Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol.
5, No. 6, Juni 2020
PENGARUH LABA, RASIO KEUANGAN DAN CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI
Yelsha Dwi Pasca
Program Studi Manajemen
STIE STMY Majalengka
Email: [email protected]
Abstract
Bond ratings issued by rating
agencies help investors in selecting bonds. Bond ratings are very beneficial
for investors and commitments, which provide information about the c ompany's ability to pay off bonds
issued. issued ratings give investors signals about the quality and risk of a
bond. The rating process is carried out by the rating agency by taking into
account various factors, such as financial factors through financial ratios,
earnings management actions, financial ratios and corporate governance
mechanisms that affect bond ratings. The subject of this research is companies
that are listing bonds. The subject of this research is companies listed on the
Indonesia Stock Exchange and listed on PT. PEFINDO. while data analysis uses
logistic regression analysis. The results showed that earnings management,
market value ratios, institutional ownership and independent commissioners had
no effect on bond ratings. The conclusion of this study is that of the 8
variables used in this study only earnings management variables, liquidity
ratios, managerial ownership and audit quality can be used to predict a
company's bond rating.
Keywords: earnings, financial ratios,
corporate governance, bonds
Peringkat obligasi yang
dikeluarkan oleh rating agency membantu investor dalam menyeleksi obligasi.
Peringkat obligasi sangat bermanfaat bagi investor dan emiten, yaitu memberikan
informasi tentang kemampuan perusahaan dalam melunasi obligasi yang
diterbitkan. Peringkat yang dikeluarkan memberikan sinyal kepada investor atas
kualitas dan risiko suatu obligasi. Proses pemeringkatan dilakukan oleh rating
agency dengan memperhatikan berbagai faktor, seperti faktor keuangan melalui
rasio keuangan, tindakan manajemen laba serta mekanisme corporate governance.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris bahwa manajemen laba,
rasio keuangan dan mekanisme corporate governance berpengaruh terhadap
peringkat obligasi. Subjek penelitian ini adalah perusahaan yang listing di
Bursa Efek Indonesia dan terdaftar di PT. PEFINDO tahun 2015-2018. Pemilihan
sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, sehingga diperoleh 11
perusahaan yang memenuhi kriteria dengan 4 tahun pengamatan. Data yang
digunakan berupa data sekunder yang berasal dari laporan keuangan dan database
peringkat obligasi PT. PEFINDO, sedangkan analisis data menggunakan analisis
regresi logistik. Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen laba, rasio
likuiditas, kepemilikan manajerial dan kualitas audit berpengaruh terhadap
peringkat obligasi. Sedangkan rasio aktivitas, rasio nilai pasar, kepemilikan
institusional dan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap peringkat
obligasi. Simpulan penelitian ini adalah dari 8 variabel yang digunakan dalam
penelitian ini hanya variabel manajemen laba, rasio likuiditas, kepemilikan
manajerial dan kualitas audit dapat digunakan untuk memprediksi peringkat
obligasi suatu perusahaan.
Kata kunci : laba, rasio keuangan, corporate governance, obligasi.
Nilai pemegang
saham akan meningkat apabila nilai perusahaan meningkat yang ditandai dengan
tingkat pengembalian investasi yang tinggi kepada pemegang saham (Sutira, 2018).
Investasi digolongkan
menjadi dua jenis, yaitu investasi dalam surat kepemilikan (saham) dan
investasi dalam surat utang (obligasi). Obligasi
menurut Bursa Efek
Indonesia (BEI) yaitu surat utang jangka menengah atau panjang
yang berisi janji dan dapat dipindahtangankan dari pihak penerbit
kepada pihak pembeli, janji yang dibuat berupa pembayaran
imbalan berupa bunga dan melunasi utang pada waktu tertentu yang telah ditentukan. Penerbitan obligasi
dilakukan oleh perusahaan yang membutuhkan dana, baik untuk ekspansi bisnisnya
ataupun untuk memenuhi kebutuhan keuangan perusahaan dalam jangka pendek
ataupun jangka panjang (Prasetiyo & Rahardjo, 2010). Keunggulan investasi
obligasi dibandingkan dengan saham yaitu
dalam hal pembayaran return. Capital gain dan deviden akan
memberi imbalan yang diakui sebagai pendapatan oleh pemegang saham. Ketika pembayaran
kupon obligasi dilakukan maka pembayaran deviden pun diberikan. Jika tidak ada sisa dari
pembayaran kupon obligasi maka tidak
akan ada
keuntungan dari saham yang dimiliki bagi pemegang saham.
Ketika perusahaan mengalami
likuiditas maka pemegang obligasi memiliki hak pertama
atas aset perusahaan, ini merupakan keuntungan lain dari investasi obligasi. �
Dengan kata lain, investasi pada obligasi
relatif lebih baik (aman) dibanding dengan investasi saham.
Obligasi
yang diterbitkan oleh perusahaan
memiliki kewajiban untuk membayar bunga secara regular serta pokok pinjaman
pada saat jatuh tempo atau sesuai waktu
yang telah ditentukan. Sehingga obligasi pada
dasarnya merupakan surat utang yang ditawarkan kepada publik. Meskipun obligasi
dianggap sebagai investasi yang aman, namun obligasi tetap memiliki resiko.
Salah satu resiko tersebut adalah ketidakmampuan perusahaan untuk melunasi
obligasi pada investor. Seorang yang ingin berinvestasi obligasi memerlukan
informasi yang dijadikan dasar dalam pengambilan keputusannya. Peringkat
obligasi merupakan salah satu informasi yang digunakan sebagai dasar
pertimbangan untuk memutuskan apakah obligasi tersebut layak untuk dijadikan
investasi serta mengetahui tingkat risikonya. Peringkat obligasi yang diumumkan
ke publik dapat mengurangi asimetri informasi antara perusahaan penerbit
obligasi dan investor (Baridwan, 2005). Peringkat obligasi
diberikan oleh lembaga yang independen, objektif, dan dapat dipercaya. Di
Indonesia terdapat dua lembaga pemeringkat efek, yaitu PT. PEFINDO dan PT.
KASNIC Credit Rating. Perbedaan kedua agen tersebut adalah hal objek penilaian.
Objek Pefindo
hanya memperingkat efek
utang dan perusahaan. Sedangkan PT Kasnic memberikan jasa pelayanan
pemeringkatan bond, commercial paper, collateralized bonds, dan general
obligation (Sapto, 2004). Perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia lebih banyak yang menggunakan jasa Pefindo untuk memperingkat
obligasi yang diterbitkan meskipun objek pemeringkatan lebih banyak PT. Kasnic.
Oleh karena itu penelitian ini lebih mengacu pada hasil yang diberikan oleh PT.
Pefindo. Pemilihan Pefindo diharapkan dapat memberikan informasi
yang relevan karena sebagian perusahaan menggunakan jasa tersebut yang berarti
memiliki kepercayaan atas penilaian agen rating tersebut. Untuk melakukan
investasi pada obligasi, selain diperlukan dana yang cukup, investor juga harus
bisa menganalisis atau memperkirakan faktor-faktor yang bisa mempengaruhi
investasi pada obligasi. Terdapat banyak faktor-faktor yang mempengaruhi
peringkat obligasi. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor keuangan dan non
keuangan. Faktor keuangan seperti leverage, profitability,
growth dan size. Sedangkan faktor non keuangan seperti sinking
fund, maturity, dan risk. Para investor dari beberapa faktor yang
ada memiliki alasan sendiri untuk membeli obligasi adalah dimana obligasi
memiliki keamanan dan pembayaran keuntungan yang tetap pada periode tertentu
serta fluktuasi harga obligasi yang mengikuti arus tingkat bunga. Keamanan
suatu obligasi bagi investor ditunjukan melalui kemampuan melunasi pokok
pinjaman dan membayar bunga pada masa jatuh temponya.
Peringkat obligasi salah satunya ditentukan dari
hasil laporan keuangan perusahaan, sehingga jika kinerja suatu perusahaan baik
maka obligasi juga akan mempunyai peringkat yang baik, sehingga akan banyak
investor yang berminat pada obligasi tersebut. Salah satu cara agar laporan
keuangan terlihat baik adalah dengan melakukan manajemen laba. Manajemen laba
adalah suatu bentuk penyimpangan dalam proses penyusunan laporan keuangan, yaitu
mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan dalam laporan keuangan (Herawaty, 2008). Tujuan dilakukannya
praktik manajemen laba adalah agar peringkat obligasi yang akan dikeluarkan
oleh agen pemeringkat masuk ke dalam kategori perusahaan yang layak dijadikan
tempat investasi bagi investor. Peringkat perusahaan yang layak dijadikan
tempat investasi biasanya disebut investment grade. Dengan peringkat yang
baik akan meningkatkan kepercayaan investor dan memaksimalkan dana yang masuk
ke dalam perusahaan.
Faktor yang dapat mempengaruhi peringkat
obligasi selain manajemen laba, menurut (Oktaviyani, 2013) yaitu prediksi peringkat
obligasi dapat dibentuk dari rasio-rasio keuangan seperti firm size,
likuiditas, profitabilitas, leverage, dan produktivitas. Hal ini juga
didukung oleh penelitian (Yuliana, 2011), bahwa rasio-rasio
keuangan tersebut mempunyai pengaruh terhadap peringkat obligasi. Rasio
keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja
suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos
laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan aliran kas). Rasio
menunjukan
suatu pertimbangan (mathematical
relationship) atau hubungan
antara jumlah tertentu dengan jumlah lainnya. Investor dan kreditor dapat
dibimbing oleh analisis rasio untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang
pencapaian perusahaan dan prospek pada masa datang. Salah satu cara
pemrosesan dan penginterpretasian informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam
artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka
yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan. Semakin baik
rasio-rasio keuangan tersebut semakin tinggi rating obligasi suatu perusahaan.
Oktaviyani
menemukan bahwa rasio
keuangan seperti profitabilitas dan produktivitas, mempunyai
kemampuan untuk memprediksi peringkat obligasi sedangkan rasio likuiditas dan
leverage tidak mempunyai kemampuan untuk memprediksi peringkat obligasi
(Oktaviyani, 2013). Sedangkan menurut Almilia & Devi, variabel likuiditas yang diukur dengan current
ratio, merupakan variabel yang dominan untuk memprediksi peringkat obligasi.
(Almilia & Devi, 2007)
Perusahaan pada dasarnya didirikan dengan tujuan
meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para
pemegang saham (Almilia & Sifa, 2006). Namun seringkali
manjemen sebagai pihak pengelola perusahaan melakukan tindakan-tindakan yang
hanya mementingkan diri sendiri dengan mengabaikan pihak lain yang
berkepentingan. Oleh karenanya dibutuhkan adanya suatu perlindungan terhadap
berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Sistem corporate
governance memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham dan kreditor
sehingga mereka yakin akan memperoleh return atas investasinya dengan
benar. Corporate governanace merupakan salah satu elemen kunci dalam
meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian
hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan
stakeholders lainnya (Ujiyantho & Pramuka, 2007).
Beberapa penelitian mengenai manajemen laba,
rasio-rasio keuangan dan corporate governance terkait peringkat obligasi
hanya meneliti secara terpisah. Oleh sebab itu dalam penelitian ini mencoba
untuk mengkombinasikan manajemen laba, rasio-rasio keuangan dan corporate
governance terkait pengaruhnya terhadap peringkat obligasi. Penelitian
mengenai manajemen laba, rasio-rasio keuangan dan corporate governance
ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris bahwa salah satu penentuan
peringkat obligasi didasari oleh kinerja keuangan, dengan anggapan bahwa
kinerja keuangan yang dilihat dari laporan keuangan lebih menggambarkan kondisi
perusahaan. Ditambah dengan adanya corporate governance
akan dapat meningkatkan
nilai perusahaan sehingga peringkat obligasinya meningkat. Berdasarkan uraian
latar belakang permasalahan di atas, maka judul penelitian ini adalah �Pengaruh
Laba, Rasio Keuangan dan� Corporate
Governance terhadap Peringkat Obligasi�.
Metode
Penelitian
��������� Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan
keuangan tahunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang periode
laporannya berakhir 31 Desember. Data tersebut diperoleh dari Indonesian
Capital Market Directory (ICMD), juga database rating obligasi perusahaan yang
dikeluarkan Pefindo (www.pefindo.com).
Laporan keuangan tahunan yang dipilih adalah laporan keuangan perusahaan yang
mengeluarkan obligasi dan diperingkat oleh PT. Pefindo.
Hasil
dan Pembahasan��������������������
1.
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran secara
statistik atas variabel-variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini. Variabel-variabel independen dalam penelitian ini adalah manajemen laba,
rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio nilai pasar, kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen dan kulitas audit.
Informasi yang terdapat dalam statistik deskriptif berupa nilai mean rata-rata
(mean), nilai minimum, maksimum dan standar deviasi (standard deviation).
Berikut adalah hasil uji statistik deskriptif menggunakan SPSS 20 :
|
Frequency |
Percent |
Valid Percent |
Cumulative Percent |
Valid Non investment grade |
20 |
45.5 |
45.5 |
45.5 |
Investment
grade |
24 |
54.5 |
54.5 |
100.0 |
Total |
44 |
100.0 |
100.0 |
|
Hasil analisis deskriptif pada tabel� di atas menunjukkan bahwa banyaknya sampel
(N) adalah 44. Jumlah tersebut merupakan total sampel perusahaan non keuangan yang memiliki kepemilikan manajerial selama 4 (empat) tahun pengamatan pada penelitian dari tahun 2015 sampai
2018 dimana setiap tahunnya terdapat 11 perusahaan non keuangan yang menjadi
sampel penelitian. Variabel diukur
dengan menggunakan dummy dimana nilai 0 diberikan pada peringkat obligasi yang termasuk dalam kategori non investment (BB, B,CCC, D) dan nilai 1 diberikan pada peringkat obligasi
yang termasuk dalam kategori investment
grade (AAA,AA,A,BBB). Hasil output SPSS dalam statistik deskriptif
menunjukkan bahwa terdapat 24 (54,5%) obligasi yang termasuk dalam kategori investment grade dan 45,5 %) obligasi
yang termasuk dalam kategori non
investment.
Tabel
2 Statistics
|
ML |
LIQ |
TAT |
PER |
INST |
MANJ |
BOARD_IND |
N�������� Valid |
44 |
44 |
44 |
44 |
44 |
44 |
44 |
Missing |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Mean |
-.0920 |
1.3385 |
.4600 |
8.1741 |
60.4500 |
.2937 |
.4289 |
Std.
Deviation |
.20402 |
.94696 |
.34533 |
9.07992 |
2.42436 |
.32581 |
.09713 |
Minimum |
-.39 |
.20 |
.08 |
-4.46 |
5.50 |
.0001 |
.30 |
Maximum |
.41 |
3.55 |
1.39 |
45.34 |
99.99 |
1.01 |
.66 |
Tabel 3 AUDQUA
|
Frequency |
Percent |
Valid Percent |
Cumulative Percent |
Valid 0 |
12 |
27.3 |
27.3 |
27.3 |
1 Total |
32 44 |
72.7 100.0 |
72.7 100.0 |
100.0 |
Tabl 4 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
|
ML |
LIQ |
TAT |
PER |
INST |
MANJ |
BOARD_IND |
AUDQUA |
Rating |
N |
44 |
44 |
44 |
44 |
44 |
44 |
44 |
44 |
44 |
Normal���� Mean |
-.0920 |
1.3385 |
.4600 |
8.1741 |
60.4500 |
.2937 |
.4289 |
.7273 |
.5909 |
Parametersa Std. Deviation |
.20402 |
.94696 |
.34533 |
9.07992 |
24.243659 |
.32581 |
.09713 |
.45051 |
.49735 |
Most Absolute |
.097 |
.220 |
.234 |
.135 |
.091 |
.237 |
.230 |
.455 |
.386 |
Extreme
Positive |
.097 |
.220 |
.234 |
.135 |
.082 |
.237 |
.230 |
.272 |
.292 |
Differences Negative |
-.072 |
-.115 |
-.134 |
-.112 |
-.091 |
-.184 |
-.133 |
-.455 |
-.386 |
Kolmogorov-Smirnov Z |
.646 |
1.460 |
1.549 |
.895 |
.604 |
1.572 |
1.529 |
3.017 |
2.557 |
Asymp.
Sig. (2-tailed) |
.798 |
.028 |
.016 |
.400 |
.859 |
.014 |
.019 |
.000 |
.000 |
a. Test distribution is Normal. |
Normal |
Tidak Normal |
Tidak Mormal |
Normal |
Normal |
Tidak Normal |
Tidak Normal |
Tidak Normal |
Tidak Normal |
2.
Analisis Statistik Inferensial
Pada penelitian ini hipotesis dikembangkan dengan
menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian dengan menggunakan
program SPSS versi 20 diperoleh output regresi logistik pada tabel� sebagai berikut:
Tabel 5 output regresi logistik
|
B |
S.E. |
Wald |
Df |
Sig. |
Exp(B) |
Step 1a�� L |
-9.706 |
4.901 |
3.922 |
1 |
.048 |
.000 |
LIQ |
3.642 |
1.452 |
6.292 |
1 |
.012 |
38.160 |
TAT |
-.435 |
2.195 |
.039 |
1 |
.843 |
.647 |
PER |
.068 |
.137 |
.248 |
1 |
.619 |
1.070 |
INST |
-.020 |
.042 |
.235 |
1 |
.628 |
.980 |
MANJ |
5.974 |
2.996 |
3.975 |
1 |
.046 |
392.900 |
BOARD_IND |
7.215 |
8.898 |
.657 |
1 |
.417 |
1.359E3 |
AUDQUA |
4.540 |
2.087 |
4.730 |
1 |
.030 |
93.696 |
Constant |
-10.828 |
5.068 |
4.565 |
1 |
.033 |
.000 |
a. Variable(s) entered on step
1: ML, LIQ,
TAT, PER, INST,
MANJ, BOARD_IND, AUDQUA. Sumber : data sekunder yang diolah, 2019 |
Variables In The Equation
Tabel
di atas menunjukkan persamaan regresi logistik dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Peringkat
Obligasi (PO) = -10,828 - 9,706 L + 3,642 LIQ � 0,435 TAT + 0,068 PER�� 0,020 INST + 5,974 MANJ + 7,215 BOARD_IND +
4,540 AUDQUA + e. Dari persamaan regeresi logistik tersebut, maka dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a.
Jika likuiditas (LIQ), aktivitas perusahaan (TAT), rasio
nilai pasar (PER), kepemilikan institusional (INST), kepemilikan manajerial
(MANJ), komisaris independen (BOARD_IND) dan kualitas audit (AUDQUA) dianggap
konstan, maka log of odds peringkat obligasi akan turun menjadi 9,706 untuk
setiap kenaikan laba (L).
b.
Jika laba (L), aktivitas perusahaan (TAT), rasio nilai pasar
(PER), kepemilikan institusional (INST), kepemilikan manajerial (MANJ),
komisaris independen (BOARD_IND) dan kualitas audit (AUDQUA) dianggap konstan,
maka log of odds peringkat obligasi akan naik menjadi 3,642 untuk setiap
kenaikan satu unit likuiditas (LIQ).
c.
Jika laba (L), likuiditas (LIQ), rasio nilai pasar (PER),
kepemilikan institusional (INST), kepemilikan manajerial (MANJ), komisaris
independen (BOARD_IND) dan kualitas audit (AUDQUA) dianggap konstan, maka log
of odds peringkat obligasi akan turun menjadi 0,435 untuk setiap kenaikan satu
unit aktivitas perusahaan (TAT).
d.
Jika laba (L), likuiditas (LIQ), aktivitas perusahaan (TAT),
kepemilikan institusional (INST), kepemilikan manajerial (MANJ), komisaris
independen (BOARD_IND) dan kualitas audit (AUDQUA) dianggap konstan, maka log
of odds peringkat obligasi akan naik menjadi 0,068 untuk setiap kenaikan satu
unit rasio nilai pasar (PER).
e.
Jika laba (L), likuiditas (LIQ), aktivitas perusahaan (TAT),
rasio nilai pasar (PER), kepemilikan manajerial (MANJ), komisaris independen
(BOARD_IND) dan kualitas audit (AUDQUA) dianggap konstan, maka log of odds
peringkat obligasi akan turun menjadi 0,020 untuk setiap kenaikan satu unit
kepemilikan institusional (INST).
f.
Jika laba (L), likuiditas (LIQ), aktivitas perusahaan (TAT),
rasio nilai pasar (PER), kepemilikan institusional (INST), komisaris independen
(BOARD_IND) dan kualitas audit (AUDQUA) dianggap
konstan, maka log of odds peringkat
obligasi akan naik menjadi 5,974 untuk setiap kenaikan satu unit kepemilikan
manajerial (MANJ).
g.
Jika laba (L), likuiditas (LIQ), aktivitas perusahaan (TAT),
rasio nilai pasar (PER), kepemilikan institusional (INST), kepemilikan
manajerial (MANJ) dan kualitas audit (AUDQUA) dianggap konstan, maka log of
odds peringkat obligasi akan naik menjadi 7,215 untuk setiap kenaikan satu unit
komisaris independen (BOARD_IND).
h.
Jika laba (L), likuiditas (LIQ), aktivitas perusahaan (TAT),
rasio nilai pasar (PER), kepemilikan institusional (INST), kepemilikan
manajerial (MANJ) dan komisaris independen (BOARD_IND) dianggap konstan, maka
log of odds peringkat obligasi akan naik menjadi 4,540 untuk setiap kenaikan
satu unit kualitas audit (AUDQUA).
B. Pembahasan
Penelitian ini mengungkapkan
tentang pengaruh laba, rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio nilai pasar,
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen dan
kualitas audit terhadap peringkat obligasi dengan hipotesis yang telah
ditetapkan. Penjelasan mengenai masing-masing variabel akan diuraikan dengan
paparan sebagai berikut:
1.
Pengaruh�
Laba terhadap Peringkat Obligasi
Laba dalm hal ini lebih
ke manajemen laba dapat membuat kinerja perusahaan terlihat baik oleh investor
dengan menaikan laba yang diperoleh perusahaan. Peringkat obligasi suatu
perusahaan dapat dipengaruhi oleh manajemen laba dengan cara menaikan laba
sebuah perusahaan sehingga kinerja perusahaan terlihat baik di mata investor
dan investor pada akhirnya mempercayakan memberikan utang kepada perusahaan.
Jika kinerja perusahaan terlihat baik dan banyak investor yang mempercayakan
dananya terhadap perusahaan maka lembaga pemeringkat akan memberikan peringkat
obligasi yang baik pula terhadap perusahaan tersebut. Pada penelitian ini
menunjukan hipotesis yang menyatakan bahwa variabel manajemen laba yang diukur
estimasi akrual kelolaan berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Adanya
manajemen laba dapat menunjukan kinerja perusahaan yang baik dengan menaikkan
laba perusahaan maka investor akan mempercayakan memberikan hutang pada
perusahaan sehingga peringkat obligasinya baik.
2.
Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Peringkat
Obligasi
Perusahaan yang mampu
memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut
dalam keadaan likuid dan mempunyai aktiva lancar lebih besar daripada hutang
lancarnya. Hal tersebut dikarenakan aktiva lancar yang dimiliki mampu melunasi
kewajiban jangka pendek perusahaan. Pada penelitian ini menunjukkan hipotesis
yang menyatakan bahwa variabel rasio likuiditas yang diukur dengan current
ratio berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Dengan tingkat rasio
likuiditas yang tinggi menunjukkan kondisi perusahaan yang kuat dan cenderung
mampu memenuhi kewajibannya serta kinerja perusahaan akan terlihat baik. Sehingga
investor dapat mempercayakan untuk memberikan hutang kepada perusahaan, semakin
banyak investor yang mempercayakan memberikan hutang akan dapat meningkatkan
peringkat obligasi perusahaan.
3.
Pengaruh Aktivitas Perusahaan terhadap Peringkat
Obligasi
Perusahaan dengan
tingkat aktivitas yang tinggi cenderung akan mampu menghasilkan pendapatan yang
lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan tingkat aktivitas yang rendah. Jika
tingkat aktivitas perusahaan tinggi maka akan menghasilkan pendapatan yang tinggi.
Perusahaan yang memiliki pendapatan yang tinggi cenderung akan mampu memenuhi
kewajibannya termasuk pembayaran bunga obligasi sehingga dapat mempengaruhi
peringkat obligasi. Pada penelitian ini menunjukan hipotesis� yang menyatakan bahwa variabel rasio
aktivitas yang diukur dengan price earning ratio tidak berpengaruh
terhadap peringkat obligasi. Hasil penelitian yang menunjukan rasio aktivitas
tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi menunjukan bahwa tingkat
aktivitas tidak secara langsung mempengaruhi perolehan peringkat obligasi pada
saat itu. Hasil dari rasio ini sangat tergantung dari jenis dan sifat
industrinya, sehingga dalam melakukan interpretasi terhadap aktivitas suatu
perusahaan harus berhati-hati. Tidak semua perusahaan memiliki sumber daya dan
tingkat aktivitas yang sama sehingga pendapatan yang diperoleh juga berbeda.
Artinya rasio aktivitas antara perusahaan non keuangan berbeda dikarenakan
operasional yang dilakukan berbeda.
4.
Pengaruh Rasio Nilai Pasar terhadap Peringkat
Obligasi
Market value ratio atau rasio nilai pasar
adalah rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Rasio nilai
pasar diproksikan dengan Price Earning Ratio (PER). PER merefleksikan
ekspektasi investor mengenai kinerja masa depan perusahaan. PER merupakan
fungsi dari pendapatan yang diharapkan di masa depan perusahaan. Jika
pendapatan di masa yang akan datang membaik maka perusahaan
akan dapat melunasi kewajiban-kewajibannya sehingga dapat meningkatkan
peringkat obligasi perusahaan. Pada penelitian ini menunjukkan hipotesis� yang menyatakan bahwa variabel rasio nilai
pasar yang diukur dengan Price Earning Ratio (PER) tidak berpengaruh
terhadap peringkat obligasi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa rasio nilai
pasar yang diproksikan dengan Price Earning Ratio (PER) tidak efektif
digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi. Price Earning Ratio
(PER) merupakan perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan,
dimana harga saham sebuah emiten dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan
oleh emiten tersebut dalam setahun. Karena yang menjadi fokus perhitungannya
adalah laba bersih yang telah dihasilkan perusahaan, maka dengan mengetahui PER
sebuah emiten, kita bisa mengetahui apakah harga sebuah saham tergolong wajar
atau tidak secara real dan bukannya secara future alias perkiraan.
Setiap perusahaan
memiliki laba bersih yang berbeda tergantung dari operasi perusahaan tersebut
dan harga saham yang berbeda tergantung dari kebijakan masing-masing perusahaan
mengenai investasi saham. Hal tersebut tidak dapat dijadikan acuan untuk
memprediksi peringkat obligasi suatu perusahaan.
5.
Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap
Peringkat Obligasi
Kepemilikan
institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui
proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen
melakukan manajemen laba. Pada penelitian ini menunjukkan hipotesis yang
menyatakan bahwa variabel kepemilikan institusional yang diukur dengan
persentase saham yang dimiliki oleh institusi tidak berpengaruh terhadap
peringkat obligasi. Hasil penelitian yang tidak signifikan menandakan bahwa
monitoring yang dijalankan pihak institusi tidak optimal atau belum efektif
sebagai alat untuk memonitor manajemen. Hal ini dapat disebabkan karena dengan
adanya kepemilikan institusional yang relatif besar dan sebagian besar saham
terkonsentrasi pada investor institusional.
6.
Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap
Peringkat Obligasi
Besar kecilnya jumlah
kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya
kesamaan (congruence) kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham
(Faisal, 2005). Pada penelitian ini menunjukan hipotesis yang menyatakan bahwa
variabel kepemilikan manajerial yang diukur dengan persentase kepemilikan saham
yang dimiliki oleh direksi berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Kepemilikan
saham oleh pihak manajerial akan mengakibatkan pihak manajemen cenderung lebih
fokus pada keuntungan jangka pendek perusahaan dengan melakukan praktik
manajemen laba untuk memaksimalkan insentif mereka. Manajemen laba akan
mengakibatkan nilai perusahaan dalam jangka panjang akan menurun dan
mengakibatkan penurunan peringkat terhadap obligasi yang diterbitkan.
7.
Pengaruh Komisaris Independen terhadap Peringkat
Obligasi
Komisaris independen
adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota
dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari
hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya
untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan
perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2004 dalam Ujiyantho dan
Pramuka, 2007). Pada penelitian ini menunjukkan hipotesis� yang menyatakan bahwa variabel komisaris
independen yang diukur dengan proporsi anggota dewan komisaris yang berasal
dari luar perusahaan dari seluruh anggota dewan komisaris perusahaan tidak
berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Kemungkinan hal tersebut dapat
disebabakan karena pengangkatan komisaris independen oleh perusahaan mungkin
hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk
menegakan Good Corporate Governance.
8.
Pengaruh Kualitas Audit terhadap Peringkat
Obligasi
Dengan reputasi auditor yang baik maka akan memberikan hasil audit
yang dapat dipercaya. Pada penelitian ini menunjukan hipotesis 8 yang
menyatakan bahwa variabel kualitas audit yang diukur dengan dummy, 1 untuk
auditor big 4 dan 0 untuk auditor nonbig 4 berpengaruh terhadap peringkat
obligasi. Hasil penelitian terhadap variabel kualitas audit yang diproksi
dengan besaran Kantor Akuntan Publik menunjukan bahwa kualitas audit
berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan. Artinya
obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 4 memiliki
kemungkinan yang tinggi untuk mendapatkan peringkat obligasi berkategori investment
grade daripada perusahaan yang tidak diaudit oleh KAP
Big 4. Tingkat kepercayaan pihak pemakai informasi keuangan yang diaudit
terutama pihak ekternal perusahaan tersebut dipengaruhi oleh kualitas audit
dari auditor.
Kesimpulan
1. Laba yang berpengaruh
terhadap peringkat obligasi.
2. Rasio likuiditas
berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
3. Rasio aktivitas tidak
berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
4. Rasio nilai pasar tidak
berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
5. Kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
6. Kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
7. Komisaris independen
tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
8. Kualitas audit berpengaruh
terhadap peringkat obligasi.
�������������������������������������������������������� BIBLIOGRAFI
Almilia, Luciana Spica, & Devi, Vieka. (2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi prediksi peringkat Obligasi pada perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Proceeding Seminar Nasional
Manajemen SMART, 3.
Almilia, Luciana Spica, & Sifa, Lailul L. (2006). Reaksi
Pasar Publikasi Corporate Governance Perception Index Pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX
Padang.
Baridwan, Zaki. (2005). Pengaruh pengumuman peringkat
terhadap kinerja obligasi. [Yogyakarta]: Universitas Gadjah Mada.
Herawaty, Vinola. (2008). Peran praktek corporate governance
sebagai moderating variable dari pengaruh earnings management terhadap nilai
perusahaan. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 10(2), 97�108.
Oktaviyani, Rizka Dewi. (2013). Pengaruh Manajemen Laba,
Rasio Keuangan Dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Peringkat Obligasi.
Universitas Negeri Semarang.
Prasetiyo, Adhi, & Rahardjo, Shiddiq Nur. (2010). Pengaruh
Mekanisme Corporate Governance dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Peringkat
Obligasi. Perpustakaan FE UNDIP.
Sapto, Raharjo. (2004). Panduan Investasi Obligasi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, Cet, 4.
Sutira, Andri. (2018). Pengaruh struktur aktiva, struktur
modal dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan di PT. Jasuindo Tiga Perkasa
Periode 31 Maret 2008�31 Desember 2016: Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta
Islamic Index. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Ujiyantho, M. Arief, & Pramuka, Bambang Agus. (2007).
Mekanisme corporate governance, manajemen laba dan kinerja keuangan. Simposium
Nasional Akuntansi X, 10(6), 1�26.
Yuliana, Rika. (2011). dkk. 2011. Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Keuangan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XIV.
Aceh: Ikatan Akuntansi Indonesia.