Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 5, No. 7, Juli 2020
STRATEGI
PENGEMBANGAN EKOWISATA HUTAN MANGROVE PANDANSARI KABUPATEN BREBES UNTUK
MENGURANGI KEMISKINAN
Anisa Nur Andina, Siti Barokah,
Oryz Agnu Dian Wulandari, Arista Apriani Girsang dan Rizki Aprilia
Nur Afifah
Universitas AMIKOM Purwokerto
Email:
[email protected],
[email protected], [email protected] [email protected]
dan [email protected]
Abstract
The ecotourism concept promoted by mangrove forest
of Kaliwlingi Village Brebes Regency is considered to be very interesting
especially for the younger generation who not only want to travel but add the
experience and education in it. The development of mangrove forest ecotourism
in Kaliwlingi Village Brebes Regency is carried out seriously in addition to
attracting more tourist as well as reducing poverty.
With the concept of empowering the surrounding community, the ecotourism of mangrove forest in Kaliwlingi Village Brebes
Regency continues to improve in order to become the number one tourist
destination not only in Brebes Regency but Central Java Province. This type or
research is descriptive qualitative research using interview methods and
document studies. The results of research on the strategy of developing
mangrove forest ecoutourism in Kaliwlingi Village Brebes Regency with various
innovations that are proven to reduce poverty and improve the welfare of local
community.
Keywords: Eocotourism; Strength; Poverty
Abstrak
Konsep
ekowisata yang diusung oleh hutan mangrove Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes
dinilai sangat menarik terutama untuk generasi muda yang tidak hanya ingin
berwisata namun juga ingin menambah pengalaman serta pendidikan di dalamnya. Pengembangan ekowisata hutan mangrove Desa Kaliwlingi Kabupaten
Brebes dilakukan dengan serius disamping untuk lebih menarik minat wisatawan
juga untuk mengurangi kemiskinan. Dengan konsep
pemberdayaan masyarakat sekitar, ekowisata hutan mangrove Desa Kaliwlingi
Kabupaten Brebes terus berbenah agar menjadi wisata nomor satu di Kabupaten
Brebes bahkan di Provinsi Jawa Tengah. Jenis
penelitian adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode
wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian tentang
strategi pengembangan ekowisata hutan mangrove Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes
dengan berbagai inovasi yang terbukti bisa mengurangi kemiskinan serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Kata
kunci:
Ekowisata; Kekuatan; Kemiskinan
Pendahuluan
Kabupaten Brebes terletak di bagian
Utara paling Barat Provinsi Jawa Tengah, di antara koordinat 108� 41'37,7"-109�
11'28,92" Bujur Timur dan 6� 44'56'5"-7� 20'51,48 Lintang
Selatan dan berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Jawa Barat. Menurut
data BPS tahun 2016 Kabupaten Brebes mempunyai luas wilayah 166.296 Km2 dan
memiliki jumlah penduduk sekitar 1.881.184 jiwa dengan kepadatan penduduk
rata-rata sekitar 900,4 orang/Km2.
Kabupaten Brebes terletak di bagian barat Provinsi Jawa
Tengah. Wilayah
Kabupaten Brebes terbagi menjadi 3 (tiga) dataran, yaitu wilayah pantai,
wilayah tengah dan dataran tinggi. Kabupaten Brebes
sebagai wilayah terluas kedua di Provinsi Jawa Tengah setelah Kabupaten Cilacap
menjadikan Kabupaten Brebes mempunyai banyak tempat wisata yang tersembunyi dan
belum banyak diketahui oleh masyarakat luas.
Keindahan alam Kabupaten Brebes menjadikan Kabupaten Brebes
sebagai primadona penuh misteri. Dengan keadaan geografis yang meliputi
dataran, pegunungan, lembah hingga pantai dan laut menyimpan potensi pariwisata
yang luar biasa. Kabupaten Brebes bisa disebut sebagai
Golden Triangle Tourism of Brebes
atau segitiga emas pariwisata Brebes. Tiga wisata
unggulan tersebut didukung oleh berbagai daya tarik wisata baik berupa wisata
alam, budaya maupun wisata buatan.
Pariwisata artinya susunan organisasi, baik Pemerintah maupun
swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi, dan pemasaran produk suatu
layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian. Sementara menurut
Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009, pariwisata ialah berbagai macam kegiatan
wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, Pemerintah serta Pemerintah Daerah.
Ekowisata mangrove Pandansari yang terletak di dukuh
Pandansari desa Kaliwlingi Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes semakin
diperhitungkan sebagai kawasan wisata yang menyajikan pemandangan alam yang
indah. Ekowisata
hutan mangrove mulai dibuka untuk umum di tahun 2016 namun mulai menarik
perhatian masyarakat di tahun 2017. Dengan semakin
banyaknya pengunjung maka semakin banyak pula transaksi ekonomi yang terjadi
disana.
Mangrove merupakan jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan
yang hidup di daerah perairan yang pasang surut. Hutan yang ditumbuhi
mangrove sering disebut sebagai hutan bakau atau hutan payau. Disebut hutan bakau karena vegetasinya didominasi jenis bakau dan
disebut hutan payau karena hutannya tumbuh diatas tanah yang selalu tergenang
oleh air payau.
Dalam ekologi tumbuhan, mangrove digunakan untuk semak dan
pohon yang tumbuh di daerah intertidal dan subtidal dangkal di rawa pasang
tropika dan subtropika. Tumbuhan ini umumnya selalu hijau dan bisa mempunyai nilai
ekonomis, industri maupun pariwisata.
Dengan
dukungan berbagai elemen seperti pariwisata, kelautan dan perikanan, lingkungan
hidup, kehutanan, pekerjaan umum serta instansi lainnya saat ini telah terwujud
kawasan wisata yang memiliki daya tarik wisata tersendiri dan lain dari yang
lain. Desa wisata Mangrove Pandansari menarik minat pengunjung tidak hanya dari
Kabupaten Brebes namun juga dari beberapa kota besar
seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang dan banyak yang lainnya.
Awalnya penduduk desa Kaliwlingi sebagian besar berprofesi
sebagai nelayan tambak karena wilayah mereka berada di pesisir pantai. Pada saat itu, tambak
menjadi idola karena sangat menguntungkan dan penduduk menggantungkan hidup
mereka dari tambak namun setelah beberapa tahun berjalan, abrasi atau kikisan
air laut tidak bisa dihindari. Perlahan tambak milik
penduduk digenangi air laut sampai tambak tidak bisa lagi beroperasi. Sampai akhirnya ada inisiatif untuk menanam mangrove untuk
mengurangi abrasi.
Upaya penataan dan pengembangan ekowisata mangrove Desa
Kaliwlingi Kabupaten Brebes ini merupakan sebuah terobosan untuk mengembangkan
pariwisata yang terdapat di Kabupaten Brebes. Pengembangan ekowisata
mangrove Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes diharapkan tak hanya meningkatkan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar namun juga dapat meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Brebes.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Moleong
mengatakan penelitian kualitatif adalah penelitian untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (Moleong, 2017). Sedangkan deskriptif kualitatif menurut
Mukhtar adalah penelitian yang mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang
ada yaitu keadaan dan gejala pada saat penelitian dilakukan (Mukhtar &
Pd, 2013). Deskriptif kualitatif
melihat keadaan di lapangan pada saat penelitian berlangsung sehingga
memudahkan peneliti untuk memperoleh data yang sesuai dengan kenyataan. Tujuan
dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang terjadi
di lapangan serta hubungan antar fenomena yang sedang diselidiki.
Untuk pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara dan studi dokumen.
Wawancara dilakukan secara terus menerus dengan narasumber
supaya didapatkan hasil yang maksimal. Selain
menggunakan wawancara, dilakukan juga observasi. Menurut Arifin
observasi adalah proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,
objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Observasi dilakukan secara berkala untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Zainal, 2011).
Selain menggunakan
wawancara, pengumpulan data dalam penelitian ini juga menggunakan studi dokumen
sebagai bahan triangulasi untuk mengecek keabsahan data.
O�Leary mengatakan dalam hal ini, peneliti memperlakukan dokumen seperti
informan yang memberikan informasi yang relevan kepada peneliti (O�Leary, 2014). Peneliti �mengajukan� pertanyaan kemudian mencari jawaban dalam
dokumen. Teknik lain adalah mencatat kejadian,
atau analisis konten, di mana peneliti mengukur penggunaan kata, frasa dan
konsep tertentu. Pada dasarnya, peneliti menentukan apa
yang sedang dicari, kemudian mendokumentasikan dan mengatur frekuensi dan
jumlah kejadian dalam dokumen.
Hasil
dan Pembahasan
1. Pengertian dan Manfaat Ekowisata
Konsep
ekowisata menurut The International
Ecotourism Society (2015) adalah perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah-daerah
alami yang melestarikan lingkungan, menopang kesejahteraan masyarakat setempat,
melibatkan interprestasi serta pendidikan lingkungan hidup (Society, 2015).
Sementara
menurut (Nugroho, 2011) ekowisata
merupakan suatu perjalanan wisata yang bertanggung jawab pada kelestarian alam,
budaya serta memuat unsur-unsur edukasi. Dalam hal ini kita
perlu menggaris bawahi tentang konsep ekowisata sebagai perjalanan yang
bertanggung jawab sehingga sebagai pengelola maupun pengunjung, ekowisata tidak
lepas dari upaya pelestarian lingkungan.
Beberapa
aspek yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan ekowisata adalah:
a. Menerapkan
pola wisata ramah lingkungan
b. Menerapkan
pola wisata ramah budaya dan adat setempat
c. Memberikan
dampak secara langsung terhadap peningkatan perekonomian masyarakat setempat
d. Mendapatkan
dukungan dari berbagai pihak terkait
e. Menjaga
keharmonisan dengan alam
Manfaat
ekowisata berdampak pada berbagai aspek. Manfaat
tersebut meliputi :
a. Konservasi.
Keterkaitan ekoturisme dengan satwa asli daerah tersebut sangat erat. Ikan
glodok contohnya. Ikan glodok adalah ikan yang bentuk badannya hampir seperti
lele atau ikan gabus. Ikan glodok hidup di perairan tropis dan subtropis,
mereka hidup di tanah berlumpur, muara atau rawa mangrove. ikan
glodok di lindungi dan pengunjung dilarang untuk mengambil ikan glodok
tersebut.
b. Pemberdayaan
ekonomi. Ekoturisme melibatkan masyarakat lokal berarti harus bisa meningkatkan
kapasitas dan kesempatan kerja masyarakat lokal. Hal ini sudah terbukti di
Ekowisata hutan mangrove Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes karena di lokasi ini
sudah memberdayakan masyarakat lokal untuk berkarya baik dengan produk kuliner
maupun kerajinan tangan.
c. Pendidikan
lingkungan. Ekowisata hutan mangrove Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes juga menyediakan
pendidikan lingkungan. Pendidikan merawat lingkungan harus ditanamkan sejak
dini oleh karena itu banyak sekolah yang mengadakan kunjungan ke hutan mangrove
Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes ini.
2. Kondisi Internal
Mangrove
Pandansari terletak di Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah.
Mata pencaharian utama masyarakat Desa Kaliwlingi adalah
nelayan. Pada awalnya mereka menggantungkan hidup dari
upaya budidaya ikan, kepiting, hingga udang. Eksploitasi
besar-besaran yang terjadi menimbulkan dampak ekosistem alam terganggu sehingga
menyebabkan abrasi. Selebihnya adalah petani dan
pedagang. Potensi produk dan daya tarik desa wisata
mangrove Pandansari adalah modal dasar yang sangat penting untuk mendatangkan
wisatawan.
Selain
hutan mangrove, keindahan alam juga terlihat pada pulau pasir.
Pulau pasir yang disebut oleh masyarakat sekitar tersebut sejatinya adalah
tanah timbul berupa pasir laut dan berjarak sekitar 1,5
kilometer dari permukiman warga. Pulau pasir ini dapat
terlihat saat air laut surut dan tenggelam kembali saat air laut pasang,
keunikan inilah yang menjadi daya tarik tersendiri. Amanah
mengatakan pembangunan di kawasan pesisir tidak lepas dari daya dukung
lingkungan. Rendahnya taraf hidup masyarakat pesisir dan akses yang
terbatas akan asset dan sumber-sumber pembiayaan bagi kehidupan pelayan
merupakan persoalan utama yang dijumpai di kawasan pesisir (Amanah, 2010).
Dalam
rangka peningkatan daya tarik wisata di ekowisata hutan mangrove Desa
Kaliwlingi Kabupaten Brebes, masyarakat dan Pemerintah terus melakukan inovasi
agar pengunjung yang datang merasakan puas dan diharapkan untuk datang kembali
di kemudian hari.
3. Promosi melalui media sosial
Fasilitas
umum yang ditawarkan pada ekowisata ini bertujuan untuk memperlancar kegiatan
wisata. Secara umum ketersediaan fasilitas pendukung ini
antara lain masjid, tempat makan, mushola, kamar mandi, lapangan parkir yang
luas, sampai counter
untuk mengisi pulsa. Selain itu disediakan pula perahu untuk menuju trekking
mangrove sebanyak 10 buah yang bisa digunakan wisatawan hanya dengan membayar
dua puluh ribu pada hari biasa dan dua puluh lima ribu rupiah pada hari libur
nasional.
Dalam
penelitian mereka, Leung dan kawan-kawan (2013) menunjukkan peran kunci media
sosial dalam keputusan perjalanan. Mereka sadar bahwa
konsumen umumnya menggunakan media sosial selama fase penelitian dari proses
perencanaan perjalanan mereka (Leung, Law, Van Hoof, & Buhalis, 2013). Oleh karena itu fasilitas umum harus terus ditingkatkan agar
pengunjung yang datang senang dan bisa membagikan pengalaman mereka melalui
media sosial. Hal itu menjadi semacam promosi gratis
untuk obyek wisata. Di masa depan, pariwisata berorientasi internet akan
menggunakan teknologi terintegrasi pelanggan yang lebih umum yang memungkinkan
untuk berinteraksi dengan pengunjung secara interaktif (Buhalis, Leung, & Law, 2011).
Pengunjung
disediakan akses informasi pada obyek wisata oleh pengelola sehingga pengunjung
tidak akan kesulitan saat berada di obyek wisata.
Fasilitas pendukung juga dibagikan melalui sosial media sehingga pengunjung
bisa lebih memahami apa saja yang terdapat pada obyek
wisata hutan mangrove Pandansari tersebut. Pengunjung dapat
mengakses informasi yang dapat dipercaya melalui sosial media dari sesama
pengunjung. Selama proses pencarian informasi, pengunjung semakin
mengandalkan tentang pengalaman wisata wisatawan lain yang dapat mengurangi
ketidakpastian oleh karena itu pencarian informasi melalui sosial media karena
media sosial merupakan tempat orang berinteraksi secara bebas dan mudah untuk
bertukar informasi (Fotis, Buhalis, & Rossides, 2012).
Penelitian
yang dilakukan oleh (Gretzel & Fesenmaier, 2016) menunjukkan
bahwa hubungan yang dibentuk melalui media sosial dengan obyek wisata berfokus
pada informasi dan mengekspresikan keterikatan emosional. Perbedaan
seperti itu harus diakui dan diperhitungkan saat memutuskan strategi pemasaran.
Sigala,
dkk (2012) membedakan antara tinggi rendahnya saluran promosi yang tersedia.
Semakin banyak tautan media sosial dan semakin seringnya pengunjung melakukan
posting pada media sosial membuat sinergi yang baik untuk mendapatkan target
pasar yang lebih (Sigala, Christou, & Gretzel, 2012).
4. Daya Tarik Ekowisata Hutan Mangrove
Pandansari
Tabel 1 Daya Tarik Ekowisata Hutan
Mangrove Pandansari
Daya Tarik
Wisata |
Keterangan |
||
a.
Daya tarik wisata alam |
1.
Hutan mangrove 2.
Satwa burung dan ikan glodok 3.
Pembibitan mangrove 4.
Pulau pasir 5.
Olahraga air 6.
Pemancingan ikan 7.
Batik mangrove |
|
|
b.
Daya tarik wisata budaya |
1.
Rajah Bumi 2.
Merti Bumi 3.
Sedekah Laut 4.
Calung 5.
Sintren 6.
Burok |
|
|
c.
Daya tarik wisata religi |
1.
Petilasan Mbah Pandan 2.
Sumur dalem Demang Sapingi 3.
Ritual Dewi Lanjar dan Rantam Sari 4.
Kungkum pesisir Pandansari 5.
Ujung Kitiran |
|
|
d.
Daya tarik wisata kuliner |
1.
Kuliner laut ikan, udang, kerang 2.
Kue mangrove 3.
Jipang dan legram 4.
Opak singkong |
|
|
5. Dukungan Kuat dari Masyarakat
Berdasarkan
hasil wawancara dan observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan
bahwa rata-rata masyarakat Desa Kaliwlingi mendukung penuh pembentukan Desa
Wisata terutama dari pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata).
Pokdarwis adalah lembaga yang didirikan warga yang anggotanya
terdiri dari para pelaku kepariwisataan yang memiliki kepedulian dan tanggung
jawab serta berperan sebagai penggerak untuk menciptakan iklim yang kondusif
bagi perkembangan pariwisata di wilayah desa mereka serta mewujudkan sapta
pesona.
Muljadi
(2014) mengatakan bahwa masyarakat merupakan pelaku aktif dalam kegiatan
kepariwisataan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
kepariwisataan merupakan aktualisasi dari sistem ekonomi kerakyatan yang
merupakan kegiatan seluruh lapisan masyarakat Indonesia sebagai sumber ekonomi
kreatif masyarakat (Muljadi, 2014).
Harsono
dan rekan (2019) mengatakan pembinaan yang intensif, sumber daya manusia yang
ada dapat didorong untuk terlibat aktif dalam pembentukan kampong wisata
sehingga usia produktif bisa ikut memanfaatkan potensi dan membangun desa tanpa
perlu mencari pekerjaan di luar kota (Harsono & Suhandi, 2019).
Desa
Kaliwlingi saat ini lebih dikenal masyarakat luas karena memanfaatkan sosial
media sebagai tempat untuk promosi. Tidak
hanya melalui Facebook tetapi juga Instagram. Secara
berkala Instagram Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Brebes memposting
tempat-tempat wisata yang terdapat di Kabupaten Brebes. Melalui sosial
media juga masyarakat luas mengetahui tentang event yang akan dilaksanakan di obyek
wisata.
Ekowisata
hutan mangrove Pandansari Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes menawarkan banyak
spot selfie yang kekinian untuk
digunakan oleh anak-anak muda. Dengan adanya spot selfie ini, anak-anak muda diharapkan bisa memposting kunjungan
mereka ke obyek wisata di sosial media mereka masing-masing. Ini
digunakan sebagai promosi gratis karena sosial media memberikan efek yang luar
biasa dalam peningkatan kunjungan wisatawan.
Pengelola
melakukan perubahan spot selfie secara
berkala dengan tujuan pengunjung tidak bosan karena spot selfie yang selalu baru
maka akan menarik baik pengunjung lama maupun
pengunjung baru yang penasaran dengan hal tersebut. Disamping
itu banyaknya warga yang sudah menggunakan sosial media dan sering memposting tentang
keindahan hutan mangrove Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes membuat minat
pengunjung menjadi meningkat.
Hidayah
(2013) mengatakan dibutuhkan peran aktif masyarakat pada keseluruhan proses
pembagunan sehingga akan tercipta sinergi yang baik antara masyarakat dengan
Pemerintah serta kalangan yang berpartisipasi (Hidayah, 2013).
6. Tingkat Kemiskinan Berkurang
Ekowisata
hutan mangrove Pandansari Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes ini telah memberikan
manfaat yang besar bagi warga desa terutama dalam hal infrastruktur dan
ekonomi. Infrastruktur menjadi
jauh lebih baik, akses jalan menuju kawasan ekowisata pun sudah jauh lebih
mudah dibandingkan sebelum adanya obyek wisata. Ekonomi
warga desa menjadi lebih baik dari yang awalnya hanya petani dan nelayan
sekarang banyak yang beralih menjadi pekerja di obyek wisata.
Warung-warung
yang tersedia di obyek wisata juga milik warga lokal.
Mereka tidak mengizinkan pendatang atau orang asing untuk
berjualan karena mereka ingin mengkaryakan warga lokal terlebih dahulu. Kesejahteraan warga Desa Kaliwlingi sangat diperhatikan dengan baik
sehingga tercipta sinergi sehingga semakin banyak yang tertarik untuk berkunjung.
Warga Desa Kaliwlingi sangat terbantu dengan adanya ekowisata
hutan mangrove karena mereka bisa mendapatkan tambahan penghasilan selain dari
melaut dan bertani.
Kerajinan
khas Desa Kaliwlingi menjadi daya tarik wisata yang tidak ditemukan di tempat lain membuat warga lokal berbondong-bondong untuk berkarya. Batik mangrove contohnya, batik ini menjadi batik khas yang hanya
ada di desa Kaliwlingi. Batik ini mempunyai corak
mangrove khas pesisir dengan pewarna alami menggunakan tinta dari bahan mangrove.
Batik
mangrove merupakan salah satu bentuk kearifan budaya lokal.
Memanfaatkan mangrove yang sudah mati untuk dijadikan tinta
menjadikan batik mangrove sebagai batik alami yang ramah lingkungan karna tidak
memakai bahan sintetis. Proses pembuatan batik mangrove yang memakan
waktu lima hingga tujuh hari menyebabkan batik ini
sangat diminati oleh pengunjung karena keunikannya. Batik mangrove dikenal unik
karena motifnya yang berbeda dengan motif batik yang tidak bisa ditemukan di
tempat lain. Selain batik mangrove, terdapat juga kerajinan
dari bahan kulit kerang.
7. Peluang
Masyarakat
dan Pemerintah Kabupaten terus berusaha untuk meningkatkan kualitas ekowisata hutan
mangrove Desa Kaliwlingi supaya semakin banyak pengunjung yang datang untuk
berwisata. Pada tahun 2018 tercatat sekitar enam
ribu orang datang berkunjung setiap harinya pada musim libur lebaran sementara
pada tahun 2019 tercatat sepuluh ribu orang datang berkunjung setiap harinya
pada musim libur lebaran. Pada hari minggu bisa tercatat sekitar
seribu orang datang berkunjung.
Dengan
banyaknya spot selfie yang ditawarkan
serta pemandangan yang indah bahkan menarik pasangan untuk melakukan sesi foto pre-wedding disana. Hal ini tentu saja
menjadi peluang yang baik untuk pengelola supaya bisa menyediakan lebih banyak
spot selfie yang menarik terutama
untuk pasangan dan keluarga. �
Seiring
dengan perkembangan Ekowisata hutan mangrove Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes yang
sangat pesat serta peningkatan jumlah kunjungan wisatawan menjadi catatan tersendiri
bagi seluruh pengelola maupun instansi Pemerintah, pihak swasta dan pokdarwis
agar semakin berbenah menjadikan sapta pesona menjadi kunci utama dalam
pengembangan kepariwisataan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah
diuraikan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pertama,
pengembangan yang dilakukan oleh ekowisata hutan mangrove Desa Kaliwlingi
Kabupaten Brebes semakin menuai hasil yang baik terlihat dari semakin banyaknya
pengunjung yang datang baik di akhir pekan, hari biasa terlebih pada musim
liburan. Pihak pengurus
ekowisata hutan mangrove Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes gencar melakukan
promosi di media sosial dan mengganti suasana ekowisata hutan mangrove Desa
Kaliwlingi Kabupaten Brebes secara berkala supaya masyarakat yang datang tidak
bosan pada kunjungan berikutnya.
Kedua,
meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar karena ekowisata hutan mangrove
Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes ini hanya memberdayakan masyarakat sekitar
untuk berjualan di ekowisata hutan mangrove Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes.
Ketiga, upaya
pemberdayaan masyarakat sekitar melalui pembuatan makanan khas serta produk
khas ekowisata hutan mangrove Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes yang tidak bisa
ditemukan di tempat lain seperti batik mangrove.
Dengan adanya ekowisata hutan mangrove
Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes yang terus melakukan inovasi, diharapkan
pengunjung akan terus datang dan tidak merasa bosan
hal ini bisa lebih meningkatkan perekonomian warga.
BIBLIOGRAFI
Amanah, Siti. (2010). Peran komunikasi pembangunan
dalam pemberdayaan masyarakat pesisir. Jurnal KMP (Jurnal Komunikasi
Pembangunan), 8(1).
Buhalis, Dimitrios, Leung, Daniel, & Law, Rob. (2011).
eTourism: critical information and communication technologies for tourism
destinations. Destination Marketing and Management: Theories and
Applications, 2011, 205�224.
Fotis, John N., Buhalis, Dimitrios, & Rossides, Nicos.
(2012). Social media use and impact during the holiday travel planning
process. Springer-Verlag.
Gretzel, Ulrike, & Fesenmaier, Daniel R. (2016). Customer
relations 2.0�implications for destination marketing.
Harsono, Pramudi, & Suhandi, Suhandi. (2019). Strategi
Pengembangan Kampung Wisata Untuk Mengurangi Urbanisasi (Studi Kasus Kampung
Cinyurup Kelurahan Juhut Kecamatan Karangtanjung Kabupaten Pandeglang). Jurnal
Manajemen STIE Muhammadiyah Palopo, 5(2).
Hidayah, R. D. (2013). Pemberdayaan Masyarakat Untuk
Memajukan Desa Wisata Pentingsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah
Istimewa Yogyakarta.[Internet].[diunduh pada 26 desember 2017]. Dapat
Diunduh Dari: Http://Eprints. Uny. Ac. Id/18096.
Leung, Daniel, Law, Rob, Van Hoof, Hubert, & Buhalis,
Dimitrios. (2013). Social media in tourism and hospitality: A literature
review. Journal of Travel & Tourism Marketing, 30(1�2), 3�22.
Moleong, Lexy J. (2017). Metode Penelitian Kualitatif,
cetakan ke-36. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Mukhtar, P. D., & Pd, M. (2013). Metode Praktis Penelitian
Deskriptif Kualitatif. Jakarta: GP Press Group.
Muljadi, A. J. (2014). Kepariwisataan Dan Perjalanan.
Bandung: Rajawali Pers.
Nugroho, Iwan. (2011). Ekowisata dan pembangunan
berkelanjutan. Pustaka Pelajar.
O�Leary, Z. (2014). Primary data: Surveys, interviews and
observation. The Essential Guide to Doing Your Research Project, 201�216.
Sigala, Marianna, Christou, Evangelos, & Gretzel, Ulrike.
(2012). Social media in travel, tourism and hospitality: Theory, practice
and cases. Ashgate Publishing, Ltd.
Society, The International Ecotourism. (2015). TIES Announces
Ecotourism Principles Revision. Retrieved from
http://www.ecotourism.org/news/tiesannounces-ecotourism-principles-revision
Zainal, Arifin. (2011). Evaluasi Pembelajaran Prinsip,
Teknik, Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.