Syntax Literate :
Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 5, No. 8, Agustus 2020
�
Eddy Suharyanto
Akademi Fisioterapi RS Distira Cimahi
Email: eddy_yanto11@yahoo.com
Abstract
In terms of quantity,
the development and development of posyandu in
Indonesia is quite good in carrying out its duties. From the quality aspect,
there are still problems with it. Based on the statement of the Government of
Indonesia issued letter No. 411.3 / 1116 / SJ on 13 June 2001 regarding the
revitalization of Posyandu. However, in reality, the posyandu revitalization has not reached the target and has
not been able to reduce the MMR and IMR that should have been. The purpose of
this study was to analyze the posyandu training. This
study uses qualitative methods with data using interviews and document
analysis. Researchers took ten informants who were selected as sources
including posyandu cadres, PKK heads, pokja IV, RW, puskesmas officers,
village heads, and posyandu management. The results
of the study stated that once a month the socialization to the community. Posyandu revitalization activities have been good with
public participation through thoughts, ideas, personnel, and expertise.
Training for posyandu cadres has not been ideal,
where the posyandu services have five tables, and
visits to community homes are not good enough and the facilities are not
adequate. Cooperation and community participation with both sides. Various
suggestions can be used to improve guidance and assistance to posyandu officers, village officials and community leaders.
Keywords: Revitalization of Posyandu; Posyandu cadres; Posyandu for mothers and toddlers.
Abstrak
Secara kuantitas pengembangan dan perkembangan
posyandu di Indonesia sudah cukup baik dalam menjalankan tugasnya. Dari aspek
kualitas, masih ditemukan masalah di dalamnya. Berdasarkan pernyataan
Pemerintah Indonesia menerbitkan surat No. 411.3 / 1116 / SJ pada 13 Juni 2001
tentang revitalisasi Posyandu. Namun pada kenyataannya, revitalisasi posyandu
belum mencapai target dan belum mampu menurunkan AKI dan AKB yang seharusnya.
Tujuan penelitian ini ialah untuk menganalisis pelaksanaan revitalisasi
posyandu di wilayah kerja puskesmas Citeureup kota Cimahi. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan wawancara dan
analisis dokumen. Peneliti mengambil sepuluh informan diambil sebagai narasumber
diantaranya: kader posyandu, kepala PKK, pokja IV, RW, petugas puskesmas,
kepala desa dan manajemen posyandu. Hasil penelitian menyatakan bahwa dalam
sebulan sekali sosialisasi kepada masyarakat. Kegiatan revitalisasi posyandu
telah baik dengan adanya partisipasi publik melalui pikiran, ide, tenaga dan
keahlian. Pelatihan untuk kader posyandu belum ideal yang mana layanan posyandu
memiliki lima meja dan kunjungan ke rumah masyarakat belum cukup baik dan
fasilitas yang belum mewadai. Kerjasama dan partisipasi masyarakat baik dengan
sisi sektor. Ada berbagai saran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pembinaan dan pendampingan kepada petugas posyandu, pejabat desa serta tokoh
masyarakat.
Kata kunci: Revitalisasi Posyandu; Kader Posyandu; Posyandu Ibu dan Balita.
Pendahuluan
Sektor pembangunan kesehatan ditujukan
untuk mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan membaiknya indikator
pembangunan sumber daya manusia. Salah satu contoh pemberdayaan masyarakat dan
keluarga dalam bidang kesehatan dalam menumbuh kembangkan posyandu yang berguna
bagi penduduk Indonesia.
Posyandu adalah salah satu bentuk UKBM
yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi (Kementerian
Kesehatan RI : Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal Posyandu), 2011).
Berdasarkan kuantitas perkembangan
posyandu di Indonesia sangat baik, tetapi secara kualitas posyandu mengalami
tidak aktif dilatarbelakangi berbagai faktor. Penurunan kinerja posyandu ini
mengalami krisis yang berkepanjangan. Hal ini dapat dilihat dengan menurunnya
status gizi dan kesehatan masyarakat terutama masyarakat yang rentan antara
lain: bayi, anak balita, ibu hamil dan menyusui (Haryono,
2009).
Dengan kondisi seperti ini, pemerintah
mengambil langkah yang tepat, dengan mengeluarkan surat edaran Menteri Dalam
Negeri Nomor 411.3 /1116/SJ tanggal 13 Juni 2001 tentang Revitalisasi Posyandu,
yaitu suatu upaya untuk meningkatkan fungsi dan kinerja posyandu (Kementerian
Dalam Negeri Republik Indonesia, 2001). Hal ini pula tujuan dari kebijakan
rencana aksi nasional pangan dan gizi tahun 2011-2015 yang mengenai strategi
nasional dilakukan dalam perbaikan gizi penduduk. Salah satu strategi nasional
yang akan dilakukan adalah revitalisasi posyandu (Bappenas,
2010).
Tetapi pelaksanaan kegiatan revitalisasi
posyandu belum mencapai tujuan yang diingginkan dan belum mampu menurunkan
angka kematian bayi. Hal ini terlihat dari meningkatnya angka kematian ibu dan
angka kematian bayi di Indonesia. pada tahun 2018 di Indonesia 38 ibu
berdasarkan AKI 305� meninggal akibat
penyakit/komplikasi terkait kehamilan dan persalinan (Kesehatan,
2019).
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti kepada pembina posyandu di puskesmas Citeureup Kota Cimahi
pada tanggal 6 Mei 2020 mendapatkan data bahwa pelaksanaan revitalisasi
posyandu belum berjalan secara optimal karena: 1) masih rendahnya posyandu yang
berstrata mandiri, 2) rendahnya kesadaran para ibu mengajak balita keposyandu,
3) banyak posyandu yang belum meimiliki tempat yang khusus untuk melaksanakan
kegiatan posyandu, 4) pelatihan kader hanya setahun sekali yang bersumber dari
Dinas Kesehatan Kota Cimahi.
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksaanaan posyandu di
wilayah kerja Puskesmas Citeureup Kota Cimahi.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data menggunakan
wawancara yang mendalam dan telaah dokumen yang dibutuhkan oleh peneliti.
Penelitian kualitatif yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme atau
paradigma interpretive dengan pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive
dan snowbaal yakni sebagai bagian dari keseluruhan penelitian (Sugiyono,
2017). Tujuan
penelitian ini ialah untuk menganalisis pelaksanaan revitalisasi posyandu di
wilayah kerja puskesmas Citeureup kota Cimahi. Narasumber dalam penelitian ini
yakni: 2 kader posyandu yang ada di kelurahan citeureup, pembina kelurahan
citeureup, ketua PKK, dan Pokja IV kelurahan citeureup. Dan untuk informan triangulasi
2 ketua RW, kepala kelurahan, kepala sie gizi Puskesmas Citeureup dan kepala
Puskesmas Citeureup. Untuk menganalisis data antara lain menggunakan analisis
isi dengan menggunakan wawancara mendalam melalui informan utama sedangkan
wawancara triangulasi digunakan untuk mengecek kebenaran data dari wawawncara
mendalam dengan informan utama.
Hasil dan Pembahasan
Hasil analisis pelaksanaan revitalisasi
posyandu di wilayah kerja puskesmas Citeureup kota Cimahi. Dari data hasil capain kinerja
Dinas Kesehatan selama tiga tahun terakhir
diketahui bahwa masih ada beberapa
indikator yang memerlukan perhatian cukup besar. Masalah kesehatan ibu dan anak di Kota Cimahi cukup beragam, mulai dari target kunjungan K4 ibu hamil belum tercapai,
begitu pula dengan kunjungan bayi, dan yang tingkat capaiannya masih rendah dari
tahun ke tahun adalah cakupan
pelayanan anak balita. Angka Kematian Ibu (AKI) sangat fluktuatif dan relatif tinggi dibandingkan dengan target yang ditetapkan sebesar 102/100.000
KH. Pada tahun 2015 AKI di Kota Cimahi
sangat tinggi, yaitu sebesar 166,78/100.000 KH (absolut 17/10.193 KH), turun secara signifikan menjadi 77,36/100.000 KH (absolut
8/10.341 KH) pada tahun 2016, dan naik kembali pada tahun 2017 menjadi 113,98/100.000 KH (absolut
12/10.528 KH). Angka Kematian Bayi
(AKB) di Kota Cimahi juga masih
cukup tinggi. Pada tahun 2015 AKB sebesar 8,73/1.000
KH (absolut 89/10.193 KH), turun
menjadi 6,38/1.000 KH (absolut
66/10.341 KH) pada tahun 2016, dan turun lagi pada tahun 2017 menjadi 6,17/1.000 KH
(absolut 65/10.528 KH). Walaupun
AKB masih 31 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Cimahi 2017-2022 lebih rendah dari batas
maksimal yang ditetapkan
(23/1.000 KH) tetapi harus menjadi perhatian semua pihak untuk
upaya penurunannya. Kematian ibu dan bayi tidak hanya
menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan saja, karena ada
juga penyebab di luar jangkauan kesehatan seperti infra struktur, transportasi dan sosial budaya yang menjadi tanggung jawab bersama (Cimahi,
2018).
Pelaksanaan revitalisasi posyandu di wilayah
kerja puskesmas Citeureup kota Cimahi meliputi beberapa faktor, berikut faktor
yang ada dalam revitalisasi posyandu:
1. Faktor
Eksternal
a. Keterlibatan
Pemimpin
Keterlibatan
pemimpin informal dalam penelitian ini belum maksimal. Ini dapat dilihat dari
rendahnya kehadiran aparat desa yang diwakilkan Pokja IV dalam rapat yang
diadakan tingkat kelurahan. Kehadiran Ketua RW pada kegiatan rapat planning
dan pelaksanaan peningkatan posyandu sudah baik.� Keaktifan pemimpin petugas kesehatan atau
pembina hanya datang saat rapat yang dilaksanakan di kecamatan yaitu di Puskesmas
Citeureup. ketika rapat yang dilakukan di RW tidak bisa hadir karena diluar jam
kerja pembina wilayah. Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh UPTD Puskesmas Sandar angin bersifat
terbuka, santai dan jelas antara atasan
dan pegawainya. Komunikasi
yang digunakan oleh UPTD Puskesmas
ini disebuk dengan komunikasi dua arah yang memiliki
timbal-balik antara atasan dan pegawainya, sehingga pemimpin lebih mudah dalam
memotivasi para pegawainya.
b. Intensitas
sosialisasi
Sosialisasi dari
kelurahan masih sangat kurang, karena kesibukan pihak desa yang diwakili oleh
pokja IV mengenai kesehatan, sedangkan sosialisasi yang dilakukan oleh
puskesmas dilakukan setiap bulan beriringan dengan rapat pertemuan kader.
c. Keterlibatan
fasilitator
Berdasarkan
hasil penelitian menunjukan bahwa keterlibatan fasilitator pada kegiatan
posyandu diwilayah kerja puskesmas Citeureup sudah baik. RW� selalu hadir dalam kegiatan rapat dan
posyandu, dan RW tidak hanya melakukan pemantauan dalam kegiatan posyandu saja
namun ikut bekerjasama dengan kader dalam kegiatan posyandu.
Pembina wilayah
tidak rutin dalam melakukan kegiatan pembinaan dan pendanpingan terhadap
posyandu, karena pembina atau petugas kesehatan memiliki tugas lain dari
puskesmas.
Gaya
kepemimpinan yang diterapkan bersifat terbuka, santai dan jelas antara atasan
dan pegawainya. Komunikasi yang digunakan oleh UPTD Puskesmas ini disebut
dengan komunikasi dua arah yang memiliki timbal-balik antara atasan dan
pegawainya, sehingga pemimpin lebih mudah dalam memotivasi para pegawainya (Ulfa,
2018).
2. Faktor
internal
Diketahui hasil
wawancara bahwa usia informan itu usia 35 hingga 45 tahun. Hal ini menujukan
usia informan yang ada diwilayah Citeureup tergolong usia dewasa,� yang dianggap berpengalaman dan senior karena
telah menempuh pendidikan standar untuk menjadi kader yaitu 12 tahun yang dapat
berpengaruh dalam usaha partisipasi yang diberikan masyarakat dalam pembangunan
kesehatan.
Setiap kader
pasti memiliki beban dalam keluarga, sehingga semakin jumlah beban keluarga
dapat menyebabkan untuk berpartisipasi dalam kegiatan posyandu akan kurang,
karena waktunya digunakan untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
3. Keikutsertaan
Masyarakat
a. Partisipasi
Pikiran/ ide
Hasil
dari wawancara mendalam partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran/ ide untuk
kegiatan revitalisasi sudah baik, bisa dilihat dari adnya pertemuan setiap RW
dihadiri oleh warga sekitar, kader, dan tokoh masyarakat. Sedangkan pertemuan
yang diadakan di kelurahan di hadiri oleh kader, ketua RW, PKK, dan Pokja IV.
Dan pertemuan yang diadakan di puskesmas diahadiri oleh kaderdan tim kesehatan
b. Partisipasi
Tenaga dan keahlian
Dalam
berpartisipasi kegiatan posyandu masyarakat dan tim kesehatan dan tokoh
masyarakat sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari penimbangan balita,
pencatatan buku KMS, registrasi balita, serta pemberian PMT semua elemen
masyarakat ikut berpartisipasi. Namun partisipasi untuk perwakilan PKK masih
kurang dalam kegiatan palayanan.
4. Pelaksanaan
Revitalisasi Posyandu
Kegiatan
revitalisasi memiliki tujuh kegiatan yakni:
a. Pelatihan
kader posyandu
Pelatihan
ini bertujuan meningkatkan kemampuan serta keterampilan agar kader percaya
dalam menjalankan tugas dengan baik di posyandu (Indonesia,
2001b).
Berdasarkan
hasil wawancara pelatihan dilakukan di wilayah puskesmas hanya sosialisasi
mengenai teknis dan pelatihan ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan setiap satu
tahun sekali kepad kader.
b. Peningkatan
kinerja pelayanan
Hasil
wawancara mendalam diketahui bahwa pelayanan lima meja yang terletak pada meja
IV penyuluhan dan V pelayanan kesehatan sudah cukup baik, karena terdapat lima
meja yang memiliki fungsi berbeda ini bisa berjalan sebagaimana mestinya
memberikan pelayanan kepada ibu hamil dan balita.
Kelompok Kerja
(Pokja) Posyandu bertugas: 1) Mengelola berbagai data dan informasi yang berkaitan dengan kegiatan Posyandu. 2) Menyusun rencana kegiatan tahunan dan mengupayakan adanya sumbersumber pendanaan untuk mendukung kegiatan pembinaan Posyandu (Sari,
2018).
��������� Sedangkan untuk kunjungan ke
rumah-rumah masyarakat belum sepenuhnya dilakukan, karen kunjungan kerumah ini
memberikan pelayan kepada ibu hami dan penimbangan pada balita yang tidak hadir
ke posyandu.
c. Optimalisasi
kegiatan
Hasil��� penelitian
menunjukan bahwa sarana dan prasarana yang ada di Posyandu di kelurahan
Citeureup Kecamatan Citeureup masih sangat kurang dari standar dasar yang
menjadi syarat dasar. Prasarana yang dimiliki
posyandu berasal dari bantuan dinas
kesehatan dan hasil swadaya desa.
Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Iskim Luthfa Revitalisasi Posyandu
sebagai upaya peningkatan kesehatan anak dan balita di Posyandu Manggis
Kelurahan Karang Roto Semarang yakni Program revitalisasi ini berbasis
pemberdayaan, dan kader Posyandu sebagai mitranya. Kegiatan utama
program revitalisasi posyandu
meliputi, 1) Program pelatihan
kompetensi kader, 2)
Program pelayanan pokok Posyandu, dan 3) Program dukungan
masyarakat. Hasil kegiatan menunjukkan kompetensi kader mengalami peningkatan meliputi pengetahuan tentang 5 program pokok posyandu, keterampilan melakukan pemeriksaan kesehatan balita, keterampilan membuat media penyuluhan kesehatan, keterampilan memberikan penyuluhan kesehatan, keterampilan melakukan kunjungan rumah, dan keterampilan melakukan pembukuan sistem informasi posyandu (Luthfa,
2019).
Kesimpulan
Analisis
pelaksanaan revitalisasi posyandu di wilayah kerja puskesmas Citeureup kota
Cimahi memiliki faktor eksternal, internal dan keikutsertaan masyarakat. Faktor
Eksternal meliputi: pertama keterlibatan pemimpin informal dalam penelitian ini
belum maksimal. Ini dapat dilihat dari rendahnya kehadiran aparat desa yang
diwakilkan Pokja IV dalam rapat yang diadakan tingkat kelurahan. Kedua
intensitas sosialisasi dari kelurahan masih sangat kurang, karena kesibukan
pihak desa yang diwakili oleh pokja IV mengenai kesehatan.ketiga, keterlibatan
fasilitator pada kegiatan posyandu diwilayah kerja puskesmas Citeureup sudah baik.
RW� selalu hadir dalam kegiatan rapat dan
posyandu. Pembina wilayah tidak rutin dalam melakukan kegiatan pembinaan dan
pendanpingan terhadap posyandu, karena pembina atau petugas kesehatan memiliki
tugas lain dari puskesmas. Sedangkan faktor internal, Usia informan itu usia 35
hingga 45 tahun. Hal ini menujukan usia informan yang ada diwilayah Citeureup
tergolong usia dewasa,� yang dianggap berpengalaman
dan senior dapat berpengaruh dalam usaha partisipasi yang diberikan masyarakat
dalam pembangunan kesehatan. Keikutsertaan masyarakat dengan partisipasi
Pikiran/ ide dan partisipasi �tenaga dan keahlian.
Pelaksanaan
Revitalisasi Posyandu memiliki tujuh kegiatan yakni: Pelatihan kader posyandu,
peningkatan kinerja pelayanan, dan optimalisasi kegiatan.
Bappenas. (2010). Rencana Aksi Nasional Pangan dan
Gizi 2006- 2010 (pp. 1�60). pp. 1�60. Retrieved from
https://extranet.who.int.
Cimahi, Dinas Kesehatan Kota. (2018). Rencana
Strategis Dinas Kesehatan Kota Cimahi 2017-2022. Retrieved from
https://cimahikota.go.id
Indonesia, Kementerian Dalam Negeri
Republik. (2001a). Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu. Retrieved April 10,
2020, from http://www.gkia.org
Indonesia, Kementerian Dalam Negeri Republik.
(2001b). Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu. Retrieved April 20, 2020, from
http://www.gkia.org
Kementerian Kesehatan RI : Kelompok
Kerja Operasional (Pokjanal Posyandu ). (2011). Buku Pedoman Pengelolaan
Posyandu. Jakarta.
Kesehatan, Kementrian. (2019). Kematian
Maternal Dan Neonatal Di Indonesia. Retrieved from https://www.kemkes.go.id
Luthfa, Iskim. (2019). Revitalisasi
Posyandu sebagai upaya peningkatan kesehatan anak dan balita di Posyandu
Manggis Kelurahan Karang Roto Semarang. Indonesian Journal of Community
Services, 1(2), 202�209.
S, Haryono. (2009). Revitalisasi dan
Pengembangan Posyandu Mandiri. Jakarta: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri.
Sari, Puspa. (2018). Evaluasi pelaksanaan
revitalisasi posyandu dan pelatihan kader sebagai bentuk pengabdian masyarakat
(Studi Kasus Di Rw 06 Desa Cileles Kecamatan Jatinangor Tahun 2017). Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2), 93�97.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Ulfa, Suci Latifa. (2018). Strategi
Revitalisasi Posyandu Dalam Pengembangan Fungsi Dan Kinerja Posyandu Di Uptd
Puskesmas Sandarangin Kelurahan Rebatinggi Kecamatan Dempo Utara Kota Pagaralam.