tahun pelajaran 2016/2017.Alasan peneliti memilih kelas tersebut adalah karena masalah nilai dan hasil belajar yang kurang maksimal di mata pelajaran bahasa Indonesia. Dengan pengembangan model Pembelajaran Berbasis Proyek peneliti berharap siswa kelas XII MIPA 3 memiliki nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimum yang telah ditetapkan.

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh kelas XII MIPa 3 SMA Negeri 3 Cirebon tahun pelajaran 2016/2017.Adapun untuk sampelnya sendiri peneliti menggunakan seluruh siswa kelas sebagai sampel penelitian.Alasan peneliti menggunakan seluruh siswa adalah karena kebutuhan penelitian.Mengingat penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka sudah suatu kewajiban jika seluruh siswa kelas dilibatkan sebagai sampel penelitian.Di luar daripada itu, penentuan sampel yang dimaksud memiliki rujukan pada teori purposive sample.Secara sederhana purposive sampling diartikan sebagai teknik pengambilan sampel dengan berorientasi pada pertimbangan tertentu (Sugiyono: 2010).

Teknik pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi dan tes tulis.Kedua teknik tersebut memungkinkan peneliti mendapat data berkarakter kualitatif dan kuantitatif. Pada tahap lebih lanjut, data-data yang sudah terkumpul melalui teknik pengambilan data kemudian diolah melalui dua cara yang berbeda, yakni pencarian rata-rata dan prosentase.

Pencarian rata-rata dilakukan untuk mencari rata-rata hasil belajar siswa pada suatu siklus. Adapun cara untuk mendapat nilai rata-rata tersebut dapat dilakukan menggunakan rumus berikut:

X = X

����������� ����������������������������������������������� N

Keterangan:

X�������� = rata-rata nilai akhir belajar

N�������� = Banyaknya siswa

X ��� = Jumlah skor seluruh siswa

Rata-rata hasil belajar yang didapat dari perhitungan akan dikategorikan sebagaimana tabel di bawah ini:

Tabel 1

Kriteria Pengelompokan Nilai

 

Nilai

Kriteria

Keterangan

80≤X≤100

A

Baik Sekali

70≤X≤80

B

Baik

60≤X≤70

C

Cukup

50≤X≤60

D

Kurang

0≤X≤50

E

Kurang Sekali

Pada prosesnya nilai rata-rata hasil belajar secara otomatis telah terhitung dalam absensi siswa. Dengan kata lain perhitungan sebagaimana pemaparan di atas tidak terlalu dibutuhkan.

Prosentase peningkatan hasil belajar adalah prosentase yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan yang terjadi dalam suatu Penelitian Tindakan Kelas. Untuk mengetahui prosentase tersebut dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:

 

Prosentase = aX 100%

b

Keterangan:

a = selisih skor rata-rata hasil belajar siswa pada dua siklus

b = skor rata-rata siswa pada siklus sebelumnya

hasil dan Pembahasan

A.     Hasil

1.      Pra Siklus

Pra siklus adalah pembelajaran normal yang dilakukan sebelum terdapat penerapan model pembelajaran baru. Pada proses ini peneliti dan guru mengambil data berupa hasil belajar pra penerapan.

Dari hasil pengamatan dan pengambilan data seperti yang dimaksudkan, peneliti mendapat rangkuman data melalui tabel berikut:

Tabel 2

Hasil Belajar Siswa Pra Siklus

 

Nilai

80

KKM Kelas X Semester I

Jumlah

%

Jumlah Siswa dengan Nilai ≥80

6

15%

80

Jumlah Siswa dengan Nilai <80

34

75%

Nilai Tertinggi

84

Nilai Terendah

60

Nilai Rata-Rata

70

Dari tabel di atas peneliti mendapati kelas XII MIPA 3 memiliki rata-rata nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum. Jika dikaitkan dengan kategori nilai seperti pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata siswa kelas XII MIPA 3 tergolong cukup namun di bawah kriteria ketuntasan minimum.

2.      Siklus I

Siklus I adalah tahap dimana peneliti mulai menerapkan model pembelajaran baru. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan serta pengambilan data berbentuk hasil belajar siswa.

Dari hasil pengamatan dan pengambilan data seperti yang dimaksudkan, peneliti mendapat rangkuman data sebagaimana yang terdapat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3

Hasil Belajar Siswa Siklus I

 

Nilai

80

KKM Kelas X Semester I

Jumlah

%

Jumlah Siswa dengan Nilai ≥80

21

52%

80

Jumlah Siswa dengan Nilai <80

19

48%

Nilai Tertinggi

86

Nilai Terendah

70

Nilai Rata-Rata

78,2

 

Jika merujuk pada tabel di atas peneliti mendapati peningkatan yang cukup signifikan. Hal tersebut terlihat analisis rata-rata dan prosentase berikut:

a.       Rata-rata

Nilai rata-rata kelas XII MIPA 3 untuk materi konversi teks bacaan ke dalam teks puisi pada mata pelajaran bahasa Indonesia adalah 78,2. Jika diklasifikasikan ke dalam klasifikasi nilai, nilai rata-rata kelas XII MIPA 3 masukke dalam nilai B atau baik. Namun dengan nilai 78,2 kelas XII MIPA 3 masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimum yang telah ditetapkan.

b.      Prosentase

Jika dihitung dengan perhitungan prosentase sebagaimana pemaparan di atas, maka didapat perhitungan sebagaimana berikut:

Prosentase = aX 100%

b

����������������������� Prosentase = (78,2 � 70) x 100%

����������������������������������������������������������� ��� 70

Prosentase = 11,7%

 

Merujuk dari hasil perhitungan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar dari pra siklus ke siklus Isebesar 11,7%.

3.      Siklus II

Siklus II adalah tahap lanjutan akibat hasil siklus I yang kurang maksimal. Pada tahap ini peneliti kembali menerapkan model pembelajaran baru. Pada siklus yang sama peneliti juga mengamati proses belajar mengajar dan mengambil data berbentuk hasil belajar siswa.

Dari hasil pengamatan dan pengambilan data seperti yang dimaksudkan, peneliti mendapat rangkuman data sebagaimana yang terdapat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4

Hasil Belajar Siswa Siklus II

 

Nilai

80

KKM Kelas X Semester I

Jumlah

%

Jumlah Siswa dengan Nilai ≥80

40

100%

80

Jumlah Siswa dengan Nilai <80

0

0%

Nilai Tertinggi

96

Nilai Terendah

80

Nilai Rata-Rata

87,4

Jika merujuk pada tabel di atas peneliti mendapati peningkatan yang cukup signifikan. Hal tersebut terlihat analisis rata-rata dan prosentase berikut:

a.       Rata-rata

Nilai rata-rata kelas XII MIPA 3untuk materi konversi teks bacaan ke puisi pada siklus II adalah 87,4. Jika diklasifikasikan ke dalam klasifikasi nilai, nilai rata-rata kelas XII MIPA 3 masukke dalam nilai A atau baik sekali. Di samping masuk dalam klasifikasi nilai A, nilai rata-rata kelas XII MIPA 3 juga telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum.

b.      Prosentase

Jika dihitung melalui prosentase sebagaimana pemaparan di atas, maka didapat hasil sebagai berikut:

Prosentase = aX 100%

b

����������������������� Prosentase = (87,4 � 78,2) x 100%

����������������������������������������������������������� ��� 78,2

����������������������� Prosentase = 11,7%

Merujuk dari hasil perhitungan di atas peneliti dapatmenyimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar dari pra siklus ke siklus Isebesar 11,7%.

B.     Pembahasan

Mode Pembelajaran Berbasis Proyek adalah model pembelajaran yang cukup disukai peserta didik. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya antusiasme peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Lebih lanjut, proses Pembelajaran Berbasis Proyek juga cukup menyenangkan, sehingga menjadi suatu hal yang wajar jika banyak peserta didik yang menyukai model pembelajaran ini.

Menurut hasil observasi dan pengolahan data di atas, peneliti mendapati banyak peningkatan yang terjadi setelah penerapan model Pembelajaran Berbasis Proyek diterapkan. Diantara peningkatan yang dimaksud peneliti adalah nilai rata-rata kelas. Jika pada pra siklus nilai rata-rata kelas XII MIPA 3 hanya berada di angka 70, pada siklus I nilai rata-rata tersebut meningkat menjadi 78,2 dan kembali naik menjadi 87,4 di siklus II.

Peningkatan sendiri tidak hanya terjadi pada nilai rata-rata.Menurut data yang peneliti himpun, nilai teringgi kelas XII MIPA 3 untuk materi konversi teks bacaan ke puisi juga mengalami peningkatan.Jika pada pra siklus nilai tertinggi berada di angka 84, nilai tersebut meningkat menjadi 86 di siklus I dan 96 di siklus II. Selain nilai tertinggi peningkatan juga terjadi pada sektor lain, salah satunya adalah nilai terendah. Jika pada pra siklus nilai terendah siswa kelas XII MIPA 3 berada di angka 60, angka tersebut naik menjadi 70 di siklus I dan menjadi 80 di siklus II.Merujuk pada nilai terendah tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa seluruh siswa pada siklus II telah berhasil mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum yang berada di angka 80.

Melihat dari hasil dan pembahasan di atas peneliti mendapati model Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki dampak baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII MIPA 3 tahun pelajaran 2016/2017.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan di kelas XII MIPA 3 SMA Negeri 3 Cirebon tahun pelajaran 2016/2017, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa model Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning memiliki dampak signifikan bagi peningkatan hasil belajar materi konversi teks bacaan ke dalam teks puisi pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Aisyah, N, L. 2007. Panduan Apresiasi Puisi dan Pembelajarannya.Bandung: Rumput Merah.

 

Al � Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group

 

Aminuddin. 1985. Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru

 

Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.

 

E. Kosasih. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya

 

Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

 

Pringgawidagda, Suwarna. 2002. Strategi Penguasaan Bahasa. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

 

Soeparno. 1993. Dasar-Dasar Linguistik. Yogyakarta: Mitra Gama Widya����

 

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

 

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: Alfabeta.

 

Suroto.1989. Apresiasi Sastra Indonesia.Jakarta: Erlangga.