����������� Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia � ISSN : 2541 0849
����������� e-ISSN
: 2548-1398
����������� Vol. 2, No 7 Juli 2017
PENERAPAN MODEL
FGD (FOCUSSED GROUP DISCUSSION) DALAM
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN RPP PADA GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA
SABILUL MUTTAQIN DEPOK CIREBON
Ade
Sahdiyah
Pengawas Madrasah Kemenag Kab. Cirebon
Abstrak
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
adalah satu dari sekian kunci keberhasilan proses pembelajaran. Karenanya
pendidik diharapkan dapat menyusun dan/atau membuat Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) tersebut untuk kepentingan proses pembelajaran. Namun, dari
penemuan di lapangan diperoleh fakta 85 % guru di MIS Sabilul Muttaqin Depok
Kabupaten Cirebon masih berada pada kondisi: (a) terbiasa dengan pola lama
(topdown) dan sulit berubah; (b) pengetahuan dasar dinamika kurikulum sangat
minim; (c) pola sosialisasi melalui pengimbasan teman sejawat tidak efektif dan
cenderung mengalami pembiasaan yang sangat besar; (d) kemampuan menelaah visi,
misi dan tujuan pendidikan Nasional serta penjabarannya melalui unjuk kerja
masih rendah; (e) budaya instant (mempergunakan hal yang sudah siap pakai
sangat kental dari pada menyusun hal baru). Ujung-ujungnya adalah kemampuan
guru untuk menyusun RPP belum memuaskan. Penelitian tindakan
sekolah/madrasah ini dilaksanakan di MIS Sabilul Muttaqin Depok Kabupaten
Cirebon. Penelitian terdiri atas dua sikklus. Adapun hasil penelitian
menunjukkan bahwa kemampuan menyusun RPP pra tindakan mencapai rata-rata: 51.64, pada siklus I naik mencapai
rata-rata: 63.82
dan pada siklus II meningkat mencapai rata-rata: 77,64
Kata Kunci: Focussed Group Discussion, RPP
Pendahuluan
Pendidikan pada SD/MI
selalu mendapat sorotan tajam karena merupakan salah satu ujung tombak bagi
anak untuk mendapatkan bekal dasar pendidikan dan pengetahuan ke jenjang lebih
tinggi. Hal tersebut menjadi bahan kajian bagi para tenaga pendidik untuk mencapai
kompetensi dasar pendidikan. Upaya pencapaian kompetensi dasar pendidikan harus
terencana dalam rencana pembelajaran yang disusun dengan matang.
Sesuai dengan prinsip
otonomi pendidikan dan Manejemen Berbaris Sekolah/Madrasah (MBS/M),
sekolah/madrasah diberikan keleluasan untuk menyusun perencanaan pembelajaran
yang dikembangkan dari Kurikulum yang diberlakukan.
Sudah menjadi kewajiban
guru untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai regulasi yang
berlaku. RPP atau Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran adalah bagian utuh dari
suatu kurikulum yang harus dijalankan untuk pendidik (Veronika: 2010). Sebelum dikenal dengan istilah RPP,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran awal dikenal dengan istilah Satuan Acuan
Pembelajaran (SAP) dan terus berkembang hingga dikenal dengan RPP di era
sekarang. RPP sendiri merupakan produk pendidikan yang harus ditaati oleh
setiap pihak yang terlibat dalam satuan pendidikan. Menurut PP No. 19 tahun
2005 pasal 20, RPP adalah setidaknya memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil
belajar. Berdasarkan kenyataan di lapangan, penulis menemukan fakta-fakta pada
saat melakukan pengawasan, bahwa para guru dalam melaksanakan PBM masih banyak
yang tidak menggunakan RPP. Padahal RPP merupakan bagian dari perencanaan
pelaksanaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Di samping
fakta yang dikemukakan di atas, penulis juga menemukan beberapa fakta lain,
seperti:
1.
Guru-guru SD/MI tidak membuat RPP
sendiri, RPP yang digunakan adalah hasil dari Tim MGMP tingkat kabupaten atau
RPP yang ada di dalam buku pegangan.
2.
Proses pembelajaran yang dilakukan di
dalam kelas sesuai dengan skenario dalam RPP yang ada pada guru. Selama ini RPP
hanya disimpan untuk ditunjukkan kepada pengawas pada saat supervisi.
3.
Paradigma berfikir yang masih
menggunakan cara lama seperti pembelajaran yang masih berfokus pada guru
(teacher centered).
4.
Kemampuan para guru dalam menyusun� RPP yang masih minim dan belum mengikuti perkembangan,
sehingga tidak melakukan inovasi baru.
5.
Implementasi proses pembelajaran yang
masih menggunakan pola lama ketika mereka sekolah/madrasah.
6.
Mengajar hanya untuk menggugurkan
kewajiban.
Dari penemuan
dilapangan diperoleh fakta 85% guru di MIS Sabilul Muttaqin Depok Kabupaten
Cirebon masih berada pada kondisi: (a) terbiasa dengan pola lama (topdown) dan sulit berubah; (b)
pengetahuan dasar dinamika kurikulum sangat minim; (c) pola sosialisasi melalui
pengimbasan teman sejawat tidak efektif dan cenderung mengalami pembiasaan yang
sangat besar; (d) kemampuan menelaah visi, misi dan tujuan pendidikan Nasional
serta penjabarannya melalui unjuk kerja masih rendah; (e) budaya instan
(mempergunakan hal yang sudah siap pakai sangat kental dari pada menyusun hal
baru). Ujung daripada hal tersebut adalah kemampuan guru untuk menyusun RPP
belum memuaskan karena tidak mengikuti pengembangan silabus.
Untuk itu perlu
upaya-upaya meningkatkan kemampuan guru-guru tersebut dalam menyusun RPP yang
sesuai dengan pengembangan silabus. Melalui perenungan terhadap kondisi di
atas, Focussed Group Discussion (FGD) dipillih penulis untuk dapat menanggulangi permasalahan di
atas, karena dalam grup diskusi� semua
peserta diskusi akan memberikan sumbangan pendapatnya sesuai dengan kemampuan
masing-masing tanpa tekanan atau rasa takut mengemukakan pendapat. Lebih
lanjut, menurut pengertiannya Focussed
Group Discussion digambarkan sebagai suatu kegiatan pengumpulan data
dan/atau informasi sistematik atas suatu masalah yang dilakukan dengan diskusi
kelompok (Irwanto, 2006: 1 � 2). Dalam pengertian lain FGD diartikan sebagai
kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik wawancara kelompok
dan/atau pembahasan kelompok (Edi Indrizal: Tanpa Tahun). Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat
menyimpulkan bahwa FGD adalah kegiatan wawancara dan/atau bahasan kelompok yang
dilakukan untuk pengumpulan data dan informasi guna menyelesaikan suatu masalah
tertentu. Adapun tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Menemukan
berbagai kesulitan dan hambatan para guru MIS Sabilul Muttaqin Depok Kabupaten
Cirebon dalam menyusun RPP yang benar.
2. Meningkatkan
kemampuan dan keterampilan guru dalam menyusun RPP yang benar melalui
langkah-langkah yang dipergunakan dengan pola satu dalam kebijakan dan beragama
dalam pengembangan kurikulum sesuai dengan konteks sekolah/madrasah.
3. Menghasilkan
sebuah model pemecahan masalah guru dalam proses pembelajaran seperti FGD agar
dibudayakan pelaksanaannya secara berkesinambungan sehingga guru tidak
mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah .
4. Menghasilkan
proses pembelajaran yang sesuai dengan perencanaan sehingga tujuan pendidikan
dapat tercapai.
Perlu digaris bawahi,
guru merupakan pihak yang bertanggung jawab untuk merencanaan suatu kegiatan
belajar mengajar, atas hal tersebut guru dituntut untuk menyusun Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guna memaksimalkan proses belajar mengajar.
Sedangkan menurut pendapat yang berbeda guru sebagai perancang pembelajaran
bertugas membuat rancangan program pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi
yang telah ditetapkan.
Sebagaimana pemaparan
yang telah disampaikan di atas, RPP sendiri adalah satuan perencanaan program
pembelajaran yang harus dibuat guru guna memaksimalkan proses pembelajaran.
Karena alasan tersebut RPP telah diatur oleh PP No. 19 tahun 2005 dan
Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses. Dalam Permendiknas No.
41 tahun 2007 tentang Standar Proses, guru sebagai pendidik diharapkan membuat
dan/atau merancang Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), khususnya di
jenjang pendidikan dasar, menengah formal, baik diterapkan sesuai satuan paket
maupun Satuan Kredit Semester (SKS).
Metode Penelitian
Penelitian yang penulis susun merupakan penelitian tindakan sekolah yang
dilakukan demi mengetahui dampak dan/atau efek yang timbul pasca penerapan
metode FGD untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP. Secara garis
besar penelitian tindakan sekolah sendiri adalah tindakan yang dilakukan oleh
seorang pengawas sekolah dan/atau pihak lain yang memiliki kepentingan yang
sama untuk memecahkan suatu masalah dan/atau problematika yang menyangkut suatu
sekolah dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Metode penelitian yang digunakan peneliti kali ini adalah metode
diskriptif analisis. Metode tersebut merupakan metode dimana peneliti
memaparkan deskripsi atas data yang didapat dari proses pengumpulan data. Lebih
lanjut, menurut Sugiono (2009: 29); metode deskriptif adalah metode penelitian
yang berfungsi mendeskripsikan dan/atau menggambarkan objek penelitian. Dengan
pengertian di atas penulis kemudian berkesimpulan bahwa metode penelitian
deskriptif analisis adalah metode yang berfungsi memberi gambaran dan deskripsi
atas objek penelitian melalui kegiatan analisis yang dilakukan atas data-data
yang dikumpulkan melalui proses pengumpulan data.
Objek penelitian ini adalah kemampuan guru dalam menyusun RPP. Sedangkan
subjek penelitian ini adalah guru-guru MI Sabilul Muttaqin Kecamatan Depok
Kabupaten Cirebon. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh
guru yang memberikan pengajaran di MI tersebut. Untuk penentukan sampel,
peneliti menggunakan� teknik purposive sampling yang memungkinkan
peneliti menggunakan seluruh guru yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar
di MI Sabilul Muttaqin Depok.
Lokasi dalam penelitian ini adalah MI Swasta Sabilul Muttaqin Depok
Kabupaten Cirebon. Menurut pengamatan lapangan, MI tersebut merupakan MI dengan
pendidik yang belum menguasai penyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran.
Sehingga, berlandaskan hal tersebut, peneliti kemudian melakukan penelitian di
MI tersebut.
Prosedur pelaksanaan
penelitian tindakan sekolah/madrasah ini dilaksanakan secara bersiklus. Dalam
setiap siklus terdapat tahapan kegiatan rencana, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus, didasarkan
kepada pertimbangan bahwa pada akhir siklus kedua indikator keberhasilan tindakan
telah tercapai.
Kegiatan pengumpulan
data dilaksanakan dengan cara melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru
dalam berdiskusi baik dalam kelompok kecil maupun besar. Pada akhir pelaksanaan
peneliti melakukan penilaian terhadap setiap produk RPP dengan menggunakan atau
menerapkan metode, teknik atau model pembelajaran yang akan diterapkan dalam
proses pembelajaran di SD/MI. Pada saat yang bersamaan, para guru mengisi
angket tentang kejelasan materi briefing dan petunjuk kerja pelaksanaan diskusi
yang disajikan oleh peneliti. Informasi/data hasil observasi, penilaiana produk
RPP dan angket di atas diolah dan dilakukan kategorisasi. Dalam pengkategorian
ini, data dikelompokkan dalam 5 kategori dengan ketentuan:
1.
Nilai 5 (baik sekali), jika unsur yang
dinilai sangat sesuai dengan kriteria
2.
Nilai 4 (baik), jika unsur yang dinilai
sesuai dengan kriteria.
3.
Nilai 3 (cukup), jika unsur yang dinilai
cukup sesuai dengan kriteria.
4.
Nilai 2 (kurang), jika unsur yang
dinilai kurang sesuai dengan kriteria.
5.
Nilai 1 (sangat kurang), jika unsur yang
dinilai tidak sesuai dengan kriteria.
Untuk
menentukan nilai uji kelayakan RPP, menggunakan ketentuan:
Skor |
Predikat |
90 � 100 |
A ( Amat Baik ) |
80 -90 |
B ( Baik ) |
65 � 79 |
C (Cukup ) |
55- 64 |
D ( Kurang ) |
0 -54 |
E (Sangat Kurang ) |
Keterangan:
Dinyatakan layak, jika minimal nilai 65 (Koyan, 2003: 56).
Hasil Penelitian dan
Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1.
Pra Siklus
Hasil
temuan melalui penelitian awal/pratindakan terhadap penyusun RPP oleh para guru
MIS Sabilul Muttaqin Depok Kabupaten Cirebon dapat dilihat pada table
berikut.�
Tabel 1
Kelemahan RPP
Hasil Studi Dokumentasi
Pada
Kegiatan Pra Tindakan menurut Komponen-komponennya
No |
Komponen RPP |
Kelemahan |
% |
1 |
Identitas: a.
Mata pelajaran b. Kelas c.
Semester d. Pertemuan e.
Alokasi Waktu f.
KI g. KD h. Indikator |
- |
0,00 |
2 |
Tujuan
Pembelajaran |
Tujuan
pembelajaran belum dirinci dan dikembangkan secara detil serta belum
dikaitkan dengan pengalaman belajar siswa (masih sama dengan rumusan
indikator) |
63,57 |
3 |
Materi
Ajar |
Masih
terlalu umum (belum diorganisasi materi |
18,18 |
4 |
Metode,
Teknik� atau Model Pembelajaran |
Kurang/
tidak relevan dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah dibuat dan
karakteristik materi |
54,55 |
5 |
Langkah-langkah
Pembalajaran |
Belum
tergambar secara sistematis tentang kegiatan yang akan dilakukan selama
kegiatan pembelajaran berlangsung. |
54,55 |
6 |
Alat-Bahan/Sumber
Belajar |
Pada
umumnya hanya dinyatakan buku teks dan buku yang relevan |
63,67 |
7 |
Evaluasi/Penilai |
Belum
dilengkapi� dengan soal (instrumen),
kunci jawaban dan/ atau panduan penskoran |
72,73 |
2. Siklus
I (Pertama)
Hasil observasi pada siklus I
terhadap penyusun RPP oleh para guru MIS Sabilul Muttaqin Depok Kabupaten
Cirebon dapat dilihat pada table berikut.�
Tabel 2
Kelemahan RPP
Hasil Studi Dokumentasi
Pada
Kegiatan Siklus I menurut Komponen-komponennya
No |
Komponen RPP |
Kelemahan |
% |
1 |
Identitas: a.
Mata pelajaran b.
Kelas c.
Semester d. Pertemuan e.
Alokasi Waktu f.
KI g.
KD h.
Indikator |
- |
0,00 |
2 |
Tujuan
Pembelajaran |
Tujuan
pembelajaran belum dirinci dan dikembangkan secara detil serta belum
dikaitkan dengan pengalaman belajar siswa (masih sama dengan rumusan
indikator) |
33,17 |
3 |
Materi
Ajar |
Masih
terlalu umum (belum diorganisasi materi |
8,18 |
4 |
Metode,
Teknik� atau Model Pembelajaran |
Kurang/
tidak relevan dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah dibuat dan
karakteristik materi |
34,45 |
5 |
Langkah-langkah
Pembalajaran |
Belum
tergambar secara sistematis tentang kegiatan yang akan dilakukan selama
kegiatan pembelajaran berlangsung. |
34,35 |
6 |
Alat-Bahan/Sumber
Belajar |
Pada
umumnya hanya dinyatakan buku teks dan buku yang relevan |
43,17 |
7 |
Evaluasi/Penilai |
Belum
dilengkapi� dengan soal (instrumen),
kunci jawaban dan/ atau panduan penskoran |
52,73 |
Adapun hasil refleksi siklus I adalah:
Hasil observasi dari kegiatan briefing (pengarahan),
aktivitas guru dalam mengikuti kegiatan briefing dan melakukan latihan
penyusunan RPP, maka hasil pengamatannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
3
Hasil
Pengamatan Aktivitas Peneliti dalam Memberikan Pengarahan pada
siklus I
Unsur yang diamati |
Skor |
Keterangan |
Kecukupan
dalam memotivasi guru. |
5 |
Keterangan
Skor: 1
= sangat kurang 2
= kurang 3
= cukup 4
= baik 5
= sangat baik |
Kejelasan
memberikan petunjuk teknis |
4 |
|
Kejelasan
pertanyaan guru |
5 |
|
Kerjasama
dengan guru dalam pembagian kelompok diskusi |
5 |
|
Mengarahkan
pada pemecahan masalah/kasus di setiap kelompok |
4 |
|
Kejelasan
memberikan umpan balik hasil diskusi kelompok para guru |
4 |
|
Jumlah |
27 |
|
Rata-rata |
4,5 |
Baik |
�Dari
hasil pengamatan observer/kolaborator terhadap aktivitas peneliti dalam
memeberikan briefing (pengarahan), berdasarkan data tabel di atas menunjukkan
katergori baik sekali.
Tabel
4
Hasil
Pengamatan Aktivitas Guru dalam Mengikuti Kegiatan Briefing dan Diskusi
Kelompok pada Siklus I
No |
Kel |
Skor Aktivitas Guru dalam Mengikuti
Kegiatan |
Keterangan |
|||||||
Unsur-unsur Aktivitas �yang diamati |
Rata2 |
Kategori |
Unsur Aktivitas: A:
Peran/partisipasi �� anggota kelompok B:
Keteraturan�� ���� Langkah-langhkah ���� diskusi C:
Kejelasan ���� Pembagian tugas ���� setiap anggota D:
Kejelasan urutan ���� Pembahasan ���� berdasarkan kasus E:
Ketuntasan ���� Pembahasan kasus ���� /permasalahan. F:
Ketuntasan dalam ��� merevisi RPP |
|||||||
A |
B |
C |
D |
E |
F |
|||||
1 2 3 4 5 |
I II III IV V |
4 4 4 5 4 |
3 4 4 4 3 |
4 4 4 4 4 |
3 3 4 4 3 |
3 3 3 4 3 |
3 3 3 4 3 |
3,3 3,5 3,6 4,2 3,3 |
Cukup Baik Baik Baik Cukup |
Dari hasil pengamatan observer/kolaborator terhadap
aktivitas guru dalam mengikuti kegiatan briefing (pengarahan) dan kerj mandiri
dalam menyusun KKM, berdasarkan data tabel di atas menunjukkan katergori baik.
Catatan:
Pengkategorian skor rata-rata:
1,0
- 1,7 = sangat kurang
1,8
� 2,6 = kurang
2,7
� 3,4 = cukup
3,5
� 4,2 = baik
4,3 � 5,0 = baik sekali
3. Siklus
II
Hasil observasi pada siklus II
terhadap penyusun RPP oleh para guru MIS Sabilul Muttaqin Depok Kabupaten
Cirebon dapat dilihat pada table berikut.��
Tabel 5�
Kelemahan RPP
Hasil Studi Dokumentasi pada Kegiatan Siklus II menurut Komponen-komponennya
No |
Komponen RPP |
Kelemahan |
% |
1 |
Identitas:
|
|
0,00 |
2 |
Tujuan
Pembelajaran |
Tujuan
pembelajaran belum dirinci dan dikembangkan secara detil serta belum
dikaitkan dengan pengalaman belajar siswa (masih sama dengan rumusan
indikator) |
3,07 |
3 |
Materi
Ajar |
Masih
terlalu umum (belum diorganisasi materi |
4,18 |
4 |
Metode,
Teknik� atau Model Pembelajaran |
Kurang/
tidak relevan dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah dibuat dan
karakteristik materi |
4,05 |
5 |
Langkah-langkah
Pembalajaran |
Belum
tergambar secara sistematis tentang kegiatan yang akan dilakukan selama
kegiatan pembelajaran berlangsung. |
0,00 |
6 |
Alat-Bahan/Sumber
Belajar |
Pada
umumnya hanya dinyatakan buku teks dan buku yang relevan |
3,17 |
7 |
Evaluasi/Penilai |
Belum
dilengkapi� dengan soal (instrumen),
kunci jawaban dan/ atau panduan penskoran |
0,00 |
�
Hasil observasi dari kegiatan briefing (pengarahan),
aktivitas guru dalam mengikuti kegiatan briefing dan melakukan perbaikan dan
penyempurnaan RPP hasil penyusunan para guru pada siklus II, maka hasil
pengamatannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
6
Hasil
Pengamatan Aktivitas Peneliti dalam Memberikan Pengarahan pada
siklus II
Unsur yang diamati |
Skor |
Keterangan |
Kecukupan
dalam memotivasi guru. |
5 |
Keterangan
Skor: 1
= sangat kurang 2
= kurang 3
= cukup 4
= baik 5
= sangat baik |
Kejelasan
memberikan petunjuk teknis |
5 |
|
Kejelasan
pertanyaan guru |
4 |
|
Kerjasama
dengan guru dalam pembagian kelompok diskusi |
5 |
|
Mengarahkan
pada pemecahan masalah/kasus di setiap kelompok |
5 |
|
Kejelasan
memberikan umpan balik hasil diskusi kelompok para guru |
5 |
|
Jumlah |
29 |
|
Rata-rata |
4,8 |
Baik sekali |
Dari hasil pengamatan observer/kolaborator terhadap
aktivitas peneliti dalam memeberikan briefing (pengarahan), berdasarkan data
tabel di atas menunjukkan katergori baik
sekali.
Tabel 7
�Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam
Mengikuti Kegiatan Briefing dan Diskusi Kelompok� pada Siklus II
No |
Kel |
Skor Aktivitas Guru dalam Mengikuti
Kegiatan |
Keterangan |
|||||||
Unsur-unsur Aktivitas �yang diamati |
Rata2 |
Kategori |
Unsur
Aktivitas: A:Peran/partisipasi �� anggota kelompok B:
Keteraturan�� ���� Langkah- langhkah ���� diskusi C:
Kejelasan ���� Pembagian tugas ���� setiap anggota D:
Kejelasan urutan ���� Pembahasan ���� berdasarkan kasus E:
Ketuntasan ���� Pembahasan kasus ���� /permasalahan. F:
Ketuntasan dalam ��� merevisi RPP |
|||||||
A |
B |
C |
D |
E |
F |
|||||
1 2 3 4 5 |
I II III IV V |
5 5 5 5 5 |
4 4 5 5 4 |
4 4 4 5 4 |
4 4 4 4 4 |
4 4 4 4 4 |
4 4 4 4 4 |
4,2 4,2 4,4 4,6 4,2 |
Baik Baik Baik Baik Baik |
Dari hasil pengamatan observer/kolaborator terhadap
aktivitas guru dalam mengikuti kegiatan briefing (pengarahan) dan kerj mandiri
dalam menyusun RPP, berdasarkan data tabel di atas menunjukkan katergori baik.
B. Pembahasan
Pelaksanaan
kegiatan briefing dan diskusi
kelompok� dengan menggunakan model FGD (Focussed Group Discussion) atau diskusi
kelompok terfokus sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan guru-guru MIS
Sabilul Muttaqin Depok Kabupaten Cirebon.
Dengan
melihat hasil penelitian tersebut di atas pelaksanaan dua siklus tampak bahwa
melalui kegiatan briefing, diskusi
dengan model FGD yang diberikan oleh peneliti kepada guru-guru MI Sabilul
Muttaqin dalam menyusun RPP yang didasarkan atas ketentuan RPP yang dijadikan acuan
keberhasilan dalam penelitian ini.
Dari
hasil pembahasan di atas terhadap hasil penelitian tindakan sekolah/madrasah,
siklus I dan siklus II para guru MI dalam menyusun RPP adalh sbb:
1.
Hasil pra tindakan mencapai rata-rata: 51.64.
2.
Hasil pada siklus I naik mencapai
rata-rata: 63.82.
3.
Hasil pada siklus II meningkat mencapai
rata-rat a: 77,64
Berdasarkan Hasil penelitian dan pembahasan tentang
penerapan Model FGD (Focussed Group
Discussion) atau Diskusi Kelompok Terfokus dalam penyusun RPP pada
guru-guru MI Sabilul Muttaqin Kabupaten Cirebon dapat disimpulkan:
1. Hasil
pra tindakan mencapai rata-rata: 51.64.
2. Hasil
pada siklus I naik mencapai rata-rata: 63.82.
3. Hasil
pada siklus II meningkat mencapai rata-rat a: 77,64
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa hipotesis tindakan terbukti,
yaitu Model FGD yang diterapkan dalam menyusun RPP� dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan
kompetensi Guru MIS Sabilul Muttaqin Cirebon. ��
BIBLIOGRAFI
Indrizal, Edi. Tanpa Tahun. Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Discussion). Disudur 6 Juli
2017 dari
https://media.neliti.com/media/publications/41760-ID-diskusi-kelompok-terarah.pdf.
Irwanto. 2006. Focus
Group Discussion (FGD): Sebuah Pengantar Praktis. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Kementerian Pendidikan. Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.�
Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasionak
Pendidikan. Jakarta.
Sugiyono. 2009. Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung; Alfabeta.
Veronika.
2010. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran.
Disudur 6 Juli 2017 dari
https://veronikacloset.files.wordpress.com/2010/06/rpp.pdf.