Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
5, No. 10, Oktober 2020
�
PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP PERBAIKAN KLINIS
PADA ANAK DENGAN PNEUMONIA
Desak Putu Kristian
Purnamiasih�
Akademi Keperawatan (AKPER) Ngesti Waluyo Jawa Tengah, Indonesia
Email: [email protected]
Abstract
The aim of this study
was to review the effect of chest physiotherapy on clinical improvement in
children being treated for pneumonia. Literature was searched using Google Scholar,
NCBI (National Center for Biotechnology Information), and accredited Indonesian
journals using keywords: "chest physiotherapy", "pneumonia in
children", "chest physiotherapy", "pneumonia in
children". 60 articles were selected and 8 relevant studies were obtained.
The results of the literature review show that chest physiotherapy has a major
influence on the clinical improvement experienced by respondents, manifested in
the form of respiration rate returning to the normal range, the Hearth Rate
returning to the normal range, increasing oxygen saturation and increasing the
ability to expel sputum so that the airway becomes clear. Chest physiotherapy
has an effect on clinical improvement in children with pneumonia, chest
physiotherapy can also increase the effect of other therapies given to children
with pneumonia.
Keywords: Chest Physiotherapy; Clinical Improvement and Pneumonia.
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mereview pengaruh fisioterapi dada terhadap perbaikan klinis anak yang
dirawat karena pneumonia. Literature dicari dengan menggunakan Google Scholar,
NCBI (National Centre for Biotechnology Information), dan jurnal Indonesia
terakreditasi menggunakan kata kunci: �fisioterapi dada�, �pneumonia pada
anak�, �chest physiotherapy�, �pneumonia in children�. 60 artikel diseleksi dan
didapatkan 8 penelitian yang relevan.�
Hasil dari literature review menunjukkan bahwa fisioterapi dada
mempunyai pengaruh besar terhadap perbaikan klinis yang dialami responden
dimanifestasikan dalam bentuk Respiratory Rate kembali ke rentang normal,
Hearth Rate kembali ke rentang normal, peningkatan saturasi oksigen dan
peningkatan kemampuan pengeluaran sputum sehingga jalan napas menjadi bersih. Fisioterapi dada mempunyai pengaruh
terhadap perbaikan klinis anak yang mengalami pneumonia, fisioterapi
dada juga dapat meningkatkan
efek dari terapi lain yang diberikan pada anak yang mengalami pneumonia.
Kata kunci: Fisioterapi
Dada; Perbaikan Klinis; Pneumonia.
Pendahuluan
��������� Pneumonia membunuh lebih banyak anak
daripada penyakit menular lainnya, merenggut nyawa lebih dari 800.000 anak
balita setiap tahun, atau sekitar 2.200 setiap hari. Ini termasuk lebih dari
153.000 bayi baru lahir (Chan & Lake, 2012). Data dari (Kemenkes, 2018) menunjukkan jumlah balita yang
mengalami pneumonia 505.331, terdiri atas 167.665 kasus pneumonia pada balita
usia >1 tahun dan 337.666 pada balita usia 1 � 4 tahun. Jumlah kematian
balita akibat pneumonia pada tahun 2018 mencapai 425 balita. Perawatan standar
untuk pasien dengan pneumonia adalah perawatan antibiotik dan terapi
simptomatik, termasuk pemberian oksigen, terapi cairan, fisioterapi dada dan
pengisapan untuk mengevakuasi lendir dari saluran pernapasan. Tujuan perawatan
standar tersebut untuk meningkatkan ventilasi, dan mengurangi kerja pernapasan (Wong & Hernandez, 2012). Salah satu dari beberapa perawatan standar yang sering
diberikan pada anak yang mengalami pneumonia adalah fisioterapi dada.
Fisioterapi dada secara efektif memobilisasi sekresi trakeobronkial pada anak
dengan pneumonia yang dinilai berdasarkan parameter klinis individu seperti
frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen (Abdelbassset & Elnegamy, 2015).
��������� Fisioterapi dada adalah terapi
tambahan penting dalam pengobatan sebagian besar penyakit pernapasan untuk
anak-anak dengan penyakit pernapasan. Tujuan utama fisioterapi dada untuk anak-anak
adalah untuk membantu pembersihan sekresi trakeobronkial, sehingga menurunkan
resistensi jalan napas, meningkatkan pertukaran gas, dan membuat pernapasan
lebih mudah. Teknik fisioterapi yang diterapkan untuk anak-anak mirip dengan
orang dewasa. Teknik fisioterapi dada terdiri atas drainase postural, clapping,
vibrasi, perkusi, napas dalam dan batuk efektif yang bertujuan untuk memudahkan
pembersihan mukosiliar (Chaves et al., 2019).
��������� Peningkatan sekresi paru pada
pneumonia menimbulkan obstruksi pada jalan napas sehingga mengganggu ventilasi.
Gangguan ventilasi menimbulkan akan terlihat pada manifestasi klinis anak yaitu
penurunan saturasi oksigen dan peningkatan frekuensi pernapasan. Penanganan
yang tepat akan mengurangi risiko komplikasi berupa gagal napas. Penanganan
dengan tindakan fisioterapi dada merupakan terapi yang dapat mengefektifkan
fungsi dari terapi lain, misalnya: pemberian obat � obat mukolitik maupun
ekspektoran. Melalui literature review ini akan dapat dijelaskan tentang
pengaruh fisioterapi dada terhadap perbaikan klinis pasda anak yang mengalami pneumonia.
Metode Penelitian
Metode
yang digunakan dalam pembuatan penelitian ini adalah literature review mengenai
pengaruh fisioterapi dada terhadap perbaikan klinis pada anak dengan pneumonia.
Pencarian artikel dilakukan secara elektronik menggunakan kata kunci chest physiotherapy,
pneumonia in children, kata kunci dalam bahasa Indonesia yang digunakan adalah
fisioterapi dada, pneumonia pada anak. Sumber database yang digunakan adalah
Google Scholar, NCBI (National Centre for Biotechnology Information), dan
jurnal Indonesia terakreditasi. Artikel yang dicari adalah artikel dengan
bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dalam rentang tahun 2014-2019.
Hasil dan
Pembahasan
A.
Hasil
������ Dengan
menggunakan kata kunci� dan pembatasan
artikel di atas, jumlah artikel yang ditemukan adalah 60 artikel, namun hanya 8
yang relevan. Artikel-artikel yang dieksklusi adalah artikel yang bersifat
komentar, studi kualitatif dan systematic review. Terdapat 8 artikel penelitian
yang digunakan dalam literature review ini. Sebagian besar artikel merupakan
penelitian dengan menggunakan metode quasi experiment non randomized controlled
trial. 1 (satu) artikel penelitian menggunakan pengambilan sampel dengan RCT
(Randomized Controlled Trial). Sebagian besar responden dalam artikel
penelitian adalah anak yang dirawat di RS karena pneumonia dengan rentang usia
0 � 5 tahun, dan terdapat 1 artikel penelitian dengan rentang usia responden 6
� 12 tahun. Hasil penelusuran artikel akan ditampilkan pada tabel 1 berikut
ini:
Tabel 1
Hasil
Penelusuran Artikel
No |
Penulis, Tahun |
Judul |
Desain |
Partisipan |
Intervensi |
Instrumen |
Hasil |
1 |
Abdelbasset, W, 2015 |
Effect of Chest Physical Therapy on
Pediatrics Hospitalized With Pneumonia |
RCT |
50 (Lima puluh anak) berusia 29 hari hingga 5 tahun dirawat di rumah sakit dengan pneumonia antara Oktober 2014 dan Januari 2015 |
25 anak pada kelompok
intervensi diberikan tindakan fisioterapi dada 3x/hari dan pengobatan standar..
Setiap sesi fisioterapi dada dilakukan selama 20 menit meliputi: postural drainase, perkusi dada, vibrasi, batuk efektif dan aspirasi sekret jika diperlukan. 25 anak pada kelompok
kontrol hanya menerima pengobatan standar. |
Pengukuran primer adalah waktu untuk perbaikan klinis. Pengukuran sekunder adalah perubahan frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen arteri |
Kelompok intervensi lebih cepat mengalami perbaikan klinis dibandingkan kelompok kontrol (4,0 vs 7 hari, p = 0,012). Kelompok intervensi mengalami peningkatan yang lebih besar dalam perbaikan frekuensi pernapasan dibandingkan kelompok kontrol (30-40x/mnt vs 34-39x/mnt) dan saturasi oksigen arteri (93-98% vs 93-95%). |
2 |
Amin, A. A, 2018 |
Pengaruh Chest Therapy dan Infra Red
Pada Bronchopneumonia |
Quasi eksperimen |
8 orang partisipan dengan
diagnosis medis Bronchopneumonia |
Terapi dengan menggunakan Infra Red
dan Chest Physiotherapy (deep breathing, postural drainage,
clapping, vibrasi, dan batuk
efektif). |
Skala normal untuk frekuensi
pernapasan. Skala Borg untuk
penilaian sesak napas |
Terdapat perubahan
yang signifikan untuk penurunan frekuensi pernapasan per menit dan diikuti penurunan yang signifikan untuk nilai skala Borg (p = 0,000) |
3 |
Maidartati, 2014 |
Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada Anak Usia 1-5 tahun yang Mengalami Gangguan Bersihan Jalan Nafas di Puskesmas Moch.Ramdhan Bandung |
Quasi Eksperiment dengan
jenis One Group Pretest-Posttes
design |
17 orang anak usia 1-5 tahun dengan penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) yaitu Pneumonia. Responden mengalami gangguan bersihan jalan nafas ditandai dengan respirasi rate
(RR) >40x/mnt, pernafasan
cuping hidung (PCH) +, serta retraksi intercostal
(RIC) + |
Fisioterapi dada dilakukan
2x/hari, selama 20 � 30 menit. Pengukuran gangguan bersihan jalan nafas yang meliputi indikator respirasi rate, pernafasan cuping hidung dan retraksi intercostal dilakukan sebelum dan sesudah fisioterapi dada |
Lembar observasi
untuk mengevaluasi Respirasi Rate (RR) pasien, PCH dan Retraksi Interkostal |
Fisioterapi dada dapat
menurunkan frekwensi nafas dan membersihkan jalan nafas (p- value 0.000,
<0.05). |
4 |
Hidayatin, T, 2019 |
Pengaruh Pemberian Fisioterapi
Dada dan Pursed Lips Breathing (Tiupan Lidah) Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada Anak Balita dengan Pneumonia |
Quasy experimental dengan rancangan non
randomized without control group pretest-posttest |
30 balita yang
dirawat karena Pneumonia.
Responden dibagi dalam 3 kelompok intervensi. |
Kelompok I :
10 responden diberikan intervensi fisioterapi dada 2x/hari selama 2 hari. Kelompok II :
10 responden diberikan intervensi pursed lips breathing 2x/hari
selama 2 hari. Kelompok III :
10 responden diberikan intervensi fisioterapi dada dan
pursed lips breathing 2x/hari selama
2 hari. Pengukuran bersihan jalan napas (frekuensi nafas, bunyi nafas, irama nafas, dan penggunaan otot bantu pernafasan) pada ketiga kelompok responden dilakukan sebelum dan sesudah intervensi |
Lembar observasi
hasil pengukuran bersihan jalan napas |
Ada perbedaan antara bersihan jalan napas sebelum dan sesudah dilakukan intervensi fisioterapi dada. Tidak ada perbedaan antara bersihan jalan napas sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pursed
lips breathing (tiupan lidah). Ada perbedaan antara bersihan jalan napas sebelum dan sesudah dilakukan intervensi fisioterapi dada dan
pursed lips breathing (tiupan lidah) p- value 0.000 |
5 |
Melati, R, 2018 |
Dampak Fisioterapi Dada Terhadap
Status Pernapasan Anak Balita
Pneumonia di RSUD Koja dan RSUD Pasar Rebo Jakarta |
Quasi Eksperimental. Menggunakan pre test dan post
test without control |
35 balita yang
dirawat karena Pneumonia
di RSUD Koja dan RSUD Pasar Rebo Jakarta |
Fisioterapi dada dilakukan
1x/hari selama 2 hari. Pengukuran HR dan SaO2 dilakukan sebelum dan sesudah intervensi |
(1) lembar data karakteristik responden yang; (2) lembar hasil pengukuran; (3) Meteran; (4) timer untuk menghitung nadi dan laju pernapasan selama satu menit
penuh; (5) oksimetri. |
Terdapat perubahan status pernapasan (HR dan SaO2) sebelum
intervensi dan sesudah intervensi (P value 0.001) |
6 |
Siregar, T, 2019 |
Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Pengeluaran Sputum
Pada Anak Dengan Penyakit
Gangguan Pernafasaan Di Poli Anak RSUD Kota Depok |
Quasi experimental design dengan pendekatan one group pretest posttes |
11 anak berusia 6 � 12 tahun yang mengalami gangguan pernafasaan (TB, ISPA,
ASMA, Pneumonia) |
Fisioterapi dada dilakukan
pada 11 anak. Pengamatan pengeluaran sputum dilakukan sebelum dan sesudah fisioterapi dada |
Lembar observasi pengeluaran sputum, lembar standar prosedur operasional fisioterapi dada dan identitas klien |
Ada pengaruh fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum pada anak (P
value 0,000) |
7 |
Lestari, N. E, 2018 |
The
combination of nebulization and chest physiotherapy
improved respiratory status in children
with pneumonia |
Quasi-experimental with a pre- and
post-test nonequivalent control group design |
34 orang
anak usia 0 � 59 bulan dengan Pneumonia |
17 orang anak dalam
kelompok intervensi diberikan terapi inhalasi melalui nebulizer dilanjutkan dengan tindakan fisioterapi dada 1 �
1,5 jam setelah makan. Pengukuran HR, RR dan SpO2 dilakukan
sebelum dan sesudah tindakan. 17 orang anak dalam
kelompok control diberikan
terapi inhalasi melalui nebulizer. Pengukuran
HR, RR dan SpO2 dilakukan sebelum
dan sesudah tindakan. |
Lembar observasi, pulse oximetry, timer untuk
mengukur frekuensi pernapasan |
Kombinasi tindakan fisioterapi dada dan pemberian terapi inhalasi melalui nebulizer mempunyai efek positif terhadap HR, RR dan saturasi oksigen (P value 0,000) |
8 |
Mehrem, E, 2018 |
Study of Chest
Physical Therapy Effect on Full Term Neonates with Primary Pneumonia: A
Clinical Trial Study |
Prospective
blindfold clinical trial |
60 orang
neonatus usia 1 � 6 hari dengan pneumonia primer, dibagi dalam 2 kelompok. 30 neonatus kelompok intervensi dan 30 neonatus kelompok control |
Kelompok intervensi
diberikan pengobatan rutin dan fisioterapi dada 1x/hari selama 6 hari. Fisioterapi dada (drainase postural, clapping dan vibrasi)
diberikan 3 � 5 menit setiap sesi. Kelompok kontrol
diberikan pengobatan rutin. Kedua kelompok dipantau setiap hari terkait durasi ketergantungan terhadap ventilasi mekanik/oksigen, perbaikan klinis, kemampuan dalam menerima nutrisi oral dan lama hari rawat |
Lembar observasi,
pulse oximetry, timer |
Program fisioterapi dada mengurangi durasi
ketergantungan terhadap ventilasi mekanik/oksigen, meningkatkan perbaikan klinis dan kemampuan dalam menerima nutrisi oral serta mengurangi lama hari rawat pada neonatus. |
B.
Pembahasan
1.
Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Pengeluaran Sputum
������ Pada penyakit
pneumonia akan terjadi gangguan respiratori yaitu batuk, disertai
produksi secret berlebih, sesak napas, retraksi dada, takipnea, dan lain-lain. Bila terjadi infeksi atau iritasi, akan
mengkonpensasi dengan cara tubuh menghasilkan
banyak mukus tebal untuk membantu
paru menghindari infeksi. Bila mukus
yang terlalu banyak dan kental menyumbat jalan napas, dan pernapasan menjadi lebih sulit.
(Lang,
Quehenberger, Greger, Silbernagl, & Stockinger, 1980). Fisioterapi dada sangat berguna bagi penderita
penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis
(Andersson-Marforio,
Hansen, Ekvall Hansson, & Lundkvist Josenby, 2019)(Corten, Jelsma, &
Morrow, 2015). Fisioterapi dada adalah salah satu fisioterapi yang menggunakan teknik postural drainage,
perkusi dada dan vibrasi. Secara fisiologis Perkusi pada permukaan dinding akan mengirimkan
gelombang berbagai
amplitude dan frekuensi sehingga
dapat mengubah konsistensi dan lokasi secret (Potter, Perry,
Stockert, Hall, & Ochs, 2017).
������ Penelitian yang dilakukan oleh Maidartati (2014) menunjukkan hasil bahwa fisioterapi
dada dapat membersihkan jalan napas pada 67% responden balita usia 1�5 tahun. Hasil penelitian lainnya didapatkan bahwa pada intervensi fisioterapi dada pertama belum terjadi perubahan
terhadap bersihan jalan napas, tetapi pada intervensi berikutnya terjadi perubahan terhadap bersihan jalan napas dan perubahan yang sangat signikan terjadi pada intervensi kedua (sore hari) hari kedua. Semakin
lama intervensi yang dilakukan
maka akan semakin terlihat perubahan terhadap bersihan jalan napas balita (Hidayatin, 2019). (Siregar &
Aryayuni, 2019) melakukan penilaian terhadap pengeluaran sputum pada anak usia 6-12 tahun setelah dilakukan fisioterapi dada. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa fisioterapi dada berpengaruh terhadap pengeluaran sputum.
2.
Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap HR, RR dan Saturasi Oksigen
�� Fisioterapi dada sebagai
tambahan untuk perawatan standar mempercepat perbaikan klinis anak
yang dirawat di rumah sakit dengan
pneumonia. Waktu untuk perbaikan
klinis lebih pendek pada kelompok intervensi daripada kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang menerima fisioterapi
dada memiliki peningkatan yang lebih
besar dalam perubahan frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen arteri
(Abdelbasset & Elnegamy, 2015). Penelitian yang dilakukan
Amin et al., (2018) menunjukkan bahwa terjadi perubahan
yang signifikan frekuensi pernapasan per menit antara sebelum dilakukan terapi dengan sesudah dilakukan terapi. Terapi yang diberikan pada penelitian tersebut adalah terapi kombinasi
antara fisioterapi dada dengan infra red.
Perubahan frekuensi
pernapasan pada responden
yang mendapatkan fisioterapi
dada juga diikuti dengan adanya perubahan pada frekuensi jantung dan saturasi oksigen. Gangguan pernapasan berkurang disebabkan oleh pembersihan sekresi, yang menyebabkan penurunan resistensi saluran napas, meningkatkan ventilasi dan perfusi dada. Penurunan HR berbanding terbalik terhadap SaO2. Penurunan HR (Heart Rate) serta
peningkatan saturasi oksigen ini menyebabkan
menurunnya pengeluaran energi karena pada kondisi pneumonia energi lebih diperlukan untuk melakukan kontraksi otot jantung dan menggerakan bronkial halus. Secara umum pada akhir intervensi, HR mengalami penurunan (kembali pada rentang normal) sementara saturasi oksigen mengalami peningkatan (kembali pada rentang normal) (Melati, Nurhaeni,
& Chodidjah., 2018). Penelitian yang dilakukan oleh (Lestari, Nurhaeni,
& Chodidjah, 2018) menggunakan terapi kombinasi yaitu fisioterapi dada dan inhalasi melalui nebulizer. Penggunaan terapi kombinasi tersebut lebih efektif dibandingkan
dengan hanya memberikan terapi inhalasi melalui nebulizer. Hasilnya dapat dilihat bahwa ada
perubahan signifikan terhadap HR, RR (Respiratory
Rate) dan saturasi oksigen
pada kelompok intervensi.
Rata � rata HR sebelum intervensi
139,35x/mnt turun menjadi 120,53x/mnt sesudah intervensi, rata�rata RR sebelum intervensi 52,53x/mnt turun menjadi
41,06x/mnt sesudah intervensi, rata�rata saturasi oksigen sebelum intervensi 92,18% naik menjadi
97,41% sesudah intervensi. Penelitian menggunakan kombinasi antara fisioterapi dada dengan terapi antibiotic menunjukkan bahwa hasilnya lebih efektif dibandingkan
dengan hanya diberikan fisioterapi dada atau antibiotic saja (Muhammad, Bashir,
& Noor, 2014). Fisioterapi dada
juga efektif pada anak untuk mencegah atelectasis pasca ekstubasi (Bilan & Poorshiri,
2013). Penelitian lainnya menunjukkan hasil bahwa tidak
ada perbedaan hasil analisa gas darah antara anak
yang diberikan tindakan fisioterapi dada dan penghisapan
secret dengan alat atau hanya penghisapan
secret dengan alat saja (Elizabeth et al.,
2017).
3.
Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Lama Rawat, Kemampuan Menyusu dan Kebutuhan Oksigen
Fisioterapi dada telah digunakan untuk membersihkan
sekresi, mencegah akumulasi puing-puing, meningkatkan mobilisasi sekresi
saluran udara dan membantu ventilasi paru-paru pada bayi baru lahir dengan
masalah pernapasan dan ini meningkatkan efisiensi dan sirkulasi oksigenasi. Mengenai durasi yang dibutuhkan untuk ventilasi mekanik
atau kebutuhan oksigen, hasilnya menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Fisioterapi dada akan mengurangi atelektasis
paru-paru pada pasien, meningkatkan ventilasi dan perfusi� Tindakan fisioterapi
dada dilakukan pada fase konsolidasi untuk kasus pneumonia (Mehrem, El-Mazary, Mabrouk, &
Mahmoud, 2018). Mengenai durasi
yang dibutuhkan untuk pemberian nutrisi
oral dalam penelitian
menunjukkan perbedaan yang signifikan
secara statistik. Responden
pada kelompok intervensi lebih awal mampu
menerima nutrisi per oral karena durasi ketergantungan
terhadap oksigen lebih pendek. Kondisi
tersebut juga mengurangi
lama hari rawat responden di rumah sakit (Sebban et al., 2019).
4.
Pelaksanaan Fisioterapi Dada
Beberapa penelitian
dalam literature review ini
menyebutkan bahwa fisioterapi dada dikombinasikan dengan terapi standar
lainnya. Langkah � langkah prosedur fisioterapi dada tidak dijelaskan lebih lanjut dan jenis terapi standar
yang digunakan juga tidak dijelaskan. Hasil yang didapatkan
setelah fisioterapi dada adalah terjadi perubahan klinis ke arah yang lebih
baik pada responden. Perubahan klinis tersebut ditunjukkan dengan hasil frekuensi
napas kembali rentang
normal, frekuensi denyut nadi ke rentang
normal, saturasi oksigen meningkat, dan peningkatan pengeluaran sputum (Abdelbasset & Elnegamy, 2015 );(Maidartati,
2014);(Hidayatin,
2019).
Penelitian lainnya
menyampaikan secara singkat prosedur fisioterapi dada, yaitu penelitian Abdelbasset & Elnegamy (2015) menjelaskan bahwa Fisioterapi dada dilakukan selama 20 menit setiap sesi dengan
tindakan drainase
postural, perkusi dada, getaran, stimulasi batuk dan aspirasi
sekresi (jika perlu). Posisi drainase postural didasarkan pada hasil
foto thorak untuk memberikan drainase sekresi dan eksudat yang lebih
efektif dari area yang terdapat sekresi
dan eksudat. Fisioterapi menggunakan
Infra red,
dan Chest physiotherapy (Deep breathing, Postural drainage, Clapping,
Vibrasi, dan Batuk efektif) terhadap Bronchopneumonia
yang dapat bermanfaat untuk menghilangkan adanya sesak napas dan sputum
pada paru kanan lobus superior segmen anterior
pada pasien (Amin
et al., 2018). Fisioterapi
dada terdiri dari postural drainage, vibrasi
dan perkusi dikombinasikan dengan pemberian terapi inhalasi melalui nebulizer. Fisioterapi
dada diberikan 1-1,5 jam setelah
makan selama 30 menit (Lestari
et al., 2018).
Terdapat 1 penelitian
yang menjelaskan secara lengkap prosedur fisioterapi dada yang dilakukan, yaitu penelitian (Mehrem et al., 2018). Pada penelitian tersebut,
fisioterapi dada dilakukan selama 3-5 menit untuk setiap segmen dengan drainase
postural, getaran, dan perkusi. Setiap
sesi dilakukan sekali sehari selama
6 hari/minggu. Setiap sesi proses fisioterapi
dada memerlukan waktu 30 menit yang meliputi drainase postural, perkusi dan vibrasi. Pada drainase
postural, pasien diposisikan dalam, sehingga gravitasi memiliki efek terbesar
pada segmen paru-paru yang harus didrainase. Perkusi dada dilakukan dengan memanfaatkan tiga jari, empat jari, atau
menggunakan alat perkusi yang dibuat untuk neonatus. Setelah perkusi dilakukan
gerakan getaran manual jari-jari pada dada bayi. Dengan meletakkan jari-jari satu tangan pada
dada bayi, membuat otot-otot lengan bawah dan tangan menyebabkan
gerakan getaran yang halus dan tangan lainnya menopang kepala bayi
(Mehrem et al., 2018).
Kesimpulan
Fisioterapi dada mempunyai
pengaruh besar terhadap perbaikan klinis anak yang dirawat karena Pneumonia. Perbaikan klinis yang dialami responden dimanifestasikan dalam bentuk Respiratory
Rate kembali ke rentang normal, Hearth
Rate kembali ke rentang normal, peningkatan saturasi oksigen dan peningkatan kemampuan pengeluaran sputum sehingga jalan napas menjadi bersih. Fisioterapi dada juga mempengaruhi lama rawat inap neonatus dan mempercepat kemampuan neonatus untuk minum ASI secara langsung melalui oral. Fisioterapi dada mempunyai pengaruh terhadap perbaikan klinis anak yang mengalami pneumonia, fisioterapi dada juga dapat meningkatkan efek dari terapi lain yang diberikan pada anak yang mengalami pneumonia.
BIBLIOGRAFI
Abdelbasset, Walid, & Elnegamy, Tamer. (2015). Effect of
Chest Physical Therapy on Pediatrics Hospitalized With Pneumonia. International
Journal of Health and Rehabilitation Sciences (IJHRS), 4(4), 219.
Amin, Akhmad Alfajri, Kuswardani, Kuswardani, & Setiawan,
Welly. (2018). Pengaruh Chest Therapy dan Infra Red pada Bronchopneumonia. Jurnal
Fisioterapi Dan Rehabilitasi, 2(1), 9�16.
Andersson-Marforio, Sonja, Hansen, Christine, Ekvall Hansson,
Eva, & Lundkvist Josenby, Annika. (2019). A Survey of The Physiotherapy
Treatment Methods for Infants Hospitalised with Acute Airway Infections in Sweden.
European Journal of Physiotherapy, 0(0), 1�8.
Bilan, Nemat, & Poorshiri, Bita. (2013). The Role of
Chest Physiotherapy in Prevention of Postextubation Atelectasis in Pediatric
Patients with Neuromuscular Diseases. Iranian Journal of Child Neurology,
7(1), 21�24.
Chan, Margaret, & Lake, Anthony. (2012). Who/Unicef on
Ending Preventable Child Deaths. The Lancet, 379(9832),
2119�2120.
Corten, Lieselotte, Jelsma, Jennifer, & Morrow, Brenda M.
(2015). Chest Physiotherapy in Children with Acute Bacterial Pneumonia. South
African Journal of Physiotherapy, 71(1), 1�10.
Elizabeth, Monalisa, Yoel, Chairul, Ali, Muhammad, Loebis, M.
Sjabroeddin, Arifin, Hasanul, & Sianturi, Pertin. (2017). Comparison of Ventilation
Parameters and Blood Gas Analysis in Mechanically-Ventilated Children who
Received Chest Physiotherapy and Suctioning vs. Suctioning Alone. Paediatrica
Indonesiana, 56(5), 285.
Hidayatin, Titin. (2019). Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada
dan Pursed Lips Brething (Tiupan Lidah) terhadap Bersihan Jalan Napas pada Anak
Balita dengan Pneumonia. Surya, 11(1).
Kemenkes, R. I. (2018). Hasil utama Riskesdas 2018. Online)
Http://Www. Depkes. Go. Id/Resources/Download/Info-Terkini/Materi_rakorpop_2018/Hasil%
20Riskesdas, 202018.
Lang, F., Quehenberger, P., Greger, R., Silbernagl, S., &
Stockinger, P. (1980). Evidence for a Bicarbonate Leak in The Proximal Tubule of
The Rat Kidney. Pfl�gers Archiv, 386(3), 239�244.
Lestari, Nur Eni, Nurhaeni, Nani, & Chodidjah, Siti.
(2018). The Combination of Nebulization and Chest Physiotherapy Improved
Respiratory Status in Children with Pneumonia. Enfermeria Clinica.
Maidartati. (2014). Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap
Bersihan Jalan Nafas Pada Anak Usia 1-5 Tahun Yang Mengalami Gangguan Bersihan
Jalan Nafas Di Puskesmas Moch. Ramdhan Bandung. Ilmu Keperawatan, 2(1),
47�56.
Mehrem, E., El-Mazary, A. A., Mabrouk, M. I. A., &
Mahmoud, R. (2018). Study of Chest Physical Therapy Effect on Full Term
Neonates with Primary Pneumonia: A Clinical Trial Study. International
Journal of Pediatrics, 6(7), 7893�7899.
Melati, Rosa, Nurhaeni, Nani, & Chodidjah., Siti. (2018).
Dampak Fisioterapi Dada terhadap Status Pernapasan Anak Balita Pneumonia di
RSUD Pasar Rebo Jakarta. Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik, 1(1),
41�51.
Muhammad, Arif, Bashir, Muhammad Salman, & Noor, Rabiya.
(2014). Effectiveness of Chest Physiotherapy in the Management of Bronchiectasis.
Annals, 20(July 2014), 205�219.
Potter, Patricia A., Perry, Anne Griffin, Stockert, Patricia,
Hall, Amy, & Ochs, Geralyn. (2017). Fundamentals Of Nursing-Text And Study
Guide Package. Elsevier-Health Sciences Division.
Sebban, S., Evenou, D., Jung, C., Fausser, C., Jeulin, S. Jc,
Durand, S., Bibal, M., Geninasca, V., Saux, M., & Leclerc, M. (2019).
Symptomatic Effects of Chest Physiotherapy with Increased Exhalation Technique
in Outpatient Care for Infant Bronchiolitis: A Multicentre, Randomised,
Controlled Study. Bronkilib 2. Journal of Clinical Research and Medicine,
2(4), 1�7.
Siregar, Tatiana, & Aryayuni, Chella. (2019).
Pengaruh� Fisioterapi Dada terhadap
Pengeluaran Sputum pada Anak dengan Penyakit Gangguan Pernafasaan Di Poli
Anak� RSUD Kota Depok. Jurnal
Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 2(2), 34�42.
Wong, Kaufui V, & Hernandez, Aldo. (2012). A review of
additive manufacturing. International Scholarly Research Notices, 2012.