Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN
: 2548-1398
Vol.
5, No. 8 Agustus 2020
STUDI EKSPERIMENTAL DAN ANALISIS ELEMEN
RANGKA ATAP BAJA RINGAN KOMPOSIT APLUS CASTING PLASTER PADA BATANG TEKAN
Cahyadi dan Resmi Bestari
Muin �
Magister Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana Jakarta, Indonesia
Email: [email protected] dan [email protected]
Abstract
Bending is a phenomenon that occurs when the rod gains a compressive
force. Bending needs to be avoided to prevent failure of the building
structure. The cold-formed steel roof frame is one of the building structures
that has a high risk of buckling, which is caused by a very thin material. One
alternative to increase the bending of mild steel frames is the incorporation
of new materials or what is called composite materials. Aplus
casting plaster is an alternative additional material that can increase the
rod's strength against bending. The ingredients in this material are calcium
sulfate hemihydrate and crystalline silica. This material can be obtained in
the market as a material for making ceiling trim. In this study, we want to
determine the maximum load and the pattern of failure of composite and
non-composite rod elements on mild steel frames. The number of samples of each
of the 18 composite and non-composite rod elements with rod element lengths is
400mm, 600mm, 800mm, 1000mm, 1200mm, and 1400mm respectively. The analytical method
uses SNI 7971-2013 for non-composite materials and SNI 1729-2015 for composite
materials, while the experimental method is carried out by using a compressive
test using a UTM (Universal Testing Material) tool with gradual loading until
the rod elements collapse. The results showed that composite rod elements had
higher strength than non-composite rod elements between 48.35% to 86.32 %
with a failure pattern that occurred bending for all
non-composite rod elements and local bending of some composite rod elements
except for the length of the rod elements. 1200mm and 1400mm occur bending.
Keywords: �Experimental
& Analytical; Composite Mild Steel SNI
7971-2013;
������ SNI 1729-2015
Abstrak
Tekuk merupakan fenomena yang terjadi jika batang
memperoleh gaya tekan. Tekuk perlu
dihindari agar tidak terjadi kegagalan struktur bangunan. Rangka atap baja ringan merupakan salah satu struktur bangunan
yang beresiko tinggi terjadinya tekuk, yang disebabkan karena material yang sangat tipis. Salah satu alternatif untuk meningkatkan tekuk pada rangka baja ringan
adalah penggabungan
material baru atau yang disebut material komposit. Aplus casting plaster salah satu alternatif material tambahan yang
bisa meningkatkan batang kuat terhadap
tekuk. Kandungan bahan yang ada pada material tersebut adalah calcium sulfate hemihidrate
dan cristaline silica. Material ini
bisa diperoleh dipasaran sebagai bahan pembuatan lis plafon. Pada penelitian ini ingin mengetahui beban maksimum dan pola keruntuhan elemen batang komposit
dan non komposit pada rangka
baja ringan. Jumlah sample masing-masing 18 elemen batang komposit
dan non komposit dengan panjang elemen batang
Kata kunci: Eksperimental
& Analisis; Baja Ringan
Komposit, SNI
7971-2013;
SNI 1729-2015
Pendahuluan
Material baja
ringan memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan material kayu. Kelebihan yang dimiliki baja ringan
diantaranya anti rayap, tahan api, pengerjaan
cepat, material mudah dibentuk sesuai keinginan, memiliki bobot yang ringan, tahan cuaca, ramah
lingkungan dan masih banyak kelebihan yang lainnya. Kelebihan tersebut menjadi daya tarik masyarakat
untuk menggunakannya sebagai bahan bangunan
rangka penutup atap yang menjadi tren saat
ini. Struktur atap baja ringan merupakan
struktur alternatif pengganti baja konvensional karena lebih ekonomis dan mudah diperoleh (Apriani,
2019).
Perlu menjadi
perhatian baja ringan memiliki kelemahan antara lain terjadi tekuk jika
beban tekan bekerja melebihi batas kekuatannya. Tekuk menjadi sebuah
fenomena bagi material konstruksi khususnya pada struktur yang langsing dan penampang yang tipis. Umumnya tekuk merupakan fenomena struktur yang harus dihindari. Tekuk terjadi ketika
keseimbangan struktur berada dalam ketidak-stabilan
yang bisa dibarengi dengan leleh atau
tidaknya material baja. Dua jenis tekuk
yang sering terjadi pada baja ringan adalah
tekuk lokal dan tekuk global yang antara lain dipengaruhi oleh faktor penampang atau geometri. Tekuk global yang diikuti dengan tekuk distorsional terjadi mulai dari
angka kelangsungan batang (ƛ) sebesar 100 (Deskarta,
2018). �Beban kritis buckling
(tekuk) dapat diprediksi dengan menghitung nilai-nilai eigen (eigenvalues)
struktur berdasarkan data propertis dan kondisi tumpuan yang ditentukan (Sumirin,
2014). Tekuk
lokal merupakan kegagalan yang sering terjadi untuk elemen
tekan baja ringan walaupun diberi pengaku (Aidil
Fitrah, Ridho dan Herman, 2019).
Penambahan kapasitas
tekan batang dipengaruhi Panjang tekuk kritis yang berkurang akibat penambahan pengaku, sedangkan cara menempatkan pengaku tidak memberikan
pengaruh selama panjang tekuk kritis
sama (Sandjaya
& Suryoatmono, 2018). Baja ringan
memiliki beberapa fenomena keruntuhan, diantaranya terjadinya kerutan atau tekuk
yang diamati pada batang tekan dan berlangsung secara tiba-tiba dan sangat berbahaya (Stevens,
Denny dan Tedianto, 2018), terjadinya
distorsi dari penampang yang ditandai oleh gerakan di garis lipatan (Stevens,
Denny dan Tedianto, 2018). Sedangkan
Pola Keruntuhan yang terjadi
pada rangka tipe Pratt dan
Howe dengan bentang teoritis 12 m dan 24 m adalah tekuk lentur (Sucipta,
Saggaff, & Muliawan, 2013). Secara umum
disimpulkan bahwa baja ringan dapat
digunakan sebagai elemen struktur tetapi harus diwaspadai
adanya kecenderungan desain yang ramping dan rentan terhadap kegagalan stabilitas atau tekuk terhadap keseluruhan kolom, baik berupa tekuk
torsi maupun tekuk lentur-torsi juga pola tekuk baik tekuk
lokal dan tekuk distorsi (Stevens,
Denny dan Tedianto, 2018). Berdasarkan
beberapa masalah yang terjadi pada baja ringan harus dilakukan
perkuatan dengan melakukan penggabungan dua material agar mampu menahan beban tekan
sebagai penyebab terjadinya tekuk pada elemen rangka atap. Pengelolaan dari rantai pasok baja
yang baik dapat membantu pemerintah untuk mengelola komoditas yang utamadan signifikan, serta mengidentifikasi kebutuhan koordinasi antar Kementrian terkait dengan rencana pengembanganindustri pendukung
pada sektor konstruks (Andreas
& Abduh, 2013). Batang
komposit merupakan salah satu alternatif agar batang mampu meningkatkan
kekuatan batang terhadap tekuk. Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari gabungan dari
dua atau lebih material sehingga dihasilkan material yang mempunyai
sifat mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material pembentuknya. Struktur komposit merupakan penggabungan dua jenis material sebagai upaya memanfaatkan
kelebihan dari masing-masing material untuk menciptakan struktur yang kuat dan efisien (Hayu,Gati A., Ahmad M.A., 2019).
Pada penelitian sebelumnya dengan material komposit yang berbeda bahwa baja
ringan komposit kayu laminasi dapat
meningkatkan kekuatan batang tekan (Irawati, Awaludin, & Sebastian, 2017), dari hasil analisis
kuda kuda baja ringan komposit
kayu laminasi lebih kuat dibandingkan
kuda kuda tanpa pengisi (Rahmawati & Isnantyo, 2019). struktur kuda-kuda memiliki kapasitas beban sebesar 480 kg dan lendutan di tengah bentang sebesar 23,3 mm untuk profil C tunggal. Pengujian dengan menggunakan profil C ganda di dapat hasil yang berbeda. Kapasitas beban maksimumnya sebesar 735 kg dengan lendutan di tengah bentang sebesar 24,74 mm dimana lendutan di ukur pada puncak kuda-kuda (Yusuf & Elvira, 2014). Setiap material memiliki keunggulan dan kemampuan dalam merespon kinerja struktur. Struktur komposit dalam penerapannya akan mengasumsikan bahwa setiap material yang tersusun akan bekerja
sama untuk memikul kinerja struktur tersebut. Kenaikan beban tekan cukup signifikan
yaitu sekitar 1,4 - 6,7 waktu anggota non-komposit. Peningkatan beban tekan terendah
berhubungan dengan kompresi anggota dengan panjang anggota tertinggi (Awaludin, Rachmawati, Aryati, & Danastri, 2015). Baja ringan komposit aplus casting plaster merupakan
salah satu alternatif komposit lain yang mampu meningkatkan kekuatan elemen rangka atap baja ringan terhadap
tekuk serta mudah memperoleh bahan dan pembuatannya. Model komposit ini merupakan
hal yang baru yang belum diteliti oleh peneliti sebelumnya.
Keterbaruan
pada penelitian ini komposit baja ringan
aplus casting plaster mampu
mereduksi biaya pemasangan baja ringan dengan jarak
antar kuda kuda 1.5 meter, jarak antar kuda kuda
ini melebihi dari yang biasa digunakan dilapangan. Jarak antara kuda kuda
yang biasa ditemukan dilapangan antara 1 meter sampai dengan
1.2 meter. Hasil perhitungan desain
struktur kuda-kuda baja ringan diperoleh
desain profil Batang bawah menggunakan
profil C81.72 (tebal 0,7
mm), batang diagonal dan batang
vertical menggunakan profil
C81.100 (tebal 1 mm) dan batang
bawah menggunakan profil C100.100 (tebal 1 mm). Sambungan baja menggunakan sekrup SDS (self drilling screw) 12-14x20 dengan df = 5,3 mm (Syamsudin, Susanti, & Istiono, 2018). �Pada penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui beban maksimum
Metode Penelitian
Pada penelitian studi analisis akan
dilakukan desain elemen batang non komposit dengan menggunakan SNI 7971-2013
dan komposit menggunakan SNI 1729-2015, pada penelitian ini
akan dianalisis secara detail menggunakan standar diatas, dari 18 sampel non komposit dan 18 sampel komposit dengan panjang elemen batang
Hasil dan Pembahasan
Setelah dilakukan penelitian pada elemen rangka atap baja ringan melalui
analisis dan eksperimental maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1 Rekapitulasi hasil penelitian
Panjang
Batang �( ( mm ) |
Beban� Maksimum��
( |
|||
Hasil Experimen |
Hasil Analisis |
|||
Non Komposit (N) |
Komposit (N) |
Non Komposit (N) |
Komposit (N) |
|
400 |
20920 |
38930 |
33587.16 |
39235.06 |
600 |
18820 |
34850 |
32410.71 |
36150.93 |
800 |
19590 |
36060 |
31274.82 |
32236.11 |
1000 |
16790 |
39150 |
30179.50 |
27819.15 |
1200 |
14580 |
21630 |
29122.10 |
23233.96 |
1400 |
13670 |
25470 |
28102.63 |
18779.35 |
1. Berdasarkan
analisis dan eksperimen beban maksimum
Tabel 2 Rasio beban maksimum
batang non komposit
Panjang Batang ( ( mm ) |
Beban Maksimum |
Rasio ( |
|
Analisis ( N ) |
Eksperimen ( N ) |
||
400 |
33587.16 |
20920 |
0.62 |
600 |
32410.71 |
18820 |
0.58 |
800 |
31274.82 |
19590 |
0.62 |
1000 |
30179.50 |
16790 |
0.56 |
1200 |
29122.10 |
14580 |
0.50 |
1400 |
28102.63 |
13670 |
0.48 |
2.
Berdasarkan analisis
dan eksperimen beban maksimum
Tabel 3 Rasio beban
maksimum
batang komposit
Panjang Batang �( ( mm ) |
Beban Maksimum |
Rasio ( |
|
Analisis ( N ) |
Eksperimen ( N ) |
||
400 |
39235.06 |
38930 |
0.99 |
600 |
36150.93 |
34850 |
0.96 |
800 |
32236.11 |
36060 |
1.12 |
1000 |
27819.15 |
39150 |
1.41 |
1200 |
23233.96 |
21630 |
0.93 |
1400 |
18779.35 |
25470 |
1.35 |
3.
Berdasarkan eksperimen beban maksimum
Tabel 4 Selisih beban
maksimum
batang
non komposit dan komposit
Panjang Batang �( ( mm ) |
Beban Maksimum �(N) |
Selisih (N) |
Perbedaan (%) |
|
Non komposit |
Komposit |
|||
400 |
20920 |
38930 |
18010 |
86.09 |
600 |
18820 |
34850 |
16030 |
85.17 |
800 |
19590 |
36060 |
16470 |
84.01 |
1000 |
16790 |
39150 |
22360 |
75.09 |
1200 |
14580 |
21630 |
7050 |
48.35 |
1400 |
13500 |
25470 |
11800 |
86.32 |
4.
Pola keruntuhan yang terjadi pada batang non komposit rata rata terjadi tekuk lentur, dimana batang mengalami kerusakan pada bagian tengah batang dengan
rusaknya flens, lips dan
web batang, yang selanjutnya
batang terjadi tekuk sebelum batang
leleh. Sementara pada batang komposit
rata rata terjadi tekuk lokal, tekuk yang diawali dengan rusaknya batang pada bagian flens dan lips di bagian ujung yang lebih dahulu meleleh sebelum terjadi tekuk, kecuali pada (
Tabel 5 Pola keruntuhan �hasil eksperimental
batang
non komposit dan komposit
Panjang Batang �( ( mm ) |
Pola Keruntuhannya |
|
Non komposit |
Komposit |
|
400 |
Tekuk Lentur |
Tekuk Lokal |
600 |
Tekuk Lentur |
Tekuk Lokal |
800 |
Tekuk Lentur |
Tekuk Lokal |
1000 |
Tekuk Lentur |
Tekuk Lokal |
1200 |
Tekuk Lentur |
Tekuk Lentur |
1400 |
Tekuk Lentur |
Tekuk Lentur |
Berikut penjelasan pola keruntuhan pada batang yang tersaji dalam tabel
diatas dengan menggunakan grafik hasil penelitian sebagai berikut :
Gambar 1a. Grafik hubungan
P mak dan lendutan
vertical batang non komposit
(NC1) |
Gambar 1b. Grafik hubungan P mak dan lendutan vertical batang non komposit (NC2) |
|
Gambar 1c. Grafik hubungan P mak dan lendutan vertical batang non komposit (NC3) |
Penjelasan
: Lendutan vertikal yang terjadi pada batang
non komposit bervariasi pada setiap panjang batang, semakin panjang batang tidak menunjukan lendutan
semakin besar atau pun sebaliknya.
Secara teori bahwa lendutan vertikal mempunyai titik reverensi pemgujian yang sama pada setiap panjang batangnya sehingga kemungkinan terjadinya lendutan untuk masing masing panjang akan berbeda kecuali pada panjang batang yang sama. |
|
Gambar 2a. Grafik hubungan P mak dan lendutan vertical batang non komposit (C1) |
Gambar 2b. Grafik hubungan
P mak dan lendutan
vertical batang non komposit
(C2) |
|
Gambar 2c. Grafik hubungan
P mak dan lendutan
vertical batang non komposit
(C3) |
Penjelasan
: Lendutan vertilal yang terjadi pada batang
komposit bervariasi pada setiap panjang batang (semakin panjang batang tidak
menunjukan lendutan semakin besar atau pun sebaliknya). Secara teori bahwa lendutan vertikal mempunyai titik reverensi pemgujian yang sama pada setiap panjang batangnya sehingga kemungkinan terjadinya lendutan untuk masing masing panjang akan berbeda kecuali pada panjang batang yang sama. |
|
Gambar 3a. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang non komposit (NC1-TR5) |
Gambar 3b. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang non komposit (NC2-TR5) |
|
Gambar 3c. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang non komposit (NC3-TR5) |
Penjelasan
: Lendutan Horizontal batang non
komposit pada Tranduser (Tr-5) rata rata bernilai negatif (-), menunjukan
bahwa lendutan yang terjadi mendekati benda uji dengan nilai bervariasi,� lendutan maksimum terjadi pada NC2-400
dengan lendutan -6.82 mm, hal ini menunjukan bahwa flens batang non komposit
menekuk ke bagian dalam batang atau mendekati garis netral. Dari gambaran
tersebut batang non komposit mengalami tekuk lentu |
|
Gambar 4a. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang non komposit (NC1-TR6) |
Gambar 4b. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang non komposit (NC2-TR6) |
Gambar 4c. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang non komposit (NC3-TR6) |
Penjelasan : Lendutan Horizontal batang non
komposit pada Tranduser (Tr-6) rata rata bernilai negatif (-), menunjukan
bahwa lendutan yang terjadi mendekati benda uji dengan nilai bervariasi,� lendutan maksimum terjadi pada NC3-1000
dengan lendutan -40.24 mm, hal ini menunjukan bahwa flen batang non komposit
menekuk ke bagian dalam batang atau mendekati garis netral. Dari gambaran
tersebut batang non komposit mengalami tekuk lentur |
Gambar 5a. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang non komposit (NC1-TR7) |
Gambar 5b. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang non komposit (NC2-TR7) |
Gambar 5c. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang non komposit (NC3-TR7) |
Penjelasan
: Lendutan Horizontal batang non
komposit pada Tranduser (Tr-7) hampir seimbang antara bernilai negati (-) dan
bernilai positif (+), menunjukan bahwa lendutan yang terjadi ada yang
menjauhi dan mendekati benda uji dengan nilai bervariasi,� lendutan (+) maksimum terjadi pada NC1-1200
dengan lendutan 9.32 mm, lendutan negatif (-) terjadi pada NC3-1000 dengan
lendutan -12.64 mm, hal ini menunjukan bahwa web batang non komposit menekuk
ke kebagian dalam dan keluar batang. Dari gambaran tersebut batang non
komposit mengalami tekuk lentur |
Gambar 6a. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang non komposit (NC1-TR8) |
Gambar 6b. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang non komposit (NC2-TR8) |
Gambar 6c. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang non komposit (NC3-TR8) |
Penjelasan
: Lendutan Horizontal batang non
komposit pada Tranduser (Tr-8) dominan bernilai negatif (-) menunjukan bahwa
lendutan yang terjadi mendekati benda uji dengan nilai bervariasi, lendutan
negatif (-) terjadi pada NC3-1000 dengan lendutan -20.60 mm, hal ini
menunjukan bahwa web batang non komposit menekuk kebagian dalam. Dari
gambaran tersebut batang non komposit mengalami tekuk lentur |
Gambar 7a. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang komposit (C1-TR5) |
Gambar 7b. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang komposit (C2-TR5) |
Gambar 7c. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang komposit (C3-TR5) |
Penjelasan
: Lendutan Horizontal batang komposit
pada Tranduser (Tr-5) bervariasi dan�
mendekati nol, kecuali untuk batang dengan panjang 1000,1200 dan
1400� menunjukan bahwa lendutan yang
terjadi mendekati benda uji dengan nilai bervariasi, lendutan negatif (-)
terjadi pada C2-1400 dengan lendutan -7.76 mm, hal ini menunjukan bahwa
flens� batang 1000, 1200 dan 1400
mengalami kerusakan dengan menekuk ke bagian dalam atau mendekati garis
netral. Dari gambaran diatas pada batang komposit terjadi kerusakan pada
bagian atas atau bawah batang yang menunjukkan terjadi tekuk lokal� |
Gambar 8a. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang komposit (C1-TR6) |
Gambar 8b. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang komposit (C2-TR6) |
Gambar 8c. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang komposit (C3-TR6) |
Penjelasan : Lendutan Horizontal batang
komposit pada Tranduser
(Tr-6) bervariasi dan mendekati
nol ,
kecuali untuk batang dengan panjang 1400� menunjukan bahwa lendutan yang terjadi mendekati benda uji, lendutan negatif (-) terjadi pada C2-1400 dengan lendutan -33.32 mm, hal ini menunjukan bahwa flens� batang 1400 mengalami kerusakan dengan menekuk ke bagian dalam
atau mendekati garis netral. Dari gambaran tersebut pada batang komposit terjadi kerusakan pada bagian atas atau
bawah batang yang menunjukkan rata rata� terjadi
tekuk local, sementara untuk panjang batang 1400 mengalami tekuk lentur � |
Gambar 9a. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang komposit (C1-TR7) |
Gambar 9b. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang komposit (C2-TR7) |
Gambar 9c. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang komposit (C3-TR7) |
Penjelasan : Lendutan Horizontal batang
komposit pada Tranduser
(Tr-7) bervariasi dan mendekati
nol ,
kecuali untuk batang dengan panjang 1200 dan 1400�
menunjukan bahwa lendutan yang terjadi menjauhi benda uji, lendutan positif (+) terjadi pada C2-1400 dengan lendutan 21.52 mm, hal ini menunjukan bahwa web batang 1200 dan 1400 mengalami kerusakan dengan menekuk ke bagian luar.
Dari gambaran tersebut
pada batang komposit lainnya terjadi kerusakan pada bagian atas atau bawah
batang� yang menunjukkan
rata rata� terjadi tekuk lokal, sementara untuk panjang batang 1200 dan 1400 mengalami tekuk lentur � |
Gambar 10a. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang komposit (C1-TR8) |
Gambar 10b. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang komposit (C2-TR8) |
Gambar 10c. Grafik hubungan P mak dan lendutan horizontal batang komposit (C3-TR8) |
Penjelasan : Lendutan Horizontal batang komposit pada
Tranduser (Tr-8) bervariasi dan mendekati nol , kecuali untuk batang dengan
panjang 1200 dan 1400� menunjukan bahwa
lendutan yang terjadi mendekati benda uji, lendutan negatif maksimum (-)
terjadi pada C2-1400 dengan lendutan -21.44 mm, hal ini menunjukan bahwa web
batang 1200 dan 1400 mengalami kerusakan dengan menekuk ke bagian dalam. Dari
gambaran tersebut pada batang komposit lainnya terjadi kerusakan pada bagian
atas atau bawah batang yang menunjukkan rata rata� terjadi tekuk lokal, sementara untuk
panjang batang 1200 dan 1400 mengalami tekuk lentur |
Kesimpulan
Berdasarkan eksperimen
beban maksimum
BIBLIOGRAFI
Aidil Fitrah, Ridho dan Herman, Hazmal.
(2019). Studi Eksperimental Perilaku Tekan Baja Ringan Dengan Variasi Profil
Penampang. Rang Teknik Journal Vol.2 No.1 Januari 2019.
Andreas, Azaria, & Abduh, Muhamad.
(2013). Identifikasi Rantai Pasok Baja Ringan Untuk Mendukung Pembangunan
Rumah Tahan Gempa Di Indonesia (271K).
Apriani, Widya. (2019). Evaluasi
Instabilitas Rangka Atap Baja Ringan Sesuai Sni 7971-2013. Jurnal Sains Dan
Teknologi, 17(1), 16.
Awaludin, Ali, Rachmawati, Kundari, Aryati,
Made, & Danastri, Anindha Dyah. (2015). Development of cold formed steel�timber
composite for roof structures: compression members. Procedia Engineering,
125, 850�856.
Deskarta, Putu. (2018). Perilaku Elemen
Batang Baja Ringan Type C Dalam Menerima Beban Tekan.
Hayu,Gati A., Ahmad M.A., Syamsul A.
(2019). Analisa Kapasitas Balok Komposit dengan Penghubung Gesr Kanal Baja
Menggunakan Program Bantu Elemen Hingga. Konverensi Nasional Teknik Sipil
(KoNTeks)-13 Inovasi Sains Dan Teknologi Dalam Penerapan Infrastruktur Berbasis
Mitigasi Bencana Dan Berwawasan Lingkungan, 808, 25.
Irawati, Inggar Septhia, Awaludin, Ali,
& Sebastian, Nicholas Padua. (2017). The Performance of Cold-formed Steel
Long-span Roof Structure Combined with Laminated Timber: Cold-formed Steel -
Laminated Timber Composite. Procedia Engineering, 171, 1242�1249.
Rahmawati, Kundari, & Isnantyo, Fajar
Danur. (2019). Analisis Tekan Komposit Laminasi Kayu � Baja Ringan Berdasarkan
Sni 7973-2013. Indonesian Journal Of Civil Engineering Education, 4(2),
103�109.
Sandjaya, Arif, & Suryoatmono, Bambang.
(2018). Studi Eksperimental Batang Tekan Baja Canai Dingin Diperkaku Sebagian. Jurnal
Teknik Sipil, 25(1), 19�24.
Stevens, Denny dan Tedianto, Leo S. (2018).
Analisa Pengaruh Panjang Elemen Terhadap Kuat Tekan Dari baja Ringan Profil
Kanal Dengan Metode Elemen Hingga. Jurnal Mitra Teknik Sipil Vol.1, No.1,
Agustus 2018: Hlm 159-167.
Sucipta, Andry, Saggaff, Anis, &
Muliawan, Sutanto. (2013). Analisa Pola Keruntuhan Konstruksi Rangka Atap
dengan Menggunakan Profil Baja Ringan. Sriwijaya University.
Sumirin, Sumirin. (2014). Perilaku
Beban-Perpindahan Aksial Pre-Buckling dan Post-Buckling pada Struktur Kolom
Elastis. Media Komunikasi Teknik SipiL, 20(1), 53�61.
Syamsudin, Septian Fajar, Susanti, Eka,
& Istiono, Heri. (2018). Analisis Komparasi Perencanaan Struktur Rangka
Atap Baja Ringan Untuk Rumah Tipe 180 Dengan Tipe Kuda-Kuda Yang Berbeda. Prosiding
Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Terapan, 383�388.
Yusuf, M., & Elvira, Elvira. (2014). Studi
Eksperimental terhadap Unjuk Kerja Kuda-kuda Baja Ringan Profil C dengan
Ketebalan 0, 60 Mm. Tanjungpura University.