����������� ����������������������� ���� ��Syntax Literate : Jurnal
Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541 0849
���������������������������������������� ��e-ISSN
: 2548-1398
��������������������������������������� ���Vol. 2,
No 6 Juni 2017
HUBUNGAN
ANTARA FUNGSI PERAWAT SUPERVISOR DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI
RUANG INSTALASI� RAWAT INAP RSUD 45
KUNINGAN TAHUN 2015
Aria Pranatha dan Iis Suciati
Sekolah Tinggi IlmuKesehatanKuningan (STIKKU)
Abstrak
Permasalahan yang menyangkut mutu dan
kinerja keperawatan di ruang rawat inap rumah sakit dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, salah satu� diantaranya
penerapan fungsi perawat supervisor yang belum optimal. Hasil pelaksanaan
evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah 45
Kuningan Tahun 2010 belum maksimal baru mencapai 75%. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan antara fungsi perawat supervisor dengan motivasi
kerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah 45
Kuningan Tahun 2015. Jenis
penelitian ini menggunakan pendekatan analitik inferensial� yang bertujuan untuk melakukan analisa
hubungan antara variabel dengan melakukan pengujian hipotesis. Teknik
pengambilan sampel dengan Total Population Sampling. Sampel yang diambil adalah
perawat di ruang VIP, ruang bedah dan ruang penyakit dalam sebanyak 52 orang.
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu fungsi perawat supervisor, sedangkan
variabel terikat yang diteliti yaitu motivasi kerja perawat pelaksana.
Berdasarkan hasil penelitian dengan uji statistik Spearman�s rho diperoleh
nilai p value 0,004 < nilai α (0,05) yang artinya terdapat hubungan
yang bermakna antara fungsi perawat supervisor dengan motivasi kerja perawat
pelaksana di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kuningan Tahun 2015. Berdasarkan hasil penelitian ini
disarankan bagi perawat untuk dapat meningkatkan motivasi kerja dalam
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar pelayanan yang diberikan, bagi
kepala ruangan untuk dapat meningkatkan kinerja dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya untuk memotivasi dan mengawasi pelaksanaan asuhan keperawatan yang
dilaksanakan oleh perawat pelaksana, untuk Kabid Keperawatan disarankan
supervisi yang dilaksanakan agar lebih terfokus pada kegiatan perawat, bagi
peneliti lainnya untuk mengadakan penelitian yang berhubungan dengan
pelaksanaan asuhan keperawatan di tempat yang berbeda.
Kata
Kunci: Fungsi,
Motivasi, Supervisor dan Pelaksana
Pendahuluan
Rumah Sakit
sebagai salah satu tatanan pemberi jasa pelayanan kesehatan harus mampu
menyediakan berbagai jenis pelayanan kesehatan yang bermutu. Rumah sakit juga
merupakan institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat karya, padat pakar
dan padat modal. Sumber daya manusia di rumah sakit (seperti : dokter, perawat,
fisiotherafis, penata rontgen, dan lain-lain) mempunyai kemampuan dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang berbentuk pelayanan medik, rehabilitasi
medik dan pelayanan keperawatan sangat diperlukan dalam menyediakan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan profesional di rumah sakit (Ilyas, 2008:47).
Tenaga kesehatan
secara umum merupakan satu kesatuan tenaga yang terdiri dari tenaga medis,
tenaga perawatan, tenaga paramedis non perawatan dan tenaga non medis. Tenaga perawatan
merupakan tenaga terbanyak dan mereka mempunyai waktu kontak dengan pasien
lebih lama dibandingkan tenaga kesehatan yang lain, sehingga mereka mempunyai
peranan penting dalam menentukan baik buruknya mutu pelayanan kesehatan di
rumah sakit (Nursalam, 2002).�
�Salah satu upaya yang sangat penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah meningkatkan sumber daya manusia
dan manajemen keperawatan (Samba, 2005:38). Kaitannya dengan pelaksanaan
manajemen keperawatan, perlu didukung kemampuan dan keterampilan kepemimpinan
dalam pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien oleh setiap perawat apakah
sebagai staf, ketua tim, kepala ruang, pengawas atau kepala bidang (Keliat,
2008:71).
Supervisi
keperawatan adalah proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk
menyelesaikan tugas dalam rangka pencapaian tujuan. Tujuan supervisi adalah
pemenuhan dan peningkatan kepuasan pelayanan kepada pasien atau klien. Adapun
tujuan akhir dari supervisi adalah kebutuhan, keterampilan dan kemampuan
perawat untuk dapat melakukan tugasnya (Keliat, 2008:74).
Menurut Hubber
(2000:37) seorang supervisor keperawatan diharapkan mampu mengelola pelayanan
keperawatan di ruang rawat inap dengan menggunakan pendekatan manajemen
keperawatan yaitu melalui fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengawasan dan pengendalian. Salah satu alat penilaian standar asuhan
keperawatan di rumah sakit yaitu pedoman studi dokumentasi asuhan keperawatan
untuk mengetahui kualitas asuhan keperawatan yang dilaksanakan. Adapun
ketetapan hasil yang diharapkan adalah pencapaian rata-rata lebih 86 %.
Permasalahan
yang menyangkut mutu dan kinerja keperawatan dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, salah satu� diantaranya penerapan
fungsi perawat supervisor yang belum optimal. Berdasarkan data Depkes (2008)
menunjukkan hasil pada semua aspek yang dinilai dan pencapaian rata-rata masih
dibawah ketetapan (< 86%). Sehingga masalah pelaksanaan standar asuhan
keperawatan masih rendah. Hal ini terkait juga dengan pelaksanaan pengawasan
perawat supervisor yang belum terlaksana dengan baik, karena belum tersedianya
format pengawasan melalui supervisi langsung maupun tidak langsung.
Hasil
pelaksanaan evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum
Daerah 45 Kuningan Tahun 2010 antara lain : pengkajian keperawatan mencapai
84%, diagnosa keperawatan mencapai 83%, perencanaan keperawatan mencapai 87%,
tindakan keperawatan mencapai 71%, evaluasi keperawatan mencapai 65%, dan
catatan asuhan keperawatan mencapai 84%. Sehingga pencapaian rata-rata standar
asuhan keperawatan baru sebesar 75%. Menurut Depkes RI (2008) minimal
pencapaian studi dokumentasi adalah 86%. Dengan demikian pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kuningan
masih belum maksimal (Komite Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kuningan,
2010).
Berdasarkan
hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis di Ruang Anak RSUD 45 Kuningan
terhadap 10 orang perawat diperoleh data sebanyak 7 responden menyatakan
kadang-kadang melakukan pencatatan keperawatan dan sebanyak 3 orang sering
melakukan pencatatan keperawatan. Dari 6 responden menyatakan alasannya karena
kurangnya motivasi untuk melakukan pencatatan asuhan keperawatan, 2 responden
menyatakan karena kurangnya fungsi pengawasan dari perawat supervisor terhadap
pendokumentasian keperawatan dan 2 responden menyatakan pengisian asuhan
keperawatan tidak berpengaruh terhadap angka kredit fungsional perawat untuk
kenaikan pangkat.�
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan tersebut, penulis merasa tertarik untuk
melaksanakan penelitian tentang �Hubungan Antara Fungsi Perawat Supervisor
dengan Motivasi Kerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah 45 Kuningan.
Metode
Penelitian
Jenis penelitian
ini adalah penelitian studi analitik dengan rancangan cross sectional yaitu untuk melihat hubungan fungsi perawat
supervisor dengan motivasi kerja perawat pelaksana.
Populasi
dalam penelitian ini adalah semua perawat di ruang VIP, ruang bedah, dan ruang
penyakit dalam sebanyak 52 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan
menggunakan teknik total sampling yaitu
pengambilan sampel secara keseluruhan pada responden yaitu berjumlah 52 orang.
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang merupakan suatu
bentuk instrumen pengumpul data yang sangat fleksibel, terperinci, lengkap dan
relatif mudah digunakan, sering juga disebut daftar pertanyaan atau angket (Badriah,
2012:120).
Kuesioner
dalam penelitian ini terbagi dalam beberapa bagian yaitu kuesioner fungsi
perawat supervisor dan variabel motivasi kerja perawat pelaksana.
Analisis yang
digunakan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat,
menggunakan uji statistik Rank Spearman.
Dalam korelasi Rank Spearman, jenis
data yang dikorelasikan adalah data ordinal.
Namun selain
menggunakan analisis seperti yang dijabarkan di atas, peneliti juga menggunakan
dua teknik analisis yang berlainan untuk keperluan yang juga berlainan. Teknik
analisis yang dimaksud adalah teknik analisis univariat dan bivariat. Teknik
univairiat merupakan teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis objek
penelitian secara keseluruhan. Sedangkan teknik bivariate adalah teknik
analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel.
Hasil
dan Pembahasan
A.
Hasil
1.
Analisis
Univariat
Berdasarkan
data yang telah dikumpulkan, distribusi frekuensi fungsi perawat supervisor dan
motivasi kerja perawat pelaksana sebagai berikut:
Tabel
1���
Distribusi���� frekuensi���� Fungsi perawat supervisor
Fungsi
PerawatSupervisor |
Jumlah
(f) |
% |
Baik |
34 |
65,4 |
Kurang Baik |
18 |
34,6 |
Jumlah |
52 |
100 |
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden menjawab baik untuk fungsi perawat supervisor
sebanyak 34 orang (65,4%) dan sebagian kecil responden menjawab kurang baik
sebanyak 18 orang (34,6%).
Tabel
2���
Distribusi���� frekuensi���� Motivasi Kerja Perawat Pelaksana
Motivasi
Kerja Perawat Pelaksana |
Jumlah
(f) |
% |
Baik |
36 |
69.2 |
Kurang Baik |
16 |
30,8 |
Jumlah
|
52 |
100 |
Berdasarkan tabel diatas, dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden menjawab baik untuk motivasi kerja
perawat pelaksana sebanyak 36 orang (69,2%), dan sebagian kecil responden
menjawab kurang baik sebanyak 16 orang (30,8%).
2.
Analisis
Bivariat
Berikut
ini disajikan hasil analisis Rank
Spearman seperti ditunjukkan pada tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3
Hubungan Fungsi Perawat supervisor
dengan Motivasi Kerja Perawat Pelaksana
Fungsi Perawat Supervisor |
Motivasi Kerja |
p
value |
Koefisien Korelasi (r) |
|
Baik |
Kurang Baik |
|||
Baik |
28
(82,4 %) |
6
(17,6 %) |
0,004 |
0,391 |
Kurang
Baik |
8
(44,4%) |
10
(55,6 %) |
||
Jumlah |
36 |
16 |
Dari tabel di atas
peneliti mendapati hubungan fungsi perawat supervisor
dengan motivasi kerja perawat pelaksana cenderung mencolok. Hal tersebut
terlihat saat fungsi perawat supervisor baik
motivasi kerja perawat pelaksana cenderung baik dengan prosentase 82,4%
memiliki motivasi kerja baik dan 17,6% sisanya memiliki motivasi kerja yang
kurang baik. Namun saat fungsi perawat supervisor
kurang baik motivasi kerja perawat pelaksana cenderung kurang baik. Hal
tersebut terlihat dari 55,6% perawat pelaksana memiliki motivasi kerja yang
kurang baik sedang sisanya �yakni 44,4%� memiliki motivasi kerja yang
sebaliknya.
B.
Pembahasan
1.
Fungsi
Perawat Supervisor
Hasil
penelitian menggambarkan bahwa sebagian besar responden menjawab baik untuk
fungsi perawat supervisor sebanyak 34 orang (65,4%), dan sebagian kecil
responden menjawab kurang baik sebanyak 18 orang (34,6%). Berdasarkan hasil
penelitian, penulis berpendapat bahwa fungsi perawat supervisor sangat
bermanfaat. Perawat supervisor sangat diperlukan karena untuk dapat mengawasi
dan memotivasi peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan rekan perawat di
ruangan.�
Hal
ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan menyebutkan bahwa tenaga kesehatan perlu diawasi dan dibina.
Kaitannya dengan hal tersebut, menurut F. Herzberg tentang teori motivasi
disebutkan bahwa salah satu faktor yang memperngaruhi motivasi kerja ditentukan
oleh kualitas supervisi. Selanjutnya, dijelaskan pula bahwa orang tidak mau
bekerja keras disebabkan oleh : supervisi yang lemah, kurangnya motivasi,
kondisi kerja yang jelek, penghargaan prestasi yang kurang, hubungan kerja yang
jelek dan kejenuhan serta kurang informasi tentang tugas dan tanggung jawab dan
kesulitan pribadi.�
Pendapat
lain dikemukakan oleh Nursalam (2003) bahwa untuk mencapai tujuan pelayanan
rumah sakit, khususnya pelayanan keperawatan diperlukan supervisor keperawatan.
Swansburg (1990) dalam Hasibuan (2004) menjelaskan bahwa supervisi adalah suatu
proses kemudahan pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk
menyelesaikan tugas dalam rangka pencapaian tujuan.
Kaitannya
dengan hasil penelitian ini, sebagian besar responden menyatakan fungsi perawat
supervisor termasuk kategori baik. Hal tersebut diketahui dari jawaban
responden yang menjawab perawat supervisor bisa mengembangkan lingkungan kerja
yang kondusif sebanyak 18 responden (34,6%), sebanyak 19 responden menjawab
dengan adanya perawat supervisor mengharapkan keterampilan dan kapasitas kerja
perawat pelaksana dapat digunakan sesuai prosedur (36,5%) serta 15 responden
menjawab bahwa fungsi perawat supervisor dapat memperhatikan sistem
perlindungan kerja (28,9%).�
Menurut
pendapat penulis, fungsi perawat supervisor sangat diperlukan untuk
mengobservasi, membimbing dan mengarahkan perawat pelaksana sehingga tujuan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dapat tercapai. Perawat
supervisor dapat mengevaluasi kondisi kerja yang sedang dihadapi perawat
pelaksana. Dengan demikian upaya menciptakan suasana kerja yang kondusif dapat
memberikan kenyamanan dalam bekerja khususnya bagi perawat pelaksana. Sehingga
perawat dapat dengan leluasa mengaplikasikan keterampilan yang dimiliki dan
meningkatkan kualitas kerja perawat sesuai dengan prosedur pelayanan yang
berlaku.
2.
Motivasi
Kerja Perawat Pelaksana
Hasil
penelitian menggambarkan bahwa sebagian besar responden menjawab baik untuk
motivasi kerja perawat pelaksana sebanyak 36 orang (69,2%), dan sebagian kecil
responden menjawab kurang baik sebanyak 16 orang (30,8%). Berdasarkan hasil
penelitian, penulis berpendapat bahwa motivasi kerja perawat dapat bersifat
internal atau eksternal bagi seorang perawat yang menyebabkan timbulnya sikap
semangat dalam bekerja.�
Hal
ini sesuai dengan pendapat menurut Terry dalam Handoko (2001:82), Motivasi
adalah keinginan yang terdapat pada individu yang merangsangnya untuk melakukan
tindakan. Keinginan dan kegairahan kerja dapat ditingkatkan atas pertimbangan
tentang dua aspek motivasi yang bersifat statis. Aspek statis pertama sebagai
kebutuhan pokok manusia yang menjadi dasar bagi harapan yang akan diperoleh
melalui tujuan organisasi. Aspek statis kedua adalah berupa perangsang atau
insentif yang diharapkan dapat menjadi kebutuhan pokok yang diharapkan.
Pendapat
lain mengenai motivasi kerja antara lain dari pendapat dari Stoner (2003:45),
motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberikan kontribusi pada
tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan,
menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu. Sedangkan
menurut Purwanto (2001:87), motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang
mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama
dalam berperilaku.
Kaitannya
dengan hasil penelitian ini, sebagian besar responden menyatakan motivasi kerja
perawat pelaksana termasuk kategori baik. Hal tersebut diketahui dari jawaban
responden yang menjawab pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan merupakan
bentuk dari dukungan kepada program perawat supervisor sebanyak 23 responden
(44,3%), sebanyak 22 responden menjawab dengan adanya perawat supervisor dapat
meningkatkan semangat kerja perawat (42,3%) serta 7 responden menjawab bahwa
dapat membuka wawasan yang baru (13,5%).�
Menurut
pendapat penulis, motivasi kerja perawat pelaksana harus selalu dipertahankan
bahkan untuk lebih ditingkatkan. Dengan adanya supervisi merupakan suatu bentuk
pengakuan bahwa kinerja perawat sangat diperhatikan. Hal tersebut merupakan azas
pengakuan maksudnya memberikan penghargaan dan pengakuan yang tepat serta wajar
kepada perawat atas prestasi kerja yang dicapainya. Perawat akan bekerja keras
dan semakin rajin, jika mereka terus menerus mendapat pengakuan dan kepuasan
dari usaha-usahanya dalam melaksanakan pelayanan keperawatan.
3.
Hubungan
Antara Fungsi Perawat Supervisor Dengan Motivasi Kerja Perawat Pelaksana di
Instalasi Rawat Inap RSUD �45� Kuningan
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari jumlah 52 responden, terdapat 34 responden
yang menilai fungsi perawat supervisor termasuk baik. Dari jumlah tersebut,
perawat yang memiliki motivasi baik sebanyak 28 orang (82,4%) dan yang memiliki
motivasi kurang baik sebanyak 6 orang (17,6%). Dari jumlah 18 responden yang
menjawab fungsi supervisor termasuk kurang baik, terdiri dari 10 orang termasuk
motivasi kurang (55,6%), dan 8 orang termasuk motivasi baik (44,4%).�
Hasil
uji statistik dengan Spearman�s rho
diperoleh nilai p value 0,004 <
nilai α (0.05) yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara fungsi
perawat supervisor dengan motivasi kerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kuningan Tahun 2012.Dengan demikian hipotesis
yang diajukan dapat dibuktikan dan diterima. Angka koefisien korelasi sebesar
0,391 artinya hubungan antara fungsi perawat supervisor dengan motivasi kerja
perawat pelaksana termasuk hubungan yang cukup.
Fungsi
perawat supervisor sesuai dengan teori yang dikemukakan Nursalam (2002) bahwa
Kegiatan supervisi merupakan salah satu fungsi pokok yang harus dilaksanakan
oleh pengelola (manajer) dari yang terendah, menengah dan atas. Manajer yang
melakukan fungsi supervisi disebut supervisor. Di rumah sakit manajer
keperawatan yang melakukan fungsi supervisi adalah kepala ruang, pengawas
keperawatan, kepala seksi, kepala bidang dan wakil direktur keperawatan. Maka
semua manajer keperawatan perlu mengetahui, memahami dan melaksanakan peran dan
fungsinya sebagai supervisor (Nursalam, 2002).
Penelitian
ini sesuai dengan teori Nawawi (1998) dalam Syahrul (2003:37) mendefenisikan
motivasi sebagai suatu kondisi yang mendorong atau menjadikan seseorang
mengerjakan pekerjaan secara sadar. Sementara pendapat lain mengatakan �motivasi sebagai kemampuan berjuang ke tingkat
yang lebih tinggi menuju tujuan organisasi, dengan syarat tidak mengabaikan
kemampuannya untuk memperoleh kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan.
Pendapat
lain yang mendukung penelitian yaitu pendapat yang dikemukakan oleh Keliat
(2008). Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi
begitu saja, tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan agar peran dan
fungsi supervisi dapat dijalankan dengan tepat.�
Hasil
penelitian menjelaskan bahwa pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan
merupakan bentuk dari dukungan kepada program perawat supervisor (44,3%),
adanya perawat supervisor dapat meningkatkan semangat kerja perawat (42,3%),
dapat membuka wawasan yang baru (13,5%). Data lainnya yang mendukung yaitu
responden yang menjawab perawat supervisor bisa mengembangkan lingkungan kerja
yang kondusif (34,6%), adanya perawat supervisor mengharapkan keterampilan dan
kapasitas kerja perawat pelaksana dapat digunakan sesuai prosedur (36,5%) serta
supervisor dapat memperhatikan sistem perlindungan kerja (28,9%).�
Menurut
pendapat penulis, untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dibentuk sinergitas
antara perawat supervisor dengan perawat pelaksana, serta perlu dukungan
motivasi yang kuat dari dalam diri perawat sebagai ujung tombak pelayanan
keperawatan di rumah sakit. Kaitannya dengan hal tersebut, pelayanan rumah
sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
khususnya pasien dan keluarganya. Untuk itu rumah sakit diharapkan dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai prosedur didukung peran dan fungsi
perawat supervisor dan perawat pelaksana serta unsur lainnya yang terkait.
Dengan
demikian, maka dapat dikatakan peran fungsi perawat supervisor dapat meningkatkan
motivasi kerja rekan-rekannya. Berbagai cara yang dapat dilakukan seorang
supervisor. Cara supervisi yang dilakukan dapat secara langsung dan tidak
langsung. Supervisi langsung dapat dilaksanakan pada saat kegiatan sedang
berlangsung, dimana supervisor terlibat langsung dalam kegiatan agar pengarahan
dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah. Supervisi tidak
langsung dapat dilaksanakan dengan melalui laporan baik tertulis maupun
lisan.�
Kesimpulan
Dari hasil
penelitian dan pembahasan di atas, peneliti mendapati beberapa kesimpulan
seperti berikut:
1.
Hasil penelitian
memberikan gambaran bahwa fungsi perawat supervisor di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kuningan Tahun 2012 dalam menjalankan fungsinya
termasuk kategori baik (65,4%).
2.
Hasil penelitian
memberikan gambaran bahwa motivasi kerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kuningan Tahun 2012 dalam melaksanakan
pelayanan keperawatan termasuk kategori baik (69,2%).�
3.
Berdasarkan hasil uji
statistik dengan Spearman�s rho
diperoleh nilai p value 0,004 <
nilai α (0,05) yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara fungsi
perawat supervisor dengan motivasi kerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kuningan.
BIBLIOGRAFI
Badriah,
DL. 2008. Metodologi Penelitian Ilmu-ilmu Kesehatan. Bandung : Penerbit
Multazam.
Depkes.
2008.Pedoman Uraian Tugas Tenaga Perawat di Rumah Sakit, Tim Depkes RI.
Cetakan 4. Jakarta: Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik.
Handoko,
T, Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi
Kedua. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.
Hasibuan,
Malayu. S.P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Hubber.
2000, A Guide For Nurses Working in Small Rural Hospitals, World Health
Organization, USA.
Ilyas, Yaslis. 2008. Kinerja. Depok : FKM-UI.
Keliat.
2008. Model Praktek Keperawatan Profesional Rumah Sakit. Jakarta: Bina
Rupa
NN.
2010. Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kuningan. Kuningan: Komite
Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kuningan.
Nursalam.
2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi
Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam.
2003. Konsep dan Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Mediaka
Purwanto.
2001, Peranan SDM Rumah Sakit, Graha Karya. Jakarta
Samba.
2005.Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Yogyakarta:
Rajawali Pers
Stoner,
Robbins, Stephen. 2003. Perilaku Organisasi. America : Prentice Hall
Syahrul.
2003.Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Perawat Di Rumah Sakit
Umum Kapuas Tahun 2003. Skripsi. tidak dipublikasikan.