����������� ����������������������� ����� Syntax Literate
: Jurnal
Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541 0849
���������������������������������������� e-ISSN
: 2548-1398
���������������������������������������� Vol. 2,
No 6 Juni 2017
PENERAPAN
METODE OBSERVASI DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANGPERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF ALAMI
TUMBUHAN�
Wati
Sulawati
MI PUI Cigadung
Abstrak
IPA adalah salah
satu pelajaran yang relatif sulit bagi beberapa kalangan, tidak terkuali siswa
sekolah dasar. Pembahasan yang kompleks dan istilah yang relatif banyak membuat
pelajaran ini kerap membingungkan peserta didik. Salah satu contoh materi yang
kerap menyulitkan peserta didik adalah perkembangbiakan vegetatif alami
tumbuhan. Materi ini pada dasarnya bukan materi yang sulit. Hanya saja untuk
mempelajari ini peserta didik dituntut untuk dapat melakukan terjun langsung
guna meneliti tumbuhan yang ingin diteliti. Namun pada kenyataannya banyak
peserta didik yang tidak diarahkan untuk terjun langsung untuk meneliti. Siswa
kelas VI MI PUI Cigadung adalah contohnya. Siswa di kelas tersebut tidak
mendapat pelajaran sesuai porsi akibat model pembelajaran yang salah. Akibat
dari hal tersebut hasil berlajar siswa-siswa disana berada di bawah kriteria
ketuntasan minimum (KKM). Guna mengatasi permasalahan tersebut model
pembelajaran observasi adalah pilihan yang dinilai efektif. Sebelum
diterapkannya model pembelajaran ini pada siswa kelas VI MI PUI rata-rata hasil
belajar siswa berada di angka 61. Setelah itu rata-rata tersebut naik menjadi
75 pasca penerapan model pembelajaran observasi pada siklus I, dan kembali naik
menjadi 89 di siklus II. Tidak hanya peningkatan nilai rata-rata. Ketuntasan
belajar siswa di kelas tersebut juga terus menanjak. Pada pra siklus siswa
dengan nilai di atas 71 (KKM) berada hanya berkisar di angka 5 siswa, kemudian
naik menjadi 10 siswa di siklus I dan kembali meninggi menjadi 16 siswa di
siklus II. Hal ini kemudian menegaskan bahwa model pembelajaran observasi
sangat efektif diterapkan untuk materi perkembangbiakan vegetatif alami
tumbuhan pada mata pelajaran IPA di kelas VI MI PUI Cigadung tahun pelajaran
2015/2016.
Kata
Kunci: Metode
Observasi, Hasil Belajar
Pendahuluan
Sekolah
adalah tempat dimana peserta didik mempelajari aneka mata pelajaran pokok
selama kurun waktu tertentu. Dari sekian mata pelajaran yang dipelajari di
sekolah, IPA adalah salah satu diantaranya. IPA �atau dalam kepanjangannya
adalah Ilmu Pengetahuan Alam�� merupakan
pelajaran dimana peserta didik mempelajari berbagai macam hal yang berkaitan
dengan alam. Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R. E (1993) IPA merupakan cabang
ilmu pengetahuan yang rasional dan objektif tentang semesta alam. Sedangkan Asep
Herry Hernawan, dkk (2008) menerangkan bahwa IPA merupakan cabang ilmu yang
memiliki fungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam,
mengembangkan keterampilan, wawasan, kesadaran teknologi yang kaitannya dapat
dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari.
Dalam
bahasan Inggris IPA disebut juga dengan sains atau science. Pada pendidikan lanjut di luar pendidikan dasar IPA
merupakan mata pelajaran yang kemudian dipecah menjadi beberapa bagian, seperti
fisika, kimia, dan biologi. Masing-masing bagian IPA tersebut memiliki
pembahasan yang berbeda satu dengan yang lain. Fisika adalah cabang IPA dengan
pembahasan yang memiliki orientasi pada aspek fisik alam dengan bahasan
meliputi perhitungan kecepatan, percepatan, gravitasi, lensa, dan sebagainya.
Kimia adalah cabang IPA dengan pembahasan yang berkaitan dengan unsur dan zat
yang ada di alam dengan bahasan seperti penyatuan unsur, molekul, pemisahan
unsur, dan sebagainya. Adapun biologi adalah cabang IPA yang mempelajari unsur
biologis yang ada di alam seperti karakteristik makhluk hidup, anatomi,
fotosintesis, dan sebagainya.
Pembagian
mata pelajaran IPA seperti biologi dan sebagainya hanya dilakukan untuk
pendidikan tahap lanjut, sedangkan mata pelajaran IPA untuk pendidikan dasar
atau MI hanya IPA dalam lingkup luas yang belum dibagi sebagaimana pembahasan
di atas. Menurut Maslichah Asy�ari (2006) IPA dalam ranah pendidikan dasar
hanya memiliki tujuan untuk; (1) meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik
mengenai sains, pendidikan, serta masyarakat. (2) mengembangkan keterampilan
proses guna menyelidiki alam yang ada di sekitar. (3) mengembangkan pemahaman
akan konsep-konsep sains secara umum. (4) meningkatkan andil peserta didik
dalam menjaga, merawat, serta melestarikan lingkungan. (5) memunculkan sikap
pedulis dan menghargai alam sekitar dan segala aspek yang ada di dalamnya
sebagai wujud kecintaan atas ciptaan Tuhan.
IPA
atau sains merupakan mata pelajaran yang relatif disukai oleh banyak peserta
didik. Pembahasannya yang luas dan mengenai aspek alam membuat peserta didik
tertarik dan memiliki rasa ingin tahu yang relatif tinggi. Namun walaupun
memiliki banyak peminat, IPA tetaplah menjadi mata pelajaran yang juga tidak
disukai oleh sebagian peserta didik.
Pembahasan
IPA yang terlalu kompleks membuat banyak peserta didik merasa kesulitan untuk
memahami dan mengerti pembahasan yang sudah didapat. Salah satu pembahasan yang
kerap menyulitkan peserta didik adalah pembahasan mengenai perkembangan sifat
vegetatif tumbuhan. Pembahasan ini memungkinkan peserta didik untuk terjun
langsung meneliti perkembangan sifat vegetatif dari suatu tumbuhan, yang pada
prosesnya, kegiatan ini harus diimbangi dengan penerjunan peserta didik pada
lingkungan alam yang memiliki tumbuhan untuk diamati. Sedangkan pada kenyataannya
banyak guru atau pengajar yang tidak menerjunkan peserta didik pada lingkungan
yang demikian, sehingga peserta merasa kesulitan akibat tidak mengetahui
kondisi riil dari lingkungan yang mereka teliti.
Jika
merujuk pada kondisi di atas, permasalahan terjadi bukan pada kualitas siswa
yang diajar, melainkan pada kualitas pengajaran dan metode yang kurang tepat.
Materi mengenai perkembangbiakan vegetatif suatu tumbuhan adalah materi yang
hanya dapat dibahas dalam metode observasi. Sedangkan pada kondisi di atas
pembelajaran cenderung merujuk pada pola ceramah, sehingga menimbulkan
ketidakmaksimalan pada pemahaman siswa.
Kasus
yang tidak jauh berbeda terjadi pada kelas VI MI PUI Cigadung. Pada materi yang
sama, kelas tersebut tidak maksimal dalam memahami dan menyerap pembahasan
mengenai perkembangbiakan vegetatif tumbuhan. Ketidakmaksimalan tersebut
terjadi akibat penerapan metode pembelajaran yang kurang tepat. Menurut
pengamatan peneliti, kelas VI MI PUI Cigadung mempelajari perkembangbiakan
vegetatif tumbuhan dengan metode tanya jawab. Akibatnya, dari 17 siswa yang ada
di kelas, 5 diantaranya memiliki nilai di atas 71� dan 12 lainnya memiliki nilai di bawah 71
(nilai KKM yang berlaku). Nilai rata-rata kelas pada materi tersebut hanya ada
di kisaran 61 dengan nilai terendah 40 dan tertinggi 90.
Metode
pembelajaran observasi adalah satu dari sekian metode yang banyak digunakan
dalam mata pelajaran IPA. Metode observasi sendiri adalah pengamatan dan/atau
pencatatan yang dilakukan secara sistematik atas gejala yang timbul pada objek
yang diteliti (Riduwan: 2004). Merujuk pada pengertian tersebut, sudah barang
tepat jika metode observasi disandingkan dengan pembahasan pada materi
perkembangbiakan vegetatif tumbuhan. Dengan metode tersebut peserta didik dapat
mengetahui beragam kondisi dan proses perkembangbiakan vegetatif di alami oleh
tumbuhan yang diteliti.
Berdasarkan hasil pengamatan,
teridentifikasi beberapa permasalahan yang terjadi pada pembelajaran IPA di
kelas VI MI PUI Cigadung Masalah-masalah yang teridentifikasi tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Siswa
kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran
2. Siswa
kurang berani mengungkapkan gagasan/ide
3. Siswa
kurang berani bertanya ataupun menjawab pertanyaan
4. Keterlibatan
siswa pada pembelajaran rendah
5. Perhatian
siswa pada penjelasan yang disampaikan guru rendah
Untuk
menghindari adanya perluasan makna dalam perbaikan pembelajaran, maka peneliti
memberikan batasan atau prioritas pemecahan masalah. Adapun prioritas pemecahan
masalah ini adalah :
a. Metode
yang digunakan adalah metode Observasi
b. Sasaran
perbaikan adalah aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pelaksanaan
pembelajaran serta peningkatan pencapaian hasil belajar siswa
c. Pelajaran
yang dilaksanakan adalah pelajaran IPA
d. Materi
yang menjadi fokus dalam penelitian adalah perkembangbiakan vegetatif alami
pada tumbuhan
Berdasarkan uraian di atas peneliti
kemudian berkeinginan untuk melakukan penelitian tindakan kelas guna
memperbaiki ketidakmaksimalan pembelajaran yang dilakukan pada kelas VI MI PUI
Cigadung melalui prioritas pemecamahan masalah seperti yang disebutkan di atas.
Metode Penelitian
����������� Penelitian ini merupakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), yang menurut Hermawan, dkk (2007), PTK adalah suatu
bentuk penelitian yang reflektif terhadap praktek atau tindakan tertentu guna
memperbaiki dan/atau meningkatkan proses pembelajaran agar lebih proporsional.
Adapun kelas yang dijadikan tempat penelitian disini adalah kelas VI MI PUI
Cigadung. Kelas tersebut merupakan kelas yang peneliti ampu. Dengan kata lain,
pemilihan tersebut memudahkan peneliti dalam melakukan kegiatan yang berkaitan
dengan penelitian. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VI MI PUI Cigadung dan guru mata pelajaran IPA. Sedangkan
objek penelitian berupa hasil belajar dan kinerja guru mata pelajaran IPA di
kelas VI MI PUI Cigadung.
Desain
PTK yang digunakan disini memiliki orientasi pada model Kemmis dan McTaggrat. model
Kemmis dan McTaggart merupakan model yang juga dikenal dengan istilah System spiral refleksi. Pada model ini
penelitian dimulai dengan kegiatan perencanaan, tindakan, pengamatan refleksi
dan perencanaan kembali untuk kegiatan tindak lanjut.
Gambar 1
Pola Model Kemmis dan McTaggrat
(Sumber : Wardani dkk,
2014 : 21)
Jika
merujuk pada gambar di atas, PTK merupakan penelitian yang dimulai dengan
kegiatan studi pendahuluan, setelah itu dilanjurkan dengan perbaikan
pembelajaran pada siklus I dan seterusnya. Pada masing-masing fase atau siklus
penelitian dilakukan dengan 4 tahapan yang berbeda, yakni perencanaan,
pelaksanaan, obserasi dan refleksi.
Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 16 individu yang dimana
keenambelas individu tersebut merupakan siswa yang terhimpun di kelas VI MI PUI
Cigadung pada tahun pelajaran 2015/2016. Berkaitan dengan populasi, sampel yang
digunakan pada penelitian ini merupakan seluruh siswa yang berada di kelas VI
MI PUI Cigadung pada tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 16 siswa. Jumlah
sampel yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil dari penerapan purposive sampling. Purposive sampling sendiri
merupakan teknik pengambilan sampel yang digunakan dengan berdasarkan beberapa
bertimbangan. Umumnya teknik pengambilan sampel ini digunakan agar data yang
diperoleh nanti lebih representative (Sugiyono: 2010). Tidak jauh berbeda
dengan apa yang dipaparkan Sugiyono. Menurut Notoatmodjo (2010)purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang digunakan dengan sandaran berupa pertimbangan seperti
sifat populasi, karakter populasi, kebutuhan penelitian, dan/atau pertimbangan
lainnya.
Dalam
penelitian ini teknik analisis yang digunakan berjumlah 2 buah. Masing-masing
dari keduanya adalah analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif.
Analisis data kualitatif adalah analisis yang dilakukan dengan mencari data
serta menyusunnya secara sistematis. Data-data yang dimaksud diperoleh dari
hasil observasi, catatan lapangan dan bahan-bahan lain dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, serta membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis
data kuantitatif adalah analisis yang dimulai dengan menelaah dan mempelajari
data yang terkumpul dari hasil tes belajar siswa. Data dianalisis menggunakan
statistik deskripsi. Kemudian disajikan dan dimaknai dan terakhir ditarik
kesimpulan.Tes hasil belajar terdiri dari 10 soal pertanyaan. Setiap soal memiliki
bobot 1 sehingga diperoleh nilai dengan rumus berikut:
Indikator
keberhasilan hasil belajar siswa adalah 100% atau seluruh siswa telah mencapai
KKM (71). Hal ini menunjukkan bahwa jika hasil belajar siswa mencapai
persentase 100% atau seluruh siswa telah mencapai KKM (71) maka dapat dikatakan
bahwa pembelajaran telah berhasil.
Hasil dan
Pembahasan
Siklus
I
Berdasarkan
tindakan perbaikan pembelajaran siklus I, diperoleh hasil bahwa pencapaian
tujuan pembelajaran mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil
evaluasi yang meningkat. Sebagai perbandingan dengan pembelajaran sebelumnya
diperoleh data bahwa hasil evaluasi pada pembelajaran awal memperoleh nilai
rata-rata sebesar 61 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40.
Pencapaian hasil belajar menunjukkan 5 siswa atau 31,3% memperoleh nilai di
atas KKM (71) sedangkan 11 siswa lainnya atau 68,7% dari keseluruhan siswa� memperoleh nilai di bawah KKM (71). Sedangkan
pada siklus I, hasil evaluasi diperoleh nilai rata-rata sebesar 75 dengan nilai
tertinggi 100 dan nilai terendah 50. Adapun pencapaian pembelajaran menunjukkan
bahwa dari 16 siswa terdapat 10 siswa atau 62,5% mendapat nilai di atas KKM
(71) sedangkan 6 siswa lainnya atau 37,5% dari keseluruhan siswa memperoleh
nilai di bawah KKM (71). Gambaran tentang perbadingan hasil belajar tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Perbandingan
Pencapaian Hasil Belajar
Pada
Pembelajaran Awal dan Siklus I
Evaluasi |
Pembelajaran |
|||
Pembelajaran
Awal |
Siklus
I |
|||
F |
% |
F |
% |
|
Keberhasilan |
5 |
31,3% |
10 |
62,5% |
Kegagalan |
11 |
68,7%% |
6 |
37,5% |
Berdasarkan data
di atas diperoleh bahwa pencapaian hasil belajar mengalami peningkatan pada
siklus I sebesar 31,2% dari 31,3% menjadi 62,5% atau dari 5 siswa menjadi 10
siswa yang dapat mencapai nilai di atas KKM (71). Namun peningkatan hasil
belajar ini dirasa belum berhasil karena belum mencapai target 100% siswa
mendapat nilai di atas KKM (71).
Oleh sebab itu,
seorang guru perlu melakukan refleksi terhadap keberhasilan dan kegagalan
pembelajaran sebagai kontrol terhadap kinerja guru (diri sendiri) agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran. Seperti halnya yang terjadi pada siklus I yang
menunjukkan bahwa guru belum berhasil sehingga perlu dilakukan perbaikan
pembelajaran.
Berdasarkan
hasil pengamatan diperoleh bahwa kinerja guru memperoleh skor 25 dari 8 unsur
yang diamati dengan skor ideal 4 x 8 = 32 sehingga diperoleh persentasi kinerja
guru sebesar 78%. Hasil ini menunjukkan bahwa kinerja guru termasuk dalam
kategori �Baik� (Berada pada interval 75%-100%). Sedangkan dari aktivitas siswa
diperoleh data bahwa secara keseluruhan dari 16 siswa yang hadir dengan 4
indikator yang diamati diperoleh skor sebesar 141 dari skor ideal 256 sehingga
diperoleh persentasi aktivitas siswa sebesar 55%. Hasil ini menunjukkan bahwa
aktivitas siswa termasuk dalam kategori �Cukup� (Berada pada interval 50%-74%).
Hasil pengamatan
di atas menunjukkan bahwa kinerja guru termasuk kategori baik namun jika
dilihat dari aktivitas siswa, kinerja belum dapat dikatakan berhasil karena
aktivitas siswa masih rendah dan berada pada kategori cukup dan berada pada
batas bawah interval 49%-75% yaitu 55%. Sehingga guru perlu melakukan pengajian
terhadap kegagalan tersebut.
Berkaitan dengan
hasil perbaikan pembelajaran siklus I, maka dapat dikatakan bahwa perbaikan
pembelajaran siklus I belum berhasil sehingga perlu dilakukan perbaikan pada
siklus berikutnya.
Siklus
II
Perbaikan
pembelajaran siklus II merupakan tindak lanjut terhadap hasil refleksi
perbaikan pembelajaran siklus I. Sehingga dapat dikatakan bahwa perbaikan
pembelajaran siklus II merupakan penyempurnaan terhadap kekurangan-kekurangan
pembelajaran siklus I. Adapun hasilnya sangat memuaskan dimana seluruh siswa
telah mampu mencapai nilai di atas KKM (71) dengan nilai rata-rata 89, nilai
terendah 80 dan nilai tertinggi 100. Sebagai pembanding, peningkatan hasil
belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
Rekapitulasi
Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Evaluasi |
Pembelajaran |
|||||
Pembelajaran
Awal |
Siklus
I |
Siklus
II |
||||
F |
% |
F |
% |
F |
% |
|
Keberhasilan |
5 |
31,3% |
10 |
62,5% |
16 |
100% |
Kegagalan |
11 |
68,7% |
6 |
37,5% |
0 |
0% |
Data di atas dapat diilustrasikan pada
gambar diagram sebagai berikut:
Gambar 1
�Diagram Rakpitulasi Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan data
di atas dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan pencapaian hasil belajar
siswa. Pada pembelajaran awal siswa yang memperoleh nilai di atas KKM (71)
hanya mencapai 31,3% kemudian meningkat menjadi 62,5% pada siklus I dan
meningkat lagi menjadi 100% pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran perbaikan siklus II telah mencapai target yang diharapkan.
Peningkatan
hasil belajar ternyata menunjukkan satu arah yang linier dengan peningkatan
kinerja guru dan aktivitas siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan
dimana kinerja guru pada siklus I memperoleh persentase sebesar 78% kategori
�baik� kemudian meningkat pada siklus II menjadi 84% kategori �Baik�. Sedangkan
aktivitas siswa pada siklus I memperoleh persentase sebesar 55% kemudian
meningkat menjadi 70% pada siklus II.
Berdasarkan
keterangan di atas, maka diperoleh bahwa kinerja guru akan memberikan dampak
yang positif terhadap aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini juga
yang memberikan dampak positif terhadap keberhasilan pembelajaran. Kondisi ini
terbukti pada kegiatan perbaikan pembelajaran II dimana setiap komponen yaitu
kinerja guru dan aktivitas siswa yang mengalami peningkatan dan diikuti oleh
hasil belajar yang sangat memuaskan. Hal inilah yang menjadi bukti bahwa jika
pembelajaran IPA mengenai perkembangbiakan vegetatif alami pada tumbuhan dengan
metode observasi dilaksanakan
dengan baik, maka akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada siswa kelas
VI MI PUI Cigadung.
Kesimpulan
Berkaitan dengan
uraian hasil dan pembahasan, maka peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian
sebagai berikut:
1. Pada
aspek kinerja guru taraf ketercapaian skor pada siklus I sebesar 78%, skor
tersebut telah mencapai target sasaran sebesar 75%. Pada siklus 2 pencapaian
aspek kinerja guru sebesar 84% dan mencapai target sasaran. Aspek aktivitas
siswa pada siklus 1 mencapai persentasi sebesar 55% (kategori baik dan sangat cukup)
sehingga belum mencapai target sasaran sebesar 75% (kategori baik). Sedangkan
pada siklus 2, aspek aktivitas siswa mencapai persentasi sebesar 70% (kategori cukup)
sehingga belum mencapai target sasaran.
2. Hasil
belajar pembelajaran IPA pada materi Perkembangbiakan Vegetatif Alami Pada
Tumbuhan di kelas VIMI PUI Cigadung dengan metode �observai mengalami
peningkatan. Pada pembelajaran awal siswa yang memperoleh nilai di atas KKM
(71) hanya mencapai 5 siswa atau 31,3% dari 16 siswa yang hadir kemudian
meningkat menjadi 10 siswa atau 62,5% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi
16 siswa atau 100% pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
perbaikan siklus II telah mencapai target yang diharapkan.
3. Pelaksanaan
pembelajaran dengan metode observais yang
telah dilaksanakan secara baik telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa
pada pembelajaran IPA tentang Perkembangbiakan Vegetatif Alami Pada Tumbuhan di
kelas VIMI PUI Cigadung.
BIBLIOGRAFI
Asy�ari,
Maslichah. 2006. Penerapan Pendekatan
Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma
Darmodjo, Hendro., Jenny, R. E. Kaligis. 1993. Pendidikan IPA 2. Jakarta: Depdikbud
Hernawan,
Asep, Herry. 2008. Model 10. Pengembangan
Kurikulum dan Pembelajaran: Perumusan Tujuan Pembelajaran. Jakarta:
Penerbit Universitas Terbuka
Hermawan,
Rusmandi, dkk. 2007. Metode Penelitian
Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press
I.G. A. K.
Wardani, dkk. 2014. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka
Notoatmodjo.
2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. JakartaL
PT Rineka Cipta
Riduwan. 2004. Metode
dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta
Sugiyono.
2010. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta